perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2009/2010)
TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Kimia
Oleh : Widi Astuti S830809226 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user
2010 i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun oleh : Widi Astuti
S830809226 Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
TandaTangan
Pembimbing I : Prof. Dr Ashadi
Tanggal
__________
__________
___________
__________
NIP.195101021975011001
Pembimbing II : Drs. Haryono, M.Pd NIP.195204231976031002
Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Sains
commit to user Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd. NIP. 19520116 198003 1 001 ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN TGT DENGAN PERMAINAN TTS DAN RODA IMPIAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2009/2010)
Disusun oleh : Widi Astuti
S830809226 Telah disetujui oleh Tim Penguji Pada tanggal, ………………………. Jabatan
Nama
Tanda Tangan
Ketua
Prof. Dr. Widha Sunarno, M.Pd
.……………………… Sekretaris
Dra. Suparmi, M.Sc., Ph.D.
..……………………...
Anggota Penguji
1.
Dr.
Prof.
Ashadi
………………………. 2. Drs. Haryono, M.Pd
……………………….
Surakarta,…………………. Ketua Program Studi Pend. Sains
Mengetahui Direktur PPs UNS
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D NIP.
Dr. Widha Sunarno, M.Pd NIP. PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama
: Widi Astuti
NIM
: S 830809226
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul Pembelajaran Kimia Menggunakan TGT dengan Permainan TTS dan Roda Impian ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrokarbon Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban Tahun Ajaran 2009/2010) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti penyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tesebut.
Surakarta,
Desember 2010
Yang membuat pernyataan
Widi Astuti
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Widi Astuti, S830809226. “Pembelajaran Kimia Menggunakan TGT dengan Permainan TTS dan Roda Impian ditinjau dari Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar Siswa”. Tesis, Pembimbing 1 : Prof. Ashadi, Pembimbing 2 : Drs. Haryono, M.Pd, Surakarta: Program studi Pendidikan Sains Program Pasca Sarjana. Universitas Sebelas Maret, Desember 2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar. (2) pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (3) pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. (4) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia. (5) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia (6) interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. (7) interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi adalah seluruh kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban teknik Claster random sampling sejumlah 2 kelas. Teknik pengumpulan data variabel kemampuan awal dan prestasi belajar kognitif digunakan metode tes, prestasi belajar afektif dan motivasi belajar digunakan metode angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Ada pengaruh antara metode pembelajaran TGT dengan Teka-Teki Silang dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa baik kognitif maupun afektif. (2) Kemampuan awal siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Hidrokarbon. Sedangkan kemampuan awal tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif. (3) Motivasi Belajar siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi Hidrokarbon. Sedangkan motivasi belajar tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif. (4) Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan kemampuan awal siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. (5) Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan motivasi belajar siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. (6) Tidak ada interaksi antara siswa yang memiliki kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi commit to user belajar kognitif dan afektif siswa. (7) Ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran dengan menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif.
ABSTRACT Widi Astuti, S830809226.. “Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from the beginning ability of student and motivating study of student ". Thesis, guide 1: Prof. Ashadi, guide 2: Drs. Haryono,M.Pd, surakarta: program science education Program of Graduate Studies of Sebelas Maret University, december 2010. The objectives of the research are to know: (1) the effect of TGT learning method using cross word and wheel of fortune to the student’s achievement in chemistry. (2) the effect of high and low the beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (3) the effect of high and low motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (4) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (5) interaction between Chemistry study uses Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune is reviewed from and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (6) interaction between the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (7) interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune, the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. The research is using experiment method. The population is the students of grade X, SMA Negeri 1 Mojolaban in the academic year 2009/2010, Sample is taken by claster random sampling technique, number 2 classes. The technique of collecting data from the variable of the beginning ability and cognitive student’s achievement are collected by tes method and those in affective student’s achievement and motivation are collected by questionnaires. The technique of analyzing data is ANAVA three ways different cell. Based on the result of the research are concluded : (1) there are effect of TGT learning method using Cross Word and Wheel of Fortune to the kognitive and affective student’s achievement in chemistry. (2) there are effect of high and low the beginning ability of student to the kognitive student’s achievement but there is no effect of high and low memory to the affective studen’s achievement in chemistry . (3) there are effect of high and low motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. (4) no interaction between learning method and the beginning ability of student to the student’s achievement in chemistry. (5) no interaction between learning method and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. commit to user (6) no interaction between the beginning ability of student and motivating study of student to the student’s
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
achievement in chemistry. (7) there are interaction between learning method Team Games Tournaments (TGT) using Cross Word and Wheel of Fortune the beginning ability of student, and motivating study of student to the student’s achievement in chemistry. MOTTO Raihlah ilmu dan untuk meraih ilmu lakukan dengan belajar dan sabar (Penulis) Jangan menggantungkan diri kepada orang lain untuk melakukan sesuatu jika kita masih mampu untuk melakukannya sendiri (penulis)
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : Bapak & Ibu tercinta Adeku dedek dan Dek Yuda tersayang Mz Agung terkasih, Semua sahabat terdekat_Qoe,( Ema, Riana, Endit, Mbak Havidoh) Almamater.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan
rahmat
serta
hidayah-Nya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program S2 Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penulisan tesis
ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,
dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setulusnya kepada : 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan fasilitas dalam menempuh pendidikan pada Program Pascasarjana. 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta telah memberikan arahan, bimbingan serta dukungannya bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Prof. Dr Ashadi., selaku pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. 4. Drs. Haryono, M.Pd. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan commit to user bimbingan, arahan, dan petunjuk bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Drs.Tukiman, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Mojolaban yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian. 6. Drs. Bambang Suryono, Dipl.Ed, selaku Kepala SMA Negeri 1 Polokarto yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mengadakan tryout penelitian. 7. Umi Hanifah, S.Pd, selaku Guru Kimia SMA Negeri 1 Mojolaban atas bantuan dan masukannya selama pengambilan data. 8. Siswa Kelas X-2 dan X-3 SMA Negeri 1 Mojolaban atas kerjasama yang telah diberikan saat pengambilan data. 9. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa mendoakan yang terbaik dan memberikan kasih sayang, nasehat, dorongan, dan semangat bagi penulis. 10. Mas Agung dan adekku tersayang terimakasih atas dukungan, doa, nasehat dan cintamu yang membuat semangat baru dalam hidupku. 11. Sahabat sejati (Riana, Ema, Endit, Rahmi, Okta, Ines) terimakasih atas indahnya persahabatan, riangnya canda tawa dalam hari – hariku dan semoga persahabatan kita tak akan putus oleh waktu dan keadaan, Amin. 12. Seluruh teman – teman P. Sains Paralel III angkatan September 2009 atas segala dukungannya. 13. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Karya ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan tesis ini. Akhirnya, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya pendidikan commit to user kimia. x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Surakarta,
Desember 2010
Penulis DAFTAR ISI halaman JUDUL .........................................................................................................
i
PERSETUJUAN..........................................................................................
ii
PENGESAHAN ...........................................................................................
iii
PERNYATAAN ...........................................................................................
iv
ABSTRAK ...................................................................................................
v
MOTTO .......................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN........................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
xvi
BAB I. PENDAHULUAN ...........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Identifikasi Masalah .................................................................
7
C. Pembatasan Masalah ................................................................
7
D. Perumusan Masalah .................................................................
8
E. Tujuan Penelitian ......................................................................
9
F. Manfaat Penelitian .................................................................... commit to user
10
BAB II. LANDASAN TEORI ....................................................................
11
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Tinjauan Pustaka........................................................................
11
1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran Kimia ........................
11
2. Pembelajaran Kooperatif.......................................................
26
3. Pembelajaran Kooperatif TGT ..............................................
31
4. Teka-Teki Silang ...................................................................
35
5. Roda Impian ..........................................................................
37
7. Kemampuan Awal.................................................................
38
8. Motivasi Belajar ....................................................................
40
9. Prestasi Belajar ......................................................................
46
10. Hidrokarbon ........................................................................
50
B. Penelitian yang Relevan ...........................................................
71
C. Kerangka Berpikir ....................................................................
75
D. Hipotesis ...................................................................................
83
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ................................................
85
A. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................
85
B. Metode Penelitian .....................................................................
85
C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .............
87
D. Variabel Penelitian ...................................................................
88
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
89
F. Instrumen Penelitian..................................................................
90
G. Teknik Analisis Data ................................................................ 100 BAB IV. HASIL PENELITIAN.................................................................
85
A. Deskripsi Data ........................................................................... 103 commit to user B. Pengujian Persyaratan Analisis ................................................. 107 xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Pengujian Hipotesis ................................................................... 113 D. Pembahasan ............................................................................... 119 BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ............................. 132 A. Kesimpulan ............................................................................... 132 B. Implikasi .................................................................................... 134 C. Saran .......................................................................................... 135 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 137 LAMPIRAN ................................................................................................. 140
commit to user
xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL halaman 1.
Data nilai rata- rata ulangan harian Hidrokarbon tahu pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009 ..................................................................
6
2.
Perbandingan Karbon Organik dan Anorganik.....................................
51
3
Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkana ......................................
57
4.
Deret Homolog.....................................................................................
58
5.
Rumus Gugus Alkil ..............................................................................
59
6.
Data Sifat Alkana .................................................................................
61
7.
Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkena ......................................
64
8.
Rumus Struktur dan Rumus Molekul Alkuna ......................................
68
9.
Rancangan Penelitian ...........................................................................
86
10.
Contoh Skor Penilaian Afektif .............................................................
96
11.
Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa…………………………….
103
12.
Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa ............................................... 104
13.
Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Kognitif .................................. 105
14.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-TTS ........................ 105
15.
Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas TGT-RI ........................... 106
16. Deskripsi Data Prestasi Belajar Ranah Afektif ..................................... 106 17.
Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Masing –masing Kelompok ..... 108
18.
Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Prestasi Belajar Metode TGTcommit to user TTS dan TGT-RI.................................................................................. 109 xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
19. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kemampuan Awal ................. 110 20. Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Motivasi Belajar .................... 111 21.
Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar ditinjau dari Metode, Kemampuan Awal dan Motivasi Belajar ............................................ 112
22.
Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif ............................. 113
22.
Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Afektif ............................... 114
commit to user
xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR halaman 1.
Analisis Belajar Observasional ............................................................
2.
Percobaan Menunjukan Karbon dan Hidrogen dalam Senyawa Organik
23
.................................................................................................................. 52 3.
Rumus Bangun Metana............................................................................ 53
4.
Ikatan Tunggal.......................................................................................... 54
5.
Ikatan Rangkap Dua.................................................................................. 54
6.
Ikatan Rangkap Tiga.................................................................................. 54
7.
Rantai Lurus............................................................................................. 55
8.
Rantai Bercabang.....................................................................................
9.
Rantai Siklis.............................................................................................. 55
10.
Rantai Aromatis ....................................................................................... 55
11.
Kedudukan Atom Karbon........................................................................ 56
12.
Model molekul Metana............................................................................
13.
Model molekul Etana................................................................................ 57
14.
Model molekul Propana............................................................................ 58
15.
Model molekul Etena ........................................................................... ... 64
16.
Model molekul Propena ....................................................................... ..
17.
Model molekul Etuna.............................................................................. 68
18.
Model molekul Propuna.......................................................................... 69 commit to user
xvi
55
57
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN halaman 1.
Silabus .................................................................................................. 140
2.
Skenario Pembelajaran ......................................................................... 142
3.
Kisi – Kisi Tes Kemampuan Awal ...................................................... 150
4.
Soal Kemampuan Awal ....................................................................... 151
5.
Lembar Jawaban .................................................................................. 159
6.
Kunci Jawaban Soal Kemampuan Awal .............................................. 160
7.
Kisi – Kisi Tes Kognitif ...................................................................... 161
8.
Soal Tes Kognitif ............................................................................... 162
9.
Kunci jawaban Tes Kognitif ............................................................... 173
10.
Indikator Instrumen Afektif ................................................................ 174
11.
Pedoman Penskoran Peniliaian Aspek Afektif ................................... 175
12.
Alat Penilaian Afektif .......................................................................... 176
13.
Kisi – kisi Angket Motivasi Belajar ..................................................... 179
14.
Pedoman Penskoran Angket Motivasi Belajar Kimia.......................... 180
15.
Identitas Siswa ..................................................................................... 181
16.
Angket Motivasi Belajar ..................................................................... 182
17.
Aturan Permainan Teka – teki silang .................................................. 184
18. Indikator Teka – teki silang ................................................................. 185 19.
Soal Teka – Teki Silang I..................................................................... 186 commit to user
20.
Kunci Jawaban Teka – Teki Silang I ................................................... 188 xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
21.
Soal Teka – Teki Silang II ................................................................... 189
22.
Kunci Jawaban Teka – Teki Silang II .................................................. 191
23.
Lembar Teka – teki silang I ................................................................. 192
24.
Jawaban Teka- teki silang I .................................................................. 193
25.
Lembar Teka – teki silang II ................................................................ 194
26.
Jawaban Teka- teki silang II ................................................................ 195
27.
Aturan Permainan Roda Impian ........................................................... 196
28.
Indikator Soal Roda Impian ................................................................. 197
29.
Soal Roda Impian ................................................................................. 201
30.
Jawaban Soal Roda Impian ................................................................. 207
31.
Lembar kerja Siswa .............................................................................. 223
32. Kunci Jawaban Lembar Kerja Siswa .................................................... 255 33.
Hasil Tryout Kemampuan Awal ......................................................... 265
34.
Hasil Tryout Kognitif .......................................................................... 267
35.
Hasil Tryout Afektif ............................................................................. 270
36.
Hasil Tryout Motivasi .......................................................................... 274
37.
Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2007/2008 ........................................ 277
38.
Daftar NilaiHidrokarbon Tahun 2008/2009 ........................................ 278
39.
Daftar Nilai Individu Kelas X-2 tahun 2009/2010............................... 281
40.
Daftar Nilai Kelompok Kelas X-2 tahun 2009/2010 ........................... 282
41.
Nilai Afektif Kelas X-2 tahun 2009/2010 ............................................ 286
42.
Nilai Motivasi Kelas X-2 tahun 2009/2010 ......................................... 288
43.
Daftar Nilai Individu Kelas X-3 tahun 2009/2010............................... 289 commit to user
44.
Daftar Nilai Kelompok Kelas X-3 tahun 2009/2010 ........................... 291 xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
45.
Nilai Afektif Kelas X-3 tahun 2009/2010 ............................................ 293
46.
Nilai Motivasi Kelas X-3 tahun 2009/2010 ......................................... 295
47.
Data Induk Penelitian .......................................................................... 296
48.
Daftar Nilai Ulangan Nilai Redoks kelas X tahun 2009/2010 ............. 299
49.
Uji Keseimbangan ................................................................................ 300
50.
Uji Normalitas ...................................................................................... 308
51.
Uji Homogenitas ................................................................................. 312
52.
Uji Lanjut ............................................................................................. 315
53.
Deskripsi Prestasi Kognitif .................................................................. 317
54.
Deskripsi Prestasi Afektif .................................................................... 319
55.
Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-2 .................................... 320
56.
Rekap Poin Kelompok Kelas X-2 ........................................................ 321
57.
Skor Individu Dalam Pertandingan Kelas X-3 .................................... 323
58.
Rekap Poin Kelompok Kelas X-3 ........................................................ 324
commit to user
xix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah dengan perbaikan sistem pendidikan. Dengan adanya perombakan dan pembaharuan kurikulum yang berkesinambungan, mulai dari kurikulum 1968 sampai kurikulum 2004. Pada kurikulum 2004 yang dikenal dengan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum yang menghasilkan standar nasional dan berorientasi pada kecakapan hidup (Life Skill) serta pendidikan akademik. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kemampuan menyelesaikan tugas – tugas sehingga dapat menumbuhkan tanggung jawab dan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Kurikulum Berbasis Kompetensi bertujuan untuk menciptakan lulusan yang berkompeten untuk membangun kehidupan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dalam kurikulum ini, guru diberikan peluang yang luas untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan kebutuhan sekolah dan sistem belajar tuntas benar - benar dituntut untuk diterapkan, dimana siswa dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya apabila kompetensi sebelumnya telah dikuasai. Menurut Balitbang Depdinas, (2002: 1), Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki ciri – ciri sebagai barikut : “1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal; 2. Berorentasi pada hasil belajar dan keberagaman; 3.Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; 4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur pendidikan; 5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam commitupaya to userpeguasaan atau pencapaian suatu kompetensi”.
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi pembelajaran dilaksanakan secara menyeluruh untuk mencapai kompetensi sesuai standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan peserta didik berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. KBK menuntut metode pengajaran yang bervariatif karena siswa tidak dinilai berdasarkan nilai kognitif saja tetapi juga afektif dan psikomotornya. Kurikulum ini menuntut guru dan siswa bersikap toleran menjunjung tinggi prinsip kebersamaan dan kebhinnekaan serta berpikiran terbuka. Dengan demikian guru dan siswa dapat bersama-sama belajar menggali kompetensinya masing-masing dengan optimal. Pendekatan dan pembelajaran yang didominasi oleh guru (teacher centered) harus mulai di ubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga guru hanya bertindak sebagai fasilitator saja. Oleh karena itu guru harus mampu merancang skenario atau strategi pembelajaran yang efektif, demokratis, terbuka dan menyenangkan. Penilaian di KBK merupakan penilaian tentang kemajuan belajar siswa yang diperoleh pada proses pembelajaran (penilaian proses) sehingga penilainnya tidak hanya diperoleh akhir periode tetapi dilakukan secara berkesinambungan dengan kegiatan pembelajaran dalam arti kemajuan belajar dinilai dari proses bukan semata – mata hasil. Kurikulum yang saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan oleh pemerintah adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai pengembangan dari kurikulum 2004. Prinsip yang digunakan dalam pengembangan KTSP adalah berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Pada KTSP ini, guru diberi kesempatan untuk commit to user mengembangkan indikator pembelajarannya sendiri sehingga guru dituntut untuk
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
kreatif dalam memilih serta mengembangkan materi pembelajaran yang akan disampaikan disekolah. Materi yang dipilih disesuaikan dengan kebutuhan serta tingkat kemampuan masing – masing sekolah. Dengan kurikulum ini, maka guru sebagai pendidik harus bisa memilih strategi pembelajaran yang tepat bagi peserta didiknya. Mata pelajaran kimia sering kali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit, menakutkan, dan membosankan sehingga siswa kurang tertarik dalam memahami dan menguasai konsep – konsep dasar pada materi kimia. Akibat dari kesulitan – kesulitan yang ada diharapkan para guru kimia mampu menyajikan materi – materi kimia dengan lebih menarik dan bersahabat, serta mampu memberikan motivasi sehingga siswa akan termotivasi mempelajari kimia. Untuk menyajikan materi kimia secara lebih menarik, guru harus mempunyai kemampuan dalam mengembangkan metode pengajaran dan pemanfaatan media pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik. Beberapa hal yang mempengaruhi proses belajar siswa SMA dalam belajar kimia adalah sebagai berikut : kemampuan awal yang dimiliki siswa, peran aktif siswa dalam mengikuti pelajaran, kemampuan guru dalam penyampaian materi pelajaran, dan penggunaan metode mengajar yang sesuai dengan materi. Nana Sudjana (1995: 158) mengatakan bahwa “ pengetahuan dan kemampuan dasar baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya dan kemampuan yang lebih rendah dari pengetahuan baru tersebut”. Abd Gafur (1982: 57) menyatakan bahwa “Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah pengetahuan dan ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya lain-lain latar belakang commit to user informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suatu program pengajaran”. Jadi kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi baru. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan lebih mudah menerima dan mempelajari materi pelajaran baru dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Dalam proses belajar mengajar pemilihan dan penggunaan metode yang tepat dalam menyajikan suatu materi dapat membantu siswa dalam mengetahui serta memahami segala sesuatu yang disajikan guru sehingga melalui tes hasil belajar dapat diketahui peningkatan prestasi belajar siswa. Melalui pembelajaran yang tepat diharapkan siswa mampu memahami dan menguasai materi ajar sehingga dapat berguna dalam kehidupan nyata. Salah satu indikator keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah cermin dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Untuk meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan tersebut adalah pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Pendekatan pembelajaran ini merupakan strategi
pembelajaran
yang
dapat
mendorong
siswa
mengkonstruksi
pengetahuannya, menerapkan pengetahuannya, belajar memecahkan masalah, mendiskusikan masalah dan mempunyai keberanian untuk menyampaikan ide. Teori pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Hal ini atas dasar siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah
tersebu
dengan temannya (Slavin, 1995: 5). Penelitian commit to user menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai keuntungan,
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
misalnya meningkatkan pencapaian akademik, pengembangan afektif dan sosial, serta meningkatkan hubungan ras atau etnik. Pembelajaran kooperatif juga membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa dan melatih hidup bersama. Model pembelajaran kooperatif lebih menekankan kepada siswa untuk membentuk kelompok-kelompok dan setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan awal yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), motivasi belajar siswa yang berbeda-beda (tinggi dan rendah), dan bekerjasama dalam semangat pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi metode yang diterapkan antara lain: metode Student Team Achievement Divison (STAD), Jigsaw, Teams Games Tournament (TGT), Number Heads Together (NHT), Group Investigation (GI), Team Assited Individualization (TAI). Sedangkan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa diperlukan media pembelajaran yang inovatif seperti : TTS, Ular Tangga, Roda Impian, Piramida. Dari beberapa metode pembelajaran kooperatif dan media pembelajaran tersebut, peneliti telah mempelajari teknik-teknik mekanisme proses pembelajaran masing-masing metode, untuk dipilih dan disesuaikan dengan keadaan siswa dari dua kelas, karena di kedua kelas tersebut siswa memiliki kecenderungan aktif untuk bermain. Diantara metode pembelajaran kooperatif yang dirasa sesuai untuk mengaktifkan dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah metode kooperatif Teams Games Tournaments (TGT). Alasannya karena metode kooperatif TGT tepat untuk melibatkan keaktifan siswa dalam mempelajari materi Hidrokarbon. Pada TGT siswa akan berkompetisi dalam permainan sebagai wakil dari kelompoknya. commit to user Sistem permainan yang dipakai pada penelitian ini adalah Teka-Teki Silang (Cross
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Word) dan Roda Impian (Wheel of Fortune). Permainan tersebut mempunyai perbedaan dalam hal teknik menjawab dan daya tarik. Dengan adanya permainan diharapkan siswa dapat tertarik dan tidak bosan dalam belajar kimia serta dapat mengarahkan siswa dalam suasana kerja sama sehingga dapat meningkatkan prestasi. Menurut Slavin (1995: 285), “TGT lebih tepat untuk mengajar obyek yang didefinisikan secara baik dengan satu jawaban benar seperti konsep dan fakta ilmu pengetahuan”. Ilmu kimia adalah ilmu pengetahuan yang berdasarkan pada faktafakta dan pemikiran-pemikiran para ahli. Oleh karena itu, ilmu kimia dapat menggunakan metode TGT. Salah satu materi dalam ilmu kimia adalah Hidrokarbon. Hidrokarbon merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran kimia yang penting untuk dipelajari karena berhubungan dengan kehidupan seharihari, bersifat informatif, memerlukan pemahaman dan hafalan yang cukup dari siswa. Untuk itu perlu cara yang mudah dalam penyampaian materi Hidrokarbon kepada siswa yaitu dengan metode pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih aktif belajar dan tidak cepat merasa bosan. Keberhasilan suatu pembelajaran selain ditentukan oleh faktor eksternal juga ditentukan oleh faktor internal. Metode pembelajaran, guru, bahan ajar, sarana dan prasarana merupakan faktor eksternal. Sedangkan faktor internal biasanya telah dimiliki dalam diri siswa yang meliputi bakat, minat, kemampuan awal, kreativitas, motivasi, keingintahuan dan kecerdasan siswa. Faktor internal yang akan diteliti dalam penelitan ini adalah kemampuan awal dan motivasi belajar siswa. Sebab dalam mempelajari materi Hidrokarbon dibutuhkan kemampuan prasyarat yang baik agar siswa mudah memahami materi Hidrokarbon yang baru diterima, disamping itu commit to user dalam menerapkan metode kooperatif TGT-TTS dan TGT-RI sangat diperlukan
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
keaktivan agar diskusi atau kerja kelompok dapat berjalan lancar. Sebab siswa yang memiliki keaktifan tinggi lebih mudah mengeluarkan gagasan, memiliki dorongan rasa ingin tahu yang besar terhadap situasi atau permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian akan timbul aktivitas belajar siswa yang aktif dalam pembelajaran. Oleh sebab itu peneliti meninjau kemampuan awal dan motivasi belajar dalam penelitian ini. Pada dasarnya setiap orang memiliki kepribadian yang khas misalnya individualis, kompetitif, dan kooperatif oleh karena itu setiap orang tidak akan memberikan respon yang sama pada suasana kerjasama (kooperatif). Dengan melihat kecenderungan–kecenderungan tersebut maka sangat dimungkinkan bahwa kemampuan awal siswa akan berpengaruh pada tinggi rendahnya tingkat pencapaian hasil belajar siswa. Siswa dengan kemampuan awal tinggi akan lebih mudah untuk menerima pelajaran.
Sebaliknya siswa
yang kemampuan
awal
rendah
dimungkinkan prestasi belajarnya kurang karena siswa belum menguasai konsep – konsep dasar sebagai acuan untuk mempelajari materi baru. Selain kemampuan awal, faktor motivasi belajar siswa juga mendukung keberhasilan suatu pembelajaran. Motivasi belajar dapat mendorong siswa untuk aktif dalam mengikuti proses pembelajaran, sebab siswa yang mempunyai motivasi belajar yang baik cenderung merasa ingin tahu lebih dalam materi yang disajikan oleh guru, kecenderungan memberikan orisinalitas gagasan-gagasan dalam mencoba memecahkan masalah yang dihadapi serta kritis dalam mengajukan pendapatpendapat. Ironis sekali apabila guru dalam menyajikan materi hanya menggunakan model pembelajaran yang monoton sebagai akibatnya pola berpikir kreatif dalam commit to user diri setiap siswa tidak berkembang. Namun sangat disayangkan tingkat motivasi
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
belajar siswa ini kurang mendapatkan perhatian oleh guru di SMA Negeri 1 Mojolaban. Guru dalam melaksanakan pembelajaran hanya berpusat pada guru, sehingga siswa menjadi pasif. Persentase siswa di SMA Negeri 1 Mojolaban yang mencapai ketuntasan belajar pada mata pelajaran kimia masih rendah atau dibawah batas tuntas (62)., khususnya pada materi Hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan pada tabel 1.1 persentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar dua tahun terakhir pada rata-rata ulangan harian materi hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009. Tabel 1.1 Data nilai rata-rata ulangan harian hidrokarbon tahun pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009
Tahun Ajaran Kelas Rata- rata nilai Hidrokarbon KKM Ketuntasan (%) 2007/2008 X-1 45,24 62 28,57 2007/2008 X-2 61,17 62 40,48 2007/2008 X-3 44,78 62 20 2008/2009 X-1 51,6 62 14,74 2008/2009 X-2 50,08 62 5 2008/2009 X-3 49,1 62 19,05 2008/2009 X-4 51,43 62 11,90 2008/2009 X-5 51,5 62 9,76 2008/2009 X-6 49,9 62 17,95 2008/2009 X-7 51,13 62 25 Sumber : Daftar nilai Ulangan harian materi Hidrokarbon kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun Pelajaran 2007/2008 dan 2008/2009. Pada kelas X semester 2 materi yang diajarkan meliputi larutan elektrolit dan non elektrolit, reaksi oksidasi-reduksi dan senyawa hidrokarbon. Namun pada penelitian ini dilakukan pada materi Hidrokarbon. Materi ini mempunyai karakteristik berupa konsep dan hafalan. Materi ini masih dianggap oleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban sulit, hal ini dapat dilihat pada tabel 1.1 yang menunjukkan tidak lebih dari 50% yang mencapai ketuntasan minimal. Disamping itu, materi Hidrokarbon merupakan materi yang penting karena konsep-konsep commit to user dalam Hidrokarbon masih akan digunakan sebagai dasar dalam mempelajari materi
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
selanjutnya sehingga diharapkan siswa mampu menguasai konsep-konsep yang diajarkan pada materi Hidrokarbon. Untuk mengatasi masalah tersebut maka perlu adanya penerapan metode pembelajaran yang sesuai untuk materi Hidrokarbon sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Berdasar uraian di atas, peneliti mencoba menerapkan metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 di SMA Negeri 1 Mojolaban. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan pada materi pokok Hidrokarbon sebagai berikut : 1. Belum semua guru SMA Negeri 1 Mojolaban mampu merancang skenario pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan menerapkan metode yang berorientasi pada student centered. 2. Mata pelajaran kimia masih disajikan secara abstrak dan belum menerapkan sistem pembelajaran yang kondusif. 3.
Proses pembelajaran belum diselenggarakan secara kreatif dan inovatif sehingga guru belum menciptakan pembelajaran yang menarik bagi siswa, padahal telah dikembangkan pembelajaran yang menarik bagi siswa seperti TTS, Ular Rangga, Roda Impian, Piramida.
4. Guru belum memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi dan menerapkan sesuai situasi dan kondisi siswa, padahal telah dikembangkan
berbagai metode kimia yang sesuai dengan commitpembelajaran to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karakteristik siswa dan materi seperti STAD, TGT, NHT, TPS, Jigsaw, GI. 5. Perbedaan kondisi awal antar siswa seperti kemampuan awal, motivasi belajar, kreativitas belajar dan aktivitas belajar belum diperhatikan oleh guru. 6. Masih banyak guru yang jarang melaksanakan pembelajaran kooperatif untuk meningkatakan pencapaian prestasi siswa. 7. Guru belum memperhatikan jenis permainan pada metode TGT yang dapat menyebabkan perbedaan prestasi belajar siswa. 8. Guru belum memperhatikan kemampuan awal siswa yang bervariasi. 9. Guru belum memperhatikan motivasi belajar siswa yang bervariasi. 10. Guru cenderung memberikan penilaian hanya pada aspek kognitif saja, padahal seharusnya penilaian mencakup kognitif, afektif, psikomotor. 11. Materi kimia yang disajikan pada kelas X adalah Struktur Atom, Sistem Periodik Unsur, Ikatan Kimia, Stoikiometri, Larutan Elektrolit, Reaksi Redoks, Hidrokarbon, dan Minyak Bumi diantara materi tersebut berkaitan, namun guru belum menunjukkan keterkaitannya. C. Pembatasan Masalah Penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan pasti, sehingga perlu diberikan batasan masalah. Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada : 1. Subyek Penelitian Subyek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban semester genap. 2. Metode Pembelajaran
commit to user Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran kooperatif TGT menggunakan permainan TTS dan Roda Impian. 3. Kemampuan Awal Kemampuan awal siswa dikatagorikan menjadi tinggi dan rendah. 4. Motivasi belajar Motivasi belajar siswa dikategorikan menjadi tinggi dan rendah. 5. Prestasi Belajar Siswa Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini ditinjau dari aspek kognitif dan afektif. 6. Materi Pokok Materi yang diberikan dibatasi pada Hidrokarbon. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : 1. apakah ada pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon ? 2. apakah ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon? 3. apakah ada pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon? 4. apakah ada interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon? commit to user 5. apakah ada interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon? 6. apakah ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon? 7. apakah ada interaksi antara penggunaan metode TGT , kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. pengaruh pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok Hidrokarbon. 2. pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 3. pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 4. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 5. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 6. interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap commit to user prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon.
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. interaksi antara pembelajaran menggunakan metode TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. F.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk menberikan : 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai masukan guna memperluas wawasan bagi guru dalam memilih model pembelajaran. b. Sebagai bahan rujukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya kimia. c. Menambah khasanah karya ilmiah dalam mata pelajaran kimia. 2. Manfaat Praktis a. Hasil Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi sekolah dalam rangka perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar. b. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih mencermati dalam menentukan metode pembelajaran sehingga mencapai tujuan dengan baik. Sebagai contoh dalam penerapan model pembelajaran kooperatif metode TGT-TTS dan TGT-RI.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kimia Menurut Poerwadarminta (1984: 22) istilah “pembelajaran” sama dengan “pengajaran”. Pengajaran mempunyai arti : cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Menurut Alvin W. Howard, pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan ketrampilan, sikap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan. (Slameto, 2003:32) direncanakan oleh guru untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Menurut
Murshell,
pembelajaran
digambarkan
sebagai
“mengorganisasikan belajar”, sehingga dengan mengorganisasikan itu, belajar menjadi berarti atau bermakna bagi siswa. (Slameto, 2003:32). pembelajaran adalah suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar (Sardiman A.M., 1994:4647). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat siswa belajar yaitu dengan bertambahnya pengetahuan atau perubahan tingkah laku pada dirinya dan suatu usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar bagi para siswa. a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai commit to user hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkunganya. Belajar
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan dan perilaku individu. Menurut Mohammad Joko Susilo (2007 : 165), “ belajar yaitu keaktifan siswa dan motivasi siswa untuk mengembangkan kompetensi, tata nilai, sikap, dan kemandirian”. Dalam belajar siswa diharapkan mengalami perubahan tingkah laku dari aktivitas yang dialami siswa pada proses pembelajaran
sehingga
dalam
diri
siswa
timbul
motivasi
yang
dapat
mengembnagkan pengetahuan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir. ”Aktivitas belajar sangat berkaitan dengan fungsi otak. Perkembangan dan cara kerja fungsi otak dipengaruhi oleh hasil interaksi dengan objek belajar atau lingkungan” ( Muhibbin Syah, 2005: 89). Dalam hal ini seorang siswa dapat belajar bagaimana caranya belajar dari pengalaman belajar yang dialami. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan objek belajar, misalnya siswa mengerjakan tugas, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, percobaan dan lain-lain. b. Teori – teori Belajar Banyak teori belajar yang telah disusun oleh para ahli namun tidak dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga dalam pelaksanaannya perlu menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain: 1). Teori Belajar Konstruktivisme Menurut Von Glaserfelt dalam Paul Suparno (1997 : 18),” Kontruktivis adalah konstruksi kita sendiri”. Menurut pandangan konstruktivistik, belajar commit to user merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan (Asri Budiningsih, 2005: 58).
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghafal, tetapi siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan dalam diri mereka sendiri. Pengetahuan dibangun dalam pikiran (dikonstruksi) dari hasil interpretasi atau suatu gejala, sehingga pengetahuan sangatlah dipengaruhi oleh pola pikir siswa itu sendiri. Siswa harus dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya. Oleh karena itu, agar peserta didik benar-benar memahami, mereka harus bekerja keras untuk memecahkan masalah dan kesulitan yang ada dengan ide-ide dan kemampuannya. Paul Suparno (1997 : 28),” belajar merupakan proses mengkonstruksi (membangun) pengetahuan melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungan sehingga diperlukan keaktifan dari masing – masing siswa”. Belajar merupakan pembentukan pengetahuan yang dilakukan oleh sipembelajar, siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna tentang hal- hal yang dipelajari. Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu, sehingga kemampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam mengkontruksi pengetahuan yang baru. Von Galserfeld dalam Paul, S. (1997: 60), berpendapat bahwa ada beberapa kemmapuan yang diperlukan dalam proses mengkontruksi pengetahuan yaitu : ” a). Kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengetahuan; Kemampuan
membandingkan dan
b).
mengambil keputusan akan kesamaan dan
perbedaan; c). Kemampuan untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari pada yang lain”.
commit to user Ide pokoknya adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sendiri otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan, tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran. Para ahli konstruktivis menyatakan bahwa belajar melibatkan konstruksi pengetahuan saat pengalaman baru diberi makna oleh pengetahuan terdahulu. Persepsi yang dimiliki oleh siswa mempengaruhi pembentukan persepsi baru. Siswa menginterpretasi pengalaman baru dan memperoleh pengetahuan baru berdasar realitas yang telah terbentuk di dalam pikiran siswa. Menurut Mordechai Gordon dalam jurnalnya yang berjudul “Between Constructivism and Connectedness ”(2008: 325): “Thus, constructivist teacher education programs typically agree on the following four principles formulated: a). Constructivist learning is about constructing knowledge, not receiving it.; b). Constructivist learning is about understanding and applying, not recall.; c). Constructivist learning is about thinking and analyzing, not accumulating and memorizing; d). Constructivist learning is about being active, not passive. Berdasarkan pengertian diatas, program pendidikan guru menyetujui tipe pembelajaran konstrutivisme yang terdiri dari empat prinsip antara lain : a). Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang bersifat membangun pengetahuan dan bukan menerima pengetahuan, b). pembelajaran kontruktivis berupa pengertian dan penerapan konsep bukan penarikan kesimpulan, c). Pembelajaran
kontruktivis
merupakan
membelajaran
untuk
berpikir
dan
commit to user menganalisis bukan untuk mengumpulkan dan menghafalkan pengetahuan, d).
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pembelajaran kontrunstivis merupakan
pembelajaran yang bersifat aktif bukan
pembelajaran yang bersifat pasif. Pembelajaran kontruktivis merupakan pembelajaran yang membangun atau membentuk pengetahuan itu dari dalam diri siswa berdasarkan pengalaman yang dialami. Dengan pengalaman yang dimiliki maka penerapan konsep untuk membetuk pengetahuan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Selain itu dalam pembelajaran kontruktivisme merupakan pembelajaran untuk berpikir dan menganalisis pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman (pelajaran kimia khususnya materi Hidrokarbon) dari pembelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkrit sehingga siswa benar – benar mengerti dan paham materi Hidrokarbon dan siswa tidak menghafal konsep materi Hidrokarbon dalam belajar. pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga dengan keaktifan itu siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa implikasi dari teori belajar konstruktivistik ini adalah aktivitas siswa dalam mengkontruksi pengetahuannya sendiri, sehingga siswa akan terbiasa dan terlatih untuk berpikir sendiri, memecahkan masalah yang dihadapinya, aktif, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggung jawabkan pemikirannya secara rasional. 2). Teori Belajar Kognitif Menurut Asri Budiningsih ( 2005 :51), ” belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat dialami dan diukur”. Berdasarkan uraian diatas setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pemahaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. commit to user Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur – unsur kognisi terutama pikiran untuk mengenal dan memahami stimulus dari luar. Hal ini berarti aktivitas belajar ditentukan pada proses internal dalam berpikir yakni pengolahan informasi. Prinsip – prinsip teori kognitif dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut : a). siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya. Mereka mengalami perkembangan kognitif melalui tahap – tahap tertentu; b). anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika menggunakan benda – benda konkrit; c). keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar sangat penting karena hanya dengan mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik; d). untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan pengalaman dan informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si pembelajar; e). pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke komplek; f). belajar memahami akan lebih bermakna daripada belajar meghafal; g). adanya perbedaan individu pada diri siswa perlu diperhatikan karena faktor ini sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Teori yang termasuk dalam teori kognitif antara lain : a). Teori perkembangan Piaget Piaget
adalah
ahli
psikologi
ynag
pertama
menggunakan
filsafat
konstruktivis dalam proses belajar. Piaget menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intelektual yaitu berpikir konkrit commit to user ke abstrak. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik,
perpustakaan.uns.ac.id
20 digilib.uns.ac.id
yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Semakin bertambah umurnya maka kemampuan seseorang akan semakin meningkat. Piaget tidak melihat perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang berbeda usia akan berbeda pula kualitatifnya. Piaget membagi tahap – tahap perkembangan kognitif menjadi empat yaitu : (1). Tahap sensorimotor ( umur 0-2 tahun) yaitu pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana; (2). Tahap Preoperasional ( umur 2- 7/8 tahun)
yaitu anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan
konsepnya walaupun masih sangat sederhana; (3). Tahap Oerasional konkret ( umur 7/8-12/12 tahun) yaitu ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah pada penggunaan aturan – aturan yang jelas dan logis dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir tetapi hanya dengan benda – benda yang bersifat konkret dan masih memiliki masalah mengenai cara berpikir abstrak; (4). Tahap opersional fornal ( umur 11/12-18 tahun) yaitu pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola pikir ” kemungkinan”. Skema merupakan suatu struktur mental atau kognitif yang dengan seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya. Menurut piaget, adaptasi adalah proses penyesuaian skema dalam merespon lingkungan melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengan seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru kedalam skema atau pola yang sudah ada di dalam pikirannya. Akomodasi commit to user merupakan proses pengintegrasian stimulus baru kedalam skema yang telah
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbentuk secara tidak langsung. Selanjunya dalam proses perkembangan kognitif seseorang diperlukan keseimbangan antara antara asimilasi dan akomodasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa materi yang diajarkan harus sesuai tingkat perkembangan kognitif siswa yang tergolong pada tingkat operasional konkrit sehingga konsep diwujudkan dalam bentuk konkrit. b) Teori Vygotsky Teori
perkembangan
kognitif
yang
dinyatakan
oleh
Vygotsky
mengembangkan pemahaman pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran di mana pebelajar tinggal yakni interaksi sosial melalui dialog dan komunikasi verbal. Vygotsky memperkenalkan gagasan Zone Proximal Development (ZPD). Menurut Vygotsky bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan kemampuan siswa, atau tugas-tugas itu berada dalam ZPD siswa, yaitu tingkat perkembangan intelektual yang sedikit lebih tinggi di atas perkembangan intelektual siswa
yang dimiliki saat ini.
Vygotsky membedakan antara
perkembangan dengan belajar. Belajar tidak sama dengan perkembangan tetapai belajar terkait dengan perkembangan, yakni belajar dapat menyebabkan terjadinya proses perkembangan intelektual. Vygotsky memberikan batasan tentang teori perkembangan ZPD, yakni sebagai berikut : jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dan tingkat perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman sebaya yang lebih mampu. Vygotsky sangat yakin bahwa commit to user ”kemampuan yang tinggi pada umumnya akan muncul dalam dialog atau kerjasama
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
antar individu siswa, sebelum kemampuan yang lebih tinggi itu diserap ke dalam individu siswa”(Slavin, 1995:4). Ada dua hal yang ditekankan dalam teori Vygotsky, yakni : ”(1). Menghendaki setting kelas dengan pembelajaran yang berorientasi pada pembelajaran kooperatif, sehingga siswa dapat berinteraksi dengan sekelompok temannya dalam tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD-nya; (2). Menekankan tentang scafolding, yang artinya memberikan kepada seorang siswa bantuan belajar dan pemecahan masalah pada tahaptahap awal pembelajaran yang kemudian mengurangi bantuan itu dan memberikan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Bantuan yang diberikan siswa dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh, atau apaun yang lain yang memungkinkan siswa tumbuh secara mandiri ”(Slavin, 1994 : 49). Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori Vygostky terhadap pembelajaran adalah kemampuan untuk mewujudkan tatanan pembelajaran kooperatif dengan dibentuk kelompok – kelompok belajar yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda dan penekanannya dalam pembelajaran supaya siswa mempunyai tanggung jawab terhadap belajar. 3). Teori Belajar bermakna dari Ausubel Belajar merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif. Oleh karena itu diperlukan suatu upaya untuk mengorganisasi isi atau materi pelajaran serta penataan kondisi pembelajaran agar dapat mempermudah proses asimilasi pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif orang yang belajar. Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi kognitif siswa melalui proses belajar yang bermakna. Inti dari teori belajar commit to user bermakna Ausubel adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau bermakna
perpustakaan.uns.ac.id
23 digilib.uns.ac.id
kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Menurut Ausubel dalam Ratna Willis Dahar ( 1989: 117) teori belajar bermakna menerapkan prinsip – prinsip sebagai berikut: “Pengatur awal ( Advance organizer), Diferensiasi progresif, Rekonsilasi integratif, dan Belajar superordinat”. a) Pengatur awal: Penyampaian awal tentang materi yang akan dipelajari siswa dan menolong mereka untuk mengingat kembali informasi - informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru sehingga diharapkan siswa secara mental akan siap untuk menerima materi kalau mereka mengetahui sebelumnya materi apa yang akan disampaikan guru. Contoh: handout sebelum perkuliahan, b) Diferensiasi progresif: Materi pelajaran yang disampaikan guru hendaknya bertahap. Diawali dengan guru mengajarkan konsep – konsep yang umum dulu, kemudian dilanjutkan ke hal-hal yang khusus, disertai dengan contoh-contoh, sebagai contoh dalam pembelajaran ilmu kimia pada materi hidrokarbon terlebih dahalu menjelaskan senyawa karbon dengan menunjukan mengapa senyawa itu disebut senyawa karbon, kemudian menjelaskan ada dua macam senyawa karbon yaitu senyawa alifatik dan senyawa aromatik hal ini dijelaskan berdasarkan perbedaannya, kemudian senyawa alifatik diturunkan menjadi beberapa golongan yaitu senyawa hidrokabon dan senyawa karbon kation. Kemudian hidrokarbon diperinci menjadi deret homolog alkana, alkena, dan alkuna berdasarkan sifat – sifatnya. Kemudian untuk deret homolog diberikan contoh – contoh yang terdapat dalan kehidupan sehari – hari, c) Rekonsilasi integratif: Penjelasan yang diberikan oleh guru tentang kesamaan dan perbedaan konsepcommit to user konsep yang telah mereka ketahui dengan konsep yang baru saja dipelajari, d)
perpustakaan.uns.ac.id
24 digilib.uns.ac.id
Belajar superdinat: terjadi bila konsep - konsep yang telah dipelajari sebelumnya dikenal sebagai unsur – unsur dari suatu konsep yang lebih luas. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau guru dalam menyajikan materi pelajaran yang baru dapat menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengatahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru. 4). Teori Pemrosesan informasi Gagne Asumsi yang menyadari teori ini adalah bahwa pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan. Perkembangan merupakan hasil kumulatif dari pembelajaran. Menurut Gagne tahapan proses pembelajaran meliputi delapan fase (Ratna Wilis Dahar, 1989 : 141) yaitu ”delapan tahapan tersebut adalah: (1) motivasi; (2) pemahaman; (3) pemerolehan; (4) penyimpanan; (5) ingatan kembali; (6) generalisasi; (7) perlakuan dan (8) umpan balik”. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori commit to user pemrosesan informasi terjadi adanya interaksi antara kondisi – kondisi internal dan
perpustakaan.uns.ac.id
25 digilib.uns.ac.id
kondisi – kondisi eksternal individu. Kondisi internal yaitu keadaan dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil belajar dan proses kognitif yang terjadi dalam individu. Sedangkan kondisi eksternal adalah rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran berupa metode pembelajaran dan media pembelajaran. 5).Teori Motivasi Motivasi merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia dari periode yang satu berbeda dari periode yang lain begitu pula dari daerah ynag satu berbeda dari daerah yang lain. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan pandangan hidup manusia itu sendiri dan perbedaan pandangan hidup manusia atas manusia. Perspektif motivasional terdiri atas belajar secara kerjasama yang berfokus kepada tujuan atau penghargaan kepada siswa yang berkooperatif. Deutsch (1949) dalam Slavin (1995: 16), mengidentifikasikan tiga tujuan kooperatif yaitu: ” a). kooperatif yang berorientasi kepada pencapaian tujuan orang lain; b). kooperatif yang bersifat perseorangan, yaitu berorientasi bukan untuk orang lain; c). struktur kerjasama yang menciptakan suatu situasi dimana satusatunya jalan agar tercapainya tujuan dirinya sendiri adalah dengan mensukseskan tujuan dari kelompoknya dahulu”. Oleh karena itu mereka harus saling membantu antar anggota kelompoknya dan yang lebih penting adalah mereka harus berusaha secara maksimal untuk mensukseskan tujuan kelompoknya. Dengan kata lain, memberi penghargaan kelompok berdasarkan pada pencapaian kelompok (atau penjumlahan pencapaian individu) menciptakan suatu struktur hubungan penghargaan antar pribadi di mana anggota kelompok akan memberi atau menahan sosial reinforcers ( seperti dorongan commit to user dan pujian) sebagai hubungan atasusaha antar anggota kelompok .
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6). Teori Belajar Sosial Teori belajar sosial adalah perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional. Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969). Teori ini menerima sebagian besar prinsip-prinsip teori belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat dari perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku dan pada prosesproses mental internal. Lebih jauh Bandura ( 1977 ) dalam Ratna Wilis Dahar (1989 : 27), menjelaskan bahwa “manusia itu tidak didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipukul oleh stimulus-stimulus lingkungan”. Fungsi psikologi diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan determinan pribadi dan determinan - determinan lingkungan. Pernyataan ini didapatkan dari studi awal yang mula-mula dilakukan oleh Bandura yang menemukan peranan model tingkah laku dalam belajar tingkah laku pro sosial dan juga tingkah laku anti sosial. Menurut Bandura (1977) dalam William Crain (2007 : 304), ada empat komponen pada proses belajar lewat pengamatan (observasi) yang dapat dilihat dalam gambar 2.1. Peristiwa Penampilan Model
Proses Perhatian
Proses Retensi
Proses Reproduksi
Proses Motivasi
Gambar 2. 1. Analisis Belajar Observasional
a) Proses Perhatian (Attention) Pada fase ini siswa memberikan perhatian kepada suatu model. Model – commit to user model yang menarik, berhasil menimbulkan minat dan popular biasanya banyak
perpustakaan.uns.ac.id
27 digilib.uns.ac.id
menarik perhatian siswa. Dalam kelas, guru mmeperoleh perhatian dari para siswa jika guru menyajikan isyarat- isyarat yang jelas dan menarik menggunakan hal – hal baru, aneh atau tak terduga dengan memotivasi para siswa agar menaruh perhatian ( misalnya dengan berkata, ”dengarkanlah baik – baik, ini akan muncul dalam ujian minggu depan”). b. (Proses Mengingat (Retention) Pada fase ini siswa mencoba menyajikan simbol-simbol (disebut dengan proses pengkodean simbolis) dari penapilan si model, lalu mengorganisasikan secara kognitif dalam sistem ingatannya untuk diubah menjadi kode-kode visual dan verbal, lalu menyimpan kode – kode tersebut dalam ingatan untuk digunakan b) Proses Reproduksi Motorik (Motoric Reproduction) Pada fase ini kode-kode simbolik verbal dan visual dalam memori dibangkitkan untuk membimbing penampilan perilaku. Seperti halnya proses mengingat, proses ini dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu. Fase ini memungkinkan model atau guru melihat apakah komponen-komponen suatu urutan perilaku telah dikuasai siswa atau belum. Agar siswa berhasil dalam belajarnya, maka perlulah memperhatikan prinsipprinsip belajar. Beberapa prinsip belajar diantaranya adalah sebagai berikut: a) Belajar perlu memiliki pengalaman dasar; b) Belajar harus memiliki tujuan yang terarah; c) Belajar memerlukan situasi yang problematis, yang akan membangkitkan motivasi belajar; d) Belajar harus memiliki tekad dan kemauan yang keras dan tidak mudah putus asa; e)Belajar memerlukan bimbingan, arahan serta dorongan; f) Belajar memerlukan latihan; g) Belajar memerlukan metode yang tepat; h) Belajar commit to user membutuhkan waktu dan tempat yang tepat.
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dengan memahami pengertian belajar dengan benar dan memahami prinsipprinsip belajar, maka seorang guru dapat merencanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan disesuaikan dengan karakter siswa yang diajar. 2. Pembelajaran kooperatif a. Pengertian pembelajaran kooperatif Menurut teori konstruktivis pembelajaran kooperatif berdasar atas teori bahwa “siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah itu dengan temannya” (Slavin, 1995: 5). Dalam hal ini pembelajaran konstruktivis menekankan dan menitikberatkan pada bagaimana persiapan siswa untuk memecahkan masalah dalam situasi yang ambigu sehingga dalam kondisi tersebut siswa dapat bekerja sama saling membantu dalam stu kelompok. Menurut Effandi Zakaria and Zanaton Iksan dalam jurnalnya yang berjudul “Promoting Cooperatif Learning in Scince and Mathematic Education : A Malaysian Perspectif”(2006:2) “Cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks. Cooperative learning has been used as both an instructional method and as a learning tool at various levels of education and in various subject areas.” Pembelajaran kooperatif berdasarkan atas kepercayaan bahwa pembelajaran yang paling efektif ketika siswa terlibat aktif dalam mengeluarkan pendapat dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik. Pembelajaran kooperatif menggunakan perpaduan antara metode pembelajaran dan alat atau media pembelajaran. Nurhadi
( 2004 : 112)
commit to user mengatakan “pembelajaran
kooperatif adalah
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pembelajaran yang secara sadar dan sengaja mengembangkan interaksi yang silih asuh
(saling
kesalahpahaman
tenggang yang
rasa)
dapat
untuk
menghindari
menimbulkan
ketersinggungan
permusuhan”.
Dalam
hal
dan ini
pembelajaran pembelajaran koopertif merupakan strategi belajar dengan jumlah kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda dan dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memamahi materi pelajaran. Menurut Isjoni ( 2007: 12)“ pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran“. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar yang menekankan siswa belajar dalam kelompok heterogen campuran yang beranggotakan 4 sampai 5 siswa. Kelompok heterogen meliputi tingkat kemampuan akademik, jenis kelamin, suku/ras, dan status sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama, berinteraksi satu dengan yang lainnya, saling membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. Siswa berprestasi tinggi akan memperoleh pengetahuan lebih karena sebagai tutor dan siswa yang berprestasi kurang akan mengalami peningkatan pengetahuannya. Berdasarkan uraian di atas, maka pembelajaran kooperatif dapat diartikan sebagai suatu bentuk belajar bersama dalam sebuah tim atau kelompok belajar dan para anggota dalam kelompok bekerja secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama yang telah ditetapkan sebelumnya. commit to user b. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran kooperatif harus diterapkan yaitu: 1) Saling Ketergantungan Positif Dalam bekerja kelompok setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan positif. 2) Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini berarti setiap siswa berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. 3) Tatap Muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegaiatan ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok commit to user karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi.
perpustakaan.uns.ac.id
31 digilib.uns.ac.id
4) Komunikasi antar Anggota Pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. 5) Evaluasi Proses Kelompok Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi beberapa model yaitu: a) Student Team Achievement Divisions (STAD); b) Teams Games Tournaments (TGT); c) Jigsaw; d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); e) Team Accelerated Instruction (TAI). Selain itu ada juga metode belajar lain masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu : a) Group Investigation; b) Learning Together; c) Complex Instruction; d) Structural Dyadic Methods (Slavin, 1995: 5). Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa; b) Meningkatkan rasa percaya diri; c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan; d) Memperbaiki hubungan antar kelompok. Disamping itu ada juga kelemahannya, yaitu: a) Memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakannya; b) Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk. Menurut Robyn M. Gillies dalam jurnalnya yang berjudul “The Effects of Cooperative Learning on Junior High School Students’ Behaviour Discourse and Learning During a Science-Based Learning Activity” (2008: 332) :
commit to user “This includes ensuring that the group task is established so that all
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
members realize that they are required to contribute and to assist others to do likewise. It also includes ensuring that students are taught the interpersonal and small-group skills that are required to help students communicate effectively with their peers, manage conflict, allocate resources fairly and make decisions democratically. When these elements have been embedded into the small group structure, students are more likely to feel included and accepted as part of the ‘group’, and this, in turn, provides the impetus for them to feel motivated to achieve and contribute to both their own and the group’s goals”. Termasuk memastikan bahwa tugas kelompok diadakan agar para siswa menyadari bahwa mereka saling menbutuhkan sumbangan dalam berpikir
dan
saling membantu satu sama lain. Hal ini juga memastikan bahwa mereka juga berhubungan antar pribadi dan kelompok kecil lainnya. Dengan keahlian itu, dibutuhkan komunikasi secara efektif dengan teman sebaya untuk mengurangi perselisihan dan membuat keputusan secara demokratis. Bila unsur ini telah ditanamkan ke struktur kelompok kecil maka siswa akan masuk dan menerima sebagai bagian dari ‘group’ itu. Untuk Selanjutnya, siswa akan terdorong untuk merasakan motivasi dalam berperan dan mencapai tujuan belajar dari dalam diri siswa maupun dari kelompoknya. 3. Pembelajaran Kooperatif TGT Dalam penelitian ini menggunakan pembelajaran kooperatif TGT. TGT dikembangkan pertama kali oleh David De Vries dan Keith Edward (Slavin, 1995: 6). Beberapa komponen dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif TGT, yaitu: a. Presentasi Kelas Presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung atau diskusi ataupun presentasi audiovisual. Guru menyebutkan konsep-konsep yang harus dipelajari, memberikan cerita singkat untuk commit to user pendahuluan mengenai materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id
33 digilib.uns.ac.id
Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka. b. Tim Tim terdiri atas 4 atau 5 siswa. Anggota mewakili kelompok yang ada di kelas dalam hal kemampuan akademik dan jenis kelamin. Setelah guru memberikan poin-poin materi secara garis besar, kegiatan tim adalah diskusi antar anggota, saling membandingkan jawaban dan mengoreksi miskonsepsi anggota kelompok. Tim merupakan komponen terpenting dalam pembelajaran kooperatif metde TGT. Selama belajar dalam tim masing-masing siswa bertugas untuk mempelajari lembar kerja yang diberikan oleh guru dan saling membantu apabila ada teman sekelompoknya yang belum menguasai materi pelajaran. c. Permainan Permainan disusun untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa dan biasanya disusun dalam pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi dalam presentasi kelas dan latihan lain. Permainan dalam pembelajaran kooperatif dengan TGT dapat berupa permainan yang mudah dan banyak dikenal. Dalam penelitian ini permainan yang digunakan adalah Teka-Teki Silang (Cross Word) dan Roda Impian (Wheel of Fortune). d. Tournament Tournament adalah saat dimana permainan berlangsung dan dilaksanakan commit to user setelah guru memberikan presentasi kelas dan setiap tim telah melaksanakan kerja
perpustakaan.uns.ac.id
34 digilib.uns.ac.id
kelompok terhadap lembar kegiatan. Dalam tournament masing-masing siswa mewakili tim yang berbeda. Kompetisi yang seimbang ini, memungkinkan para siswa dari semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka, jika mereka melakukan yang terbaik. Dalam tournament mengilustrasikan hubungan antara tim heterogen dan meja turnamen homogen. Setelah tournament selesai maka dilakukan penilaian. e. Penghargaan Tim Tim yang mendapat nilai tertinggi pada permainan Teka – Teki Silang dan pada permainan Roda Impian adalah sebagai pemenang. Tim yang mendapat nilai tertinggi diberikan reinforcement atau penghargaan. Penghargaan atau pengakuan kelompok diberikan oleh guru dengan menggunakan laporan berkala, majalah dinding atau bentuk lain untuk pengakuan umum dan hadiah untuk tim yang mempunyai prestasi tinggi individu mingguan tinggi atau kedudukan kumulatif tinggi. Penghargaan ini tidak hanya sekedar memberikan hadiah besar, tapi yang lebih penting adalah dapat menyenangkan para siswa atas prestasi yang mereka lakukan. Menurut Yolanda Sarason dan Catherine Banbury dalam jurnalnya yang berjudul “Active Learning Facilitate by Using a Game-Show Format or Who Doesn’t Want to be a Millionaire Malaysian Perspective”(2004:513) : “The use of the game show in the classroom is consistent with the underlying assumption of active learning that porrtray students as actively engagad in their learning and their world. this simple tool can help facilitate learning that draws on the higher cognitive skills that are involved with the analysis, synthesis, and evaluation of material. The use of games is particularly effective if the intellectual engagement high and if students are more motivated to learn”. commit to user Dalam menggunakan permainan pertunjukan di kelas tetap dengan mendasari
perpustakaan.uns.ac.id
35 digilib.uns.ac.id
pengambil-alihan pengetahuan dalam kegiatan pembelajaran. Permainan dapat membantu memudahkan dalam belajar dan menggambarkan pengetahuan yang lebih tinggi bagi orang yang bersangkutan dengan adanya analisis, perpaduan, dan evaluasi bahan. Penggunakan permainan akan efektif jika perikatan berkenaan dengan akal budi yang tinggi dan jika pelajar lebih termotivasi mempelajarinya. Jika kita dapat dengan mudah belajar di permainan itu maka akan menyenangkan dan menarik. Dalam pembelajaran kooperatif metode TGT, meskipun belajar mengajar secara berkelompok namun prestasi belajar yang diukur merupakan prestasi belajar individu. Dengan metode ini diharapkan siswa akan terpacu untuk lebih siap belajar khususnya belajar ilmu kimia, tanpa ada rasa takut untuk mempelajarinya. Selain itu, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang memantau kegiatan masing-masing kelompok, sehingga diharapkan setiap siswa dalam kelompok dapat belajar dengan sungguh-sungguh. Metode pembelajaran kooperatif TGT (Team Games Tournament) ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain: 1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, 2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu, 3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam, 4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa, 5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain, 6) Motivasi belajar lebih tinggi, 7) Hasil belajar lebih baik, 8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sedangkan kelemahan TGT adalah:1) Bagi guru yaitu sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis, 2) Bagi siswa yaitu masih ada siswa yang berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan commit to user sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya yang berkemampuan rendah.
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4. Teka-Teki Silang (Cross Word) Teka – Teki Silang atau TTS adalah suatu permainan di mana kita harus mengisi ruang – ruang kosong ( berbentuk kotak putih ) dengan huruf – huruf yang membentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk yang diberikan. Petunjuknya biasa terbagi ke dalam kategori ‘mendatar ‘ dan’ menurun’ tergatung posisi kata – kata yang harus diisi (http://id.wikipedia.org/wiki/Teka-teki silang). Teka-Teki Silang atau TTS merupakan salah satu sarana untuk dapat mengetahui dan mengingat pengetahuan yang kita miliki untuk dituangkan dalam jawaban pertanyaan yang ada baik dalam baris maupun kolom. TTS yang digunakan dalam TGT ini dimaksudkan selain ada unsur permainannya juga ada unsur pendidikannya. Dengan mengisi TTS diharapkan siswa mengerti dan paham akan materi pelajaran, khususnya materi Hidrokarbon dan ilmu kimia pada umumnya tanpa merasa terbebani untuk belajar ilmu kimia. TTS dapat memberikan nilai yang positif bagi para siswa. Hal ini disebabkan karena dengan menjawab dan mengerjakan bersama, para siswa akan berlomba untuk dapat menemukan jawabannya dengan benar sehingga muncul kerja sama yang sehat. Rasa kebersamaan yang tinggi akan tumbuh karena pertanyaan yang dijawab dengan benar akan memacu para siswa untuk menjawab pertanyaan lain dengan benar pula. Faktor ketelitian dan ketepatan sangat menentukan dalam pengisian TTS karena huruf-huruf dalam jawaban dapat mempengaruhi jawaban yang lain baik dalam baris ataupun kolom. Dalam mengerjakan TTS, tentu anak tidak selalu mulus dalam menentukan jawaban atas pertanyaan yang ada. Ada kalanya anak menemukan pertanyaan yang commit to user amat mudah namun bukan tak mungkin dia terhalang kesulitan. Hal ini tentu dapat
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dijadikan keuntungan jika mereka jeli melihatnya. Karena ditengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi kedalam deretan kotak tersebut, sesungguhnya tanpa disadari anak tengah belajar mengendalikan emosi dan sabar dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Seiring waktu berjalan, perlahan anak akan mengerti bahwa tak selalu yang diinginkan bisa didapat dengan mudah bahkan terkadang harus didapatkan dengan usaha yang keras, sehingga anak dapat belajar memecahkan suatu masalah dengan cara serta usahanya sendiri. Teka- teki silang ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain: a. dapat menyegarkan pikiran dari kepenenatan, b. dapat menambah wawasan atau pengetahuan, c. dapat mengasah kemampua otak, d. melatih penguasaan kosa kata, e. melatih untuk fokus dan konsentrasi, f. melatih kesabaran. Sedangkan kekurangan dari teka – teki silang antara lain : a. dapat menyebabkan kecanduan (aditif), b. pertanyaan kurang variatif, c. jawaban mudah ditebak karena ada kata kunci, d. memacing siswa menjadi gaduh dan sulit dikontrol, e. permainan bersifat monoton. TTS yang digunakan dalam penelitian ini adalah TTS yang dibuat sendiri yang mengacu pada materi pokok Hidrokarbon. Dengan teknik pembelajaran seperti ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa dikelas. 5. Roda Impian (Wheel of Fortune) Roda Impian merupakan sarana permainan berupa suatu roda bernomor yang dimainkan dengan cara diputar. Selain roda bernomor diperlukan juga satu set kartu pertanyaan dan satu set kartu jawaban. Bermain Roda Impian seperti sedang mengikuti acara kuis berhadiah oleh karena itu saat permainan berlangsung suasana commit to user diusahakan kondusif dan semenarik mungkin (http://id.wikipedia.org/wiki/Roda
perpustakaan.uns.ac.id
38 digilib.uns.ac.id
Impian). Dalam permainan ini tidak ada bantuan huruf atau kisi-kisi jawaban, sehingga siswa harus menguasai materi pelajaran. Supaya dapat menjawab dengan benar, diperlukan koordinasi dan kerja sama kelompok sehingga kontribusi individu sangat menentukan keberhasilan tim. Penguasaan materi pelajaran dan kreativitas siswa merupakan modal untuk bertanding. Dengan penguasaan materi yang luas siswa dapat menjawab pertanyaan dengan mudah sedangkan siswa kreatif memungkinkan ide-ide yang brilian. Adanya suasana yang menarik atau menyenangkan menyebabkan para siswa bersemangat dan memacu mereka untuk melakukan yang terbaik. Roda Impian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan antara lain : a. mempunyai bentuk vasiasi soal lebih banyak, b. dapat menimbulkan motivasi dalam diri seseorang, c. dapat melatih keberanian untuk berpendapat, d. Bentuk permainan lebih menarik, d. melatih untuk berpikir cepat, tepat dan kreatif. Sedangankan kekurangan dari permainna roda impian antara lain :a. memerlukan pengetahuan yang luas untuk menjawab pertanyaan, b. dapat memancing kekadugan di kelas, c. faktor keberuntungan tergantung pada jenis pertanyaan. Dengan bermain Roda Impian diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan minat belajar siswa akan materi pokok Hidrokarbon. Belajar sambil bermain tidak selalu berakibat buruk pada prestasi belajar siswa karena penyajian materi melibatkan siswa agar aktif dalam belajar dan bermain bersama kelompoknya sehingga memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi siswa untuk belajar dan berprestasi. 6. Kemampuan Awal commit to user Setiap proses belajar mengajar mempunyai kompetensi sendiri yang akan
perpustakaan.uns.ac.id
39 digilib.uns.ac.id
dimiliki siswa setelah interaksi pembelajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar, sebagian ditentukan oleh ciri-ciri khas yang dimiliki siswa. Ciri-ciri khas tersebut terutama kemampuan awal. Oleh karena itu, kemampuan awal siswa perlu diikut sertakan sebagai titik tolak dalam perencanaan dan pengelolaan pengajaran. a. Pengertian Kemampuan Awal Kemampuan awal dan karakteristik siswa adalah
pengetahuan dan
ketrampilan yang relevan, termasuk di dalamnya lain-lain latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat akan mulai mengikuti suatu program pengajaran (Abd.Gafur, 1982:57). Pengertian lain tentang kemampuan awal diungkapkan oleh Winkel (1996: 134) yaitu : “Setiap proses belajar mengajar mempunyai titik tolak sendiri atau berpangku pada kemampuan siswa itu (tingkah laku awal) untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru sesuai dengan tujuan instruksional (tingkah laku final). Oleh karena itu keadaan siswa pada awal proses belajar mengajar tertentu (tingkah laku awal) mempunyai relevansi terhadap penentuan, perumusan dan pencapaian tujuan instruksional (tingkah laku final)”. Tidak semua aspek dari kemampuan awal yang dimiliki siswa pada awal proses belajar mengajar berpengaruh besar terhadap tujuan yang diharapkan. Kemampuan dan ketrampilan tersebut harus relevan dengan tujuan kompetensi. Umumnya siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi dan relevan dengan tujuan kompetensi akan lebih mudah menerima dan memahami pelajaran berikutnya, karena pengetahuan dan kemampuan baru membutuhkan pengetahuan sebelumnya yang lebih rendah tingkatannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki dari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk commit to user mempelajari materi baru.
perpustakaan.uns.ac.id
40 digilib.uns.ac.id
b. Pengaruh Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Siswa Sudah wajar bahwa siswa yang datang ke sekolah berasal dari latar belakang yang berbeda dengan membawa berbagai kemampuan yang berbeda-beda pula. Suatu keharusan apabila seorang guru atau pendidik mencatat dan memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan tersebut. Untuk mengetahui kemampuan
awal
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan tes prasyarat. “ Tes prasyarat adalah tes untuk mengetahui apakah siswa telah memiliki pengetahuan atau ketrampilan yang diperlukan atau disyaratkan untuk mengikuti suatu pelajaran (Abd. Gafur, 1982: 60)”. Pada umumnya siswa yang mengusai materi sebelumnya sebagai dasar untuk mempelajari materi baru akan lebih mudah dalam memperdalam dan memperjelas pemahamannya dalam proses belajar-mengajar berikutnya daripada yang belum mengusai sama sekali. Siswa yang mempunyai kemampuan awal lebih tinggi dalam menguasai pengetahuan dan ketrampilan sebelum mengikuti program pengajaran, diharapkan akan lebih mudah menerima dan memahami materi yang diajarkan. Apabila didukung oleh kualitas pengajaran yang bagus akan mendorong siswa ingin tahu lebih mendalam tentang materi yang dipelajari. Jadi diharapkan siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi akan lebih mudah dan lancar dalam menerima, mengusai pelajaran yang akan diikuti dan juga diharapkan akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah. Dalam penelitian ini indikator yang diukur dalam kemampuan awal siswa meliputi: a) Kestabilan Elektron; b) Ikatan Kovalen Tunggal; c) Ikatan Kovalen Rangkap; d) Kepolaran commit to user Senyawa Kovalen; e) Ikatan Kovalen Koordinasi; f) Penyimpangan teori otet.
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7. Motivasi Belajar a. Pengertian motivasi Menururt Mc. Donald dalam ( Sardiman, 2007: 73), “motivasi merupakan perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan”. Menurut Ngalim Purwanto (2002: 73) “Pengertian motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan tertentu”. Menurut Hamzah B. Utno, (2006 : 23), “Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan dan cita – cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik”. Kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu bila merasakan suatu kebutuhan. Kebutuhan seseorang senantiasa berubah selama hidupnya. Sesuatu yang menarik dan diinginkan pada suatu saat diacuhkannya pada saat yang lain. Kebutuhan-kebutuhan tersebut diantaranya kebutuhan untuk berbuat sesuatu demi kegiatan itu sendiri, kebutuhan untuk menyenangkan hati orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Proses motivasi dapat menyebabkan para siswa akan termotivasi untuk meniru model melakukan tingkah laku tertentu, jika ada penguatan-penguatan (reinforcement), baik penguatan langsung (eksternal) maupun penguatan pengganti commit to user dan penguatan diri sendiri (internal). Dalam kelas, penguatan-penguatan tersebut
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
dapat berupa pujian guru, angka atau nilai dan lain-lain. Karena penguatanpenguatan ini siswa termotivasi untuk memperhatikan model, melakukan latihan dan menampilkannya. Penerapan teori belajar sosial yang paling sering adalah pada keterampilan-keterampilan afektif, motorik atau pengaturan diri. Hal penting lain yang juga menjadi perhatian oleh teori belajar sosial adalah isu-isu yang dipersoalkan dalam lingkungan kelas. Di antara isu-isu tersebut diantaranya adalah tentang beberapa ciri siswa dan segi-segi latar belakang sosial siswa. Ciri-ciri siswa yang berhubungan dengan pembelajaran di kelas, diantaranya meliputi perbedaan individual, kesiapan belajar dan motivasi untuk belajar. Menurut Dawson R. Hancock dalam jurnalnya yang berjudul Effects of performance assessment on the achievement and motivation of graduate students (2007: 220): “In academic environments, motivation to learn is oftenviewed as a student’s tendency to find academic activities meaningful and worthwhilewhile deriving the intended benefits of those activities”. Di lingkungan pelajar, motivasi sering dipandang sebagai kecenderungan siswa yang menemukan aktifitas pelajar yang berguna dan bermanfaat dikarenakan motivasi dan pembelajar saling berhubungan. Dalam kegiatan belajar, motivasi sangat penting, karena motivasi belajar tidak hanya mendorong atau membangkitkan individu untuk giat dalam belajar tetapi dapat juga menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar itu. Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel (1996:92) yang menyatakan “motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada commit to user kegiatan belajar sehingga tujuan belajar yang dikehendaki oleh siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
tercapai”. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk adanya kebutuhan, dorongan dan usaha dari siswa dalam melakukan aktivitas atau kegiatan belajar sehingga tujuan belajar siswa tersebut dapat dicapai. Jadi motivasi belajar kimia adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar kimia, yang diwujudkan dalam melakukan aktivitas atau kegiatan belajar kimia sehingga tujuan belajar kimia siswa tersebut tercapai. Kadar motivasi belajar kimia siswa dalam suatu proses belajar mengajar di kelas umumnya tidak sama. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam hal seberapa besar usaha dan tenaga yang dicurahkan oleh siswa guna mencapai tujuan belajar, serta seberapa jauh ketekunan dan keuletannya dalam mencapai tujuan belajar. b. Ciri-ciri Motivasi Belajar Menurut Sardiman A. M. (2004: 83) motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai; 2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya); 3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal,amoral, dan sebagainya; 4) Lebih senang bekerja sendiri; 5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang commit to user rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang
perpustakaan.uns.ac.id
kreatif) ; 6) Dapat mempertahankan pendapatnya ( kalau
44 digilib.uns.ac.id
sudah
yakin akan
sesuatu); 7). Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu; 8) Senang mencari dan memecahkan soal-soal. Adanya siswa yang memiliki ciri – ciri motivasi seperti yang telah disebutkan di atas sangat penting dalam kegiatan belajar termasuk dalam proses mengajar kimia. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan dalam belajar. c. Fungsi Motivasi Belajar Setiap motivasi berhubungan erat dengan tujuan. Hasil belajar juga banyak ditentukan oleh motivasi. Motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu : 1). Mendorong manusia untuk berbuat sesuatu; 2). Menentukan arah perbuatan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai; 3). Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatanperbuatan yang harus dijalankan guna mencapai tujuan. d. Jenis-jenis Motivasi Belajar Jenis motivasi ditinjau dari sumbernya dapat digolongkan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul didalam dirinya sendiri. Motivasi intrinsik dapat diketahui dari keaktifan dalam mengerjakan tugas, karena merasa butuh dan menginginkan tujuannya tercapai. Menurut Ngalim Purwanto (2002: 82) “motivasi yang paling baik terutama dalam hal belajar adalah motivasi instrinsik”. Dengan motivasi instrinsik pembelajaran akan aktif belajar dan bekerja menekuni berbagai materi tanpa disuruh atau paksaan orang lain. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul untuk commit to user mencari penghargaan berupa angka, hadiah dan sebagainya, jadi tujuan-tujuan itu
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terletak diluar perbuatan, yaitu tidak terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. Dari dua jenis motivasi tersebut motivasi intrinsik lebih besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Pada umumnya motivasi intrinsik lebih kuat dan lebih tahan karena motif yang timbul atas kesadaran sehingga mempunyai daya dorong lebih kuat dari pada atas dasar simbolik. Dari uraian di atas bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik itu buruk dan tidak diperlukan. Bahkan sering terjadi pada awal dibangun motivasi ekstrinsik dengan penguatan-penguatan hadiah, pengaturan situasi dan kondisi yang kondusif dan akhirnya berkembang menjadi motivasi
intrinsik. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa motivasi intrinsik dan ekstrinsik saling melengkapi dan memperkuat. Di sekolah sering digunakan motivasi ekstrinsik, seperti nilai yang berupa angka, pujian, ijazah, kenaikan kelas dan sebagainya. Motivasi ekstrinsik dipakai karena pelajaran-pelajaran sering tidak dengan sendirinya menarik dan guru sering kurang mampu membangkitkan minat anak. Membangkitkan motivasi tidak mudah, untuk itu guru perlu mengenal murid dan mempunyai kesanggupan kreatif untuk menghubungkan pelajaran dengan kebutuhan dan minat anak. Menurut Sardiman A.M. (2004: 92-95) terdapat beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, diantaranya: 1) Memberi angka, hal ini bertujuan bahwa banyak siswa belajar untuk mendapatkan angka yang baik, untuk itu ia berusaha sekuat tenaga. Angka bagi mereka merupakan motivasi yang kuat. Angka itu harus benar-benar menggambarkan hasil belajar anak; 2) Sering memberi ulangan, siswa lebih giat belajar apabila tahu akan diadakan ulangan atau tes dalam waktu dekat. Akan tetapi jika ulangannya terlalu commit to user sering, misalnya setiap hari, angka pengaruhnya tidak berarti lagi. Misalnya ulangan
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
sekali dua minggu akan lebih merangsang siswa untuk belajar dibanding ulangan setiap hari. Dalam hal ini guru kelas memberitahukan terlebih dahulu kalau akan diadakan ulangan; 3) Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut; 4) Saingan/kompetisi, saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa; 5) Egoinvolvement dapat menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah salah satu bentuk motivasi yang cukup penting; 6) Mengetahui hasil, hal ini dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya akan terus meningkat; 7) Pujian, apabila ada siswa yang sukses, yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus merupakan motivasi yang baik; 8) Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara hasrat untuk belajar tepat dan bijak menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman; 9) Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik bila dibandingkan dengan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar berarti pada diri anak didik itu memang commit to user ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah tentu hasilnya akan lebih baik; 10) Minat
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dan motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini antara lain dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :a) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan; b) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman lampau; c) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik; d) Menggunakan berbagai macam bentuk belajar; 11) Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Dalam penelitian ini yang dimaksud motivasi belajar meliputi: a) Kesenangan, kerajinan dan besarnya semangat untuk belajar kimia; b) Perlu tidaknya dorongan dari luar untuk belajar kimia; c) Ketekunan menghadapi tugas kimia; d) Keuletan dan ketidakputusasaan menghadapi kesulitan dalam belajar kimia; e) Senang mencari dan memecahkan soal-soal kimia; f) Kesenangan bekerja mandiri; g) Keberanian mempertahankan pendapatnya apabila hal itu dianggap benar. 8. Prestasi Belajar Kata
prestasi
berasal
dari
bahasa
Belanda
“prestatie”
kemudian
dialihbahasakan ke bahasa Indonesia “prestasi”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2002: 895), “prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dsb)”. Prestasi belajar adalah peguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya commit to user ditunjukan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
Menurut Sardiman (2004:50) menyebutkan bahwa suatu hasil belajar atau suatu hasil pengajaran dikatakan benar-benar baik apabila memiliki ciri di antaranya: ” a. Hasilnya tahan lama dan dapat digunakan dalam kehidupan oleh siswa. Apabila hasil itu tidak tahan lama dan lekas hilang maka hasil pengajaran itu dikatakan tidak efektif; b. Hasil itu merupakan pengetahuan asli atau otentik”. Pengetahuan hasil proses belajar-mengajar itu bagi siswa seolah-olah telah merupakan bagian kepribadian bagi diri setiap siswa, sehingga akan dapat mempengaruhi pandangan dan caranya mendekati suatu permasalahan. Sebab pengetahuan itu dihayati dan penuh makna bagi diri pebelajar. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dari prestasi yang dicapai siswa. Prestasi belajar diperoleh setelah siswa mengikuti proses belajar mengajar atau dengan kata lain prestasi belajar merupakan pencerminan proses belajar yang telah berlangsung. Dengan prestasi belajar dapat diketahui tingkat penguasaan materi pelajaran selama proses belajar mengajar berlangsung atau seberapa jauh pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Menurut Bloom dalam Suharsimi Arikunto (2003: 112) ”prestasi belajar dibagi tiga kategori yaitu : kognitif, afektif, psikomotorik”. Prestasi belajar diperoleh setelah seseorang melakukan aktivitas baik secara individu maupun kelompok. Dengan belajar siswa yang dapat diamati atau pencerminan proses belajar yang telah berlangsung. Menurut Saifudin Azwar (2000: 90) ”prestasi belajar adalah hasil maksimal dari seseorang dalam menguasai materi-materi yang telah diajarkan”. Prestasi belajar merupakan fungsi yang penting dari suatu pembelajaran. Kemampuan hasil belajar merupakan puncak dari proses belajar, pada proses ini siswa menunjukkan commit to user keberhasilan atau kegagalan dalam belajarnya. Siswa menunjukkan mampu atau
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
tidaknya dalam menyelesaikan tugas – tugas belajar atau mentransfer materi pelajaran yang ia dapatkan. Adapun fungsi dari prestasi belajar adalah sebagai : a. indikator kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa; b. lambang pemuasan hasrat ingin tahu; c. bahan informasi dalam inovasi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pendorong bagi siswa dalam peningkatan kualitas mutu pendidikan; d. indikator intern dan ekstern dari suatu instansi pendidikan, karena prestasi belajar dapat dijadikan sebagai tingkat produktivitas dan sebagai kesuksesan siswa; e. untuk mengetahui daya serap siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang diprogramkan kurikulum. “Pada tahun 2004 pemerintah menetapkan kurikulum pendidikan yang baru yaitu kurikulum 2004 yang dikenal dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diartikan sebagai suatu konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Mulyasa, 2005:39)”. Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu aktivitas yang telah dilakukan dan memperoleh pengetahuan dengan memenuhi unsur kognitif, psikomotorik, dan afektif baik individu maupun secara kelompok pada materi pokok tertentu. a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar. Menurut Nana Sudjana (1996:6) ”ada dua faktor utama yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu: faktor dari dalam siswa (internal) dan faktor dari luar diri siswa (eksternal)”. Faktor dari dalam diri siswa terutama kemampuan yang dimiliki siswa, motivasi, minat, kreativitas, perhatian, dan kebebasan belajar. Faktor yang commit to user berasal dari luar individu adalah faktor lingkungan belajar terutama kualitas
perpustakaan.uns.ac.id
50 digilib.uns.ac.id
pembelajaran. b. Mengukur Prestasi Belajar Pada pedoman Pengembangan Penilaian Kurikulum SMA 2004 (Abdul Ghofur, 2003: 19) dijelaskan bahwa” untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki kompetensi dasar perlu dikembangkan suatu sistem penilaian”. Sistem penilaian yang dilakukan harus mencakup seluruh kompetensi dasar dengan menggunakan indikator yang dikembangkan oleh guru. Sistem penilaian berbasis kompetensi yang direncanakan adalah sistem penilaian berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasil dianalis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik. Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan tingkat keberhasilan peserta didik dalam penguasaan kompetensi dasar yang diajarkan diperlukan adanya berbagai jenis tagihan. Jenis tagihan yang dipakai dalam sistem penilaian berbasis kompetensi meliputi : 1) kuis; 2) pertanyaan lisan di kelas; 3) ulangan harian; 4) tugas individu; 5) tugas kelompok; 6) ulangan blok; 7) laporan praktikum pengamatan dan sebagainya yang disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Adapun bentuk soal atau instrumen tes yang dipakai dalam sistem penilaian kurikulum 2004 SMA adalah sebagai berikut : 1) pilihan ganda; 2) uraian obyektif; 3) uraian non objektif; 4) jawaban singkat; 5) menjodohkan; 6) performansi; dan 7) portofolio. Tujuan penilaian adalah untuk: 1) mengetahui apakah siswa telah atau belum mengusai kompetensi dasar tertentu; 2) mengetahui tingkat pencapaian kompetensi commit to user siswa; 3) mengukur pertumbuhan dan perkembangan siswa; 4) mendiagnosis
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesulitan belajar siswa; 5) mengetahui hasil belajar; 6) mengetahui pencapaian kurikulum ; 7) mendorong siswa belajar; 8) mendorong guru agar mengajar dengan lebih baik. Prestasi belajar siswa mencakup ranah kognitif, psikomotorik dan afektif. Informasi ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui kuesioner, inventori dan, pengamatan yang sistematik. Hasil penilaian ranah kognitif dapat berupa nilai angka, untuk SMA nilai angka dinyatakan dalam rentang nol (0) sampai dengan seratus (100), penilaian ranah afektif digunakan skala Likert yang dimodifikasi yaitu skor tertinggi empat (4) dan terendah satu (1), sedangkan penilaian ranah psikomotor digunakan tingkatan skor (misal : 5, 4, 3, 2, 1). 9. Bahan Ajar Hidrokarbon Dalam mempelajari senyawa hidrokarbon perlu memperhatikan bentuk atau struktur senyawa karbon. Pada senyawa karbon terdapat beberapa macam rumus struktur yaitu rumus struktur lewis, rumus struktur termampatkan, rumus struktur poligon, rumus struktur ball and stick. Pembelajaran materi hidrokarbon di SMA pada penelitian ini menggunakan rumus struktur termampatkan dan untuk memperjelas digunakan gambar tiga dimensi dengan menggunakan rumus struktur ball and stick, hal ini untuk mempermudah siswa dalam belajar senyawa karbon. a. Mengenali Senyawa karbon Senyawa yang di dalamnya mengandung unsur karbon disebut senyawa karbon. Berdasarkan sifat – sifat yang dimilikinya senyawa karbon dibedakan commit to user menjadi dua yaitu senyawa karbon organik dan senyawa karbon anorganik.
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Perbedaan kedua kelompok senyawa tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Perbandingan Senyawa Organik dan Senyawa Anorganik
No Senyawa organik 1. Umumnya berasal dari mahkluk hidup dan bisa disintesis di laboratorium. Contoh : Protein, lemak, karbohidrat, dan sebagainya. 2. Mempunyai ikatan kovalen 3. 4.
5. 6. 7.
Senyawa Anorganik Tidak berasal dari makhluk hidup. Contoh : batu kapur (CaCO3), karbit (CaC2), soda kue (NaHCO3), soda abu (Na2CO3). Ada yang mempunyai ikatan ion, ada yang mempunyai ikatan kovalen Struktur molekulnya dari yang Struktur molekulnya sederhana sederhana sampai yang kompleks Umumnya dapat membentuk isomer Tidak dapat membentuk isomer (satu rumus molekul senyawanya berbeda) Titik leleh dan titik didihnya rendah Titik leleh dan titik didihnya tinggi Umumnya sukar larut dalam air Umumnya mudah larut dalam air Reaksinya relatif lambat Reaksinya relatif cepat
b. Identifikasi unsur – unsur dalam senyawa karbon. Untuk mengetahui bahwa suatu bahan merupakan senyawa karbon dapat dilakukan dengan membakar senyawa tersebut. Pembakaran tidak sempurna terhadap senyawa karbon akan menghasilkan zat sisa berupa arang (karbon), sedangkan pembakarannya berlangsung sempurna menghasilkan CO2. Oleh karena itu untuk mengenalinya dilakukan dengan cara mengalirkan gas hasil pembakaran ke dalam air kapur atau larutan Ca(OH)2 atau air barit (larutan Ba(OH)2). Hasil pembakaran sempurna senyawa karbon berupa gas CO2, dan gas tersebut dapat mengeruhkan air kapur atau air barit karena terjadi reaksi sebagai berikut: CO2(g) + Ca(OH)2
CaCO3(s)
Percobaan untuk menunjukkan karbon dan hydrogen dalam senyawa organik dapat ditunjukkan pada gambar 2.2. commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pipa bengkok
Sampel
m
Gambar 2. 2. Percobaan untuk menunjukkan karbon dan hidrogen dalam senyawa organik.
c. Sumber Senyawa Karbon Senyawa karbon yang berjumlah sangat banyak itu umumnya merupakan senyawa yang berasal dari berbagai sumber antara lain : 1) Tumbuhan dan Hewan Tumbuhan dan hewan merupakan mesin pembuat senyawa karbon. Misalnya protein, karbohidrat, lemak, dan berbagai senyawa yang tak mungkin diperoleh dan ditemukan di luar tumbuhan dan hewan. 2) Batu Bara Batu bara merupakan hasil pelapukan tumbuhan yang berlansung berjuta tahun yang lalu dengan tekanan dan temperature yang sangat tinggi. Hasil pengolahan batu bara dengan cara destilasi pemecahan dihasilkan gas batu bara, ter batu bara dan kokas. Kokas merupakan bahan bakar yang sangat baik dan digunakan pada berbagai industry, sedangkan gas batu bara dan ter batu bara dapat diproses dengan berbagai reaksi kimia menjadi bermacam – macam senyawa karbon yang lebih bermanfaat. 3) Gas Alam dan Minyak Bumi
to user banyak senyawa karbon yang Gas alam dan minyak bumicommit mengandung
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berperan penting dalam berbagai industri. Komponen utama yang menyusun gas alam dan minyak bumi berupa senyawa hidrokarbon. (Donald C. Kleinfelter, 1992 : 359) d. Kekhasan Atom Karbon Atom karbon mempunyai nomor atom 6, sehingga dalam sistem periodik terletak pada golongan IVA dan periode 2. Keadaan tersebut membuat atom karbon mempunyai beberapa keistimewaan sebagai berikut : 1) Atom Karbon Memiliki 4 Elektron Valensi Berdasarkan konfigurasi keenam elektron yang dimiliki atom karbon didapatkan bahwa elektron valensi atau electron paling luar yang dimilikinya adalah 4. Untuk mencapai ke kestabilan, atom ini masih membutuhkan 4 elektron lagi dengan cara berikatan kovalen. Keempat elektron valensi ini dapat digambarkan sebagai tangan ikatan. H H
C
H
H Gambar 2.3. Rumus Bangun Metana
2) Atom Unsur Karbon Relatif Kecil Ditinjau dari konfigurasi elektronnya, dapat diketahui bahwa atom karbon terletak pada periode 2, yang berarti atom ini mempunyai 2 kulit atom,sehingga jari – jari atomnya relative kecil kecil. Hal ini menyebabkan ikatan kovalen yang dibentuk relatif kuat dan dapat membentuk ikatan kovalen rangkap. 3) Atom Karbon Dapat Membentuk Rantai Karbon commit to user Keadaan atom karbon yang demikian menyebabkan atom karbon dapat
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
membentuk rantai karbon yang sangat panjang dengan ikatan kovalen, baik ikatan kovalen tunggal, rangkap 2, maupun rangkap 3. Selain itu dapat pula membentuk rantai lingkar (siklik). a) Berdasarkan jumlah ikatan atom C dalam rantai karbon dapat dibedakan menjadi : (1). Ikatan Tunggal yaitu ikatan antara 2 atom karbon dengan menggunakan sepasang elektron bersama.
Gambar 2.4. Ikatan Tunggal
(2). Ikatan rangkap dua yaitu ikatan antara 2 atom karbon dengan menggunakan 2 pasang elektron bersama.
Gambar 2.5. Ikatan Rangkap Dua
(3). Ikatan rangkap tiga yaitu ikatan antara 2 atom karbon dengan menggunakan 3 pasang elektron bersama.
Gambar 2.6. Ikatan Rangkap Tiga
commit to user b) Berdasarkan bentuknya rantai karbon dapat dibedakan menjadi :
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(1). Rantai
terbuka
(alifatis), rantai
yang
antara u jung – ujung
atom
karbonnya tidak saling berhubungan. Pada rantai jenis ini ada rantai bercabang dan ada yang tidak bercabang.
Gambar 2.7. Rantai Lurus
Gambar 2.8. Rantai bercabang
(2). Rantai tertutup (siklis) pada rantai siklis terdapat pertemuan antara ujung – ujung rantai karbonnya. Terdapat dua macam rantai siklis yaitu siklis dan aromatis.
Gambar 2.9. Rantai Siklis
Gambar 2.10. Rantai Aromatis
c). Berdasarkan Kedudukan Atom karbon dalam rantai karbon Kedudukan atom hidrogen dalam suatu senyawa hidrokarbon ditentukan oleh kedudukan atom karbon yang mengikat. Kedudukan atom karbon sendiri dibedakan menjadi empat macam yaitu : (1).
Atom karbon primer yaitu atom karbon yang hanya terikat oleh satu atom commit to user karbon yang lain.
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(2). Atom karbon sekunder yaitu atom karbon yang terikat oleh dua atom karbon yang lain. (3). Atom
karbon
primer tersier
yaitu atom karbon yang terikat oleh tiga
atom karbon yang lain. (4). Atom karbon Kuarterner yaitu atom karbon yang terikat oleh empat atom karbon yang lain.
Gambar 2. 11. Kedudukan Atom Karbon
Atom C primer
: atom C nomor 1, 6, 7, 8, 9
Atom C sekunder
: atom C nomor 2 dan 4
Atom C tersier
: atom C nomor 5
Atom C kuarter
: atom C nomor 3
e. Hidrokarbon Kelompok senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon, yaitu senyawa karbon yang tersusun dari atom karbon dan hidrogen. Hidrokarbon yang paling sederhana adalah metana (CH4).Metana merupakan molekul yang mempunyai struktur ruang tetrahedral dengan atom karbon sebagai pusat dan pada keempat sudut terdapat atom karbon. Untuk mempermudah struktur tersebut diproyeksikan kedalam bidang. Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon dibedakan menjadi :
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Hidrokarbon jenuh yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonya semua berikatan tunggal. Hidrokarbon ini disebut juga sebagai alkana. 2) Hidrokarbon tak jenuh yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonya terdapat ikatan rangkap dua atau tiga. Hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap dua disebut ikatan alkena dan hidrokarbon yang mengandung ikatan rangkap tiga disebut alkuna. f. Alkana Alkana merupakan senyawa hidrokarbon alifatik jenuh, yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dan semua ikatan karbonnya merupakan ikatan tunggal. Senyawa alkana mempunyai rumus dibawah ini dan dapat lihat pada tabel 2.2 rumus struktur dan rumus molekul alkana sebagai berikut :
CnH2n+2 Tabel 2.2. Rumus struktur dan rumus molekul beberapa alkana
n=jumlah atom C 1.
Rumus Struktur Bangun
Rumus Molekul CH4
Nama Alkana Metana
C2H6
Etana
C3H8
Propana
2.
3.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini dapat dilihat model molekul dari senyawa alkana pada gambar 2.12, 2.13 dan 2.14 yaitu :
Gambar 2.12. Metana
Gambar 2.13. Etana
Gambar 2.14. Propana
1). Deret Homolog Deret Homolog adalah satu golongan senyawa yang suku – sukunya berurutan berbeda dengan CH2. Deret homolog mempunyai sifat- sifat sebagai berikut : a). Sifat kimia mirip; b). Rumus umum sama; c). Suku – suku berturutan berbeda CH2; d). Perbedaan Mr antara dua suku berturutan sebesar 14; e). Makin panjang rantai karbon makin tinggi titik didih. Deret homolog pada alkana,alkena, dan alkuna ditunjukkan pada tabel 2.3. Tabel 2.3 Deret homolog alkana, alkena, alkuna
Alkana Rumus Nama CH4 Metana C2H6 Etana C3H8 Propana C4H10 Butana C5H12 Pentana C6H14 Heksana C7H16 Heptana C8H18 Oktana C9H10 Nonana C10H22 Dekana
Alkena Rumus Nama C2H4 Etena C3H6 Propena C4H8 Butena C5H10 Pentena C6H12 Heksena C7H14 Heptena C8H16 oktena toNonena user C9Hcommit 18 C10H22 dekena
Alkuna Rumus Nama C2H2 Etuna C3H4 Propuna C4H6 Butuna C5H8 Pentuna C6H10 Heksuna C7H12 Heptuna C8H14 Oktuna C9H16 Nonuna C10H18 Dekuna
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2). Gugus Alkil Gugus alkil merupakan alkana yang telah kehilangan satu atom hidrogennya. Alkil juga sering disebut cabang. Cara menentukan nama alkil sesuai dengan nama alkananya, hanya saja akhiran ana diganti il. Gugus alkil ini dapat dituliskan dengan menggunakan rumus dibawah ini dan gugus alkil dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut:
CnH2n + 1 Tabel 2.4. Gugus alkil
Gugus Alkil -CH3 -C2H5 -C3H7 -C4H9 -C5H11
Nama Alkil Metil Etil Propil Butil pentil
Beberapa gugus alkil yang sering ditemui dalam senyawa karbon. a). Gugus metil dan etil masing – masing mempunyai satu jenis = metil
= etil b). Gugus propil mempunyai dua jenis
= propil commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
= isopropil c). Gugus butil mempunyai empat jenis H3C
H3C
H2 C
H2 C H C CH3
H2 C
= butil
H2 C
= isobutil
= sekunder butil
= tersier butil 3). Tatanama Alkana secara IUPAC (The Internasional Union of Pure and Applied Chemistry). a). Menetapkan rantai karbon terpanjang dalam molekul sebagai rantai utama, atom C yang tidak terletak di rantai terpanjang merupakan gugus alkil (sebagai cabang ). b). Rantai utama diberi nama dengan akiran ana. c). Memberi nomor pada atom C dirantai terpanjang sehingg atom C yang mengikat alkil mempunyai nomor serendah mungkin. d). Jika di dalam suatu rantai karbon terdapat lebih dari satu gugus alkil yang sejenis to user awalan di untuk dua gugus yang maka gugus ini ditulis jadi commit satu dengan
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sama, tri untuk tiga gugus yang sama dan seterusnya. e). Gugus alkil yang terletak pada nomor atom C yang sama, maka nomor atom C gugus alkil itu ditulis dua kali. f). Jika terdapat dua atau lebih gugus terikat pada atom karbon rantai utama dengan jarak yang sama nomor terendah diberikan pada gugus yang terdahulu dalam urutan abjad. (Ralp J. Fessenden, 1994 : 84) 4). Sifat-sifat alkana Sifat – sifat alkana dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a). Sifat fisik alkana Bebarapa data fisik alkana rantai lurus diberikan pada tabel 2.5di bawah ini. Tabel 2.5. Beberapa data sifat fisis alkana
Nama Metana Etana Propana Butana Pentana Heksana Heptana Oktana Nonana Dekana Undekana Dodekana Tridekana Tetradekan Oktadekana
Rumus Molekul CH4 C2H6 C3H8 C4H10 C5H12 C6H14 C7H16 C8H18 C9H20 C10H22 C11H24 C12H26 C13H28 C14H30 C18H32
Titik LelehoC -182,5 -183,2 -187,7 -138,3 -129,7 -95,3 -90,6 -56,8 -53,6 -29,7 -25,6 -9,6 -5,4 5,9 28,2
Titik Didih oC -161,5 -88,6 -42,1 -0,5 36,1 68,7 98,4 125,7 150,8 174,0 195,8 216,3 235,4 253,5 316,1
Fase Pada 25 oC Gas Gas Gas Gas Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Cair Padat
(1). Pada suhu kamar (25oC) senyawa – senyawa alkana dengan jumlah atom C1s/d C4 berwujud gas, C5 s/d C17 berwujud cair, C18 s/d berwujud padat. (2). Semakin banyak atom C commit yang dikandungnya (semakin besar nilai Mr), to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka: – titik didih dan titik lelehnya semakin tinggi (alkana yang tidak bercabang titik didihnya lebih tinggi; makin banyak cabang, titik didihnya semakin rendah). – kerapatannya makin besar. – viskositas alkana makin naik. – volatilitas alkana makin berkurang. (3). Alkana bersifat nonpolar sehingga sukar larut dalam pelarut polar dan mudah larut dalam pelarut non polar ( alkohol atau eter ). b). Sifat kimia alkana (1). Alkana tergolong zat yang sukar bereaksi, sehingga disebut juga parafin yang bersifat afinitas kecil. (2). Dengan bantuan Sinar ultraviolet alkana dapat bereaksi dengan gas Klor. Reaksi : CH4 + Cl2
uv
CH3Cl + HCl
(3). Reaksi yang terjadi dalam senyawa alkana adalah reaksi pembakaran (a). Pembakaran sempurna alkana dengan gas oksigen akan menghasilkan gas CO2 dan uap air serta dibebaskan panas. Reaksi pembakaran ini baru dapat berlangsung bila sebelumnya diberi api lebih dahulu. Hal itu membuktikan alkana tidak reaktif. CH4 (g) + 2O2 (g) 2C4H10(g) + 13O2(g)
CO2 (g) 2H2O(g) + energi 8CO2(g) + 10H2O + energi
(b). Pembakaran tidak sempurna ( jumlah oksigen kurang ) sebagaimana alkana membentuk gas CO2 dengan uap air dan sisanya membentuk gas commit to user CO dan uap air disertai dengan sejumlah panas.
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2CH4(g)
2CO(g) +4H2O(g) + energi
(4). Makin panjang rantai karbon makin berkurang kereaktifannya. 5). Sumber dan kegunaan alkana Alkana
adalah
komponen
utama dari gas alam dan minyak bumi.
Kegunaan alkana dalam kehidupan sehari-hari antara lain sebagai berikut: a) Bahan bakar, misalnya elpiji, kerosin, bensin dan solar. b) Pelarut. Berbagai jenis senyawa alkana seperti petroleum eter dan nafta digunakan dalam industri atau pencucian kering (dry cleaning). c) Sumber hidrogen. Gas alam dan gas petroleum merupakan sumber hidrogen dalam industri, misalnya industri ammonia dan pupuk. d) Pelumas. Pelumas adalah alkana suku tinggi (jumlah atom karbon tiap molekulnya cukup besar, misalnya C18H38). e) Bahan baku untuk senyawa organik lain. Minyak bumi dan gas alam merupakan bahan baku utama untuk sintesis berbagai senyawa organik seperti alkohol, asam cuka dan lain-lain. f) Bahan baku industri. Berbagai produk industri seperti plastik, detergen, karet sintesis, minyak rambut dan obat gosok, dibuat dari minyak bumi atau gas alam. Industri yang mengolah minyak bumi dan gas alam ini disebut industri petrokomia (petroleum = minyak bumi). 6). Isomer pada alkana Isomer adalah senyawa – senyawa yang mempunyai rumus molekul sama, tetapi berbeda struktur atau konfigurasi molekulnya. Isomer yang terjadi pada alkana adalah isomer kerangka, dimana terdapat perbedaan kerangka atom diantara commit to user senyawa yang mempunyai rumus molekul sama.
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Contoh : Isomer untuk C4H10 H2 C
H 3C
H C
H 3C
H2 C
CH3
n-butana
CH3
CH3
2-metil - propana
g. Alkena Alkena merupakan hidrokarbon tidak jenuh, yaitu hidrokarbon yang mempunyai
ikatan rangkap dua antar atom – atom karbon. Kelompok alkena
mempunyai rumus umum dibawah ini dan dapat dilhat pada tabel 2.6 rumus struktur dan molekul dari alkena .
CnH2n Tabel 2.6. Rumus struktur dan rumus molekul beberapa alkena
n= jumlah atom C 2.
Rumus Struktur
Rumus Molekul
Nama Alkana
C2H4
Etena
3.
C3H6
Propena
4.
C4H8
1- Butena
Berikut ini dapat dilihat model molekul dari senyawa alkena pada gambar 2.15 dan 2.16 yaitu :
Gambar 2.15. Etena
commit to user
Gambar 2.16. Propena
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1). Tatanama Alkena secara IUPAC (The Internasional Union of Pure and Applied Chemistry). a). Rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai utama. b). Rantai utama diberi nama dengan akhiran ena. c). Atom – atom C yang terletak dirantai terpanjang merupakan gugus alkil. d).
Berilah nomor pada atom – atom C dirantai terpanjang sehingga atom C yang diberikatan memiliki nomor serendah mungkin.
e). Senyawa karbon yang mmepunyai lebih dari satu ikatan rangkap diberi awalan di, tri, dan seterusnya seperti alkena. f). Jika dihitung dari kedua arah ternyata atom C berikatan rangkap dan bernomor sama rendah maka pilihlah nomor yang mengakibatkan atom C yang mengikat alkil mempunyai nomor serendah mungkin. (Ralp J. Fessenden, 1994 : 378) 2). Sifat-sifat Alkena Sifat – sifat alkena dapat dibedakan menjadi dua yaitu : a). Sifat fisis Titik leleh dan titik didih alkena hampir sama dengan alkana yang sesuai. Semakin tinggi Mrnya titik didihnya semakin tinggi. Pada suhu kamar suku-suku rendah berwujud gas, suku - suku sedang berwujud cair dan suku - suku tinggi berwujud padat. b). Sifat kimia Sifat kimia alkena berhubungan dengan reaksi-reaksi alkena. Alkena jauh lebih reaktif dibandingkan dengan commit alkana. Hal ini disebabkan adanya ikatan rangkap to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
– C = C – , reaksi alkena terutama terjadi pada ikatan rangkap itu. Reaksi-reaksi yang terjadi pada alkena antara lain : (1). Adisi (penjenuhan) Pada reaksi adisi ikatan rangkap dijenuhkan. Contoh : - Adisi hidrogen pada etena menghasilkan etana
etana - Adisi klorin pada propena menghasilkan 1,2-dikloro propana
1,2-dikloro propana (2). Pembakaran (Oksidasi) Pembakaran alkena menghasilkan banyak jelaga. Jelaga ini merupakan atom-atom karbon yang terbakar. Pembakaran alkena menghasilkan gas CO2 dan uap air. Contoh : C2H4 + 3 O2 → 2 CO2 + 2 H2O (3). Polimerisasi Polimerisasi adalah proses penggabungan molekul - molekul sederhana menjadi molekul besar. Molekul-molekul yang bergabung disebut monomer, sedangkan hasil penggabungan/polimerisasi disebut polimer. Contoh : Politena, yang merupakan polimerisasi etena. nCH2=CH2 → – CH2 – CH2– → commit (– CHto 2 – CH2 – )n user contoh polimer yang lain adalah plastik, karet, serat dan nilon.
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3). Sumber dan Kegunaan alkena Alkena dibuat dari alkana melalui pemanasan atau dengan bantuan katalisator proses yang disebut juga perengkahan atau cracking. Alkena, khususnya suku-suku rendah adalah bahan baku industri yang sangat penting, misalnya untuk membuat plastic, karet sintetik dan nilon. a). Isomer pada alkena Isomer yang terjadi pada alkena adalah isomer posisi, kerangka dan geometri. Contoh : Keisomeran pada C4H8 (1). Isomer Posisi
1-butena 2-butena (2). Isomer Kerangka
1-butena
2-metil propena (3). Isomer Geometri Keisomeran geometri terjadi karena perbedaan orientasi gugus di sekitar ikatan rangkap atau dapat dikatakan karena kekakuan ikatan rangkap. Tidak semua senyawa yang berikatan karbon-karbon rangkap (- C = C - ) mempunyai keisomeran geometri. Keisomeran geometri dapat terjadi jika kedua atom yang berikatan rangkap itu masing-masing harus mengikat gugus yang berbeda. Sehingga, jika gugus-gugus yang terikat pada satu atom to karbon commit user ditukarkan tempatnya, bentuknya
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menjadi berbeda. Jika gugus sejenis terletak pada sisi yang sama pada ikatan rangkap disebut bentuk cis, sebaliknya jika gugus yang sama terletak berseberangan disebut bentuk trans, Contoh :
Cis-2-butena
Trans-2-butena
Cis-1,2-dikloro etena
Trans-1,2-dikloro etena
h. Alkuna Alkuna merupakan hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap tiga antar atom karbonnya. Untuk menyusun suatu alkuna minimal diperlukan dua atom karbon dan dengan menggunakan model molekul. Kelompok alkuna mempunyai rumus umum dapat dilhat pada tabel 2.7 rumus struktur dan molekul dari alkena sebagai berikut :
CnH2n-2
Tabel 2.7. Rumus struktur dan rumus molekul beberapa alkuna
n= jumlah atom C 2.
Rumus Struktur
Rumus Molekul C2H2
Nama Alkana
3.
C3H4
Propuna
4.
C4H6
1- Butuna
commit to user
Etuna
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berikut ini dapat dilihat model molekul dari senyawa alkuna pada gambar 2.17 dan 2.18 yaitu :
Gambar 2.17. Etuna
Gambar 2.18. Propuna
1). Tatanama Alkuna secara IUPAC (The Internasional Union of Pure and Applied Chemistry). a). Rantai karbon terpanjang yang mengandung ikatan rangkap disebut rantai utama. b). Rantai utama diberi nama dengan akhiran una. c). Atom – atom C yang terletak dirantai terpanjang merupakan gugus alkil. d). Berilah
nomor pada atom – atom C dirantai terpanjang sehingga atom C yang
diberikatan memiliki nomor serendah mungkin. e). Senyawa karbon yang mempunyai lebih dari satu ikatan rangkap diberi awalan di, tri, dan seterusnya seperti alkena. (Ralp J. Fessenden, 1994 : 378) 2). Sifat-sifat Alkuna Sifat – sifat alkuna dapat dibedakan menjadi dua yaitu : commit to user a) Sifat fisis
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sifat fisis alkuna hampir sama dengan alkana dan alkena. Pada suhu kamar suku-suku rendah berwujud gas, suku-suku sedang berwujud cair dan suku-suku tinggi berwujud padat. Memiliki massa molekul relatif yang hampir sama dengan alkena dan alkuna. Kecenderungan titik didih alkuna juga naik dengan pertambahan nilai Mr. b) Sifat kimia Sifat kimia alkuna berhubungan dengan reaksi-reaksi alkuna. Reaksi yang terjadi pada alkuna adalah reaksi adisi yaitu reaksi penjenuhan ikatan rangkap. Untuk menjenuhkan ikatan rangkapnya, alkuna membutuhkan pereaksi dua kali lebih banyak dari alkena. Pereaksi yang digunakan adalah hidrogen (H2). (1). Reaksi adisi Contoh : Adisi etuna dengan hidrogen. Mula-mula etuna bereaksi dengan H2 membentuk etena (etena) kemudian bereaksi lagi dengan H2 membentuk etana. (etana) (2). Pembakaran alkuna. Pembakaran alkuna adalah reaksi antara alkuna dengan gas O2 dan bersifat eksoterm. (g)
+ O2(g) → 4 CO2 (g) + 2H2O(g)
3). Sumber dan kegunaan alkuna Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah etuna, yang disebut juga asetilena, C2H2. Dalam jumlah kecil asetilena dibuat dari reaksi batu karbit commit to user (kalsium karbida) dengan air.
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
CaC2 + 2 H2O → Ca(OH)2 + C2H2 Gas yang dihasilkan dari reaksi batu karbid berbau tidak sedap. Sesungguhnya gas asetilena murni tidaklah berbau busuk, bahkan sedikit harum. Bau busuk disebabkan adanya gas fosfims, PH3 yang selalu dihasilkan sebagai campuran. Disamping baunya yang busuk, gas fosfin juga bersifat racun. Gas asitelena digunakan untuk mengelas baja atau besi. 4). Keisomeran pada alkuna Keisomeran pada alkuna tergolong keisomeran kerangka dan keisomeran posisi. Keisomeran posisi mulai terdapat pada butuna, sedangkan keisomeran Kerangka dimulai pada pentuna. a). Keisomeran Posisi 1-butuna 2-butuna b). Keisomeran Kerangka 1-pentuna 2-pentuna
3-metil-1-butuna (Wiwik Winarti, B. Prasetyaningsih,dkk, 2006 : 156) B. Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain: commit to user 1. Penelitian yang dilakukan oleh Mey Suyanto (2006) dengan judul “Pengaruh
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
model Teams Games Tournaments (dengan media VCD dan Lembar Kegiatan Siswa) terhadap prestasi belajar Fisika ditinjau dari motivasi belajar siswa pada konsep gaya gesekan (Studi kasus pada SMA Negeri 1 Temanggung kelas XI/ Ilmu Alam Tahun Pelajaran 2005/2006)”. Hasil Penelitian : 1). penggunaan model pembelajaran TGT-VCD lebih berpengaruh terhadap prestasi belajar Fisika daripada TGT-LKS terhadap prestasi belajar Fisika pada konsep gaya gesekan. Dengan kata lain terdapat perbedaan prestasi belajar Fisika siswa yang signifikan pada konsep gaya gesekan antara yang mengikuti model TGT-VCD dengan siswa yang mengikuti pembelajaran model TGT-LKS; 2). tidak terdapat pengaruh antara tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar fisika pada konsep gaya gesekan; 3). Tidak terdapat interaksi pengaruh penggunaan model pembelajaran (TGT-VCD dan TGT-LKS) dan tingkat motivasi belajar tinggi dan rendah siswa terhadap prestasi belajar Fisika pada konsep gaya gesekan. Dalam metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti diatas, untuk tinjauan motivasi belajar siswa yang digunakan belum ada pengaruhnya terhadap prestasi belajar. Dalam hal ini, kami akan mengadakan penelitian dengan metode yang sama tetapi berbeda dalam permainannya yaitu TGT–TTS dan TGT-Roda Impian yang ditinjau dari motivasi belajar siswa untuk mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Kastini Rahmawati (2009) dengan judul “studi komparasi pembelajaran kimia menggunakan metode TGT (Teams Games Ttournaments) dengan media Roda impian dan Destinasi terhadap commit to user prestasi belajar siswa”. Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah kelas X
perpustakaan.uns.ac.id
74 digilib.uns.ac.id
SMA Negeri 1 Wonosari Tahun Ajaran 2008/2009. Pengambilan sampel menggunakan teknik Random Sampling. Teknik pengambilan data prestasi belajar siswa menggunakan aspek kognitif dengan bentuk tes obyektif dan aspek afektif dengan angket. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t pihak kanan. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa prestasi belajar siswa pada materi pokok Reaksi Redoks yang melalui pembelajaran kimia dengan menggunakan metode TGT (Teams Games Tournaments) dengan media Roda Impian lebih tinggi bila dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang melalui pembelajaran kimia dengan menggunakan metode TGT (Teams Games Tournaments) dengan media Destinasi. Dalam metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti diatas, untuk metode pembelajaran TGT dengan permainan Roda Impian dapat meningkatkan prestasi belajar siswa atau berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, kami akan mengadakan penelitian dengan metode yang sama tetapi berbeda dalam permainannya yaitu TGT–TTS dan TGT-Roda Impian yang ditinjau dari motivasi belajar siswa untuk mengetahui pengaruhnya terhadap prestasi belajar. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Muh. Dawan ( 2009 ) dengan judul ” Model pembelajaran STAD dengan Jigsaw ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar (Studi kasus mata kuliah Konsep Dasar IPA SD pokok bahasan Sistem Organ Tubuh Manusia SI PGSD UT TA.2008)”. Hasil penelitian : 1). terdapat pengaruh penggunaan model STAD dean Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa dimana pembelajaran menggunakan jigsaw lebih baik; 2). terdapat pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar; 3). tidak terdapat pengaruh commit to user kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah terhadap prestasi belajar
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
siswa; 4). tidak terdapat perbedaan pengaruh interaksi model pembelajaran dan kemampuan
awal
terhadap
prestasi
belajar
baik
pembelajaran
yang
menggunakan model STAD dan Jigsaw; 5). terdapat pengaruh interaksi model pembelajaran dan motivasi terhadap prestasi belajar; 6). tidak terdapat perbedaan pengaruh interaksi kemmapuan awal dan motivasi dengan kategori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar ; 7). terdapat interaksi penggunaan model pembelajaran dengan kemmapuan awal dan motivasi belajar kategori tinggi, rendah terhadap prestasi belajar mahasiswa program S-1 PGSD Universitas Terbuka tahun ajaran 2008. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Muh. Dawan dengan menngunakan metode STAD dan Jigsaw terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar tetapi untuk kemampuan awal belum ada pengaruh terhadap prestasi belajar. Dalam hal ini, kami akan mengadakan penelitian dengan metode yang berbeda yaitu menggunakan metode pembelajaran TGT-TTS dan TGTRoda Impian yang ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar siswa untuk mengetahui pengaruhya terhadap prestasi belajar siswa. 4. Penelitian
yang
dilakukan
oleh
Erlika
Setyaningsih ( 2009 ) dengan
judul “Pembelajaran Kooperatif Metode TGT (Teams Games Tounaments) Menggunakan Permainan Ular Tangga dan Teka-Teki Silang Dalam bentuk Media Flash dengan memperhatikan Memori dan Emotional Quotient (EQ)”. Hasil Penelitian : 1). Terdapat pengaruh metode pembelajaran TGT menggunakan permainan ular tangga dan TGT menggunakan teka-teki silang terhadap prestasi belajar kimia baik kogninitif maupun afektif; 2). Terdapat commit to user pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi kognitif, akan tetapi tidak
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terdapat pengaruh memori tinggi dan rendah terhadap prestasi afektif belajar kimia; 3). Terdapat pengaruh EQ tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia; 4) Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan memori terhadap prestasi belajar kimia; 5). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan EQ terhadap prestasi belajar kimia; 6). Tidak ada interaksi antara EQ dengan memori terhadap prestasi belajar kimia; 7). Tidak ada interaksi antara metode pembelajaran, memori dan EQ terhadap prestasi belajar kimia. Dalam
penelitian
yang dilakukan
oleh
Erlika Setyaningsih dengan
menggunakan metode TGT-TTS dan TGT-Ular Tangga. Penelitian diatas lebih berpengaruh yang menggunakan metode TGT-TTS terhadap prestasi belajar siswa. Dalam hal ini, kami akan mengadakan penelitian dengan metode yang sama tetapi berbeda permainannya yaitu menggunakan metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-Roda Impian yang ditinjau dari kemampuan awal dan motivasi belajar siswa untuk mengetahui pengaruhya terhadap prestasi belajar siswa. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Keritha McLeish (2009) di Negara Jamaica yang berjudul “Attitude of Students Towards Cooperative Learning Methods at Knox Community”. Pada penelitian ini memberikan dampak yang positif, efektif dalam proses belajar dan dapat menumbuhkan sikap kerjasama dalam kelompok sehingga siswa lebih antusias dan dapat menimbulkan motivasi dalam belajar sehingga dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses belajar. C. Kerangka Berpikir commit to user Adapun kerangka berpikir yang mendasari penelitian ini adalah sebagai
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
berikut : 1. Pengaruh penggunaan TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian terhadap prestasi belajar kimia. Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor ekstern yang perlu diperhatikan diantaranya adalah pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga mampu meningkatkan daya serap siswa. Metode mengajar yang digunakan oleh guru sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep materi tertentu. Metode mengajar yang baik merupakan metode yang disesuaikan dengan materi yang disampaikan, kondisi siswa, sarana yang tersedia serta tujuan pembelajarannya sehingga dapat terlihat apakah metode yang diterapkan efektif. Karakteristik materi Hidrokarbon merupakan materi yang bersifat abstrak dan konkrit. Materi Hidrokarbon bersifat abstrak karena disajikan dalam bentuk teori sehingga memerlukan pemikiran yang abstrak untuk memahami konsep – konsep dalam materi tersebut. Siswa juga dapat mengambil kesimpulan dari gejala – gejala yang diamati sehingga mmerlukan pemikiran yang abstrak. Misalnya siswa mengamati kejadian kebakaran yang dapat menimbulkan asap, bau dan warna hitam. Dalam hal ini siswa berpikir tentang gejala apa yang menimbulkan adanya warna hitam dan reaksi apa yang terjadi pada proses kebakaran tersebut, sehingga siswa mampu menemukan jawaban dari peristiwa yang dialami. Sedangkan materi Hidrokarbon yang bersifat konkrit dapat dilakukan percobaan langsung di laboratorium, tetapi dalam penelitian ini percobaan di laboratorium diganti dengan commit to user menggunakan media aminasi untuk mengidentifikasi unsur – unsur dalam senyawa
perpustakaan.uns.ac.id
78 digilib.uns.ac.id
karbon. Dalam hal ini siswa dituntut untuk berpikir konkrit, akan tetapi bagi siswa yang sudah mempunyai pengetahuan terlebih dahulu dari materi ini maka akan mempermudah siswa dalam mempelajari materi tersebut. Materi Hidrokarbon ini berisi tentang konsep-konsep dan teori-teori dimana keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar akan menanamkan konsep yang lebih kuat jika dibandingkan dengan siswa yang hanya mendengarkan keterangan dari guru saja dan materi ini juga memerlukan daya pemahaman serta daya hafalan yang cukup. Materi hidrokarbon memerlukan daya pemahaman dan daya hafalan yang cukup, sehingga diperlukan suatu metode yang dapat membantu mempermudah cara belajar siswa. Model pembelajaran yang tepat untuk melibatkan keaktifan siswa adalah model kooperatif. Dalam penelitian ini, model pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif metode TGT (Teams Games Tournaments) dengan menggunakan permainan Teka-Teki Silang dan Roda Impian. TGT merupakan pembelajaran yang dilakukan dengan mengelompokan siswa dan setiap kelompok terdiri dari siswa yang termasuk dalam klasifikasi tinggi dan rendah. Kemudian siswa tersebut melakukan kegiatan belajar bersama membahas materi hidrokarbon. Dengan cara tersebut siswa yang termasuk dalam kategori rendah dapat terpacu dengan siswa yang termasuk dalam kategori tinggi. Peningkatan prestasi akademik, kemampuan bersosial tinggi dan penerimaan yang luas dari teman - teman yang berbeda berdasarkan jenis kelamin, latar belakang sosial, etnis, kemampuan akademik siswa dan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran akan tampak dari cara bertindak, memperhatikan dan melakukan kegiatan – kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut. Belajar sambil commit to user bermain dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id
79 digilib.uns.ac.id
Teka-Teki Silang dan Roda Impian merupakan permainan yang berbeda dalam teknik menjawab dan daya tariknya. TTS merupakan permainan yang sudah umum di masyarakat sehingga siswa diasumsikan akan memberikan respon yang biasa saja. Sedangkan Roda Impian merupakan permainan yang jarang ditemui di masyarakat. Biasanya permainan ini digunakan pada acara kuis di tempat hiburan. Oleh karena itu, siswa menjadi penasaran dan tertarik untuk ikut dalam permainan. Bermain Roda Impian diperlukan persiapan yang cukup baik materi maupun mental. Untuk itu, diharapkan semua siswa belajar lebih giat. Berdasarkan pemikiran diatas diduga metode pembelajaran TGT dengan menggunakan permainan teka - teki silang dan roda impian akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. 2. Pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia. Kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki siswa dari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi baru. Kemampuan awal siswa merupakan faktor intern yang dapat menentukan keberhasilan dan gagalnya belajar seorang siswa. Proses pembelajaran baik itu dikelas maupun di laboratorium memerlukan kemampuan awal agar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan teori Ausubel, dimana dalam proses belajar siswa dapat mengaitkan informasi-informasi baru dengan pengetahuan lamanya yang ada dalam struktur kognitif siswa. Kemampuan awal menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal yang dimiliki siswa mencerminkan : a. apakah siswa telah mempunyai ketrampilan atau pengetahuan commit to user yang merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran, tanpa adanya kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
awal atau tes prasyarat ini siswa tidak dapat diharapkan mampu mengikuti pelajaran dengan baik; b. sejauh mana siswa telah mengetahui materi yang akan disajikan. Dalam penelitian ini kemampuan awal yang digunakan adalah materi ikatan kimia khususnya sub bab ikatan kovalen karena materi ikatan kimia khusnya ikatan kovalen itu sangat berkaitan dan sebagai modal dasar untuk mempelajari materi hidrokarbon. Adanya tingkat pengetahuan yang telah dimiliki siswa atau kemampuan awal siswa maka dalam mempelajari informasi-informasi baru akan mudah dipahami dan dimengerti oleh siswa. Jika kemampuan awal sudah berbeda, maka dimungkinkan hasil pembelajaran juga berbeda. Karena itu perbedaan kemampuan awal juga dapat mempengaruhi perbedaan prestasi belajar siswa, sehingga diduga siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi akan mencapai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. 3. Pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia Motivasi merupakan suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan dan menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga dapat mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Tinggi rendahnya motivasi dapat mempengaruhi pula tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Ciri – ciri siswa yang mempunyai motivasi tinggi seperti: a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai; b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa). Tidak memerlukan dorongan dari commit to user luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
dicapainya); c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak kriminal,amoral, dan sebagainya; d. Lebih senang bekerja sendiri; e. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif); f. Dapat mempertahankan pendapatnya ( kalau sudah yakin akan sesuatu); g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya itu; h. Senang mencari dan memecahkan soal-soal. Keadaan siswa yang mengikuti pembelajaran memiliki motivasi yang beragam. Motivasi belajar siswa dapat berasal dari dalam diri (motivasi internal) atau luar (motivasi eksternal). Kedua jenis motivasi tersebut tentu dapat mempengaruhi kegiatan belajar siswa sehingga dapat berpengaruh pula pada prestasi belajar. Siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi akan lebih mudah dalam menerima pelajaran materi hidrokarbon daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Siswa dengan motivasi belajar tinggi diduga akan mempunyai prestasi belajar materi hidrokarbon yang lebih baik daripada siswa dengan motivasi belajar rendah. 4. Interaksi antara penggunaan TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi apabila dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang akan mempunyai perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai kemmapuan awal tinggi tetapi dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan roda impian. commit to user Sebaliknya siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah yang diajar dengan
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
metode TGT menggunakan permainan roda impian akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang karena suasana turnamen dalam permainan roda impian lebih menyenangkan
dan dalam bermain roda impian
motivasi siswa lebih besar. Dilihat juga dari karakteristik permainannya, pada permainan teka-teki silang siswa dituntut untuk memiliki daya ingat yang tinggi, hal ini dikarenakan dalam permainan teka-teki silang, siswa harus bisa menghubungkan antara huruf-huruf yang tersedia membentuk kata yang diinginkan yang jumlah hurufnya sudah ditentukan, jika ada kesalahan sedikit saja dalam penulisan jawaban, maka jawabannya dianggap salah. Berbeda halnya dengan permainan roda impian, dimana dalam permainan ini, siswa tidak dituntut untuk memberikan jawaban yang jumlah hurufnya sudah ditentukan seperti jawaban yang diinginkan dalam teka-teki silang. Hal ini juga dapat dilihat, bahwa materi hidrokarbon terdiri dari konsep konsep misalnya klasifikasi hidrokarbon, dimana dalam pengklasifikasian hidrokarbon mempelajari ikatan yang terjadi pada rantai karbon. Misalkan saja diinginkan jawaban dari salah satu penggolongan hidrokarbon, maka dalam permainan teka-teki silang siswa harus benar-benar bisa menulis jawaban yang tersusun dari huruf-huruf yang diinginkan sedangkan dalam permainan roda impian, meskipun jawabannya tidak lengkap tapi jawaban yang dimaksud benar, maka jawaban tersebut akan dianggap benar. Dari uraian pemikiran diatas, diduga terdapat interaksi antara penggunaan metode TGT menggunakan permainan teka- teki silang dan roda impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar pada materi hidrokarbon.
commit to user 5. Interaksi antara penggunaan TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian
perpustakaan.uns.ac.id
83 digilib.uns.ac.id
dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi apabila dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang akan mempunyai perbedaan prestasi belajar dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi tetapi dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan roda impian. Sebaliknya siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang diajar dengan metode TGT menggunakan permainan roda impian akan mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dikenai pengajaran dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang. Interaksi penggunaan metode TGT dengan motivasi belajar siswa terlihat pada saat diskusi dan permainan. Dalam mengisi teka-teki silang ini, siswa memerlukan kesabaran, kefokusan dalam konsentrasi serta pengetahuan dalam penguasaan kosa kata. Saat siswa mulai mencocokkan urutan pertanyaan dengan letak kotak secara mendatar atau menurun sesungguhnya hal tersebut mengasah kecekatan, dimana kegiatan ini memerlukan koordinasi mata dan tangan. Pada saat itulah siswa membiasakan diri untuk berkonsentrasi agar menuliskan jawaban pada kotak yang tepat. Ada kalanya siswa menemukan pertanyaan yang sangat mudah namun bukan tak mungkin dia terhadang kesulitan. Hal ini tentu dapat dijadikan keuntungan jika mereka jeli melihatnya. Karena di tengah kesulitannya menemukan jawaban yang harus diisi ke dalam deretan kotak tersebut, sesungguhnya tanpa disadari siswa tengah belajar untuk bersabar dalam mendapatkan sesuatu yang diinginkan. Jadi siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan mempunyai kesabaran serta keuletan dalam bermain, kemungkinan tepat diterapkan dengan metode pembelajaran TGT commit to user menggunakan permainan teka-teki silang, sedangkan siswa yang memiliki motivasi
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belajar rendah kemungkinan tepat diterapkan dengan metode pembelajaran TGT menggunakan roda impian, karena dengan permainannya yang menarik, siswa lebih termotivasi untuk menjawab pertanyaan. Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diduga
kemungkinan
terdapat
interaksi
antara penggunaan
metode TGT
menggunakan permainan teaka – teki silang dan roda impian dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia materi hidrokarbon. 6. Interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia Pada pengajaran materi hidrokarbon dengan memperhatikan kemampuan awal dan motivasi belajar siswa, dimungkinkan terdapat interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa. Karena siswa dengan kemampuan awal yang tinggi, dimungkinkan juga akan memiliki motivasi belajar yang tinggi karena kemampuan awal yang tinggi dapat menjadikan siswa lebih mudah menguasai materi pembelajaran. Dengan demikian prestasi belajar siswa juga tinggi. Demikian pula, dengan motivasi belajar yang tinggi menjadikan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dengan kemampuan awal yang tinggi dan ditunjang dengan motivasi belajar yang tinggi menjadikan siswa benar – benar berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Jadi diduga terdapat interaksi antara kemampuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia materi pokok hidrokarbon. 7. Interaksi antara penggunaan TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia Bertolak dari uraian sebelumnya yaitu kemungkinan siswa yang menerima commit to user pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
impian memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik daripada siswa yang diajar dengan metode TGT menggunakan permainan teka-teki silang dan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah, serta dilihat dari karakteristik kedua metode pembelajaran yang mana faktor kemampuan awal dan motivasi belajar mempunyai peran yang sama dalam proses kegiatan belajar mengajar, sehingga dimungkinkan apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT menggunakan permainan roda impian atau metode TGT menggunakan teka-teki silang, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi akan memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik daripada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Sebaliknya berapapun tingkat kemampuan awal, baik tinggi maupun rendah, siswa yang menerima pembelajaran dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian akan memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka-teki silang. Begitu pula dengan motivasi belajar siswa, apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT yang menggunakan permainan roda impian atau metode TGT yang menggunakan teka - teki silang, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Sehingga dapat diduga bahwa terdapat interaksi antara metode pembelajaran, kemampuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia materi hidrokarbon. D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir diatas, maka dapat disusun commit to user hipotesis sebagai berikut :
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Ada pengaruh pembelajaran menggunakan TGT dengan permainan TTS dan Roda impian terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 2. Ada pengaruh kemampuan awal siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 3. Ada pengaruh motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 4. Ada interaksi antara pembelajaran menggunakan TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 5. Ada interaksi antara pembelajaran menggunakan TGT dengan permainan TTS dan Roda Impian dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 6. Ada interaksi antara kemampuan awal siswa dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon. 7. Ada interaksi antara pembelajaran menggunakan TGT dengan kemampuan awal siswa dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kimia pada materi pokok Hidrokarbon.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 1 Mojolaban, Kelurahan Wirun Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo pada tahun pelajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April sampai Mei 2010. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara bertahap. Adapun tahap – tahap pelaksanaannya sebagai berikut : a. Tahap Persiapan Tahap persiapan meliputi permohonan pembimbing, survei sekolah yang bersangkutan, pengajuan judul tesis, pembuatan proposal, perijinan penelitian dan konsultasi instrumen penelitian. b. Tahap Penelitian Tahap penelitian meliputi semua kegiatan yang berhubungan langsung di lapangan, yaitu uji coba instrumen dan pengambilan data pada bulan April 2010. c. Tahap Penyelesaian Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan pada bulan Mei 2010 sampai selesai. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Dengan menggunakan anava tiga jalan dengan rancangan factorial 2x2x2. Faktor commit to user pertama adalah model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif dengan 87
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
metode TGT menggunakan permaianan teka – teki silang dan TGT menggunakan permainan roda impian. Faktor kedua adalah kemampuan awal siswa yang dikategorikan kedalam kemampuan awal tinggi dan rendah. Faktor ketiga motivasi belajar siswa yang dibagi menjadi motivasi belajar tinggi dan rendah. Rancangan Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
B (Kemampuan awal) Metode Pembelajaran
B1
Motivasi belajar
(A)
B2
C1
C2
C1
C2
A1
A1B1C1
A1B1C2
A1B2C1
A1B2C2
A2
A2B1C1
A2B1C2
A2B2C1
A2B2C2
(C)
A
Keterangan : A1 : Metode TGT menggunakan permainan Teka-Teki Silang A2 : Metode TGT menggunakan permainan Roda Impian B1 : kemampuan awal tinggi B2 : kemampuan awal rendah C1 : motivasi belajar tinggi C2 : motivasi belajar rendah A1B1C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka - Teki Silang pada kemampuan awal siswa Tinggi dan motivasi belajar tinggi A1B1C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada kemampuan awal Tinggi dan motivasi belajar Rendah commit to user A1B2C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka - Teki Silang pada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
kemampuan awal Rendah dan motivasi belajar Tinggi A1B2C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Teka-Teki Silang pada kemampuan awal Rendah dan motivasi belajar Rendah A2B1C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Roda Impian pada kemampuan awal Tinggi dan motivasi belajar Tinggi A2B1C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Roda Impian pada kemampuan awal Tinggi dan motivasi belajar Rendah A2B2C1 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Roda Impian pada kemampuan awal Rendah dan motivasi belajar Tinggi A2B2C2 = Pengajaran Metode TGT dengan Permainan Roda Impian pada kemampuan awal Rendah dan motivasi belajar Rendah C. Penetapan Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Penetapan Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2009/2010. 2. Teknik Pengambilan Sampel Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik cluster random sampling. Dalam penelitian ini sampel merupakan unit dalam populasi yang mendapat peluang sama untuk menjadi sampel, bukan siswa secara individual tetapi kelas. Dari ketujuh kelas yang sudah ada di kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban dilakukan pengambilan secara random dua kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas TGT menggunakan TTS (TGT-TTS) dan kelas TGT menggunakan Roda Impian (TGT-RI). Untuk menguji kesamaan dua kelas tersebut digunakan uji kesamaan commit to user rata- rata, uji ini digunakan untuk mengetahui kesamaan nilai ulangan harian materi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Redoks kelas X-2 dan X-3 sebagai kelas ekperimen pertama dan kedua. Dengan cara menguji rata-rata nilai ulangan harian materi Redoks antara 2 kelas eksperimen. Uji statistik yang digunakan adalah uji t dua pihak, dihitung menggunakan software minitab. Uji kesamaan rata-rata digunakan untuk mengetahui kesamaan nilai ulangan harian materi Redoks antara kelas teka – teki silang dengan roda impian dengan menggunakan uji t dua pihak Adapun hasil komputasinya menggunakan minitab 15 dapat dilihat pada Lampiran 47. Dari perhitungan didapatkan nilai "t" amatan adalah -0,48 dan P-Value = 0,634. Nampak bahwa P > alpha. Oleh sebab itu, Ho diterima. maksudnya, nilai rata-rata ulangan harian materi Redoks kedua kelas (X-2 dan X-3) sama. Dari uji normalitas, terlihat bahwa data nilai rata-rata ulangan harian materi Redoks kedua kelas adalah normal, dimana harga P > 0,100 sehingga Ho diterima berarti data terdistribusi normal. Begitu pula dengan uji homogenitas, dengan harga P > 0,05 sehingga Ho diterima, yang berarti data nilai rata-rata ulangan harian materi Redoks kedua kelas homogen. Kesimpulannya adalah nilai rata-rata ulangan harian materi Redoks kedua kelas sama. D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini sebagai variabel bebas yaitu metode pembelajaran, kemampuan awal dan motivasi belajar Kemudian sebagai variabel terikat yaitu prestasi belajar. 1. Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Variabel bebas 1) Metode pembelajaran
commit to user Metode TGT menggunakan teka - teki silang adalah metode belajar-
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
mengajar yang menekankan kerjasama dalam kelompok dan keaktifan siswa dalam mencari jawaban dalam permainan teka-teki silang yang dipengaruhi pengetahuan semata. Metode TGT menggunakan Roda Impian adalah metode belajar-mengajar yang menekankan kerjasama dalam kelompok dan kreatifitas siswa dalam menjawab pertanyaan serta penguasaan materi yang lebih luas sebagai modal untuk bertanding. 2) Kemampuan Awal Kemampuan awal adalah kemampuan yang dimiliki sari apa yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi baru. 3) Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang diwujudkan dalam bentuk adanya kebutuhan, dorongan dan usaha dari siswa dalam melakukan aktivitas atau kegiatan belajar sehingga tujuan belajar siswa tersebut dapat dicapai. b. Variabel terikat 1). Prestasi belajar Prestasi belajar yang dimaksud disini adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat dari aktivitas selama mengikuti pelajaran kimia materi Hidrokarbon dan yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa yang dilambangkan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. E. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah commit to user metode tes, angket, dan dokumentasi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
1. Metode Tes Metode tes digunakan untuk mendapatkan data skor kemampuan awal yang digunakan untuk pembagian kelompok, dan nilai prestasi belajar kognitif pada kelas X SMA Negeri 1 Mojolaban tahun pelajaran 2009 / 2010. 2. Metode Angket Pada penelitian ini angket yang digunakan adalah jenis angket langsung dan tertutup, karena daftar pertanyaan diberikan langsung kepada responden dan jawabannya sudah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang ada. Metode angket ini digunakan untuk mendapatkan data skor motivasi belajar yang digunakan untuk mengetahui tinggi rendahnya motivasi belajar siswa dan nilai prestasi belajar afektif. 3. Metode Dokumentasi Dokumen dalam penelitian ini adalah data nilai mata pelajaran kimia sebelumnya, untuk memperoleh data kemampuan kognitif siswa sebelum pembelajaran Hideokarbon. F. Instrumen Penelitian 1. Instrumen Pelaksanaan pembelajaran Dalam tahap awal sebelum pelaksanaan pembelajaran, guru harus mempersiapkan perangkat – perangkat permbelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Perangkat-perangkat ini meliputi : a. Silabus yang mencakup keseluruhan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan dicapai oleh siswa setelah pembelajaran; b. Rencana Program Pembelajaran (RPP) yang memuat rencana pembelajaran dalam satu pertemuan. Dalam penelitian ini Rencana commit to user Program Pembelajaran bermetode TGT-TTS untuk kelas eksperimen 1 dan Rencana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
Program Pembelajaran bermetode TGT-RI untuk kelas eksperimen 2. 2. Instrumen Pengambilan Data Alat yang digunakan untuk mengambil data prestasi belajar siswa adalah tes prestasi belajar kimia. Alat yang digunakan untuk mengambil data kemampuan awal siswa adalah tes kemampuan awal dengan materi ikatan kimia khususnya materi ikatan kovalen, sedangkan alat yang digunakan untuk mengambil data motivasi belajar siswa adalah angket motivasi belajar. Tes ini terlebih dahulu dibuat kisikisinya agar tidak terlepas dari indikator yang ingin dicapai. Setelah soal tes dibuat yang disertai dengan petunjuk pengisian maka terlebih dahulu soal ini diujicobakan kepada para siswa diluar subyek penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah alat ukur ini valid atau tidak dipakai sebagai alat pengumpul data dan perlu tidaknya dilakukan revisi instrumen tersebut, dengan menganalisa validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitasnya. Untuk pengambilan data afektif diperoleh dari tes angket afektif.
Kriteria
penyekoran 1 sampai dengan 4, sesuai dengan tingkat sikap siswa pada saat melaksanakan pembelajaran. G. Uji Coba Instrumen Tes objektif tersebut terdiri dari 35 butir soal. Sebelum tes digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, tes diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui apakah instrumen tes tersebut telah memenuhi persyaratan tes yang baik yaitu dalam hal validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda. Uji coba instrumen tes dilakukan pada siswa yang telah memperoleh pelajaran kimia, pada materi Hidrokarbon yaitu kelas X SMA Negeri 1 Polokarto tahun ajaran commit to user 2009/2010.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
1. Instrumen Penilaian Kemampuan Awal dan Prestasi Belajar Kognitif a. Uji Validitas Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen. Validitas yang diuji dalam penelitian ini adalah validitas item atau validitas butir. Validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item. Dalam penelitian ini salah satu bentuk soal yang digunakan adalah bentuk soal pilihan ganda. Pada bentuk soal pilihan ganda ini skor terhadap jawaban setiap soal atau item hanya terdiri atas angka 1 dan angka 0. Menurut Saifuddin Azwar (2006: 19) menjelaskan bahwa, dalam kasus yang salah satu variabelnya hanya terdiri dari dua macam, yaitu 1 dan 0, perhitungan koefisien korelasinya dilakukan dengan komputasi koefisien korelasi point biserial atau koefisien korelasi biserial. Sehingga rumus perhitungan koefisien korelasi biserial yang dapat digunakan adalah sebagai berikut : g
pbi
=
M
p
- M S
t
t
p q
Keterangan : γ pbi
= koefisien korelasi biserial
Mp
= rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt
= rerata skor total
St
= standar deviasi dari skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar
p
=
q
banyaknya siswa yang menjawab benar jumlah seluruh siswa commit to user = proporsi siswa yang menjawab salah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
q
= 1–p
(Suharsimi Arikunto, 2006:7)
Koefisien korelasi biserial ( γ pbi ) menunjukkan validitas item dari tes bentuk pilihan ganda yang selanjutnya disebut sebagai rhitung. Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rhitung). Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel yang dikonsultasikan dengan r tabel hasil korelasi product moment (Suharsimi Arikunto, 2006: 283). Hasil uji coba validitas instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.2. Hasil uji coba validitas instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 33, dan 34. Tabel 3.2. Hasil uji coba validitas instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif. Kriteria Jenis Soal Jumlah Soal Valid Invalid Kemampuan Awal 30 25 5 Kognitif 35 30 5 b. Uji Reliabilitas Realibilitas adalah keajegan suatu tes apabila diteskan kepada subyek yang sama, dalam waktu yang berlainan atau kepada subyek tidak sama pada waktu yang sama. Untuk menghitung koefisien realibilitas tes bentuk obyektif digunakan rumus KR 20 yaitu sebagai berikut : r11
=
n é ù é S êë n - 1 úû ê ëê
2
-
å S
pq
2
ù ú ûú
Keterangan : r11
= reliabilitas tes secara keseluruhan
p
= proporsi subyek yang menjawab commit to useritem dengan benar
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
q
= proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
q
= 1–p
å pq
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n
= banyaknya item
S2
= varians dari tes
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91
- 1,00
: Sangat Tinggi
0,71
- 0,90
: Tinggi
0,41
- 0,70
: Cukup
0,21
- 0,40
: Rendah
Negatif - 0,20
: Sangat Rendah
(Masidjo,1995 : 243)
Hasil uji coba realibilitas instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.3. Hasil uji coba realibilitas instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Tabel 3.3. Hasil uji coba reliabilitas instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif. Jenis Soal Jumlah Soal Realibilitas Kriteria Kemampuan Awal Kognitif
30 35
0,8417 0,8326
Tinggi Tinggi
c. Uji Taraf Kesukaran Soal Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar atau soal dalam bentuk sedang. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Indeks Kesukaran ini commit to user menunjukkan taraf kesukaran soal. Untuk menentukan indeks kesukaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
digunakan rumus sebagai berikut : P =
B JS
Keterangan : P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul
JS
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut : 0,81-1,00
: mudah sekali (SM)
0,61-0,80
: mudah (Md)
0,41-0,60
: sedang/cukup (Sd)
0,21-0,40
: sukar (S)
0,00-0,20
: sukar sekali (SS)
(Masidjo, 1995 :243)
Hasil uji coba taraf kesukaran instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif terangkum dalam tabel 3.4. Hasil uji coba taraf kesukaran instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Tabel 3.4. Hasil uji coba taraf kesukaran instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif. Kriteria Jenis Soal Jumlah Soal SM Md Sd S SS Kemampuan Awal 30 13 10 7 Kognitif 35 9 24 2 -
d. Daya Pembeda Soal Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara commit to user siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah sebagai berikut : D=
Keterangan :
BA B B = PA - PB JA JB
D
= indeks diskriminasi
JA
= banyaknya peserta kelompok atas
JB
= banyaknya peserta kelompok bawah
BA
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA =
BA JA
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar (P sebagai indeks kesukaran).
PB =
BB JB
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi taraf pembeda soal: 0,80 -1,00
: Baik sekali
(BS)
0,60-0,79
: Baik
(B)
0,40-0,59
: Cukup
(C)
0,20-0,39
: Jelek
(J)
0,00-0,1
: Tidak baik
(TB)
(Masidjo, 1995: 201)
Hasil uji coba daya pembeda instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif terangkum dalam tabel 3.5. Hasil uji coba daya pembeda commit to user instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif yang lebih rinci dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
dilihat pada Lampiran 33 dan 34. Tabel 3.5. Hasil uji coba daya pembeda instrumen soal kemampuan awal dan soal penilaian kognitif. Kriteria Jenis Soal Jumlah Soal BS B C J TB Kemampuan Awal 30 5 12 13 Kognitif 35 7 20 8 -
2. Intrumen Afektif Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Responden atau siswa memberikan jawaban dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang sudah disediakan. Untuk angket penilaian afektifnya sebelum digunakan dalam pengambilan data, instrumennya diujicobakan terlebih dahulu guna mengetahui kualitas item angket. Penyusunan angket ini terlebih dahulu dibuat konsep alat ukur yang mencerminkan isi kajian teori. Konsep alat ukur ini berisi kisi-kisi angket. Konsep selanjutnya dijabarkan dalam variabel dan indikator yang disesuaikan dengan tujuan penilaian
yang hendak dicapai, selanjutnya indikator ini digunakan sebagai
pedoman dalam menyusun item-item angket. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, responden atau siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Contoh Skor Penilaian Afektif pada tabel 3.6 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 100
Tabel 3.6 . Contoh Skor Penilaian Afektif
Jawaban Pertanyaan
Skor Positif 4 3 2 1
SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
Negatif 1 2 3 4 ( Kurikulum 2004 SMA, 2003: 91)
a. Uji Validitas Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut : rxy =
[(N S X
N (S XY ) - (S X )(S Y ) 2
- (S X
)2 )(N S Y 2 - (S Y )2 )]
Keterangan : rxy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan
X
= skor butir item nomor tertentu
Y
= skor total
N
= jumlah subyek Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria
validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel. Hasil uji coba validitas instrumen soal angket afektif yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.7. Hasil commit uji cobatovaliditas user instrumen soal angket afektif
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 101
yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 35. Tabel 3.7. Hasil uji coba validitas instrumen afektif
Jenis Soal
Jumlah Soal
Instrumen afektif
46
Kriteria Valid 36
Invalid 10
b. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut: S s i2 ù é n ùé êë n - 1 úû ê1 - s 2 ú t ë û
=
r11
Keterangan : r11
= reliabilitas yang dicari
n
= banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
åσ σ
2
= jumlah varians skor tiap-tiap item
i
2
=
i
σ
2
σ
2
i
N
N
= varians total
t
t
å
(å X )
2
X i2 -
=
åX N
2 t
æ - çç è
åX N
t
ö ÷ ÷ ø
2
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91
- 1,00
: Sangat Tinggi
0,71
- 0,90 : Tinggi
0,41
- 0,70 : Cukup
0,21
- 0,40 : Rendah
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 102
Negatif - 0,20 : Sangat Rendah
( Masidjo, 1995 : 243)
Hasil uji coba Realibilitas instrumen soal angket afektif yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.8. Hasil uji coba validitas instrumen soal angket afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 35. Tabel 3.8. Hasil uji coba realibilitas instrumen afektif
Jenis Soal
Jumlah Soal
Realibilitas
Kriteria
46
0,893
Tinggi
Instrumen afektif
3. Instrumen angket Motivasi a. Penyusunan kisi-kisi angket Setelah aspek dan indikator dirumuskan kemudian disusun kisi-kisi angket yang memuat tentang ruang lingkup variabel bebas sesuai dasar teori. Kisi - kisi angket tersebut dijadikan pedoman pembuatan pertanyaan dan persyaratan. b. Penyusunan item angket Meliputi pembuatan item-item pertanyaan, alternatif jawaban, surat pengantar angket, dan petunjuk pengisian angket. Item-item disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan. Kriteria penilaian tiap item pernyataan adalah sebagai berikut: Pemberian skor skala 1 sampai 4, untuk item yang mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut : Skor 4 untuk jawaban terbaik Skor 3 untuk jawaban baik Skor 2 untuk jawaban sedang Skor 1 untuk jawaban kurang baik user Item yang mengarah pada jawaban commit negatif,topemberian skornya sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 103
Skor 1 untuk jawaban terbaik Skor 2 untuk jawaban baik Skor 3 untuk jawaban sedang Skor 4 untuk jawaban kurang baik 1) Uji Validitas Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks korelasi antara X dan Y yang dapat digunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar dengan rumus sebagai berikut : rxy =
[(N S X
N (S XY 2
) - (S X )(S Y ) 2 2 - (S X ) )(N S Y 2 - (S Y ) )]
Keterangan : rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan, X = skor butir item nomor tertentu, Y = skor total, N = jumlah subyek. Taraf signifikan yang dipakai dalam penelitian ini adalah 5% kriteria validitas suatu tes (rxy) selanjutnya disebut rhitung. Kemudian hasil perhitungan dapat dikonsultasikan dengan tabel r product moment. Item dikatakan valid bila harga rhitung > rtabel. Hasil uji coba validitas instrumen soal angket motivasi belajar yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.9. Hasil uji coba validitas instrumen soal angket afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 36. Tabel 3.9. Hasil uji coba validitas instrumen motivasi Jenis Soal Angket motivasi belajar
Jumlah Soal commit28 to user
Kriteria Valid 24
Invalid 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 104
2) Uji Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Alpha (digunakan untuk mencari reliabilitas yang skornya bukan 1 dan 0) yaitu sebagai berikut: =
r11
S s i2 ù é n ùé ê n - 1 ú ê1 - s 2 ú ë ûë t û
Keterangan : r11
= reliabilitas yang dicari
n
= banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal
åσ σ
2
= jumlah varians skor tiap-tiap item
i
2
=
i
σ
2
σ
2
2 i
-
(å
X
)
2
i
N N
= varians total
t
t
å
X
=
å
X N
2 t
æ - çç è
å
Xt ö ÷ N ÷ø
2
Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91
- 1,00
: Sangat Tinggi
0,71
- 0,90 : Tinggi
0,41
- 0,70 : Cukup
0,21
- 0,40 : Rendah
Negatif - 0,20 : Sangat Rendah
(Masidjo, 1995: 243)
Hasil uji coba Reliabilitas instrumen soal angket afektif yang dilakukan terangkum dalam tabel 3.10. Hasil uji coba validitas instrumen soal angket afektif yang lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 36. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 105
Tabel 3.10. Hasil uji coba realibilitas instrumen motivasi
Jenis Soal
Jumlah Soal
Realibilitas
Kriteria
28
0,8808
Tinggi
Angket Motivasi Belajar
H. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Sebagai uji prasyarat analisis dilakukan normalitas, dan homogensitas. Kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak, uji normalitas ini dihitung menggunakan software minitab 15. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: H0 = data tidak terdistribusi normal; H1 = data terdistribusi normal 2) Statistik Uji Statistik uji menggunakan normality test dengan pendekatan Ryan-Joiners. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika p-Value < 0,05 selain itu H1 akan ditolak. Tingkat signifikansi (α) yang digunakan 0,05. c. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah variansi – variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak. Uji normalitas ini dihitung menggunakan software minitab. 1) Prosedur Penentuan Hipotesis: to user H0 = data tidak homogen; H1 = commit data homogen
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 106
2) Statistik Uji Uji homogenitas variansi dilakukan dengan uji Bartlet. Ketentuan pengambilan kesimpulan, H0 tidak ditolak ketika p-Value < 0,05 selain itu H1 akan ditolak . Taraf signifikansi (α) yang digunakan 0,05. 2. Uji Hipotesis a. Uji Anava Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis variansi tiga jalan dengan sel tak sama. Tujuan dari analisis ini untuk menguji signifikansi efek tiga varibel bebas terhadap satu variabel terikat dan interaksi ketiga variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik anava pada taraf signifikan α = 0,05 dengan bantuan komputer
program software minitab 15. Data yang digunakan tidak lengkap/ terdapat data yang missing/jumlah data sel tidak sama maka menggunakan prosedur General Linier Model (frekuensi sel tidak sama). b. Uji Lanjut Anava Uji lanjut anava merupakan tindak lanjut dari analisis variansi jika hasil variansi menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak. Tujuan dari uji lanjut anava ini untuk melakukan pengecekan terhadap rerata setiap pasangan kolom, baris, dan pasangan sel sehingga diketahui pada bagian mana sajakah terdapat rerata yang berbeda. Pada penelitian ini pengolahan data dilakukan dengan bantuan software minitab 15. Bantuan software tersebut diperlukan untuk menghemat waktu dan meminimalisir kesalahan hitung, memudahkan pembuatan interval distribusi frekuensi data dan histogram, serta meningkatkan akurasi hasil perhitungan. commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi data kemampuan awal, motivasi belajar siswa sebelum diberi perlakuan dan prestasi belajar siswa materi Hidrokarbon. Data diperoleh dari kelas X-2 sebagai kelas eksperimen 1 dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka – teki silang dan kelas X-3 sebagai kelas eksperimen 2 dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian. 1. Data Kemampuan Awal Data penelitian kemampuan awal diperoleh melalui hasil tes kemampuan awal. Dari data yag diperoleh dikelompokkan dikelompokkan dalam dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori pada tes kemmapuan awal berdasarkan pada skor rata- rata kedua kelas.Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor rata – rata atau diatasnya termasuk kategori tinggi dan siswa yang mempunyai skor dibawah tara- rata termasuk kategori rendah. Deskripsi data kemampuan awal ditunjukkan tabel 4.1. Tabel 4.1. Deskripsi data Kemampuan Awal (KA) Siswa
Kelompok TGT- TTS TGT- RI Jumlah
Jumlah data 43 43 86
Ratarata
SD
72,78
8,49
Tinggi 26 21 47
Kategori % Rendah 55,32 17 44,68 22 100 39
% 43,59 56,41 100
Berdasarkan deskripsi data kemampuan awal siswa pada tabel 10 dapat dilihat bahwa hasil tes kemampuan awal 72,78. Jumlah siswa yang mempunyai nilai commit to user kemampuan awal lebih tinggi dari nilai rata- rata sebanyak 47 siswa yang masing –
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masing 26 siswa dari kelas eksperimen 1 yaitu kelas TGT-TTS dan 21 siswa dari kelas eksperimen 2 yaitu kelas TGT-RI, sebaliknya untuk nilai kemampuan awal lebih rendah dari nilai rata – rata sebanyak 39 siswa yang masing – masing 17 siswa dari kelas eksperimen 1 yaitu kelas TGT-TTS dan 22 siswa dari kelas eksperimen 2 yaitu kelas TGT-RI. 2. Data Motivasi Belajar Siswa Data penelitian motivasi belajar siswa diperoleh melalui angket motivasi belajar siswa. Dari data yang diperoleh kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Pengelompokan kategori pada angket berdasarkan pada skor rata-rata kedua kelas. Siswa yang mempunyai skor sama dengan skor ratarata atau di atasnya termasuk kategori tinggi dan siswa yang mempunyai skor di bawah rata-rata termasuk kategori rendah. Deskripsi data motivasi belajar tersebut dapat ditunjukkan pada tabel 4.2. Tabel 4.2. Deskripsi Data Motivasi Belajar Siswa
Kelompok
TGT-TTS TGT-RI Jumlah
Jumlah data 43 43 86
Rata-rata
SD Tinggi
72,83
8,08
23 21 44
Kategori % Rend ah 52,28 20 47,72 22 100 42
% 47,62 52,38 100
Berdasarkan deskripsi data motivasi belajar siswa pada tabel 11 dapat dilihat bahwa hasil tes motivasi belajar dari jumlah keseluruhan data sebanyak 86 dengan nilai rata – rata sebesar. Jumlah siswa yang mempunyai nilai motivasi belajar lebih tinggi dari nilai rata – rata sebanyak 44 siswa yang masing – masing 23 siswa dari kelas eksperimen 1 yaitu kelas TGT-TTS dan 21 siswa dari kelas eksperimen 2 yaitu kelas TGT-RI, sebaliknya untuk nilai motivasi belajar lebih rendah dari nilai ratacommit to user rata sebanyak 42 siswa yang masing – masing 20 siswa dari kelas eksperimen 1
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yaitu kelas TGT-TTS dan 22 siswa dari kelas eksperimen 2 yaitu kelas TGT-RI. 3. Data Prestasi Belajar Siswa Data prestasi belajar siswa diperoleh dari pembelajaran terakhir. Dalam penelitian data yang diambil adalah ranah kognitif dan ranah afektif. Deskripsi data prestasi belajar siswa masing-masing ranah dapat dilihat pada tabel di bawah ini. a. Ranah Kognitif Deskripsi data prestasi belajar siswa ranah kognitif dapat ditunjukkan pada tabel 4.3 dan distribusi frekuensi prestasi belajar kelas TGT-TTS ditunjukkan pada tabel 4.4. Tabel 4.3. Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Ranah Kognitif
Kelompok TGT-TTS TGT-RI
Jumlah data 43 43
Mean
SD
Varian
Maksimum
71,23 74,58
8,77 8,84
76,99 78,06
87,00 93,00
Minimum 57,00 57,00
Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Kelas TGT-TTS
Interval kelas 57 – 61 62– 66 67 – 72 73 – 77 78 – 82 83 – 87 Jumlah
Frekuensi 7 6 8 10 7 5 43
Frekuensi (%) 16,279 13,953 18,605 23,255 16,279 11,628 100
Distribusi frekuensi prestasi belajar pada kelompok TGT-TTS disajikan pada tabel 4.4. Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar tersebut disajikan histrogram dari masing – masing distribusi prestasi pada gambar 4.1.
commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
23.255
25 20
16.279
15 10
7
18.605
16.279
13.953
6
8
11.628
10 7
frekuensi frekuensi %
5
5 0 57-61 62-66 67-72 73-77 78-82 83-87 Gambar 4.1. Distribusi prestasi belajar kelas TGT-TTS
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh informasi bahwa prestasi belajar dengan menggunakan metode TGT-TTS nilai rata- ratanya sebesar 7 1,23 dan simpangan bakunya 8,77. Nilai tertinggi 87,00 dan nilai terendah 57,00. Frekuensi tertinggi pada kelas eksperimen pertama yaitu kelas TGT-TTS 73-77. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Kelas TGT-RI
Interval kelas 57 – 63 64 – 70 71– 77 78 – 84 85 – 91 92 – 98 Jumlah
Frekuensi 6 10 13 8 5 1 43
Frekuensi (%) 13,9535 23,2558 30,2326 18,6047 11,6279 2,3256 100
Distribusi frekuensi prestasi belajar pada kelompok TGT-RI disajikan pada tabel 4.5. Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar tersebut disajikan histrogram dari masing – masing distribusi prestasi pada gambar 4.2.
commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
35 30 25 20 15 10 5 0
30.2326 23.2558 18.6047 13.9535 6
57-63
10
13
frekuensi
11.6279
8
5
64 – 71– 77 78 – 70 84
85 – 91
frekuensi (%) 2.3256 1 92 – 98
Gambar 4.2. Distribusi prestasi belajar kelas TGT-RI
Berdasarkan tabel diatas, diperoleh informasi bahwa prestasi belajar dengan menggunakan metode TGT-RI nilai rata – ratanya sebesar 74,58 dan simpangan bakunya 8,84. Nilai tertinggi sebesar 93,00 dan nilai terendah sebesar 57,00. Frekuensi tertinggi pada kelas eksperimen kedua yaitu kelas TGT-RI 71-77. b. Ranah Afektif Deskripsi data prestasi belajar siswa ranah afektif dapat ditunjukkan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.6. Deskripsi data prestasi belajar siswa ranah afektif
Kelompok TGT-TTS TGT-RI
Jumlah data 43 43
Ratarata 97,163 101,33
SD
Varian
Maksimum
Minimum
6,129 8,88
37,568 78,89
109,000 120,000
84,000 84,000
Pada penilaian afektif digunakan rentangan nilai 1 sampai dengan 4. Pada penilaian ini dibedakan menjadi dua yaitu penilaian positif dan penilaian negatif. Pada penilaian positif penafsiran angka – angkanya adalah sebagai berikut : 1 = sangat tidak setuju, 2 = tidak setuju, 3 = setuju, 4 = sangat setuju sedangkan pada penilaian negatif penafsiran angka – angkanya dalah sebagai berikut : 1 = sangat
to user setuju, 2 = setuju, 3 = tidak setuju,commit 4 = sangat tidak setuju. Berdasarkan tabel diatas
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dapat diperoleh informasi bahwa prestasi belajar siswa dalam ranah afektif dengan menggunakan pembelajaran TGT-TTS nilai rata – ratanya sebesar 97,163 dengan simpangan baku sebesar 6,129 sedangkan nilai tertinggi dan terendahnya masing – masing adalah 109 dan 84, Sedangkan siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajarn TGT-RI nilai rata - ratanya sebesar 101,33 dengan simpangan baku sebesar 8,88 sedangkan nilai tertinggi dan terendahnya masing – masing adalah 120 dan 84. B. UJi Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengevaluasi null hipothesis ( Ho) yang menyatakan data mengikuti distribusi normal. Jika p-value (nilai p) pada hasil uji lebih besar daripada taraf signifikansi, maka menerima null hypothesis (H0) dan kesimpulannya data yang diuji mengikuti distribusi normal. Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah Ryan-Joiner normality test. Sedangkan taraf signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Uji normalitas dilakukan pada tiap kolom, baris dan sel desain faktorial sehingga jumlah keseluruhan terdapat 14 hasil uji normalitas pada tiap ranah prestasi belajar. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan perhitungan dengan minitab 15. Hasil uji normalitas pada ranah kognitif dan ranah afektif prestasi belajar disajikan pada tabel 4.7 dibawah ini. Tabel 4.7. Hasil uji normalitas prestasi belajar masing-masing kelompok
No 1 2 3 4
Kriteria Kelompok
p-value
Kognitif Metode TGT-TTS >0.100 Metode TGT-RI >0.100 Kemampuan Awal (KA) Tinggi >0.100 commit to user Kemampuan Awal (KA) Rendah >0.100
Afektif >0.100 >0.100 >0.100 >0.100
Kesimpulan Kognitif Normal Normal Normal Normal
Afektif Normal Normal Normal Normal
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Motivasi Belajar (MB) Tinggi Motivasi Belajar (MB) Rendah TGT-TTS*KA Tinggi*MB Tinggi TGT-TTS*KA Tinggi*MB Rendah TGT-TTS*KA Rendah*MB Tinggi TGT-TTS*KA Rendah*MB Rendah TGT-RI*KA Tinggi*MB Tinggi TGT-RI*KA Tinggi*MBRendah TGT-RI*KA Rendah*MB Tinggi TGT-RI*KA Rendah*MB Rendah
>0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100
>0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100 >0.100
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal Normal
Berdasarkan tabel 4.7 dapat dilihat bahwa harga p-value prestasi belajar kognitif untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari 0,100 (p-value > 0,100), karena nilai tersebut lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0 yang berarti data prestasi belajar kognitif siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dari tabel diatas harga p-value pada prestasi belajar afektif diatas dapat dilihat bahwa untuk seluruh kriteria kelompok lebih besar dari taraf signifikansi, yaitu 0,05 maka keputusan ujinya adalah tidak menolak H0 yang berarti data prestasi belajar afektif siswa pada tiap-tiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji
homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan variansi atau
homogenitas antar populasi atau tingkatan faktor. Pada uji homogenitas, jika p-value lebih besar dari pada nilai alpha a, maka menerima null hypothesis (hipotesis nol) yang menyatakan bahwa variansi sampel sama atau homogen. Pada penelitian ini hasil perhitungan uji homogenitas prestasi belajar metode TGT-TTS dan TGT-RIditunjukkan pada tabel 4.8 di bawah ini. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8. Hasil perhitungan uji homogenitas prestasi belajar Metode TGT-TTS dan TGT- RI F-test P-value Metode N Kognitif Afektif Kognitif Afektif
TGT-TTS TGT-RI
43 43
1,01
1,76
0,965
0,071
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar 47 pada lampiran 51 adalah menunjukkan hasil uji homogenitas prestasi belajar yang diberi pembelajaran TGTTTS dan TGT-RI. Pada gambar 47 nampak jelas bahwa DotPlot dan BoxPlot samasama memperlihatkan sebaran prestasi belajar kognitif antara metode TGT-TTS dan TGT-RI yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,965 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula pada gambar 51 lampiran 51 nampak jelas bahwa DotPlot dan BoxPlot samasama memperlihatkan sebaran prestasi belajar afektif antara metode TGT-TTS dan TGT-RI yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,071 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Selanjutnya uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari kemapuan awal tinggi dan rendah ditunjukkan pada tabel 4.9 dibawah ini. Tabel 4.9. Hasil uji homogenitas prestasi belajar kemampuan awal F-test P-value KA N kognitif afektif kognitif afektif
Rendah Tinggi
46 40
0,76
1,04
0,381
0,890
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar 48 pada lampiran 51 adalah menunjukkan hasil uji homogenitas prestasi belajar kognitif yang ditinjau dari kemampuan awal tinggi dan rendah. Pada gambar 48 nampak jelas bahwa DotPlot commit to user dan BoxPlot sama-sama memperlihatkan sebaran prestasi belajar kognitif antara
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan awal tinggi dan kemampuan awal rendah yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,381 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula pada gambar 52 lampiran 51 nampak jelas bahwa DotPlot dan BoxPlot sama-sama memperlihatkan sebaran prestasi belajar afektif ditinjau dari kemampuan awal
yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value
besarnya 0,890 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Selanjutnya uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi tinggi dan rendah ditunjukkan pada tabel 4.10 di bawah ini. Tabel 4.10. Hasil uji homogenitas prestasi belajar Motivasi belajar Motivasi Belajar
N
Rendah
39
Tinggi
48
F-test kognitif afektif
0,70
1,26
kognitif
0,255
P-value afektif
0,463
Berdasarkan tabel 4.10 dan gambar 49 pada lampiran 51 adalah menunjukkan hasil uji homogenitas prestasi belajar kognitif yang ditinjau dari motivasi belajar tinggi dan rendah. Pada gambar 49 nampak jelas bahwa DotPlot dan BoxPlot sama-sama memperlihatkan sebaran prestasi belajar kognitif antara motivasi belajar tinggi dan motivasi belajar rendah yang tidak berbeda jauh. Nilai pvalue besarnya 0,255 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula pada gambar 53 nampak jelas bahwa DotPlot dan BoxPlot sama-sama commit memperlihatkan to user sebaran prestasi belajar afektif ditinjau dari motivasi belajar yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,890
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Selanjutnya uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari motivasi tinggi dan rendah ditunjukkan pada tabel 4.11 di bawah ini. Tabel 4.11. Hasil uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari metode, KA dan motivasi belajar P-value F-test Kognitif 7,00
Afektif 8,13
Kognitif 0,428
Afektif 0,321
Pada uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari metode (TGT-TTS dan TGT-RI), kemampuan awal, dan motivasi belajar dilakukan menggunakan uji Bartlett. Pada gambar 50 lampiran 51 nampak jelas bahwa DotPlot memperlihatkan sebaran prestasi belajar kognitif antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,428 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. Begitu pula pada uji homogenitas prestasi afektif belajar ditinjau dari metode (TGT-TTS dan TGT-RI), kemampuan awal, dan motivasi belajar dilakukan menggunakan uji Bartlett. Pada gambar 54 lampiran 51 nampak jelas bahwa DotPlot memperlihatkan sebaran prestasi belajar afektif antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar yang tidak berbeda jauh. Nilia p-value besarnya 0,321 atau nilai ini lebih besar dari 0,05, sehingga Ho diterima maka kesimpulannya adalah tidak ada perbedaan variansi pada sampel atau sampel memenuhi kriteria homogen. commit to user C. Pengujian Hipotesis
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Uji Anava Tiga Jalan Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini berupa nilai prestasi belajar dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI yang ditinjau dari kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa yang dianalisa dengan analisis variansi tiga jalan yaitu 2 x 2 x 2 dengan isi sel tidak sama, dengan bantuan software minitab 15 menggunakan GLM (General Linier Model), dilanjutkan uji lanjut untuk H0 yang ditolak. Adapun hasil pengolahan data melalui bantuan software minitab 15 dapat di lihat pada tabel 4.12 berikut ini: Tabel 4.12. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Kognitif
No
Terhadap Prestasi Kognitif
P
1.
Metode
0,026
2.
Kemampuan Awal
0,007
3.
Motivasi Belajar
0,000
4.
Metode*Kemampuan awal
0,731
5.
Metode*Motivasi Belajar
0,740
6.
Kemampuan Awal*Motivasi Belajar
0,361
7.
Metode*Kemampuan Awal*Motivasi Belajar
0,007
Kesimpulan: 1.
P-Value metode = 0,026 < 0,05, maka Ho ditolak berarti metode berpengaruh terhadap prestasi kognitif.
2.
P-Value kemampuan awal = 0,007 < 0.05, maka Ho ditolak berarti kemampuan awal berpengaruh terhadap prestasi kognitif.
3.
P-Value motivasi belajar = 0,000 < 0.05, maka Ho ditolak, berarti motivasi
belajar berpengaruh terhadap prestasi kognitif. commit to user 4. P-Value interaksi metode dan kemampuan awal = 0,731 > 0.05, maka Ho
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi kognitif. 5. P-Value interaksi metode dan motivasi belajar = 0,740 > 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan motivasi belajar terhadap prestasi kognitif. 6. P-Value interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar = 0,361 > 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar terhadap prestasi kognitif. 7. P-Value interaksi metode, kemampuan awal serta motivasi belajar = 0,007 < 0.05, maka Ho ditolak berarti terdapat interaksi antara metode, kemampuan awal serta motivasi belajar terhadap prestasi kognitif. Tabel 4.13. Rangkuman ANAVA Tiga Jalan Prestasi Afektif
No
Terhadap Prestasi Afektif
P
1.
Metode
0,010
2.
Kemampuan Awal
0,359
3.
Motivasi Belajar
0,529
4.
Metode*Kemampuan awal
0,970
5.
Metode*Motivasi Belajar
0,069
6.
Kemampuan Awal*Motivasi Belajar
0,894
7.
Metode*Kemampuan Awal*Motivasi Belajar
0.020
Kesimpulan: 1. P- Value metode = 0,010 < 0,05, maka Ho ditolak berarti metode berpengaruh terhadap prestasi afektif.
commit to user
2. P- Value kemampuan awal = 0,359 > 0.05, maka Ho diterima berarti kemampuan
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
awal tidak berpengaruh terhadap prestasi afektif). 3. P-Value motivasi belajar = 0,529 > 0.05, maka Ho diterima berarti motivasi belajar tidak berpengaruh terhadap afektif) 4. P-Value interaksi metode dan kemampuan awal = 0,970 > 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan kemampuan awal terhadap prestasi afektif) . 5. P-Value interaksi metode dan motivasi belajar = 0,069 > 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi metode dan motivasi belajar terhadap prestasi afektif. 6. P-Value interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar = 0,894 > 0.05, maka Ho diterima berarti tidak terdapat interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar terhadap prestasi afektif. 7. P-Value interaksi metode, kemampuan awal serta motivasi belajar = 0,020 < 0.05, maka Ho ditolak berarti terdapat interaksi antara metode, kemampuan awal dan motivasi belajar terhadap prestasi afektif. 2. Uji Lanjut Pasca Analisis Variansi Tiga Jalan Uji lanjut anava atau uji komparasi ganda diperlukan untuk mengetahui karakteristik pada variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini uji komparasi ganda dilakukan pada hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan ketujuh karena keputusan Ho ditolak. Pada hipotesis keempat, kelima dan keenam tidak diperlukan uji komparasi ganda, karena keputusan Ho tidak ditolak atau diterima. Pada gambar 55 lampiran 52, Hasil uji lanjut pasca anava pengaruh metode commit to user terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan bahwa tidak ada yang melewati batas
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
garis merah, berarti metode berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap prestasi kognitif. Begitu pula pada gambar 59 lampiran 51, hasil uji lanjut anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar dalam ranah afektif yang signifikan antara metode pembelajaran TGT-TTS dengan TGT-RI. Siswa yang diberi pembelajaran dengan metode TGT-RI prestasinya lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diberi metode pembelajaran TGT-TTS. Selanjutnya hasil uji lanjut anava kemampuan awal pada gambar 56 lampiran 52, menunjukkan bahwa tidak ada yang melewati batas garis merah, berarti metode berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap prestasi kognitif. Sedangkan pada gambar 57 pada lampiran 52, hasil Uji lanjut Anava menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah. Berdasarkan gambar 58 pada lampiran 52, hasil uji lanjut anava Interaksi antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar kognitif menunjukkan jika ditinjau dari metode dengan kemampuan awal yaitu siwa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-RI, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah maka prestasi belajar kognitifnya juga rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang kemampuan awalnya tinggi mempunyai prestasi lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah Sedangkan siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-TTS, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi commit to user dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah maka prestasi belajar
perpustakaan.uns.ac.id
121 digilib.uns.ac.id
kognitifnya juga rendah. Pada garis – garis hubung mean memperlihatkan slop garis saling sejajar baik yang menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI namun untuk nilai meannya tetap tinggi yang menggunakan TGT-RI.
Jika diperhatikan
dari kemampuan awal arah garis juga juga sejajar sehingga tidak memberikan informasi terjadinya interaksi. Bila ditinjau dari metode dengan kemampuan awal yaitu siwa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-RI, untuk siswa yang motivasi belajar tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah maka prestasi belajar kognitifnya juga rendah, sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi lebih baik dari siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah Sedangkan siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-TTS, untuk siswa yang motivasi belajar tinggi maka prestasi belajar kognitifnya juga tinggi dan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah maka prestasi belajar kognitifnya juga rendah.Pada garis- garis hubung mean memperlihatkan slop garis saling sejajar baik yang menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI namun untuk
nilai
meannya tetap tinggi yang menggunakan TGT-RI. Jika diperhatikan dari motivasi belajar arah garis juga sejajar sehingga tidak memberikan informasi terjadinya interaksi. Dari gambar 58 lampiran 52 dapat dilihat antara kemampuan awal dengan motivsi yaitu siswa yang kemampuan awalnya tinggi dan motivasi belajarnya rendah memperoleh prestasi belajar rendah dan siswa yang kemampuan awalnya tinggi memiliki motivasi tinggi maka prestasi belajarnya tinggi, sedangkan siswa yang commit to user memiliki kemampuan awal rendah, motivasi tinggi dan prestasi belajarnya rendah
perpustakaan.uns.ac.id
122 digilib.uns.ac.id
dan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah dengan motivasi tinggi maka nilai kognitifnya tinggi. Jika diperhatikan melalui motivasi belajar garis – garis hubung mean memperlihatkan slop satu garis dengan lainnya jaraknya jauh dengan kemiringan yang besar, sehingga tidak terdapat interaksi yang signifikan antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif. Berdasarkan gambar 60 pada lampiran 52, hasil uji lanjut anava Interaksi antara metode,kemmapuan awal, dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar afektif menunjukkan bahwa Siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-RI, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi maka mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dari siswa yang kemampuan awalnya rendah, sedangkan siswa yang mendapatkan metode TTS, untuk siswa yang kemampuan awalnya tinggi mempunyai prestasi belajar lebih baik dari siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, karena metode TGT-RI dan TGT-TTS tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar jika ditinjau dari kemampuan awal maka tidak terjadi interksi. Siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT - RI, untuk motivasi belajar mempunyai prestasi yang lebih tinggi dari pada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi sedangkan siswa yang mendapatkan perlakuan dengan metode TGT-TTS untuk siswa yang motivasi belajarnya rendah mempunyai prestasi lebih rendah dibanding siswa yang meiliki motivasi belajar tinggi. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara metode dengan motivasi belajar tetapi tidak signifikan. Berdasarkan gambar inraksi kemampuan awal dengan motivasi belajar commit to user dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal rendah motivasi belajar
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tinggi prestasi belajarnya tinggi sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar tinggi maka prestasi belajarnya tinggi. Untuk siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar rendah maka prestasi belajarnya rendah sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan motivasi belajar tinggi maka prestasi belajarnya rendah. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar tetapi tidak signifikan. D. Pembahasan Tujuan dari
penelirtian ini
adalah
mengetahui
ada
atau tidaknya
pengaruh penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan tekateki silang dan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya pengaruh antara kemampuan awal kategori tinggi dan kemampuan awal kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya pengaruh antara motivasi belajar siswa kategori tinggi dan motivasi belajar siswa kategori rendah terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka- teki silang dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian dan kemampuan awal terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka – teki silang dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian dan motivasi belajar siswa
terhadap prestasi belajar siswa, ada atau tidaknya
interaksi kemampuan awal dan motivasi belajar siswa, ada atau tidaknya interaksi penggunaan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka – teki silang commit to user dengan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan roda impian,
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kemampuan awal dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi hidrokarbon. 1. Hipotesis Pertama Berdasarkan tabel 14.12 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value 0,026 lebih kecil dari 0,05, ini berarti bahwa hipotesis nol ditolak atau hipotesis alternatif diterima, hal ini menunjukkan terdapat pengaruh metode TGT-TTS dan TGT-RI terhadap prestasi belajar kognitif. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada perbedaan prestasi belajar kognitif antara siswa yang diberi pembelajaran dengan metode TGT-TTS dan TGT-RI.
Pada
penelitian ini materi yang disampaikan adalah hidrokarbon dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif yaitu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dan berinteraksi untuk menyelesaikan tugas akademik, sehingga tercipta peluang munculnya aktivitas yang berupa kerjasama secara umum. Metode TGT memberikan alur yang runtun dan jelas yaitu dapat mengembangkan kemampuan sosial, membiasakan siswa percaya diri, meningkatkan kompetensi secara sehat antar siswa dan memperhatikan perbedaan individu sehingga motivasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran TGT menggunakan Roda Impian lebih baik dalam meningkatkan prestasi belajar aspek kognitif dan afektif pada materi pokok hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena metode TGT menggunakan Roda Impian mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan metopde TGT menggunakan TTS diantaranya: a.
Permainan Roda Impian mempunyai commit tovariasi user soal yang lebih banyak sehingga
perpustakaan.uns.ac.id
125 digilib.uns.ac.id
siswa terlatih mengerjakan tipe soal. Materi hidrokarbon termasuk materi dasar bagi ilmu kimia karena pada materi ini siswa dikenalkan dengan senyawa karbon dan golongannya sehingga jika siswa lebih banyak berlatih maka siswa akan lebih mudah menguasai materi. Sebaliknya pada metode TGT menggunakan teka – teki silang jumlah soal lebih terbatas sehingga siswa kurang terlatih mengerjakan soal. b. Dilihat dari jenis permainan Roda Impian dan Teka-Teki Silang, Roda Impian lebih menarik karena permainan ini belum banyak dimainkan oleh siswa sehingga termasuk permainan yang baru bagi siswa dan dapat menimbulkan motivasi dalam belajar. Adanya alat permainan yang lebih menarik dengan menggunakan media flash dapat memberikan semangat baru bagi siswa untuk belajar ditambah pula seolah-olah siswa sedang mengikuti suatu kuis berhadiah. Jika pada model TGT menggunakan Teka-Teki Silang siswa sudah terbiasa dengan permainan tersebut maka kebosanan kadang muncul pada diri siswa yang menimbulkan rasa tidak semangat untuk belajar. c. Permainan Roda Impian menuntut siswa untuk berpikir luas karena tidak terdapat bantuan jawaban sehingga siswa akan lebih aktif dan termotivasi dalam mengikuti permainan. Selain itu dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa dan dapat melatih keberanian untuk mengeluarkan pendapat. Berdasar keunggulan-keunggulan di atas, permainan Roda Impian dapat menambah motivasi belajar dan lebih mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran, karena permainan ini lebih banyak melatih pengetahuan dan keberanian berpendapat dengan jalan mengerjakan berbagai variasi soal. Dalam commit to user permainan ini jumlah soal lebih banyak dan dalam menjawab ada batasan waktu
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sehingga siswa dilatih untuk berpikir cepat, tepat dan kreatif misalnya dengan menggunakan cara-cara tertentu dalam menghafal nama-nama senyawa hidrokarbon agar menghemat waktu. Sebaliknya pada metode TGT menggunakan Teka-Teki Silang, daya pikir siswa sudah terarah untuk mencari satu jawaban yang benar sehingga kurang terlatih untuk berpikir yang lebih luas karena jawaban mudah ditebak. Pada umumnya siswa cenderung pasif setelah selesai menjawab pertanyaan padahal masih banyak pengetahuan yang belum mereka ketahui. Kurangnya antusiasme siswa dalam bermain menyebabkan permainan serasa berjalan monoton, teka- teki silang juga dapat menyebabkan kecanduan. Berbeda dengan bermain Roda Impian suasana mendebarkan kadang-kadang terjadi saat siswa memutar dan menunggu berhentinya roda serta menerka-nerka pertanyaan apa yang keluar. Sehingga suasana pada kelas Roda Impian terasa lebih menantang. Dengan adanya suasana tersebut siswa dibawa ke perasaan bahwa mereka sedang bermain tetapi tanpa mereka sadari pengetahuan dan ilmu mereka bertambah karena permainan tersebut. Berdasar uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran TGT menggunakan Roda Impian lebih baik daripada metode pembelajaran TGT menggunakan Teka-Teki Silang pada materi pokok hidrokarbon terhadap prestasi belajar siswa baik prestasi belajar kognitif maupun afektif. 2. Hipotesis Kedua Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value sebesar 0,007 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) ditolak atau Ha (hipotesis alternatif) diterima, hal ini menunjukkan adanya commit to user pengaruh yang signifikan antara kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada pengaruh kemampuan awal tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Kemampuan awal merupakan pengetahuan yang dimiliki siswa dari pengalaman belajarnya yang telah lalu sehingga mampu melanjutkan belajar berikutnya. Kemampuan awal merupakan prasyarat agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Masing-masing siswa belum tentu memiliki kemampuan awal yang sama. Pada penelitian ini data kemampuan awal diambil melalui tes kemampuan awal. Materi tes yang diberikan adalah materi yang sudah pernah diterima siswa sebelumnya dan berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Dalam penelitian ini, materi tes kemampuan awal yang diberikan berupa ikatan kimia kelas X semester satu (khususnya ikatan kovalen), karena dalam mempelajari materi pokok hidrokarbon banyak materi yang berhubungan dengan ikatan kovalen misalnya dalam pembahasan golongan senyawa hidrokarbon yaitu alkana, alkena, dan alkuna. Kemampuan awal
siswa merupakan salah satu factor
yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal ini karena siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dalam penguasaan terhadap materi yang dulu dipelajari sebagai dasar untuk mempelajari materi baru yaitu materi pokok hidrokarbon lebih mampu memahami konsep dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam hal ini mengerjakan soal-soal dan menjawab pertanyaan pada waktu permainan berlangsung dari pada siswa yang berkemampuan awal rendah. Sehingga siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi cenderung memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Hal ini sesuai commit to user dengan harapan peneliti bahwa kemampuan awal akan berpengaruh terhadap
128 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
prestasi belajar materi hidrokarbon. Perbedaan prestasi belajar antara siswa yang berkemampuan awal tinggi dan rendah ini sangat signifikan, hal ini dipertegas dengan hasil uji lanjut, pada gambar terlihat siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi memiliki pengaruh paling kuat terhadap prestasi belajar. Hal ini dikarenakan pada materi hidrokarbon memerlukan tingkat pemahaman secara kognitif yang baik, serta beberapa konsep kimia yang lain seperti ikatan kimia, sehingga tidak hanya belajar bersifat menghafal, tetapi diperlukan kemampuan pemahaman yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan siswa yang memiliki kemmapuan awal tinggi memperoleh prestasi yang maksimal disbanding siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 3. Hipotesis Ketiga Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) ditolak atau Ha (hipotesis alternatif) diterima, hal ini menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ada pengaruh motivasi tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang mempunyai tingkat motivasi belajar tinggi cenderung memiliki rasa ingin tahu yang lebih, belajar dengan penuh percaya diri, bertanggungjawab terhadap tugas-tugas dan selalu berusaha memperoleh prestasi belajar yang lebih baik, merasa senang dalam belajar dan dalam menghadapi masalah memiliki banyak alternatif pemecahan. Keyakinan dan keingintahuan yang kuat terhadap pengetahuan baru merupakan modal dasar bagi siswa dalam meraih prestasi belajar yang lebih commit to user baik. Untuk siswa yang memiliki motivasi belajar rendah cenderung bersikap pasif,
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tidak mau belajar dengan giat, bergantung pada orang lain, menerima apa adanya dari guru, mudah menyerah pada kondisi, tidak mempunyai keinginan yang kuat untuk memperoleh prestasi belajar yang lebih baik. Motivasi belajar merupakan bagian dari karakteristik dan kepribadian siswa. Mengingat motivasi belajar berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa secara signifikan, maka dalam proses pembelajaran guru perlu menyesuaikan unsurunsur pembelajaran dengan karakteristik dan kepribadian siswa. Kecakapan dan keterampilan guru dalam mengelola unsur-unsur pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, kepribadian siswa dan tujuan pembelajaran akan meningkatkan motivasi belajar siswa dan memberikan hasil yang maksimal pada siswa. Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh p-value sebesar 0,529 atau di atas 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh antara motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar afektif. Dapat disimpulkan prestasi afektif siswa tidak dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa baik tinggi maupun rendah. 4. Hipotesis Keempat Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value sebesar 0,731 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) diterima atau H1 ditolak, hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara metode TGT-TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal. Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi berarti siswa itu mempunyai kemampuan untuk menguasai konsep-konsep hidrokarbon dan mempunyai kemampuan untuk menarik kesimpulan dengan baik dari hasil diskusi dengan commit to user kelompoknya masing - masing, sedangkan siswa yang memiliki kemampuan awal
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rendah kurang mampu menguasai konsep-konsep materi hidrokarbon dan kurang mampu dalam menarik kesimpulan yang diambil dari hasil diskusi dengan kelompoknya masing – masing. Sehingga siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi maupun rendah tidak tergantung dengan metode pembelajaran. Maka tidak ada interaksi antara metode pembelajaran dengan kemampuan awal terhadap prestasi belajar materi hidrkarbon. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan diberikan pembelajaran menggunakan metode TGT-RI memperoleh prestasi belajar lebih tinggi dibanding dengan siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. Dengan kata lain tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT –TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal siswa. Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh p-value sebesar 0,970 lebih besar dari 0,05. ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode TGT-TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. 5. Hipotesis Kelima Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh harga p-value sebesar 0,740 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis nol) diterima atau Ha (hipotesis alternatif) ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI dengan motivasi belajar siswa, hal ini belum sesuai dengan harapan peneliti bahwa tidak ada interaksi antara metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar siswa. Berdasarkan hipotesis pertama, metode pembelajaran TGT – RI lebih baik commit to user daripada metode pembelajaran TGT-TTS, baik terhadap prestasi belajar kognitif
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maupun afektif. Sedangkan pada hipotesis ketiga motivasi belajar siswa sangat dibutuhkan oleh siswa dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif pada proses pembelajaran dengan metode TGT–TTS maupun TGT-RI, semakin tinggi motivasi belajar siswa, maka akan semakin tinggi pula prestasi belajar kognitif siswa. Sehingga apapun metode pembelajaran yang diterapkan, baik metode TGT-TTS atau metode TGT-RI, siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan memiliki prestasi belajar kimia yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi interaksi antara metode pembelajaran dengan motivasi belajar. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses pencapaian prestasi belajar baik dalam maupun luar dari diri siswa diluar faktor metode pembelajaran dan motivasi belajar siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: saat mengisi angket siswa dalam menigisi jawaban tidak sungguh- sungguh dari dalam diri siswa sehingga jawaban tidak sesuai dengan dengan apa yang ada pada diri siswa tersebut, siswa belajar hanya bertujuan untuk naik kelas bukan menuntut ilmu pengetahuan, siswa kurang antusias dalam mengikuti permainan pada proses pembelajaran, serta masih banyak keterbatasan dalam penelitian ini sehingga peneliti tidak dapat 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh p-value sebesar 0,069 lebih besar dari 0,05. ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara metode TGTTTS dan TGT-RI dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. 6. Hipotesis Keenam Berdasarkan hasil analisis variansi General Liniar Model (GLM) diperoleh commit to user harga p-value sebesar 0,361 atau lebih besar dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nol) diterima atau Ha (hipotesis alternatif) ditolak, ini menunjukkan tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dijelaskan, siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan memperoleh prestasi belajar yang tinggi belum tentu memiliki motivasi belajar yang tinggi, Begitu pula sebaliknya. Sehingga dapat ditarik kesimpulan tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa. Tidak adanya interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar terhadap prestasi belajar dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran, kenyataan yang terjadi di lapangan untuk mendapatkan pengetahuan dalam sains antara lain: kurang menghargai pendapat orang lain, siswa belum begitu menguasai konsep awal, siswa belum mempunyai motivasi untuk belajar lebih giat. Perlu dipahami bahwa motivasi belajar merupakan daya dorong yang menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar. Adanya motivasi yang tinggi dapat mempengaruhi seseorang belajar dengan baik sehingga akan dapat menghasilkan prestasi yang tinggi. Sebaliknya motivasi belajar yang rendah kurang atau tidak dapat mendorong siswa melakukan kegiatan belajar dengan baik sehingga siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak dapat mencapai hasil belajar dengan baik. Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh p-value sebesar 0,894 lebih besar dari 0,05, ini berarti menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. 7. Hipotesis Ketujuh Berdasarkan hasil analisis variansi General Linier Model (GLM) diperoleh commit to user harga p-value sebesar 0,007 atau lebih kecil dari 0,05 berarti bahwa H0 (hipotesis
perpustakaan.uns.ac.id
133 digilib.uns.ac.id
nol) ditolak atau H1 (hipotesis alternatif) diterima, ini menunjukkan ada interaksi antara metode pembelajaran TGT-TTS dan TGT-RI dengan kemampuan awal, motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa yang mempunyai kemampuan awal baik itu tinggi maupun rendah, dan motivasi tinggi maupun rendah bila diajar menggunakan metode TGT-TTS dan TGT-RI akan tinggi pula prestasi kognitifnya. Telah dijelaskan pada uraian sebelumnya, bahwa metode TGT-TTS dan TGT-RI masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan terhadap prestasi belajar siswa. Dalam hal kognitif, metode TGT- RI lebih unggul dibandingkan dengan metode TGT- TTS. Hasil analisis interaksi antara metode, kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa semakin menunjukkan bahwa keberhasilan suatu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor. Berbagai faktor tersebut dapat berasal dari guru, peserta didik, lingkungan maupun media pembelajaran dan banyak faktor lainnya. Perlu diketahui bahwa dalam pembelajaran pada materi tertentu memerlukan faktor – faktor tertentu yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Karena itu guru harus dapat memahami setiap materi pelajaran yang hendak disampaikan kepada siswa dan juga guru harus memperhatikan kondisi siswa serta kesediaan sarana dan prasarana belajar. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa interaksi antara faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar dapat dikatakan interaksi yang saling mengisi satu sama lainnya. Melemahnya satu faktor dapat diisi oleh faktor yang lain yang lebih baik, hal ini berlangsung secara berkesinambungan sehingga berbagai faktor tersebut akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran sehingga terjadi interaksi yang positif dari beberapa faktor sehingga keberhasilan belajar dapat tercapai. commit to user Berdasarkan tabel 4.13 hasil analisis variansi General Linier Model (GLM)
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dieroleh harga p-value sebesar 0,020 atau lebih kecil dari 0,05, ini menunjukkan ada interaksi antara metode TGT-TTS dan TGT-RI, kemampuan awal dan motivasi siswa terhadap prestasi belajar afektif siswa. Dalam hal afektif metode TGT-RI juga lebih unggul dibandingkan metode TGT-TTS.
Namun perbdaan ini sangat
signifikan. Hal ini dapat dilihat nilai rata- rata afektif yang diberi pembelajaran menggunakan metode TGT-RI yaitu 101,33 sedangkan nilai rata- rata metode TGTTTS yaitu 97,163. Metode TGT-TTS dan TGT-RI memberikan respon yang baik kepada siswa dalam bekerjasama, berkomunikasi sehingga membuat siswa tertarik dalam materi pokok Hidrokarbon. E. Keterbatasan Penelitian Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yaitu terkendala dengan waktu. Dalam model pembelajaran kooperatif seharusnya dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menuntaskan dari langkah awal sampai langkah akhir. Sehingga jalannya proses pembelajaran yang seharusnya menyesuaikan dengan pencapaian tujuan pembelajaran, namun kenyataannya justru berjalan menyesuaikan waktu.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kajian teori dan didukung adanya hasil analisis serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pembelajaran kooperatif menggunakan metode pembelajaran TGT menggunakan permainan teka – teki silang dan metode TGT menggunakan permainan roda impian .memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif pada materi Hidrokarbon. Metode pembelajaran TGT dengan Roda Impian lebih baik daripada metode pembelajaran TGT dengan Teka-Teki Silang. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis variansi GLM untuk prestasi belajar kognitif diperoleh harga p-value 0,026, sedangkan untuk prestasi belajar afektif nilai p-value 0,010 atau kurang dari 0,05 yang menolak hipotesis nol. 2. Kemampuan awal siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif siswa pada materi hidrokarbon. Hal ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value 0,007 atau kurang dari 0,05 yang menolak hipotesis nol. Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai rata- rata hasil belajar kognitif 72,70 atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan
awal
rendah
yakni
70,90,
sedangkan kemampuan awal tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi commit to user belajar afektif.
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Motivasi belajar siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kognitif pada materi hidrokarbon. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil analisis GLM diperoleh harga p-value 0,000 atau kurang dari 0,05 yang menolak hipotesis nol. Siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, rerata hasil belajr kognitif sebesar 75,46 atau lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah yakni 71,19. Sedangkan motivasi belajar tidak memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar afektif. 4. Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan kemampuan awal siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,731 dan 0,970 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipótesis nol. 5. Tidak ada interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran baik melalui metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan motivasi belajar siswa baik terhadap prestasi belajar kognitif maupun afektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,740 dan 0,069 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipótesis nol. 6. Tidak ada interaksi antara siswa yang memiliki kemampuan awal dengan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. Hal commit to user ini ditunjukkan dari hasil análisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,361 dan 0,894 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipótesis nol. 7. Terdapat interaksi antara siswa yang diberi metode pembelajaran dengan menggunakan metode TGT-TTS maupun TGT-RI dengan kemampuan awal, dan motivasi belajar siswa terhadap prestasi belajar kognitif dan afektif. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis variansi GLM diperoleh harga p-value prestasi belajar kognitif dan afektif berturut – turut adalah 0,007 dan 0,020 atau lebih besar dari 0,05 yang artinya menerima hipotesis nol. B. Implikasi Berdasarkan kesimpulan di atas, implikasi yang dapat peneliti sampaikan sebagai berikut : 1. Implikasi Teoritis. a. Pembelajaran dengan metode TGT menggunakan permainan roda impian lebih baik dibandingkan dengan metode TGT menggunakan permainan teka – teki silang pada materi pokok hidrokrabon, sehingga pembelajaran kimia pada materi pokok hidrokrabon sebaiknya disajikan dengan metode TGT menggunakan permainan roda impian. b. Pada pembelajaran materi pokok hidrokrabon perlu memperhatikan kemampuan awal siswa, karena siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan kemampuan awal rendah. Sebagai langkah awal guru perlu adanya pengukuran terhadap kemampuan awal siswa yang tepat, sehingga guru dapat mengetahui tingkat kondisi siswa dan dapat meningkatkan kemampuan awal siswa. Upaya yang dapat ditempuh guru commit to user untuk meningkatkan kemampuan awal yakni dengan memberikan latihan-latihan
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
soal sehingga dapat memantapkan penguasaan konsep-konsep kimia bagi siswa. c. Pada pembelajaran materi pokok hidrokrabon perlu memperhatikan motivasi belajar siswa, karena siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan motivasi belajar siswa rendah dengan ini guru perlu mengukur tingkat motivasi belajar siswa, agar dapat diketahui seberapa besar kapasitas motivasi belajar siswa dalam dalam proses pembelajaran. 2. Implikasi Praktis a. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi pendidik dalam upaya peningkatan prestasi belajar yang dicapai siswa pada materi Hidrokarbon. b. Pengajaran dengan metode TGT dapat dijadikan suatu pertimbangan bagi guru sebagai alternatif untuk menyampaikan materi pelajaran kepada siswa khususnya pada materi hidrokarbon. C. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dalam penelitian ini, maka penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Dalam penggunaan metode pembelajaran TGT, hendaknya dilakukan dengan persiapan yang matang, sehingga pembelajaran dapat berjalan lacar sesuai dengan rencana. 2. Hendaknya guru menerapkan model TGT pada materi pokok lain yang sesuai supaya pembelajaran lebih bervariasi sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar dan melatih kreativitas siswa. 3. Saat pembagian kelompok, guru diharapkan memperhatikan perbedaan commit to user kemampuan awal siswa serta perbedaan jenis kelamin. Kelompok harus dibuat
135
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
seheterogen mungkin agar terjadi interaksi siswa didalam kelompoknya. 4. Guru perlu memperhatikan kemampuan awal siswa. Langkah yang perlu dilakukan oleh guru yakni rutin memberikan latihan soal sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep kimia. 5. Guru perlu melakukan perbaikan tingkat motivasi belajar siswa. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yakni dengan menanamkan rasa percaya diri pada diri siswa, memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk melatih keberaniaannya dalam berpendapat, memberikan sebuah permasalahan yang harus diselesaikan siswa dengan caranya sendiri. 6. Untuk memperkuat penelitian ini, maka perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan metode TGT menggunakan permainan teka – teki silang dan roda impian pada materi kimia lain yang bersifat informatif.
commit to user
135