EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
Emilda Mustapa.1, Sri Hastuti Noer2, Rini Asnawati2
[email protected] 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika 2 Dosen Program Studi Pendidikan Matematika
ABSTRAK This research aimed to know the effectiveness of direct instruction model with problem posing approach viewed by creative thinking ability. This research design was pretest-posttest control group design. The population of this research was all students of grade VIII of SMP Negeri 20 Bandarlampung in academic year of 2014/2015 that consist of 8 classes. The samples of this research were students of VIIIC and VIIID class which were taken by purposive random sampling technique. The instrument of this research was essay test of critical thinking ability. Based on data analysis, it was concluded that direct instruction model with problem posing approach was more effective than conventional model to increase the creative thinking ability but the percentage of students who recahed the mastery learning was not more than 60%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing ditinjau dari kemampuan berpikir kreatif siswa. Desain yang digunakan adalah pretest-posttest control group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015 yang terdistribusi ke dalam 8 kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIIIC dan VIIID yang ditentukan dengan teknik purposive random sampling. Instrumen pada penelitian ini berupa soal uraian mengenai kemampuan berpikir kreatif. Berdasarkan analisis data, disimpulkan bahwa model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing lebih efektif daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif, tetapi persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar tidak lebih dari 60%. Kata kunci: berpikir kreatif, pembelajaran langsung, problem posing
kreativitas dalam mengembangkan
PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu ilmu pengetahuan diyakini mampu membentuk karakter siswa siswa yang memiliki kreativitas. Melalui matematika siswa diharapkan mampu mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir kreatif mereka.
pelajaran.
harus mampu memilih model pembelajaran matematika yang memberikan siswa kesempatan untuk berpikir seluas-luasnya, salah satunya adalah model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing. Menurut
Dengan berpikir kreatif mereka dapat memunculkan solusi-solusi kreatif untuk menyelesaikan masalah yang
Guru sebagai fasilitator
Silver
dan
Cai
(1996:16) problem posing adalah suatu usaha mengajukan masalah baru dari situasi atau pengalaman
ada. Studi
dari
International Science
Study
Trends
Mathematics (TIMSS)
in and
menun-
jukkan bahwa kemampuan siswa kelas dua (eight grade) Sekolah Menengah Pertama (SMP) Indonesia masih berada di bawah rata-rata internasional. Dari nilai yang diperoleh oleh siswa Indonesia pada keikutsertaan pada penilaian yang dilakukan oleh TIMSS mengindikasikan kemampuan berpikir kreatif siswa Indonesia masih rendah. Rendahnya kemampuan berpikir kreatif siswa tidak terlepas dari bagaimana pembelajaran matematika itu berlangsung. Nugraha (2012) menyatakan bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya mengulang serta sangat minim
yang telah dimiliki oleh siswa. Karena soal dan penyelesaiaannya dirancang sendiri oleh siswa. Dalam merumuskan
persoalan,
siswa
memahami
harus
tentunya terlebih
dahulu materi pembelajaran. Pemahaman materi pembelajaran dapat diperoleh melalui proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran
langsung.
Sofiyah
(2011:12) mengungkapkan bahwa melalui
model
pembelajaran
langsung, siswa dapat mempelajari keterampilan dasar dan pengetauan secara tahap demi tahap untuk memahami Menurut
materi
pembelajaran.
Purwanto
(2009:271).
keterampilan dasar yang dimaksudkan dapat berupa aspek kognitif maupun
psikomotorik,
dan
juga
informasi lainnya yang merupakan
Oleh karena itu, dilakukan penelitian
landasan untuk membangun hasil
pada siswa kelas VIII SMP Negeri
belajar yang lebih kompleks.
20 Bandarlampung tahun pelajaran
Nanggolan (2007) menyatakan
2014/2015.
dalam pelaksanaannya, guru mem-
Berdasarkan latar belakang
punyai peran tanggung jawab untuk
masalah di atas, maka rumusan
mengidentifikasi tujuan pembelajar-
tujuan dalam penelitian ini apakah
an dan tanggung jawab yang besar
penerapan
terhadap penstrukturan materi atau
langsung dengan pendekatan pro-
keterampilan, menjelaskan kepada
blem posing efektif ditinjau dari
siswa,
yang
kemampuan berpikir kreatif pada
latihan,
siswa kelas VIII SMP Negeri 20
mendemonstrasikan
dikombinasikan
dengan
memberikan kesempatan pada siswa
model
pembelajaran
Bandarlampung.
untuk berlatih menerapkan konsep atau
keterampilan
yang
telah
METODE PENELITIAN
dipelajari serta memberikan umpan balik.
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester
Beberapa bahwa
ahli
berpikir
mengatakan
SMP
Negeri
20
Bandar
dalam
lampung tahun pelajaran 2014/2015,
matematika merupakan kombinasi
terdiri dari 8 kelas yaitu kelas VIIIA
berpikir logis dan berpikir divergen
– VIIIH. Sampel dipilih dengan
yang didasarkan intuisi tetapi dalam
teknik purposive random sampling,
kesadaran
setelah berdiskusi dengan guru mitra,
yang
kreatif
genap
memperhatikan
fleksibilitas, kefasihan dan kebaruan
terpilihlah kelas VIIIC dan VIIID
(Pehkonen, 1999; Krutetskii, 1976;
sebagai sampel penelitian.
Silver,1996).
penelitian ini adalah pretest posttest
Perlu kiranya diteliti lebih
Desain
control group design.
lanjut, apakah model pembelajaran
Data penelitian ini adalah
langsung dengan pendekatan prob-
data kemampuan berpikir kreatif
lem posing efektif ditinjau dari ke-
berupa
mampuan
siswa
diperoleh melalui tes kemampuan
matematika.
awal dan akhir berpikir kreatif yang
dalam
berpikir
pembelajaran
kreatif
data
kuantitatif
yang
diberikan kepada siswa.
Sebelum
digunakan, terlebih dahulu instrumen
dalam
meningkatkan
kemampuan
berpikir kreatif siswa.
diujicoba untuk mengetahui validit-
Selanjutnya dilakukan analisis
as, reliabilitas, indeks kesukaran, dan
data hasil tes akhir berpikir kreatif
daya pembedanya.
Setelah dilaku-
pada kelas eksperimen, diperoleh 10
kan ujicoba, instrumen dinyatakan
siswa yang mendapatkan nilai lebih
valid dan memiliki reliabilitas tinggi
dari atau sama dengan 70 dari 33
dengan harga koefisien reliabilitas
siswa. Berdasarkan hasil uji proporsi
0,87. Soal yang digunakan memiliki
untuk
indeks kesukaran sukar dan sedang,
kreatif diperoleh Zhitung < Ztabel (-3,21
serta memiliki indeks daya pembeda
> 1,65) yang berarti H0 diterima,
baik dan sedang. Daya beda yang
maka proporsi siswa yang memiliki
digunakan memiliki kriteria sedang
kemampuan berpikir kreatif dengan
Data
baik tidak lebih dari 60%.
skor
kemampuan
berpikir
data
kemampuan
berpikir
kreatif siswa dianalisis menggunakan
Peningkatan kemampuan ber-
uji kesamaan dua rata-rata dan uji
pikir kreatif siswa dapat diamati pada
proporsi.
peningkatan pencapaian setiap indikator. Indikator sensitivity (ke-
HASIL DAN PEMBAHASAN
pekaan)
berpikir
kreatif
siswa
Setelah dilakukan uji kesama-
meningkat dari 38% menjadi 89%.
an dua rata-rata, diperoleh hasil thitung
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
> ttabel (19,01 > 1,23), ini berarti H0
peningkatan
ditolak,
disimpulkan
dalam memahami masalah, sehingga
peningkatan rata-rata skor kemampu-
siswa dapat lebih mudah menentukan
an
cara penyelesaian masalah
jadi
berpikir
dapat
kreatif
siswa
kelas
kemampuan
siswa
yang
eksperimen lebih tinggi dari skor
tepat. Indikator fluency (kelancaran)
rata-rata kemampuan berpikir kreatif
berpikir kreatif matematis siswa
siswa
Dengan
meningkat dari 27% menjadi 81%.
demikian model pembelajaran lang-
Hal ini menunjukkan bahwa terjadi
sung dengan pendekatan problem
peningkatan kemampuan siswa untuk
posing lebih efektif dibandingkan
memberikan ide-ide yang relevan
dengan pembelajaran konvensional
dalam
kelas
kontrol.
menyelesaikan
masalah
matematika Indikator
yang
diberikan.
flexibility
(keluwesan)
memahami materi mereka kemudian mampu
mengajukan
persoalan
berpikir kreatif matematis siswa
sendiri. Hal ini memang cenderung
meningkat 14% menjadi 61%. Hal
menghabiskan waktu yang cukup
ini menunjukkanan bahwa terjadi
banyak, namun proses penyelesaian
peningkatan kemampuan siswa untuk
masalah yang mereka lakukan secara
memberikan
mandiri dapat melatih kemampuan
solusi
penyelesaian
masalah yang beragam. Indikator
berpikir kreatif mereka.
originality (keaslian) berpikir kreatif matematis
meningkat
9%
konvensional mereka lebih tergan-
menjadi 74%. Hal ini menunjukan
tung pada guru. Mereka hanya
bahwa
ke-
mengerjakan latihan dan mendengar-
menghasilkan
kan penjelasan guru tanpa terpacu
terjadi
mampuan
dari
Sementara pada pembelajaran
peningkatan
siswa
jawaban yang benar dengan cara
menyelesaikan
penyelesaian yang berbeda. Selain
sendiri. Ini mengakibatkan mereka
itu, indikator elaboration (elaborasi)
kurang
berpikir kreatif matematis siswa juga
kemampuan berpikir kreatif mereka.
mengalami peningkatan dari 5%
Pada
menjadi 54%. Hal ini menunjukkan
siswa
bahwa
mengajukan
terjadi
peningkatan
ke-
masalah
mampu
mengembangkan
pelaksanaan terlihat
mereka
pembelajaran,
bingung
dalam
persoalan.
Guru
mampuan siswa untuk memerinci
memiliki kendala untuk menuntun
proses penyelesaian masalah secara
siswa dalam merumuskan persoalan
tepat.
dan Pada pembelajaran langsung
dengan
strategi
pembelajaran
mendapatkan jawaban yang
benar,
siswa
kurang
menguasai materi prasyarat, yaitu
problem posing siswa terpacu dalam
Sistem
membuat soal.
Variabel
Karena mereka
karena
Persamaan
Linear
(SPLDV).
Dua
Siswa juga
belum memahami materi, awalnya
tidak memahami materi yang telah
mereka bingung dalam mengerjakan
dipelajari
persoalan.
aljabar
mereka
Hal ini menyebabkan
terpacu
untuk
membaca
materi terlebih dahulu, dan setelah
tersebut
sebelumnya, dan juga
seperti
segiempat. terjadi
Kendala
pada
saat
mengerjakan LKS, sehingga kondisi
kelas menjadi tidak kondusif karena
berpikir yang cukup tinggi, sehingga
siswa sibuk bertanya dan berdiskusi
umumnya yang dapat mengikuti
dengan siswa dari kelompok lain.
model pembelajaran ini dengan baik
Beberapa siswa juga terlihat tidak
adalah
membantu
berkemampuan tingkat tinggi pula.
teman
mengerjakan melakukan
sekelompoknya
LKS, kegiatan
siswa
sibuk
Namun
yang
tidak
untuk
berkaitan dengan pembelajaran. Kendala lain timbul saat tahap presentasi,
banyak
siswa
yang
enggan maju ke depan kelas untuk mempresentasikan
siswa
hasil
yang
peneliti
tergolong
selalu
berusaha
meminimalisirkan
kendala-
kendala
tersebut
dengan
meng-
evaluasi
tiap
pertemuan,
seperti
mengevaluasi LKS, dan pertanyaanpertanyaan yang diajukan siswa.
diskusi
Kendala-kendala tersebut da-
kelompoknya karena alasan tidak
pat mempengaruhi hasil akhir belajar
siap. Hal ini menyita banyak waktu,
siswa. Terlihat saat siswa mengerja-
untuk mengatasinya guru meminta
kan tes kemampuan berpikir kreatif,
masing-masing
untuk
banyak siswa yang kesulitan untuk
menunjuk wakil tiap kelompok dari
menuliskan jawabannya, terutama
awal diskusi, sehingga siswa bisa
pada siswa yang memiliki kemampu-
mempersiapkan diri untuk mem-
an rendah.
presentasikan hasil diskusi kelom-
pada proses pembelajaran konven-
poknya.
sional dan soal-soal yang bersifat
kelompok
Kendala terakhir adalah waktu
Siswa sudah terbiasa
rutin sehingga membuat pengetahuan
yang terbatas, menyebabkan pem-
siswa
bahasan
disampaikan guru dan soal-soal yang
maksimal.
materi
yang
kurang
Akibatnya, siswa yang
sebatas
apa
yang
telah
sudah biasa mereka kerjakan
memiliki kemampuan rendah tidak
Berdasarkan penjabaran di-
dapat memahami materi yang telah
atas, dapat dikatakan dalam peneliti-
dibahas sehingga kesulitan untuk
an ini model pembelajaran langsung
mengikuti materi yang akan dibahas
dengan pendekatan problem posing
pada pertemuan selanjutnya. Hal ini
merupakan model pembelajaran yang
terjadi karena dalam mengajukan
kurang efektif untuk diterapkan.
persoalan dibutuhkan kemampuan
Model
pembelajaran
langsung
dengan pendekatan problem posing
tidak
dapat
kemampuan berpikir kreatif siswa
meningkatkan
kemampuan
efektif
ditinjau
persentase
siswa
dari
berpikir kreatif siswa dibandingkan
karena
yang
model pembelajaran konvensional,
memiliki kemampuan berpikir kreatif
tetapi persentase siswa yang tuntas
dengan baik tidak lebih dari 60%.
tidak lebih dari 60%. Hal ini dikarenakan siswa harus memahami
KESIMPULAN
konsep dahulu dalam mengajukan
Berdasarkan hasil penelitian,
persoalan, pada pembelajaran lebih
diperoleh kesimpulan bahwa pe-
banyak waktu yang digunakan dalam
nerapan model pembelajaran lang-
memahami persoalan baru kemudian
sung dengan pendekatan problem
mengajukan
sehingga
posing lebih efektif dibandingkan
penggunaan waktu menjadi tidak
model pembelajaran konvensional
efektif
dalam meningkatkan
persoalan
dan
pencapaian
tujuan
kemampuan
pembelajaran menjadi kurang efektif
berpikir kreatif mate-matis siswa,
pula.
Hal ini sebenarnya dapat
tetapi persentase siswa yang tuntas
diatasi
dengan
belajar tidak lebih dari 60%.
menjadi
siap
membuat terhadap
siswa materi
sebelum pembelajaran dimulai. Guru dapat mengkondisikan siswa memahami materi di rumah sebelum pembelajaran dimulai sehingga pada saat pembelajaran guru dapat dengan mudah mengarahkan siswa dalam mengajukan persoalan dan membuat tujuan pembelajaran lebih mudah untuk tercapai. Berdasarkan hasil analisis dan uji hipotesis data kemampuan berpikir kreatif siswa, diketahui bahwa model pembelajaran langsung dengan pendekatan problem posing
DAFTAR PUSTAKA Krutetskii, V.A. 1976. The Psychology of Mathematical Abilities in School Children. Chicago: University of Chicago Press. Nugraha, Ade Yuniarsa. 2012. Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI. Pehkonen, E. 1992. Using ProblemField as a Method of Change. Mathematics Education 3(1), 3-6
Purwanto. 2009. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Langsung dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi. Skripsi. Jakarta: UIN. Silver, E. A. & Cai, J. 1996. An Analysis of Aritmatic Problem Posing by Middle school Students. Journal for Research in Mathematis Education, Vol. 2. No. 5. November 1996. pp. 521 – 539. Sofiyah . 2011. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Langsung dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Skripsi. Jakarta: UIN. Sutepi, Nanggolan. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Wardhani, S.R. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. [Online]. Tersedia di http://p4tkmatematika.org. (27 Desember 2014).