PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium Everts., (COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA, BEKASI, SERANG, DAN CILEGON
MORISA PURBA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul : ”Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon” adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan. Semua sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Pebruari 2009
Morisa Purba A451064044
RINGKASAN MORISA PURBA. Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lainnya di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon. Dibimbing oleh: UTOMO KARTOSUWONDO dan IDHAM SAKTI HARAHAP. Trogoderma granarium Everts. merupakan hama gudang penting yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang tinggi. Hama ini juga merupakan salah satu Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang pada saat ini digolongkan dalam status OPTK A2 di pulau Jawa. Pemantauan ini bertujuan untuk memantau, mempelajari, dan menelusuri keberadaan T. granarium di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon, serta mengkaji status keberadaan T. granarium sebagai serangga hama yang digolongkan pada OPTK A2. Pemantauan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2008 di gudang penyimpanan beras dan pakan ternak yaitu: gudang beras Bulog, gudang swasta, gudang perorangan pasar induk Cipinang untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Metode penelitian menggunakan pengambilan contoh langsung dengan alat spear sampler (colokan), pengambilan contoh dengan perangkap menggunakan yellow trap, cartoon trap, bait trap. Hasil dari pemantauan menunjukkan tidak ditemukan hama gudang T. granarium pada gudang penyimpanan beras dan penyimpanan pakan ternak. Tidak terdapat perbedaan hasil antara gudang pemerintah, gudang swasta, dan gudang perorangan, pada gudang tersebut tidak ditemukan T. granarium. Hasil intersepsi Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok dari Laporan Tahunan 2006-2007 menunjukkan hal yang sama, tidak pernah ditemukan T. granarium pada pemeriksaan komoditas beras dan pakan ternak impor maupun antar area. Hama gudang lain yang ditemukan adalah Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Semua jenis hama gudang tersebut juga ditemukan pada komoditas impor dan lokal.
Kata kunci :
Trogoderma granarium, pemantauan, hama gudang, gudang penyimpanan,
ABSTRACT
MORISA PURBA. Monitoring and Assessment of The Presence of Khapra Beetle, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) and Other Stored-Product Pests in Jakarta, Bekasi, Serang, and Cilegon. Advisors: UTOMO KARTOSUWONDO and IDHAM SAKTI HARAHAP. Trogoderma granarium Everts. is the most important stored-product pest which could cause high economic losses. This pest is also one of the quarantine pest, labelled as A2, only found in Java Island. This monitoring was conducted to detect the presence of T. granarium in Jakarta, Bekasi, Serang, Cilegon and to review secondary data obtained from Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Survey was carried out in warehouses owned by government (Bulog), private company, and personal bussinessman from August to December 2008. The results revealled that none of those warehouses were infested by T. granarium. The same result was also obtained from secondary data (2006 and 2007). The other stored-prodoct pests found were Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, and Oryzaephilus surinamensis. Those stored-product pests were found both in local or imported commodities stored in the surveyed warehouses.
Key word: Trogoderma granarium, monitoring, warehouse, stored-product pest
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009 Hak Cipta dilindungi Undang-undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk laporan apapun tanpa izin IPB
PEMANTAUAN DAN KAJIAN KEBERADAAN KUMBANG KHAPRA, Trogoderma granarium Everts., (COLEOPTERA: DERMESTIDAE) DAN HAMA GUDANG LAINNYA DI WILAYAH DKI JAKARTA, BEKASI, SERANG, DAN CILEGON
MORISA PURBA
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Entomologi/Fitopatologi
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009
Judul Tesis
Nama Mahasiswa Nomor Pokok Program Studi
: Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) dan Hama Gudang Lain di Wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon : Morisa Purba : A451064044 : Entomologi/Fitopatologi
Disetujui Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS Ketua
Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MSi Anggota
Diketahui Ketua Program Studi Entomologi-Fitopatologi
Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, MSc.PProf. Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro, MS
Tanggal Ujian :
Tanggal Lulus :
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Pemantauan dan Kajian Keberadaan Kumbang Khapra, Trogoderma granarium Everts., (Coleoptera: Dermestidae) di Wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon yang bertujuan untuk memantau, mengkaji, dan menelusuri keberadaan kumbang Khapra (T. granarium) di wilayah Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon apakah masih berstatus OPTK A2 atau sudah berubah status. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Utomo Kartosuwondo, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing, Dr. Ir. Idham Sakti Harahap, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala bimbingan dan arahan selama penelitian sampai penulisan tesis. Terima kasih disampaikan pula untuk Ketua Program Studi Entomologi/Fitopatologi serta staf pengajar Sekolah Pasca Sarjana IPB yang telah memberikan ilmu selama penulis mengikuti pendidikan sehingga dapat dijadikan sebagai bekal penulisan tesis. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada Badan Karantina Pertanian yang telah memberikan beasiswa Program Khusus Karantina pada Sekolah Pascasarjana IPB, gudang beras Bulog Divre DKI Jakarta, pedagang beras pasar Cipinang, gudang perusahaan swasta, Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, dan Balai Karantina Pertanian Kelas I Cilegon. Selain itu terima kasih kepada teman-teman satu angkatan (2007-2008) atas bantuan dan dukungannya. Rasa hormat dan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan kepada ibu dan (alm) bapak tercinta, suami, dan adik-adik atas cinta, doa dan dukungannya kepada penulis. Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi yang membutuhkannya.
Bogor, Pebruari 2009 Morisa Purba
RIWAYAT HIDUP Morisa Purba dilahirkan di Padang Sidempuan pada tanggal 23 Pebruari 1975, sebagai anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Ir. Ronly Purba (alm) dan Ibu Dra. Lasmaida Simanungkalit. Penulis menamatkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada SMA Negeri 5 Medan pada tahun 1993. Pada tahun 1994, penulis melanjutkan pendidikan pada Fakultas Pertanian, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT), Universitas Sumatera Utara (USU) Medan, dan berhasil meraih gelar Sarjana Pertanian pada tahun 2000. Penulis diterima sebagai pegawai negeri sipil pada Badan Karantina Pertanian tahun 2003 sampai sekarang, ditempatkan di Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta. Tahun 2007 penulis mendapat beasiswa dari Badan Karantina Pertanian pada Program Magíster Sains Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Penulis menikah dengan Slamet Ryadi Silaban pada tahun 2008
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Ir. Dwi Putra Setiawan, M.Sc
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................ xii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv PENDAHULUAN ...........................................................................................
1
Latar Belakang ...........................................................................................
1
Tujuan Penelitian .......................................................................................
4
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................
5
Kumbang Khapra ......................................................................................
5
Biologi dan Morfologi Kumbang Khapra ..................................................
7
Telur .....................................................................................................
7
Larva ....................................................................................................
7
Pupa......................................................................................................
8
Imago....................................................................................................
9
Cara Hidup Kumbang Khapra....................................................................
9
Komoditas Yang Diserang ......................................................................... 10 BAHAN DAN METODE ................................................................................ 11 Waktu dan Tempat ..................................................................................... 11 Metode Penelitian....................................................................................... 11 Pengambilan Contoh ............................................................................ 11 Pengambilan Contoh Langsung .................................................. 11 Spear sampler atau probe (colokan) ..................................... 11 Pengambilan Contoh Dengan Perangkap.................................... Yellow trap ............................................................................ Cartoon trap.......................................................................... Bait trap ................................................................................
12 12 13 14
Pembagian Jenis Komoditas ................................................................ 14 Lokasi Pemantauan .............................................................................. 15
Identifikasi Serangga............................................................................ 16 Parameter Pengamatan ......................................................................... 16 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 17 Gudang Beras Bulog .................................................................................. 17 Gudang Beras Perorangan Cipinang .......................................................... 20 Gudang Beras Swasta................................................................................. 22 Gudang Pakan Ternak ................................................................................ 24 Pelabuhan Tanjung Priok ........................................................................... 26 Pelabuhan Cilegon...................................................................................... 28 Analisis Karakteristik Gudang ................................................................... 29 Karakteristik Gudang Menurut Jenis Komoditas................................. 29 Karakteristik Gudang Menurut Status Kepemilikan ............................ 31 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................ 33 Kesimpulan ................................................................................................ 33 Saran........................................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34 LAMPIRAN..................................................................................................... 37
DAFTAR GAMBAR No.
Halaman
1. Larva instar terakhir Trogoderma granarium .....................................
7
2. Siklus hidup Trogoderma granarium ..................................................
8
3. Imago Trogoderma granarium ............................................................
9
4. Contoh beras yang diambil langsung dengan menggunakan colokan .
12
5. Yellow trap yang digunakan di gudang penyimpanan .........................
13
6. Cartoon trap yang digunakan di gudang penyimpanan.......................
13
7. Bait trap yang digunakan di gudang penyimpanan..............................
14
8. Jenis hama gudang yang ditemukan pada bulan Oktober sampai Desember 2008 pada gudang Bulog ....................................................
18
9. Imago Liposcelis entomophilus...........................................................
19
10. Imago gudang Cryptolestes ferrugineus .............................................
21
11. Imago Tribolium castaneum ...............................................................
23
12. Imago Oryzaephilus surinamensis .......................................................
25
13. Imago Sitophilus oryzae ......................................................................
25
14. Imago Alphitobius diaperinus .............................................................
26
DAFTAR TABEL No.
Halaman
1. Penyebaran kumbang khapra, Trogoderma granarium, di benua Eropa, Asia, dan Afrika........................................................................
6
2. Hasil pemantauan di gudang beras Bulog divisi regional DKI Jakarta ..........................................................................................
17
3. Hasil pemantauan di gudang beras perorangan pasar induk Cipinang............................................................................
21
4. Hasil pemantauan di gudang beras swasta ...........................................
23
5. Hasil pemantauan di gudang pakan ternak swasta...............................
24
6. Rekapitulasi data impor beras dan hasil intersepsi tahun 2007............
26
7. Rekapitulasi data impor soybean meal (pakan ternak) dan hasil intersepsi tahun 2007 ...........................................................
27
9. Hasil pemantauan di gudang pengumpulan pakan ternak Cilegon .................................................................................................
28
DAFTAR LAMPIRAN No.
Halaman
1. Hasil pemantauan gudang beras Bulog divre DKI Jakarta ..................
37
2a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Priok. ...................................
38
2b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Priok. ...................................
39
3a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Mas ......................................
40
3b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Mas. .....................................
41
4a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Perak....................................
42
4b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Perak....................................
43
5a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Belawan. ..............................
44
5b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Belawan. ..............................
45
6a. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2006 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Makassar..............................
46
6b. Data intersepsi OPT/OPTK tahun 2007 laporan tahunan Balai Besar Karantia Pertanian Tanjung Makassar..............................
47
7. Kuisioner ..............................................................................................
48
8. Hasil Kuisioner ....................................................................................
50
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan penyimpanan suatu komoditas tertentu di gudang mempunyai beberapa tujuan diantaranya untuk cadangan/stok
nasional jika terjadi
musibah/bencana seperti gempa bumi dan banjir baik yang terjadi secara lokal maupun nasional dan sebagai penstabil harga di pasar (Dadang 2006). Kegiatan penyimpanan, menurut Sidik (1997), paling banyak mengakibatkan kerusakan yang nyata pada beberapa komoditas simpanan. Menurut data yang disajikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 1977 kehilangan hasil yang diakibatkan oleh adanya infestasi hama gudang pada biji-bijian dan sereal lainnya mencapai 9,6% di tempat penyimpanan, bahkan infestasi tersebut dapat mencapai 20,2% selama penyimpanan di gudang. Secara prinsip terdapat tiga faktor yang mempengaruhi komoditas yang disimpan, yaitu keadaan komoditas/bahan simpan, kondisi gudang (lantai, dinding, atap, dan peralatan), dan lingkungan (fisik dan biologi) baik lingkungan di dalam gudang maupun di sekitar gudang yang mempengaruhi laju kerusakan komoditas yang disimpan (Dadang 2006). Untuk mengatasi kehilangan hasil menurut Champ (1992 dalam Sidik 2000) perlu dilakukan sistem pengendalian hama gudang terpadu (PHGT) yaitu dengan memadukan unsur pertimbangan biaya yang efisien, aman, dan tidak menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Upaya untuk menekan kehilangan hasil tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pemantauan terhadap serangga gudang yang berpotensi menjadi hama pasca panen pada gudang-gudang penyimpanan. Metode yang digunakan
berdasarkan pemantauan komoditas dan pemantauan hama secara
tersistem, pengendalian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomi, dan tidak berdampak negatif pada lingkungan melalui model perkiraan dan sistem evaluasi yang terus menerus. Pemantauan merupakan salah satu kegiatan yang baik untuk mencegah terjadinya infestasi dan serangan hama di gudang pada suatu waktu tertentu, sehingga dapat diperkirakan terjadinya suatu kerusakan yang akan timbul. Upaya pemantauan tidak akan berhasil dengan baik apabila tidak diikuti
dengan pengetahuan tentang keberadaan dan penyebaran serangga hama di gudang penyimpanan (Mc Farlane 1989 dalam Sidik 2000). Berbagai jenis serangga telah dilaporkan dapat menginfestasi dan tersebar pada komoditas yang disimpan di gudang. Serangga-serangga hama tersebut biasanya ditemukan di gudang penyimpanan biji-bijian atau kacang-kacangan, misalnya kumbang Lasioderma serricorne, Stegobium paniceum, Araerus fasculatus, Rhyzopertha dominica, Sitophilus oryzae, Sitophilus zeamays, Tribolium
castaneum,
Corcyra
cephalonica,
dan
Ephestia
cautellla
(Surahmat et al. 2006). Salah satu hama gudang yang pernah dilaporkan sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan pada biji-bijian dan serelia lainnya adalah kumbang Khapra, Trogoderma granarium, (Coleoptera: Dermestidae). Selain menyerang serealia, serangga ini juga dapat menginfestasi rempah-rempah dan beras (Surahmat et al. 2006). Kumbang Khapra saat ini dilaporkan telah tersebar di beberapa negara Asia, termasuk Asia Tenggara, negara-negara Afrika, Australia dan USA (Morales & Rejesus 2001). Kumbang ini dilaporkan oleh Lowe et al. (2000) merupakan satu dari seratus serangga hama gudang yang paling merusak di dunia. Kumbang T. granarium dapat terbawa pada saat pengiriman komoditas yang terinfestasi, peralatan yang digunakan, dan melalui alat angkut (Banks 1994). Di Indonesia T. granarium pertama kali ditemukan pada tahun 1970 dalam gudang beras impor yang berasal dari Amerika dan telah beberapa bulan lamanya disimpan di dalam gudang pelabuhan Semarang.
Kerusakan yang yang
diakibatkannya cukup besar, sebagian dari beras impor dari Amerika tersebut menjadi tepung.
Pada bulan Agustus 1972 seorang ahli hama gudang FAO
menemukan T. granarium pada toko pakan ternak di daerah Jatinegara, kemudian pada tahun yang sama petugas karantina tumbuhan Tanjung Priok kembali menemukan hama gudang ini, ketika melakukan pemeriksaan komoditas beras di dalam kapal, sehingga dilakukan penahanan untuk fumigasi di dalam kapal (Dano 1977). Selanjutnya hama gudang T. granarium ini berturut-turut ditemukan serangannya pada beras yang diimpor dari Vietnam, India, dan Pakistan. Pengendalian secara intensif telah dilakukan oleh petugas karantina tumbuhan dan
pemerintah
daerah
T. granarium.
setempat
untuk
mengeradikasi
hama
gudang
Pada tahun 1991 Balai Karantina Pertanian Jakarta kembali
melakukan pemantauan yang dilakukan secara bersamaan di beberapa daerah yang pernah terinfestasi hama gudang ini. Pada pemantauan ini menunjukkan bahwa T. granarium masih ditemukan di wilayah Jakarta dan Tangerang pada komoditas beras dan pakan ternak (SKTSH
1991).
Kemudian tahun 2001
Stasiun Karantina Kelas I Soekarno-Hatta melakukan pemantauan di wilayah Jakarta dan Tangerang, dengan hasil yang berbeda, yakni tidak ditemukan hama gudang T. granarium (SKTSH 2001). Tahun 2006 Menteri Pertanian Republik Indonesia mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.38/Kpts/HK.060/1/2006 yang menyatakan bahwa T. granarium ditetapkan sebagai Organisame Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) kategori A2 di wilayah Jawa (Deptan 2006). Perlu diketahui bahwa Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina dibagi atas dua kategori yaitu : (1) OPTK A1, adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang belum ada di wilayah Negara Republik Indonesia, yang dicegah pemasukannya ke dalam wilayah Negara Republik Indonesia ; (2) OPTK A2, adalah Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang keberadaannya sudah ada di beberapa area di wilayah Negara Republik Indonesia, yang penyebarannya dicegah ke area lainnya di wilayah Negara Republik Indonesia, dapat dibebaskan dari media pembawanya dengan perlakuan (Deptan 2002). Upaya pengendalian yang dapat dilakukan untuk kumbang Khapra adalah dengan menggunakan feromon. Cara ini juga bermanfaat dalam memantau keberadaan serangga tersebut (Plarre dan Vanderwel
1999).
Selain itu, insektisida dari jenis piretroit sintetik dapat
digunakan untuk mengendalikan hama ini sehingga tidak berkembang biak. Selanjutnya dikemukakan oleh Rejesus (2001) bahwa saat ini fosfin dan methyl bromide banyak digunakan sebagai fumigan untuk pengendalian hama kumbang khapra. Namun untuk mengantisipasi terjadinya infestasi dan penyebaran serangga hama ini secara meluas di wilayah Jakarta atau perpindahan ke daeah lain melalui pengiriman komoditas maka dipandang perlu melakukan suatu kegiatan pemantauan terhadap keberadaan serangga hama tersebut.
Pemantauan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode survei ke beberapa gudang penyimpanan di wilayah Jakarta. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mendapatkan informasi status kumbang khapra di wilayah itu sebelum melakukan tindakan pengendalian atau tindakan karantina lainnya agar serangga hama tidak meluas ke wilayah lain. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu penelitian untuk mempelajari keberadaan dan kerusakan yang diakibatkan kumbang khapra serta hama gudang lainnya di gudang-gudang penyimpanan di wilayah Jakarta. Hasil pemantauan diharapkan akan menjadi sumber informasi penting dalam melakukan pemetaan dan penyebaran kumbang khapra. Informasi yang didapatkan dari hasil penelitian ini akan menjadi dasar untuk upaya tindakan karantina terhadap serangga hama tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk memantau, mempelajari, dan menelusuri keberadaan T. granarium dan hama gudang lainnya di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon serta mengkaji status keberadaan T. granarium sebagai serangga hama yang digolongkan pada OPTK A2.
TINJAUAN PUSTAKA Kumbang Khapra Kumbang khapra dengan nama spesies Trogoderma granarium Everts mempunyai nama sinonim Trogoderma affrum Priesner, termasuk dalam ordo Coleoptera, famili Dermestidae (Hinton 1975). Kumbang khapra pertama kali dilaporkan keberadaannya di India namun saat ini telah ditemukan juga di beberapa negara di Asia, Australia, Eropa dan Amerika (Rejesus & Rejesus 2001). Di Amerika Serikat kumbang ini pertama kali ditemukan tahun 1953 di negara bagian California. Diperkirakan kumbang ini masuk ke California awal tahun 1946 pada gudang penyimpanan di Fresno, California (Beal 1956). Kumbang ini sebelumnya telah menyebar di Arizona, New Meksiko, Texas dan dilakukan eradikasi pada area yang pernah terinfestasi, namun pada tahun 1968 kumbang ini kembali di temukan di New Jersey, dan terulang kembali pada tahun 1980. Akhirnya dilakukan pengisolasian terhadap kumbang ini dari tahun 1980–1983 di California, Maryland, Michigan, New Jersey dan Texas (Anonim 2006). Menurut USDA-APHIS diperkirakan 67% iklim Amerika Serikat sesuai untuk perkembangan T.granarium (Rench & Venette 2005). Pada bulan Oktober 1970 ditemukan di Indonesia dalam beras impor yang disimpan dalam gudang selama beberapa bulan di Semarang, dan mengalami kerusakan berat dan telah menjadi tepung (Dano 1977). Secara alami kemampuan memencar kumbang ini hanya dalam jarak pendek dan terbatas karena imagonya tidak dapat terbang (Lindgren et al. 1995). Menurut Pruthi dan Singh (1950) imago dan larva hama ini tersebar dengan bantuan angin dan dapat meluas dengan bantuan material yang terinfestasi serta alat transportasi. Larva dan imago menyenangi retakan atau celah material untuk tempat persembunyiannya, pembungkus material, dinding gudang, dan alat transportasi. EPPO (1997) memberikan daftar benua dan negara–negara yang telah ditemukan kumbang khapra (Tabel 1).
Penemuan dapat berupa hasil intersepsi yaitu deteksi berdasarkan pemeriksaan dan pengujian terhadap barang impor,
penemuan dapat berupa
imago, larva, exuvia, ataupun penemuan gejala serangan kumbang khapra. Tabel 1 Penyebaran kumbang Khapra, Trogoderma granarium, di benua Eropa, Asia, dan Afrika No. 1.
2.
3.
Benua Eropa dan Mediteranean
Asia
Afrika
Nama negara Austria, Ciprus, Yunani, Jerman Israel, Lebanon, Libya, Maroko, Spayol, Swiss, Siria, Tunisia, Turki, Inggris Belgia, Denmark, Irlandia, Luxembourg, Belanda, Rusia Hungaria dan Italia Afganistan, Bangladesh, India, Indonesia Irak, Iran, Israel, Japan Aljajair, Burkina, Faso, Yunani, Kenya Libya, Mali, Maritania, Maroko, Nigeria Sinegal, SierraLeone (hanya intersepsi), Somalia, Afrika Selatan Sudan, Tanzania, Tunisia, Zambia, Zimbabwe
Keterangan Ditemukan setelah dilakukan perlindungan lingkungan, dan tidak lagi menetap
Tidak ditemukan lagi
Hanya intersepsi Ditemukan tapi tidak menetap Menyebar di beberapa daerah Ditemukan tetapi tidak menetap Terutama dibagian utara Hanya intersepsi Ditemukan tetapi tidak menetap Ditemukan tetapi tidak menetap
Biologi dan Morfologi Kumbang Khapra Telur Telur berbentuk silindris dengan satu pusat yang melingkar berwarna putih susu, kemudian berubah menjadi kuning pucat, dan berukuran panjang 0.7 mm dan lebar 0.25 mm, bentuk silindris (Lindgren et al. 1955). Menurut Partida dan Strong (1975) telur serangga tersebut berukuran panjang 0.2 mm. Telur memiliki sedikit rambut dan akan berubah warna dari warna kemerahan atau kuning kecoklatan pada saat telur semakin matang. Larva Larva instar pertama berwarna kuning kecoklatan, dan berubah menjadi kemerahan pada instar berikutnya dan berukuran panjang 6 mm pada larva instar terakhir. Tubuh larva ditutupi rambut rambut yang panjang pada ruas abdomen, sedangkan bagian posterior, rambut-rambutnya menyerupai ekor (Beal 1956).
Gambar 1 Larva instar terakhir Trogoderma granarium Larva yang masih muda tidak dapat memakan biji-bijian yang utuh dan tergantung pada kerusakan biji-bijian atau produk makanan yang terbuat dari bijibijian. Pada biji-bijian yang rusak selalu ditemukan larva muda. Larva dewasa dapat memakan biji-bijian yang utuh.
Ketersediaan dan jumlah makanan
mempengaruhi kecepatan pertumbuhan, tetapi larva dapat bertahan hidup tanpa makan pada periode yang lama (sekitar 13 bulan).
Fase dormansi larva lebih kurang 3 minggu dan diikuti periode makan yang teratur. Proses tersebut memberikan hasil produksi sekitar 41% dari produksi telur yang normal.
Proses kelaparan tidak mempengaruhi lama proses
pembentukan pupa dari larva dorman (Beal 1956). Pupa Setelah selesai ecdysis, larva berganti kulit, tetapi pupa tetap tinggal dalam kulit yang tersisa selama hidupnya. Pupa memiliki tipe exarate. Calon imago jantan lebih kecil dari pada calon imago betina. Rata-rata calon imago jantan dan betina berturut-turut panjangnya berturut-turut 3.5 mm dan 5 mm (Hinton 1945).
Larva umumnya ditemukan pada material
Telur tersebar pada permukaan dan celahcelah material selama 3-14 hari
Stadia pupa 2-5 hari
Imago kawin setelah berumur 5 hari Imago betina dapat menghasilkan 66-500 butir telur
Gambar 2 Siklus hidup Trogoderma granarium
Imago Tubuh imago T.granarium dewasa berbentuk oval memanjang, berukuran 1.6–3.0 mm, lebar 0.9–1.7 mm. Imago jantan berwarna coklat sampai kehitaman dengan bercak-bercak coklat kemerahan pada elitra. Imago betina lebih besar dan ramping dan warnanya lebih terang. Kepala yang relatif kecil, memiliki antena yang pendek yang terdiri dari 11 ruas. Pada ruas ketiga sampai kelima dari antena berbentuk seperti gada dan bagian permukaan bagian atasnya ditutupi oleh rambut dan kelihatan mengkilat (Hinton 1945). Imago memiliki waktu hidup yang singkat, apabila imago betina kawin hanya hidup 4-7 hari, sedangkan bila tidak melakukan perkawinan 20-30 hari. Imago jantan dapat hidup 7–12 hari. Imago tidak dapat terbang dan memiliki tungkai yang pendek. Perkawinan terjadi setelah serangga berumur 5 hari.
Kumbang ini dapat menghasilkan telur dengan
sempurna pada perkawinan pertama. Pada perkawinan pertama imago betina menghasilkan telur sekitar 66 butir, sedangkan pada perkawinan kedua imago dapat mencapai lebih dari 500 butir telur. Apabila terjadi penundaan perkawinan selama 15-20 hari maka kemampuan menghasilkan telur serangga ini akan menurun sebesar 25% (Hinton 1945).
Gambar 3 Imago Trogiderma granarium Cara Hidup Kumbang Khapra Siklus hidup dari kumbang khapra mulai dari telur sampai serangga dewasa rata-rata 7 bulan pada suhu 21oC. Suhu untuk pertumbuhan normal serangga ini berkisar antara 21oC-40oC. Lama hidup imago berkisar antara 39 – 45 hari pada suhu 30oC dengan kelembaban 75%. Pada suhu optimum yakni suhu 35oC, siklus
hidupnya dapat mencapai 26 hari. Kumbang khapra dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim, baik pada kondisi suhu yang rendah ataupun pada suhu yang sangat tinggi. Namun pada saat fase larva dengan suhu di bawah 25oC larva akan bergerombol, dan berdiapause selama 6 tahun (Burges 1962). Larva dapat bertahan pada suhu –8oC dalam kondisi tidak aktif. Pertumbuhan dapat terjadi pada kelembaban 2%. Pada kelembaban relatif yang tinggi dapat menjadi faktor pembatas kumbang khapra untuk dapat bertahan hidup, sehingga keadaan yang lembab mengakibatkan kompetisi antar spesies tidak dapat berjalan dengan baik (Burges 1962). Komoditas Yang Diserang Kumbang khapra menginfestasi hampir seluruh hasil tanaman kering, bahan yang berasal dari hewan, tetapi lebih menyukai biji-bijian seperti gandum, barley, oats, jagung, rye, dan produk olahan seperti tepung, malt, dan mie. Kumbang ini dapat memakan bahan produk dengan kadar air 2% (Hinton 1945), dan juga dapat berkembang pada material hewan seperti tikus mati, darah kering, dan serangga kering (Kalshoven 1981).
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pemantauan dilaksanakan dari bulan Agustus sampai Desember 2008 di gudang penyimpanan beras dan pakan ternak yaitu : gudang beras Bulog, gudang swasta, gudang perorangan pasar induk Cipinang, dan gudang penampungan pakan ternak Cilegon. Wilayah pemantauan keberadaan kumbang khapra adalah wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder diperoleh dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok. Metode Penelitian Pengambilan Contoh Pemantauan menggunakan dua cara yaitu : pengambilan contoh langsung dengan menggunakan spear sampler atau probe (colokan) dan perangkap dengan menggunakan yellow trap, cartoon trap, bait trap. Pengambilan Contoh Langsung Spear sampler atau probe (colokan). Spear sampler digunakan untuk pengambilan contoh secara langsung pada penyimpanan yang menggunakan karung. Penggunaan dengan alat ini merupakan cara praktis untuk memantau populasi serangga hama, selain itu sekaligus dapat digunakan untuk memantau kualitas komoditas yang disimpan. Setiap staple (tumpukan karung) yang ditetapkan menjadi contoh, dilakukan tiga kali pengambilan contoh dengan colokan yaitu : bagian dasar, bagian tengah, bagian atas, setiap contoh komoditas diambil sebanyak 500 gram (Gambar 4).
Gambar 4
Contoh beras yang diambil dengan menggunakan colokan
Jumlah pengambilan contoh disesuaikan dengan jumlah dan bentuk karung dalam gudang penyimpanan (Sidik 1991) Jumlah karung contoh per tumpukan Jumlah karung
Jumlah contoh
7 – 270
5
271 – 630
10
631 – 1140
15
1141 – 1800
20
1801 – 2610
25
2611
30
Pengambilan Contoh Dengan Perangkap Yellow trap. Yellow trap adalah perangkap yang terbuat dari kertas atau plastik kuning dengan ukuran 8cmx15cm, permukaannya dilapisi Vaseline. Perangkap digantungkan di gudang penyimpanan setinggi 2m (Gambar 5). Yellow trap digantungkan pada lorong tumpukan karung, setiap lorong dibuat tiga perangkap. Jumlah perangkap disetiap gudang tidak sama, karena setiap gudang memiliki jumlah lorong yang berbeda. Yellow trap dipasang setiap tiga hari, pada hari yang ketiga perangkap lama diganti dengan perangkap yang baru, karena vaseline sudah tidak merekat lagi pada hari yang ketiga. Tujuan dari perangkap
ini agar hama gudang yang terbang menabrak yellow trap dan melekat, tujuannya untuk memerangkap serangga hama yang bisa terbang.
Gambar 5 Yellow trap yang digunakan di gudang penyimpanan Cartoon trap. Cartoon trap adalah perangkap yang terbuat dari karton bergelombang dengan ukuran 5cm x 15cm. Karton diletakkan diantara dua karung.
Tujuan dari penggunaan perangkap ini untuk menampung
ngengat
hingga berpupa pada celah-celah karton (Gambar 6). Jumlah cartoon trap yang digunakan tergantung jumlah karung di setiap gudang. Setiap baris vertial karung pada tumpukan stapel diletakan tiga cartoon trap, sedangkan baris horizontal lima cartoon trap.
Perangkap lama diganti pada hari yang ketiga dengan
perangkap yang baru.
Gambar 6 Cartoon trap yang digunakan di gudang penyimpanan
Bait trap. Bait trap adalah perangkap umpan terbuat dari kantung nilon berlubang-lubang yang diisi dengan beras pecah kulit sehingga akan menarik kedatangan serangga hama pada kantung-kantung yang diletakkan pada celah-celah di antara karung dalam suatu tumpukan. Keuntungan perangkap ini dapat diletakkan pada beberapa tempat selama 3 hari, mudah dalam pengambilan serangga yang terperangkap (Gambar 7).
Jumlah bait trap yang digunakan
tergantung jumlah karung di setiap gudang. Setiap baris vertial karung pada tumpukan stapel diletakan tiga bait trap, sedangkan baris horizontal lima bait trap. Perangkap lama diganti pada hari yang ketiga dengan perangkap yang baru.
Gambar 7 Bait trap yang digunakan di gudang penyimpanan
Pembagian Jenis Komoditas Komoditas yang diamati adalah komoditas yang umumnya diserang
oleh
T. granarium, yaitu: beras dan pakan ternak. Kedua komoditas ini merupakan makanan yang sangat disenangi oleh T. granarium. Pada gudang penyimpanan, sering di temukan T. granarium pada bungkil kacang (Kalshoven 1981). Dano (1977) menyatakan
kerusakan besar yang diakibatkan hama gudang ini di
Indonesia adalah pada komoditas beras dan pakan ternak. Pakan ternak yang diamati berupa bahan dasar pakan ternak seperti bungkil kacang kedelei, bungkil jagung, biasanya masih dalam bentuk curah, dan pakan ternak yang sudah berupa konsentrat.
Lokasi Pemantauan Pemantauan dilaksanakan pada gudang pemerintah, swasta, perorangan dan gudang penampungan di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon. a. Gudang pemerintah (DKI Jakarta), yaitu : GBB II
:
Gudang Beras Bulog II
GBB III
:
Gudang Beras Bulog III
GBB IV
:
Gudang Beras Bulog IV
GBB V
:
Gudang Beras Bulog V
GBB VI
:
Gudang Beras Bulog VI
GBB VII
:
Gudang Beras Bulog VII
GBB XII
:
Gudang Beras Bulog XII
GBB XIII
:
Gudang Beras Bulog XIII
GBB XIV
:
Gudang Beras Bulog XIV
GBB XV
:
Gudang Beras Bulog XV
b. Gudang swasta (Bekasi dan Serang, ), yaitu : GS I
:
Gudang Swasta I
GS II
:
Gudang Swasta II
GS III
:
Gudang Swasta III
GS IV
:
Gudang Swasta IV
GS V
:
Gudang Swasta V
c. Gudang perorangan (DKI Jakarta), yaitu : GPC I
:
Gudang Perorangan Cipinang I
GPC II
:
Gudang Perorangan Cipinang II
GPC III
:
Gudang Perorangan Cipinang III
GPC IV
:
Gudang Perorangan Cipinang IV
GPC V
:
Gudang Perorangan Cipinang V
Data sekunder diperoleh dari data intersepsi laporan tahunan 2006 dan 2007 dari Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok, data sekunder di luar DKI Jakarta yang mendukung dapat dilihat pada Lampiran 3,4,5, dan 6.
Identifikasi Serangga Serangga yang diperoleh dengan cara pengambilan contoh langsung dan cara pengambilan contoh dengan perangkap, dihitung jumlahnya. Serangga dibawa ke laboratorium untuk identifikasi dengan bantuan mikroskop dan buku identifikasi Banks 1994. Parameter Pengamatan Pengamatan hama gudang dilakukan dengan menghitung padat populasi T. granarium yang ditemukan pada masing-masing contoh, dan menghitung padat populasi hama gudang lainnya yang ditemukan pada masing-masing contoh. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap sistem manajemen gudang seperti: jalur masuk pada komoditas ke gudang, lama penyimpanan, asal bahan simpan, sanitasi gudang, dan upaya pengendalian hama gudang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gudang Beras Bulog Selama pemantauan di gudang beras Bulog Divisi Regional DKI Jakarta tidak ditemukan hama gudang sasaran T. granarium. Hama gudang ini biasanya ditemukan pada permukaan karung dalam bentuk larva, atau pada gudang dengan cahaya yang kurang baik. Keberadaan hama ini juga dapat dilakukan dengan melihat gejala serangan pada komoditas yang diperiksa, dapat berupa exuvia yang tertinggal pada komoditas bahan simpan, namun selama pemantauan di gudang beras bulog tanda-tanda tersebut tidak dapat ditemukan. Hama gudang lain yang ditemukan hanya hama gudang yang umum (Tabel 2) Tabel 2
Hasil pemantauan di gudang beras Bulog divisi regional DKI Jakarta
No
Serangga yang ditemukan
Asal komoditas
1 2 3 4
Sitophilus oryzae Liposcelis entomophilus Tribolium castaneum Cryptolestes ferrugineus
Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan
Suhu (oC) 34 – 37 30 – 33 35 – 37 35 – 37
Kadar air (%) 12 – 13 12 – 13 12 – 13 12 – 13
Suhu gudang penyimpanan Bulog berkisar 32-37 oC, suhu ini masih mendekati kisaran suhu efektif
yaitu 25-35 oC, yaitu berada pada zona
suboptimum untuk hama gudang kosmopolit seperti Sitophilus oryzae (Coleoptera: Curculionidae), Liposcelis entomphilus (Psocoptera: Liposcelidae), Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) , Cryptolestes
ferrugineus
(Coleoptera: Cucujidae). Suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap biologi serangga termasuk hama gudang, semakin tinggi suhu, pertumbuhan populasi hama gudang semakin cepat (Harahap 2006).
Selama pemantauan bulan Oktober sampai Desember 2008. Hama gudang L. entomophilus sangat tinggi populasinya pada bulan Desember, sedangkan pada bulan Oktober populasinya paling rendah (Gambar 8) Hal ini disebabkan pada bulan Desember curah hujan tinggi dan suhu berkisar antara
30-33 oC, keadaan
ini sangat sesuai untuk perkembangan imago L. entomophilus dengan kondisi optimum 30 oC (Gambar 9) Jumlah
rata-rata populasi
hama
gudang
yang ditemukan
dengan
menggunakan perangkap pada bulan Oktober adalah C. ferrugineus sejumlah 125 ekor, selanjutnya T. castaneum sejumlah 120 ekor, S. oryzae sejumlah 90 ekor, dan paling sedikit adalah L. entomophilus sejumlah 20 ekor. Nopember jumlah populasi C. ferrugineus
Pada bulan
sejumlah 90 ekor, T. castaneum
sejumlah 83 ekor, S. oryzae sejumlah 56 ekor, dan L. entomophilus 42 ekor. Bulan Desember L. entomophilus sejumlah 362 ekor, C. ferrugineus sejumlah 42
400 350 300 250 200 150 100 50 0
Oktober Nopember
Tribolium castaneum
Sitophilus oryzae
Cryptolestes ferrugineus
Desember
Liposcelis entomophilus
Populasi hama gudang (ekor)
ekor, T. castaneum sejumlah 35 ekor, S. oryzae 26 ekor.
Jenis hama gudang
Gambar 8 Jenis hama gudang yang ditemukan pada bulan Oktober sampai Desember 2008 pada gudang Bulog.
Gambar 9 Imago Liposcelis entomophilus Jumlah populasi hama gudang yang ditemukan dengan dengan pengambilan contoh langsung dapat dilihat pada Lampiran 1. Tidak ditemukannya T. granarium dapat disebabkan penanganan gudang beras Bulog pada saat ini mengikuti pengelolaan hama gudang terpadu (PHGT) yaitu dimulai dengan identifikasi organisme pengganggu komoditas (OPK) di gudang penyimpanan, organisme yang potensial menjadi OPK, dan faktor penyebab berkembangnya OPK (Hidayat & Halid 2006). Pencegahan merupakan faktor utama dari penanganan hama gudang terpadu yang dilaksanakan oleh Bulog, yang melibatkan kebersihan gudang, kesehatan komoditas yang disimpan, kebersihan gudang penyimpanan, penghilangan tempat-tempat yang menjadi sumber atau sarang OPK. Penanganan yang dilakukan oleh Bulog secara dini terhadap hama gudang merupakan salah satu penyebab T. granarium tidak ditemukan pada gudang beras Bulog. Tujuan penyimpanan gudang Bulog adalah untuk penyimpanan/cadangan beras nasional, bila sewaktu-waktu terjadi bencana, dan bertujuan agar harga di pasaran stabil. Lama penyimpanan di gudang Bulog umumnya berkisar 6 – 12 bulan, tetapi Bulog menjalan kan manajemen stok yang diterapkan dengan baik yaitu dengan rotasi stok komoditas sistem first in first out (FIFO) (Hidayat & Halid 2006). Dengan sistem FIFO komoditas yang telah masuk terlebih dahulu ke dalam gudang akan dikeluarkan terlebih dahulu. Sistem manajemen ini mengurangi lama penyimpanan komoditas dalam gudang,
sehingga siklus hidup hama gudang akan terputus. Dengan demikian populasi hama gudang diharapkan tidak bertambah, bahkan berkurang.
Pengemasan
komoditas pada gudang Bulog menggunakan bahan plastik, berat setiap kemasan rata-rata 15-20 kilogram.
Menurut Harahap (2006)
jenis kemasan yang
teksturnya rapat seperti kantung plastik dapat mencegah masuknya serangga tetapi sistem aerasinya tidak sebaik kemasan yang teksturnya tidak rapat seperti karung goni. Sistem aerasi yang tidak baik dapat menyebabkan naiknya temperatur dan kadar air yang dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme. Jenis kemasan goni yang berbahan dasar organik dari serat yute merupakan salah satu material yang disenangi oleh
T. granarium, hal ini menjadi salah satu faktor yang
mengakibatkan kumbang ini tidak lagi berkembang pada gudang penyimpanan yang memakai jenis kemasan plastik. Asal komoditas di gudang penyimpanan Bulog umumnya dari daerah yang panennya berlebih. Komoditas bahan simpan di Bulog 90% adalah beras lokal, Bulog hanya mengimpor sebanyak 10% beras dari jumlah beras yang di konsumsi di Indonesia. Hal ini berhubungan dengan peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah
tentang
ketentuan
ekspor-impor
Permendag
No.12/M-
DAG/PER/4/2008 (Depdag 2008). Impor beras juga tidak berasal dari negara asal T. granarium seperti India, beras diimpor umumnya dari Thailand dan Vietnam. Gudang Bulog melakukan penyemprotan setiap bulan sebagai usaha pencegahan meningkatnya populasi hama gudang, dan fumigasi apabila serangan hama telah melewati ambang batas ekonomi. Gudang Beras Perorangan Cipinang Gudang beras perorangan merupakan salah satu gudang penyimpanan yang pernah dilaporkan diinfestasi T. granarium. Pada tahun 1972 seorang peneliti FAO menemukan T. granarium pada gudang perorangan (Dano 1977). Hal ini menjadi dasar memilih gudang perorangan di pasar induk Cipinang, tetapi selama pemantauan di gudang perorangan Cipinang T. granarium juga tidak ditemukan. Hal ini dapat disebabkan beras yang disimpan di gudang penyimpanan relatif tidak lama karena tujuan gudang perorangan hanya untuk konsumsi. Jumlah beras
yang dipasok pada gudang perorangan lebih kurang 20 ton per hari dan mengeluarkan beras 10 ton per hari. Perputaran stok beras yang begitu cepat, menyebabkan siklus hidup hama terputus pada gudang penyimpanan.
Hasil
pemantauan di gudang perorangan Cipinang hanya menemukan hama gudang umum (Tabel 3) Tabel 3 Hasil pemantauan di gudang beras perorangan pasar induk Cipinang No
1 2 3 4
Serangga yang ditemukan
Cryptolestes Cryptolestes Cryptolestes Cryptolestes
ferrugineus ferrugineus ferrugineus ferrugineus
Asal komoditas Bandung Garut Subang Cianjur
Suhu (oC)
Kadar air (%)
32 – 36
14 – 16 14 – 17 14 – 16 14 - 17
32 – 36 32 – 36
Jumlah rata-rata populasi (ekor) 4 8 8 10
Hama gudang Cryptolestes ferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) (Gambar 10). Serangga ini bersifat kosmopolit dan banyak ditemukan di daerah tropika, termasuk hama sekunder, umumnya menyerang serelia, produk biji-bijian yang berminyak , kacang tanah, tepung gaplek.
Gambar 10 Imago Cryptolestes ferrugineus
Hama gudang ini hanya ditemukan 2 sampai 6 ekor setiap kali pemantauan, relatif sangat sedikit. Kondisi beras yang bersih dari segi fisik beras utuh 80%-90%, menjadi penyebab hama gudang sekunder ini tidak berkembang begitu banyak pada gudang penyimpanan Cipinang. Gudang Beras Swasta Gudang beras swasta diwakili oleh importir beras, berdasarkan sejarah, T. granarium masuk ke di Indonesia melalui beras impor dari India, Vietnam, dan Pakistan. Selama pemantauan pada gudang beras impor ternyata tidak ditemukan lagi
hama gudang
T. granarium. Hal ini dapat disebabkan oleh perlakuan
fumigasi pada daerah asal komoditas sebelum ekspor sudah benar-benar terlaksana dengan baik, penyertaan Phitosanitary certificate sebagai salah satu syarat utama untuk ekspor menjadi pembatas masuknya T. granarium ke Indonesia.
Penanganan gudang oleh pihak swasta juga sudah sangat baik,
berdasarkan kuisioner yang dibuat (Lampiran 7), umumnya gudang penyimpanan terbuat dari dinding permanen, lantai semen, sanitasi baik, sirkulasi udara lancar, ini merupakan salah satu faktor pembatas berkembangnya hama gudang ini pada gudang swasta. Perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah tentang pembatasan impor beras, juga salah satu pembatas masuknya T. granarium ke Indonesia. Dengan volume beras impor yang tidak begitu tinggi maka pengawasan terhadap OPTK A1 maupun A2 dapat lebih maksimal dilaksanakan oleh petugas karantina, terkait dengan pengawasan di pelabuhan import. Jumlah rata-rata populasi hama gudang yang ditemukan setiap bulannya pada gudang swasta dengan pengambilan contoh langsung hanya berkisar 4-10 ekor (Tabel 4). Tidak disetiap pengambilan sampel ditemukan hama gudang, umumnya beras bersih, dan dalam ukuran karung rata-rata 15 kilogram.
Tabel 4 Hasil pemantauan di gudang beras swasta No
1 2 3 4
Asal komoditas Vietnam Thailand USA Lokal
Kadar air (%)
Suhu (oC)
14 – 16 14 – 16 14 – 16 14 - 16
32 – 36 32 – 36 32 – 36 32 – 36
Serangga yang ditemukan
Jumlah rata-rata populasi (ekor)
Tribolium castaneum Tribolium castaneum Cryptolestes ferrugineus
4 6 4
Selama pemantauan di gudang beras swasta yang ditemukan hanya hama gudang umum yaitu
Cryptolestes ferrugineus (Coleoptera: Cucujidae) dan
Tribolium castaneum (Coleoptera: Tenebrionidae) (Gambar 11).
a
b )
c
Gambar 11 Imago Tribolium castaneum, (a) tampak atas, (b) ciri khas pada bagian mata, (c) antena
Gudang Pakan Ternak Manajemen gudang pada tempat penyimpanan pakan ternak sudah baik, hal ini dapat dilihat selama pemantauan.
Manajemen meliputi sanitasi gudang,
pembatasan masuknya material dan orang, dari luar ke dalam gudang, serta kebersihan gudang.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kemungkinan
kontaminasi pakan ternak dari hama dan penyakit. Selama pemantauan hama gudang yang ditemukan, hanya hama gudang yang umum saja (Tabel 5). Tabel 5 Hasil pemantauan di gudang pakan ternak swasta No
Asal komoditas
Kadar air (%)
Suhu (oC)
Serangga yang ditemukan
1 2 3
India Brazil Argentina
16 - 18 16 - 18 16 - 18
32 – 36 32 – 36 32 – 36
Sitophilus oryzae Oryzaephilus surinamensis Alphitobius diaperinus
Jumlah rata-rata populasi (ekor) 5 2 4
Asal komoditas pakan ternak yang diimpor merupakan negara asal dari kumbang T. granarium yaitu India, sedangkan Brazil dan Argentina juga negara yang pernah tercatat diserang hama gudang ini, tetapi selama pemantauan tidak ditemukan T. granarium. Suhu gudang pakan ternak yang dipantau berkisar 32 -36 oC , keadaan ini sangat sesuai untuk perkembangan T. granarium yang memiliki suhu optimum 35 oC (Burges 1962). Tidak adanya kumbang khapra berhubungan dengan penanganan gudang yang sangat ketat, perlakuan tidak hanya dilakukan pada komoditas dan kemasan komoditas impor, tetapi perlakuan juga diberikan pada orang atau material yang masuk ke dalam gudang, untuk menghindari penyebaran hama gudang ini. Hama yang ditemukan hanya Oryzaephilus surinamensis (Coleoptera: Silvanidae), Sitophilus
oryzae
(Coleoptera:
Curculionidae),
(Coleoptera: Tenebrionidae) (Gambar 12, 13, 14).
Alphitobius
diaperinus
Gambar 12 Imago Oryzaephilus surinamensis
a
c
b
d
Gambar 13 Imago Sitophilus oryzae, (a) tampak atas, (b) tampak samping, (c) empat bercak coklat berbentuk bulat kemerahan pada elytra, (d) bentuk antena
a
b
c Gambar 14 Imago Alphitobius diaperinus, (a) tampak dari atas, (b) mata yang khas (membelah), (c) antenna.
Pelabuhan Tanjung Priok Pemantauan dilakukan pada pelabuhan tempat masuknya kapal luar dan kapal lokal yang hendak bongkar muat di pelabuhan Tanjung Priok. Sebelum kapal sandar biasanya sudah ada laporan pada Balai Besar Karantina Pertanian komoditas apa saja yang akan masuk. Sebelum muatan bongkar terlebih dahulu petugas karantina melakukan pemeriksaan OPTK di dalam kapal, apabila ditemukan OPTK maka akan dilakukan tindakan perlakuan atau penolakan. Besarnya frekuensi masuknya komoditas beras impor melalui pelabuhan Tanjung Priok dapat dilihat dari dari data intersepsi tahun 2007 (Tabel 6). Tabel 6 Rekapitulasi data impor beras dan hasil intersepsi tahun 2007 No
Asal komoditas
1 2 3 4 5
Thailand Vietnam Taiwan Pakistan Amerika Serikat
Frekuensi 725,04 227,82 7,70 1,85 0,26
ton ton ton ton ton
(81 kali) (40 kali) (10 kali) ( 4 kali) ( 5 kali)
Intersepsi Serangga yang ditemukan Tribolium castaneum -
Sumber : Laporan tahunan BBKT Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007
Hasil intersepsi terhadap impor beras melalui pelabuhan Tanjung Priok selama tahun 2007 dengan frekuensi pemasukan 148 kali dengan jumlah 963 ton, tidak ditemukan hama gudang sasaran T. granarium.
Hasil intersepsi hanya
menunjukkan penemuan hama gudang T. castaneum dengan asal komoditas Amerika Serikat. Pemasukan komoditas impor pakan ternak soybean meal melalui pelabuhan Tanjung Priok, juga dilakukan sistem pemeriksaan OPTK sebelum pakan ternak tersebut diturunkan dari kapal. Apabila ditemukan OPTK A2 pada komoditas yang dibawa oleh kapal, maka kapal tidak dapat sandar, harus diberikan perlakuan di dalam kapal.
Selama lima tahun terakhir Balai Besar
Karantina Pertanian tidak pernah melakukan fumigasi pada pelabuhan bongkar terhadap komoditas beras dan pakan ternak yang diimpor.
Ini menunjukkan
bahwa T. granarium tidak lagi ditemukan selama lima tahun terakhir ini. Data intersepsi pemeriksaan hama gudang pada tahun 2007 Balai Besar Karantina Pertanian dapat dilihat di Tabel 7. Tabel 7 Rekapitulasi data impor soybean meal (pakan ternak) dan hasil intersepsi tahun 2007 No
Asal komoditas
1 2 3 4 5
India Amerika Serikat Uni Emirat Arab Saudi Arabia China
Frekuensi 103,65 ton 50,21 ton 1,41 ton 0,71 ton 1,76 ton
(188 kali) (149 kali) (2 kali) (1 kali) (5 kali)
Intersepsi Serangga yang ditemukan Tribolium castaneum -
Sumber : Laporan tahunan BBKP Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007
Hasil intersepsi dari pemasukan soybean meal (bahan pakan ternak) selama tahun 2007, tidak pernah ditemukan hama gudang T. granarium, serangga yang ditemukan hama gudang umum T. castaneum. Pemasukan bahan pakan ternak melalui Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok Tahun Anggaran 2007 sejumlah 156,18 ton dengan frekuensi pemasukan 348 kali. Sejak tahun 2001 Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok tidak pernah mengintersepsi imago, larva, exuvia, dan gejala serangan Organisme
Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) A2 T. granarium pada komoditas impor pelabuhan Tanjung Priok. Pemantauan yang dilakukan setiap tahunnya juga tidak pernah menemukan OPTK A2 T. granarium (BKTTP 2001). Pelabuhan Cilegon Pemantauan di pelabuhan Cilegon juga dilakukan, mengingat pelabuhan ini merupakan salah satu alternatif pemasukan komoditas beras dan pakan ternak dari negara lain ke Indonesia, atau masuknya komoditas dari pulau lain ke pulau Jawa. Pemantauan pada gudang penampungan pakan ternak dalam bentuk curah di pelabuhan Cilegon hanya menemukan hama gudang yang umum saja (Tabel 8) Tabel 8 Hasil pemantauan di gudang pengumpulan pakan ternak Cilegon No
1 2 3 4
Asal komoditas
Kadar air (%)
Suhu (oC)
Serangga yang ditemukan
India Brazil Argentina Uni Emirat Arab
16 - 18 16 - 18 16 - 18 16 - 18
32 – 37 32 – 37 32 – 37 32 - 37
Sitophilus oryzae Oryzaephilus surinamensis Tribolium castaneum Tribolium castaneum
Jumlah rata-rata populasi (ekor) 15 11 24 14
Pemantauan yang dilakukan di Gudang pengumpulan pakan ternak yang baru turun dari kapal di Cilegon tidak menemukan hama gudang sasaran T. granarium. Pakan ternak berupa soybean meal dalam bentuk curah turun dari kapal, masuk ke gudang – gudang di kawasan pelabuhan Cilegon. Gudang swasta menampung pakan ternak tersebut, dikemas di gudang penampungan lalu di bawa ke gudang swasta. Sebelum pakan ternak turun ke kapal pegawai Balai Karantina Pertanian Kelas I Cilegon melakukan pemeriksaan terlebih dahulu ke dalam kapal, untuk memeriksa OPTK yang memungkinkan masuk dari luar negeri ke dalam wilayah negara Republik Indonesia. Selama tahun tahun 2007 dan 2008 Balai Karantina Pertanian Kelas I Cilegon tidak pernah melakukan fumigasi terhadap komoditas beras dan pakan ternak sebelum pembongkaran. Hal ini menunjukkan
selama tahun 2007 dan 2008 petugas karantina tidak menemukan OPTK A2 T. granarium pada saat pemasukan soybean meal (bahan pakan ternak) ke Indonesia. Analisis Karakteristik Gudang Karakteristik gudang dilihat dari jenis komoditas gudang, status kepemilikan gudang. Gudang-gudang yang dipantau dikategorikan menjadi gudang pemerintah, perorangan dan swasta berdasarkan kuisioner (Lampiran 7) Karakteristik Gudang Menurut Jenis Komoditas Gudang beras lebih banyak menggunakan komoditas lokal dibandingkan gudang pakan ternak.
Gudang beras hanya menyimpan komoditas impor
(13.80%) sedangkan gudang pakan ternak sebaliknya, sebagian besar gudang pakan ternak menyimpan komoditas impor sebesar (66.67%).
Berdasarkan
analisis ini kemungkinan pakan ternak terinfestasi T. granarium dari negara luar lebih besar dibandingkan komoditi beras lokal. Tetapi dari hasil pemantauan keberadaan T. granarium sama-sama tidak ditemukan pada pakan ternak maupun pada komoditi beras. Ada perbedaan yang signifikan antara gudang beras dengan gudang pakan ternak terkait tujuan penyimpanan komoditi. Semua komoditi yang disimpan dalam gudang pakan ternak dutujukan untuk konsumsi, sedangkan pada gudang beras, selain untuk konsumsi, sekitar 45% gudang beras menyimpan komoditi untuk tujuan stok. Dilihat dari kandungan kadar air komoditi yang disimpan digudang, ada perbedaan yang cukup signifikan antara gudang beras dengan gudang pakan ternak. Pada gudang pakan ternak semua gudang menyimpan komoditi dengan kadar air lebih dari 16%, sedangkan pada gudang beras hanya 50% yang menyimpan komoditi dengan kadar air 16%, selebihnya kurang dari 16% hingga 14%. Perbedaan ini juga dapat dilihat dari hasil uji khi-kuadrat yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis gudang dengan kadar air komoditi yang disimpan (Lampiran 8). Komoditi yang disimpan pada gudang beras dan pakan ternak umumnya disimpan dalam bentuk kemasan. Sedangkan pada gudang pakan ternak selain dengan kemasan (66.57%) ada juga gudang yang menyimpan tanpa kemasan (33,33%). Terkait bahan kemasan yang
digunakan, semua kemasan pada gudang beras mengunakan bahan dari plastik. Dari gudang yang menyimpan komoditi dalam kemasan, ada perbedaan yang cukup signifikan antara gudang beras dengan gudang pakan ternak terkait ukuran kemasan yang digunakan. Pada gudang beras, sebagian besar komoditi yang disimpan menggunakan kemasan berukuran antara 15 sampai 20 kg (60%), sedangkan pada gudang pakan ternak, sebagian besar menggunakan kemasan 50 kg (66.67%). Karena beras merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat, maka separuh dari gudang beras menyatakan bahwa lama penyimpanan komoditi ini kurang dari sebulan sedangkan sisanya menyimpan lebih dari sebulan (sebagai stok). Sedangkan pada gudang pakan ternak, sebagian besar gudang (66.67%) menyimpan komoditi selama satu hingga enam bulan. Waktu penyimpanan komoditi biasanya berpengaruh terhadap warna komoditi. Secara umum tidak ada hubungan antara warna komoditi dengan jenis gudang. Secara umum 88,57% gudang menyimpan komoditi warna komoditi tersebut dalam kondisi baik. Kondisi gudang akan berpengaruh pada mutu komoditi yang disimpan. Dilihat dari kebersihan gudang, tidak ada hubungan yang signifikan antara gudang beras dan pakan ternak. Kedua jenis gudang tersebut umumnya cukup bersih. Demikian juga halnya dengan pencahayaan gudang. Namun tidak demikian dengan sirkulasi udara dalam gudang. Gudang pakan ternak umumnya lebih baik dari gudang beras. Berdasarkan kondisi fisik gudang, secara umum tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis gudang dengan kondisi fisik gudang seperti ada tidaknya keretakan lantai, jenis lantai dan dinding gudang. Keadaan lantai kedua jenis gudang sebagian besar hanya sedikit atau tidak ada keretakan, sementara jenis lantai yang digunakan lebih dari 95% berupa lantai semen, sedangkan dinding gedung lebih dari 85% gedung dindingnya bersifat permanen. Kondisi gudang yang relative sama juga tercermin dari suhu ruangan dalam gudang. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara suhu udara pada gudang beras dan pakan ternak. Suhu udara pada kedua gudang umumnya lebih dari 33o C. Intensitas komoditi dalam gudang terhadap ukuran gudang cenderung seimbang. Kondisi ini dijumpai pada kedua jenis gudang meskipun ada beberapa gudang yang menyimpan komoditi hingga penuh (22,86%).
Untuk
tujuan
tertentu,
pengelola
gudang
biasanya
melakukan
penyemprotan. Ada hubungan yang signifikan antara jenis gudang dengan frekuensi dilakukannya spraying. Penyemprotan pestisida umumnya dilakukan secara rutin setiap bulan pada gudang beras (55%), meskipun beberapa pengelola gudang yang lain baru melakukan spraying jika terjadi serangan (20%) bahkan ada juga yang tidak pernah melakukannya (25%). Lain halnya dengan pengelola gudang pakan ternak, sebagian besar gudang tidak pernah disemprot (66,67%). Hanya 33,33% gudang yang melakukan penyemprotan pestisida setiap bulan. Selain melakukan penyemprotan insektisida, pengelola gudang juga melakukan fumigasi. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kegiatan fumigasi antara jenis gudang dengan perlakuan fumigasi. Pada umumnya pengelola gudang melakukan fumigasi jika terjadi serangan. Hanya 20% gudang tidak melakukan fumigasi meskipun ada serangan. Karakteristik Gudang Menurut Status Kepemilikan Dilihat dari status kepemilikan gudang, ada kecenderungan bahwa gudang milik perseorangan menyimpan komoditi lokal dan gudang swasta menyimpan komoditi impor, sedangkan gudang pemerintah komoditi yang disimpan dapat berasal dari keduanya. Bahan kemasan komoditi gudang perseorangan dan swasta umumnya memakai kemasan plastik, sedangkan untuk gudang pemerintah selain menggunakan kemasan plastik pada saat penyimpanan ada juga dalam bentuk curah. Terdapat perbedaan tujuan penyimpanan antara gudang pemerintah dan swasta. Penyimpanan di gudang swasta dan perorangan umumnya
bertujuan
untuk dikonsumsi, sedangkan gudang pemerintah sebesar (33.3%) untuk tujuan penyimpanan sebagai cadangan/stok, agar harga di pasaran stabil. Untuk kadar air komoditi di gudang pemerintah (66.7% ) kurang dari 14%, ini berhubungan dengan tujuan penyimpanan, gudang pemerintah memberikan standar kadar air beras 14% untuk penyimpanan, tujuannya agar komoditas lebih tahan lama disimpan, apabila komoditi mempunyai kadar air yang tinggi maka, penyimpanan tidak akan bertahan lama. Sedangkan gudang swasta dan perorangan memiliki tujuan komoditi untuk konsumsi, kadar air yang baik adalah diantara 14-16%.
Kondisi komoditi dari segi warna tidak ada perbedaan antara semua gudang semuanya memiliki warna yang baik dan layak untuk dikonsumsi. Sanitasi gudang, gudang swasta memiliki sanitasi yang baik, diikuti oleh gudang pemerintah, dan yang terakhir gudang perorangan.
Sementara untuk
sirkulasi udara gudang pemerintah lebih baik dibanding gudang lainnya, karena pengaturan staple yang sudah teratur dan telah memiliki standar operasional. Pengaturan lorong-lorong diantara staple membuat sirkulasi udara di dalam gudang lebih baik. Pencahayaan di dalam gudang umumnya sudah mencukupi baik pada gudang pemerintah, perorangan, dan swasta.
Lantai gudang pada
gudang perorangan, pemerintah dan swasta juga sudah baik, dinding umumnya permanen. Suhu gudang rata-rata diatas 33oC. Pengaturan penumpukan beras pada gudang perorangan belum teratur, hal ini berhubungan dengan luas gudang yang kurang memadai dibanding jumlah karung beras yang akan disimpan. Jalur keluar masuknya komoditi yang relatif cepat, mengakibatkan tidak diperhatikan penumpukan yang berlebihan, melebihi kapasitas. Pengaturan tumpukan beras di gudang swasta sudah teratur demikian juga pada gudang pemerintahan. Dari segi perlakuan gudang pemerintah dan gudang swasta selalu melakukan penyemprotan secara berkala untuk upaya preventif pada gudang penyimpanannya, dan fumigasi untuk tindakan pengendalian, sedangkan gudang perorangan tidak melakukan penyemprotan maupun fumigasi.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pemantauan di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon, serta data sekunder Laporan tahunan 2006 dan 2007 Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok tidak ditemukan Trogoderma granarium. Hama gudang lain yang ditemukan di wilayah DKI Jakarta, Bekasi, Serang, dan Cilegon adalah Sitophilus oryzae, Tribolium castaneum, Cryptolestes ferrugineus, Liposcelis entomophilus, Oryzaephilus surinamensis Saran Perlu dipertimbangkan informasi mengenai ketiadaan kumbang khapra di wilayah yang disebutkan diatas sebagai hama gudang berstatus OPTK A2. Perlu diperluas wilayah pemantauan di luar wilayah DKI Jakarta, untuk menelusuri dan mengkaji keberadaan Trogoderma granarium di pulau Jawa serta memastikan apakah masih berstatus OPTK A2.
DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2006. The kapra beetle (Trogoderma granarium Everts, 1898) (Coleoptera: Dermestidae). California Plant Pest Diagnostic Center. http://www.cdfa.ca.fov/phpps/ppd/Entomology/Coleoptera/The Khapra Beetle.html (15 Agust 2008). Armitage HM. 1954. 43(1):41-43.
Current insect notes.
California Dept. Agri Bull.
Banks HJ. 1994. Ilustrated Identification Keys for Trogoderma granarium, T. glabrum, T. inclusum and T. variabile (Coleoptera:Dermestidae) and other Trogoderma Associated with Stored Product. CSIRO. Australia. Beal
RS. 1960. Description, biology, notes on the identification of some Trogoderma larvae (Coleoptera: Dermestidae). USDA Tech. Bull. No. 1228, 26pp.
Beal RS . 1956. Synopsis of the economic species of Trogoderma occurring in the United States with description of a new species (Coleoptera: Desmestidae). Annals of Entomological Society of America 49: 559-566 Burges DH. 1962. Diapause, pest status anda control of the khapra beetle, Trogoderma granarium Everts. Ann.Appl. Biol. 50:47:445-462. [BKTTP] Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2002. Laporan Tahunan Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok Tahun 2001. Badan Karantina Pertanian. Jakarta. [BBKTTP] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2007. Laporan Tahunan Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok Tahun 2006. Badan Karantina Pertanian. Jakarta. [BBKTTP] Balai Besar Karantina Tumbuhan Tanjung Priok. 2008. Laporan Tahunan Balai Karantina Tumbuhan Tanjung Priok Tahun 2007. Badan Karantina Pertanian. Jakarta. Dadang. 2006. Monitoring Populasi Serangga Hama Gudang. Di dalam: Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. KLH, UNINDO, SEAMEO BIOTROP. Jakarta. Dano T. 1977. Seratus Tahun Karantina Tumbuh-Tumbuhan Indonesia 18771977. Departemen Pertanian. Jakarta. [Deptan] Departemen Pertanian. 2006. Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 38/Kpts.HK.060/1/2006. Departemen Pertanian. Jakarta.
[Deptan] Departemen Pertanian. 2002. Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Departemen Pertanian. Jakarta. [Depdag] Departemen Perdagangan. 2008. Peraturan Menteri Perdagangan No.12/M-DAG/PER/4/2008 tetang Ketentuan Ekspor Impor. Departemen Perdagangan. Jakarta. [EPPO] Europe Plant Protection Organization. 1997. Data sheets on quarantine organisms No.12 Methyl bromide fumigation of strored products. Bulletin OePPP/EPPO Bulletin 12, special issue (EPPO recommendations on fumigation standards). 30-31 pp. French S, Venette RC. 2005. Mini Risk Asessment: Khapra beetle, Trogoderma granarium (Everts) [Coleoptera: Dermestidae]. http://www.aphis.usda. gov/ppg/ep/pestdetection/pra/tgranariumpra.pdf ( 1 Agust 2008). FAO. 1977. Analysis of an FAO survey of postharvest crop losses in developing countries (AGPP:MISC/227). Food and Agricultrure Organization of the United Nation. Rome. Harahap IS. 2006. Ekologi Serangga Hama Gudang. Di dalam: Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. KLH, UNINDO, SEAMEO BIOTROP. Jakarta. Hidayat P, Halid H. 2006. Pengelolaan Hama Gudang Terpadu . Di dalam Pengelolaan Hama Gudang Terpadu. KLH, UNINDO, SEAMEO BIOTROP. Jakarta. Hinton HE. 1945. AMonograph of The Beetle Associated with Stored Product. British Mueum (Natural History). London. Hinton HE. 1975. AMonograph of The Beetle Associated with Stored Product. British Mueum (Natural History). London. Kalshoven LGE. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. PT. Ichtian Baru-Van Hoeve. Jakarta. Lindgrend DL, Vincen LE, Krohne HE. 1955. The khapra beetle, Trogoderma granarium Everts. Hilgardia 24(1):1-36. Morallo-Rejesus B, Rejesus BS. 2001. Biology and management of stored product and postharvest insect pests. Philippines Council for Forestry, Agriculture and Natural Resources Research and Development. El Guapo Printing Press. Laguna. Plarre R, Vanderwel D. 1999. Stored-product beetles. Didalam : Jim Hardie and Albert K. Minks, editor. Pheromones of non-Lepidopteran insects associated with agricultural plants. CABI Publishing. 149-198 pp.
Pruthi HS, Singh M. 1950. Pest of stored grain and their control, third resvised edition, Replaces Indian. J.Agri.Sci 18(4): 1-88 (1948). Rees DP. 1996. Coleoptera. In Integrated Management of Insect in Stored Product, eds Subramaniam B and Hagstru DW. Marcel Dekker, Inc., New York. 1-39 pp. Surahmat EC, Milantina M, Arifin S, Sunjaya, Widayanti S. 2006. Buku Panduan Fumigasi Fosfin yang Baik dan Benar. SEAMEO BIOTROP. Bogor. [SKTSH] Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno-Hatta. 1991. Laporan hasil pemantauan organisme pengganggu tumbuhan karantina lingkup Balai Karantina Pertanian Jakrta Tahun 1990-1991. Balai Karantina Pertanian Jakarta. [SKTSH] Stasiun Karantina Tumbuhan Soekarno-Hatta. 2001. Laporan hasil pemantauan Stasiun Karantina Tumbuhan Kelas I Soekarno-Hatta. Jakarta. Sidik M. 1991. Introduction to postharvest pests problems in South East Asia. Di dalam: Paper Presented at Biotrop Fourth Training Course on Pests of Stored Product. Bogor, 8 Januari-12 Pebruari 1991. Seameao-Biotrop. Bogor. Sidik M. 1997. State of the art of storage management. Di dalam: Proceedings of the Symposium on Pest Management for Stored Food and Feed. Bogor, 5-7 September 1995. Seameo-Biotrop. Bogor.