perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN BIOLOGI DENGAN JIGSAW MELALUI HIPERMEDIA DAN MODUL DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR (Pada Materi Ekosistem Untuk Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Paron Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2009/2010)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sains
Oleh : TRI LUKITANINGSIH S830809225 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Adanya perkembangan teknologi informatika di dunia pendidikan, setiap satuan pendidikan berlomba untuk melengkapi berbagai
fasilitas
yang memungkinkan
diri dengan memanfaatkan
pemanfaatan
infrastruktur
untuk
menunjang peningkatan kualitas serta pemberian layanan kepada peserta didik melalui berbagai sarana teknologi informatika (IT), antara lain media computer, media internet dll. Sejalan dengan itu dari pemerintah sendiri selalu merenovasi kurikulum pendidikan dengan tujuan agar dapat diterapkan pada lembaga pendidikan sesuai dengan jenjang dan tingkatan masing-masing. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan
kebutuhan
dan
potensi
yang
ada
di
daerah.
(http://id.wikipedia.org/wiki/Kurikulum_Tingkat_Satuan_Pendidikan) Semenjak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang intinya memberikan peluang kepada tiap-tiap satuan commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
pendidikan untuk menyusun sebuah kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi sekolah masing-masing. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Utamanya pendidik yang dalam hal ini merupakan satu komponen yang langsung berperan dalam proses pembelajaran dituntut untuk dapat mengembangkan pembelajaran yang inovatif. Hal ini akan mengubah paradigma dalam proses pendidikan khususnya proses pembalajaran. Perubahan
proses
pembelajaran
lebih
menekankan
dan
menjadi
lebih
mementingkan peran serta didik dan karakteristik sumber daya yang ada pada tiap-tiap satuan pendidikan. Pembelajaran berpusat pada siswa, oleh karenannya siswalah yang diharapkan dapat berperan aktif dalam mengeksplorasi dan menginterprestasikan pengetahuan dan permasalahan baru yang dibandingkan, dikombinasikan, dan dianalisa dengan pengetahuan dasar yang telah dimiliki oleh peserta didik. Proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil yang diperoleh. pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) cenderung lebih memperlihatkan paradigma pendidikan saat ini sebagaimana yang terkandung dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pembelajaran IPA biologi (Sains) di SMP bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Meningkatkan keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya, (2) Mengembangkan pemahaman tentang userprinsip IPA yang bermanfaat dan berbagai macam gejala alam,commit konseptodan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran terhadap adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat, (4) Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak
ilmiah serta berkomunikasi, (5) Meningkatkan
kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya alam, (6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya (Depdikbud, 2004) Pencapaian tujuan pendidikan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar mengajar di kelas dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya adalah interaksi guru dan siswa dalam pembelajaran. Guru adalah subjek yang sangat berperan dalam membelajarkan dan mendidik siswa sedangkan siswa merupakan subjek yang menjadi sasaran pendidikan. Masalah utama dalam pembelajaran biologi adalah bagaimana menghubungkan fakta yang pernah dilihat dan dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari dengan konsep biologi, sehingga menjadikan pengetahuan yang bermakna dalam benak siswa. Selama ini pemahaman siswa hanya terpaku pada penjabaran konsep biologi yang ada dalam buku, tanpa memahami apa dan bagaimana makna yang terkandung dalam konsep tersebut.
Dalam sistem pembelajaran modern saat ini, siswa tidak hanya sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa juga siswa sebagai komunikator atau penyampai pesan. Dalam kondisi seperti ini akan terjadi komunikasi dua arah (two commit to user banyak arah (multi way traffic way traffic communication) bahkan komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
communication). Dalam bentuk komunikasi pembelajaran sangat dibutuhkan peran media untuk lebih meningkatkan tingkat keefektifan pencapaian tujuan (kompetensi). Dalam sistem pembelajaran didalamnya mengandung komponen yang saling berkaitan erat untuk mencapai suatu tujuan yang meliputi : tujuan, materi, metode, media dan evaluasi (Rudi Susilana,.et al, 2007: 4) .
Salah satu masalah pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah adalah masih adanya pola pembelajaran yang sangat teoritis dan kurang bervariasi. Kegiatan pembelajaran dikelas serimg text book oriented dan kurang dikaitkan dengan lingkungan dan situasi dimana siswa berada (Kasihani,2008: 1). Guru mengajar hanya menggunakan metode konvensional. Guru hanya mentransfer pengetahuan kepada peserta didik atau dengan kata lain guru merupakan satusatunya sumber utama pengetahuan. Pembelajaran cenderung text book oriented dan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa kesulitan untuk memahami konsep akademik yang telah diajarkan. Konsep-konsep tersebut diajarkan menggunakan cara-cara yang abstrak dan metode konvensional, padahal mereka sangat memerlukan pemahaman konsep-konsep yang berhubungan dengan lingkungan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, prestasi belajar siswa sulit ditumbuhkan dan pola belajar mereka cenderung menghafal dan mekanistik. Peserta didik sering kali mendapat kesulitan dalam belajar dan kesulitan belajar siswa. Dari kenyataan tersebut, dapat dikatakan guru terlalu sering meminta anak untuk belajar, namun jarang sekali mengajari anak cara belajar, padahal pengajaran yang baik meliputi mengajarkan siswa bagaimana belajar, bagaimana commit to user memotivasi diri mereka sendiri. mengingat, bagaimana berpikir, dan bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata prestasi materi ekosistem siswa kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2008/2009 masih kurang dari KKM yang ditetapkan sekolah yaitu 6,5. Tabel 1.1: Nilai rata-rata Prestasi belajar Materi Ekosistem Siswa kelas VII Semester II SMP Negeri 2 Paron tahun 2008/2009
1
VII A
Nilai ratarata 6,5
2
VII B
6,3
6,5
3
VII C
6,1
6,5
4
VII D
6,0
6,5
5
VII E
6,0
6,5
6
VII F
6,2
6,5
No
Kelas
KKM
Ket
6,5
Keberhasilan pembelajaran biologi tidak luput dari berbagai pendukung pembelajaran baik guru, media pembelajaran, sarana dan prasarana, selain itu juga dari diri siswa sendiri yang berupa kemampuan memori dan interaksi sosial yang sangat heterogen. Seiring dengan heterogennya kemampuan memori serta interaksi sosial siswa tersebut maka untuk pencapaian prestasi belajar, guru memerlukan inovasi pembelajaran. Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran, dalam penelitian
mencoba menggunakan sebuah metode pembelajaran yang
dipadu dengan media pembelajaran. Dengan hal diharapkan anak dapat menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar yang menarik hati dan memotivasi mereka untuk belajar. Metode pembelajaran dan media pembelajaran yang dimungkinkan dapat mempengaruhi prestasi belajar biologi yaitu metode pembelajaran kooperatif Jigsaw dengan Modul dan Hipermedia. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Kemampuan memori atau ingatan secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesankesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima (Walgito, 1985).
Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu
proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang. Seseorang berkemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi; banyak latihan. Memori akan lebih baik jika sesuatu yang dipelajari dengan berulang-ulang walaupun dengan sesi yang cukup pendek dari pada sesi atau waktu yang lebih lama. Kenyataan di lapangan masih banyak ditemukan anak yang memiliki kemampuan memori tinggi yang tidak didukung oleh sarana dan prasarana sekolah yang memadai, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, penggunaan model dan metode pembelajaran yang digunakan juga dapat merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja. (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html). Disamping itu interaksi sosial siswa memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua eleman penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar; 2) belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Thibaut dan Kelley dalam Ali (2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Menurut Bonner (2004: 3) dalam Ali (2004: 87) interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Dalam memenuhi prestasi belajar yang maksimal dalam pembelajaran diperlukan pula kerjasama antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan lingkungan sekolah, dan antara siswa dengan sarana dan prasarana sekolah. Interaksi atau hubungan antara siswa dengan teman, guru, lingkungan sekolah, dengan sarana dan prasarana dapat dikembangkan melalui berbagai metode dan model pembelajaran. Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Eliliot Aroson dalam Anita Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi
dan
meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi.
Dipilihnya
pembelajaran Kooperatif Jigsaw dikarenakan pembelajaran menurut Kemal Deymus dalam jurnalnya bahwa kooperatif Jigsaw dapat membuat siswa bertanggung jawab terhadap materi pembelajaran ke kelompok tersebut (2009). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pembelajaran. Maka dengan penerapan pembelajaran kooperatif
diharapkan
interaksi sosial siswa akan tumbuh, karena siswa dalam pembelajaran kooperatif jigsaw siswa dikelompokkan untuk saling bekerjasama dan saling membantu dalam memahami bahan atau materi pelajaran. Menurut Sri Anitah (2009: 63) Hipermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materi-materi yang tidak berurutan. Hipermedia mengacu pada sofware komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya berpikir dan cara memproses informasinya sendiri. Modul
adalah
suatu
cara
pengorganisasian
materi
pelajaran
yang
memperhatikan fungsi pendidikan (I Wayan Santyasa, 2009: 8). Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. Materi yang diajarkan adalah ekosistem. Dalam materi ini banyak hal yang harus diinformasikan kepada anak, bersifat cukup abstrak, agak sulit commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
dipahami, namun bisa disampaikan dengan strategi belajar yang bervariasi. Guru, dalam hal ini berusaha untuk mencover keinginan anak tersebut dengan menyerahkan kepada mereka cara belajar yang mereka inginkan, kemudian guru berusaha membawa dan membimbing siswa dalam kondisi yang diinginkan, dengan harapan belajar sesuai dengan keinginan siswa akan mampu mendorong dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Ini akan diindikasikan dengan tingginya kemampuan memori dan interaksi sosial siswa akan berpengaruh terhadap hasil prestasi belajar pada ulangan harian siswa pada materi ekosistem. Berdasarkan pertimbangan diatas bahwa teori bejalar yang mendukung Peaget siswa langsung dapat berinteraksi dengan materi ekosistem dari media pembelajaran yaitu hipermedia dan modul. Dengan Hipermedia dan modul karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh siswa secara langsung. Dengan pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal waktu masuk kelas sehingga siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah pada materi pokok ekosistem sebagi berikut : 1. Prestasi belajar biologi di SMP Negeri 2 Paron masih belum mencapai KKM yang ditetapkan. 2. Pembelajaran biologi kurang inovatif, banyak guru yang mengajar secara konvensional,
padahal
berbagai
model
pembelajaran
telah
dikembangkanseperti Jigsaw, TGT,TPS namun banyak guru yang belum menguasai 3. Pembelajaran biologi yang bercorak teoritis dan hafalan sehingga proses pembelajaran kurang menarik berlangsung monoton dan membosankan, padahal beberapa media telah tersedia seperti Hypermedia, Modul, Komik, Video dll. 4. Prestasi Biologi cenderung hanya mencakup aspek kognitif saja, padahal seharusnya mencakup aspek afektif, aspek kognitif dan aspek psikomotor. 5. Pembelajaran biologi siswa terkesan hanya dengan menghafalkan fakta dan konsep yang sudah jadi, tanpa pemahaman yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. 6. Materi Biologi yang disajikan pada siswa kelas VII antara lain, ciri-ciri makhluk hidup, klasifikasi makhluk hidup, organisasi kehidupan, ekosistem, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
saling ketergantungan, kepadatan polusasi manusia dan pengelolaan lingkungan, namun pembelajaran belum disesuaikan dengan karakteristik materi dan menerapkan sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. 7. Dalam proses pembelajaran guru belum memperhatikan latar belakang siswa antara lain; kemampuan memori, kemampuan interaksi sosial, motivasi, kemampuan awal dll. 8. Pembelajaran menyenangkan,
biologi
yang
menantang,
belum yang
bersifat
dapat
interaktif,
memotivasi
inspiratif,
siswa
untuk
berpartisipasi aktif. 9. Penggunaan metode kooperatif jigsaw dengan hipermedia dan modul diharapkan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa menjadi lebih baik
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, agar penelitian lebih terfokus dan terarah maka dalam penelitian ini perlu pembatasan masalah sebagai berikut : 1.
Hipermedia: dibatasi penggunaan teknologi komputer dengan memanfaatkan aplikasi yang mendukung proses pembalajaran di kelas.
2. Modul: dibatasi pada pengorganisasian materi pembelajaran yang mengacu urutan penyajian materi pelajaran dalam keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. 3.
Materi pembelajaran yang digunakanm dibatasi pada pembelajaran ekosistem commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
4.
Prestasi belajar siswa SMP Negeri 2 Paron kelas VII dibatasi pada kemampuan kognitif siswa dalam mengerjakan Soal-soal Biologi pada materi ekosistem
5.
Kemampuan memori siswa SMP Negeri 2 Paron dibatasi pada kemampuan memori siswa kelas VII untuk mendukung pencapaian prestasi yang diharapkan.
6.
Interaksi Sosial siswa SMP Negeri 2 Paron dikategorikan tinggi dan rendah dengan angket interaksi sosial
7.
Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur dengan nilai kognitif
siswa,
setelah selesai pembelajaran. 8.
Materi pokoki yang disampaikan dibatasi pada materi ekosistem
D. Perumusan Masalah Mengingat terbatasnya waktu, biaya, tenaga maka pokok pemasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar siswa ? 2. Adakah pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ? 3. Adakah pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa ? 4. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul dengan kemampuan memori siswa ? commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
5. Adakah interaksi antara pemebelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul dengan kemampuan interaksi sosial ? 6. Adakah interaksi antara kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa ? 7. Adakah interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul dengan kemampuan memori dan interaksi sosial siswa?
E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut diatas maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui : 1. pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 2. pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 3. pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 4. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar pada materi pokok ekosistem. 5. interaksi antara pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan interaksi sosial terhadap prestasi belajar pada materi pokok ekosistem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
6. interaksi kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 7. interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar pada materi pokok ekosistem.
F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Manfaat teoritis : a. Mengetahui
prestasi belajar siswa dengan pembelajaran jigsaw melalui
hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa. b. Menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta dapat mendukung teori-teori yang telah ada. c. Memberi masukan bagi guru mata pelajaran Biologi dalam penggunaan alternatif media pembelajaran yang tepat dalam proses pembelajaran biologi. d. Memberikan pertimbangan untuk pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada masa mendatang. 2. Manfaat praktis : a.
Mengetahui prestasi belajar siswa, melalui hipermedia dan modul.
b.
Memotivasi guru untuk
menentukan cara pembelajaran yang tepat
dengan pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
c.
Sebagai masukan bagi kepala sekolah untuk memberikan dorongan dan memfasilitasi guru dalam melakukan kegiatan mengajar yang menarik, efektif dan efisien.
d.
Memberikan alternatif dan dorongan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis, untuk melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam.
e.
Dapat memberi masukan bagi pengembangan pembelajaran pada dunia pendidikan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Biologi
Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan (Syaiful Sagala, 2008: 61). Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Menurut Gagne dan Briggs (1979: 3) pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. (Wikipedia.com)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Dari pengertian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara sumber belajar, guru, dan siswa dalam lingkungan belajar dimana guru berusaha untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan karena adanya usaha. Dengan demikian dalam pembelajaran biologi materi ekosistem guru berusaha mempengaruhi siswa dengan berbagai sumber belajar dan media pembelajaran sehingga terjadi interaksi timbal balik antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru sehinga siswa dapat memahani materi dengan baik. a. Pengertian Belajar Banyak ahli jiwa dan ahli pendidikan mengatakan atau mengemukakan rumusan tentang belajar yang berbeda satu dengan lainya. Perbedaan dalam mengartikan tersebut disebabkan adanya dasar-dasar percobaan atau pandangan yang berbeda-beda.
Ernest R.Hilgaed dalam Zainal Agib memberikan definisi
belajar sebagai berikut : ” Learning is process by which an activity originates or is changed through training procedures (whether in the laboratory or in the natural environment) as distingnguished from changes by factors not attibut able to training. (2002: 43). Menurut Nasution, dalam bukunya Dedaktik Azas-azas Mengajar mengatakan : ”Belajar adalah perubahan-perubahan dalam sistem urat syaraf. Definisi lain belajar adalah penambahan pengetahuan. Definisi ketiga menganggap belajar sebagai perubahan kelakukan berkat pengalaman dan latihan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
Menurut Gagne (1984) dalam Ratna Wilis Dahar belajar dapat didefifnisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Ratna Wilis Dahar memberikan penjelasan tentang komponen-komponen dalam definisi belajar akan lebih berarti dan bermakna. Perubahan perilaku, belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisma, bahwa belajar membutuhkan waktu. Belajar terjadi apabila suatu organisma berperilaku berbeda pada waktu yang tidak sama dalam suasana yang serupa (1989: 11). ”Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit atau tersembunyi” (Syaiful Sagala, 2005: 11). Belajar yang efektif melalui pengalaman ada lathan sehingga terjadi perubahan tingkah laku pada individu. Hal ini sejalan dengan pendapat Gagne dalam Ratna Wilis bahwa belajar artinya sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Melalui proses dan pengalaman manusia dengan akalnya akan berpikir yang merupakan suatu kegiatan untuk menemukan kegiatan yang benar. Makna benar ini untuk tiap orang selalu berbeda sehingga proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar berbeda pula. Dengan belajar manusia yang semula belum tahu menjadi tahu dan yang ragu-ragu akan mencari kebenaran. Ditinjau dari definisi di depan, akan tetapi pada prinsipnya semua definisi itu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : (1) Adanya suatu usaha yang dilakukan sesorang, (2) Adanya tujuan yang diinginkan, (3) Adanya hasil yang hendak dicapai. Belajar dalam arti yang luas adalah proses perubahan tingkah laku yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai mata pelajaran atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan atau pengala,man yang terorganisir. Cronbach dalam Abu Ahmadi (2004: 127) mengartikan belajar sebagai ” Learning is snow by achange in behaviouras a result of exprience.” Dalam hal ini penekanan kegiatan belajar lebih pada pengalaman yang dialami individu. Dengan demikian belajar adalah suatu kegiatan yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang belajar. Perubahan tingkah laku itu menyangkut berbagai unsur kepribadian psikis maupun fisik seperti: perubahan dalam pemecahan masalah, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan atau sikap, perubahan tersebut merupakan kemampuan-kemampuan baru yang belum dimiliki sebelumnya. Perubahan tersebut terjadi karena beberapa usaha yang dilakukan oleh yang bersangkutan. Dalam penelitian ini dimaksud belajar adalah proses perubahan tingkah laku akibat dari pengalaman melalui kerja kelompok. b. Tujuan Pembelajaran Biologi Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, siswa membutuhkan proses pembelajaran yang dapat membantu menghadapi segala tantangan dan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial serta teknologi, akhirakhir ini berkembang sangat pesat dan masih terus akan berkembang. Hal ini menuntut Biologi sebagai ilmu dasar dan ilmu murni serta sebagai salah satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
bidang IPA untuk dapat berperan dan mengikuti perkembangan tersebut. Biologi merupakan ilmu yang sangat berkaitan dengan kehidupan. Makhluk hidup yang mencakup
manusia,
hewan,
tumbuhan,
dan
mikroorganisme
beserta
lingkungannya dipelajari dalam Biologi. Dengan mempelajari Biologi dapat memahami fakta-fakta kehidupan di lingkungan sekitar. Melihat betapa pentingnya Biologi maka perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan Biologi di sekolah agar membentuk siswa yang memiliki daya nalar dan daya pikir yang baik,
kreatif,
cerdas
dalam
memecahkan
masalah,
serta
mampu
mengomunikasikan gagasan-gagasannya. Sedangkan tujuan Biologi itu sendiri, yaitu (1) membentuk sikap positif terhadap Biologi dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa, (2) memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain dan (3) mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, serta mengomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis. Tujuan pembelajaran Biologi adalah mengembangkan daya nalar untuk memecahkan konsep-konsep Biologi dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar. (Depdiknas: 2006)
2. Teori-teori Belajar Teori belajar yang telah dirumuskan oleh para ahli sangat vital diperlukan oleh pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah yang ditemukan, namun tidak dapat dikatakan bahwa hanya satu teori yang paling tepat. Setiap teori mempunyai keunggulan dan kelemahan masing-masing sehingga dalam pelaksanaannya perlu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
menggabungkan beberapa teori agar saling melengkapi. Beberapa teori yang dapat kita jadikan acuan pada penelitian ini antara lain: a). Teori Kontruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri (Von Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994) dalam (Paul, 1997: 18). Von Glasersfeld dalam Paul Suparno ( 1997: 18) menegaskan bahwa pengetahuan bukanlah suatu tiruan dari kenyataan (realitas). Pengetahuan bukanlah gambaran dari dunia kenyataan yang ada. Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (murid). Murid sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap pengalaman-pengalaman mereka ( Lorsbach & Tobin, 1992) dalam Paul Suparno (1997: 19) Secara ringkas gagasan kontruktivisme tentang pengetahuan disimpulkan sebagai berikut : 1) Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2). Subjek membentuk skema kognitif, ketegori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3). Pentehauan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang (Paul Suparno, 1997: 21) Menurut ahli para kontruktivisme, belajar merupakan pemaknaan pengetahuan. Sedangkan pengetahuan bersifat temporer, selalu berubah. Karena commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
segala sesuatu bersifat temporer maka manusialah yang harus memberi makna terhadap realitas. Pada kenyataannya kita tidak pernah memperoleh pengetahuan dalam bentuk jadi atau dalam paket-paket, yang dapat dipersepsi secara langsung. Widodo (2004) dalam Kasihani (2008: 8) mengidentifikasi lima hal penting dari kontruktivisme yang berkaitan dengan pembelajaran yaitu : 1) pembelajaran telah memiliki pengetahuan awal, tidak ada pembelajaran yang otaknya benar-benar kosong. Pengetahuan awal memiliki peran penting pada saat siswa belajar tentang sesuatu hal yang ada kaitanya dengan apa yang telah diketahui; 2) belajar merupakan proses rekontruksi suatu pengetahuan berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki, Pengetahuan tidak dapat ditransfer dari suatu sumber ke penerima, namun pembelajar sendiri yang mengkontruk pengetahuan; 3) belajar adalah perubahan konsepsi pembelajar, karena pembelajar telah memiliki pengetahuan awal. Hal ini belajar merupakan proses mengubah pengetahuan awal siswa agar pengetahuan awal bisa berkembang menjadi suatu konstruk pengetahuan yang lebih besar; 4) proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung dalam suatu konteks sosial tertentu, Proses pengkontruksian pengetahuan berlangsung pada individu, namun sosial memainkan peran penting dalam proses tersebut sebab individu tidak terpisah dari individu lainnya; 5) pembelajar bertanggungjawab terhadap proses belajarnya, dalam hal ini guru berperan menyiapkan kondisi yang memungkinkan siswa belajar. Jadi guru atau siapapun tidak dapat memaksa siswa untuk belajar. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kontruktivisme membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
berdasarkan pada pengalaman awal. Pemahaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman berlajar bermakna. Belajar adalah proses pemaknaan informasi baru yang bisa berubah. Guru tidak hanya sekedar memberitahukan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan siswa dengan memberikan kesempatan untuk menemukan atau menerapakan ide-ide mereka sendiri. Dalam kontruktivisme siswa untuk memecahkan konsep-konsep Biologi pada materi ekosistem yang dikaitkan dengan fakta-fakta yang ada di lingkungan sekitar sehingga siswa dapat menumbuhkan nilai dan sikap ilmiahnya. Dalam pembelajaran konstruktivisme siswa dituntut aktif dalam belajar sehingga dengan keaktifan itu siswa lebih cepat dalam memperoleh pengetahuan. b). Teori Kognitif Kognitif menyatakan bahwa belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang selalu terlihat sebagai tingkah laku. Teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri. Belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori sibmetik. Pengetahuan dibangun dalam diri individu melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan. Teori ini terwujud dalam model ZPD-nya Vygosky ( Kasihani, 2008: 5)
1). Teori Belajar Piaget Menurut Piaget dalam Ratna Wilis (1989: 152) setiap individu belajar sesuai dengan perkembangan usiannya, yang mana setiap individu mengalami tingkatcommit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
tingkat perkembangan intelektual sebagai berikut : 1) Tingkat Sensori-motor (0-2 tahun) pada tingkat ini anak mengatur alamnya dengan indera-inderanya (sesori) dan tindakan-tindakannya (motor). Pada usia ini individu tidak mempunyai konsepsi object permanence; 2) Tingkat Pra–operasional (2 – 7 tahun) pada tingkat ini anak belum melaksanakan operasi-operasi mental, yaitu menambah, mengurangi dan lain-lain. Penalaran mereka dari khusus ke khusus tanpa menyentuh pada yang umum. Anak tidak memiliki kemampuan
untuk
memecahkan masalah-masalah yang memerlukan berpikir reversibel. Anak bersifat egosentris berarti anak itu mempunyai kesulitan untuk menerima pendapat orang lain.Selanjutnya anak lebih memfokuskan diri pada aspek statis tentang suatu peristiwa dari pada transformasi dari satu keadaan kepada keadaan lain.; 3) Tingkat operasional konkret (7 – 11 tahun) pada tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional, anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkannya pada masalah-masalah konkret. Dalam periode ini anak memilih pengambilan keputusan logis. Anak bersifat sosiosentris dalam bekomunikasi, berusaha untuk menerima gagasan oranglain, berusaha untuk mengerti orang lain dan mengemukakan gagasan pada teman atau pada orang dewasa; 4) Tingkat Operasioanl formal (11 tahun – keatas) pada tingkat ini anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Dalam berpikir anak tidak dibatasi pada benda-benda atau peristiwaperistiwa yang konkret. Proses belajar yang dialami seorang anak pada tahap sensorimotor tentu lain dengan yang dialami seorang anak yang sudah mencapai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
tahapan Praoperasional , dan lain lagi yang dialami siswa lain yang telah samapai ke tahap yang lebih tinggi (Operational konkrit dan operasional formal). Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang semakin terartur (dan juga semakin abstrak) cara berpikirnya. Maka seyogyanya dalam pembelajaran seorang guru memahami tahap-tahap perkembangan anak didiknya, serta memberikan materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahapan tersebut. Menurut Piaget, ada tiga aspek pertumbuhan intelektual, sebagai berikut : 1) Struktur yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan berpikir logis; 2) Isi yaitu perilaku anak yang kahas tercermin dalam respon yang diberikan terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapi; 3) Fungsi, yaitu cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual. Perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan adaptasi. Tindakan
menuju pada perkembangan operasi dan selanjutnya operasi
menuju pada perkembangan struktur. Operasi merupakan tindakan yang berinternalisasi, reversibel, selalu tetap, dan tidak ada yang berdiri sendiri. Struktur-struktur merupakan organisasi mental tingkat tinggi, satu tingkat lebih tinggi dari operasi. Isi pertumbuhan intelektual ialah pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respons yang diberikannya terhadap berbagai masalah yang dihadapinya ( Ratna Wilis,1989: 166). Menurut Piaget ada tiga bentuk pengetahuan yaitu sebagai berikut : 1) Pengetahuan fisik, merupakan pengetahuan tentang benda-benda yang ada dibuat dan dapat diamati dalam kenyataan eksternal; 2) Pengetahuan logika –matematika commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
terdiri atas hubungan-hubungan yang diciptakan subyek dan introduksi pada obyek-obyek, 3) Pengetahuan sosial didasarkan pada perjanjian sosial, suatu perjanjian atau kebiasaan yang dibuat manusia. Pengetahuan sosial dapat dipindahkan dari pikiran belajar ke pebelajar, sedangkan pengetahuan fisik dan logika matematika harus dibangun sendiri oleh anak. Berk dalam Slavin menyimpulkan implikasi utama dari teori Piaget dalam pengajaran yaitu 1) pengajaran hendaknya berfokus pada proses berfikir siswa, tidak hanya pada hasilnya, 2) mengutamakan inisiatif pribadi dan keterlibatan aktif siswa dalam kegiatan belajar, 3) tidak menekankan pada praktek yang bertujuan untuk membuat siswa berpikir seperti orang dewasa, 4) menerima adanya perbedaan individu dalam perkembangan kognitif anak. Penerapan dalam pengajaran, siswa dibiarkan untuk berpikir dan mengemukakan pendapatnya sehingga siswa terlibat aktif dalam pengajaran dan dapat menerima adanya perbedaan antara siswa. Jika siswa dibiarkan untuk berpikir mengemukakan pendapatnya maka siswa akan mengalami perkembangan kognitifnya. Perkembangan kognitif seseorang melalui tiga tahap yaitu: 1) tahap enaktif dimana individu melakukan aktivitas-aktivitas dalam usahanya memahami lingkungan; 2) tahap ikonik individu melihat dunia melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal dan; 3) tahap simbolik dimana individu mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi bahasa dan logika (Toeti Soekamto, 1997 : 24) Manusia dalam belajar melalui tahapan dengan melalui aktivitas manusia akan menemukan pengalaman yang diwujudkan dalam gagasannya dengan dipengaruhi bahasa dan logika seseorang. Dari rangkuman diatas dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
disimpulkan bahwa siswa perkembangan intelektualnya pada tingkat operasional formal dan perkembangan
kognitifnya sudah mencapai pada tahap simbolik
dimana siswa mempunyai gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika. Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998) dalam (Trianto,2007: 14) 2). Teori David Ausubel Belajar menurut David Ausubel dalam Ratna Wilis (1989: 110) diklasifikasikan menjadi dua dimensi yaitu, 1) berhubungan dengan cara mendapatkan informasi atau materi pelajaran disajikan kepada siswa, 2) cara bagaimana siswa dapat mengkaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada. Belajar merupakan suatu proses mengkaitkan informasi baru pada konsep-konsep yang relevan yang teradapat dalam struktur kognitif seseorang. Teori belajar dari Ausubel terkenal dengan teori bermakna. Materi yang diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dipunyai sebelumnya (Toeti Soekamto, 1997:25). Materi yang dipilih dan diatur disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan serta masa lalu anak yang ditunjang dengan situasi belajar yang nyaman. Teori belajar ini memiliki sifat Advance organizer yaitu dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
mempelajari informasi baru dan mempermudah siswa mempelajari materi karena telah diarahkan.
Belajar dapat
Secara penerimaan Siswa dapat mengasimilasi materi pelajaran
Hafalan 1. Materi disajikan dalam bentuk final 2. Siswa mendghafal materi yang disajikan
Secara penemuan
1. 2.
Materi ditemukan oleh siswa Siswa menghafal materi
Bermakna 1. Materi disajikan dalam bentuk final 2. Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif
1. 2.
Siswa menemukan materi Siswa memasukkan materi ke dalam struktur kognitif
Gambar 2.1: Bentuk-bentuk Belajar (menurut Ausubel &Robinson, 1969) Menurut Prasetyo (1997: 10) sifat Advence organizer dapat memberikan tiga manfaat yaitu 1) dapat menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi belajar yang akan dipelajari siswa, 2) dapat berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara apa yang sedang dipelajari siswa ”saat ini” dengan apa yang ”akan” dipelajari siswa, 3) mampu membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah. Siswa dalam belajar, sehingga materi yang dipelajari siswa dapat dihubungkan antara materi yang dipelajari saat ini dengan materi yang dipelajari diwaktu yang akan datang sehingga memudahkan siswa dalam memahami bahan ajar. Siswa dalam mempelajari materi saat diajarkan ada kaitanya dengan materi sebelumnya. Materi yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan serta masa lalu siswa, materi yang dipelajari saat ini memudahkan siswa dalam mempelajari materi yang akan datang. Siswa dapat berdiskusi saat menyelesaikan tugas. Dalam model pembalajaran Jigsaw (Kelompok Ahli) siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
dituntut untuk bekerjasama dalam satu kelompok ahli maupun kelompok asal untuk menyelesaikan masalah. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa implikasi utama dari teori belajar bermakna adalah proses belajar akan mendatangkan hasil atau makna kalau
guru
dalam
menyajikan
materi
pelajaran
yang
baru
dapat
menghubungkannya dengan konsep yang relavan yang sudah ada dalam struktur kognisi siswa. Materi yang diajarkan harus berhubungan dengan materi sebelumnya. Disamping itu kesesuaian teori Ausubel dengan metode Jigsaw dengan hipermedia dan Jigsaw dengan modul adalah kedua metode tersebut konsep bermakna secara logis dalam belajar yang dilandasi oleh pengetahuan dan pengalaman terdahulu, sehingga siswa dapat mengaitkan pengetahuan lama tersebut terhadap informasi – informasi baru dan selanjutnya dapat menarik kesimpulan untuk dijadikan suatu fakta, konsep yang baru. Konsep baru ini digunakan sebagai pengetahuan lama dalam mempelajari materi baru. 3). Teori Gagne Menurut Gagne dalam Noehi Nasution ( 2008: 4.3) belajar itu merupakan suatu proses yang memungkinkan seseorang untuk mengubah tingkah lakunya cukup cepat, dan perubahan tersebut bersifat relatif tetap, sehingga perubahan yang serupa tidak perlu terjadi berulang kali setiap menghadapi situasi yang baru. Ada beberapa ciri penting tentang tentang belajar yaitu : 1) belajar itu merupakan suatu proses yang dapat dilakukan manusia; 2) belajar menyangkut interaksi antara pebelajar dan lingkungannnya; 3) belajar telah berlangsung bila terjadi perubahan tingkah laku yang bertahan cukup lama selama kehidupan orang itu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Belajar sebagai proses, bertitik tolak dari suatu analogi antara manusia dan komputer. Pemrosesan informasi (information prosessing model, proses belajar dianggap sebagai transformasi input menjadi output seperti yang lazim terlihat pada sebuah komputer. Dari uraian diatas disimpulkan belajar terjadi pada diri manusia dengan proses pengubahan tingkah laku secara cepat, tepat dan terjadi hanya satu kali dalam kehidupan seseorang. Didasarkan atas model pemrosesan-informasi Gagne dalam Ratna Wilis (1997: 147) mengemukakan bahwa satu tindakan belajar meliputi delapan fase belajar yang merupakan kejadian-kejadian eksternal yang dapat diintruksikan oleh siswa atau guru, dan setiap fase ini dipasangkan dengan suatu proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Kejadian-kejadian instruksional dalam kelas, seperti mengaktifkan motivasi, memberitahukan tujuan-tujuan instruksional serta mengarah perhatian, dapat dilakukan guru secara klasikal, tetapi kejadian-kejadian instruksional yang lain meminta guru agar memperhatikan perbedaan individu siswa.
Hubungan antara fase-fase belajar dan kejadian-kejadian instruksional
menurut Gagne dapat digambarkan sebagai berikut :
FASE BELAJAR
KEJADIANKEJADIAN INSTRUKSIONAL
Fase Motivasi
HARAPAN
1. Mengaktifkan motivasi 2. Memberitahu tujuantujuan belajar
Fase Pengenalan
PERHATIAN PERSEPSI commit to user SELEKTIF
3. Mengarahkan perhatian
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Fase Perolehan 4. Merangsang ingatan 5. Menyediakan bimbingan
KODING MASUK PENYIMPANAGAN Fase Retensi
PENYIMPANAN MEMORI Fase Pemanggilan
PEMANGGILAN
6, Melancarkan retensi
Fase Generalisasi
TRANSFER
7. Melancarkan transfer belajar
Fase Penampilan PEMBERIAN RESPONS Penampilan Fase
REINFORSEMEN
8. Memperlihatkan umpan balik memberikan umpan balik
Gambar 2.2 : Hubungan Fase-Fase belajar
c. Teori Belajar Motivasi Menurut Slavin (2005: 34) Perspektif motovasional pada pembelajaran kooperatif terutama memfokuskan pada penghargaan atau struktur tujuan dimana para siswa bekerja. Sedangkan Deutsch (1949) dalam Slavin mengidentikasikan tiga struktur tujuan : 1) kooperatif, dimana usaha berorientasi –tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; 2) commit to user kompetitif, dimana usaha-berorientasi-tujuan dari tiap individu menghalangi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
pencapaian tujuan anggota lain; dan 3) individualistik, dimana usaha-berorientasitujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apapun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya. Struktur tujuan kooperatif menciptakan sebuah situasi di mana satu-satunya cara anggota kelompok bisa meraih tujuan pribadi mereka, jika kelompok mereka bisa sukses. Dengan demikian dalam pembejaraan kooperatif siswa yang ingin meraih prestasi individu, anggota kelompok harus membantu teman dan mendorong anggota satu kelompok untuk melakukan usaha maksimal dalam satu timnya untuk meraih prestasinya. d. Teori Belajar Sosial Belajar sosial adalah proses belajar yang muncul sebagai fungsi dari pengamatan dan penguasaan. Proses belajar merupakan proses meniru atau menjadikan model tindakan orang lain melalui pengamatan terhadap orang tersebut (Albert Bandura, 1997). Teori ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam setting yang alami/lingkungan sebenarnya. Bandura (1997,B) juga menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada siswa yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking). Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Menurut Vygostky belajar adalah sebuah proses yang melibatkan dua eleman penting yaitu, 1) belajar merupakan proses secara biologi sebagai proses dasar; 2) belajar merupakan proses psikososial sebagai proses yang lebih tinggi esensinya berkaitan dengan lingkungan sosial budaya. Teori Vygostky merupakan salah satu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
teori dalam psikologi perkembangan dimana ditekankan pada hakekat sosiokultural dari pembelajaran. Belajar merupakan interaksi segitiga yang saling berpengaruh dan mengikat antar lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku yang meliputi proses kognitif belajar. Penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni sense of self efficacy dan self- regulatory system. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku. Dalam pembelajaran sel regulatory akan menentukan ”gopal setting” dan ”self evaluation” pembelajar merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya. Dalam proses pembelajaran sebaiknya siswa diberikan kesempatan yang cukup untuk latihan secara mental mendapatkan latihan fisik, dan reinforcement serta menghindari punishment yang tidak perlu. Teori belajar sosial menekankan, bahwa lingkunganlingkungan
yang dihadapkan pada seseorang tidak random, lingkungan-
lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang itu melalui perilakunya. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar melibatkan perolehan kemampuan–kemampuan yang bukan merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, jadi bukan dari bawaan. Belajar tergantung pada pengalaman, sebagian pengalaman itu merupakan umpan balik dari lingkungan. Individu melalui empat tingkat perkembangan intelektual dengan urutan yang sama, tetapi dengan kecepatan masing-masing. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada pada tingkat operasinal formal, dimana siswa sudah memiliki kemampuan untuk berpikir abstrak.
3. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah istilah umum dalam disain strategi pembelajaran untuk membantu perkembangan kelompok dan interaksi antar siswa. Pembelajaran kooperatif sebuah kelompok strategis pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2007: 42) . Strategi ini dirancang untuk menyisihkan atau mengurangi kompetensi yang ditemukan di kelas. Strategi pembelajaran kooperatif ini khususnya dirancang untuk mendorong bekerja sama dan saling membantu satu sama lain untuk mencapai tujuan. Model pembelajaran kooperatif ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif-konstruktivis . Hal ini terlihat pada salah satu teory Vygostky, yaitu tentang penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran. Vygostky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Ilmpilkasi dari teori Vygostky ini dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif. Menurut Hilda dan Margaret (2002: 70) pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan atau metode mengajar dengan cara siswa bekerja atau belajar dalam kelompok yang kemampuan anggotanya beragam (Slavin, 1997: 284). Bekerjasama berarti melakukan sesuatu bersama dengan saling membantu dan bekerja sebagai tim. Pembelajaran ini artinya belajar bersama, saling membantu dalam pembelajaran agar setiap anggota kelompok dapat mencapai tujuan atau menyelesaikan tugas yang berikan dengan baik. b. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (2004: 31) mengatakan bahwa “tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning”. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur
model
pembelajaran kooperatif
diterapkan yaitu: 1) Saling Ketergantungan Positif, dalam
harus
bekerja kelompok
setiap anggota bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil sehingga guru harus menciptakan suasana yang mendorong agar siswa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang disebut saling ketergantungan positif. 2) Tanggung Jawab Perseorangan, unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Dalam cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena penilaian dilakukan secara sendiri dan kelompok. Nilai kelompok dibentuk dari “sumbangan” setiap anggota. Untuk menjaga keadilan, setiap anggota menyumbangkan poin di atas nilai rata-rata mereka. Ini berarti setiap siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
berprestasi tinggi atau rendah, mempunyai kesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa yang berprestasi tinggi tidak merasa dirugikan karena nilai yang disumbangkan adalah sisa dari nilai rata-ratanya. Sedang siswa yang berprestasi kurang akan terpacu untuk meningkatkan kontribusi mereka sehingga dapat menaikkan nilai pribadi mereka sendiri. 3) Tatap Muka, setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegaiatan ini akan memberikan keuntungan bagi anggota kelompok karena siswa akan memperoleh sumber belajar yang bervariasi. 4) Komunikasi antar Anggota, pembelajaran kooperatif membutuhkan suatu komunikasi yang efektif dan positif tanpa menyinggung perasaan anggota yang lain. Komunikasi yang baik antar anggota sangat diharapkan demi tercapainya tujuan bersama. 5) Evaluasi Proses Kelompok, guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
c. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif dibedakan menjadi beberapa model yaitu: a) Student Team Achievement Divisions (STAD); b) Teams Games Tournaments (TGT); c) Jigsaw; d) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); e) Team Accelerated Instruction (TAI). Selain itu ada juga metode belajar lain masih juga dikembangkan dan dipelajari yaitu : a) Group Investigation; b) Learning Together; c) Complex Instruction; d) Structural Dyadic Methods (Slavin, 1995: 5).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Metode kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan metode lain, yaitu: a) Meningkatkan kemampuan siswa; b) Meningkatkan rasa percaya diri; c) Menumbuhkan keinginan untuk menggunakan keahlian dan pengetahuan; d)
Memperbaiki
kelemahannya,
hubungan yaitu:
a)
antar
kelompok.
Memerlukan
Disamping
persiapan
yang
itu
ada
rumit
juga untuk
melaksanakannya; b) Bila terjadi persaingan negatif, maka hasilnya akan buruk. Cooperative Leraning (CL) atau Pembelajaran kooperatif membuat siswa yang bekerja dalam kelompok akan belajar lebih banyak dibandingkan dengan siswa yang dikelasnya dikelola secara tradisional. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembalajaran yang berdasarkan faham konstruktivisme. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok saling bekerjasama dan saling membantu untuk memahami materi. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pembelajaran biologi pada materi ekosistem. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu kegiatan pembelajaran dengan membuat kelompok belajar yang terdiri dari dua orang atau lebih yang mengutamakan kebersamaan dan sikap saling membantu antara anggota kelompok sehingga tercapainya tujuan bersama dalam mencapai keberhasilan. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif akan tercipta interaksi sosial yang baik antara siswa dalam kelompok. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
4. Pembelajaran Jigsaw a. Pengertian Pembelajaran Jigsaw Jigsaw adalah teknik mengajar dikembangkan oleh Elliot Aroson dalam Anita Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
keterampilan
berkomunikasi.
Kelas
jigsaw,
suatu
teknik
pembelajaran kooperatif yang mengurangi konflik rasial antara anak-anak sekolah, mendorong belajar lebih baik, meningkatkan motivasi siswa, dan kenikmatan meningkatkan pengalaman belajar. Menurut Slavin (2008:14) Jigsaw adalah ” adaptasi dari teka-teki Aronson (1978)”. Dalam teknik ini, siswa bekerja dalam anggota kelompok yang sama, yaitu empat orang, dengan latar belakang yang berbeda.
Gambar 2.3. Ilustrasi yang menunjukkan Tim Jigsaw commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Dalam Jigsaw siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Para siswa ditugaskan untuk membaca bab, buku kecil, atau materi lain, biasanya bidang studi sosial, biografi, atau materi-materi yang bersifat penjelasan terperinci lainnya. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi ahli dalam aspek tertentu dari tugas membaca tersebut. Sebagai contoh mata pelajaran biologi dalam kompetensi dasar menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem, salah satu siswa dalam masing-masing tim dipilih untuk menjadi ahli satuan makluk hidup dalam ekosistem, yang lain ahli macam macam ekosistem, yang ketiga ahli komponen-komponen ekosistem, dan yang keempat ahli organisme autotrof dan heterotrof, yang kelima sebagai ahli pola interaksi organisme. Setelah mempelajari materinya dari hipermedia dan modul para ahli dari tim yang berbeda bertemu untuk mediskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali kepada timnya untuk mengajarkan topik mereka itu kepada teman dalam kelompok asal atau timnya. Akhirnya, diberikan kuis atau bentuk penilaian lainnya untuk semua topik. b. Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw Menurut Sunarni (2008: 7) langkah pembelajaran jigsaw adalah sebagai berikut : 1) Siswa dibagi berkelompok dengan anggota 5-6 siswa heterogen; 2) Materi pelajaran diberikan pada siswa dalam bentuk teks yang dibagi menjadi beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajari bagian yang diberikan; 4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajarai sub bab yang sama bertemu dengan kelompok ahli untuk mendiskusikan sub bab mereka; 5) Selanjutnya siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
kembali ke kelompok asal mereka dan bergantian mengajar teman satu kelompok mereka tentang sub bab mereka; dan 6) Setelah selesai pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa dikenai kuis secara individu tentang materi yang dipelajari. Sepuluh langkah-langkah mudah pembelajaran Jigsaw yang harus diperhatikan oleh guru yaitu : 1) Divide students into 5- or 6-person jigsaw groups. The groups should be diverse in terms of gender, ethnicity, race, and ability, 2) Appoint one student from each group as the leader. Initially, this person should be the most mature student in the group. 3) Divide the day's lesson into 5-6 segments. 4) Assign each student to learn one segment, making sure students have direct access only to their own segment. 5) Give students time to read over their segment at least twice and become familiar with it. There is no need for them to memorize it. 6) Form temporary "expert groups" by having one student from each jigsaw group join other students assigned to the same segment. Give students in these expert groups time to discuss the main points of their segment and to rehearse the presentations they will make to their jigsaw group. 7) Bring the students back into their jigsaw groups. 8) Ask each student to present her or his segment to the group. Encourage others in the group to ask questions for clarification. 9) Float from group to group, observing the process. If any group is having trouble (eg, a member is dominating or disruptive), make an appropriate intervention. Eventually, it's best for the group leader to handle this task. Leaders can be trained by whispering an instruction on how to intervene, until the leader gets the hang of it. 10) At the end of the session, give a quiz on the material so that students quickly come to realize that these sessions are not just fun and games but really count.. (www.jigsaw.org/). Dari uraian diatas dapat disimpulkan sintak/lang;ah pembelajaran jigsaw adalah : 1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang); 2) Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teksyang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab; 3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggungjawab untuk mempelajarinya; 4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya; 5) Setiap anggota ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya; 6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa commitdikenai to usertagihan berupa kuis individu.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan dua prinsip inti berikut. Pertama, adanya saling ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yang lain dalam mencapai tujuan kelompok. Kedua
adanya tanggung jawab
pribadi (Individual accountability). Disini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama. Selain itu pembelajaran kooperatif juga memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan beberapa kecakapan hidup yaitu kecakapan berkomunikasi dan kecakapan bekerja sama. Kecakapan ini memiliki peran penting dalam kehidupan nyata.
c. Keunggulan Pembelajaran Jigsaw Belajar kooperatif Jigsaw merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya
jadi
bertambah.
Keunggulan
kooperatif
tipe
jigsaw
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Meningkatkan bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. d. Kekurangan Pembelajaran Jigsaw 1). Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan keterampilanketerampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. 2). Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah. 3). Membutuhkan waktu yang lebih lama, apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan kegaduhan.
5. Media Pembelajaran Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan pesan (Bovee,1997) dalam (Hujair,2009: 3). Media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfugsi dan berguna untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar, dan bahan ajar.
Gagne, (1970) dalam Hujair (2009) mengatakan bahwa media adalah
berbagai jenis komponen atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang pembelajar untuk belajar. Beberapa pengertian media dalam Budi Susilana (2007: 5) ,bahwa media adalah sebagai berikut : 1) Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Jadi media adalah perluasan dari guru (Shram, 1997); 2) Sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun audio visual,termasuk teknologi perangkat kerasnya (NEA, 1969); 3) Alat untuk memberikan perangsang bagi siswa supaya terjadi proses belajar (Briggs, 1970); 4) Segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses penyaluran pesan (AECT, 1977); 5) Segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merasang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar (Miarso, 1989).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
Dari pengertian media tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media merupakan alat bantu yang digunakan oleh guru sebagai penyampai materi kepada siswa dalam proses pembelajaran berlangsung. Dalam hal ini sejalan dengan pendapat Rudi Susilana (2007: 6) bahwa media terdiri dari dua unsur penting yaitu : 1) unsur peralatan atau perangkat keras (hardware) adalah sarana atau peralatan yang digunakan untuk menyampaikan pesan/bahan ajar. , 2) unsur pesan yang dibawanya (messsge/ sofware) adalah perangkat lunak /informasi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa. Dalam pembelajaran modern siswa tidak hanya berperan sebagai komunikan atau penerima pesan, bisa saja siswa bertindak sebagai komunikator atau penyampai pesan. Media merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran. Dalam kondisi seperti itu, maka dalam pembelajaran sangat dibutuhkan media untuk lebih meningkatkan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran. Dengan perkembangan teknologi di dunia pendidikan, guru dituntut untuk dapat menciptakan media/mendesain media pembelajaran yang dimungkinkan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk lebih giat belajar. Oleh karena itu dalam penelitian ini guru berusaha memanfaatkan hipermedia dan modul untuk menyampaikan informasi kepada siswa.
6. Hipermedia a. Pengertian Hipermedia Hipermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materi-materi yang tidak berurutan. Hipermedia mengacu pada sofware komputer yang menggunakan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya berpikir dan cara memproses informasinya sendiri.( Sri Anitah, 2009: 63) Multimedia dan hipermedia
sebagai bahan periferal, multimedia dan
hipermedia adalah sangat berkesan untuk menarik perhatian kepada proses pembelajaran. Kajian Shamshun Nisa (2005) menggunakan hipermedia sebagai bahan rangsangan pembelajaran mendapati proses pembelajaran berlaku lebih pantas dan pelajar lebih gemar kepada pembelajaran berbentuk visual seperti multimedia atau hipermedia berbanding teks dan verbal. Persekitaran yang paling baik ialah persekitaran sebenar (dalam konteks/latar sebenar). b. Kelebihan Hipermedia Kelebihan hipermedia dalam prose pembelajaran adalah sebagai berikut : a) Mengasyikkan, kesempatan untuk melibatkan minat siswa lebih jauh; b). Multisensori, menggabungkan suara dan gambar bersama teks akan dicamkan ke otak; c) Kaitan, dengan menggunakan tombol, pembelajar dapat menghubungkan ide-ide dari sumber-sumber media yang berbeda, d) Individualisasi.struktur web memungkinkan pengguna mencari informasi, e) menurut minatnya dan membangun struktur mentalnya berdasarkan Ekspolorasinya; f) Kreasi guru dan pembelajar, perangkat lunak memungkinkan guru dan pembelajar menciptakan file hipermedia sendiri. c. Kelemahan Hipermedia commit to user
mudah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Penggunaan hipermedia tentu juga terdapat kelemahan antara lain : a) Kehilangan, pengguna dapat bingung, atau kehilangan cyberspace bila menggunakan program hipermedia karena keterbatasan petunjuk tentang keberadaan materi; b) Kekurangan struktur, pebelajar yang memiliki gaya bimbingan terstruktur mungkin menjadi frustasi. Pebelajar mungkin membuat keputusan yang kurang baik tentang sejauh mana informasi digali; c) Tidak interaktif, program kemungkinan menyajikan presentasi informasi satu arah dan tak ada kesemapatan untuk mempraktekkan informasi serta mendapat balikan; d) Kompleks, program lanjutan mungkin sukar dimanfaatkan. Khususnya untuk produksi karena pembelajar memerlukan kemampuan menggunakan bahasa naskah; e) Penggunaan waktu, karena program non linier dan menggundang eksplorasi,
maka cenderung memerlukan waktu yang lebih banyak untuk
mencapai tujuan tertentu.
7. Modul a. Pengertian Modul Modul
adalah
suatu
cara
pengorganisasian
materi
pelajaran
yang
memperhatikan fungsi pendidikan (I Wayan Santyasa, 2009: 8). Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pembelajar keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur dan prinsip yang terkandung dalam materi pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Modul adalah seperangkat pembelajaran mandiri dan juga bisa dijadikan acuan untuk belajar berkelompok, yang disajikan secara sistematis yang memuat sekumpulan materi pelajaran, mekanisme dan interaksi, tugas-tugas spesifik dan komponen evaluasi yang disusun dengan menggunakan bahasa yang komunikatif, sehingga memungkinkan siswa belajar sesuai dengan kecepatannya. Dibanding dengan buku pelajaran modul ditulis lebih rinci, dengan petunjuk yang jelas , sehingga keberadaanmodul dapat menggantikan kehadiran guru. Modul disusun untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, dapat digunakan untuk belajar secara mandiri (self intructional), penggunaannya tidak tergantung dengan media lain (self alone), memberikan kesempatan siswa untuk berlatih dan memberikan rangkuman, memberi kesempatan melakukan tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan siswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik. b. Komponen Modul Komponen–komponen modul mencakup (1) Pendahuluan, (2) Kegiatan Belajar, dan (3) Daftar Pustaka. Bagian pendahuluan mengandung (1) penjelasan umum mengenai modul, (2) sasaran umum pembelajaran, (3) sasaran khusu pembelajaran. Sedangkan bagian kegiatan belajar mengandung (1) uraian isi pembelajaran, (2) rangkuman, (3) tes, (4) kunci jawaban, danumpan balik. 1). Sasaran Pembelajaran Hakikat sasaran pembelajaran mengacu kepada hasil pembelajaran yang diharapkan. Sasaran umum pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu dan semua upaya pembelajaran diarahkan untuk mencapai sasaran tersebut. Sasaran khusus commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
pembelajaran merupakan penjabaran dari sasaran umum pembelajaran yang menjelaskan tingkah laku khusus yang dimiliki siswa setelah menyelesaikan pembelajaran tersebut. Sasaran pembelajaran diklasifikasikan menjadi dua jenis, sejalan dengan dua jenis strategi pengorganisasian pembelajaran yang ada (strategi makro dan mikro), yaitu sasaran umum dan sasaran khusus. Sasaran khusus pembelajaran adalah pernyataan khusus tentang hasil pembelajaran yang diinginkan. Sasaran ini diacukan kepada konstruk tertentu, apakah itu fakta, konsep, prosedur, atau prinsip. Oleh karena itu akan banyak mempengaruhi strategi pengorganisasian mikro. Istilah yang lebih populer adalah behavior objective, performance objective, yakni uraian tentang apa yang dapat dikerjakan siswa setelah menyelesaikan satu unit pembelajaran.
Pengertian indikator
pembelajaran dapat ditinjau dari empat sudut pandang, yaitu (1) segi peran siswa, (2) kepentingan siswa, (3) wujudnya, dan (4) cara merumuskannya. Dari segi peran siswa, sasaran khusus pembelajaran diartikan sebagai pernyataan tentang hasil yang dicapai siswa setelah dibelajarkan. Ditinjau dari segi kepentingan siswa, sasaran khusus pembelajaran diartikan sebagai deskripsi tingkah laku yang diharapkan dapat dimiliki siswa setelah mengikuti pembelajaran. Ditinjau dari wujudnya, sasaran khusus pembelajaran berarti deskripsi informasi yang ditunjukkan siswa sebagai hasil pembelajaran. Ditinjau dari segi cara merumuskannya, sasaran khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai hasil belajar yang dirumuskan secara rinci. 2).
Uraian Isi pembelajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Uraian isi pembelajaran menyangkut masalah strategi pengorganisasian isi pembelajaran yang oleh Reigeluth, Bunderson, dan Merril dalam Degeng (1988), diartikan sebagai strategi yang mengacu kepada cara untuk mebuat urutan (squencing) dan mensintesis (synthesizing) fakta, konsep, prosedur, dan prinsipprinsip yang berkaitan. Squencing mengacu kepada upaya pembuatan urutan penyajian isi bidang studi, sedangkan synthesizing mengacu kepada upaya untuk menunjukkan kepada siswa keterkaitan antara fakta, konsep, prosedur, dan prinsip yang terkandung dalam bidang studi. Proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar jika isi dan prosedur pembelajaran diorganisasi menjadi urutan yang bermakna, bahan disajikan dalam bagian-bagian yang bergantung pada kedalaman dan kesulitannya. Untuk tujuan tersebut diperlukan langkah sintesis pembelajaran. Mensintesis adalah mengaitkan topik-topik suatu bidang studi dengan keseluruhan isi bidang studi, sehingga isi yang disajikan lebih bermakna menyebabkan siswa memiliki ingatan yang baik dan lebih tahan lama terhadap topik-topik yang dipelajari. Materi pembelajaran yang tepat untuk disajikan dalam kegiatan pembelajaran adalah (1) relevan dengan sasaran pembelajaran, (2) tingkat kesukaran sesuai dengan taraf kemampuan pebelajar, (3) dapat memotivasi pebelajar, (4) mampu mengaktifkan pikiran dan kegiatan pebelajar, (5) sesuai dengan prosedur pengajaran yang ditentukan, dan (6) sesuai dengan media pengajaran yang tersedia.
Berkaitan
dengan
pengembangan
modul,
isi
pembelajaran
diorganisasikan menurut struktur isi pembelajaran dengan analisis sasaran khusus pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
3). Ciri-ciri modul (1) Didahului oleh pernyataan sasaran belajar; (2) Pengetahuan disusun sedemikian rupa, sehingga dapat menggiring partisipasi siswa secara aktif; (3) Memuat sistem penilaian berdasarkan penguasaan; (4) Memuat semua unsur bahan pelajaran dan semua tugas pelajaran; (5) Memberi peluang bagi perbedaan antar individu siswa; (6) Mengarah pada suatu tujuan belajar tuntas.
4). Pengembangan Modul Modul adalah sesuatu yang dapat menunjukkan suatu konsep yang menggambarkan keadaan sebenarnya. Model adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses. Model merupakan replikasi dari aslinya. Model pengembangan modul merupakan seperangkat prosedur yang dilakukan
secara
berurutan
untuk
melaksanakan
pengembangan
sistem
pembelajaran modul. Dalam mengembangkan modul diperlukan prosedur tertentu yang sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai, struktur isi pembelajaran yang jelas, dan memenuhi kriteria yang berlaku bagi pengembangan pembelajaran. Ada lima kriteria dalam pengembangan modul, yaitu (1) membantu siswa menyiapkan belajar mandiri, (2) memiliki rencana kegiatan pembelajaran yang dapat direspon secara maksimal, (3) memuat isi pembelajaran yang lengkap dan mampu memberikan kesempatan belajar kepada siswa, (4) dapat memomitor kegiatan belajar siswa, dan (5) dapat memberikan saran dan petunjuk serta infomasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
balikan tingkat kemajuan belajar siswa. Teori dan model rancangan pembelajaran hendaknya memperlihatkan tiga komponen utama, yaitu (1) kondisi belajar, (2) metode pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan diperlukan evaluasi belajar untuk memeriksa apakah tujuan pedidikan telah tercapai secara menyeluruh (Robles: 1993) dalam (Mercedes. A: 2009). Penggunaan modul sebagai bahan pembelajaran dikembangkan untuk mencapai tujuan secara terukur. Race dalam bukunya menjelaskan jika tujuan pembelajaran ditetapkan harus terukur untuk mengatur dan mengevaluasi belajar. Dengan menyusun materi teks dan beberapa pertanyaan untuk memfasilitasi siswa aktif belajar. Dalam teks pertanyaan digunakan untuk menetapkan hubungan antara apa yang pelajar tahu dan apa pelajar perlu menyelesaikan. Berdasarkan penjelasan tersebut, pengembangan modul harus mengikuti langkah-langkah yang sistematis. Langkah-langkah tersebut adalah (1) analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi, (2) analisis sumber belajar, (3) analisis karakteristik pebelajar, (4) menetapkan sasaran dan isi pembelajaran, (5) menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (6) menetapkan strategi penyampaian isi pembelajaran, (7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan (8) pengembangan prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Langkahlangkah (1), (2), (3), dan (4) merupakan langkah analisis kondisi pembelajaran, langkah-langkah (5), (6), dan (7) merupakan langkah pengembangan, dan langkah (8) merupakan langkah
pengukuran hasil pembelajaran.
(1). Analisis Tujuan dan karakteristik Isi Bidang Studi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi perlu dilakukan pada tahap awal kegiatan perancangan pembelajaran. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui sasaran pembelajaran yang bagaimana yang ingin dicapai. Secara lebih spesifik, langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui tujuan orientasi pembelajaran, misalnya orienatsi konseptual, prosedural, ataukah teoretik. Di samping itu, juga dimaksudkan untuk mengetahui tujuan pendukung yang memudahkan pencapaian tujuan orientasi tersebut. Analisis karakteristik isi bidang studi dilakukan untuk mengetahui tipe isi bidang studi apa yang akan dipelajari siswa, apakah berupa fakta, konsep, prosedur, ataukah prinsip. Yang lebih pokok lagi adalah untuk mengetahui bagaimana struktur isi bidang studinya. (2). Analisis Sumber Belajar Analisis sumber belajar dilakukan segera setelah langkah analisis tujuan dan karakteristik isi bidang studi. Langkah ini dimaksudkan untuk mengetahui sumbersumber belajar apa yang telah tersedia dan dapat digunakan untuk menyampaikan isi pembelajaran. Hasil kegiatan ini akan berupa daftar sumber belajar yang tersedia yang dapat mendukung proses pembelajaran. (3). Analisis Karakteristik Pebelajar Karakteristik pebelajar didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan berupa bakat, kematangan, kecerdasan, motivasi belajar, dan kemampuan awal yang telah dimilikinya. Langkah ini dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan yang dapat dijadikan petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan
pembelajaran, yang hasilnya berupa daftar pengelompokan
karakteristik siswa menjadi sasaran pembelajaran. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Untuk mengoptimalkan perolehan, pengorganisasian, dan pengungkapan pengetahuan baru, dapat dilakukan dengan membuat pengetahuan baru itu bermakna bagi pebelajar dengan cara mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Ada lima jenis kemampaun awal yang harus diperhatikan dalam perancangan pembelajaran, yaitu (1) pengetahuan bermakna yang tak terorganisasi (arbitrarily meaningful knowledge), (2) pengetahuan analogis (analogic knowledge), (3) pengetahuan tingkat yang lebih tinggi (superordinate knowledge), (4) pengetahuan setingkat (kooedinate knowledge), dan (5) pengetahuan tingkat yang lebih rendah (subordinate knowledge). Jenisjenis pengetahuan awal itu sangat menentukan dalam membangun pengetahuan baru bagi siswa dalam pembelajaran. (4). Menetapkan Indikator dan Isi Pembelajaran Langkah ini sebenarnya sudah bisa dilakukan segera setelah melakukan analisis indikator dan karakteristik isi bidang studi, yang hasilnya berupa daftar yang memuat rumusan indikator pembelajaran dan struktur isi yang akan dipelajari (Degeng, 1997). Ada tiga kriteria dalam merumuskan indikator pembelajaran, yaitu (1) dijabarkan secara konsisten dan sistematis dari subordinat yang terdapat pada bagian analisis pembelajaran, (2) menggunakan satu kalimat atau lebih, dan (3) pernyataan yang digunakan sangat membantu dan berlaku dalam penyusunan butir-butir tes. Indikator pembelajaran yang baik memiliki empat kriteria, yaitu (1) a subject, yaitu orang yang belajar, (2) a verb, yaitu kata kerja aktif yang dapat menunjukkan perubahan tingkah laku, (3) a condition, yaitu keadaan yang diperlukan pada saat siswa belajar, dan (4) standard, yaitu kriteria commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
keberhasilan belajar yang ingin dicapai. Indikator pembelajaran dimaksudkan untuk membangun harapan-harapan dalam diri pebelajar tentang hak-hak yang harus dikuasai setelah belajar. Dengan kata lain, siswa yang mengetahui sasaran yang ingin dicapai cenderung dapat mengorganisasi kegiatan belajarnya ke arah tujuan yang ingin dicapai, sehingga sasaran pembelajaran dapat memotivasi siswa untuk belajar.
(5). Menetapkan Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran Menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran segera bisa dilakukan setelah analisis dan penetapan tipe serta karakteristik materi pembelajaran. Pemilihan strategi pengorganisasian pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tipe isi bidang studi yang dipelajari dan bagaimana struktur isi bidang studi tersebut. Hasil langkah ini akan berupa penetapan model untuk mengorganisasi isi bidang studi, baik tingkat mikro maupun makro. (6). Menetapkan Strategi Penyampaian Isi Pembelajaran Menetapkan strategi penyampaian pembelajaran didasarkan pada hasil analisis sumber belajar. Daftar sumber belajar yang telah tersedia dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pada langkah penetapan strategi penyampaian isi pembelajaran, daftar yang telah dibuat tersebut dijadikan dasar dalam memilih dan menetapkan strategi penyampaian pembelajaran. Hasil langkah ini adalah berupa penetapan model untuk menyampaikan materi pembelajaran. Penyampaian isi pembelajaran mengacu kepada cara yang dipakai untuk menyampaikan isi pembelajaran kepada siswa sekaligus menerima dan merespon commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
masukan-masukan dari siswa. Oleh sebab itu, penyampaian pembelajaran disebut metode untuk melaksanakan proses pembelajaran. Komponen-komponen yang perlu
diperhatikan
dalam
mempreskripsikan
strategi
penyampaian
isi
pembelajaran adalah (1) media pembelajaran, (2) interaksi isi pembelajaran dengan media, dan (3) bentuk atau struktur belajar mengajar. Ada lima komponen strategi penyampaian pembelajaran, yaitu (1) kegiatan prapembelajaran, (2) penyajian informasi, (3) peran siswa, (4) pengetesan, dan (5) tindak lajut. Kegiatan pertama yang dilakukan dalam penyampaian prapembelajaran adalah memberikan motivasi kepada siswa tentang pentingnya mata kuliah yang dimaksud. Kegiatan kedua adalah menjelaskan sasaran khusus pembelajaran dengan maksud agar siswa menyadari kemampuan apa yang mereka capai setelah melakukan
kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan
ketiga
adalah
menjelaskan
kemampuan apa yang diperlukan sebagai prasyarat belajar. Pada komponen penyajian informasi, kegiatan yang dilakukan oleh guru adalah menjelaskan tentang urutan materi pembelajaran, besarnya satuan pengajaran dalam bentuk satuan kredit semester maupun jam semesternya, penyajian isi, dan memberikan contoh-contoh yang relevan. Penyajian isi dilakukan melalui model belajar kooperatif konstruktivistik. Siswa kerja secara kooperatif memecahkan masalah yang telah dituangkan dalam LKS, hasilnya dilaporkan secara tertulis, dan apabila terdapat masalah tak terpecahkan akan diadakan diskusi kelas untuk memformulasikan cara bersama yang paling tepat untuk memecahkan masalah tersebut. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Pada komponen peran siswa, guru mengupayakan suatu iklim agar kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa. Interaksi siswa dengan LKS yang digunakan merupakan aktivitas yang sengaja diciptakan untuk mewujudkan iklim kontruktivistik dalam pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa sepenuhnya berlatih memecahkan masalah yang ada pada LKS menggunakan kemampuan masingmasing dalam kelompok-kelompok kecil. Hasil diskusi yang telah ditulis oleh kelompok, selanjutnya diberikan balikan baik dalam diskusi kelas maupun diskusi dalam kelompok, artinya siswa diberitahu cara pemecahan yang benar, dan siswa melanjutkan menggunakan cara tersebut sehingga berhasil memecahkan masalahmasalah pada LKS. Tinggi rendahnya kadar keaktifan siswa dalam memecahkan masalah melalui interaksinya dalam kelompok akan menetukan tujuan pembelajaran, artinya makin tinggi tingkat keaktifan siswa makin tinggi pencapaian sasaran belajar dan makin rendah tingkat keaktifansiswa makin rendah pula pencapaian sasaran pembelajaran. Pada komponen pengetesan, pada dasarnya guru dapat melakukan empat macam tes, yaitu (1) tes tingkah laku masukan, (2) pra tes, (3) tes sambil jalan, dan (4) pasca tes. Pasca tes adalah tes penggalan, yaitu tes yang dilakukan dengan tujuan untuk mengukur apakah materi pembelajaran sesuai dengan sasaran pembelajaran. Pengetesan dilakukan dengan memberikan tugas kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan, baik yang ada pada modul, maupun yang khusus disiapkan untuk itu. Pada komponen tindak lanjut, guru menentukan apakah suatu pembelajaran perlu ditinjak lanjuti dengan memberikan pengajaran commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
remidial atau memberi pengayaan kepda siswa. Langkah ini dapat dilakukan setelah guru mengetahui tingkat pencapaian pembelajaran. (7). Menetapkan Strategi Pengelolaan Pembelajaran Menetapkan strategi pengelolaan
pembelajaran sangat
bergantung
pada hasil analisis karakteristik pebelajar. Klasifikasi karakeristik yang dibuat ketika melakukan analisis karakteristik dijadikan sebagai dasar memilih dan menetapkan strategi pengelolaan. Hasil kegiatan dalam langkah ini akan berupa penetapan penjadualan penggunaan komponen strategi pengorganisasian dan penyampaian pembelajaran, pengelolaan motivasional, pembuatan catatan tentang kemajuan belajar siswa, dan kontrol belajar. (8).
Pengukuran Hasil Pembelajaran Langkah terakhir dalam desain pembelajaran adalah melakukan pengukuran
hasil pembelajaran, yang mencakup tingkat keefektifan, efesiensi, dan daya tarik pembelajaran. Kegiatan ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan proses pembelajaran dan tes hasil belajar. Hasil kegiatan ini akan berupa bukti mengenai tingkat keefektifan, efesiensi, dan daya tarik pembelajaran.
8. a.
Kemampuan Memori
Pengertian Memori Kemampuan ingatan (memori) merupakan fungsi fundamental bagi proses
mental
yang
berhubungan
memungkinkan organisme
dengan
kinerja
intelektual,
dengan
memori
untuk memiliki kemampuan berfikir, membaca,
menulis, berbicara dan belajar. Tanpa memori organisme tidak mampu untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
melakukan kegiatan mental (mindless), tidak mampu membuat perbandingan serta tidak mampu berkomunikasi. Kemampuan ingatan secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima (Walgito, 1985). Rathus (1981), mengatakan bahwa mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang. Drever (1960) dalam Walgito (2003: 145) berpendapat : ”Memory : in the abstract and most general sense, that chararteristic of living organism, in vertue of which modify future experiences and behaviour, invirtus of which they have a history, and that history is recorded in themselves, than characteristic which underlines all learning, recall and recognition- what we call remembering- but there may be learning without remembering” Untuk mengetahui apa kemampuan memori lebih lanjut , harus memahami bagaimana daya ingat itu bekerja, dengan demikian dapat memahami mengapa hanya sedikit orang yang mempunyai kemampuan memori baik.
Menurut
Mahesh Kapadia (2003: 5) daya ingat akan bekerja pada empat tahap: (1) Daya ingat mengenai sesuatu, (2) Kesan yang tinggal di daya ingat, (3) Daya ingat yang dapat menyimpan kesan, (4) Daya ingat yang dapat menyimpan apa yang perlu disimpan. Apabila dihubungkan dengan penguasaan materi baik oleh para siswai, maka kemampuan ingatan mencakup tiga aspek yaitu : 1) Kemampuan untuk menerima atau menangkap dan memasukkan pesan atau materi yang diterima ke dalam ingatan; 2) Kamampuan untuk menyimpan pesan atau materi yang sudah dimasukkan ke dalam ingatan dengan baik; 3) Kemampuan untuk memunculkan kembali ke dalam kesadaran pesan atau materi yang sudah diterima, dimasukkan commit to user dan disimpan dalam ingatan; 4) Ketiga kemampuan tersebut antara individu satu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
dengan individu lain tidak sama, bahkan pada individu yang sama belum tentu memiliki kesamaan dalam ketiga kemampuan di atas. Ada individu yang memiliki kemampuan menerima dan menyimpan pesan atau materi cukup baik, tetapi kemampuannya untuk
menyampaikan atau memunculkan kembali ke dalam
kesadaran kurang baik. Ada juga yang memiliki kemampuan menerima dan menyimpan materi kurang baik, tetapi kemampuannya untuk menyampaikan atau memunculkan kembali cukup baik. Kemampuan untuk menerima, menyimpan dan memunculkan kembali pesan atau materi mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efektifitas siswa dalam menerima materi maupun kemampuan mengulas kembali materi belajar. Semakin baik kemampuan ingatan seorang siswa, maka semakin banyak materi yang akan diserap, disimpan dan diingatnya kemudian memunculkan dan mengkomunikasikannya. Begitu juga semakin baik kemampuan ingatan, maka semakin banyak ia menerima, menyimpan dan mengingat pesan atau materi yang diterimanya kemudian diaplikasikannya dalam bentuk perilaku. Kemampuan ingatan dikatakan baik apabila memiliki sifat-sifat cepat atau mudah mencamkan, setia, teguh dan luas dalam menyimpan serta siap memproduksi hal-hal yang telah dicamkan dan disimpan tanpa kesulitan. Ingatan dikatakan setia apabila mampu menyimpan pesan atau materi yang diterima dengan baik dan
tetap
atau tidak berubah sesuai dengan keadaan waktu
menerimanya. Ingatan dikatakan teguh apabila mampu menyimpan pesan atau materi yang diterima dalam jangka waktu yang cukup lama dan tidak mudah lupa. Ingatan dikatakan luas apabila mampu menyimpan pesan atau materi dalam commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
jumlah yang relatif banyak, sedangkan ingatan dikatakan siap apabila mampu dengan mudah mereproduksi atau memunculkan kembali pesan atau materi yang telah disimpan. Ada dua cara dalam mereprodukai atau memunculkan kembali pesan atau materi yang sudah tersimpan, yaitu dengan cara mengingat kembali atau recall dan mengenal kembali atau recognition. Pada mengingat kembali individu dapat memunculkan kembali pesan atau materi yang pernah disimpan dalam ingatan ke dalam kesadaran dengan tanpa adanya objek atau stimulus, sedangkan pada mengenal kembali individu dapat memunculkan kembali pesan atau materi yang pernah disimpan dalam ingatan ke dalam kesadaran dengan adanya objek atau stimulus yang dapat dijadikan tumpuan dalam memunculkan pesan atau materi tersebut (Walgito, 1985). Menurut Walgito (1985), ada beberapa cara atau metode untuk mempelajari ingatan, yaitu metode mempelajari, metode mempelajari kembali, metode rekonstruksi, metode mengenal kembali, metode mengingat kembali dan metode asosiasi berpasangan. Terdapat perbedaan kemampuan dan kecepatan individu untuk memasukkan
apa yang diamatinya dan semakin lama suatu materi
disimpan dalam ingatan dan jarang dimunculkan dalam kesadaran, maka semakin besar kemungkinan terjadinya kelupaan. Selain kemampuan ingatan, ada faktor psikologis lain yang mempunyai pengaruh cukup besar dalam proses dakwah, yaitu inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan untuk berpikir secara abstrak, merespon secara benar dan tepat serta menyesuaikan
dengan lingkungan. Di dalam struktur inteligensi menurut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
Guilford juga terkandung komponen ingatan (Rustam, 1984). Menurut Wechster (dalam Atkinson, dkk,1983) inteligensi adalah sejumlah kapasitas atau seluruh kapasitas individu untuk bertindak, berpikir secara rasional dan untuk menyesuaikan
diri secara efektif dengan
lingkungannya, sedangkan menurut Sternberg (dalam Atkinson, dkk, 1983) inteligensi meliputi empat kemampuan, yaitu mengambil
manfaat
dari
pengalaman,
kemampuan untuk belajar dan
kemampuan
untuk
berfikir
dan
mempertimbangkan secara abstrak, kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan situasi sekeliling yang tidak menentu serta kemampuan memotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang perlu diselesaikan dengan cara terbaik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inteligensi merupakan potensi yang diturunkan dan dimiliki oleh setiap orang untuk berfikir secara logis, berfikir abstrak dan kelincahan berfikir. b.
Struktur Ingatan (Memori) Secara struktural kemampuan ingatan (memori) dibedakan menjadi tiga
sistem yang dikenal dengan model paradigma Atkinson dan Shiffrin yang telah disempurnakan oleh Tulving dan Madison (Solso, 1998), yaitu : 1) Sensory Memory (sistem ingatan sensori); 2) Short Term Memory (ingatan jangka pendek); 3) Long Term Memory (ingatan jangka panjang) Sensory Memory mencatat informasi atau stimulus yang masuk melalui salah satu kombinasi panca indera, yaitu secara visual melalui mata, pendengaran melalui telinga, bau melalui hidung, rasa melalui lidah dan rabaan melalui kulit. Informasi tersebut akan diseleksi oleh individu secara sadar atau tidak sadar, bila commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
informasi tersebut tidak diperhatikan, maka akan langsung terlupakan, tetapi bila diperhatikan, maka informasi tersebut akan ditransformasikan ke sistem ingatan jangka pendek, apabila diulang-ulang, maka akan masuk ke ingatan jangka panjang dan akan bersifat permanen. Adanya pembagian Short Term Memory dan Long Term Memory didasarkan pada suatu model pendekatan
information
process, di mana pesan atau informasi diproses melalui tahap-tahap tertentu yang berurutan, sebelum masuk ke Long Term Memory pesan atau informasi tersebut harus melewati tahap Short Term Memory. Selanjutnya setelah berada dalam sistem ingatan jangka panjang, informasi tersebut dapat dimunculkan kembali melalui strategi tertentu (recall atau recognition) atau informasi tersebut terlupakan (gagal atau tidak dapat dimunculkan kembali) karena kekurangan dalam sistem pengarsipannya. Menurut Solso (1998), sistem ingatan jangka panjang adalah kemampuan untuk menggali hal-hal lampau dan menggunakan informasi tersebut untuk kejadian sekarang. Kapasitas dan durasi sistem ingatan jangka panjang ini tidak terbatas, tetapi ada dua pendapat mengenai informasi yang tersimpan dalam sistem ingatan jangka panjang, yaitu : 1) Informasi dalam sistem ingatan jangka panjang tidak akan hilang, hanya individu tidak bisa memunculkan kembali; 2) Informasi dalam sistem ingatan jangka panjang dapat saja hilang karena adanya proses decay (pembusukan) atau interference (masuknya informasi baru yang mengganggu); 3) Huttenlucher dan Burke (dalam Matlin, 1989), mengatakan bahwa semakin sering orang menjaga ingatan atau memorinya, semakin banyak
informasi yang
diingatnya, hal ini mengindikasikan bahwa pengulangan yang dilakukan untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
menjaga informasi yang diperoleh akan memungkinkan informasi yang masuk ke dalam sistem ingatan jangka pendek
masuk ke dalam sistem ingatan jangka
panjang, kemudian pengaktifan sistem ingatan jangka pendek secara rutin akan memusatkan konsentrasi dalam mengingat informasi. Menurut Tulving (Solso, 1998), sistem ingatan atau memori yang paling baik diklasifikasikan menjadi tiga bagian yaitu memori prosedural, semantik dan episodik. Memori prosedural merupakan bentuk memori paling rendah, menyimpan hubungan antara stimulus dan respon yang dapat disamakan dengan ingatan asosiatif. Memori semantik adalah memori yang berhubungan dengan kata-kata, konsep-konsep, aturan-aturan dan ide-ide abstrak
yang bersifat
kognitif. Memori semantik berguna untuk mendapatkan informasi dalam penyelesaian masalah, membaca atau dalam penggunaan bahasa. Memori ini sifatnya relatif stabil, menetap dan sulit hilang atau dilupakan. Memori semantik merupakan ensiklopedi mental yang mengorganisasikan pengetahuan individu tentang kata-kata atau simbol verbal, makna dan referensinya, tentang hubungan yang terjadi di antara keduanya, tentang aturan, rumus-rumus dan sebagainya. Kapasitas seseorang untuk memproses informasi dengan cepat sangat dipengaruhi oleh efektivitas proses pengungkapan dan pengorganisasian informasi yang teratur dalam memori semantik. Sedangkan memori episodik adalah memori yang berhubungan dengan penerimaan dan penyimpanan informasi tentang berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi
secara epoisodik dalam kehidupan manusia serta hal-hal yang
berhubungan dengannya. Memori episodik ini memiliki sifat sangat mudah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
berubah dan hilang karena informasi baru yang masuk, tetapi sangat penting untuk mengingat kembali berbagai peristiwa dan kejadian (misalnya mengenal tempat dan orang). Memori ini kurang teratur struktur formalnya dibandingkan dengan memori semantik. Menurut penelitian Graham J. McDougall dan Jeonghee Kang yang berjudul ”Memeori self-efficacy dan kinerja memori pada laki-laki yang lebih tua” menyatakan bahwa kekuatan memori kelompok umur muda memiliki kemampuan memori lebih tinggi dibanding dengan kelompok umur lebih tua. Berkurangnya kemampuan memori pada seseorang dipengaruhi oleh depresi dan kinerja memori itu sendiri. Memori self-efficacy laki-laki tua mempengaruhi persepsi kinerja kognitif mereka yang berhubungan dengan memori. c. Macam-macam Memori Cognitive Model (Model Kognitif) mejelaskan bahwa Memori merupakan bagian dari information processing. Teori ini mencoba menjelaskan bahwa manusia memiliki tiga macam Memori sebagai berikut: 1). Memori Sensoris: Memori Sensoris didefinisikan sebagai ”momentary
lingering of sensory
information after a stimulus is removed.” Diterjemahkan secara bebas, kalimat di atas bermakna bahwa Memori Sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa sesaat setelah stimulus diambil. Tidak semua informasi yang tercatat dalam Memori Sensoris akan disimpan lebih lanjut ke Memori Jangka Pendek atau Jangka Panjang, karena manusia akan melakukan proses selective attention, yaitu memilih informasi mana yang akan diproses lebih lanjut; 2) Memori Jangka Pendek: Memori Jangka Pendek disimpan lebih lama dibanding Memori commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Sensoris. Memori ini berisi hal-hal yang kita sadari dalam benak kita pada saat ini. Otak kita dapat melakukan beberapa proses untuk menyimpan apa yang ada di Memori Jangka Pendek ke dalam Memori Jangka Panjang, misalnya rehearsal (mengulang-ulang informasi di dalam benak kita hingga akhirnya kita mengingatnya) atau encoding (proses di mana informasi diubah bentuknya menjadi sesuatu yang mudah diingat). Salah satu contoh konkret proses encoding adalah ketika kita melakukan chunking, seperti ketika kita mengingat nomor telepon, di mana kita akan berusaha membagi-bagi sederetan angka itu menjadi beberapa potongan yang lebih mudah diingat;
3) Memori Jangka Panjang:
Memori Jangka Panjang adalah informasi-informasi yang disimpan dalam ingatan kita untuk keperluan di masa yang akan datang. Ketika kita membutuhkan informasi yang sudah berada di Memori Jangka Panjang, maka kita akan melakukan proses retrieval, yaitu proses mencari dan menemukan informasi yang dibutuhkan tersebut. Proses retrieval ini bisa berupa: Recognition: Mengenali suatu stimulus yang sudah pernah dialami sebelumnya. Misalnya dalam soal pilihan berganda, siswa hanya dituntut untuk melakukan recognition karena semua pilihan jawaban sudah diberikan. Siswa hanya perlu mengenali jawaban yang benar di antara pilihan yang ada. Recall: Mengingat kembali informasi yang pernah disimpan di masa yang lalu. Misalnya ketika saksi mata diminta menceritakan kembali apa yang terjadi di lokasi kecelakaan, maka saksi tersebut harus melakukan proses recal.
Retrieval bisa dibantu dengan adanya cue, yaitu informasi yang
berhubungan dengan apa yang tersimpan di Memori Jangka Panjang. Terkadang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
kita merasa sudah hampir bisa menyebutkan sesuatu dari ingatan kita namun tetap tidak bisa; fenomena ini disebut tip of the tounge. Misalnya ketika kita bertemu dengan kenalan lama dan kita yakin sekali bahwa kita mengingat namanya namun tetap tidak dapat menyebutkannya. d. Cara Meningkatkan Kemampuan Memori Memori merupakan suatu trait (sifat) atau skill (kemampuan). Trait merupakan sesuatu yang stabil dan tidak dapat ditingkatkan, sedangkan skill merupakan sesuatu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan. Orang yang memiliki kemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) Memiliki banyak cue (isyarat) dengan asosiasi tinggi; 3) Banyak latihan. (http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/memori.html) Pada umumnya siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi sebelumnya sebagai dasar untuk mempelajari materi baru akan lebih mudah dalam memperdalam dan memperjelas pemahamannya dalam proses belajar-mengajar berikutnya daripada yang belum mengusai sama sekali. Siswa yang mempunyai kemampuan memori lebih tinggi dalam menguasai pengetahuan dan ketrampilan sebelum mengikuti program pengajaran, diharapkan akan lebih mudah menerima dan memahami materi yang diajarkan. Apabila didukung oleh kualitas pengajaran yang bagus akan mendorong siswa ingin tahu lebih mendalam tentang materi yang dipelajari. Jadi diharapkan siswa yang memiliki kemampuan memori yang tinggi akan lebih mudah dan lancar dalam menerima, mengusai pelajaran yang akan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
diikuti dan juga diharapkan akan memperoleh prestasi belajar yang lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah. Dalam penelitian ini indikator kemampuan memori siswa pada materi ekosistem meliputi: a) komponen ekosistem; b) komponen biotik; c) komponen abiotik; d) komponen organisme;
e)
macam-macam
sibiosis.
Dari
masing-masing
komponen
dipasangkan dengan kode-kode tertentu dengan setiap indikator terdapat 10 pasang soal.
9. Interaksi Sosial a. Pengertian Interaksi Sosial Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling berhubungan dan saling membutuhkan satu sama lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial. Maryati dan Suryawati (2003: 22) menyatakan bahwa, Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004: 50), Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung (Siagian, 2004: 216). Menurut H.Bonner dalam bukunya “Social Psykologi” sebagaimana dikutip oleh Gerungan(1996) dalam Sunaryo (2004) menyebutkan bahwa interaksi sosial adalah suatau hubungan antara dua atau lebih commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
individu manusia dimana kelakuan individu yangsatu mempengaruhi , mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lainnya, atau sebaliknya. Manusia membutuhkan hubungan bukan saja dengan individu lain, tetapi juga dengan lingkungan tempat ia berada. Lingkungan memengaruhi individu dalam mengembangkan, menggiatkan, dan memberikan sesuatu yang ia butuhkan. Dalam setiap hidup bersama itu terjadi hubungan antara manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan untuk mencapai keinginan timbale balik. Hubungan ini disebut interaksi sosial (Sunaryo, 2004: 267). Menurut Homans (Ali, 2004: 87) mendefisikan interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Shaw mendefinisikan bahwa interaksi adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. (Ali, 2004: 87). Interaksi sosial ialah hubungan antara individu, individu dengan individu, individu satu dapat mrmpengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terjadi hubungan yangsaling timbal balik (Bimo Walgito, 2001) dalam Sunaryo (2004: 267). Sedagkan Hugo F. Reading (1986: 207) mendefinisikan interaksi sebagai proses saling merangsang dan menanggapi satu sama lain. Menurut S.S. Sargent, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Social interation is to consider social behavior always within a group frame work, as related to group structure and function (Santosa, 2004:11) yang artinya tingkah laku sosial individu dipandang sebagai akibat adanya struktur dan fungsi kelompok. Proses sosial adalah cara-cara berhubungan yang dilihat apabila orangperorangan dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan menentukan sistem serta bentu-bentuk hubungan tersebut atau apa yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang terlah ada. Proses sosial dapat diartikan sebagai pengaruh timbal-balik antara pelbagai segi kehidupan bersama, misalnya pengaruh-mempengaruhi antara sosial dengan politik, politik dengan ekonomi, ekonomi dengan hukum, dst. Interaksi sosial merupakan kunci dari semua kedupan sosial, karena tanpa interkasi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial sebagai faktor utama dalam kehidupan sosial. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan sebagai proses sosial) karena interasi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi anatara kelompok tersebut sebagai suatu kesatuan dan biasanya tidak menyangkut pribadi anggota-anggotanya Interaksi sosial antara kelompok-kelompok manusia terjadi pula di dalam masyarakat. Interaksi tersebut lebih mencolok ketika terjadi benturan antara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
kepentingan perorangan dengan kepentingan kelompok. Interaksi sosial hanya berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi terhadap dua belah pihak. Interaksi sosial tak akan mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap sistem syarafnya, sebagai akibat hubungan tersebut. Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada perbagai faktor : 1) Imitasi, salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku; 2) Sugesti,
faktor sugesti berlangsung apabila
seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain; 3) Identifikasi, identifikasi sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain. Identifikasi sifatnya lebih mendalam daripada imitasi, karena kepribadian seseorang dapat terbentuk atas dasar proses ini; 4) Proses simpati, sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini diharapakan terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa dan antara siswa commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
dengan lingkungan serta antara siswa dengan sumber belajar. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok tertentu yaitu antara siswa dengan teman sekelasnya dalam bergaul yang didorong oleh keinginan untuk belajar bersama (kelompok). Thibaut dan Kelley dalam, Ali (2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain.
b. Macam - Macam Interaksi Sosial Menurut Maryati dan Suryawati (2003: 23) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu : 1). Interaksi antara individu dan individu. Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan). 2). Interaksi antara individu dan kelompok. Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya. 3). Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.
c. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
Menurut Tim Sosiologi (2002: 29), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu : 1). Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : (a). Kerja sama, adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. (b). Akomodasi, adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok - kelompok manusia untuk meredakan pertentangan. (c). Asimilasi, adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.(d). Akulturasi, adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk bentuk pertentangan atau konflik, seperti : (a). Persaingan, Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya. (b). Kontravensi, Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. to usersenang, baik secara tersembunyi Wujud kontravensi antara lain commit sikap tidak
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.(c). Konflik, Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut. Bentuk-bentuk interaksi sosial yang berkaitan dengan proses asosiatif dapat terbagi atas bentuk kerja sama, akomodasi, dan asimilasi. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama individu dengan individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai satu atau beberapa tujuan. Akomodasi dapat diartikan sebagai suatu keadaan, di mana terjadi keseimbangan dalam interaksi antara individu-individu atau kelompok-kelompok manusia berkaitan dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Usaha-usaha itu dilakukan untuk mencapai suatu kestabilan. Sedangkan Asimilasi merupakan suatu proses di mana pihak-pihak yang berinteraksi mengidentifikasikan dirinya dengan kepentingankepentingan serta tujuan-tujuan kelompok. Bentuk interaksi yang berkaitan dengan proses disosiatif ini dapat terbagi atas bentuk persaingan, kontravensi, dan pertentangan. Persaingan merupakan suatu proses sosial, di mana individu atau kelompok-kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan melalui bidangbidang kehidupan. Bentuk kontravensi merupakan bentuk interaksi sosial yang sifatnya berada antara persaingan dan pertentangan. Sedangkan pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman
dan
kekerasan.
(http://massofa.wordpress.com/2008/02/06/bidang-
kajian-sosiologi-dan-interaksi-sosial/) diunduh 30 Desember 2010. d. Ciri - Ciri Interaksi Sosial Menurut Tim Sosiologi (2002: 23), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain : a). Jumlah pelakunya lebih dari satu orang, b). Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak social, c). Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas, d). Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu. e. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial Berdasarkan pendapat
Tim Sosiologi (2002: 26), interaksi sosial dapat
berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu: a). Kontak sosial, adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik. b). Komunikasi, artinya berhubungan atau bergaul dengan orang satu. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok. Dua syarat terjadinya interaksi sosial : 1) Adanya kontak sosial (social contact), yang dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antar individu, antar individu dengan kelompok, antar kelompok. Selain itu, suatu kontak dapat pula bersifat langsung maupun tidak langsung; 2) Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang ingin commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
disampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
10. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Nana Sudjana (1996) berpendapat pengertian prestasi belajar adalah beragam kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar adalah taraf kemampuan aktual yang bersiufat terukur berupa penguasaan ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dicapai siswa dari apa yang telah dipelajari di sekolah ( Mulyasa, 2005).
Sedangkan dalam KBBI
prestasi belajar diartikan penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, alzimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru( Depdiknas, 2002: 895) Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa dari apa yang dicapai dalam hubungannya dengan bahan yang telah dipelajari yang tampak dalam tingkah lakunya. Prestasi belajar merupakan kecakapan aktual yang diperoleh seseorang setelah belajar dan suatu kecakapan potensial yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Keberhasilan siswa dalam belajar ditandai dengan prestasi yang dicapai siswa. Prestasi belajar adalah merupakan pencerminan dari proses pembalajaran yang telah berlangsung. Diperolehnya prestasi belajar dapat diketahui tingkat penguasaan, pengetahuan dan pemahaman pada materi pelajaran yang dipelajarinya. Prestasi belajar dibagi menjadi tiga kategori yaitu : 1) kognitif; 2) afektif; dan 3) psikomotor (Bloom commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
dalam Suharsimi Arikunto,2003: 112). Hasil prestasi belajar yang berupa nilai kognitif, afektif dan psikomotor merupakan puncak dari keberhasilan siswa dalam proses pembalajaran. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh seseorang setelah ia melakukan perubahan belajar, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Di dalam webster’s New Internasional Dictionary mengungkapkan tentang prestasi yaitu: “Achievement test a standardised test for measuring the skill or knowledge by person in one more lines of work a study†(Webster’s New Internasional Dictionary, 1951 : 20). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi ialah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan) (Pusat Pembinaan Bahasa, 1989 : 700). Definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar ialah hasil usaha bekerja atau belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Sedangkan prestasi belajar hasil usaha belajar yang berupa nilai-nilai sebagai ukuran kecakapan dari usaha belajar yang telah dicapai seseorang, prestasi belajar ditunjukan dengan jumlah nilai raport atau test nilai sumatif. Prestasi belajar merupakan hasil aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran untuk memperoleh pengetahuan yang memenuhi nilai kognitif, afektif dan psikomotor pada materi pelajaran tertentu.
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar atau prestasi belajar. Berikut adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan: 1). Faktor dari dalam diri siswa: (1) Kesehatan, Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala, pilek, deman dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat mempengaruhi proses belajar. (2) Intelegensi,faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang semiotonom, yaitu linguistik, musik, matematik logis, visual spesial, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.(3) Minat dan motivasi, minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu. Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar lingkungan. (4) Cara belajar, Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta fasilitas belajar; 2). Faktor Lingkungan: (1) Keluarga, Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak. Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan orangtua dan saudara, bimbingan orangtua, dukungan orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak. (2) Sekolah, tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga mempengaruhi anak dalam proses belajar. (3) Masyarakat, apabila masyarakat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
sekitar adalah masyarakat yang berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat belajar.
c. Pengukuran Prestasi Belajar Tes prestasi belajar bertujuan untuk mengukur prestasi atau hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar. Robert L. Ebel (1979) dalam Saifuddin Anwar (2007: 14) mengatakan bahwa fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur prestasi belajar para siswa. Proses pembelajaran dilaksanakan untuk melakukan perubahan terhadap kompetensi siswa. Kompetensi yang kita maksudkan terkait dengan 3 (tiga) aspek dasar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Sementara untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa, maka sekolah mengadakan tes prestasi belajar. Tes prestasi belajar ini dilakukan beberapa kali dalam proses pembelajaran. Tes prestasi belajar merupakan kegiatan pengukuran hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan
sebagai
upaya
untuk
mengetahui
tingkat
keberhasilan
guru
menyelenggarakan proses pembelajaran. Dengan tes prestasi belajar inilah, maka guru dapat mengevaluasi program pembelajaran yang sudah disusun dan selanjutnya menjadikan hal tersebut sebagai acuan untuk proses penyelenggaraan selanjutnya. Seperti
kita
ketahui,
proses
pembelajaran
itu
adalah
kegiatan
berkesinambungan. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan berlangsung dalam tingkatan waktu dan kemampuan yang berbeda. Oleh karena itulah, maka pada setiap tingkatan kita harus mengetahui taraf kemampuan siswa. Untuk hal to usercara efektif untuk mengetahuinya. tersebut, maka tes prestasi belajarcommit merupakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
Pengukuran dalam sekolah berkaitan dengan deskripsi kuantitatif mengenai tingkah laku siswa. Pengukuran hanya memberikan angka-angka tentang sesuatu berdasarkan kriteria tertentu. Lord dan Novick (1968) dalam Suke Silverius (1991:6) mendefinisikan pengukuran sebagai “A procedure for assigning numbers (usually called score) to a specified attribute or characteristic of persons in such a manner as to maintain the real world relationships among the persons with regard to the attribute being measured”. Definisi ini diterjemahkan bebas oleh penulis: “Suatu prosedur untuk memberikan angka (biasanya disebut skor) kepada suatu
sifat
atau
karakteristik
tertentu
seseorang
sedemikian
sehingga
mempertahankan hubungan senyatanya antara seseorang dengan orang lain sehubungan dengan sifat yang diukur itu.” Definisi tersebut memberikan pengertian bahwa angka-angka (skor) yang diberikan dalam pengukuran tetap mempertahankan hubungan antarsiswa seperti yang ada dalam kenyataannya. Siswa yang lebih pintar fisika mestinya mendapat nilai yang lebih tinggi daripada siswa yang kurang pintar fisika dalam pengukuran dengan obyek fisika. Secara umum pengukuran merupakan suatu proses pemberian angka pada seseorang berdasarkan kriteria tertentu. Hasil pengukuran dapat dipakai untuk membuat penilaian. Menurut Suharsimi Arikunto (2000), “hasil belajar adalah hasil yang dicapai seseorang setelah melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar ini merupakan penilaian yang dicapai seorang siswa untuk mengetahui sejauh mana bahan pelajaran atau materi yang diajarkan dapat dipahami siswa”. Untuk dapat menentukan tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dilakukan usaha untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
menilai hasil belajar. Penilaian ini bertujuan untuk melihat kemajuan peserta didik dalam menguasai materi yang telah dipelajari dan ditetapkan. Hasil belajar yang diperoleh merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru. Untuk dapat memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal tidaklah mudah diperlukan usaha yang cukup keras bagi siswa, guru, dan juga pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran baik yang langsung maupun tidak langsung. Pengertian prestasi belajar menurut Ngalim Purwanto (1994: 84) adalah “suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian.” Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap domain psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Menurut Syaiful Sagala (2005: 12), bahwa untuk menangkap isi dan pesan belajar maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah diantaranya ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbada dengan penalaran yang terdiri dari penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan hidup. Psikomotorik yaitu kemempuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani terdiri dari kesiapan, persepsi, gerakan terbiasa, gerakan terbimbing, gerakan kompleks, penyesuaiaan pola gerakan dan kreatifitas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
Namun demikian pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah tersebut, khususnya ranah siswa sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini adalah hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, rasa maupun karsa (Muhibbin, 2006: 213). Penilaian hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa dengan kriteria tertentu (Nana Sudjana, 2008:3). Jenis penilaian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penilaian formatif, yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran pada pokok bahasan listrik statis. Alat penilaian yang dalam bentuk tes maupun non-tes. Penilaian non-tes digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa dalam aspek afektif dan psikomotor, sedangkan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam aspek kognitif umumnya dilakukan dengan tes. Alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan keajegannya atau reliabilitasnya (Nana Sudjana, 1996: 12). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa untuk mengetahui prestasi belajar dilakukan evaluasi atau penilaian. Bentuk penilian berupa tes maupun non tes. Tes yang baik harus memenuhi kriteria tertentu dan juga harus sesuai dengan tujuan peruntukannya. Berdasarkan konsep dasar pembelajaran dan aspek utama yang diinginkan mengalami perubahan dalam proses pembelajaran, maka tes prestasi belajar dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
dikelompokkan pada 3 (tiga) kelompok dasar, yaitu: 1) Tes kemampuan Afektif, Tes kemampuan afektif merupakan jenis tes prestasi belajar yang diarahkan untuk mengetahui tingkat penguasaan aspek afektif pada siswa. Aspek afektif adalah aspek yang berkaitan dengan sikap dan nilai-nilai positif yang dimiliki siswa. Tes prestasi belajar pada aspek afektif ini terkait dengan moral, tingkah laku, kesehatan, dan berbagai nilai positif yang dimiliki sebagai bagian bangsa yang beradab. Tes prestasi belajar siswa dalam aspek afektif dapat kita ketahui selama proses pendidikan dan pembelajaran berlangsung. Aspek afektif itu melekat dalam diri dan pola hidup siswa sehingga tes prestasi belajarnya kita lakukan selama proses berlangsung. 2) Tes kemampuan kognitif, Tes kemampuan kognitif merupakan jenis tes prestasi belajar yang terkait dengan pengetahuan hasil belajar. Selama proses belajar yang diikuti, siswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan yang sangat berguna bagi kehidupan. Pengetahuan inilah yang diharapkan dapat menjadi bekal menghadapi kehidupan yang lebih baik. Dan, untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam belajar, maka kita melakukan tes prestasi belajar. Untuk mengetahui hasil tes prestasi belajar siswa dalam aspek kognitif ini, maka dapat melihat dari hasil saat siswa mengikuti berbagai ujian atau tes yang diselenggarakan sekolah dan guru dalam waktu tertentu. 3) Tes kemampuan psikomotor, Tes kemampuan psikomotor adalah terkait dengan keterampilan yang didapatkan siswa dari proses pendidikan dan pembelajarannya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 82
Dengan mengetahui tingkat kemampuan ini, maka kita dapat menentukan tingkat kemampuan siswa untuk bekerja, melakukan kegiatan kerja. Oleh karena itulah, maka tes prestasi belajarnya berupa kegiatan keterampilan. Prestasi belajar siswa mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik, Informasi ranah kognitif dan psikomotorik diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar, sedangkan ranah afektif diperoleh melalui kuesioner, inventori dan, pengamatan yang sistematik. Hasil penilaian ranah kognitif dapat berupa nilai angka, untuk SMP nilai angka dinyatakan dalam rentang nol (0) sampai dengan seratus (100), penilaian ranah afektif digunakan skala Likert yang dimodifikasi yaitu skor tertinggi empat (4) dan terendah satu (1), sedangkan penilaian ranah psikomotor digunakan tingkatan skor (misal : 5, 4, 3, 2, 1).
11. Bahan Ajar Ekosistem Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ilmu yang mempelajari ekosistem disebut ekologi. Ekologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu oikos dan logos. Oikos artinya rumah atau tempat tinggal, dan logos artinya ilmu. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834 - 1914).
commit to user
Individu Populasi
Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem
Komunitas Ekosistem
Ekosistem
Habitat dan Nisia
Biosfir
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 83
Gambar 2.4 Peta Konsep ekosistem a. Satuan Makhluk Hidup dalam Ekosistem Makhluk hidup dalam ekosistem membentuk tatanan atau organisasi tertentu. Organisasi terkecil dalam ekosistem disebut individu. Contohnya: seekor kerbau, seekor rusa, sebatang pohon meranti, sebatang pohon kelapa, dan seorang manusia merupakan individu dalam ekosistem. Individu-individu sejenis berkumpul dan berinteraksi membentuk organisasi yang lebih besar yang disebut populasi. Populasi merupakan kumpulan individu sejenis pada suatu daerah dalam jangka waktu tertentu. Jadi rusa-rusa di padang rumput, pohon-pohon kelapa di perkebunan, dan penduduk (manusia) di suatu kelurahan merupakan populasi. Kehidupan suatu populasi dipengaruhi oleh populasi makhluk hidup yang lain. Jumlah individu sejenis dalam satuan luas tertentu pada jangka waktu tertentu disebut kepadatan populasi. Beberapa populasi makhluk hidup dalam suatu lingkungan berinteraksi membentuk komunitas. Komunitas merupakan kumpulan beberapa populasi yang berbeda yang saling berinteraksi pada daerah dan waktu tertentu. Misalnya populasi ikan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 84
nila, populasi ikan mujair, populasi eceng gondok, populasi plankton, dan populasi Hydrilla merupakan anggota komunitas kolam. Komunitas dan lingkungannya selalu berhubungan timbal balik membentuk ekosistem. 1). Individu, individu adalah satu makhluk hidup, misalnya seekor semut, seekor burung dan sebuah pohon; 2) Populasi, populasi adalah kumpulan individu sejenis yang dapat berkembangbiak serta berada pada tempat yang sama dan dalam kurun waktu yang sama; 3) Komunitas, komunitas adalah kumpulan beberapa macam populasi yang menempati daerah yang sama pada waktu yang sama, contohnya komunitas hutan jati, padang rumput dan hutan pinus; 4) Ekosistem, ekosistem adalah kesatuan komunitas dan lingkungannya yang membentuk suatu hubungan timbal balik di antara komponen-komponennya. Komponen suatu ekosistem mencakup seluruh makhluk hidup dan makhluk tidak hidup yang terdapat di dalamnya; 5) Bioma, bioma adalah suatu ekosistem darat yang khas dan luas cakupannya.6) Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya. Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antarmakhluk hidup dan dengan benda tak hidup di dalam tempat hidupnya atau lingkungannya.
b.
Habitat dan Nisia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 85
Seluruh ekosistem di dunia disebut biosfer. Dalam biosfer, setiap makhluk hidup menempati lingkungan yang cocok untuk hidupnya. Lingkungan atau tempat yang cocok untuk kehidupannya disebut habitat. Dalam biologi kita sering membedakan istilah habitat untuk makhluk hidup mikro, seperti jamur dan bakteri, yaitu disebut substrat. Dua spesies makhluk hidup dapat menempati habitat yang sama, tetapi tetap memiliki relung (nisia) berbeda. Nisia adalah status fungsional suatu organisme dalam ekosistem. Dalam nisianya, organisme tersebut dapat berperan aktif, sedangkan organisme lain yang sama habitatnya tidak dapat berperan aktif. Sebagai contoh marilah kita lihat pembagian nisia di hutan hujan tropis. c.
Komponen-komponen ekosistem Ekosistem tersusun dari komponen biotik (berbagai makhluk hidup) dan
komponen abiotik. Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik komponen biotik dan abiotik dalam ekosistem disebut ekologi. Dalam suatu ekosistem, hubungan antarkomponen berlangsung sangat erat dan saling memengaruhi. Oleh karena itu gangguan atau kerusakan pada salah satu komponen dapat menyebabkan kerusakan seluruh ekosistem. Manusia merupakan komponen ekosistem yang dapat berpotensi sebagai penyelamat dan perusak ekosistem. Komponen biotik suatu ekosistem meliputi berbagai jenis makhluk hidup. Berdasarkan fungsi atau tingkatan trofiknya, komponen biotik dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu produsen, konsumen, dan dekomposer (pengurai). Produsen adalah makhluk hidup yang dapat menghasilkan makanan sendiri, yaitu tumbuhan. Tumbuhan dapat membuat makanan sendiri melalui proses commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 86
fotosintesis. Energi yang digunakan dalam fotosintesis diperoleh dari energi matahari, sehingga matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi.
Gambar 2.5 Saling Ketergantungan Bakteri yang hidup di lautan dalam dapat mengambil energi dari bahan-bahan kimia yang ada di sekitarnya untuk melakukan kemosintesis. Bila produsen dimakan oleh makhluk hidup lain, maka terjadi perpindahan makanan dari produsen ke hewan tersebut. Jadi hanya produsen yang dapat membuat makanan sendiri dan dikatakan bersifat autotrof. Konsumen memperoleh energi dari bahan makanan yang dibuat oleh produsen. Karena tidak dapat membuat makanan sendiri dan selalu bergantung pada makhluk hidup lain, maka konsumen bersifat heterotrof. Berdasarkan jenis makanannya, konsumen dapat dibagi menjadi empat jenis seperti pada tabel berikut ini. commit to user Tabel 2.1 : Jenis –Jenis Konsumen Berdasarkan makanannya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 87
Konsumen Herbivora
Sumber Makanan Tumbuhan
Rusa, kambing, belalang
Karnivora
Hewan
Harimau, serigala, burung
Contoh
hantu Omnivora
Tumbuhan dan
Musang, beberapa jenis tikus
hewan Detrivor
Detritus
Cacing tanah
Organisme yang memakan produsen (hewan herbivora) disebut konsumen pertama. Organisme yang memakan hewan herbivora (hewan karnivora) disebut konsumen kedua. Organisme yang memakan konsumen kedua disebut konsumen ketiga, dan seterusnya. Pengurai atau dekomposer adalah organisme yang berperan sebagai pengurai zat-zat yang terdapat dalam makhluk hidup yang sudah mati. Jadi dekomposer menguraikan zat organik menjadi bahan anorganik kembali yang dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen. Contoh dekomposer dalam ekosistem adalah bakteri dan jamur saprofit. Tempat yang sesuai bagi makhluk hidup untuk melakukan aktivitas hidupnya disebut habitat. Habitat menyediakan makanan dan tempat berlindung bagi makhluk hidup. Peranan makhluk hidup pada suatu ekosistem disebut nisia. Nisia berkaitan dengan jenis makanan, cara mencari makan, dan waktu mencari makan. Misalnya di suatu hutan terdapat kelelawar yang hidup dengan memakan buah-buahan di malam hari dan burung hantu yang memakan tikus atau hewan kecil lainnya di waktu yang sama. Dengan demikian nisia kelelawar dan burung hantu berbeda commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 88
meskipun mereka tinggal di habitat yang sama dan mencari makan ada waktu yang sama pula. Komponen abiotik menyediakan tempat hidup, makanan, dan kondisi yang diperlukan oleh komponen biotik, sehingga kom-posisi komponen abiotik sangat memengaruhi jenis komponen biotik yang dapat hidup. Komponen abiotik yang memengaruhi komponen biotik dalam suatu ekosistem antara lain air, tanah, suhu, cahaya matahari, udara, kelembapan, dan keasaman (pH). Ekosistem yang seimbang adalah ekosistem yang komponen penyusunnya memiliki komposisi yang seimbang. Daya lenting ekosistem adalah kemampuan ekosistem untuk pulih kembali dalam keadaan seimbang. Contoh hubungan saling ketergantungan komponen ekosistem adalah sebagai berikut: Komponen biotik memengaruhi komponen abiotik, adalah tumbuhan hijau dalam proses fotosintesis menghasilkan oksigen, sehingga kadar oksigen meningkat dan suhu lingkungan menjadi sejuk. Jadi tumbuhan hijau (komponen biotik) mampu memengaruhi komposisi udara dan suhu lingkungan (komponen abiotik). Komponen abiotik memengaruhi komponen biotik, adalah cahaya, tanah, air, udara, dan unsur hara (komponen abiotik) memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan (komponen biotik). Sedangkan contoh hubungan saling ketergantungan antara sesama komponen biotik adalah sebagai berikut: Saling ketergantungan intraspesies (makhluk hidup sejenis), contohnya sekumpulan lebah saling bekerja sama mengumpulkan madu sebagai cadangan makanan di sarangnya. Saling ketergantungan antarspesies (makhluk hidup tidak sejenis), contohnya tanaman kacang-kacangan memerlukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 89
bakteri Rhizobium untuk membantu menambat nitrogen bebas dari udara, sedangkan bakteri Rhizobium memerlukan media atau substrat dan makanan untuk hidup. Saling ketergantungan antarspesies yang berbeda jenis juga terjadi dalam peristiwa makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan menimbulkan perpindahan materi dan energi. Hal ini akan membentuk jaring-jaring kehidupan yang terdiri dari rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida makanan. Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan yang digambarkan secara skematis dalam bentuk garis lurus searah dan tidak bercabang. Misalnya rantai makanan yang terdapat di sebuah kebun secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar: 2.6 Rantai Makanan Dari peristiwa makan dan dimakan di atas, akan terjadi perpindahan atau aliran energi dari produsen (rumput) ke konsumen I (belalang) hingga konsumen puncak (elang). Di alam, beberapa proses makan dan dimakan (rantai makanan) saling berkaitan membentuk sebuah jaring-jaring makanan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 90
Gambar 2.7 Jaring–jaring makanan Piramida makanan adalah suatu piramida yang menggambarkan perbandingan komposisi jumlah biomassa dan energi dari produsen sampai konsumen puncak dalam suatu ekosistem. Komposisi biomassa terbesar terdapat pada produsen yang menempati dasar piramida. Demikian pula jumlah energi terbesar terdapat pada dasar piramida. Konsumen IV Konsumen III Konsumen II Konsumen I Produsen
Gambar 2.8 Piramida makanan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 91
Gambar 2.9Arus energi Keseimbangan ekosistem dapat terjadi bila ada hubangan timbal balik di antara komponen–komponen ekositem. d. Pola interaksi antar organisme 1). Netralisme: pola interaksi yang tidak saling mengganggu walaupun dalam habitat yang sama sehingga dapat hidup bedampingan . contoh: antara kambing dan kumbang di lapangan, 2). Antibiosis: pola interaksi antar organisme ynag satu menghasilkan zat antibiotik/ racun yang berbahaya bagi makhluk hidp yang lain. Contoh jamur penicilium dengan bakteri. 3). Kompetisi: Persaingan antar makhluk hidup untuk mendapatkan kebutuhan hidup yang sama, 4). Predasi/predatorisme: hewan yang satu memangsa hewan yang lain . contohnya ulat memangsa tikus, singa memangsa rusa , hewan pemangsa di sebut predator. 5). Simbiosis: hubungan yang erat antara dua organisme yang berbeda spesies yang hidup bersama. (a). simbiosis mutualisme : kerja sama saling mnengunungkan antara dua jenis organisme contohnya: kacang tanah dengan bakteri rhizobium. Rhizobium dapat menambat nitrogen dari udara, dan memberikan nitrogen pada tanaman kacang-kacangan sebaliknya tanaman kacang-kacangan membentuk bintil akar untuk melindungi bakteri dan memberikan air serta nutrisi. Lebah dengan bunga. Bunga menyediakan makanan bagi lebah berupa madu, sebaliknya lebah membantu terjadinya penyerbukan bunga, Jamur dengan ganggang: simbiosis mutualisme yang terjadi antara jamur dengan ganggang. Yaitu membentuk commit lumut kerak ( Lichenes). Antara manusia dan to user bakteri Escherichia coli. Manusia memberikan perlindungan,makanan dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 92
lingkungan yang cocok bagi bakteri tersebut dalam ususnya, sedangkan bakteri tersebut menghasilkan vitamin K yang berperan dalam proses pembekuan darah. (b). Simbiosis Parasitisme: hubungan antara dua organisme berbeda jenis dimana salah satu pihak mendapat untung, pihak lain di rugikan, pihak yang untung disebut parasit yang rugi disebut inang. Contohnya kutu kepala, cacing pita yang hidup dalam usus manusia .contoh lain tumbuhan rafflesia , tumbuhan ini tidak mempunyai daun sehingga tidak dapat berfotosintesis, batangna membentuk benang yang masuk ke dalam jaringan tumbuhan inang (c). Simbiosis komensalisme.: organisme yang satu mengntungkan satu pihak sedangkan organisme lain tidak diuntungkan dan juga tidak dirugikan. Organisme yang untung disebut komensal contohnya: ika remora dengan ikan hiu, ikan remora menempel pada ikan hiu sehingga ia dapat berpindah tempat selain juga mendapat perlindungan dari ikan hiu,sementara ikan hiu tidak terganggu dari ikan remora e. Macam-macam ekosistem Ekosistem merupakan interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungan abiotiknya. Interaksi makhluk hidup dengan lingkungan pada suatu ekosistem bersifat khusus. Artinya interaksi komunitas di lingkungan kutub berbeda dengan interaksi komunitas di lingkungan tropis. Komunitas yang dipengaruhi oleh lingkungan abiotik yang spesifik menghasilkan ekosistem yang spesifik pula. Berdasarkan proses dua, yaitu ekosistem alami dan ekosistem buatan. a). Ekosistem alami, yaitu ekosistem yang terbentuk secara alamiah. Misalnya : ekosistem hutan, laut, sungai, dan rawa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 93
b). Ekosistem buatan, Gambar yaitu2.10 ekosistem Macam-macam yang dibentuk Ekosistemsecara alami sengaja oleh manusia. Misalnya ekosistem sawah, kolam, perkebunan, dan hutan
budidaya. sawah
Waduk Pondok Ngawi
Gambar 2.11 Ekosistem Buatan Beberapa ekosistem membentuk bioma dan keseluruhan ekosistem yang ada di bumi merupakan biosfer. Di bumi terdapat 6 bioma utama yaitu bioma gurun, commit to user padang rumput, hutan basah, hutan gugur, taiga, dan tundra. Masing-masing
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 94
bioma mempunyai sifat yang khas yang dipengaruhi oleh kondisi komponen abiotiknya. Perkembangan ekosistem dari ekosistem yang sederhana menjadi ekosistem yang kompleks dan seimbang disebut suksesi. c). Ekosistem darat Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa daratan. Berdasarkan letak geografisnya (garis lintangnya), ekosistem darat dibedakan menjadi beberapa bioma, yaitu sebagai berikut. (1). Bioma gurun
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 95
Beberapa Bioma gurun terdapat di daerah tropika (sepanjang garis balik) yang berbatasan dengan padang rumput. Ciri-ciri bioma gurun adalah gersang dan curah hujan rendah (25 cm/tahun). Suhu siang hari tinggi (bisa mendapai 45°C) sehingga penguapan juga tinggi, sedangkan malam hari suhu sangat rendah (bisa mencapai 0°C). Perbedaan suhu antara siang dan malam sangat besar. Tumbuhan semusim yang terdapat di gurun berukuran kecil. Selain itu, di gurun dijumpai pula tumbuhan menahun berdaun seperti duri contohnya kaktus, atau tak berdaun dan memiliki akar panjang serta mempunyai jaringan
untuk menyimpan air. Hewan yang hidup di gurun antara lain rodentia, ular, kadal, katak, dan kalajengking.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 96
Gambar 2.12 Bioma Setengah Gurun
commit user Gurun Gambar 2.13toBioma
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 97
(2). Bioma padang rumput Bioma ini terdapat di daerah yang terbentang dari daerah tropik ke subtropik. Ciri-cirinya adalah curah hujan kurang lebih 25-30 cm per tahun dan hujan turun tidak teratur. Porositas (peresapan air) tinggi dan drainase (aliran air) cepat. Tumbuhan yang ada terdiri atas tumbuhan terna (herbs) dan rumput yang keduanya tergantung pada kelembapan. Hewannya antara lain: bison, zebra, singa, anjing liar, serigala, gajah, jerapah, kangguru, serangga, tikus dan ular
Gambar 2.14 Bioma padang rumput (3). Bioma Hutan Basah Bioma Hutan Basah terdapat di daerah tropika dan subtropik. Ciri-cirinya adalah, curah hujan 200-225 cm per tahun. Species pepohonan relatif banyak, jenisnya berbeda antara satu dengan yang lainnya tergantung letak geografisnya. Tinggi pohon utama antara 20-40 m, cabang-cabang pohon tinngi dan berdaun lebat hingga membentuk tudung (kanopi). Dalam hutan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 98
basah terjadi perubahan iklim mikro (iklim yang langsung terdapat di sekitar organisme). Daerah tudung cukup mendapat sinar matahari. Variasi suhu dan kelembapan tinggi/besar; suhu sepanjang hari sekitar 25°C. Dalam hutan basah tropika sering terdapat tumbuhan khas, yaitu liana (rotan), kaktus, dan anggrek sebagai epifit. Hewannya antara lain, kera, burung, badak, babi hutan, harimau, dan burung hantu.
(4). Bioma hutan gugur Bioma hutan gugur terdapat di daerah beriklim sedang, Ciri-cirinya adalah curah hujan merata sepanjang tahun. Terdapat di daerah yang mengalami empat musim (dingin, semi, panas, dan gugur). Jenis pohon sedikit (10 s/d 20) dan tidak terlalu rapat. Hewannya antara lain rusa, beruang, rubah, bajing, burung pelatuk, dan rakoon (sebangsa luwak).
Musim gugur
Musim panas commit to user Gambar 2.15 Bioma Hutan gugur
Musim dingin
Musim semi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 99
(5).
Bioma Taiga Bioma taiga terdapat di belahan bumi sebelah utara dan di pegunungan daerah tropik. Ciri-cirinya adalah suhu di musim dingin rendah. Biasanya taiga merupakan hutan yang tersusun atas satu spesies seperti konifer, pinus, dan sejenisnya. Semak dan tumbuhan basah sedikit sekali. Hewannya antara lain moose, beruang hitam, ajag, dan burung-burung yang bermigrasi ke selatan pada musim gugur.
Gambar 2.16 Bioma Hutan Taiga (6).
Bioma Tundra Bioma tundra terdapat di belahan bumi sebelah utara di dalam lingkaran kutub utara dan terdapat di puncak-puncak gunung tinggi. Pertumbuhan tanaman di daerah ini hanya 60 hari. Contoh tumbuhan yang dominan adalah Sphagnum, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 0
liken, tumbuhan biji semusim, tumbuhan kayu yang pendek, dan rumput. Pada umumnya, tumbuhannya mampu beradaptasi dengan keadaan yang dingin. Hewan yang hidup di daerah ini ada yang menetap dan ada yang datang pada musim panas, semuanya berdarah panas. Hewan yang menetap memiliki rambut atau bulu yang tebal, contohnya muscox, rusa kutub, beruang kutub, dan insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
Gambar 2.17 Boima Tundra d). Ekosistem Air Tawar Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 1
(1). Adaptasi tumbuhan Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi, seperti teratai (Nymphaea gigantea), mempunyai akar jangkar (akar sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. (2). Adaptasi hewan Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan pencernaan. Habitat air tawar merupakan perantara habitat laut dan habitat darat. Penggolongan organisme dalam air dapat berdasarkan aliran energi dan kebiasaan hidup. 1). Berdasarkan aliran energi, organisme dibagi menjadi autotrof (tumbuhan), dan fagotrof (makrokonsumen), yaitu karnivora predator, parasit, dan saprotrof atau organisme yang hidup pada substrat sisa-sisa organisme. 2). Berdasarkan kebiasaan hidup, organisme dibedakan sebagai berikut. a). Plankton; terdiri alas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang (bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. b). Nekton; hewan yang aktif berenang dalam air, misalnya ikan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 2
c). Neuston; organisme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air, misalnya serangga air. d). Perifiton; merupakan tumbuhan atau hewan yang melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. e). Bentos; hewan dan tumbuhan yang hidup di dasar atau hidup pada endapan. Bentos dapat sessil (melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis. f. Keanekaragaman Organisme dalam Ekosistem Bumi ditempati oleh sejumlah besar makhluk hidup yang berbeda-beda. Kehidupan dapat ditemukan hamper di setiap tempat di bumi: di udara, di daratan, di bawah tanah, dan di tanah. Di antara makhluk hidup yang ada di dunia ini kirakira 1,4 juta spesies yang telah diidentifikasi dan diberi nama. Ahli biologi memperkirakan bahwa masih ada 1 juta lebih spesies yang belum ditemukan. Keanekaragaman makhluk hidup di dunia ini terjadi dari adanya perbedaan pada sifat seperti ukuran, struktur, bentuk, warna, fungsi organ maupun pada tempat hidup atau habitatnya. 1). Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah bahan mentah yang berasal dari lingkungan yang dimanfaatkan organisme termasuk manusia untuk kelangsungan hidupnya. Sumber daya alam meliputi faktor abiotik dan biotik, misalnya air, tanah, udara, hutan, minyak bumi, mineral dan tumbuhan serta satwa liar. Makanan yang kamu makan, baju yang kamu pakai, dan topi yang kamu pakai di kepalamu, semuanya commit to user diperlukan untuk kelangsungan hidup, dan semuanya berasal dari sumber daya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 3
alam. Terdapat dua macam SDA, yaitu SDA yang dapat diperbarui dan yang kedua SDA yang tidak dapat diperbarui. (a). Sumber Daya Alam yang dapat Diperbarui Organisme autotrof menghasilkan oksigen selama proses fotosintesis. Oksigen ini secara konstan dikonsumsi oleh semua organisme aerobik. Bahan-bahan ini dibutuhkan makhluk hidup untuk kelangsungan hidupnya. Air mengalami daur secara alami dari atmosfer pada permukaan bumi, ikut terbawa melalui jaringjaring makanan dan kembali ke bumi. Nitrogen, karbon, dan substansi penting lainnya didaurulang dengan cara yang mirip. Sumber daya alam yang dapat disediakan atau dibentuk kembali oleh alam dalam waktu yang relatif cepat disebut sumber daya alam yang dapat diperbarui (Renewable resources). Contoh lain sumber daya alam yang dapat diperbarui termasuk tumbuhan, hewan, hasil panen pertanian, air, oksigen . (b). Sumber daya Alam yang Tidak Dapat Diperbarui Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui adalah sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah terbatas dan tidak dapat dibentuk lagi oleh proses alam dalam waktu singkat. Logam termasuk aluminium, besi, perak, uranium, dan bahkan emas yang digunakan untuk membuat perhiasan dan koin adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Beberapa mineral seperti fosfor, untuk membentuk kembali memerlukan waktu 500 - 1000 tahun pada lapisan tanah pada kedalaman 2,5 cm. Mineral yang demikian ini dianggap sebagai sumber alam yang tidak dapat diperbarui. commit daya to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 4
Karena itu komponen bahan-bahan yang sangat lambat proses pembentukkannya di lingkungan alami dinyatakan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Perhatikan contoh yang memperlihatkan penambangan minyak bumi yang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
Gambar 2.18 Penambangan minyak bumi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 5
2). Persediaan Sumber Daya Alam Persediaan SDA di alam tidak selalu dalam jumlah yang banyak dan berlimpah. Banyak di antara SDA itu yang persediaannya terbatas. Oleh karena itu penggunaan SDA macam ini harus dilakukan secara bijaksana dan berhemat. Beberapa contoh SDA yang terbatas jumlahnya adalah minyak bumi, mineral, barang tambang lainnya, dan hutan. Di samping persediaan yang terbatas, distribusi SDA ini di alam juga tidak merata. Ada daerah yang sangat kaya dengan minyak bumi dan mineral tapi ada juga daerah yang amat miskin dan tidak memiliki kekayaan alam seperti itu. Banyak negara di dunia ini yang kaya akan minyak bumi dan dikenal sebagai negara pengekspor minyak (OPEC). 3). Hutan Hujan Tropis Wilayah hutan hujan tropis di dunia terdiri dari banyak bioma, dari area yang bermusim kering, padang rumput, hingga gunung yang tinggi. Keanekaragaman hayati paling tinggi di bumi ditemukan pada hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis di dunia ini terdapat di Lembah Amazon Brasil, Lembah Kongo Afrika Tengah, Amerika Tengah, dan dekat daerah ekuator Asia Tenggara dan Indonesia. Sebagian kecil dari hutan hujan tropis ini juga terdapat di Pantai Tenggara Australia. Kira-kira 7% permukaan bumi,
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 6
Gambar 2.19
Hutan Tropis
Penebangan pohon pada lahan yang tandus akan menyebabkan pertumbuhan tanaman dan kehidupan hewan di lahan tersebut akan terganggu. Sehingga tanaman ini tidak mampu menyerap air akibatnya bila hujan turun akan terjadi tanah longsor karena air mengikis tanah pada permukaan. Hilangnya sejumlah vegetasi akan mempengaruhi fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Bila hilangnya vegetasi itu berlanjut dalam skala yang cukup besar, maka hal itu akan berpengaruh pada iklim global. Hutan hujan tropis akan habis dalam 20 tahun bila pemerintah dan masyarakat tidak menghentikan atau mengurangi kerusakan dalam skala besar.
Gambar 2. 20 Kerusakan SDA Gambar diatas menunjukkan salah satu bentuk kerusakan SDA. Untuk membentuk hutan kembali akibat kerusakan seperti ditunjukkan pada gambar tersebut membutuhkan waktu berpuluh-puluh bahkan beratus tahun sebelum dapat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 7
kembali menjadi hutan seperti semula. berupa hutan dan 25% spesies yang ada di bumi termasuk dalam bioma ini. Hutan hujan tropis berusia kira-kira 200 juta tahun dan tidak seperti bioma lainnya tidak mengalami glasiasi. Hutan hujan tropis terjadi pada area tropis yang mempunyai curah hujan tahunan normal berkisar antara 200 – 400 cm, dengan kisaran temperatur antara 25° C dan 32° C. Temperatur malam hari jarang turun lebih dari 5° C dari temperatur di siang hari. Walaupun curah hujan bulanan bervariasi, tidak ada musim kering di sana, sebab setiap bulan turun hujan; seringkali terbentuk awan pada siang hari. Kelembaban jarang turun di bawah 80%. Kondisi iklim tersebut mendukung keanekaragaman spesies hewan dan tumbuhan yang cukup besar di hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis didominasi pohon yang berdaun lebar selalu berwarna hijau, memiliki batang yang sering tidak bercabang yang tingginya hingga 40 m atau lebih . 4). Kebutuhan Manusia Melebihi Persediaan Sumber Daya Alam Penduduk dunia ini selalu bertambah dengan pesat karena keberhasilan di dalam meningkatkan kualitas hidup, kesehatan. Dampak dari terlalu banyaknya orang hidup di bumi, sadalah meningkatrnya kebutuhan akan makanan, air, ruang, pakaian, transportasi, dan barang-barang penting lainnya. Ketika kebutuhan terhadap sumber daya alam melebihi persediaan yang ada, maka kompetisi untuk memperoleh sumber daya alam akan meningkat. Akibatnya harga sumber daya alam akan naik.. Peningkatan kebutuhan sumber daya alam tidak hanya menaikkan hargaharga rumah dan barang tetapi memaksa masyarakat tertentu hidup apa adanya karena tidak mampu memenuhi kebutuhannya commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 8
Gambar 2.21 Kemiskinan kimia dalam ekosistem dapat berfungsi sebagai indikasi penyebab kerusakan. Untuk membandingkan bahan kimia yang berbahaya dan tidak, dibutuhkan eksperimen untuk menentukan toksisitas bahan tersebut. Toksisitas adalah suatu pengukuran berapa banyak suatu bahan diperlukan untuk meracuni atau membunuh organisme. g. Kerusakan Ekosistem 1). Pencemaran Lingkungan Pada kegiatan penyelidikan, kamu telah mengamati bagaimana kualitas air di kolam atau sungai di lingkungan sekolahmu dan kamu juga telah melihat apakah air di kolam atau sungai itu beracun bagi tumbuhan atau hewan yang ada di situ. Kualitas air yang “baik” bagi organisme di kolam atau sungai itu mungkin “tidak sesuai” bagi organisme yang lain bahkan dapat menyebabkan kematian.Masuknya bahan-bahan beracun ke dalam lingkungan merupakan pencemaran (polusi). Polusi adalah suatu proses rusaknya lingkungan. Polutan adalah limbah yang menyebabkan polusi. Tumpukan sampah yang berpotensi menghasilkan nitrogen dari proses penguraian sampah dan merupakan nutrient esensial bagi semua organisme, dapat pula menjadi polutan. Bahan-bahan penyebab polutan kadang dapat kita temukan dengan mudah dalam ekosistem. Misalnya, bila kita melihat commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10 9
banyak ikan mati di pinggir-pinggir sungai, ilmuwan dapat memeriksa kualitas air sungai tersebut. Ilmuwan dapat memeriksa kandungan oksigen, pH, atau jumlah bakteri yang dapat membunuh ikan itu. Pada kejadian lain, analisis kimia kompleks diperlukan untuk memeriksa kualitas air. Ilmuwan menggunakan alat seperti kromatografi gas untuk mendeteksi dan mengidentifikasi bahan kimia dalam ekosistem. Adanya bahan kimia dalam ekosistem dapat berfungsi sebagai indikasi penyebab kerusakan. Untuk membandingkan bahan kimia yang berbahaya dan tidak, dibutuhkan eksperimen untuk menentukan toksisitas bahan tersebut. Toksisitas adalah suatu pengukuran berapa banyak suatu bahan diperlukan untuk meracuni atau membunuh organisme.
Gambar 2.22 Tempat pembuangan sampah (limbah padat) yang dihasilkan manusia merupakan salah satu polutan Hasil studi toksisitas tentunya dipertimbangkan ketika digunakan untuk memutuskan apakah suatu bahan itu termasuk polutan. Sebagai contoh, sianida adalah bahan toksik yang digunakan padatobeberapa proses industri. Limbah yang commit user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 0
mengandung sianida sangat berbahaya. Seorang dewasa akan sakit bahkan meninggal jika mengkonsumsi sianida lebih dari 300 mg. Sianida secara alami juga ditemukan dalam biji apel, daun singkong. Ilmuwan sering lebih khawatir dengan jumlah bahan yang masuk dalam ekosistem daripada toksisitasnya. Sejumlah besar bahan dapat menyebabkan polusi. Garam (NaCl) tidak toksik, tetapi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kerusakan serius pada ekosistem, perembesan air garam pada air tawar, kandungan garam dalam tanah menjadi tinggi, sehingga beberapa tumbuhan tidak dapat tumbuh. Bahan kimia lain yang dapat merusak ekosistem adalah pestisida. Pestisida adalah suatu bahan yang digunakan membunuh hewan atau tumbuhan tidak dikehendaki berada di tempat tertentu. Aturan penggunaan bahan tersebut dikembangkan berdasarkan studi lingkungan. Efek faktor biotik lebih sulit diprediksi. Ketika bahan kimia masuk ke dalam jaring-jaring makanan, organism dalam jaring-jaring makanan mungkin menyimpan bahan ini dalam tubuhnya. Proses ini disebut biomagnifikasi, beberapa organisme mempunyai kemampuan menyimpan bahan toksik ini dalam jaringannya karena cara mereka makan. Organisme seperti kerang, hewan bercangkang lainnya berpotensi sebagai penyaring makanan. Mereka memperoleh makanan dengan memasukkan air untuk menangkap alga dan partikel makanan. 2). Hujan asam Di atmosfer uap air menyebar, dan kembali ke permukaan bumi sebagai hujan, salju, dan bentuk hujan lainnya. Di atmosfer, molekul air bergabung dengan polutan udara, misalnya gas karbondioksida yang terlarut dalam titik-titik air commit to user kemudian bergabung membentuk air dalam hujan, menghasilkan asam karbonat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 1
lemah. Akibatnya Ph air hujan yang biasanya normal menjadi asam. Polutan udara, khususnya sulfur dioksida dan nitrogen oksida, meningkatkan keasaman air hujan. Dengan adanya sinar matahari, polutan ini bereaksi dengan air dan oksigen di udara membentuk asam sulfat dan asam nitrat. Jadi, hujan asam adalah hujan atau salju yang keasamannya lebih daripada air hujan yang tidak terpolusi. Sulfur dilepaskan terutama oleh pembakaran batubara pabrik dan energi yang berasal dari tumbuhan. Sumber utama nitrogen oksida adalah knalpot kendaraan bermotor. Pada beberapa kota dan area industri berat, jumlah polutan dilepaskan ke udara begitu besar sehingga hujan atau salju menjadi asam seperti asam cuka; bahkan kabut dan embun dapat menjadi asam sebagai akibat polusi udara. Air hujan yang tidak terpolusi mempunyai pH 5,6 – 5,7. Hujan dengan pH dibawah 5,6 dianggap asam. Hujan melarutkan kal-sium, potasium, dan nutrien berharga lainnya dari tanah. Karena nutrien ini tercuci oleh hujan asam, tanah menjadi kurang subur. Hilangnya nutrien ini dapat menyebabkan kematian pohon. Hujan asam juga menghancurkan jaringan tumbuhan dan mengganggu pertumbuhan tumbuhan tersebut dan fiksasi nitrogen. Banyak pohon di hutan yang mati sebagai akibat hujan asam. Hujan asam juga mempunyai efek pada ekosistem danau. Hujan asam yang jatuh ke danau, melalui aliran sungai, menyebabkan pH pada ekosistem tersebut turun di bawah normal. Berubahnya keasaman air mengganggu ekosistem danau. 3). Efek Rumah Kaca Apa yang terjadi pada udara dalam mobil tertutup yang sedang di parkir bila commit to user terpapar matahari beberapa jam? Radiasi energi dari matahari memanaskan udara
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 2
dalam mobil, membuat udara dalam mobil lebih hangat daripada di luar ruangan. Kaca jendela mobil, seperti dinding kaca dari “green house”, menahan panas yang terperangkap dalam mobil. Gas-gas di atmosfer menangkap banyak energi radiasi dari matahari yang mencapai permukaan bumi. Daratan, air, dan segala sesuatu di permukaan bumi mengabsorbsi energi matahari. Objek yang telah mengabsorbsi energi ini memantulkan energi panas kembali ke sekitarnya. Atmosfer memerangkap panas ini sehingga suhu udara menjadi lebih panas. Proses penyimpanan panas oleh gasgas atmosfer ini disebut efek rumah kaca . Tanpa efek rumah kaca, semua energi matahari akan dipantulkan kembali ke tempat sekitarnya, dan bumi menjadi terlalu dingin bagi makhluk hidup untuk hidup dan berkembang. Gas-gas yang berperan terhadap efek rumah kaca disebut gas-gas rumah kaca, misalnya karbondioksida. 4). Polusi Air Sumber daya alam yang langka. Jumlah air tawar hanya 3% dari total jumlah air di bumi. Dari 3% itu, hanya 0,003% bersih dan aman, dan tersedia untuk konsumsi manusia. Air dapat tercemar oleh minyak, limbah industri, sampah, dan bahkan panas. Bila Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) menggunakan air dari sungai untuk tujuan pendinginan, aliran yang kembali ke sungai lebih panas beberapa derajat dari asalnya. Organisme sungai tidak dapat menyesuaikan perubahan temperatur air secara cepat sehingga organisme tersebut mungkin mati. Air dapat juga tercemar oleh pestisida dan pupuk yang digunakan petani. Bahan-bahan kimia yang ada dalam tanah terbawa air hujan dan terangkut ke sumber air. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 3
5). Polusi Tanah Majalah, koran, tas plastik, botol, kaleng aluminium, potongan rumput, sisa makanan merupakan limbah padat. Limbah padat adalah produk yang tidak diinginkan yang dibakar atau ditimbun setiap tahun di seluruh dunia. Potongan rumput, sisa-sisa hewan, koran, dan daun-daun yang mati diuraikan oleh pengurai (decomposer) dalam tanah. Sebagian limbah dapat diuraikan secara alami menjadi komponen-komponen kimia. 6). Efek Pencemaran Air Pencemaran air dapat berpengaruh pada keperluan rumah tangga dan industri. Air yang telah tercemar tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga akan menimbulkan dampak sosial yang sangat luas dan akan memakan waktu lama untuk memulihkannya. Bila air tidak dapat digunakan untuk keperluan industry berarti usaha untuk meningkatkan kehidupan manusia tidak akan tercapai. Contoh, air lingkungan yang berminyak (karena tercemar minyak) tidak dapat lagi digunakan sebagai pelarut dalam industri kimia. Air yang bersifat sadah karena terlalu banyak mengandung ion logam tidak dapat lagi digunakan sebagai air ketel uap. Air yang tercemar juga tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan irigasi, untuk pengairan di sawah dan kolam ikan karena adanya senyawa organik yang menyebabkan perubahan drastis pada pH air. Air yang terlalu asam atau terlalu basa juga akan mematikan tumbuhan dan hewan air. Selain itu juga banyak senyawa anorganik yang menyebabkan kematian. Di samping itu juga banyak ikan yang mati karena sungai atau tambaknya tercemar. Pencemaran air dapat commit to user menimbulkan kerugian yang lebih jauh, yaitu kematian. Kematian dapat terjadi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 4
karena pencemaran sangat parah sehingga air menjadi penyebab berbagai macam penyakit. Air yang tecemar dapat menjadi penyebab sumber penyakit menular karena: air merupakan tempat berkembangbiaknya mikroorganisme, termasuk mikroba patogen; air yang telah tercemar tidak dapat digunakan sebagai air bersih, sedangkan air bersih sudah tidak mencukupi sehingga kebersihan manusia dan lingkungannya tidak terjamin yang pada akhirnya menyebabkan manusia mudah terserang penyakit. Contoh limbah-limbah yang dapat diuraikan secara alami misalnya potongan rumput, sisa hewan, dan sebagainya. Sebagian limbah lain tidak dapat diuraikan secara alami, misalnya logam, dan sebagainya. Limbah yang tidak dapat diuraikan inilah yang dapat menimbulkan masalah polusi bertahuntahun. Limbah lain adalah limbah dari bahan kimia yang antara lain sebagai hasil samping dari proses industri. Beberapa limbah ini beracun dan dapat menyebabkan kanker, mempengaruhi kelahiran, dan masalah kesehatan lainnya. Beberapa limbah disimpan dalam tanki. Bila drum tidak ditutup rapat atau terjadi kebocoran, bahan kimia tercecer dan mencemari tanah dan air. Dampak tidak langsung akibat pencemaran daratan adalah melalui media lain. Contoh, tempat pembuangan limbah padat, baik tempat penimbunan sementara maupun tempat pembuangan akhir, akan menjadi tempat berkembangbiaknya tikus dan serangga yang merugikan manusia, seperti lalat dan nyamuk. Tempat pembuangan sampah adalah tempat kumuh, namun menyediakan makanan yang cukup bagi perkembanganbiakan tikus, yaitu limbah organik terutama sisa-sisa makanan yang dibuang di tempat itu. Celah-celah antara limbah padat seperti ban, kaleng bekas, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 5
kardus, kotak kayu dan lain sebagainya merupakan tempat ideal bagi persembunyian dan perkembangbiakan tikus. 7). Polusi Hutan dan Tanah Hutan menyediakan kayu untuk bahan bakar, untuk bahan pembuatan rumah, untuk
bahan
perabotan
rumah
tangga,
dan
lain-lain.
Banyak
masyarakat/perusahaan menebang pohon dan menggunakan hasil hutan untuk kepentingan industri sehingga bila musim hujan datang maka tidak ada akar pohon yang menyerap air dan menahan tanah dari tempatnya. Air mencuci tanah. Kondisi inilah yang menyebabkan erosi. Erosi adalah hilangnya tanah akibat pengaruh angin, air, atau es. Hujan mencuci bagian atas tanah yang subur sehingga pohon tidak dapat tumbuh pada lereng gunung yang tandus. h. Pelestarian Ekosistem Untuk menjaga kelestarian satwa langka, maka penangkapan hewan-hewan dan juga perburuan haruslah mentaati peraturan tertentu seperti berikut: (1) para pemburu harus mempunyai surat ijin, (2) senjata pemburu harus tertentu macamnya, (3) membayar pajak dan mematuhi undang-undang perburuan, (4) harus menyerahkan sebagian tubuh yang harus diburunya kepada petugas, (5) dilarang memburu hewanhewan langka, (6) jenis hewan tertentu hanya boleh ditangkap pada waktu tertentu saja, (7) tidak boleh memburu hewan yang sedang bunting, dan (8) tidak boleh membiarkan hewan buruannya lepas dalam keadaan terluka. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 6
1). Melestarikan Satwa langka Ada berbagai alasan yang dilakukan orang untuk mengambil sumber daya alam hayati tersebut, misalnya untuk dijadikan sebagai sumber pangan, hiasan, dan beberapa alasan lainnya. Hal ini akan makin buruk jika kita belum melakukan penelitian tentang cara membudidayakan dan mengelola suatu jenis makhluk hidup secara berkelanjutan. Misalnya ikan arwana (Schleropages formosus), hewan tersebut banyak diburu orang untuk dikoleksi karena harganya yang amat mahal. Sementara itu sampai saat ini belum banyak orang yang melakukan penelitian tentang cara membudidayakan dan mengelolanya secara berkelanjutan.
2). Bioremediasi Pencemaran kimia pada suatu ekosistem dapat menyebabkan kematian sebagian atau semua organism hidup. Pada umumnya, komunitas bertahan hidup karena keragaman metabolismenya, dalam hal ini beberapa organisme di dalam komunitas itu menghilangkan sifat racun bahan kimia yang dihasilkan oleh organisme lain. Pada saat mikrobia mengubah racun atau bahan-bahan yang berbahaya menjadi molekul-molekul yang tidak berbahaya, proses pemurnian ini disebut bioremediasi. Bioremediasi mikrobia memungkinkan untuk membantu banyak masalah polusi kita dengan cara sederhana, dengan membiarkan organisme mencerna polutan organik dan anorganik. Dengan demikian kita dapat memperbaiki ekosistem yang rusak. Bahan organik beracun itu menyediakan energi
dan
karbon
untuk
pertumbuhan
mikrobia
bioremediasi,
yang
commit to user membersihkan lingkungan dalam proses tersebut. Sejumlah besar pestisida dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 7
bahan kimia yang dilepaskan ke lingkungan dalam waktu yang cukup lama telah memungkinkan munculnya organisme yang mulai dapat mencerna bahan-bahan tersebut. 3). Melestarikan Tumbuhan Walaupun tumbuhan dan hewan termasuk sumber daya alam yang dapat diperbarui, tetapi bila pengambilannya secara terus menerus tanpa memperhatikan kecepatan daya reproduksinya maka dapat berakibat musnahnya sumber daya alam hayati itu sendiri. Pemanfaatan sumber daya alam disebut berlebihan bila jumlah yang diambil lebih besar dibanding dengan yang dapat dihasilkan dalam waktu tertentu. Sumber daya alam berupa tumbuhan telah banyak yang punah dan beberapa jenis tumbuhan langka terancam pula kepunahan, misalnya Raflesia arnoldii. Dalam mengeksploitasi sumber daya, khususnya hutan sebagai habitat banyak tumbuhan, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) tidak melakukan penebangan pohon di hutan dengan semena-mena (tebang habis), (2) melakukan reboisasi, yaitu menghutankan kembali hutan yang rusak, (3) mencegah kebakaran hutan. 4). Pencagaralaman Cagar alam adalah sebidang tanah, suatu daerah yang disediakan dan ditata untuk melindungi spesies flora dan fauna di dalamnya. Di dalam cagar alam tidak dibolehkan adanya segala jenis eksploitasi. Berbeda dengan cagar alam, cagar biosfer dapat pula meliputi daerah yang telah dibudidayakan manusia, misalnya untuk pertanian secara tradisional dan permukiman. Karena itu, sebidang lahan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 8
yang tidak boleh dijamah, sukar untuk diterima. Tekanan makin besar agar cagar alam diikutsertakan dalam pembangunan. Untuk mengatasi tekanan ini makin banyaklah dipakai konsep taman nasional, di dalamnya dilakukan tujuan pencagaralaman. Kegiatan itu, misalnya pariwisata, penelitian, dan pendidikan. Di Indonesia beberapa cagar alam telah mempunyai status taman nasional, yaitu Taman nasional Gede Pangrango dan Taman Nasional Ujung Kulon di Jawa barat, Taman Nasional Baluran di Jawa Timur, Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, Taman Nasional Gunung Leuser di Aceh. Peranan keanekaragaman mahluk hidup dalam ekosistem adalah sebagai penyeimbang dalam
ekosistem. Tindakan-tindakan
yang dapat
merusak
keanekaragaman mahluk hidup : 1).Perusakan hutan, penebangan hutan secara liar dapat merusak struktur tanah, merusak tumbuhan yang kecil akibat tertimpa oleh pohon besar yang ditebang dan satwa liar kehilangan tempat hidupnya. 2) Penggunaan pestisida, penggunaan pestisida secara berlebihan tidak hanya membunuh hama saja tetapi juga membunuh organism lainnya. 3) Perburuan liar, perburuan liar seperti perburuan harimau dan ular untuk diambil kulitnya, gajah untuk diambil gadingnya dan badak untuk diambil culanya akan membuat hewanhewan tersebut terancam punah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11 9
Gambar 2.23 Hutan lindung merupakan salah satu bentuk konservasi in-situ Cara-cara memelihara kelestarian hutan dengan cara : 1). Reboisasi, 2) Melakukan tebang pilih, 3) Menghindari kebakaran hutan, 4) Menetapkan Daerah Perlindungan Alam. Contoh daerah perlindungan Alam di Indonesia : 1). Taman hutan raya dan hutan wisata, 2) Cagar Alam, 3) Taman nasional, 4) Merehabilitasi Satwa Langka. Contoh : Merehabilitasi orang utan yang dipelihara oleh perorangan dan disita oleh Negara kemudian dikembalikan lagi ke habitatnya. Sebelum dikembalikan direhabilitasi dulu agar orang utan dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan hutan sebagai habitat aslinya. Pusat rehabilitasi orang utan yaitu di Samboja, tanjung pinang dan bukit lawang. Penangkaran
satwa
dan
Tumbuhan
Langka.
Satwa
langka
dapat
ditangkarkan di kebun binatang atau tempat penangkaran yang ditunjuk. Jika populasi sudah banyak, sebagian dilepaskan lagi di habitat aslinya. Tumbuhan langka dapat ditangkarkan dikebun raya atau tempat konservasi alam lainnya. Pembiakan di luar habitat aslinya disebut pembiakan secara ex situ. Sedangkan pembiakan di dalam habitat aslinya disebut in situ. Upaya-upaya untuk menjaga kelestarian hutan : 1). Reboisasi, yaitu menanami kembali hutan-hutan yang telah gundul. Contohnya Reboisasi di gunung kidul, reboisasi di lampung, reboisasi di lebak dll, 2).Melakukan tebang user pilih, yaitu menebang pohon commit denganto criteria-kriteria tertentu. Contohnya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 0
menebang pohon jati yang diameternya sudah 75 cm, Menghindari kebakaran hutan. Contoh : Untuk menghindari kebakaran hutan dapat dilakukan dengan memberi pengarahan pada masyarakat agar tidak membakar lahan di sekitar hutan. Memberi pelatihan pada masyarakat cara-cara pemadaman kebakaran hutan jika ada kebakaran hutan.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Suwarna, (2009) dengan judul “Pembelajaran kimia dengan metode STAD melalui teknik peta konsep dan teknik Puzzle ditinjau dari interaksi sosial dan kemampuan memori. (Studi kasus pembelajaran kimia pada materi pokok sistem koloid kelas XI Semester 2 SMA N 1 Karas Magetan Tahun 2008/2009 )”. Menyimpulkan bahwa teknik peta konsep dan teknik Puzzle tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar, kemampuan memori tinggi dan rendah mempengaruhi terhadap prestasi belajar, interaksi sosial positif dan negatif tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar, tidak ada interaksi teknik peta konsep dan teknik Puzzle dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar, tidak ada interaksi teknik peta konsep dan teknik Puzzle dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar, ada interaksi antara kemampuan memori siswa tinggi dan rendah dengan interaksi sosial positif dan negatif terhadap prestasi belajar dan tidak ada interaksi teknik peta konsep dan puzzle ,dengan kemammpuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 1
2. Penelitian yang dilakukan oleh Erwin Sulistiani (2006) dengan judul “Prestasi Belajar Biologi pada pokok system Koordinasi Menggunakan Variansi Media Pembelajaran Ditinjau Dari Kemampuan Memori Siswa (Studi Kasus Penggunaan Media Pembelajaran LCD, OHP, Buku Teks Terprogran Pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Pelajaran 2005/2006). Penelitian ini menyimpulkan bahwa, terdapat perbedaan pengaruh penggunaan media pembelajaran terhadap prestasi belajar, terdapat perbedan pengaruh kemampuan memori terhadap prestasi belajar siswa, terdapat pengaruh interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar siswa. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Harnowo (2009) dengan judul ”Pembelajaran Fisika Dengan Model Kooperatif Melalui Jigsaw dan STAD Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Kebumen Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009)” Penelitian ini menyimulkan bahwa: 1) ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar fisika pada materi kalor. 2) maka ada interaksi antara model pembelajaran dengan gaya belajar terhadap prestasi belajar kalor. 4. ”Pembelajaran Kooperatif Dengan Modul dan Animasi Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Dari Tingkat Kesulitan Belajar Siswa (Studi Pembelajaran Biologi pada Materi Sistem Eskresi Kelas XI Semester 1 SMA Tauna Nusantara Magelang)” Penelitian ini lakukan oleh Cecep Iskandar (2009) . Adapun hasil
penelitian ini adalah 1) terdapat commit to user
pengaruh pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 2
kooperatif dengan modul dan animasi terhadap prestasi belajar pada materi sistem Eskresi, 2) terdapat pengaruh tingkat kesulitan belajar rendah, sedand dan tinggi terhadap dengan pembejaran siswa pada materi sistem Eskresi, 3) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran kooperatif menggunakan modul dan Animasi dengan tingkat kesulitan belajar terhadap persatsi belajar. Dalam hal ini kami akan melakukan penelitian yang serupa dengan ketiga penelitian diatas
dengan metode kooperatif Jigsaw melalui hipermedia dan modul
ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial terhadap prestasi belajar siswa. 5. Durmus Kilic (2008) dalam Jurnal internasional yang berjudul ”The Effect of the Jigsaw Technigue on Learning the Concepts of the Principles and Methods of Teaching”. Dalam penelitian mengambil sampel 80 siswa yang terbagi menjadi 40 siswa diterapkan kelompok pembelajaran Jigsaw dan 40 siswa diterapkan pembelajaran klasik sebagai kelompok kontrol. Pada akhir penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan menuju ke pembelajaran Jigsaw.
C. Kerangka Berpikir Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, serta didukung dengan kajian teori yang diuraikan pada penelitian ini dapat dirumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: 1. Pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 3
Rendahnya prestasi belajar biologi kelas VII SMP Negeri 2 Paron pada tahun pelajaran 2009/2010 semester II dipengaruhi berbagai permasalahan, antara lain siswa belum efektif mengikuti pembelajaran, penggunaan metode pembelajaran belum menarik bagi siswa, serta guru kurang mampu memahami model-model pembelajaran. Pada kerangka berpikir ini metode Jigsaw dengan menggunakan hipermedia dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa karena dengan hipermedia ini dapat memberikan motivasi untuk belajar lebih giat dan dapat melatih siswa untuk berpikir lebih kritis dan aktif dalam menangkap materi pelajaran sehingga hal ini akan membantu proses belajar mengajar dan dapat digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan mata pelajaran biologi yang tercermin dalam prestasi belajar. Penggunaan modul dalam pembelajaran dapat digunakan secara mandiri, kapan saja, dimana saja dan dalam situasi apapun. Modul juga dapat digunakan sebagai acuan pada belajar bersama. Penggunaan modul membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami suatu materi pelajaran dan perlu motivasi yang tinggi dari dalam diri siswa sendiri untuk belajar dengan modul. Dari pemikiran di atas, dapat diasumsikan bahwa pembelajaran menggunakan hipermedia dan modul mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa. Penggunaan hipermedia akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan menggunakan modul. Berdasarkan pertimbangan diatas bahwa teori bejalar yang mendukung adalah tori belajar Peaget kerana siswa langsung dapat berinteraksi dengan materi ekosistem dari hipermedia dan modul. Dengan Hipermedia dan modul commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 4
karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh siswa secara langsung. Dengan pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal waktu masuk kelas sehingga siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.
Keunggulan kooperatif tipe jigsaw meningkatkan rasa tanggung
jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. 2. Pengaruh kemampuan memori tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi Kemampuan ingatan atau kemampuan memori secara sempit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menerima atau memasukkan kesan-kesan, menyimpan kesan-kesan itu dan kemudian mengeluarkan kembali kesan-kesan yang pernah diterima (Walgito, 1985). Rathus, mengatakan bahwa mengingat adalah suatu proses pengolahan informasi yang telah dipelajari atau diperoleh dari stimulus yang dapat dipelihara dan diperoleh kembali di masa mendatang. Kemampuan memori siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010 sangat heterogen. Kemampuan memori siswa yang tinggi itu tidak didukung oleh suatu kondisi yang dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk dapat lebih berkembang. Karena antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah mendapat porsi yang sama dalam proses pembelajaran dikelas. Seseorang berkemampuan memori yang sangat tinggi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1) proses encoding yang majemuk dan bermakna; 2) memiliki banyak cue dengan asosiasi tinggi; banyak latihan. Memori akan lebih baik jika sesuatu yang dipelajari dengan berulang-ulang walaupun dengan sesi yang cukup pendek dari pada sesi atau waktu yang lebih lama. Selain itu memori akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja. Dengan penerapan pembelajaran jigsaw dengan hipermedia dan modul akan berpengaruh terhadap kemampuan memori siswa kelas VII SMP Negeri commit to user 2 Paron.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 5
3. Pengaruh interaksi sosial siswa tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar biologi. Dalam proses pembelajaran tak luput dari berbagai permasalahan yang dialami para siswa dalam menjalani perannya sebagai peserta didik di sekolah. Semula siswa diharapkan dapat memahami materi pelajaran yang diterimanya sehingga mampu mengembangkan interaksi sosial
dari dalam dirinya sehingga dapat
berprestasi dan mampu bersaing secara sehat untuk berlomba meraih prestasi yang gemilang, namunya kenyataan dilapangan masih banyak peserta didik yang mengalami berbagai ragam kesulitan belajar, sehingga berakibat pada pencapaian prestasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Peserta didik yang mengalami kesulitsn belajar akan berakibat menurunnya prestasi belajar. Berbagai macam faktor yang menyebabkan menurunnya prestasi belajar yaitu faktor interaksi sosial siswa yang mungkin sulit bergaul, rendah diri, dan sulit kerkomunikasi dengan teman sejawatnya. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Maka dengan penerapan pembelajaran kooperatif diharapkan interaksi sosial siswa akan tumbuh, karena siswa dalam pembelajaran kooperatif jigsaw siswa dikelompokkan untuk saling bekerjasama dan saling membantu dalam memahami bahan atau materi pelajaran. Interaksi sosial yang dimiliki masing-masing siswa kemungkinan diduga akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Siswa yang mempunyai interaksi sosial tinggi akan memiliki prestasi belajar yang tinggi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 6
sedangkan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah akan memperoleh prestasi belajar lebih rendah dibanding dengan yang memiliki interaksi sosial tinggi. 4. Interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul dengan Kemampuan Memori siswa terhadap prestasi belajar biologi Pembelajaran Jigsaw menggunakan Hipermedia dan Modul akan dapat membantu mempengaruhi kemampuan memori siswa. Penggunaan Hipermedia dan
Modul
memberikan
variansi
dalam
pembelajaran,
sehingga
akan
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Berdasarkan hal ini maka terdapat interaksi yang positif antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul terhadap kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah 5. Interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul dengan Interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi Interaksi
sosial
siswa
merupakan
kemampuan
siswa
untuk
saling
berhubungan, bertukar pendapat, berinteraksi atau berkomunikasi dengan siswa lain dan lingkungannya dalam proses pembelajaran. Pembelajaran Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran berlangsung, diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Albert Bandura pada teori belajar sosial yang menekankan pada efek-efek dari konsekuensi- konsekuensi pada perilaku dan tidak mengindahkan fenomena pemodelan, yaitu meniru perilaku orang lain, dan pengalaman vicarious, yaitu belajar dari keberhasilan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 7
kegagalan orang lain. Dalam pembelajaran Jigsaw terjadi interaksi yang positif dengan Interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi. 6. Interaksi antara Kemampuan Memori dan Interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi Kemampuan ingatan (memori) merupakan fungsi fundamental bagi proses mental
yang
berhubungan
memungkinkan organisme
dengan
kinerja
intelektual,
dengan
memori
untuk memiliki kemampuan berfikir, membaca,
menulis, berbicara dan belajar. Tanpa memori organisme tidak mampu untuk melakukan kegiatan mental (mindless), tidak mampu membuat perbandingan serta tidak mampu berkomunikasi. Dalam hal ini kemampuan memori siswa SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010 semester II dikategorikan pada tingkat kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok tertentu yaitu antara siswa dengan teman sekelasnya dalam bergaul yang didorong oleh keinginan untuk belajar bersama (kelompok). Interaksi sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Interaksi sosial dikategorikan pada tingkat tinggi dan rendah. Pada pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul siswa yang memiliki kemampuan memori dan interaksi sosial tinggi diharapkan juga memiliki prestasi belahar yang baik. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 8
memori dan interaksi rendah tentu prestasi belajarnya kurang baik. Hal ini dimungkinkan terjadi interaksi yang positif pada kemampuan memori dan Interaksi soaial siswa terhadap prestasi belajar siswa. 7. Interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul dengan Kemampuan Memori dan Interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi Pada pembalajaran Jigsaw melalui Hipermedia dan Modul ditunjang dengan kemampuan memori tinggi dan interaksi sosial tinggi , maka siswa akan lebih aktif , kreatif dalam mengikuti pembalajaran. Maka hal ini akan terjadi interaksi yang positif pada model pembalajaran Jigsaw, media pembelajaran Hipermedia dan Modul , serta ditunjang dengan kemampuan memori dan interaksi sosial tinggi dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.
D. Hipotesis Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dinyatakan bahwa: 1. Ada pengaruh pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 2. Ada pengaruh kemampuan memori tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 3. Ada pengaruh kemampuan interaksi sosial tinggi rendah terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12 9
4. Ada interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori siswa pada materi pokok ekosistem. 5. Ada interaksi pemebelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan interaksi sosial pada materi pokok ekosistem. 6. Ada interaksi kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 7. Ada interaksi pembelajaran biologi dengan jigsaw melalui hipermedia dan ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa pada materi pokok ekosistem.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 0
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. 1. Tempat Penelitian Penelitian dengan objek pelaksanaan pembelajaran Jigsaw melalui media hipermedia dan modul ditinjau dari kemampuan memori dan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi ini dilakukan di SMP Negeri 2 Paron, Kabupaten Ngawi, khususnya kelas VII semester II tahun pembelajaran 2009/2010. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2009/2010. Penelitian diawali pada bulan Pebruari 2010 sampai dengan bulan Januari 2011. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
No
P E B, 1 0
Kegiatan
M A R
A P R
M E I
J U N
‘1 0
‘1 0
‘1 0
‘1 0
1.
Pengajuan judul
v
2
v
2
Penyempurnaan Proposal dan instrumen Penyusunan Perijinan
4
Seminar
5
Uji coba Instrumen
v
6
Pelaksanaan Penelitian /pengambilan data Penyusunan Draf Laporan.dan analisis data Penggandaan Laporan
v
7 8
J U L ’ 1 0
A G S T ’1 0
S E P T ’1 0
O K T B ‘1 0
N O P’ 1 0
v
v
v
v
v
D E S’ 1 0
J A N ’1 1
v
v
v v
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 1
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1.
Populasi Populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran
2009/2010 sebanyak 5 kelas dengan jumlah responden 185 siswa. 2.
Sampel Sampel penelitian adalah sebagian yang diambil dari populasi, baik
anggotannya maupun karakteristik yang dipelajari (Sudjana, 1996: 6). Jumlah rombel kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010 sebanyak 5 rombel. Dari 5 kelas secara acak diambil sebagai sampel sebanyak 2 kelas yaitu, kelas VII A sejumlah 36 siswa dan Kelas VII B sebanyak 36 siswa. Dari kelas yang terpilih tersebut dilakukan uji t untuk melihat keseimbangan tingkat kemampuan siswa dari kedua kelompok kelas eksperimen, maka sebagai syarat untuk melakukan uji t adalah data bersifat normalitas dan homogenitas. Data yang digunakan untuk melihat keseimbangan dua kelas eksperimen adalah nilai biologi materi ekosistem tahun pelajaran 2008/2009. Uji normalitas menggunakan program aplikasi statistik Minitab 15.1.2 yaitu uji normalitas RyanJoyner (RJ). 3.
Teknik Pengambilan Sampel Penarikan sampel dilakukan secara cluster random sampling, yang dipilih
adalah sekelompok individu yang secara alami berada dalam satu tempat, sepanjang individu-individu
ini mempunyai persamaam ciri-ciri yang ada
hubungannya dengan variable penelitian. Pengambilan sampel dengan cluster to user random sampling diambil 2 kelascommit eksperimen dengan memperhatikan kelas yang
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 2
homogen, Dari terpilihnya 2 kelas sebagai kelas eksperimen pertama VII A diberikan pembelajaran Jigsaw dengan hipermedia sedangkan kelas eksperimen kedua VII B diberikan pembalajaran Jigsaw menggunakan media modul.
C. Metode Penelitian dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen Kuantitatif. Adapun maksud dari eksperimen menurut Pendapat Moh. Nasir (2003: 63) adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition) kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti. Dengan demikian penelitian eksperimen dapat diartikan peneliti yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi tergadap objek penelitian serta adanya kontrol. Eksperimen mempunyai tujuan untuk menyelidiki ada atau tidak adanya hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara memberikan perlakuan-perlakuan pada beberapa kelompok eksperimen dan menyediakan control untuk perbandingan. Sehingga setiap penelitian eksperimen melibatkan sampel untuk diteliti (Moh. Nasir,2003: 63). Pada penelitian ini kedua kelas eksperimen mendapat perlakuan yang berbeda, yaitu dengan menerapkan pembelajaran Jigsaw melalui
hypermedia
pada kelas VII A, sedangkan pada kelas VII B mendapat perlakuan pembelajaran Jigsaw melalu media modul. Desain penelitian yang digunakan ialah eksperimen dengan rancangan faktorial 2 x 2 x 2 sebagai berikut :
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 3
Tabel 3.2 : Desain Penelitian Pembelajaran Jigsaw dengan media (A) Hipermedia (A1)
Modul (A2)
A1B1C1
A2 B1C1
A1B1C2
A2B1C2
A1B2C1
A2B2C1
A1B2C2
A2B2C2
Interaksi Sosial Kemampuan Memori Tinggi (B1)
Tinggi (C1) Interaksi Sosial Rendah (C2)
Kemampuan Memori Rendah (B2)
Interaksi Sosial Tinggi (C1) Interaksi Sosial Rendah (C2)
Keterangan : A1B1C1 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari
kemampuan
memori tinggi dan Interaksi sosial tinggi A1B1C2 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari
kemampuan
memori tinggi dan Interaksi sosial rendah A1B2C1 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari
kemampuan
memori rendah dan Interaksi sosial tinggi A1B2C2 : Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari
kemampuan
memori rendah dan Interaksi sosial rendah A2B1C1 : Pembelajaran Jigsaw dengan Modul ditinjau dari kemampuan memori tinggi dan Interaksi sosial tinggi A2B1C2 : Pembelajaran Jigsaw dengan Modul ditinjau dari kemampuan memori tinggi dan Interaksi sosial rendah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 4
A2B2C1
: Pembelajaran Jigsaw dengan Modul ditinjau dari kemampuan memori rendah dan Interaksi sosial tinggi
A2B2C2
: Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia ditinjau dari
kemampuan
memori rendah dan Interaksi sosial rendah
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut : 1.
Variabel Terikat ( Y ) yaitu Prestasi belajar biologi
a.
Definisi Operasional Prestasi belajar biologi adalah perolehan skor pada pengukuran dengan test
prestasi belajar yang mencerminkan tingkat penguasaan materi oleh siswa setelah mengalami proses pembelajaran jigsaw dengan media pembelajaran hipermedia maupun modul yang digunakan untuk penelitian terhadap materi ajar biologi ekosistem. b.
Skala Pengukuran Prestasi belajar siswa diukur berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditentukan oleh masing-masing sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah ditetapkan di SMP Negeri 2 Paron untuk mata pelajaran IPA kelas VII adalah 65. 2.
Variabel Bebas yang pertama ( X1 ) : Pembelajaran jigsaw melalui hipermedia dan modul
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 5
a. Definisi Operasional Pembelajaran Jigsaw disebut juga Expert Group (Kelompok Ahli) yaitu pembelajaran yang membuat siswa untuk saling mengajari satu siswa dengan siswa yang lain. Pembelajaran Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang terdiri dari tim-tim belajar heterogen beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa. Materi akademik disajikan dalam bentuk teks dan setiap siswa bertanggung jawab atas penugasan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian materi tersebut kepada anggota tim lain. Hipermedia adalah gabungan antara multimedia dan hiperteks. Hiperteks berasal dari kata hyper yang berarti lebih dari biasa. Dengan demikian hiperteks ialah teks yang lebih dari teks biasa. Sebagai contoh, teks biasa bersifat linear, yaitu ditulis agar dibaca dari mula hingga akhir. Modul adalah suatu cara pengorganisasian materi pelajaran yang memperhatikan fungsi pendidikan. Strategi pengorganisasian materi pembelajaran mengandung squencing yang mengacu pada pembuatan urutan penyajian materi pelajaran, dan synthesizing yang mengacu pada upaya untuk menunjukkan kepada pebelajar keterkaitan antara fakta, konsep,
b. Pengelompokan dengan dua kategori a) Jigsaw melalui Hipermedia b) Jigsaw melalui Modul 3.
Variabel Bebas yang kedua ( X2 ) : Kemampuan memori dan kemampuan interaksi sosial
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 6
a.
Definisi Operasional Kemampuan memori merupakan hasil dari koneksi mental antara ide dengan
konsep. Memori adalah menyimpan dan mengingat. Interaksi sosial adalah
hubungan timbal balik antar individu dalam kelompok tertentu yaitu antara siswa dengan teman sekelasnya dalam bergaul yang didorong oleh keinginan untuk belajar bersama (berkelompok). b. Skala Pengukuran 1). Kemampuan memori a). Kemampuan memori tinggi b). kemampuan memori rendah 2). Interaksi sosial a). Interaksi sosial tinggi b). Interaksi Sosial rendah
E. Teknik Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data dari variabel-variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai teknik. Pertama data yang didapat berupa hasil tes kemampuan memori siswa dan angket kemampuan interaksi sosial. Data kedua hasil tes prestasi belajar biologi diperoleh setelah selesai pembelajaran. 1. Tes kemampuan memori Tes kemampuan memori atau uji memori ini dapat membantu memberikan gambaran yang lebih baik mengenai masalah memori yang dialami siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 7
Penyusunan tes kemampuan memori menggunakan meteri bidang studi biologi yaitu ekosistem. Bentuk tes pilihan ganda menggunakan metode asosiasi berpasangan dan metode mengenal dan mengingat kembali. Disediakan soal sejumlah 100 dengan waktu 1 menit 5 soal. Soal tes kemampuan memori berupa kata-kata bidang biologi yang dipasangkan dengan kode-kode tertentu yang terdiri dari: (1) komponen-komponen ekosistem yaitu lima kata yang dipasangkan dengan tiga angka yang diawali dengan angka 2 yaitu : Habitat 268; Individu 261; Biotik 270; Abiotiuk 273; Populasi 246, (2) komponen biotik yang dipasangkan dengan tiga angka yang diawali dengan angka 4 yaitu : Produsen 402; Konsumen 441; Dekomposer 440; Fitoplangton 423; Mikroorganisme 413, (3) Komponen abiotik yang dipasangkan dengan kode diawali satu huruf dan dua angka yaitu : Air Q40; Tanah T54; Udara R42; Caahaya P45; Suhu K56, (4) komponen organisme yang pasangkan dengan kode satu huruf satu angka yaitu : Autotrof 3F; Heterotrof 2B; Karnivora 7C; Predator 6D; Omnivora 9H, (5) komponen simbiosis yang dipsangkan dengan kode dua huruf yaitu : Mutualisme LP; Parasitisme VK; Ektoparasit NX; Endoparasit AJ; Komensalisme MG. Kemampuan memori siswa dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan meori rendah. Pengelompokan kategori tersebut berdasarkan hasil tes kemampuan memori. Kategori siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi apabila memiliki skor yang lebih tinggi dari rerata hasil tes. Sedangkan kategori rendah apabila siswa yang memiliki skor dibawah rerata hasil tes kemampuan memori. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 8
Dari sejumlah 72 siswa yang dugunakan sebagai sampel setelah diuji kemampuan memorinya diperoleh skor siswa yang memiliki kemampuan memori kategori tinggi sebanyak 44 siswa, sedangkan yang memiliki kemampuan memori kategori rendah sebanyak 28 siswa. Kriteria untuk menentukan kategori kemampuan memori adalah dengan melihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Kriteria Pengelompokan kemampuan memori Kemampuan memori Rendah Tinggi
2.
Kriteria Pengelompokan Skor < mean Skor ≥ mean
Batas Nilai Skor < 86,25 Skor ≥ 86,25
Angket interaksi sosial Angket adalah suatu daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang
harus dijawab oleh responden tentang pribadinga atau yang diketahuinya (Masidjo, 1995: 70). Untuk mengetahui kemampuan intraksi social siswa diperlukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan tentang diri responden yang berinteraksi dengan lingkungan belajarnya. Data Interaksi sosial siswa diperoleh melalui penyebaran angket kepada responden dengan betuk pertanyaan dengan kategori positif dan negatif sebanyak 20 soal dengan empat pilihan jawaban yaitu : SL = Bila aanda selalu mengalami, SR = Bila anda sering mengalami, KD = Bila anda kadang-kadang mengalami, JR = Bila anda jarang mengalami. Skor-skor untuk pertanyaan positif SL = 4, SR = 3, KD = 2, JR = 1. Jumlah skor tertinggi untuk pertanyaan positif 40.
Sedangkan skor-skor untuk pertanyaan negatif
adalah sebagai berikut: SL = 1, SR = 2, KD = 3, JR = 4 dengan jumlah skor commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13 9
tertinggi 40. Dari data yang diperoleh dapat dikategorikan menjadi siswa yang memiliki interaksi social tinggi dan siswa yang memiliki interaksi social rendah. Kategori siswa yang memiliki interaksi social tinggi apabila memiliki skor ineraksi ≥ mean interaksi soaial, sedangkan yang siswa yang memiliki interaksi social rendah apabila mendapat skor < mean. Dari 72 siswa yang digunakan sebagai sampel diperoleh siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi sebanyak 35 sedangkan sebayak 37 siswa memiliki interaksi sosial rendah. Kriteria untuk menentukan kategori kemampuan awal adalah dengan melihat pada tabel berikut: Tabel 3.4 Kriteri Pengelompokan Interaksi Sosial Interaksi Sosial Rendah Tinggi
Kriteria Pengelompokan Skor < mean Skor ≥ mean
Batas Nilai Skor < 56,35 Skor ≥ 56,35
3. Prestasi belajar Biologi Data prestasi belajar biologi aspek kognitif diperoleh dengan melakukan tes prestasi belajar. Penyusunan soal tes prestasi bentuk pilihan ganda sebanyak 40 soal dengan 4 options pilihan jawaban. Soal tes prestasi sebelum digunakan untuk pengambilan data diujicobakan dulu di kelas VII SMP Negeri 3 Paron Kabupaten Ngawi. Dalam ujicoba tes prestasi disediakan sebanyak 50 soal. Setelah diuji validitas kalau ada soal yang tidak valid maka soal yang tidak valid tidak dipergunakan untuk mengambil data penelitian.
F. Instrumen Penelitian commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 0
Dalam penelitian untuk memperoleh data diperlukan alat atau instrumen pengumpul data, instrumen penelitian ini terdiri dari intrumen pelaksanaan pembelajaran dan instrumrn pengambilan data. Kedua jenis intrumen ini dibedakan atas dasar tujuannya. 1.
Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran Intrumen pelaksanaan pembelajaran digunakan dalam pembelajaran di kelas.
Instrumen pelaksanaan pembelajaran meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), CD Hipermedia, Modul, Komputer. 2.
Instrumen Pengambilan Data Instrumen pengambilan data yang digunakan untuk pengambilan data antara
lain soal test prestasi biologi, soal test kemampuan memori dan angket kemampuan interaksi sosial. Test prestasi belajar siswa, yang berupa instrument test prestasi belajar sebanyak 40 soal, instrument test kemampuan memori 50 soal dan angket interaksi sosial sebanyak 20 soal. Sebelumnya dilakukan observasi keadaan kondisi responden dalam berkaitan dengan konsistennya mengisi angket.
G. Uji Coba Instrumen Penelitian Sebelum diadakan penelitian diperlukan uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui apakah suatu intrumen dapat memenuhi sebagai alat pengumpul data dalam penelitian.
Suharsimi Arikunto (1997) berpendapat bahwa suatu
instrument dikatakan dapat memenuhi sebagai alat pengumpul data apabila instrumen tersebut valid dan reliabel. Sebuah instrumen valid jika memiliki angka validitas tinggi. Dalam penelitian ini uji instrumen prestasi belajar untuk uji commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 1
validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda diolah dengan menggunakan program Anates 4.0. 1. Uji Validitas Uji Validitas dimaksud untuk mengetahui validitas butir soal atau tingkat kevalidan dari instrumen penelitian. Angka validitas dapat dihitung dengan meggunakan rumus seperti berikut : r XY =
NXY - (å X )(å Y )
( NX - (å X ) 2 ( NY 2 - (å Y ) 2 ) 2
r XY = angka validitas item X= skor item Y= skor total N= cacah subyek
(Suharsimi Arikunto, 2005: 154)
Item tes dikatakan valid jika r XY obs > rxy –tabel pada taraf signifikan 5 % Dalam penelitian ini untuk uji validitas digunakan program software Anates. Hasil uji coba instrumen dapat dilihat sebagaimana tabel 3.5. Tabel
3.5.
No 1 2 3
4
Validitas Instrumen Kemampuan Memori, Interaksi Sosial dan Prestasi Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010 Uraian
Jumlah Siswa Uji Coba Jumlah Butir Tes Jumlah Soal : a. Valid (Kor. Btr ≥ Nil. Kritis) b. Invalid (Kor. Btr< Nil. Kritis)
Instrumen Interaksi Sosial 36 30
Prestasi Belajar 36 50
91
20
41
9
10
9
1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29 ,30,32,33,34,35,37,38,39,40,41,42,4 3,44,45,46,47,49,50,51,52,53,54,55, 56,57,58,59,60,61,62,63,64,65,66,67 ,68,69,70,71,72,73,74,75,76,77,78,7 9,80,81,82,83,85,86,87,88,89,90,91, 92,93,94,95,97,99,100 2,13,24,25,31,36,48,84,96
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 ,13,14,15,19,20,21, 23,24,25,30 .
1,12,16,17,18,22,26, 27,28,29
1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10,11,12,13,14,1 5,16,17,18,19,20 ,21,23,25,26,27, 28,29,30,32,33,3 4,36,37,38,41,42 ,44,46,47,48, 49,50 22,24,31,35, 39,40,43,45
50
20
40
Nomor soal valid dan invalid a. Valid
b. Invalid 5.
Kemampuan Memori 36 100
Keputusan Penentuan ins-trumen a. Jumlah soal terpakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 2
b. Nomor soal terpakai
2.
1,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,14,15,16,17, 18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29 ,30,32,39,40,41,42,43,44,45,46,47,4 9,70,71,72,73,74,75,76,77,78,79,
2,3,4,5,6,7,8,9,10,11 ,13,14,15,19,20,21, 23,24,25,30 .
1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10,11,12,13,14,1 5,16,17,18,19,20 ,21,23,25,26, 27,28,29,30,32,3 3,34,36,44,46,47 ,48,49,50
Uji reabilitas Reabilitas menunjukkan pada pengertian, bahwa instrument yang digunakan
dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data yang bersangkutan. Kapanpun digunakan akan memberikan hasil yang relative sama Indeks reabilitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
s b2 ö÷ k öæç å r 11 = æç 1 ÷ 2 ç ÷ è k - 1 øè
sb
ø
r 11 = indeks reabilitas instrument k
= banyaknya butir soal
ås
2 b
s b2
Tabel
No
1 2 3 4
3.6.
= jumlah varian butir soal = varians total Reliabilitas Instrumen Kemampuan Memori, Interaksi Sosial dan Prestasi Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010
Uraian
Jumlah Siswa Uji Coba Jumlah Butir Tes Nilai Reabilitas Kriteria
5.
Kemampuan Memori 36 100 0,9593 Sangat Tinggi Digunakan
Instrumen Interaksi Sosial 36 30 0.5748 Sangat Tinggi Digunakan
Keputusan Penentuan Intrumen Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 13, 14 dan 15). 3.
Uji taraf kesukaran
commit to user
Prestasi Belajar 36 50 0.877 Sangat Tinggi Digunakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 3
Taraf kesukaran soal ditunjukan dengan indeks kesukaran yaitu bilangan yang menunjukkan sukar mudahnya suatu soal. Derajat kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : DK=
B js
DK
= Derajat kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab dengan benar
Js
= jumlah seluruh peserta tes
Hasil uji coba pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.7 Tabel
3.7. Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Kognitif / Prestasi Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010
No 1 2 3
4
Uraian
Instrumen Kognitif
Jumlah Siswa Uji Coba Jumlah Butir Tes Jumlah Soal Tingk. Kesukar a. Sukar (P = 0,00 – 0,30) b. Sedang (C) (P=0,31 -0,70) c. Mudah (M)/TM (P=0,71 – 1,00) Nomor soal berdasarkan tk. kesukaran a. Sukar b. Sedang
5
c. Mudah Keputusan Penentuan tes kognitif a. Jumlah soal terpakai b. Nomor soal terpakai c. Jumlah soal tidak terpakai d. Nomor soal tidak terpakai
36 50 14 36 0 15,20,25,28,33,34,35,38,39,41,46,4 7,49,50 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,16,17,18, 19,21,22,23,24,26.27.29.30.31.32.336,37,4 0,42,43,44,45,48 Tidak ada 40 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,2 3,25,26,27,28,29,30,32,33,34,36,44,46,47,48,49,50
2 37 dan 40
Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 15 ).
4.
Uji Daya Beda
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 4
Taraf pembeda adalah pengukuran sejauh mana suatu butir soal mampu membedakan siswa dari kelompok atas dan siswa kelompok bawah berdasrkan criteria tertentu. Daya pembeda dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : DP =
B A BB j A jB
DP = daya beda BA = banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab benar JA = banyak siswa kelompok atas BB = banyaknya siswa kelompom bawah yang menjawab benar Jb = banyak siswa kelompok bawah Hasil uji coba pada penelitian untuk uji tingkat kesukaran instrumen Kognitif sebagaimana tersaji pada tabel 3.8. Tabel
3.8. Uji Daya Beda Butir Soal Instrumen Kognitif Pada Uji Coba Instrumen Penelitian di Kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Tahun Pembelajaran 2009/2010
No 1 2 3
4.
Uraian Jumlah Siswa Uji Coba Jumlah Butir Tes Jumlah Soal Dg Daya Beda: a. Jelek (IP < 20) b. Sedang (IP = 021 – 0,40) c. Baik ( IP = 0,41 – 0,70) d. Baik Sekali (IP > 0,71) Nomor soal dg. Daya beda : a. Jelek b. Sedang
5
Instrumen Kognitif 36 50 19 27 4 0 1,6,12,17,20,22,23,24,29,30,31,32,34,39,43,45, 47,49 2,4,5,7,9,10,11,13,14,15,18,19,21,25,26,27,28, 33,35,36,37,38,40,41,42,46,50 3,8,43,48 Tidak ada
c. Baik d. baik sekali Keputusan : a. Soal yang diperbaiki no. commit : 1,6,12,17,20,43,45,47,49 to user b. Soal yang dibuang no. : 22,23,24,29,30,31,32,34,39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 5
c. Jumlah soal dipakai d. Nomor soal terpakai
40 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,17,18,19,20 ,21,25,26,27,28,33,35,36,37,38,40,41,42,43,46, 47,48,49,50
Sumber : Data Primer Diolah (Lampiran 15 ).
5. Hasil Uji coba Instrumen Uji validitas dan reabilitas dikenakan pada tes prestasi belajar biologi pada materi pokok ekosistem, tes kemampuan memori dan angket interaksi sosial siswa. Dari 50 soal tes prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem yang disediakan, setelah diujicoba terdapat 42 item soal valid dan 8 soal tidak valid. Adapun soal yang tidak valid adalah soal no 22, 24, 31, 35, 39, 40, 43, dan 45.Sedangkan untuk mengetahui tingkat kesukaran pada soal tes prestasi belajar digunakan indeks kesukaran. Berdasarkan indeks kesukaran dibawah 0,5 dari 50 soal tersebut dapat diidentifikasi menjadi tiga kategori sulit sebanyak 14 soal yaitu soal no 15, 20, 25, 28, 33, 34, 38, 39, 41, 46, 47, 49, 50, kategori sedang sebanyak 36 soal dan tidak terdapat soal mudah. Soalsoal yang dianggap tidak efektif digunakan dalam tes dapat dilihat dari indeks daya beda. Dari uji daya beda menghasilkan soa-soal yang berkategori jelek atau tidak efektif untuk pengambilan data yaitu soal nomor 1, 6, 12, 19, 22, 23, 24, 29, 30, 31, 32, 43, 45, 47, 49 karena mempunyai daya beda dibawah 0,3. Hasil validitas pada soal angket interaksi sosial yang terdiri dari 30 item soal terdapat 9 item soal tidak valid yaitu nomor 1, 12, 16, 17, 18, 22, 26, 27, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 6
28, dan 29. Soal yang valid sebanyak 21 diambil 20 digunakan untuk pengambilan data. Sedangkan tes kemampuan memori disediakan soal 100. Setelah diujicobakan terdapat 9 soal tidak valid yaitu nomor 2, 13, 24, 25, 31, 36, 48, 84, 96 dan soal yang valid sebanyak 91 soal. Soal yang valid diambil 50 digunakan untuk pengambilan data.
H. Uji Kesetaraan Uji kesetaraan digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata antar kelompok populasi yang akan digunakan sebagai kelas eksperimen setara atau sebanding kemampuan prestasinya. Uji kesetaraan dilakukan dengan t-t Paired test and C1 program Anatest, berdasarkan data awal rata-rata ulangan materi ekosistem semester II tahun 2008/2009.
I. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat Analisis Dalam penelitian ini untuk menganalisa data digunakan analisis varian (anava) tiga jalan. Namun sebelum dilakukan, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians (Anava) tiga jalan 2 x 2 x 2 dengan tiga variabel bebas yaitu media, kemampuan memori dan interaksi sosial a. Uji Normalitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 7
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data prestasi belajar, kemampuan memori dan interaksi sosial berdistribusi normal atau tidak. Adapun prosedur yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1)
Menentukan hipotesis Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak
normal, dan hipotesis alternatif (H1) adalah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. 2)
Menetapkan uji statistik Uji normalitas terhadap prestasi belajar aspek kognitif dengan menggunakan
uji Ryan Joiner (RJ), yang perhitungannya dilakukan dengan program minitab 15.1.2. 3)
Menentukan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar
peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji normalitas ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05. 4)
Menetapkan keputusan uji Keputusan uji normalitas ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesis nol,
jika p-value > 0,05.
b. Uji Homogenitas Untuk mengetahui apakah variansi-variansi dari sejumlah populasi sama atau tidak digunakan uji homogenitas. Pengujian yang dilakukan antara lain homogenitas prestasi belajar dengan kemampuan memori, homogenitas prestasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 8
belajar dengan interaksi sosial dan homogenitas prestasi dengan metode Jigsaw yang diuji dengan F-Test dan Levene’s Test. Prosedur pengujian adalah sebagai berikut: 1)
Menentukan hipotesis Hipotesis nol (H0) adalah sampel berasal dari populasi yang tidak homogen,
dan hipotesis alternatif (H1) : sampel berasal dari populasi yang homogen. 2)
Menentukan keputusan uji Keputusan uji homogenitas ditentukan dengan kriteria uji tolak hipotesis nol
jika p-value > 0,05 2. Uji Hipotesis a. Anava Setelah terpenuhinya prasayarat analisis yaitu normalitas dan homogenitas, maka langkah selanjutnya adalah pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah hipotesis yang sudah dilakukan ditolak atau diterima. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian digunakan rumus anava tiga jalan dengan desain faktorial 2 x 2 x 2. Tujuan analisis varian tiga jalan tersebut adalah untuk menguji perbedaan efek baris, kolom, dan efek interaksi baris dan kolom terhadap variabel terikat. Statistik uji hipotesis menggunakan minitab varsi 15.1.2 dengan desain faktorial seperti Tabel. 4 dari tabel desain faktorial tersebut dimana A merupakan pembelajaran Jigsaw dengan menggunakan Hipermedia (A1) dan modul (A2), sedangkan B merupakan kemampuan memori yang terdiri atas memori tinggi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14 9
(B1) dan memori rendah (B2), C merupakan kemampuan interaksi sosial siswa yang terdiri atas interaksi sosial tinggi (C1) dan interaksi sosial rendah (C2).
A
B1
B2
A1
A2
C1
A1B1C1
A2 B1C1
C2
A1B1C2
A2B1C2
C1
A1B2C1
A2B2C1
C1
A1B2C2
A2B2C2
Tabel 3.9 Desain Faktorial 2 x 2 x 2
Pengujian hipotesis dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis a. Hipotesis nol (H0) H01 : Tidak terdapat pengaruh perbedaan pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia dengan modul terhadap prestasi belajar biologi. H02 : Tidak terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki kemampuan memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah terhadap prestasi belajar biologi. H03 : Tidak terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki Interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. H04 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui hypermedia dan modul dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 0
H05 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui hypermedia dan modul dengan Interaksi social siswa terhadap prestasi belajar biologi. H06 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara kemampuan memori dengan Interaksi social siswa terhadap prestasi belajar biologi. H07 : Tidak terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran jigsaw melalui hypermedia dan modul dengan
kemampuan memori dan Interaksi
sosial siswa tehadap prestasi belajar biologi
b. Hipotesis alternatif (Ha) Ha1 : Terdapat pengaruh perbedaan pembelajaran Jigsaw dengan hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi. Ha2 : Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki kemampuan memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah terhadap prestasi belajar biologi. Ha3 : Terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memilki Interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. Ha4 : Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui hypermedia dan modul dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 1
Ha5 : Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran Jigsaw melalui hypermedia dan modul dengan Interaksi social siswa terhadap prestasi belajar biologi. Ha6 : Terdapat pengaruh interaksi antara kemampuan memori dengan Interaksi social siswa terhadap prestasi belajar biologi. Ha7 : Terdapat pengaruh interaksi antara pembelajaran jigsaw melalui hypermedia dan modul dengan
kemampuan memori dan Interaksi
sosial siswa tehadap prestasi belajar biologi. Sedangkan analisis data prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem masingmasing kriteria disajikan dalam tabel 3.10
Tabel 3.10 Tabel Analisis Data Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Kemampuan Memori
C1 B1 C2 C1 B2 C2 TOTAL
A1 (N, max, min, rata-rata, SD 11, 74, 58, 67.45, 5.15 23, 76, 48, 66.09, 7.09 12, 76, 48, 64.83, 8.55 7, 78, 58, 67.43, 6.60 13, 78, 58, 6, 76, 62, 72.33, 69.69, 6.26 5.13 36, 78, 48, 67.39, 6.94
A2 (N, max, min, rata-rata, SD 9, 74, 54, 62.00, 6,78 18, 80, 54, 9, 80, 56, 70.22, 66.11, 8.58 8.51 6, 85, 74, 79.83, 4.62 18, 85, 45, 12, 76, 45, 65.08, 70, 10.21 8.50 36, 85, 45, 64.39, 9.50
Tabel 3.11 Tabel Analisis Data Prestasi Belajar Biologi Ditinjau dari Interaksi Sosial
B1 C1 B2 C2
B1
A1 (N, max, min, rata-rata, SD 11, 74, 58, 67.45, 5.15 18, 78, 58, 7, 78, 58, 67.43, 70, 10.21 6.60 12, 76, 48, 18, 76, 48, commit to user 64.83, 8.55 67.33, 8.26
A2 (N, max, min, rata-rata, SD 9, 74, 54, 62.00, 15, 85, 54, 6,78 69.13, 6, 85, 74, 79.83, 10.76 4.62 9, 80, 56, 70.22, 21, 80, 45, 8.51 67.29, 8.69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 2
B2 TOTAL
6, 76, 62, 72.33, 5.13 36, 78, 48, 67.39, 6.94
12, 76, 45, 65.08, 8.50 36, 85, 45, 64.39, 9.50
2. Menetapkan uji statistik Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Analisis Variansi (Anava) dengan General Linear Model (GLM), yang perhitungannya dilakukan dengan program minitab 15.1.2. 3. Menentukan taraf signifikansi α Taraf signifikansi merupakan angka yang menunjukkan seberapa besar peluang terjadinya kesalahan analisis. Pada uji hipotesis ini taraf signifikansi (α) ditetapkan = 0,05. 4. Menentapkan keputusan uji Keputusan uji hipotesis ditentukan dengan kriteria uji: tolak hipotesa nol, jika p value < 0,05. b. Uji Lanjut Jika dalam pengujian hipotesis, hipotesis nol (H0) ditolak yang bararti hipotesis alternatif (H1) diterima, maka perlu dilakukan uji lanjut untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang diteliti. Uji lanjut dilakukan dengan Analysis of Mean (ANOM) pada minitab 15.1.2.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 3
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi data Data yang terkumpul dalam penelitian ini terdiri atas data interaksi sosial, kemampuan memori, dan nilai prestasi kognitif pada materi pokok ekosistem. 1. Data Interaksi Sosial Pada penelitian ini data interaksi sosial diperoleh dari pemberian angket interaksi sosial kepada sampel. Pembagian kategori interaksi sosial tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing kelas. Interaksi sosial tinggi jika skor total adalah ≥ mean dan interaksi sosial rendah jika skornya < mean. Deskripsi data interaksi sosial tersebut disajikan dalam tabel 4.1 Tabel 4.1 Deskripsi Data Interaksi sosial Siswa Sebelum Diberi Perlakuan Kelompok Eksperimen I (Hipermedia) Eksperimen II (Modul)
Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean
SD
36
99
56
58,11
5,41
36
99
65
54,58
6,93
Berdasarkan deskripsi data interaksi sosial siswa pada tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa kelompok eksperimen I yaitu kelompok belajar kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia memiliki tingkat interaksi sosial lebih tinggi daripada kelas eksperimen II yaitu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan media modul. Sedangkan untuk distribusi frekuensi interaksi sosial pada kelas eksperimen I disajikan pada tabel 4.2 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 4
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Interaksi Sosial Kelompok Hipermedia
Interval Kelas 67 - 70 63 - 66 59 - 62 55 - 58 51 - 54 47 - 50 Jumlah
Frekuensi Mutlak 2 5 8 13 5 3 36
Relatif 5,56 13,89 22,22 36,11 13,89 8,33 100 %
Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa frekuensi terbesar yaitu pada interval 55 – 58 hal ini berarti skor interaksi sosial yang paling banyak didapat oleh siswa pada kelas hipermedia. Keterangan lebih jelas dari distribusi frekuensi dapat dilihat pada gambar grafik 4.1
Gambar 4.1 Grafik Interaksi sosial Kelompok Hipermedia
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa grafik interaksi sosial interval yang paling banyak tampak pada batang tertinggi yaitu pada interval 55 - 58 yang menunjukkan angka 13 yang berarti bahwa siswa pada kelas hipermedia mempunyai skor terbanyak antara 55 – 58 sebanyak 13 siswa. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 5
Distribusi interaksi sosial pada kelompok eksperimen II yaitu kelompok modul dapat dilihat pada tabel 4.3, sedangkan diagram yang menjelaskan distribusi frekuensi interaksi sosial kelompok modul disajikan pada gambar 4.2 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Interaksi sosial Kelompok Modul
Interval kelas 68 - 73 63 - 67 58 - 62 53 - 57 48 - 52 43 - 47 Jumlah
Frekuensi Mutlak 2 0 10 10 8 6 36
Relatif % 5,56 0,00 27,78 27,78 22,22 16,67 100 %
Gambar 4.2 Grafik Interaksi sosial Kelompok Modul
Berdasarkan tabel 4.3 dan gambar 4.2 yang yang menjelaskan tentang distribusi data interaksi sosial kelompok modul maka dapat dilihat bahwa siswa yang paling banyak mendapat skor dari angket interaksi sosial pada interval kelas 53 – 57 dan 58 – 62 yaitu masing-masing 10 siswa. Kelompok hipermedia dan commit to user modul dari rata-rata skor menunjukkan bahwa kelompok hipermedia memiliki
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 6
rata-rata lebih tinggi daripada kelompok modul yaitu skor 58,11 untuk kelompok hipermedia dan 54,58 pada kelompok modul. 2. Data Kemampuan Memori Data
kemampuan
memori
dalam
penelitian
ini
diambil
dengan
menggunakan test pada materi pokok ekosistem. Pembagian kategori kemampuan memori tinggi dan rendah berdasarkan nilai rata-rata dari masing-masing kelas. Kemampuan memori tinggi jika skor total adalah ≥ mean dan kemampuan memori rendah jika skornya < mean. Deskripsi data hasil test kemampuan memori tersebut disajikan dalam tabel 4.4 Tabel 4.4 Deskripsi Data Kemampuan Memori Siswa Kelompok Eksperimen I (Hipermedia) Eksperimen II (Modul)
Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean
SD
36
99
56
85,78
13,78
36
99
65
86,72
9,40
Berdasarkan tabel 4.4 terlihat bahwa kelompok belajar kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia mempunyai rata-rata lebih besar daripada kelompok belajar kooperatif tipe jigsaw dengan media modul yaitu 85,78 < 86,72 namun nilai tertinggi baik kelompok hipermedia maupun modul sama-sama mempunyai memiliki nilai tertinggi 99. Jadi dapat dikatakan bahwa kelompok modul dan hipermedia relatif mempunyai kemampuan memori yang sama dalam mempelajari materi ekosistem. Distribusi frekuensi kemampuan memori pada kelompok hipermedia disajikan pada tabel 4.5 sedangkan diagram yang menunjukkan nilai commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 7
kemampuan memori kelompok hipermedia dapat dilihat pada grafik yaitu gambar 4.3 Tabel 4.5 Distribusi Kemampuan memori Kelompok Hipermedia
Interval kelas 96 - 103 88 - 95 80 - 87 72 - 79 64 - 71 56 - 63 Jumlah
Frekuensi Mutlak 14 7 4 3 4 4 36
Relatif % 38,89 19,44 11,11 8,33 11,11 11,11 100
Gambar 4.3 Grafik Kemampuan Kemampuan Memori Kelompok Hipermedia Dari tabel 4.5 distribusi kemampuan memori untuk kelompok hipermedia dan grafik pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa data nilai kemampuan memori memiliki rata-rata sebesar 85,78 dan standar deviasi sebesar 13,78. Interval kelas juga menunjukkan siswa yang mempunyai rentang nilai 96 - 103 adalah interval kelas yang memiliki frekuensi terbanyak, hal ini berarti siswa dalam kelompok hipermedia memiliki rentang nilaicommit terbanyak pada interval antara 96 - 103 yaitu 14 to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 8
atau sekitar 38,89 %siswa dari total sampel kelompok hipermedia sebanyak 36 siswa. Hasil tes kemampuan memori untuk kelompok belajar kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan modul sebagai media dalam belajar disajikan pada tabel 4.6 dan penjelasan yang menggambarkan distribusi nilai terdapat pada gambar 4.4 yaitu grafik kemampuan memori kelompok modul. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kemampuan Memori Kelompok Modul Interval kelas 94 - 99 88 - 93 82 - 87 76 - 81 71 - 75 65 - 70 Jumlah
Frekuensi Mutlak 11 7 9 4 2 3 36
Relatif % 30,56 19,44 25,00 11,11 5,56 8,33 100 %
berdasarkan tabel 4.6 dan dan gambar 4.4 yang menunjukkan distribusi nilai test kemampuan memori pada kelompok belajar dengan modul menunjukkan bahwa siswa yang memiliki skor pada interval 94 - 99 adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 11 atau 30,56 % dari total sampel 36 siswa. Rata-rata kemampuan memori siswa pada kelompok belajar dengan modul adalah 86,72 sedangkan siswa yang mendapat nilai > rata-rata sebanyak 18 siswa dan siswa yang mendapat nilai < rata-rata atau kurang dari rata-rata kemampuan awal adalah sebanyak 18 siswa. Jadi bisa dikatakan kelompok eksperimen II yang diberi perlakuan dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan modul sebagai media mempunyai kemampuan memori yang cukup. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15 9
Gambar 4.4 Grafik Kemampuan Memori Kelompok Modul 3. Prestasi Belajar Data prestasi belajar dalam penelitian ini hasil pos test setelah diberi perlakuan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul pada materi pokok ekosistem. Data prestasi belajar yang dideskripsiskan dalam tabel maupun grafik adalah data prestasi belajar ranah kognitif, adapun deskripsi data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.7 Tabel 4.7 Deskripsi Data Prestasi Belajar Siswa Aspek Kognitif Kelompok Eksperimen I (Hipermedia) Eksperimen II (Modul)
Jumlah Data
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Mean
SD
36
78
48
67,39
6,94
36
80
45
64,39
9,08
Berdasarkan deskripsi data prestasi belajar aspek kognitif pada tabel 4.7 sampel kelompok eksperimen I yang menggunakan hipermedia sebagai media dalam belajar ekosistem mempunyai rata-rata sebesar 67,39 dengan standar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 0
deviasi 6,94, hasil tersebut lebih kecil apabila dibandingkan dengan hasil prestasi belajar pada kelompok eksperimen II yang sama-sama pembelajaran kooperatif tipe jigsaw namun dengan modul sebagai media dalam belajar materi pokok ekosistem yang mempunyai rata-rata prestasi belajar sebesar 64,39 dengan standar deviasi 9,08. Selisih rata-rata prestasi belajar antara kedua kelompok eksperimen adalah sebesar 3,00. Berdasarkan dari data tersebut kelompok belajar eksperimen I yang menggunakan hipermedia sebagai media belajar mempunyai prestasi yang lebih baik daripada kelompok eksperimen II dengan menggunakan modul. Untuk memperjelas distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif disajikan dalam tabel 4.8 dan gambar 4.5 tentang distribusi data prestasi belajar untuk kelompok eksperimen I. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelompok Hipermedia Interval kelas 73 - 78 68 - 72 63 - 67 58 - 62 53 - 57 48 - 52 Jumlah
Frekuensi Mutlak 9 12 5 8 0 2 36
Relatif % 25,00 33,33 13,89 22,22 0,00 5,56 100
Berdasarkan tabel 4.8 dan gambar grafik 4.5 tentang distribusi data prestasi belajar siswa dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan menggunakan hipermedia menunjukkan hasil data dengan rentang nilai dari 48 sampai 78. Kelas yang memiliki frekuensi terbanyak yaitu pada interval kelas antara 68 – 72 yaitu sebesar 12. Data juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar kelompok commit to user hipermedia adalah 67,39 sedangkan siswa yang mendapat nilai pos test diatas
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 1
rata-rata adalah sebanyak 21 siswa atau sebesar 58,33% siswa dari total sampel kelompok eksperimen I.
Gambar 4.5 Grafik Prestasi Belajar Ranah Kognitif Kelompok Hipermedia
Penjelasan distribusi frekuensi prestasi belajar aspek kognitif kelompok eksperimen II yaitu kelompok belajar yang menggunakan modul sebagai media belajar ekosistem disajikan dalam tabel 4.9 dan gambar 4.6 Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kelompok Modul Interval kelas 74 - 80 68 - 73 62 - 67 56 - 61 51 - 55 45 - 50 Jumlah
Frekuensi Mutlak 7 8 7 9 2 3 36
commit to user
Relatif % 19,44 22,22 19,44 25,00 5,56 8,33 100
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 2
Gambar 4.6 Grafik Prestasi Belajar Aspek Kognitif Kelompok Modul
Berdasarkan tabel 4.9 dan gambar histogram 4.6 tentang distribusi data prestasi belajar siswa dengan pembelajaran kooeperatif tipe jigsaw dengan menggunakan modul sebagai media belajar ekosistem menunjukkan rentang nilai belajar ekosistem dengan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan modul. Rentang kelas yang memiliki frekuensi terbanyak terdapat pada rentang nilai antara 56 – 61 yaitu sebesar 9. Data juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi belajar kelompok modul adalah 64,39.
B. Uji Prasyarat Analisis 1. Uji Normalitas Uji normalitas merupakan salah satu uji pra syarat sebelum melakukan analisis. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sample berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak sedangkan data yang di uji commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 3
normalitasnya dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa pada aspek kognitif. Grafik uji normalitas pada prestasi belajar biologi siswa pada materi pokok ekosistem
pada
signifikansi
0,05
dengan
pengujian
Ryan-Joiner
(RJ)
menunjukkan bahwa harga p-value = 0,100 atau p-value > 0,05. Kesimpulan yang diperoleh adalah Ho ditolak hal ini berarti data prestasi belajar biologi dalam penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Probability Plot of Prestasi Belajar Normal 99,9
Mean StDev N RJ P-Value
99 95
Percent
90
65,89 8,165 72 0,988 >0,100
80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1
40
50
60 70 Prestasi Belajar
80
90
Gambar 4.7 Gambar Hasil Uji Normalitas Prestasi Belajar Aspek Kognitif Sedangkan rangkuman hasil uji normalitas prestasi belajar dalam penelitian masing-masing kriteria dapat dilihat pada tabel 4.10 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 4
Tabel 4.10 Uji Normalitas Masing-Masing Kriteria Kelompok A1B1C1
p-value > 0,100
Keputusan Ho di tolak
Kesimpulan Normal
A1B1C2
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A1B2C1
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A1B2C2
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A2B1C1
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A2B1C2
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A2B2C1
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A2B2C2
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A1B1C
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A2B1C
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A1BC1
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A2BC2
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A1
> 0,100
Ho di tolak
Normal
A2
> 0,100
Ho di tolak
Normal
2. Uji Homogenitas Pra syarat analisis yang kedua adalah uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang bersifat homogen atau tidak. Pada tahap ini yang dilakukan yang dilakukan uji sama dengan pada uji normalitas yaitu data prestasi belajar versus kemampuan memori, prestasi belajar versus interaksi sosial, dan prestasi belajar biologi versus media commit to user yang digunakan Tes-F dan Tes-Levene.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 5
Test for Equal Variances for Prestasi Belajar F-Test Test Statistic P-Value
1
0,58 0,117
Media
Levene's Test Test Statistic P-Value
2
5
6
7 8 9 10 11 95% Bonferroni Confidence Intervals for StDevs
2,78 0,100
12
Media
1
2
40
50
60 Prestasi Belajar
70
80
Gambar 4.8 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Media Pembelajaran Berdasarkan gambar diatas Uji homogenitas untuk tingkat signifikansi α = 0,05 pada pengujian prestasi belajar ditinjau dari media dapat diketahui bahwa harga p-value = 0,117 pada F-test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-value = 0,100, dengan demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari media pembelajaran menyatakan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen. Hasil pengujian homogenitas prestasi belajar ditinjau dari kemampuan memori dapat dilihat pada gambar berikut ini: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 6
Kriteria Kemampuan Memori
Kriteria Kemampuan Memori
T e s t f o r E q u a l V a r i a n c e s f o r P r e s ta s i B e l a ja r F - T e st T e st S ta tistic P - V a lu e
0
1, 19 0,5 97
L e v e n e 's T e st T e st S ta tistic P - V a lu e
1
6
7
8 9 10 11 9 5 % B o n f e r r o n i C o n f id e n c e I n te r v a ls f o r S t D e v s
0, 09 0,7 65
12
0
1
40
50
60 P r e s t a s i B e la j a r
70
80
Gambar 4.9 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Kemampuan Memori
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa harga p-value = 0,597 pada Ftest sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-value = 0,765, dengan demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari kemampuan memori menyatakan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian ini bersifat homogen. Hasil pengujian homogenitas prestasi belajar ditinjau dari interaksi sosial dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Kriteria Interaksi Sosial
T e s t f o r E q u a l V a r i a n c e s f o r P r e s t a s i B e l a ja r F - T e st T e s t S t a tis tic P - V a lu e
0
L e v e n e 's T e s t T e s t S t a tis tic P - V a lu e
1
6
Kriteria Interaksi Sosial
1 ,1 9 0,621
7 8 9 10 9 5 % B o n f e r r o n i C o n f id e n c e I n te r v a ls f o r S tD e v s
0 ,1 2 0,735
11
0
1
40
50
60 P r e sta si B e la j a r
70
80
commit to user Gambar 4.10 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Ditinjau dari Interaksi Sosial
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 7
Berdasarkan gambar dapat diketahui bahwa harga p-value = 0,621 pada F-test sedangkan pada Leven’s Test menunjukkan harga p-value = 0,735, dengan demikian p-value > 0,005 dan kesimpulan uji homogenitas prestasi belajar ditinjau dari interaksi sosial menyatakan bahwa Ho ditolak yang berarti bahwa data sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang homogen.
C. Pengujian Hipotesis 1. Anava Rangkumannya hasil analisis varians terhadap prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem dalam penelitian ini menggunakan minitab 15.1.2 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.11 Rangkuman p-value Uji Hipotesis Aspek Kognitif Hipotesis ke1 2 3 4 5 6 7
p-value 0,033 (p < α) 0,900 (p > α) 0,025 (p < α) 0,067 (p > α) 0,098 (p > α) 0,617 (p > α) 0,138 (p > α)
keputusan H01 ditolak H02 tidak ditolak H03 ditolak H04 tidak ditolak H05 tidak ditolak H06 tidak ditolak H07 tidak ditolak
Berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Hipotesis 1: Terdapat perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 1 mempunyai nilai p-value = 0,033 atau p-value < α, maka dinyatakan H01 ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan commit to user modul terhadap prestasi belajar biologi.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 8
b. Hipotesis 2: Terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki kemapuan memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 2 mempunyai nilai p-value = 0,900 atau p-value > α, maka dinyatakan H02 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah terhadap prestasi belajar biologi. c. Hipotesis 3: Terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 3 mempunyai nilai p-value = 0,025 pvalue < α, maka dinyatakan H03 ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. d. Hipotesis 4: Terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan memori terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 4 harga pada p-value = 0,067 atau pvalue > α, maka dinyatakan H04 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi media pembelajaran dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16 9
e. Hipotesis 5: Terdapat interaksi media pembelajaran dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 5 mempunyai nilai p-value = 0,098 atau p-value > α, maka dinyatakan H05 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi. f. Hipotesis 6: Terdapat interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi sosial siwa terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 6 mempunyai nilai p-value = 0,617 atau p-value > α, maka dinyatakan H06 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi sosial siwa terhadap prestasi belajar biologi. g. Hipotesis 7: Terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul dengan kemampuan memori dan interaksi sosial siswa tehadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan tabel 4.11 pada hipotesis 7 mempunyai nilai p-value = 0,138 atau p-value > α, maka dinyatakan H07 tidak ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial siswa dengan media pembelajaran hipermedia dan modul dengan tehadap prestasi belajar biologi. 2. Uji Lanjut Anava Pada uji hipotesis terdapat dua Ho yang ditolak yaitu hipotesis 1 tentang pengaruh perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 0
dengan modul terhadap prestasi belajar biologi dan hipotesis 3 tentang pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji lanjut analisis variansi pada hipotesis yang Ho ditolak. Pada grafik uji lanjut analisis variansi yang perlu diperhatikan adalah 1). Terdapat dua garis. Garis pertama adalah garis tengah, merupakan garis nilai ratarata prestasi belajar biologi. Garis yang lain sebagai pembatas signifikansi. 2). Apabila titik pada masing-masing media berada di atas garis nilai rata-rata maka dikatakan pengaruh kategori media pembelajaran bersifat positif (+) atau lebih baik terhadap prestasi belajar, dan sebaliknya apabila titik tersebut berada di bawah nilai rata-rata maka dikatakan media berpengaruh negatif (-) atau kurang baik. a. Uji lanjut analisis variansi untuk media pembelajaran Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa terdapat pengaruh perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dengan modul terhadap prestasi belajar biologi, maka perlu di uji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh perbedaan masing-masing media tersebut terhadap prestasi belajar biologi. Pembagian kategori media pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu hipermedia sebagai kategori I sedangkan modul sebagai kategori II. Uji lanjut analisis variansi untuk
media pembelajaran terhadap
prestasi
belajar biologi
menggunakan analisys variansi of means (gambar 4.11). commit to user
dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 1
O n e -W a y N o r m a l A N O M f o r P r e s t a s i B e l a ja r A lp h a = 0 , 0 5
68
6 7 ,7 8 8
Mean
67
66
6 5 ,8 8 9
65
64
6 3 ,9 8 9
63 1
2 M e d ia
Gambar 4.11 Grafik Uji Lanjut Anava Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Dari gambar 4.11 grafik uji lanjut analisis variansi media pembelajaran maka dapat diketahui bahwa prestasi pada media I (hipermedia) mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi daripada prestasi pada media II (modul), jadi kesimpulannya hipermedia sebagai media belajar dengan penerapan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam belajar materi pokok ekosistem memberikan pengaruh prestasi yang lebih baik daripada menggunakan modul. b. Uji lanjut analisis variansi untuk interaksi sosial Berdasarkan uji hipotesis juga diketahui bahwa terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. Interaksi sosial yang dimiliki oleh siswa dibagi menjadi dua kategori yaitu siswa yang memiliki interaksi sosial rendah (kategori 0) dan siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi ( kategori 1). maka perlu di uji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh perbedaan masing-masing media tersebut terhadap commit toprestasi user belajar biologi, maka langkah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 2
yang selanjutnya perlu di uji lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh perbedaan masing-masing kategori tersebut terhadap prestasi belajar biologi. Uji lanjut analisis variansi untuk interaksi sosial terhadap prestasi belajar biologi siswa dilakukan
menggunakan
analisys
variansi
of
means
(gambar4.12). O ne-W ay N or ma l AN O M for P re stasi Belajar A lpha = 0,05 69 6 8 ,2 5 3
68
Mean
67 66
6 5 ,8 8 9
65 64 6 3 ,5 2 5 63 0
1 Krit eria In t eraksi S o sial
Gambar 4.12 Grafik Uji Lanjut Analisis Variansi Interaksi Sosial Terhadap Prestasi Belajar Dari gambar 4.12 grafik uji lanjut analisis variansi interaksi sosial terhadap prestasi belajar biologi dapat diketahui bahwa prestasi pada interaksi sosial rendah (kategori 0) mempunyai nilai rata-rata prestasi belajar biologi lebih tinggi daripada prestasi siswa dengan interaksi sosial tinggi (1), jadi kesimpulannya adalah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa yang mempunyai interaksi sosial rendah memberikan pengaruh prestasi belajar biologi yang lebih baik pada materi pokok ekositem daripada siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 3
D. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hipotesis 1 Pada hipotesis I berdasarkan dari tabel 4.11 tentang rangkuman p-value uji hipotesis aspek kognitif di dapat p-value = 0,33 jadi p-value < α hal ini berarti terdapat perbedaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul. Hasil prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem menunjukkan bahwa rata-rata 67,39 pada kelompok hipermedia sedangkan pada kelompok modul memiliki rata-rata sebesar 64,39. Apabila dibandingkan dari kedua media yang digunakan dalam pembelajaran materi pokok ekosistem dengan melihat rata-rata prestasi belajar pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw memberikan pengaruh yang lebih baik daripada menggunakan modul. Hal tersebut juga terlihat dari uji lanjut pada gambar 4.12 Pembelajaran materi pokok ekosistem pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron, Kabupaten Ngawi pada saat dilaksanakannya penelitian ini menunjukkan siswa yang belajar kooperatif Jigsaw dengan menggunakan hipermedia terlihat tampak lebih antusias dan bersemangat, hal tersebut dikarenakan siswa merasakan suasana baru dalam belajar yaitu dengan memanfaatkan media elektronik dalam penyampaian dan penerimaan materi. Siswa dapat melihat gambaran secara langsung interaksi antara komponen dalam ekosistem. Sejalan dengan kajian Shamshun Nisa (2005) menggunakan hipermedia sebagai media pembelajaran menghasilkan proses pembelajaran berjalan lebih baik dan pelajar lebih senang kepada pembelajaran berbentuk visual seperti multimedia atau hipermedia commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 4
berbanding teks dan verbal. Dengan tersedianya materi yang sangat luas maka cenderung dalam pembelajaran memerlukan waktu yang sangat banyak. Sedangkan kelompok siswa yang belajar kooperatif Jigsaw dengan modul secara hasil akhir setelah diberikan post test yang berupa test prestasi belajar ekosistem secara tidak signifikan berbeda dengan pembelajaran dengan hipermedia, namun pada proses pembelajaran siswa pada kelompok hipermedia tampak lebih menikmati proses pembelajaran dibandingkan dengan siswa pada kelompok belajar dengan menggunakan modul. Pendapat Sri Anitah (2009: 63) hipermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materi-materi yang tidak berurutan. Hipermedia mengacu pada sofware komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai untuk beralih ke suatu informasi. Pemakai dapat memilih cara yang unik sesuai gaya berpikir dan cara memproses informasinya sendiri. Dengan hipermedia siswa cenderung lebih aktif belajar dan lebih senang mengikuti pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Tejada Gimenes (2000) dalam jurnal internasional, bahwa dengan menggunakan hipermedia siswa cenderung lebih aktif dan lebih cepat dalam penguasaan materi karena menghubungkan dari segi audio, visual dan teks secara bersamaan. Penelitian Kosmos Dimitropoulos dan Ioannis Mavridis dalam jurnal internasional Teknnologi Informatika yang berjudul ”A Hypermedia Virtual Evironment for Educations in
Medicine”
menyatakan bahwa ”As a conseguence, students are able to participate inthe educational procedure from any plece (even from home) and for as much as relly commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 5
needed to study the educational material and thus to adapt the learning process to theirpersonal need”. Pemanfaatan Hipermedia dalam pembelajaran berakibat, siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran dari tempat manapun bahkan dirumah dan sewktu-waktu. Sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari materi pelajaran dengan menyesuaikan proses belajar mereka. Penggunaan hipermedia dalam pembelajaran merupakan dasar pelaksanaan sistem interaktif bagi siswa untuk memperluas pengetahuan tanpa bantuan dari guru. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pembelajaran yang dapat menyenangkan siswa terutama siswa SMP merasakan kenyamanan dalam belajar dan akan memberikan pengaruh yang lebih baik, pembelajaran tersebut terlaksana pada proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul. Pembelajaran Jigsaw dengan modul secara efektif siswa
dapat mengubah konsepsi siswa
menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. 2. Hipotesis 2 Pada hipotesis II berdasarkan hasil uji hipotesis dengan analisis variansi didapat bahwa p-value = 0,900 maka p > α, hal ini berarti tidak terdapat perbedaan antara siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dengan siswa yang memiliki kemapuan memori rendah. Namun hal ini bukan berarti tidak ada perbedaan sama sekali, berdasarkan hasil uji masing-masing kriteria tiap sel didapat (tabel 4.11) bahwa siswa dengan kemampuan memori tinggi mempunyai rata-rata lebih tinggi daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah baik pada pada kelompok hipermedia maupun modul. Hal tersebut tampak pada commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 6
hasil rata-rata prestasi belajar pada tabel yaitu pada kelompok hipermedia kemampuan memori tinggi dan rendah secara berturut-turut adalah 78 dan 67,33, sedangkan pada kelompok modul rata-rata kemampuan memori tinggi dan rendah secara berturut-turut adalah 69,13 dan 67,29. Pada penelitian Graham J. McDougall dan Jeonghee Kang yang berjudul ”Memeori self-efficacy dan kinerja memori pada laki-laki yang lebih tua” menyatakan bahwa kekuatan memori kelompok umur muda memiliki kemampuan memori lebih tinggi dibanding dengan kelompok umur lebih tua. Berkurangnya kemampuan memori pada seseorang dipengaruhi oleh depresi dan kinerja memori itu sendiri. Siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dalam kelas hipermedia maupun kelas modul adalah siswa yang aktif dalam pembelajaran, mereka lebih mudah menghafal materi sehingga mendapat nilai yang tinggi. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah cenderung kurang aktif dalam pembelajaran. Untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan memori rendah diperlukan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, penggunaan model dan metode pembelajaran yang digunakan juga dapat merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja. 3. Hipotesis 3 Pada pembelajaran ekosistem syarat yang harus dimiliki siswa adalah tentang konsep makhluk hidup yang meliputi ciri-ciri, jenis, dan karkateristik makhluk hidup. Berdasarkan hasil uji hipotesis didapat harga pada p-value = commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 7
0,025 (p < α) maka dinyatakan H03 ditolak, hal ini mempunyai arti bahwa terdapat pengaruh perbedaan antara siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi dengan siswa yang memiliki interaksi sosial rendah terhadap prestasi belajar biologi. Interaksi sosial dalam belajar biologi dengan pembelajaran kooperatif jigsaw akan menentukan kelancaran siswa dalam memahami materi yang sedang dipelajarinya. Dalam pembelajaran Jigsaw menurut Elliot Aroson dalam Anita Lie ( 2002: 68). Jigsaw yaitu teknik mengajar dimana siswa dalam pembelajaran berlangsung diharapkan bekerja bersama sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Jadi dalam pembelajaran Jigsaw diharapkan terjadi interaksi sosial antara siswa dengan siswa secara individu dan antara siswa dalam kelompok. Dengan demikian masing-masing siswa akan mendapat lebih banyak pengalaman maupun materi dari pembelajaran tersebut. Berdasarkan hasil uji lanjut analisis variansi dapat dilihat bahwa siswa dalam kategori interaksi sosial rendah mempunyai nilai rata-rata lebih tinggi daripada siswa dalam kategori interaksi sosial tinggi. Keadaan yang terjadi dalam pendidikan prestasi belajar yang lebih baik biasanya didominasi oleh siswa yang rendah interaksi sosialnya, karena karakteristik siswa tersebut cenderung lebih suka belajar daripada bergaul dengan teman-temannya. Hal tersebut tampak ketika siswa yang termasuk dalam kategori interaksi sosial tinggi lebih suka bercanda pada saat jam istirahat sekolah sedangkan siswa dalam kategori interaksi sosialnya rendah lebih cenderung suka menghabiskan waktu belajar di perpustakaan sekolah.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 8
Peter K. Jonason, Dalam penelitiannya yang berjudul “Solutions to the Problem of Diminished Social Interaction” menyatakan bahwa Interaksi sosial sangat diperlukan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain baik secara langsung maupn tidak langsung. Untuk menumbuhkan interaksi sosial seseorang dibutuhkan alat bantu komunikasi. Jadi dalam pembelajaran di sekolah untuk menumbuhkan interaksi sosial siswa, guru perlu inovasi metode, model dan alat atau media pembelajaran. Siswa yang tekun belajar memahami materi sebelum pelajaran tersebut disampaikan oleh guru akan tampak selalu aktif dalan proses pembelajaran. Hal tersebut
tampak
ketika
guru
melemparkan
pertanyaan-pertanyaan
yang
mendukung sebuah penemuan sendiri oleh siswa, maka siswa yang mempunyai dasar pengetahuan yang cukup akan bisa menjawab dengan waktu yang lebih cepat dan akan lebih memahami materi daripada siswa yang mempunyai kemampuan memori rendah yang masih mencari-cari dengan membuka buku untuk mencari jawaban pertanyaan yang disampaikan oleh guru. Dengan dasar pengetahuan yang tinggi siswa akan lebih berorientasi dalam mengembangkan pemahaman materi pengetahuannya sedangkan siswa yang kemampuan memori rendah harus belajar dua kali yaitu memahami materi dasar dan materi yang sedang dipelajarinya. Maka siswa yang mempunyai kesiapan kemampuan memori tinggi dalam belajar ekosistem akan mendapatkan nilai yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai pemahaman materi dasar atau kemampuan memori rendah dalam belajar ekosistem. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17 9
4. Hipotesis 4 Berdasarkan keputusan uji harga pada p-value = 0,067 atau (p > α) maka dinyatakan H04 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan kemampuan memori siswa terhadap prestasi belajar biologi. Pada penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan antara kemapuan memori tinggi dan rendah dengan penggunaan media terhadap prestasi belajar biologi. Pengaruh yang diberikan kemampuan memori tinggi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan memori rendah. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh kemampuan memori rendah terhadap prestasi belajar biologi merupakan pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemapuan memori tinggi. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan memori tinggi dan rendah. Namun hal ini bukan berarti tidak ada interaksi sama sekali. Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa rata-rata yang dicapai oleh siswa pada kelompok hipermedia dengan kemampuan memori tinggi dan rendah berturutturut adalah adalah 66,11 dan 70,10 sedangkan pada kelompok modul rata-rata prestasi belajar pada kategori kemampuan memori tinggi dan rendah berturutturut adalah adalah 66,09 dan 66,69. Berdasarkan data-data tersebut maka dapat diketahui bahwa siswa dengan kemampuan memori tinggi maupun rendah lebih cocok apabila belajar ekosistem dengan menggunakan hipermedia daripada modul. Dalam hal tersebut untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 0
memori rendah diperlukan kemampuan guru dalam pengelolaan kelas, penggunaan model dan metode pembelajaran yang digunakan juga dapat merangsang kemampuan memori siswa. Selain itu memori akan lebih baik apabila untuk memahami atau mengingat suatu materi dengan berbagai cara misalnya segi visual dan audio lebih baik daripada hanya satu saja. Pada materi ekosistem
hipermedia lebih cocok digunakan untuk
merangsang memori otak siswa karena diciptakan dari gabungan antara audio, visual
dan
teks
yang
dugunakan
secara
bersamaan
dalam
media
pembelajaran.Siswa yang memiliki kemampuan memori tingi aka lebih terpacu semangatnya untuk belajar. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan memori rendah dengan pembelajaran melalui hipermedia, siswa akan lebih giat untuk berlatih menemukan dan menerima hal-hal yang baru. Untuk membantu siswa yang memiliki kemampuan memori rendah atau meningkatkan prestasi belajar bagi siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi , dibutuhkan inovasi guru merancang atau mendesain pelajaran yang menggunakan media pembalajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. 5. Hipotesis 5 Berdasarkan keputusan uji hipotesis harga pada p-value = 0,098 atau (p > α) maka dinyatakan H05 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara media pembelajaran dengan interaksi sosial tinggi dan terhadap prestasi belajar biologi. Pada penelitian ini ditemukan tdak ada pengaruh yang signifikan antara interaksi sosial dengan media pembelajaran terhadap prestasi belajar biologi pada materi pokok ekosistem. Pengaruh yang diberikan interaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 1
sosial terhadap prestasi belajar biologi adalah pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan media pembelajaran, dan begitu juga sebaliknya pengaruh yang diberikan media pembelajaran terhadap prestasi belajar adalah pengaruh yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan interaksi sosial. Dua variabel tersebut tidak menghasilkan kombinasi efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara media pembelajaran dengan interaksi sosial. Namun demikian bukan berarti tidak ada interakasi sama sekali antara interaksi sosial dengan dengan hypermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi. Melihat data pada tabel 4.12 maka dapat dilihat bahwa prestasi belajar rata-rata dengan interaksi sosial tinggi dan rendah pada hypermedia berturut-turut adalah adalah 70 dan 67,33 sedangkan nilai rata-rata interaksi sosial tinggi dan rendah pada kelompok modul berturut-turut 69,13 dan 67,29. Berdasarkan data-data pada penelitian ini, ditemukan bahwa siswa dengan interaksi sosial tinggi cenderung lebih cocok belajar ekosistem dengan menggunakan htpermedia sedangkan siswa dengan interaksi sosial rendah cenderung lebih cocok belajar dengan kedua media tersebut yaitu hypermedia maupun modul. Penemuan ini dapat dijelaskan bahwa hipermedia pada pembelajaran biologi materi ekosistem menyediakan sumber belajar yang bisa mereka temukan berupa teks, gambar, video. Siswa dengan kemampuan memori tinggi akan lebih cepat memahami materi yang sedang dipelajari dengan melihat, mengamati dan mengobservasi langsung dari materi yang mereka baca dari buku-buku, literatur dari internet, maupun dari penjelasan guru, sehingga siswa dengan kemampuan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 2
memori tinggi akan mudah mengaplikasikan dan mengembangkan pengetahuan mereka. Bagi siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dengan pembelajaran berbasis modul dengan wahana buku teks menjadi bisa paham dengan dihadapkan dengan buku teks yang terperinci alur sehingga bisa mereka rasakan dengan membaca berulang-ulang. Sehingga keterpaduan indera mereka akan memberikan rangsangan positif terhadap perkembangan kognitif siswa dengan belajar berkelompok dalam kooperatif jigsaw. Siswa dengan kemampuan memori rendah akan mendapatkan bantuan bersama dari teman satu kelompok dan juga guru dalam belajar ekosistem, sehingga pembelajaran di alam memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar.
6. Hipotesis 6 Berdasarkan keputusan uji hipotesis harga pada p-value = 0,617 atau (p > α) maka dinyatakan H06 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dengan interaksi sosial siswa terhadap prestasi belajar biologi. Didalam penelitian ini tidak ditemukan pengaruh bersama yang signifikan antara kemampuan memori dengan interaksi sosial terhadap prestasi belajar. Pengaruh yang diberikan kemapuan memori terhadap prestasi belajar merupakan yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan meori. Begitu pula sebaliknya, pengaruh yang diberikan oleh interaksi sosial terhadap prestasi belajar merupakan prestasi yang berdiri sendiri dan tidak berhubungan dengan kemampuan memori. Dua variabel yang diteliti tidak menghasilkan kombinasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 3
efek yang signifikan, sehingga disimpulkan tidak ada interaksi yang signifikan antara kemampuan memori dengan interaksi sosial. Ditinjau dari kondisi siswa kelas 7 SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010 kabupaten Ngawi antara kelompok kelas hipermedia dan kelas modul memiliki tingkat kemampuan memori yang tinggi. Dari hasil penelitian media yang paling tepat untuk digunakan meningkatkan prestasi belajar adalah hypermedia. Keberhasilan penggunaan hypermedia dalam pembelajaran jigsaw materi ekosistem tergantung pada berbagai factor, seperti proses kognitif dalam hali ini tingkat kemampuan memori tinggi dan rendah yang paling sesuai. Hipermedia yang dilengkapi animasi visual gerak dan warna, teks yang terprogram dan gambar-gambar yang menarik ini meninggalkan jejak-jejak (traees) dalam iongatan yang sewaktu-waktu akan muncul bila dipanggil (retrieval). Sesuai pendapat Arysad (2004:91) yang menyatakan bahwa media berbasis visual memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar, media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Dipertegas lagi pendapat Atkison dan Shiffrin (1968) dalam Bomo Walgito (2003: 147) proses belajar yang eninggalkan jejak-jekak jiwa seseorang, sementara akan disimpan dalam ingatan dan suatu waktu dapat ditimbulkan kembali. 7. Hipotesis 7 Pada hipotesis ke-7 dari tabel 4.11 harga pada p-value = 0,138 atau (p > α) maka dinyatakan H07 diterima, hal ini mempunyai arti bahwa tidak terdapat interaksi antara kemampuan memori dan interaksi sosial dengan media pembelajaran hipermedia dan modul siswa tehadap prestasi belajar biologi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 4
Berdasarkan pengujian hipotesis 1, 2 dan 3 bahwa pembelajaran jigsaw melalui hypermedia hasilnya leabih baik dari pada pembelajaran jigsaw dengan modul. Kemampuan interaksi sosial
tinggi dan rendah tidak berpengaruh terhadap
prestasi belajar siswa. Sedangkan kemampuan memori tinggi dan kemampuan memori rendah sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa materi ekosistem. Hipotesis 7 merupakan hipotesis untuk interaksi orde dua (second mark interaction) yang merupakan interaksi antara sepasang variabel dengan variabel ketiga. Interaksi antara sepasang variabel yang dikenal dengan interaksi orde pertama (first rank interaction) terdapat pada hipotesis 4, 5, dan 6. Berdasarkan pengujian hipotesis 4, 5, dan 6 tidak terdapat interaksi yang signifikan untuk interaksi orde pertama, maka tentunya interaksi orde kedua juga tidak ada.
E. Kelemahan dan Keterbatasan Penelitian Penelitian telah diupayakan semaksimal mungkin dengan harapan hasilnya dapat mengungkap kondisi yang sesungguhnya, namun masih terdapat beberapa hal yang dapat dianggap sebagai kelemahan dan keterbatasan penelitian yang mempengaruhi hasil penelitian. Adapun hal-hal tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sampel penelitian ini terbatas pada siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajaran 2009/2010. Hal ini dapat diasumsikan bahwa karakteristik siswa serta kondisi sekolah, kesiapan guru dalam mengajar serta faktor pendukung lainnya memiliki ciri khas tersendiri, sehingga besar kemungkinan bila penelitian commit user akan menghasilkan data yang dilakukan pada subyek penelitian yang to berbeda
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 5
berbeda pula. Jadi hasil penelitian ini hanya berlaku untuk siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron tahun pelajarn 2009/2010. 2. Waktu penelitian yang berlangsung relatif singkat, yaitu selama 8 pelajaran dalam dua kompetensi dasar, sehingga ada kemungkinan perlakuan belum tampak jelas. Penambahan jumlah jam pelajaran materi pokok ekosistem tidak bisa peneliti lakukan, hal tersebut berkaitan dengan pembagian alokasi waktu tiap kompetensi dasar. 3. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan hipermedia dan modul baru pertama kali diterapkan dalam pembelajaran biologi materi pokok ekosistem oleh guru sebagai peneliti pada siswa kelas VII, begitu juga sebaliknya siswa kelas VII SMP Negeri 2 Paron baru pertamakali melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, sehingga proses belajar mengajar yang terjadi kurang berjalan maksimal. 4. Test prestasi belajar hanya pada aspek kognitif saja , sedangkan aspek afektif dan psikomotor tidak dilakukan sebagai variabel karena analisis statistik akan semakin banyak. 5. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa tidak dapat dilacak penyebabnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 6
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan Pembelajaran Jigsaw dengan Hipermedia dan Modul dalam penelitian ini dinyatakan bahwa teori bejalar yang mendukung adalah teori Peaget karena siswa langsung dapat berinteraksi dengan materi ekosistem dari media pembelajaran. Dengan Hipermedia dan modul karakteristik materi ekosistem dapat diamati oleh siswa secara langsung. Dengan pengamatan langsung siswa sudah memiliki bekal waktu masuk kelas sehingga siswa dapat belajar sendiri secara kelompok dengan pembelajaran kooperatif Jigsaw. Pembelajaran Jigsaw dapat mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif jigsaw memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain, sehingga pengetahuannya jadi bertambah.
Keunggulan kooperatif tipe
jigsaw meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Pemanfaatan Hipermedia dalam pembelajaran berakibat, siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran dari tempat manapun bahkan dirumah dan sewktu-waktu. Sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari materi pelajaran dengan menyesuaikan proses belajar mereka. Penggunaan hipermedia dalam pembelajaran merupakan dasar pelaksanaan sistem interaktif bagi siswa untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 7
memperluas pengetahuan tanpa bantuan dari guru. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pembelajaran yang dapat menyenangkan siswa terutama siswa SMP merasakan kenyamanan dalam belajar dan akan memberikan pengaruh yang lebih baik, pembelajaran tersebut terlaksana pada proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia dan modul. Pembelajaran Jigsaw dengan modul secara efektif siswa dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah, sehingga pada gilirannya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Pemanfaatan Hipermedia dalam pembelajaran berakibat, siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran dari tempat manapun bahkan dirumah dan sewaktu-waktu. Sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajari materi pelajaran dengan menyesuaikan proses belajar mereka. Penggunaan hipermedia dalam pembelajaran merupakan dasar pelaksanaan sistem interaktif bagi siswa untuk memperluas pengetahuan tanpa bantuan dari guru. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka pembelajaran yang dapat menyenangkan siswa terutama siswa SMP merasakan kenyamanan dalam belajar dan akan memberikan pengaruh yang lebih baik, pembelajaran tersebut terlaksana pada proses pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hipermedia. Pembelajaran Jigsaw dengan modul secara efektif siswa
dapat mengubah konsepsi siswa menuju konsep ilmiah,
sehingga pada gilirannya hasil belajar siswa dapat ditingkatkan seoptimal mungkin baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 8
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan maka keseluruhan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan hypermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem. Pembelajaran dengan hypermedia memberikan pengaruh positif terhadap prestasi belajar dibandingkan dengan modul. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menerapkan hypermedia sebagai media dalam belajar ekosistem cenderung lebih baik daripada menggunkan modul. 2. Kemampuan memori tidak memberikan pengaruh perbedaan yang signifikan. Secara umum, prestasi belajar dari kemampuan memori siswa yang masuk kategori tinggi dan rendah tidak jauh berbeda. Namun, berdasarkan ratarata prestasi belajar, siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar daripada siswa yang memiliki kemampuan memori rendah. Jadi siswa yang memiliki rata-rata skor kemampuan memori tinggi mendapat prestasi belajar yang yang lebih baik daripada siswa yang memiliki skor prestasi pada kemapuan memori kategori rendah. 3. Interaksi sosial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan hasil uji lanjut variansi diketahui bahwa interaksi sosial rendah memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap prestasi belajar biologi. Jadi siswa yang memiliki interaksi sosial rendah mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi. Sebaliknya, hasil uji lanjut variansi juga diketahui bahwa interaksi sosial tinggi memberikan pengaruh negatif yang signifikan terhadap prestasi belajar biologi, commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18 9
jadi siswa yang memiliki interaksi sosial tinggi cenderung mencapai prestasi belajar biologi yang rendah. 4. Kemampuan memori tidak ada interaksi antara media pembelajaran hypermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi. Pengaruh bersama atau interaksi yang diharapkan terbangun antara kemampuan memori dengan media pembelajaran hipermedia dan modul ternyata tidak signifikan. Namun, berdasarkan analisis interaksi kemampuan memori dengan media didapatkan bahwa siswa dengan kemampuan memori tinggi maupun rendah lebih cocok apabila belajar ekosistem dengan menggunakan modul daripada hypermedia. 5. Interaksi sosial tidak ada interaksi antara media pembelajaran hipermedia dan modul terhadap prestasi belajar biologi. Pengaruh bersama atau interaksi yang diharapkan terbangun antara kemapuan awal dengan media pembelajaran hipermedia dan modul ternyata tidak signifikan. Namun, berdasarkan analisis interaksi interaksi sosial dengan media didapatkan ditemukan bahwa siswa dengan interaksi sosial tinggi cenderung lebih cocok belajar ekosistem dengan menggunakan hipermedia sedangkan siswa dengan interaksi sosial rendah cenderung lebih cocok belajar dengan kedua media tersebut yaitu hypermedia maupun modul. 6. Kemampuan memori dengan interaksi sosial tidak ada interaksi terhadap prestasi belajar biologi. Berdasarkan analisis interaksi kemampuan memori dengan interaksi sosial didapatkan bahwa rata-rata prestasi belajar paling tinggi didapatkan oleh siswa yang memiliki kemampuan memori tinggi dan interaksi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19 0
sosial rendah, namun prestasi terendah rata-rata dimiliki oleh siswa yang memilki kemampuan memori rendah dan interaksi sosial tinggi. 7. Kemampuan memori, interaksi sosial, dan media pembelajaran hypermedia dan modul juga tidak ada interaksi terhadap prestasi belajar biologi.
B. Implikasi 1. Teoritis Implikasi teoritis dari kesimpulan penelitian adalah untuk memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar biologi materi pokok ekosistem yang berkaitan dengan media pembelajaran yaitu hypermedia dan modul. 2. Praktis Implikasi praktis yang dapat dikemukakan berdasarkan kesimpulan penelitian ini antara lain: a. Menggunakan hypermedia dalam proses pembelajaran biologi materi pokok ekosistem memberikan prestasi yang lebih baik daripada menggunakan modul. b. Kemampuan memori tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian prestasi belajar biologi. c. Interaksi sosial mempunyai pengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar biologi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19 1
C. Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi Siswa a. Hendaknya aktif dalam proses pembelajaran, pemahaman yang didapatkan dari hasil penemuan atau pengalaman sendiri akan lebih bermakna daripada dari oranglain. b. Hendaknya selalu memotivasi diri untuk mencapai prestasi tertinggi, karena motivasi yang bersumber dari diri sendiri akan memberikan pengaruh yang lebih baik. 2. Bagi Guru a. Guru hendaknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran. b. Guru hendaknya mengupayakan peningkatan motivasi siswa dalam belajar 3. Bagi Pengelola Sekolah a. Hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan materi pelajaran. b. Hendaknya guru-guru diikutkan dalam pelatihan yang berhubungan dengan pembelajaran. 4. Bagi Peneliti Berikutnya a. Hendaknya mencermati secara hati-hati hasil angket yang berupa pilihan ganda.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19 2
b. Hendaknya model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian sudah dipraktekkan pada siswa yang akan dijadikan sebagai sampel sebelum penelitian dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar pada saat penelitian tidak dijumpai kendala yang berhubungan dengan model pembelajaran.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19 3
DAFTAR PUSTAKA Ali, Moh dan Asrori, Moh, 2004. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Azhar Arsyad,2004, Media Pembelajaran, Jakarta: PT Raja Grafindo: Persada Agib Zainal.2002.Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia Anita Lie.2002. Cooperative Learning Mempraktikan Cooperative Lerning di Ruang-Ruang Kelas : Jakarta; Grasindo Ani Winarsih,dkk. 2008. IPA Terpadu untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Alex Sobur. 2003. Psikologi Umum. Bandung: C.V. Pustaka Setia. Akhmad Haryono. 2001. Interaksi social dalam Pembelajaran Bahasa Asing. JIBS( Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra) Vol. 1/Nomor 1 Januarai – Juni. Abu Ahmadi.2004. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Reineka Cipta Bimo Walgito. 2004.Pengantar Psikologi Umum.Yogjakarta: Andi Offset Cecep Iskandar.2009. Pembelajaran Kooperatif Dengan Modul Dan Animasi Terhadap Prestasi Belajar Ditinjau Daroi Tingkat Kesulitan Belajar Siswa (Studi Pembelajaran Biologi pada Materi Sistem Ekresi Kelas XI Semester 1 SMA Taruna Nusantara Magelang). Surakarta. UNS Program Pascasarjana. Dimyati,,Mudjiono.2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Durmus Kilic. 2008. The Effect of Jigsaw Technique on learning the Conceps of the Principles and Methods of Teaching. World Applied Sciences Journal 4(Supple 1): 109-114, 2008. Erwin
Susilistiani.2006.Prestasi Belajar Biologi Pada Pokok Sistem Koordinasi Menggunakan Variansi Media Pembelajaran Ditinjau Dari Kemampuan Memori Siswa (Studi Kasus Penggunaan Media Pembelajaran LCD,OHP,Buku Teks Terprogram Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Surakarta Tahun Peljaran 2005/2006). Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
commit to user Gulo W.2002.Metodologi Penelitian,Jakarta: Grasindo
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19 4
---------, 2002, Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Grasindo Graham J, McDougall, Jeonghee Kang. 2003. Memori self-efficacy dn kinerja memoeri pada laki-laki yang lebih tua, International Journal of Men’s Health Huang,Y.-M., Huang, T –C., & Hsieh, M.-Y.(2008).Using annotation services in a ubiquistious Jigsaw cooperative learning environment. Educational Technoogy & Sosiety, 11 (2), 3-15. University ot Management, Taiwan.
Hamzah B.Uno.2007. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif.Gorontalo,Bumi Aksara. Jonason,K Peter et al.2008. Solutions to the Problem of Diminished Social Interaction. Depertement of Psychology, New Mexico state University, Las Cruces. USA Kam-wing CHAN. 2004. Using ‘Jigsaw II ‘ in Teacher Education Programmes. Hong Kong Teacher’ Center Journal . Vol 3. Mulyasa E.2005. Menjadi Guru Profesional mencptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan.Bandung: Remaja Rosda Karya Mercedes. A, 2009. Evaluasi Rencana Set Modul Di Prinsip Dan Metode Mengajar. Universitas Mancarandang of Batangs, Jurnal International. ISSN:2094-1749 Vol: I, 2009 Manitsaris Athanasios, et al, 2006. A Hypermedia Virtual Enviroument for Education in Medicine. Journal of Informatika Tekhnology Impact Vl No.2. pp.61-72, University of Macadonia, Greece (diakses tanggal 27 Januari 2011) Nunan, David.1995.Language Teaching Metodology. London: Ponix RLT Ngalim Purwanto M. 1994. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya Noehi Nasution,dkk. 2008. Pendidikan IPA di SD. Jakarta. Penerbit Universitas Terbuka Noehi Nasution. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Badung: Remaja Rosdakarya. commitGramedia to user widia Sarana Nurhadi.2004.Kurikulum 2004.Jakarta:
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19 5
Nana Sudjana.2008. Penialain Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Oemar Hamalik,2008.Proses Belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Paul Supomo, 1997. Filsafat Konstruktivisme Dalam Pendidikan. Boston, Penerbit Kanisius Pidarta,M.1990. Cara Belajar Mengajar di Universitas Negara Maju, Jakarta: Bumu Aksara Pribadi.M.2008. Minitab 15 Uji T hingga Anova. Surakarta : PPS UNS Petersen Lindy,2004. Bagaimana Memotivasi Anak Belajar. Jakarta,Grasindo Ratna Wilis Dahar.1989. Teori-teori Belajar,Jakarta: Erlangga Rudi Susilana, dan Riyana, Cepi. 2007. Media Pembelajaran, Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian, Badung: Wacana Prima Sunaryo.2004. Psikologi Kedokteran EGC.
Untuk
Keperawatan,
Jakarta. Penerbit
Buku
Suwarna.2009. Pembelajaran kimia dengan metodeSTAD melalui teknik peta konsep dan teknik Puzzle ditinjau dari Interaksi social dan kemampuan memori (Studi Kasus pembelajaran kimia pada materi pokok system koloid kelas XI Semester 2 SMA Negeri 1 Karas Magetan tahun 2008/2009). Surakarta: Program Pascasarjana UNS. Syaiful Sagala.2008. Konsep Dan Makna Pembelajaran Untuk memecahkan Problematika Belajar Dan Mengajar. Alfabeta. Bandung Sanaky,Hujair.AH.2009.Media Pembelajaran, Yogjakarta: Safiria Insania Press Sardiman.1994.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta: Grafindo.
Raja
Slavin.1995.Cooperative Learning.2nd edition. A Simon and Schuster Company. Massachusetts. Sri Rahmini,dkk.2007. IPA Terpadu 1 untuk SMP/MTs Kelas VII, Semarang. Aneka Ilmu. Sri Anitah. 2009. Media Pembelajaran. Solo: UNS Press. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19 6
Suharsimi Arikunto.2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Angkasa Raya Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka
Inovatif
Berorientasi
Tejada Gimenez.J 2000.On Paper or Hypermedia? The Effects of Procedural Information in Digital Video Format in the Learning of a Music Score Editor Program by Novice Users1 . Universidad de Valencia. Jesus
[email protected] Toeti Sukamto,1997.Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka. Teguh Sugiyarto. Eny Ismiyati.2008. Ilmu Pengetahuan Alam Kelas VII SMP/MTs. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Winata Putra.2006. Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Depdiknas
Wayan
Santyasa.2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Pengembangan Modul. Bali. Universitas Pendidikan Ganesha.
Teori
Wasis. Sugeng Yuli. 2008. IPA Jilid 1 untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta. Pusat Perbukuan Depdiknas. Wasis dkk. Contektual Teaching and Learning IPA SMP/MTs Kelas VII edisi 4. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Yamin.M.2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Persada Press. Yuli Harnowo.2009. Pembelajaran Fisika Dengan Model Kooperatif Melalui Jigsaw dan STAD ditinjau Dari Kecerdasan Emosional dan Gaya Belajar Siswa (Studi Kasus Pembelajaran Fisika pada Siswa Kelas VIIO SMP Negeri 2 Kebumen Semester II Tahun Pelajaran 2008/2009). Surakarta: Program Pascasarjana UNS.
commit to user