PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL STAD DAN TGT DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN MINAT BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VIII MTs Negeri Nogosari Boyolali Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Pendidikan Biologi
Oleh : NURI DEWI MULDAYANTI NIM. S830908030
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
1
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL STAD DAN TGT DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN MINAT BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VIII MTs Negeri Nogosari Boyolali Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama : Pendidikan Biologi
Oleh : NURI DEWI MULDAYANTI NIM. S830908030
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
2
PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL STAD DAN TGT DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN MINAT BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VIII MTs Negeri Nogosari Boyolali Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia Tahun Pelajaran 2009/2010)
Disusun oleh : Nuri Dewi Muldayanti S830908030
Telah disetujui oleh Tim Pembimbing
Dewan Pembimbing Jabatan
Nama
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd NIP. 195201161980031 001
Pembimbing II
Tanda Tangan
Tanggal
…………......
…………
.....……………
................
Dr. Sugiyarto, M. Si NIP. 196704301992031 002
Mengetahui, Ketua Program Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP. 195201161980031 001
3
PENGESAHAN PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL STAD DAN TGT DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN MINAT BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VIII MTs Negeri Nogosari Boyolali Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia Tahun Pelajaran 2009/2010) Disusun oleh : Nuri Dewi Muldayanti S830908030 Telah disetujui oleh Tim Penguji Jabatan
Nama
Tanda tangan
Tanggal
Ketua
Prof. Dr. H. Ashadi, M. Pd NIP.195101021975011001
.................... ...................
Sekretaris
Dra. Suparmi, M.A, Ph. D NIP. 195209151976032001
..................... ..................
Anggota Penguji 1. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M. Pd ..................... ................... NIP 19520116 198003 1 001 2. Dr. Sugiyarto, M. Si NIP. 196704301992031 002
..................... ...................
Mengetahui Direktur Program Pascasarjana
Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D. NIP 19570820 198503 1 004
Ketua Program Studi Pendidikan Sains
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd NIP 19520116 198003 1 001
4
PERNYATAAN
Nama
: Nuri Dewi Muldayanti
NIM
: S830908030
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul “ PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL STAD DAN TGT DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN MINAT BELAJAR SISWA (Studi Kasus Siswa Kelas VIII Mts Negeri Nogosari Boyolali Pada Materi Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia Tahun Pelajaran 2009/2010) adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam Tesis ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.
Surakarta,
Februari 2010
Yang Membuat Pernyataan,
Nuri Dewi Muldayanti
5
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesukaran itu ada kemudahan” (Q.S. Al Insyiroh : 6)
“Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (Q.S. Ar Ro’du : 11)
“ Kemauan, Do’a dan Usaha adalah kunci dari Kesuksesan” (Penulis)
“Bagiku ada dua hal yang berpengaruh dalam hidupku” Aku tanpa keluargaku takkan mampu menjadi “AKU” Seperti sekarang ini.Kepercayaan, Pengertian, serta restunya adalah cambuk masa depanku sekaligus cermin dalam tingkah lakuku. Sahabat serta orang-orang disekelilingku, bersama mereka Kutemukan warna-warni kehidupan Dan membuatku lebih menghargai dan menjalani penuh makna ” (Penulis)
6
PERSEMBAHAN
Bapak dan Ibuku yang selalu melimpahkan do’a Kepadaku
Keluargaku yang selalu memberikan cinta dan kebahagian kepadaku
Adik-adikku Senyum mereka adalah semangatku
Mas Arif Didik Kurniawan yang selalu mendukungku
Teman-teman mahasiswa Pendidikan Sains Angkatan ‘08
7
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberi petunjuk, karunia dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal tesis yang berjudul :” PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL STAD DAN TGT DITINJAU DARI KEINGINTAHUAN DAN MINAT BELAJAR SISWA ’’ Selama menyusun proposal tesis ini, banyak sekali bantuan dan bimbingan yang penulis terima, berkenaan dengan itu penulis menyampaikan terima kasih yamg sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D,selaku direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan segala fasilitas kepada penulis dalam menempuh pendidikan program pascasarjana pendidikan sains 2. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd, selaku ketua program studi
dan
pembimbing I Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan bantuan pemikiran, penyusunan dan penuntasan penulisan ini. 3. Dr. Sugiyarto, M. Si, Selaku pembimbing II yang telah memberi sumbangan pemikiran yang sangat berharga selama penyusunan dan penyelesaian keseluruhan tesis ini. 4. Prof. Dr. H. Ashadi, Selaku Ketua penguji
yang telah memberi bantuan
pemikiran dan mengarahkan dalam penulisan tesis ini.
8
5. Dra. Suparmi, MA, Ph. D, Selaku Sekretaris penguji, yang telah memberi sumbangan pemikiran yang sangat berharga dan selalu memberikan motivasi bagi peneliti. 6. Dosen-dosen pengampu mata kuliah, yang senantiasa mendorong semangat dan memberikan keluasan berpikir. 7. Drs. Suparman, MM, selaku Kepala sekolah MTs Negeri Nogosari Kabupaten Boyolali yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam melaksanakan penelitian.. 8. Rekan-rekan pascasarjana angkatan September 2008. 9. Jeffrey Handhika, S. Si, M. Pd, yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini. 10. Teman-teman seperjuangan IMM cabang surakarta Korkom FKIP UMS, Abadi Perjuangan. 11. Semua pihak yang tentu saja tak akan cukup untuk dituliskan semuanya. Penulis berharap semoga semua bentuk bantuan yang mereka berikan menjadi amal baik dan mendapat imbalan yang semestinya dari Allah SWT. Amin. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Surakarta,
Februari 2010
Penulis
9
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...............................................................................
vii
DAFTAR ISI..............................................................................................
ix
DAFTAR TABEL......................................................................................
xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................
xiv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Identifikasi Masalah..............................................................
7
C. Pembatasan Masalah .............................................................
8
D. Rumusan Masalah.................................................................
8
E. Tujuan Penelitian ..................................................................
9
F. Manfaat Penelitian…………………………………………..
10
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTEIS A. Kajian Teori .........................................................................
12
1. Tinjauan tentang belajar ……………...............................
12
a. Pengertian Belajar……………………………………..
12
b. Teori-teori belajar…………………………………. ....
13
c. Pandangan Konstruktivisme tentang belajar..................
20
2. Pengertian Metode Pembelajaran......................................
22
3. Pembelajaran Kooperative………………………. ...........
23
a. STAD…………………………………………………
25
10
b. TGT……………………………………………………
27
4. Hubungan Sistem Pembelajaran Kooperative dengan Proses Belajar Siwa ………………………………………
30
5. Minat……………………………………………………...
32
6. Keingintahuan…………………………………………….
36
7. Prestasi Belajar…………………………………………...
38
8. Materi Pembelajaran……………………………………..
42
B. Penelitian yang relevan .........................................................
52
C. Kerangka berpikir .................................................................
54
D. Hipotesis ...............................................................................
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................
62
B. Metode penelitian..................................................................
62
C. Variabel Penelitian................................................................
64
D. Populasi dan Sampel .............................................................
66
E. Teknik Pengumpulan Data....................................................
66
F. Instrumen Penelitian .............................................................
68
G. Uji Intrumen…………………………………………......... .
70
H. Teknik Analisis Data…………………………………………
70
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data..........................................................................
85
1. Data Kemampuan Awal Sebelum Diberi Perlakuan............
85
2. Data Prestasi Belajar Siswa..................................................
87
3. Data Minat Belajar Siswa....................................................
89
4. Data Keingintahuan Siwa...................................................
89
B. Uji Prasyarat Analisis………………………………………..
90
11
1. Uji Normalitas……………………………………………..
90
2. Uji Homogenitas…………………………………………..
91
C. Pengujian Hipotesis………………………………………….
92
1. Analisis Variansi Tiga jalan Isi Sel Tak Sama……………
92
2. Uji Lanjut Anava…………………………………………..
94
D. Pembahasan Hasil Analisis…………………………………..
96
1. Hipotesis Pertama ................................................................
96
2. Hipotesis Kedua .....................................................................
99
3. Hipotesis Ketiga .....................................................................
101
4. Hipotesis Keempat .................................................................
102
5. Hipotesis Kelima ...................................................................
104
6. Hipotesis Keenam .................................................................
105
7. Hipotesis Ketujuh .................................................................
106
E. Keterbatasan Penelitian……………………………………….
108
BAB V KEIMPULAN, IMPLIKAI DAN SARAN A. Kesimpulan Hasil Penelitiian………………………………… 110 B. Implikasi Hasil Penelitian……………………………………. 112 C. Saran ………………………………………………………….. 112 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1
Jadwal Penelitian....................................................................
62
Tabel 3.2
Desain Faktorial .....................................................................
63
Tabel 3.3
Desain Faktorial .....................................................................
63
Tabel 3.4
Bentuk desain Faktorial 2x2x2...............................................
80
Tabel 3.5
Bentuk desain Faktorial 2x2x2…………………………………… .
80
Tabel 3.6
Rangkuman Analisis………………………………………...
81
Tabel 3.7
Rangkuman Komparasi Ganda……………………………...
84
Tabel 4.1
Diskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Sebelum Diberi Perlakuan………………………………………………….....
85
Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Sebelum Diberi Perlakuan Kelompok Eksperimen I………………………….
86
Distribusi Frekuensi Kemampuan Awal Sebelum Diberi Perlakuan Kelompok Eksperimen II…………………………
86
Tabel 4.4 Diskripsi Data Prestasi belajar Siswa………………………..
87
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelas Eksperimen I……
87
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Prestasi belajar Kelas Eksperimen II…..
88
Tabel 4.7 Diskripsi Data Minat Belajar Siswa dalam Belajar Biologi…..
89
Tabel 4.8 Jumlah Siswa yang Mempunyai Minat Belajar Biologi Tinggi dan Rendah........................................................
89
Tabel 4.9 Diskripsi Data Keingintahuan Siswa………………………….
90
Tabel 4.10 Jumlah Siswa yang Mempunyai Keingintahuan Siswa Biologi Tinggi dan Rendah............................................
90
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.11 Hasil Analisa General linier Model dengan Software Minitab 15…………………………………………………...
92
13
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Sistem Pencernaan Makanan.................................................
31
Gambar 2.2 Susunan gigi permanen orang dewasa..................................
43
Gambar 2.3 Penampang membujur gigi geraham...................................... 44 Gambar 2.4 Kerongkongan.......................................................................
46
Gambar 2.5 Struktur lambung..................................................................
47
Gambar 2.6 Usus halus..............................................................................
48
Gambar 2.7 Usus besar............................................................................... 49 Gambar 4.1 Histogram Kemampuan Awal Sebelum Diberi perlakuan Kelompok Eksperimen I……………………………………. 86 Gambar 4.2 Histogram Kemampuan Awal Sebelum Diberi perlakuan Kelompok eksperimen II……………………………………. 87 Gambar 4.3 Histogram Prestasi Belajar Kelompok Eksperimen I……….. 88 Gambar 4.4 Histogram Prestasi blajar kelompok Eksperimen II………… 88 Gambar 4.5 Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar……………………..... 90 Gambar 4.6 Hasil Uji Homogenitas menggunakan uji bartlett’s dengan bantuan Minitab 15………………………………………….. 91 Gambar 4.7 Uji lanjut Anova untuk Ho (1), Ho(2) dan Ho (3)………….
95
Gambar 4.8 Uji lanjut Anova untuk Interaksi…………………………..
95
14
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1
Silabus................................................................................. 117
Lampiran 2
RPP TGT............................................................................. 120
Lampiran 3
RPP STAD.......................................................................... 132
Lampiran 4
Kisi-kisi instrumen tes prestasi belajar................................. 144
Lampiran 5
Soal uji coba Tes Pretsasi belajar....................................
Lampiran 6
Kisi-Kisi Instrumen Angket Keingintahuan........................ 154
Lampiran 7
Instrumen Angket Keingintahuan....................................... 155
Lampiran 8
Kisi-Kisi Instrumen Angket Minat …………………........
Lampiran 9
Instrumen Angket Minat ……………………………….... 163
Lampiran 10
Kisi-kisi tes prestasi ........................................................... 170
147
162
Lampiran 11 Soal tes Prestasi................................................................... 173 Lampiran 12 Kisi-Kisi Angket Keingintahuan........................................
179
Lampiran 13 Angket Keingintahuan........................................................
180
Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Minat......................................................
185
Lampiran 15 Angket Minat.....................................................................
186
Lampiran 16 Kunci Jawaban Tes Prestasi..............................................
191
Lampiran 17 Kunci Jawaban Try Out Tes Prestasi................................
192
Lampiran 18 Hasil Olah Data TryOut Tes Prestasi,Keingintahuan, minat 193 Lampiran 19 Data Penelitian Kelompok Eksperimen............................
196
Lampiran 20 data Penelitian Kelompok Kontrol....................................
199
Lampiran 21 Deskriptif Statistik............................................................
202
Lampiran 22 Uji Validitas dan Reabilitas Angket Keingintahuan..........
203
Lampiran 23 Uji Validitas dan Reabilitas Angket Minat........................
206
Lampiran 24 Uji Validitas, Reabilitas, Daya Beda, Tingkat Kesukaran.. 209 Lampiran 25 Syntax Cooperative Learning…………………………….. 212 Lampiran 26 Foto Kelompok Eksperimen……………………………… 221 Lampiran 27 Foto Kelompok Kontrol………………………………….
223
Lampiran 28 Surat Permohonan Ijin Penelitian.....................................
225
Lampiran 29 Surat Keterangan Telah Penelitian..................................
226
15
ABSTRAK Nuri Dewi Muldayanti. S830908030. Pembelajaran Biologi Model STAD dan TGT Ditinjau dari Minat dan Keingintahuan Belajar Siswa (Sebuah Penelitian Eksperimen Pada Materi Sistem Pencernaan pada Manusia di MTs Negeri Nogosari kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010. Tesis, program Studi pendidikan sains Pasca sarjana Univeritas Sebelas Maret Surakaeta 2010. Belajar kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pembelajaran dengan TGT dan STAD terhadap prestasi belajar biolog ditinjau dari keingintahuan dan minat belajar siswai. Peneliti menggunakan metode pembelajaran dengan tipe STAD dan TGT. Populasi penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Negeri Nogosari Boyolali. Sampel diambil secara acak dengan Cluster Random Sampling. kelas VIII B dan VIII D sebagai kelompok STAD dan Kela VIII C dan VIII E sebagai kelompok TGT. Uji coba instrument dilaksanakan di MTs Negeri Simo Boyolali. Karena MTs ini ekivalen/sederajat prestasi belajarnya. Teknik Analisis data yang dipergunakan adalah analisis variansi tiga jalan isi sel tak sama dengan taraf signifikan α = 0,05 dan uji lanjut pasca Anava tiga jalan dengan uji Main Effect plot. Hasil analisis diperoleh (1) ada pengaruh penggunaan metode pembelajaran dengan TGT dan STAD terhadap prestasi belajar Biologi, (2) ada pengaruh minat belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi, (3) pengaruh keingintahuan belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi, (4) terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan keingintahuan belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi, (5) tidak terdapat interaksi antara metode pembelajaran dengan minat belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi, (6) tidak terdapat interaksi antara minat belajar tinggi dan rendah, keingintahuan tinggi dan rendah terhadap prestai belajar Biologi, (7) terdapat interaksi antara metode pembelajaran , keingintahuan tinggi dan rendan, minat belajar tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar Biologi.
Kata Kunci: Pembelajaran TGT, STAD, Keingintahuan dan Minat belajar Siswa.
16
ABSTRACT Nuri Dewi Muldayanti. S830908030. Biology teaching and learning using STAD and TGT other viewed from students’ learning curiosity and Interest (An Experimental study in digestion material in MTs Negeri Nogosari Boyolali academic year 2009/2010. Thesis. Science Education Program Study Of Postgraduate Program Of Surakarta Sebelas Maret University, 2010. Cooperative Learning is learning strategic in which student learn in small group with various ability. The propose of this research are to find out : The effect of learning model TGT and STAD on the students’ learning achievement. Learning model STAD and TGT with various ability students’ learning curiosity and interest. The sample was taken using Cluster random sampling, the first two classes VIII B and D were treated using STAD model, VIII C and E were treated using TGT model. The data was collected using test for students and questionare for tudents curiosity and interest. The data was analyzed using ANOVA 2 X 2 X 2 factorial design to test, the hypotheses and taken analysis continued using Main Effect Plot. From the result of data analysis be concluded (1) there is an effect of STAD and TGT on the students’ learning achievement, (2) there is an effect of students’ learning interest level high and low level on the students’ learning achievement, (3) there is an effect of students’ learning curiosity level in high and low level on the students’ learning achievement, (4) there is interaction between the STAD and TGT learning model with the student’ learning curiosity on the students’ learning achievement, (5) there is no interaction between the STAD and TGT learning model with the student’ learning interest on the students’ learning achievement, (6) there is no interaction between the students’ learning curiosity level in high and low level with interest level in high and low level on the students’ learning achievement, (7) ) there is interaction between the STAD and TGT learning model with the student’ learning interest and curiosity on the students’ learning achievement.
Key word : Learning TGT, STAD, Curiosity and Interest
17
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia, karena disamping pendidikan sebagai gejala sekaligus juga sebagai upaya memanusiakan manusia itu sendiri. Pendidikan yang baik di harapkan dapat menciptakan generasi yang berkualitas, berbudi pekerti, mempunyai rasionalitas tinggi sehingga dapat meneruskan kelangsungan hidup Negara. Proses pendidikan terjadi apabila ada interaksi antar komponen pendidikan, artinya saling berhubungan secara fungsional dalam kesatuan yang terpadu. Tiga komponen sentral dalam upaya pendidikan adalah peserta didik, pendidik, dan tujuan pendidikan. Dalam proses pendidikan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pendidikan. Salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan adalah diselenggarakannya pembelajaran yang dirancang secara sistematis sesuai kaidahkaidah pembelajaran yang efektif. Guru memegang peran penting yang menentukan dalam penyelenggaraan pembelajaran berkualitas. Guru harus mampu bertindak sebagai perancang (desainer) sekaligus sebagai pelaksana proses pembelajaran. Sebagai perancang pembelajaran, guru perlu memiliki penguasaan yang baik atas prinsip-prinsip perancangan pembelajaran. Karena pembelajaran adalah merupakan sistem, maka perancangan pembelajaran seharusnya dilakukan secara sistematik (menggunakan pendekatan system), dalam
1 18
rangka merancang pembelajaran inilah, maka pemilihan strategi pembelajaran harus mendapatkan perhatian secara seksama untuk menciptakan pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif. Guru harus memiliki strategi dalam proses belajar mengajar, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Mengenai tujuan yang diharapkan salah satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah harus menguasai teknik-teknik pengajaran, atau biasanya disebut metode mengajar. Untuk itu, maka strategi, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik materi ajaran, karakteristik siswa, karakteristik guru dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah serta lingkungan sekitarnya. Permasalahan yang lain adalah Guru juga mengalami kesulitan berupa karakteristik materi IPA sendiri, yang umumnya dikenal sulit dikalangan siswa, utamanya sub mata pelajaran IPA yang dianggap sulit untuk memahami konsep– konsep dan prinsip–prinsip Biologi. Ketidaktahuan peserta didik mengenai konsep-konsep Biologi menjadi penyebab mereka lekas bosan dan tidak tertarik pada pelajaran Biologi, di samping pengajar Biologi yang mengajar secara monoton, metode pembelajaran yang kurang variasi dan hanya berpegang teguh pada diktat – diktat atau buku-buku paket saja. Oleh karena itu, perlu ada suatu metode pembelajaran yang dapat memberikan kemudahan siswa untuk mempelajari ilmu Biologi secara baik dan benar. Dari pertemuam yang dilaksanakan oleh peneliti dengan guru MTsN Nogosari Boyolali, khususnya guru kelas 2, terkait dengan perbaikan mutu proses pembelajaran di kelas, guru menyampaikan beberapa keluhan : 1. Bagaimana cara
19
melaksanakan pembelajaran IPA sesuai dengan standar isi ysng ditetapkan oleh pemerintah agar dapat meningkatkan hasil belajar IPA; Metode dan pendekatan apa yang tepat untuk mendukung pembelajaran di dalam kelas agar sesuai dengan hakikat IPA ; Bagaimana mengintegrasikan kegiatan kerja ilmiah dan salingtemas dalam pembelajaran di kelas ; Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran IPA agar siswa mempunyai rasa ingin tahu dan minat belajar yang tinggi. Pada Materi sistem pencernaan, merupakan materi yang sulit karena memiliki banyak konsep dan bersifat abstrak dan juga sangat penting karena banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menggambarkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya faktor diri siswa yaitu keingintahuan dan minat belajar siswa, kemampuan mengajar guru, kebijakan pengelolaan sekolah, dukungan orang tua, bahkan pengaruh lingkungan sekolah dan lingkungan belajar siswa. Karena itu dalam penelitian ini penulis ingin meningkatkan prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif. Ada beberapa model pembelajaran yang dapat digunakan diantaranya adalah pembelajaran kooperatif. Prinsip pembelajaran kooperatif yaitu Proses pembelajaran yang berbasis kerjasama antar siswa dan antar komponenkomponen lain di sekolah. Kerjasama antar siswa jelas terlihat pada saat kelas sudah memilih satu masalah untuk bahan kajian bersama. Semua pekerjaan disusun orang-orang yang ditentukan. Siapa yang mengerjakan apa, merupakan satu kerjasama itu. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
20
untuk bekerjasama dan memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Berdasarkan uraian di atas, maka upaya-upaya perbaikan pendidikan yang dilakukan mengarah kepada pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa (student centered learning oriented). Pembelajaran yang dirasa cocok untuk mengaktifkan siswa adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Teams Games Tournament). Tujuan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat lebih membiasakan kepada siswa untuk belajar berkelompok dalam rangka memecahkan masalah atau mengerjakan tugas. Disamping itu pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membantu siswa memahami konsep-konsep pelajaran
yang sulit serta
menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap social siswa. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja sama dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas. Pendekatan pembelajaran kooperatif TGT (Teams Games Tournament) dapat meningkatkan dan menumbuhkan minat belajar (Biologi) siswa, konsepkonsep biologi akan menjadi senang serta tidak membosankan dan pada akhirnya siswa merasa bahwa konsep-konsep ini diperlukan. Penjabaran konsep-konsep biologi dalam bentuk permainan akan memancing motivasi belajar mereka tanpa paksaan, dan penggabungan dengan model pembelajaran ini akan lebih rasa
21
senang bahwa belajar merupakan hal yang mudah, sehingga diharapkan belajar menjadi suatu hal yang menyenangkan. Faktor keberhasilan proses pembelajaran selain metode pembelajaran yang digunakan, keberhasilan proses pembelajaran
juga banyak ditentukan oleh
keingintahuan dan minat belajar siswa. Keingintahuan atau curiosity merupakan salah satu aspek yang bersifat kondisional bagi pengembangan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa dan hakekat budaya belajar. Tanpa rasa ingin tahu, siswa akan kehilangan motivasi belajar dan akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan tinggi akan selalu ingin tahu segala hal. Di dalam kelas ia akan sering mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang termasuk kategori ini kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah diterima. Proses belajar akan menjadi hal yang lebih menarik bila merupakan kehendak yang timbul dari diri sendiri siswa tanpa ada dorongan atau paksaan dari pihak lain. Faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran adalah faktor minat belajar siswa. Minat sebagai pernyataan psikis yang menunjukkan adanya pemusatan perhatian terhadap suatu materi pelajaran karena obyek tersebut menarik bagi dirinya. Pemusatan perhatian dalam proses pembelajaran sangat diperlukan, karena kehadiran minat belajar dalam pribadi seseorang akan merangsang keinginan untuk belajar yang lebih besar. Oleh karena itu, guru harus dapat mengelola keadaan psikis siswanya untuk dapat menumbuhkan minat belajar yang tinggi. Hanya siswa dengan minat belajar tinggi yang dapat mengikuti dengan seksama segala proses pembelajaran. Dengan
22
demikian, diharapkan melalui pembinaan minat belajar yang baik maka kompetensi dasar dapat dicapai dengan optimal. Pendekatan apapun yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) IPA, sudah seharusnya siswa merupakan pusat perhatian utama. Pola KBM di kelas tidak hanya ditentukan oleh didaktik-metodik apa yang digunakan, melainkan juga oleh bagaimana peranan guru menambah dan memperdalam pengalaman belajar siswa. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan di luar sekolah atau di dalam sekolah. Guru diharapkan dapat memahami motivasi belajar siswa. Keadaan ini sangat diperlukan untuk menghindari kesalahan pemahaman antara yang diajarkan dengan konsep yang diterima oleh siswa. Menurut Oemar Hamalik (2005:159-160) “ salah satu komponen dalam dari motivasi adalah keadaan merasa tidak puas, selalu ingin tahu, dan ketegangan psikologis. Sejalan dengan teori motivasi di atas, maka tingkat keingintahuan siswa dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran”. Keingintahuan yang tinggi akan mendorong siswa untuk mencari konsep dari informasi baru yang sedang dipelajarinya, sehingga pengetahuannya bertambah dan prestasi belajarnya meningkat. Sedangkan siswa yang keingintahuannya rendah akan mendapatkan hal sebaliknya. Winkel (1996:109) mengemukakan bahwa “minat adalah daya penggerak di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan”. Timbulnya minat belajar pada diri siswa diharapkan menghasilkan
23
prestasi belajar yang lebih baik sehingga akan menentukan keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Untuk mengetahui bahwa proses pembelajaran dapat berlangsung dan sejauh mana siswa berhasil menguasai materi pembelajaran maka diperlukan alat ukur keberhasilan siswa dalam pembelajaran yaitu tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar merupakan salah satu alat pengukuran dibidang pendidikan yang sangat penting artinya sebagai sumber informasi guna mengambil keputusan.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas timbul berbagai masalah penelitian yang dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Rendahnya prestasi belajar mata pelajaran biologi. 2. Model pembelajaran yang dipakai selama ini masih cenderung monoton. 3. Pembelajaran yang masih didominasi oleh guru. 4. Pasifnya siswa dalam menerima pelajaran. 5. Adanya beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain Keingintahuan siswa dan minat belajar siswa. 6. Belum diperhatikannya tingkat keingintahuan siswa oleh guru dalam memasukkan teknik pembelajaran. 7. Terbatasnya kemampuan guru dalam membangkitkan minat belajar serta dalam membuat variasi model pembelajaran. 8. Materi Sistem pencernaan makanan yang bersifat sangat
penting karena
banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
24
9. Siswa memiliki kemampuan
yang berbeda-beda, dan kemampuan yang
berbeda-beda ini kurang diperhatikan oleh guru.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah maka agar penelitian ini dapat lebih terarah dan mencapai sasaran yang diinginkan, penulis melakukan pembatasan masalah sebagai berikut : 1.
Model pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran kooperatif Student Team Achivement Devision (STAD) dan Team Games Tournament (TGT).
2.
Subyek yang diteliti adalah siswa semester II kelas VIII mata pelajaran Biologi MTsN Nogosari Boyolali.
3.
Tingkat keingintahuan siswa dalam mengikuti pembelajaran Biologi akan dikelompokkan dalam tingkat keingintahuan tinggi dan.rendah
4.
Minat belajar dalam pembelajaran Biologi dibatasi minat siswa dalam mempelajari dan mengikuti pembelajaran Biologi di sekolah.
5.
Prestasi belajar siswa pada sub mata pelajaran Biologi diukur dari hasil Formative Test setelah penelitian dilakukan. Prestasi belajar yang dimaksud adalah prestasi pada aspek penilaian kognitif.
D. Rumusan Masalah
25
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang dilakukan maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Tournament) terhadap prestasi belajar biologi siswa? 2. Apakah ada pengaruh keingintahuan belajar siswa tinggi dan keingintahuan belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar biologi? 3. Apakah ada pengaruh minat belajar tinggi siswa dan minat belajar rendah siswa terhadap prestasi belajar biologi? 4. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Turnament) dengan keingintahuan siswa terhadap prestasi belajar biologi? 5. Apakah ada interaksi model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Turnament) dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi? 6. Apakah ada interaksi antara keingintahuan siswa dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi? 7. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Turnament), keingintahuan siswa dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi?
E. Tujuan Penelitian
26
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Tournament) terhadap prestasi belajar biologi. 2. Pengaruh keingintahuan tinggi dan keingintahuan belajar siswa rendah terhadap prestasi belajar biologi siswa. 3. Pengaruh minat belajar siswa tinggi dan minat belajar rendah siswa terhadap prestasi belajar biologi. 4. Interaksi model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Turnament) dengan keingintahuan belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi. 5. Interaksi model pembelajaran kooperatif STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Turnament) dengan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi. 6. Interaksi antara keingintahuan belajar siswa dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi. 7. Interaksi antara model pembelajaran STAD (Student Team Achivement Devision) dan TGT (Team Game Turnament), keingintahuan belajar siswa dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar biologi.
F. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1.
Manfaat Teoritis
27
a. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan TGT terhadap prestasi belajar biologi ditinjau dari minat dan keingintahuan siswa. b. Untuk menambah dan mngembangkan Ilmu Pengetahuan dalam mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang diteliti. c. Dengan memanfaatkan potensi yang ada diharapkan dapat mendorong fenomena science literacy (melek sains) pada masyarakat dan menumbuhkan kreativitas.
2.
Manfaat Praktis a. Masukan kepada guru maupun tenaga kependidikan lainnya agar lebih mencermati dalam menentukan model pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan dengan baik. b. Memberikan masukan bahwa pemilihan strategi pembelajaran yang diharapkan lebih memberikan efektifitas pembelajaran. c. Adanya
suatu
pengertian
bahwa
pada
siswa
yang
memiliki
keingintahuan tinggi akan memperoleh prestasi yang lebih memuaskan dibanding siswa yang memiliki keingintahuan rendah.
28
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Tinjauan Tentang Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari yang melibatkan individu secara keseluruhan baik fisik maupun psikis untuk mencapai suatu tujuan. “Belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetisi guna mengatasi sesuatu masalah dan dibangun dengan bekal pengetahuan dan kompetisi yang telah dimiliki” (Haris Mudjiman 2006 :7). “Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, ketrampilan”
(Dalyono, 2007:212).
Dari pengertian di atas dapat dibuat kesimpulan bahwa agar terjadi proses belajar atau terjadinya perubahan tingkah laku sebelum kegiatan belajar mengajar di kelas seorang guru perlu menyiapkan atau merencanakan berbagai pengalaman belajar yang akan diberikan pada siswa dan pengalaman belajar tersebut harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar siswa berlangsung optimal disebut dengan kegiatan pembelajaran.
29
b. Teori-teori Belajar Teori belajar mempunyai beberapa pandangan, dapat ditinjau dari aspek individu dan masyarakat. Belajar dari aspek individu merupakan salah satu upaya individu untuk memenuhi kebutuhan kehidupan agar memperoleh kualitas kehidupan yang lebih baik. Sedangkan belajar dari segi masyarakat merupakan kunci dalam pemindahan kebudayaan masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dengan pembelajaran memungkinkan adanya penemuan baru untuk mengembangkan dari penemuan-penemuan yang terdahulu. Teori belajar menurut Ratna Wilis Dahar (1989 : 19) “dapat dikelompokkan menjadi dua keluarga, yaitu keluarga perilaku (behavioristik) yang meliputi stimulus-stimulus respon conditioning dan keluarga Gestald-field yang meliputi teori-teori kognitif”. Jadi teori belajar secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teori perilaku (behavioristik) dan teori Gestalt. Teori perilaku dipelopori antara lain Ivan Petrovich Pavlow, EL. Torndike dan ER. Guthrie. Sedangkan yang mempelopori teori kognitif antara lain Bruner, Ausubel, Gagne dan Piaget. Menurut teori perilaku (behavioristik) berbendapat bahwa “perilaku terbentuk melalui kaitan antara rangsangan (stimulus) dengan tindak balas (respons)” (Mohamad Surya, 2003 : 33). Jadi menurut teori ini belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku yang dapat diamati dan terjadi melalui stimulusstimulus dan respon-respon menurut prinsip mekanistik. Belajar melibatkan terbentuknya hubungan-hubungan tertentu antara satu seri stimulus-stimulus dan respon-respon. Stimulus yaitu penyebab belajar atau agen-agen lingkungan yang
30
bertindak terhadap suatu oganisma yang menyebabkan orgnisma itu memberikan respon atau meningkatkan kemungkinan terjadinya respon tertentu. Responrespon yaitu akibat-akibat atau efek-efek yang merupakan reaksi-reaksi fisik suatu organisma terhadap stimulus baik yang eksternal maupun internal. Menurut teori Gestalt memandang bahwa kejiwaan manusia terikat pada pengamatan dari yang nyata kepada yang menyeluruh.”Gestalt dalam bahasa Jerman berarti configuration atau bentuk yang utuh artinya keseluruhan lebih berarti dari bagian-bagian. Pernyataan manusia pada awalnya bersifat global terhadap obyek-obyek yang dilihat kemudian berproses kepada bagian-bagian” (Aminudin Rasyad. 2003 : 70). Ahli pendidikan yang menganut teori ini berpendapat bahwa perilaku yang tidak tampak dapat diamati adalah mungkin untuk dipelajari dengan cara ilmiah, misalnya dengan pikiran-pikiran. Oleh karena itu memusatkan diri pada menganalisis proses-proses kognitif, sehingga prinsipprinsip dan kesimpulan-kesimpulan yang mereka sarankan disebut sebagai teoriteori kognitif. Berdasarkan kedua pengelompokan tersebut di atas, teori belajar yang relevan dengan pengajaran IPA dewasa ini adalah teori kognitif, antara lain dikemukakan oleh Piaget, Gagne, dan Ausubel. 1). Teori Belajar Kognitif Kognitif merupakan salah satu ranah penilaian dalam pembelajaran. Penilaian dalam ranah kognitif mencangkup pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesa (C5), dan evaluasi (C6). Penilaian yang
31
dilakukan dalam ranah kognitif mencakup pengukuran potensi intelektual untuk mengembangkan kemampuan rasional/akal. Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih menekankan bagaimana proses mengoptimalkan kemampuan aspek rasional/akal yang dimiliki oleh orang lain. Dalam belajar kognitif, pelajar dituntut untuk mengoptimalkan potensi akalnya dalam memperoleh pengetahuan. Pembelajaran yang berdasar pada
teori
belajar
kognitif
harus
mampu
membimbing
siswa
untuk
mengoptimalkan potensi akalnya tersebut. “ Selama proses pembelajaran kognitif dilakukan proses pembangunan ingatan, retensi, pengelolaan informasi, emosi dan aspek-aspek yang bersifat intelektual lanilla” (Saekhan Muchith, 2008 : 60). Dengan demikian dalam pembelajaran kognitif dilakukan pengelolaan proses berpikir yang sangat kompleks dan komprehensif. a). Teori Belajar Gagne Menurut Mohammad Surya (2003 : 60) “Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi untuk kemudian diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil pembelajaran. Dalam pemrosesan informasi terjadi antara kondisi internal dan eksternal”. Kondisi internal adalah keadaan di dalam diri individu yang diperlukan untuk mencapai hasil pembelajaran dan proses kognitif yang terjadi dalam individu selama proses belajar berlangsung. Sedangkan kondisi eksternal adalah berbagai rangsangan dari lingkungan yang mempengaruhi individu dalam proses pembelajaran. Interaksi antara kondisi internal dan eksternal akan menghasilkan hasil pembelajaran.
32
Kaitan antara teori belajar Gagne dengan penelitian ini adalah teori belajar Gagne menitikberatkan pada pemprosesan informasi, sehingga terjadinya interaksi dengan lingkungan. Pembelajaran Cooperative Learning dengan menggunakan TGT dan STAD dapat mengarahkan siswa untuk mendapatkan konsep pada materi sistem pencernaan makanan, yang dapat menumbuhkan kemampuan verbal, percakapan intelektual dan kemampuan kognitif siswa. Proses-proses pada metode kooperatif melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat, memberikan alternatif solusi yang mengedepankan aspek kognitif. b). Teori Belajar Piaget Saekhan Muchith (2008 : 60) mengungkapkan bahwa ”perkembangan kognitif seseorang atau siswa adalah suatu proses yang bersifat genetik”. Jadi proses belajar itu didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf, oleh sebab itu makin bertambahnya umur seorang siswa, mengakibatkan kompleksnya susunan sel-sel syaraf dan juga semakin meningkatnya kemampun khususnya dalam ranah kognitif. Menurut Mohammad Surya (2003 : 56) “Perkembangan kognitif merupakan suatu proses dimana kemajuan individu melalui suatu rangkaian yang secara kualitatif berbeda dalam berpikir. Hal yang diperoleh dalam satu peringkat merupakan dasar bagi peringkat berikutnya”. Perkembangan kognitif yang terbentuk adalah melalui interaksi yang konstan antara individu dengan lingkungannya sehingga terjadi dua proses yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi merupakan proses penataan segala sesuatu yang ada di lingkungan sehingga dikenal oleh individu. Sedangkan adaptasi merupakan proses terjadinya penyesuaian antara individu dengan lingkungannya. Adaptasi terjadi
33
dalam dua bentuk yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses menerima dan mengubah dengan dirinya, sedangkan akomodasi adalah proses individu mengubah dirinya agar bersesuaian dengan apa yang diterima dari lingkungannya.. Kaitan antara teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah seseorang akan mengasimilasi dan mengakomodasi konsep materi sistem pencernaan makanan pada saat diskusi, dari interaksi dengan lingkungannya akan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan (ekuilibrium). Joan Josep Solaz-Portales (2007) berpendapat bahwa ”student who have not attained formal operational ability will not be able to comperhend meaningfully abstract concepts and principles of sciences”. Siswa yang belum sampai pada tahap operasional formal atau abstrak tidak mampu memahami secara bermakna dan memisahkan antara konsep dan ilmu pengetahuan. Untuk itu Piaget mencetuskan teori perkembangan kognitif yang tebagi berdasarkan usia manusia. Pada umur lebih dari 12 tahun siswa sudah mampu untuk berfikir abstrak. Namun, Sulit bagi siswa yang mempunyai tahap operasional konkrit untuk menjelaskan proses-proses yang terjadi pada organ tubuh manusia karena tidak bisa dilihat secara langsung baik organ penyusunya maupun proses yang berlangsung. Materi sistem pencernaan makanan merupakan salah satu materi yang membutuhkan kemampuan berfikir abstrak dan siswa sudah mampu diajak mengemukakan pendapat dan menerima pendapat. c). Teori Belajar Vygotsky
34
Setiap siswa pada hakekatnya dalam membentuk pengetahuan itu bermula dari apa yang diketahui siswa bukan kopian dari apa yang mereka temukan di dalam lingkungan, tetapi sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui interaksi. Bentukan pengetahuan itu oleh Vygotsky menjadi pemikiran penting yang diberikan dalam pembelajaran yang meliputi konsep zone of proximal
development
(ZPD) dan scaffolding.
Vygotsky
yakin
bahwa
pembelajaran terjadi apabila anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zone of proximal development. ZPD adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky lebih yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam kerjasama atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi terserap ke dalam individu tersebut. Sedangkan konsep scaffolding berarti memberikan kepada siswa sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran
kemudian
mengurangi
bantuan
tersebut
dan
memberikan
kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya. Yusuf (2003:21-22), ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan yaitu : Pertama , adalah perlunya tatanan kelas dan bentuk pembelajaran kooperatif antar siswa, sehingga siswa dapat berinteraksi di sekitar tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategistrategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing ZPD mereka. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pengajaran menekankan scaffolding, dengan semakin lama siswa semakin bertanggug jawab terhadap pembelajaran sendiri. Ringkasan dari teori Vygotsky tersebut, siswa perlu belajar dan bekerja secara kelompok sehingga siswa dapat saling berinteraksi sosial dan perlu bantuan
35
guru terhadap siswa dalam kegiatan pembelajaran pada perkembangan sains dan pengetahuan lain. Kerja kelompok dan interaksi sosial ini yang dapat menjadi dasar bahwa siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya diperlukan bantuan pihak luar untuk memfasilitasi dan mengarahkan agar proses kontruksi terarah. Teori Vygotsky inilah yang menjadi landasan dalam penerapan model pembelajaran dengan pendekatan kontruksivisme ataupun Cooperatif Learning dengan daya dukung lingkungan belajar. Dalam hal ini lebih utama sebagai pijakan dalam pengenmbangan pendekatan
Cooperatif Learning, yang mana
dalam membangun pengetahuan, siswa selain harus mengalami maka diperlukan adanya kerja kelompok dan interaksi sesama siswa, guru, dan lingkungan yang lain. d). Teori Belajar Ausubel Teori Ausubel yang dikemukakan oleh Ratna Willis Dahar (1989:110-111) meyatakan bahwa :
”belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi : Dimensi pertama menghubungkan dengan cara informasi atau penyajian materi pelajaran pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Informasi dapat dikomunikasikan pada siswa baik dalam bentuk belajar penerimaan yang menyajikan informasi dalam bentuk final maupun dengan bentuk belajar penemuan yang mengharuskan siswa untuk menemukan sendiri sebagian atau seluruh materi yang akan disajikan. Dimensi kedua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada”. Struktur kognitif adalah fakta-fakta atau konsep-konsep, dan generalisasai yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi itu pada pengetahuan yang telah dimilikinya, dalam hal ini terjadi belajar bermakna. Di samping itu siswa juga dapat mencoba menghafalkan
36
informasi baru itu tanpa menghubungkanya pada konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya, dalam hal ini terjadi belajar hafalan. Ausubel lebih lanjut menegaskan bahwa pentingnya belajar dengan mengasosiasikan konsep atau fenomena baru ke dalam skema yang dimiliki siswa. Dalam proses ini siswa dapat mengembangkan skema yang ada bahkan mengubahnya sehingga dalam kegiatan belajar siswa mengkonstruksi apa yang dipelajari oleh siswa. Kaitan teori belajar Ausubel dengan penelitian ini adalah pada teori belajar Ausubel pembelajaran yang baik adalah belajar yang bermakna, sedangkan pada penelitian ini digunakan pembelajaran metode TGT dan STAD dimana siswa mengalami sendiri dalam memperoleh konsep sehingga siswa mempunyai kemampuan yang tinggi karena konsep yang didapat sendiri akan bertahan lebih lama dan lebih bermakna. Salah satu contoh pembelajaran sistem pecernaan makanan yang sesuai dengan teori belajar Ausubel adalah, ketika diawali dengan mendiskusikan sesuatu yang pernah dipelajari siswa sebelumnya, tetapi juga mampu
menumbuhkan
konflik kognitif. Adanya
konflik
kognitif akan
menumbuhkan permasalahan yang harus dipecahkan. Jika akhir pembelajaran mampu memecahkan permasalahan yang muncul diawal pembelajaran, ini akan menumbukan kebermaknaan pembelajaran Biologi tentang sistem pencernaan makanan yang lebih mendalam. c. Pandangan Konstruktivisme tentang belajar Teori-teori pembelajaran kognitif dalam psikologi pendidikan dapat dikelompokkan
dalam
pandangan
konstruktivisme tentang belajar
yang
menyatakan bahwa “siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
37
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai” (Mohammad Nur dan Muchlas Samani, 1996 : 2). Menurut teori ini berarti guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam pikirannya. Seorang guru dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita itu adalah kontruksi (bentukan) kita sendiri. Sardiman A.M (2005:35), menegaskan bahwa “ pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan, pengetahuan bukan gambaran dari dunia kenyataan yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang”. Seseorang membentuk skema, kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk pengetahuan. Paul Suparno (2005:18-21), menegaskan yang intiya bahwa “ proses pembentukan pengetahuan ini berjalan terus menerus dengan setiap kali mengadakan reorganisasi karena adanya suatu pemahaman yang baru”. Para konstruksivisme menjelaskan bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (murid). Murid sendirilah yang harus mengartikan
apa
yang telah
diajarkan
dengan
menyesuaikan
terhadap
pengalaman-pengalaman mereka. Yusuf (2003:18) mengungkapkan bahwa “ pengetahuan itu dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia
38
berinteraksi dengan lingkungannya”. Bagi para konstruktivisme, pengetahuan bukanlah tertentu dan deterministik tetapi suatu proses menjadi tahu. Suparno (2005:26-27), menyebutkan “ beberapa hal yang membatasi kontruki pengetahuan dan faktor yang memungkinkan perubahan pengetahuan”. Hal yang membatasi proses konstruktivisme pengetahuan manusia antara lain : kontsruksi kita yang lama, dominasi pengalaman kita, dan jaringan struktur kognitif lain. Dan faktor yang memungkinkan perubahan pengetahuan , yaitu : konteks tindakan, konteks membuat masuk akal, konteks penjelasan , dan konteks pembenaran (justifikasi). Yusuf (2003:18) menegaskan bahwa “ siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari”. Pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan menerima pengajaram dari guru secara pasif. Dalam kerja mental siswa, guru memegang peranan penting dengan cara memberikan dukungan, tantangan berfikir, melayani sebagai pelatih atau model, namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran. Oleh karena itu untuk proses konstruksi dimana siswa aktif mengalami dalam kegiatan tersebut, Yusuf (2003:17-18), yang intinya memgatakan bahwa
“ anak-anak diberi
kesempatan agar menggunakan strateginya sendiri dalam belajar secara sadar, sedangkan guru yang membimbing siswa ke tingkat pengetahuan yang lebih tinggi ”.
2. Pengertian metode pembelajaran
39
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangk amnecapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalaman yang dimiliki, guru mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistimatis. Guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien., mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah
harus
menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Syaiful Bahri Djamarah (2006 : 74) menyatakan bahwa “metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan yang diharapkan”. Martinis Yamin (2004 : 12) lebih khusus lagi menyatakan bahwa “metode instruksional (metode mengajar) merupakan bagian dari strategi instruksional, metode instruksional berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu”. Jadi metode pembelajaran adalah bagian dari strategi pembelajaran yang berfungsi untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
3. Pembelajaran Kooperatif Effandi Zakaria and Zanaton Iksan (2007:35) “cooperative learning is grounded in the belief that learning is most effective when students are actively involved in sharing ideas and work cooperatively to complete academic tasks”. Belajar kooperatif adalah strategi belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda.
40
Dimyati dan Mudjiono (2002:234) dikatakan bahwa “Cooperative learning mempunyai tiga karakteristik : Siswa bekerja dalam tim-tim belajar kecil, Siswa didorong untuk saling membantu dalam mempelajari bahan yang bersifat akademik atau dalam melakukan tugas kelompok, Siswa diberi imbalan atau hadiah atau dasar prestasi”. Menurut
Slavin
terjemahan Nurulita (2008:9) belajar kooperatif
didefinisikan sebagai “suatu tehnik yang melibatkan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok yang heterogen”. Strategi pembelajarannya yang terstruktur dan sistematik dan dapat digunakan dalam berbagai jenjang pendidikan dan semua materi. Semua metode belajar kooperatif melibatkan pengaturan siswa oleh guru menjadi kelompok sedemikian hingga kelompok ini mewakili susunan kelas dalam hal tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan etnis. Jumlah anggota ini beragam. Francis A. Adesoji and Tunde L. Ibraheem (2009:16) “Cooperative Learning techniques have been shown to enhance students’ learning and social relations relative to traditional whole class methods of teaching”. Teknik pengajaran cooperative learning telah menunjukkan dapat meningkatkan hubungan sosial dan pembelajaran, dari pada pengajaran tradisional, untuk mencapai hasil yang maksimal ada lima unsur yang harus diterapkan : Saling ketergantungan positif, keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggota. kelompoknya. Setiap anggota kelompok diberi tugas berlainan, kemudian bertukar informasi. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota kelompok merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang
41
lain berhasil ; tanggung jawab perseorangan, setiap anggota kelompok harus mempunyai tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Setiap anggota kelompok akan menuntutnya
untuk
melaksanakan tugasnya agar tidak menghambat yang lainnya; tatap muka, setiap anggota kelompok bertemu dan berdiskusi. Inri dari kegiatan ini adalah menghargai perbedaan dan memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan dari masing-masing anggota kelompoknya; Komunikasi antar anggota, keberhasilan dalam suatu kelompok akan tergantung kesediannya anggota kelompok untuk saling mendengarkan dan kemampuan untuk mengutarakan pendapat mereka; Evaluasi proses kelompok, evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui apakah dalam setiap anggota kelompok dapat bekerja sama dengan baik. Model kooperatif ini ada empat macam, yaitu : Students Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw II, dan Group Investigation. a. Students Teams Achievement Divisions (STAD) Tekanan utama model ini adalah keberhasilan target kelompok dengan asumsi bahwa target hanya dapat dicapai jika setiap anggota tim berusaha menguasai subyek yang menjadi bahasan. Armstrong (1998:1) “STAD has been described as the simplest of a group of cooperative learning techniques referred to as student team learning methods”. Tahap pembelajarannya meliputi tahap penyajian materi, kegiatan kelompok, pelaksanaan kuis individual, nilai perkembangan individu, penghargaan kelompok. Ada tiga konsep dalam model pembelajaran ini, yaitu : Pertama, penghargaan terhadap tim, hal ini dapat diperoleh jika tim berhasil memperoleh
42
point tertinggi dalam periode tertentu. Kedua, pertanggungjawaban individu yang mengacu pada fakta bahwa siklus tim sangat tergantung pada peran masingmasing individu pendukungnya. Untuk setiap anggota tim harus mampu dan bersedia menjadi tutor bagi rekannya agar siap menghadapi soal atau quis yang diberikan. Ketiga, adanya kesempatan yang sama untuk sukses. Kesempatan yang sama untuk sukses berarti bahwa apa yang diberikan anggota tim merupakan perbaikan kesalahan yang pernah dibuat. Anggota yang semula mendapat nilai kuis rendah harus berusaha mencapai nilai rata-rata. Penelitian di dalam pembelajaran kooperatif (Sharan, 1994:4) menunjukkan bahwa “penghargaan pada tim dan pertanggungjawaban merupakan elemen yang sangat menentukan dalam keberhasilan keterampilan-keterampilan dasar”. STAD sangat mudah dan cocok untuk diterapkan pada hampir setiap mata pelajaran seperti: Matematika, IPA, sosial, Bahasa Inggris. Model ini juga dapat diaplikasikan untuk setiap umur, jenis kelamin, dan etnik yang berbeda. Konsep dasar dari model ini adalah adanya aktivitas saling membantu antar anggota tim dalam menguasai materi yang disampaikan guru. Adapun
langkah-langkah
pembelajaran
STAD
menurut
Slavin
(2008 1994:6-7) adalah : Presentasi kelas, presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung, diskusi, atau dapat juga dengan audio visual. Folus presentasi kelas hanya menyangkut pokokpokok materi dan teknik pembelajaran yang akan dilaksanakan; Tim, tim STAD terdiri dari 4 sampai 5 orang yang heterogen. Fungsi utama tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar. Lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan mengerjakan soal-soal dalam turnamen dengan baik.
43
Setelah presentasi kelas, kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggota untuk membandingkan jawaban, memeriksa, dan mengoreksi kesalahan anggota lain; Kuis,
setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untk saling membantu dalam mnegrjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya; Skor Kemajuan individual, skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistim skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor ”awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarka tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka ; Rekognisi Tim, tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim iswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. b. Team Games Tournament (TGT) Pembelajaran model TGT (Team Games Tournament) merupakan suatu pendekatan kerja sama antar kelompok dengan mengembangkan kerjasama antar personal. Dalam pembelajaran ini terdapat penggunaan teknik permainan. Dalam
44
permainan ini mengandung persaingan menurut aturan-aturan yang telah ditentukan. Dalam permainan diharapkan tiap-tiap kelompok dapat menggunakan pengetahuan dan keterampilannya untuk bersaing agar memperoleh suatu kemenangan. Sabrina S, Najinder Gill dan Rachel F (2008:1) “Using TGT in the classroom helped teachers to increase engagement and motivation among students, which would hopefully result in improved long term motivation and achievement”. Menggunakan TGT dikelas membantu guru untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi diantara murid-murid, yang diharapkan menghasilkan peningkatan motivasi dan prestasi jangka panjang. Beberapa keuntungan dari teknik permainan dalam situasi belajar kelompok yakni, bermanfaat khususnya untuk mengajarkan aspek-aspek kognitif tingkat tinggi seperti analisis, dengan adanya persaingan untuk mendapatkan kemenangan maka akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi siswa, dan dengan tehnik permainan ini terbentuk suatu situasi belajar yang menyenangkan yang tentu saja sangat mempengaruhi tingkat konsentrasi, kecepatan menyerap materi pelajaran, jumlah pelajaran dan kematangan pemahamannya. Sabrina S, Najinder Gill dan Rachel F (2008:4) “The research conducted on Teams games Tournament is an example of how teachers have the ability to orchestrate the culture of teaching and learning in classrooms”. Penelitian yang diadakan dengan TGT adalah bagaimana guru mempunyai kemampuan untuk ”mengorkestrai” belajar mengajar di ruang kelas. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif model TGT : ada empat komponen utama dalam pembelajaran kooperatif TGT Yaitu: Presentasi kelas ;
45
presentasi kelas digunakan guru untuk memperkenalkan materi pelajaran dengan pengajaran langsung, diskusi, atau dapat juga dengan audio visual. Fokus presentasi kelas hanya menyangkut pokok-pokok materi dan teknik pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tim ; Sama seperti STAD, tim TGT terdiri dari 4 sampai 5 orang yang heterogen. Fungsi utama tim tersebut adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim belajar. Lebih khusus lagi untuk menyiapkan anggotanya supaya dapat mempelajari LKS dan mengerjakan soalsoal dalam turnamen dengan baik. Setelah presentasi kelas, kegiatan tim umumnya adalah diskusi antar anggota untuk membandingkan jawaban, memeriksa, dan mengoreksi kesalahan anggota lain. Game ; Permainan didesain untuk menguji pengetahuan yang dicapai siswa setelah presentase kelas dan belajar kelompok. Permainan dilakukan oleh 3 atau 4 siswa dengan kemampuan setara dari masing-masing tim yang berbeda. Pada umumnya kelengkapan permainan berupa lembar soal dan lembar jawaban bernomor. Pembaca soal sesuai dengan nomor yang terambil berusaha menjawab pertanyaan, siswa lain boleh menantang apabila mempunyai jawaban yang berbeda. Turnamen ; Turnamen adalah saat dimana permainan berlangsung. Ilustrasi antara tim-tim yang angotanya heterogen dan meja-meja turnamen dengan anggota yang homogeny ditunjukkan pada gambar 2.1. yang terakhir adalah Penghargaan Tim ; Tim-tim yang telah berhasil mendapat nilai rata-rata melebihi criteria tertentu diberi penghargaan berupa sertifikat atau penghargaan bentuk lain. Tinggi Sedang A1 A2
Sedang Rendah A3 A4
TIM A
46
Meja I Turnamen I
Meja II Turnamen I
Meja III Turnamen I
Meja IV Turnamen I
A1 B1 C1
A2 B2 C2
A3 B3 C3
A4 B4 C4
Tinggi Sedang Sedang Rendah B1 B2 B3 B4
Tinggi Sedang Sedang Rendah C1 C2 C3 C4
TIM B
TIM C
Gambar 2.1 : Ilustrasi Penempatan Siswa dan Tim ke Meja Turnamen
Pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa penempatan siswa pada meja turnamen berdasar pada rangking siswa dalam tim. Meja turnamen 1 adalah meja tempat berkompetisi siswa dengan kemampuan awal tertinggi dalam tim sebagai meja yang tertinggi tingkatannya dimana lebih tinggi tingkatannya dari pada meja turnamen 2. Meja turnamen 2 lebih tinggi tingkatannya dari pada meja turnamen 3, sedangkan meja turnamen 4 adalah meja yang paling rendah tingkatannya. Setelah turnamen selesai dan dilakukan penilaian, guru melakukan pengaturan kembali kedudukan siswa pada tiap meja turnamen kecuali pemenang pada meja tertinggi. Pemenang pada setiap meja dinaikkan atau digeser satu tingkat ke meja yang lebih tinggi tingkatannya dan yang mendapat skor terendah pada setiap meja turnamen selain yang ada meja terendah tingkatannya diturunkan 1 tingkat kemeja yang lebih rendah tingkatannya. Pada akhirnya mereka akan
47
mengalami penaikan atau penurunan sehingga mereka akan sampai pada meja yang sesuai dengan kinerja mereka.
4. Hubungan Sistem Pembelajaran Kooperatif dengan Proses Belajar siswa Secara umum, belajar kooperatif berperan pada kemampuan akademik, produktivitas dan perkembangan sosial. (Slavin, 2008:8-16) menjelaskan Peranan belajar kooperatif sebagai berikut : Kemampuan akademik, secara umum belajar kooperatif lebih meningkatkan kemampuan akademik dibandingkan dengan kelas tradisional. Keterandalan individu dan penghargaan kelompok merupakan hal penting yang mempengaruhi metode ini memberikan efek yang positif; Hubungan antar kelompok, tehnik bekajar kooperatif menempatkan siswa ynag beragam dalam kelompok ini setiap individu mempunyai peran yang sama agar kelompok mencapai tujuan; Mainstream, tehnik belajar kooperatif dapat meningkatkan hubungan antar siswa yang berbeda etnik, persahabatan dan gap; Kepercayaan diri (Self Estreem), peningkatan self esteem ini dimungkinkan karena siswa dalam kelompok lebih saling menyukai temannya dan karena mereka seperti merasa lebih sukses secara akademis. Tujuan belajar dapat dituangkan dalam tujuan instruksional, adapun maksud dan tujuan
instruksional diartikan sebagai pernyataan tentang
pengetahuan, kemampuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar. Tujuan instruksional biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu : Tujuan Instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan instruksional umum ruang lingkupnya luas dan merupakan pernyataan tentang perilaku akhir yang dapat dicapai oleh siswa setelah ia menyelesaikan satu unit pelajaran atau sub pokok bahasan. Tujuan instruksional khusus merupakan penjabaran dari tujuan instruksional umum atau tujuan instruksional khusus merupakan kumpulan dari pernyataan yang lebih
48
sempit dan terinci dibanding Tujuan instruksional Umum dan dinyatakan dalam kata kerja aktif yang operasional. Kedua tujuan tersebut nantinya diipakai sebagai pegangan dasar dalam mengukur atau menilai hasil belajar, semakin sesuai hasil belajar dengan kedua tujuan tersebut, berarti semakin baik tingkat pencapaian tujuan belajar. Kawasan kognitif digunakan untuk meningkatkan pengalaman keilmuan dari peoses mental, kawasan ini meliputi enam sub kawasan yakni, pengetahuan (Knowledge), pengertian (Comprehension), penerapan (Aplication), analisis (Analysis), sintesis (Synthesis), Evaluasi (Evaluation). Berdasar pendapat di atas bahwa tiga kawasan yang terakhir (dalam hal ini tingkat analisis, sintesis dan evaluasi) merupakan keterampilan kognitif tingkat tinggi. Dengan diterapkannya tehnik atau metode belajar secara kelompok akan lebih efektif sebab dalam hal ini siswa dapat lebih leluasa berdiskusi dan berpendapat dengan teman-teman lainnya dalam situasi yang terbuka.
5. Minat Menurut Baharudin dan Wahyuni (2007:24) “minat adalah kecendrungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap seuatu”. Minat merupakan perasaan suka terhadap suatu kegiatan, dimana minat menjadi sebab suatu kegiatan itu dilakukan oleh seseorang. Minat dapat berupa respon mulai dari yang disukai sampai pada yang tidak disukai. Dalam kehidupan sehari-hari masalah minat berkaitan erat dengan aktivitas dalam segala hal. Secara umum Suharsimi Arikunto (1990:103)
49
mendefinisikan “minat sebagai kecendrungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu kegiatan”. Pengertian ini menitik beratkan pada kecendrungan manusia untuk menerima atau menolak suatu kegiatan saja, akan tetapi jika ditinjau lebih lanjut minat seseorang tidak hanya terhadap sesuatu kegiatan tetapi dapat juga terhadap suatu pelajaran, benda atau suasana tertentu. Lebih lanjut Sardiman (2005:76) mengemukakan bahwa “minat adalah uatu kondidi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi
yang
dihubungkan
dengan
keinginan-keinginan
atau
kebutuhan-
kebutuhannya sendiri ”. Dalam pendapat ini terkandung makna bahwa minat itu senantiasa erat hubungannya dengan perasaan senang pada bidang tertentu. Winkel (1996:30) juga berpendapat bahwa minat adalah “kecendrungan yang menetap dalam subyek, untuk merasakan tertarik pada suatu bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang ini”. Hal tersebut menunjukkan bahwa minat sifatnya ada dalam diri seseorang yang menunjukkan adanya energi untuk menarik simpati terhadap bidang tertentu. Nurkancana dan Sumanta (1991:229) “minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu”. Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2001:34) “ Guru perlu sekali mengenal minat-minat muridnya ”. Karena dapat mendorong motivasi siswa dan menuntun mereka kearah pengetahuan, dan pengalaman – pengalaman dalam belajar. Seseorang akan belajar dengan baik pada hal-hal yang disukainya, adanya minat akan membuat siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Secara umum minat termasuk karakteristik afektif yang memiliki intensitas tinggi,
50
seseorang yang berminat terhadap sesuatu maka orang itu akan melakukan langkah-langkah nyata untuk mengetahui dan mempelajari obyek yang dinginkan. Berminat terhadap sesuatu hal mengandung arti menarik diri dalam hal itu. Minat merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada orang, situasi atau aktivitas tertentu. Menurut Marno dan Idris (2008:85)
“ Perhatian dan minat merupakan unsur penting dalam
menimbulkan motivasi”. Minat dapat mempermudah belajar berarti dengan minat yang besar terhadap mata pelajaran tertentu, maka siswa akan lebih bersemangat dalam belajar. Sebaliknya jika minat siswa rendah terhadap mata pelajaran tertentu maka akan menyulitkan siswa tersebut untuk mempelajari pelajaran tertentu. Minat merupakan faktor pendorong yang dapat mempengaruhi kemauan seseorang unruk malakukan atau mengulangi suatu tugas dalam waktu tertentu. Wayan Nurkancana (1991:214) memberikan pengertian bahwa “minat atau interest adalah gejolak psikologis atau psikis yang berkaitan dengan obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu”. Berdasarkan beberapa definisi yang diberikan oleh para ahli tersebut dapat diperoleh unsurunsur sebagai berikut:Kegairahan : keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dorongan :Keinginan yang kuat untuk mencapai tujuan. Kesenangan:Keterkaitan seseorang terhadap suatu obyek dalam melaksanakan suatu aktivitas. Tertarik : Suatu reaksi terhadap sesuatu aktivitas sehingga menyebabkan adanya konsentrasi. Jadi minat belajar adalah suatu aktivitas seseorang untuk melakukan kegiatan belajar dengan dorongan perubahan tingkah laku pada diri siswa atau
51
seseorang baik sikap maupun penguasaan ilmu pengetahuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat sebagai berikut : Faktor intelektual : Faktor intelektual merupakan salah satu faktor penting yang ikut menentukan berminat tidaknya seseorang untuk memiliki pengetahuan serta mempelajari sesuatu. Faktor psikologis ; Faktor psikologis adalah faktor yang timbul di dalam diri individu berhubungan dengan psikis, faktor ini dapat mempengaruhi keadaan belajar individu dimana seseorang memiliki psikis yang berbeda dengan orang lain. Faktor sosiologis ; Faktor sosiologis artinya faktor yang timbul dari luar diri individu terdiri dari lingkungan hidup dan lingkungan tak hidup.Faktor Fisiologis ; Faktor fisiologis artinya yang berhubungan dengan jasmani individu. Apabila jasmani seseorang terganggu atau pada diri seseorang kekurangan zat makanan maka akan menyebabkan terganggunya kegiatan orang tersebut. Winkel (1996:32) berpendapat bahwa “faktor-faktor minat belajar dapat disebut faktor situasional”. Ada 5 aspek yang termasuk dalam faktor tersebut, yaitu: Pribadi siswa ; Faktor pribadi siswa mencangkup hal-hal seperti taraf intelegensi, daya kreativitas, kemampuan bahasa, kecepatan belajar, kadar motivasi belajar, sikap terhadap tugas belajar, minat dalam belajar, perasaan dalam belajar, kondisi mental dan fisik. Kondisi yang dimiliki siswa mempunyai kualitas sendiri-sendiri sehingga hasil yang diperoleh berbeda-beda. Pribadi guru ; Pribadi guru mencakup hal-hal seperti sifat kepribadian, penghayatan nilai-nilai kehidupan (values), daya kreativitas, motivasi kerja, keahlian dalam penguasaan materi dan penggunaan prosedur-prosedur didaktik, gaya memimpin, kemampuan untuk bekerja sama dengan tenaga kependidikan yang lain. Struktur jaringan
52
hubungan sosial sekolah ; Struktur jaringan hubungan sosial di sekolah mencakup hal-hal seperti sistem sosial , status sosial siswa, interaksi sosial antara siswa dan antar guru dengan siswa, suasana dalam kelas. Sekolah sebagai institusi pendidikan ; Sekolah sebagai institusi pendidikan mencakup hal-hal seperti disiplin sekolah, pembentukan satuan-satuan kelas, pembagian tugas di antara para guru, penyusunan jadwal pelajaran, penyusunan kurikulum pengajaran dan pengawasan terhadap pelaksanaannya, hubungan dengan orang tua. Faktor situasional ; Faktor situasional, yang mencakup hal-hal seperti keadaan sosial ekonomis, keadaan politik, keadaan musim dan iklim, ketentuan-ketentuan dari instansi-instansi negara yang berwenang terhadap pengelolaan pendidikan sekolah. Semua aspek ini dapat berperan dalam kelangsungan proses belajar mengajar di dalam kelas, tetapi tidak merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar. Perwujudan minat siswa terhadap mata pelajaran biologi ; Ciri-ciri siswa yang mempunyai minat terhadap suatu mata pelajaran dapat dilihat melalui : Senang membaca buku pelajaran, Senang membuat catatan mata pelajaran yang disukai, Lebih menguasai mata pelajaran yang diminati dari pada mata pelajaran yang lain. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Dapat menceritakan atau menerangkan pada orang lain tentang mata pelajaran yang diminati tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka pengukuran minat dapat dilakukan dengan menggunakan suatu instrumen berupa angket dengan indikator-indikator sebagai berikut: Kesadaran, Senang melakukan sesuatu, Perasaan suka atau tidak suka, Menerima atau menolak, Adanya kebutuhan untuk mengetahui sesuatu.
53
ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur minat, yaitu: Metode Inventori ; Metode inventori adalah suatu metode untuk pengukuran yang berupa sejumlah pernyataan yang harus dijawab oleh responden dengan cara menyilang, memberi tanda cek atau tanda lain pada jawaban yang tersedia (Wayan Nurkancana, 1991:214).
6. Keingintahuan Keingintahuan tidak terlepas dari kata keinginan yang didefinisikan sebagai dorongan nafsu, yang tertuju kepada sesuatu benda tertentu, atau yang konkrit. Keinginan yang dipraktekkan dapat menjadi kebiasaan. Sedangkan “Guru dapat menimbulkan motivasi yang kuat dengan cara menimbulkan rasa iingin tahu dan keheranan pada diri siswa” (Marno dan Idris, 2008:86). Dengan demikian keingintahuan dapat diartikan sebagai dorongan nafsu untuk mengetahui sesuatu benda tertentu. “Keingintahuan seseorang tentang keadaan suatu obyek disebut dengan minat” (Djemari Mardapi, 2004:16). Keingintahuan atau curiosity merupakan salah satu aspek yang bersifat kondisional bagi pengembangan siswa. Keingintahuan ini bahkan merupakan jiwa dan hakekat budaya belajar. Tanpa rasa ingin tahu, siswa akan kehilangan motivasi belajar dan akhirnya tidak akan pernah belajar. Siswa yang memiliki keingintahuan tinggi akan selalu ingin tahu segala hal. Di dalam kelas ia akan sering mengajukan pertanyaan bila diberi kesempatan. Di luar kelas siswa yang termasuk kategori ini kelihatan selalu menginginkan sesuatu yang lebih dari apa yang sudah diterima. Keingintahuan yang ada pada diri siswa sejalan dengan daya kreativitasnya. Sensitivitas terhadap rangsangan menyebabkan anak yang besar keingintahuannya untuk bertanya karena mereka ini selalu melihat ”celah” antara yang telah diketahui dengan yang harus ada menurut yang dipikirkan. Demikian
54
juga karena mereka ini fleksibel dalam berfikir maka hatinya telah menuntut anak-anak tersebut untuk selalu ada perubahan dalam angan-angannya. Mereka tidak menyukai sesuatu yang bersifat statis. Pikirannya luwes untuk selalu menerima perubahan, terutama menyangkut hal-hal yang baru. Disamping itu biasanya anak yang mempunyai keingintahuan tinggi menunjukkan keinginannya pula untuk mengetahui lebih banyak tentang dirinya dan juga tentang lingkungannya. Ciri lain adalah mereka selalu mengadakan eksplorasi terhadap lingkungannya dan rangsangan yang datang padanya untuk dapat diketahui lebih banyak. Anak yang mempunyai keingintahuan tinggi diibaratkan seperti orang lapar. Orang yang merasakan ”lapar” akan pengetahuan, ia giat dan dengan motivasi yang besar di dalam menerima pelajaran yang diberikan kepadanya. “Anak yang memiliki keingintahuan tinggi akan menanggapi secara positif terhadap pelajaran yang diberikan oleh gurunya” (Suharsimi Arikunto, 2006:81). Pengukuran keingintahuan didasarkan pada skor yang diperoleh siswa dalam pengisian angket. Menurut Ridwan (2004:99) ” angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respon (Responden) sesuai dengan permintaan pengguna”. Jadi angket adalah merupakan alat serta tekhnik pengumpulan data yang mengandalkan informasi atau keterangan yang ada pada diri responden melalui daftar tertulis. Angket dibedakan menjadi dua jenis yaitu angket terbuka dan angket tertutup. Angket terbuka (angket tidak terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian sesuai
55
dengan kehendak dan keadaannya. Sedangkan angket tertutup (angket terstruktur) adalah angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehinggan responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memeberikan tanda silang (X) atau tanda (√ ). Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat sering (skor = 4), sering (skor = 3 ), jarang (skor = 2) dan tidak pernah (skor = 1).
7. Prestasi Belajar Pengertian Prestasi Belajar menurut Singgih D Gunarso (1992:17) berpendapat bahwa “ Prestasi Belajar adalah hasil maksimal yang dicapai seseorang setelah melakukan usaha belajar. Prestasi belajar disini merupakan tingkat keberhasilan tertinggi yang dicapai dalam tujuan belajar”. Hal ini sejalan dengan pendapat Saifudin Azwar (2003:9) bahwa “ Prestasi Belajar adalah performansi maksimal subyek dalam menguasai bahan-bahan atau materi yang diajarkan.” Sutrasinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan bahwa “ Prestasi belajar adalah Penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu”. Prestasi belajar siswa diperoleh setelah dilakukan penilaian atau evaluasi terhadap proses belajar siswa. Sejauh mana kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru dapat diketahui dari prestasi belajar siswa.
56
Berdasarkan pendapat tersebut, perstasi dalam penelitian ini adalah hasil yang dicapai mahasiswa pada aspek kognitif setelah menempuh proses pembelajaran kooperatif learning. a. Fungsi dan Kegunaan Prestasi Prestasi Belajar mempunyai fungsi dan kegunaan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Zaenal Arifin (1990:3-4) mengemukakan bahwa fungsi dari prestasi belajar ; Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasi anak didik, Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, prestasi belajar sebagai bahan informasi dam inovasi pendidikan, prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institut pendidikan, prestasi belajar dapat dijadikan indicator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Kegunaan Prestasi Belajar ; Sebagai umpan balik bagi pendidik dalam mengajar , untuk keperluan diagnosis, untuk keperluan Bimbingan dan penyuluhan, Untuk keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan dan penjurusan, unruk menentukan isi kurikulum, untuk menentukan kebijaksanaan sekolah. Secara garis besar fungsi dan kegunaan prestasi belajar adalah untuk mengetahui Sejauh mana pemahaman siswa akan materi pelajaran yang telah dipelajarinya dan seberapa besar kemampuan siswa dalam menyerap materi pelajaran yang telah diterimanya. Di samping itu prestasi belajar juga berguna untuk pengambilan keputusan dari berbagai pihak sesuai dengan kepentingannya. Salah satu ciri adanya proses belajar adalah terjadinya perubahan tingkah laku pada diri seseorang baik sebagian ataupun keseluruhan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan yang telah dilakukannya. Oemar Hamalik (2005:159) menyebutkan bahwa “hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa”.
57
Kaitannya
dengan
hasil
belajar
ada
beberapa
faktor
yang
mempengaruhinya. Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2006:143) “proses dan hasil belajar dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar diri siswa dan dari dalam diri siswa”. Dari luar diri siswa dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan alamiah, lingkungan sosial budaya dan faktor instrumental yang terdiri dari kurikulum, program, sarana dan fasilitas, guru. Sedangkan faktor yang berasal dari dalam diri siswa adalah faktor fisiologis yang terdiri dari kondisi fisik dan kondisi panca indera dan faktor psikologis yang terdiri dari minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Sejalan dengan itu Aiken (1997:109) mengemukakan “faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dibedakan menjadi faktor endogen dan faktor eksogen”. Yang tergolong dalam faktor endogen atau faktor yang berasal dari dalam diri siswa yaitu: pertama Faktor kesehatan, faktor kesehatan jasmani sangat besar pengaruhnya terhadap kelancaran kegiatan belajar. Oleh karena itu seseorang akan sangat menjaga kesehatan jasmaninya dalam usahanya memperoleh prestasi belajar yang optimal. kedua faktor intelegensi, sering disebut dengan kecerdasan atau IQ. Jika seseorang mempunyai IQ tinggi biasanya akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan seseorang yang mempunyai IQ lebih rendah. ketiga Faktor motivasi , yang terdiri dari motivasi yang berasal dari dalam diri siswa atau yang sering disebut dengan motivasi intrinsik dan motivasi dari luar diri siswa atau motivasi ekstrinsik. Aktivitas belajar akan lebih berhasil apabila didukung oleh motivasi yang kuat untuk belajar, sehingga seseorang akan bersemangat dalam usahanya meraih
58
tujuan.keempat faktor kejelasan tujuan, siswa yang mempunyai tujuan belajar yang jelas akan sangat menunjang dalam usahanya dalam meraih cita-cita, sebab tanpa ada tujuan yang jelas maka kurang memiliki sikap dan langkah yang jelas.Kelima minat siswa, yang merupakan suatu variabel motivasi yang dapat dikondisikan melalui strategi pembelajaran. Adanya minat akan membuat siswa mempunyai motivasi untuk belajar.Keenam: keingintahuan, tanpa rasa ingin tahu, siswa akan kehilangan motivasi belajar dan akhirnya tidak akan pernah belajar. Selain faktor endogen, faktor eksogen juga sangat berpengaruh dalam mecapai prestasi belajar. Faktor eksogen merupakan faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang tergolong dalam faktor eksogen antara lain : faktor lingkungan keluarga, lingkungan keluarga merupakan tempat pendidikanyang paling besar pengarunya terhadap keberhasilan belajar seseorang, karena lingkungan inilah yang paling pertama dan paling utama dialami oleh seseorang. Lingkungan sekolah, dalam arti suasana sekolah, hubungan antar komponen-komponen yang ada disekolah, maupun kegiatan pembelajaran yang terjadi. Berkaitan dengan keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran, banyak faktor yang mempengaruhi antara lain ketepatan dalam menggunakan metode pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, dan lain-lain. Lingkungan masyarakat, lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana anak tinggal, baik dengan teman sebaya maupun dalam organisasi. Oleh karena itu agar dapat menunjang keberhasilan siswa dalam belajar perlu diciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif yang dapat mendukung siswa dalam mengembangkan potensinya. Sumber belajar,
59
sumber belajar berupa peralatan, laboratoratorium maupun lingkungan sekitar yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pengetahuan siswa. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor endogen maupun faktor eksogen sangat berpengaruh terhadap keberhasilan seseorang dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Dalam penelitian ini akan diteliti pengaruh faktor endogen siswa yaitu faktor minat belajar dan keingintahuan siswa, dan faktor eksogen yaitu ketepatan dalam penggunaan metode pembelajran dalam usahanya mencapai prestasi belajar yang optimal pada mata pelajaran Biologi.
8. Materi pembelajaran Sistem pencernaan manusia terdiri atas Saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan terdiri atas mulut (oral), kerongkongan (esophagus), lambung (Ventrikulus), Usus halus (intestinum), usu besar (kolon), dan anus. Secara umum, proses pencernaan di bedakan menjadi 3 cara, yaitu : Pencernaan mekanis, bertujuan untuk mengubah bentuk makanan menjadi kecil (halus agar mudah ditelan dan dicerna lebih lanjut. Pencernaan kimiawi, dilakukan dengan bantuan enzim pencernaan untuk menguraikan makanan mejadi bentuk yang lebih halus sehingga mudah diserap oleh sel-sel tubuh. Pencernaan biologis, dilakukan dengan bantuan organisme lain untuk menguraikan dan membusukkan makanan. Kelenjar pencernaan meliputi kelenjar ludah (glandula salivaris), hati (hepar), kelenjar dinding lambung, dan pankreas.
60
Gambar 2.1 sistem pencernaan pada manusia
a. Rongga mulut Romgga mulut terdapat beberapa alat pencernaan dan kelenjar pencernaan, Yaitu: Lidah : Lidah mempunyai banyak tonjolan (papilla) dan sel sensoris. Lidah berfungsi sebagai indra pegecap makanan, mengatur makanan pada waktu mengunyah dan menelan makanan. Kelenjar ludah (Glandula salivaris) : Kelenjar ludah menghasilkanair ludah (saliva) yang didalamnya terdapat enzim ptialin atau amilase. Enzim tersebut berfungsi untuk mengubah karbohidrat menjadi maltosa. Air ludah berfungsi untuk membasahi makanan, mencegah kekeringan mulut, serta melancarkan fungsi pengecap.
Gigi (Dentis) : gigi
berfungsi dalam proses pencernaan makanan secara mekani sehingga makanan menjadi halus, mudah dicerna secara kimiawi, dan mudah ditelan.
61