Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
PEMANFAATAN PAKAN LENGKAP BERBASIS BAHAN BAKU LOKAL UNTUK PENGGEMUKAN KAMBING PADA KELOMPOK UP FMA DESA KARANGSARI KABUPATEN TULUNGAGUNG Setiasih, D.W.Astuti dan A.M. Abdurahman Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
ABSTRACT The research was aimed to analyze the goat fattening farms using complete feed based on local raw materials from agricultural waste. Analysis done on the farm in group Action Research Facility-Implementation Unit FMA Karangsari, Rejotangan, Tulungagung district in July-September 2010. The study conducted on 30 goats belonging to a group of FMA kept in a cage for 70 days. Feed that is given is a complete feed based on agriculture and agro-waste. Amount of feeding as much as 1.1 kg / head / day. Parameters were ADG, profits, business feasibility with R / C ratio and the response of farmers. Results of analysis showed that farming efforts suffered profits with R / C ratio of 1.1. The response of farmers to feed a complete technology quite positive, although still experiencing losses due to complete feeding to minimize the energy and time to cut and carry grass. The impact of the introduction of this technology, there is increased production of complete feed by a group that now has reached 11.8 tons and has begun to be marketed to other districts. Key words: fattening goats, complete feed, farm business analysis and respon of farmers PENDAHULUAN Luas kepemilikan lahan pertanian petani di Desa Karangsari Kec. Rejotangan Kab. Tulungagung adalah 0,2–0,8 ha/keluarga tani. Setiap petani biasanya memiliki usaha sampingan selain bertani tanaman pangan yaitu dengan beternak, berdagang atau jasa. Sebagian besar petani memelihara ternak kambing untuk menambah pendapatan keluarga. Beberapa alasan pemilihan ternak kambing sebagai usaha sampingan adalah karena a) tidak memerlukan modal yang besar, b) cepat berkembang biak, c) mudah pemeliharaannya, dan d) dapat dijual sewaktu-waktu bila ada keperluan keluarga. Namun demikian jumlah penguasaan ternak oleh keluarga tani sulit untuk berkembang karena kurangnya modal dan keterbatasan tenaga untuk mencari hijauan pakan ternak. Hal ini terjadi karena ketersediaan hijauan yang kurang terutama di musim kemarau. Selama ini petani menggunakan tenaga kerja keluarga untuk mencari rumput. Sebagian peternak mencari rumput lapang dan beberapa peternak telah menanam rumput gajah di lahan tegal maupun pekarangan. Ketersediaan tanaman leguminosa sebagai hijauan yang kaya protein masih jarang di wilayah tersebut. Teknologi yang dapat diaplikasikan untuk mengatasi kesulitan pakan hijauan adalah dengan pemanfaatan limbah pertanian yang jumlahnya cukup melimpah di lokasi sekitar desa sebagai sumber pakan lengkap (Syamsu et al., 2003). Teknologi pakan lengkap merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan pemanfaatan limbah Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
pertanian dan bahan pakan non konvensional dengan perlakuan fisik dan suplementasi dan mempertimbangkan kebutuhan nutrisi ternak baik serat kasar, energi, protein dll. Namun demikian dalam aplikasinya, pembuatan pakan lengkap memiliki beberapa keterbatasan karena menggunakan limbah pertanian. Beberapa karakteristik limbah pertanian sebagai pakan ternak adalah; 1) limbah pertanian mempunyai sifat “bulky” atau voluminous sehingga membutuhkan biaya angkut yang cukup mahal dan membutuhkan gudang penyimpanan. Oleh karena itu diprioritaskan menggunakan bahan pakan yang tersedia di lokasi, 2) kandungan gizi rendah ditandai dengan rendahnya Protein Kasar (PK) dan tingginya kandungan Serat Kasar (SK) sehingga daya cernanya rendah. Dalam penggunaannya seringkali bahan perlu difermentasi untuk meningkatkan nilai gizi dan kecernaannya, dan 3) ketersediaan bahan pakan tidak kontinyu sepanjang tahun tergantung pola tanam. Kualitas bahan pakan juga berubahubah dipengaruhi oleh musim, pemeliharaan, varitas dan usia tanaman. Pengkajian ini bertujuan untuk menganalisis usaha tani penggemukan kambing menggunakan pakan lengkap berbasis bahan baku lokal dari limbah pertanian. Analisa usahatani dilakukan pada kaji terap/ARF (Action Researche Facility) di kelompok UP FMA Desa Karangsari Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung dibandingkan dengan pola petani yang hanya memberi pakan dengan rumput saja. METODE Waktu dan Lokasi Pengkajian Pengkajian ini merupakan kegiatan ARF (Action Research Facility) yang dilakukan oleh petani secara partisipatif di kelompok UP FMA Desa Karangsari Kecamatan Rejotangan Kabupaten Tulungagung pada bulan Juli–September 2010. Metode Pengkajian Ternak kambing jantan umur 8–16 bulan BB rata-rata 18 kg sebanyak 30 ekor milik UP FMA diberi pakan lengkap dengan komposisi seperti pada Tabel 1. Jumlah pemberian pakan adalah sebanyak 1,1 kg/ekor/hari. Pemberian pakan lengkap selama 2 bulan dengan masa adaptasi sebelumnya selama 10 hari. Sebagai pembanding adalah usaha 30 ekor ternak kambing yang dipelihara oleh 10 peternak masing-masing 3 ekor. Pemberian pakan pada pola petani adalah rumput lapangan/rumput gajah dengan jumlah pemberian 3 – 4 kg/ekor/hari. Tabel 1. Komposisi Pakan Lengkap Untuk Penggemukan Kambing Di Desa Karangsari Kecamatan Rejotangan
2
No.
Bahan Pakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kulit Kopi Dedak Bungkil Kelapa Pollard Molases/tetes Garam Kulit ari biji kedelai Urea Tumpi jagung
Formula I (%) 20 56 5 5 1 1 11 1
Formula II (%) 16 25 10 0 1 1 0 1 10
Asal*) Lokal Lokal Luar daerah Luar daerah Luar daerah Luar daerah Lokal Luar daerah Lokal
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
10 Brengkesan kedelai 20 Lokal 11 Empok Jagung 6 Lokal 12 Tongkol jagung giling 10 Lokal Keterangan: Bahan Baku lokal adalah bahan baku yang diperoleh dari wilayah setempat (satu kecamatan atau berjarak < 30 km dari lokasi)
Pengumpulan dan Analisa Data Data yang dikumpulkan yaitu pertambahan bobot badan ternak, keuntungan usahatani, dan R/C untuk melihat kelayakan usahatani serta respon peternak terhadap teknologi pakan lengkap. Pertambahan bobot badan merupakan selisih antara bobot badan akhir kaji terap dengan bobot badan awal. Keuntungan adalah pendapatan bersih yang merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya (biaya tetap dan biaya tidak tetap). R/C ratio dihitung dengan rumus sebagai berikut: Pd = TR – TC TC = TFC + TVC R/C = TR : TC Keterangan : Pd : Pendapatan Bersih TR : Total Penerimaan TC : Total biaya yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel Apabila Gross R/C ratio lebih dari 1,0 menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dan menguntungankan karena jumlah penerimaan lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan. Sedangkan R/C lebih kecil dari 1.0 menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan karena biaya lebih besar dari penerimaan yang diterima. Pengumpulan data tentang respon peternak terhadap teknologi yang diterapkan, dilakukan melalui wawancara dalam FGD (Focused Group Discussion) pasca pelaksanaan kaji terap. Data persepsi peternak dianalisis secara diskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lokasi dan Peternak Mayoritas penduduk Desa Karangsari adalah petani tanaman pangan dengan penguasaan lahan yang sempit. Sekitar 65 % penduduk di memiliki usaha sampingan yaitu dengan memelihara ternak kambing dan domba. Populasi kambing/domba di desa Karangsari sebanyak 452 ekor. Seperti pada lokasi berbasis tanaman pangan yang lain, maka di kedua desa ini melimpah limbah pertanian yang sebagian besar belum dimanfaatkan. Desa Karangsari memiliki luas sawah 192 ha yang sebagian besar berpola tanam padi-padi-jagung. Petani kooperator dalam pengkajian ini adalah anggota kelompok FMA masingmasing desa. Rata-rata pendidikan adalah SMP dan saat ini berumur antara 25–50 tahun (usia produktif). Jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan mereka antara 2–4 orang.Mata pencaharian utama sekitar 60% adalah petani tanaman pangan dan selebihnya berusaha disektor jasa (tukang dan pegawai). Penguasaan kambing/domba rata-rata 2-4 ekor/keluarga tani. Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Pemanfaatan Limbah Pertanian Spesifik Lokasi Pada pengkajian ini telah dibuat formula pakan lengkap untuk kambing (Tabel 1.) dengan memanfaatkan bahan baku lokal sebanyak 87% baik pada formula 1 maupun formula 2. Sedangkan sisanya (13%) diadakan dari luar daerah. Ada beberapa keuntungan penggunaan pakan dari bahan baku lokal, antara lain: a) menghemat biaya transportasi sehingga harga bahan menjadi murah, b) membuat proses daur ulang biomassa yang ramah lingkungan, c) mengurangi biaya tenaga kerja dan, d) membuat sistem usaha tani yang lebih menguntungkan. Pada pembuatan pakan lengkap tidak mungkin semua bahan yang digunakan merupakan bahan baku lokal. Penggunaan bahan dari luar daerah dilakukan dengan pertimbangan karena; a) memang tidak diproduksi di lokasi dan mengandung unsur yang penting seperti garam, urea dan molases/tetes, b) merupakan bahan dengan kandungan gizi yang tinggi yang tidak bisa diganti dengan limbah pertanian yang dihasilkan di lokasi. Pada kasus ini digunakan bingkil kelapa yang merupakan sumber protein dan energi. Apabila dilihat dari kandungan nutrisinya maka bahan pakan yang dihasilkan di lokasi desa dan sekitarnya adalah bahan pakan sumber serat dan sumber energi. Bahan pakan sumber serat yaitu tumpi jagung, brengkesan kedelai, tongkol jagung dan kulit kopi. Sedangkan dedak padi dan empok jagung adalah sumber energi. Pertambahan Bobot Badan Harian Kambing Pertambahan bobot badan kambing pada perlakuan pemberian pakan lengkap dan pola petani terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Pertambahan Bobot Badan Ternak No
Teknologi
Pertambahan BB selama 60 hari Pakan Lengkap 54, 65 ± 2.4 g a 3,3 ± 0.7 kg a Pola Petani 21,4 ± 1.2 g b 1,28 ± 0.45 kg b Keterangan : superkrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan beda nyata P <
1 2
PBBH/ekor/hari
5%.
Perlakuan pemberian pakan lengkap pada ternak kambing memberikan pengaruh yang nyata terhadap kenaikan berat badan kambing dari pada yang hanya diberi pakan rumput. Walaupun pertambahan berat badan harian yang dicapai belum sesuai target peternak yaitu 100 g/ekor/hari. Teknologi pakan lengkap yang diberikan mampu memberikan pertambahan bobot badan yang lebih besar dari pada pakan rumput saja, karena; 1) konsumsi nutrisi dari pakan lengkap lebih tinggi dari pada rumput terutama protein kasar, 2) pemberian pakan lengkap dapat mencegah fluktuasi pH rumen, hal tersebut bermanfaat untuk berkembangnya mikroba rumen, 3) pemberian pakan lengkap yang sebelumnya dilakukan proses fermentasi dengan probiotik memungkinkan berkembangnya bakteri probiotik di dalam saluran pencernaan dan membantu proses pencernaan dan penyerapan makanan (Haryanto, et al, 2002 dan Suharto, 2004).
4
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
Analisa Ekonomi Inovasi Pakan Lengkap Hasil analisa usaha penggemukan kambing dengan pakan lengkap menunjukkan keuntungan sebesar Rp. 2.296.500,- dengan R/C ratio 1,1. Sedangkan pola petani dengan penggemukan hanya menggunakan pakan rumput mengalami kerugian yaitu sebesar Rp. 120.000,- dengan R/C ratio 0,9. Hasil analisa sederhana terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Analisa Usaha Tani Penggemukan Kambing UP FMA Desa Karangsari Kec.Rejotangan Tulungagung No
Uraian Jumla h
A.
BIAYA
1
Penyusutan Kandang Bakalan ternak 18x30x30.000 Pakan lengkap (30 ekor x 1.1 kg x 60 hari) Obat-obatan Starbio Listrik/Penerang an Ongkos pemelihara (1 orang) Ongkos mencari rumput dan memelihara ternak (120 kg/hari) TOTAL BIAYA
2 3
4 5 6 7
8
B
C
Teknologi Pakan Lengkap Satuan Harga Jumlah (Rp.,-) (Rp.,-)
Jumlah
Satuan
Teknologi Petani Harga (Rp,-)
Jumlah (Rp,-)
2
Unit
25.000
50.000
10
Unit
5.000
50.000
30
Ekor
540.000
16.200.000
30
Ekor
540000
16.200.000
1.980
Kg
1325
2.623.500
-
-
30 10 2
Kaplet Kg Bulan
3000 11.000 5000
90.000 110.000 10.000
1
Orang
200.000
400.000
2
60
Bulan
hari
5000
10.000
-
-
60.000
3.600.000
19.483.500
19.860.000
PENERIMAAN
Kambing
30
Ekor
650.000
19.350.000
30
Ekor
Pupuk kandang TOTAL PENERIMAAN
5400
Kg
450
2.430.000 21.780.000
5400
kg
KEUNTUNGAN
R/C
2.296.500 1,1
579.00 0 450
17.370.000 2.430.000 19.740.000 -120.000 0,99
Biaya-biaya yang diperhitungkan adalah; 1) kandang ternak, yang dihitung dari jumlah biaya pembuatan kandang dibagi usia ekonomis, 2) pakan ternak yang berupa pakan lengkap, 3) obat-obatan yang terdiri dari obat cacing dan probiotik serta, 4) biaya listrik untuk penerangan di malam hari dan 5) tenaga kerja untuk memfermentasi pakan, memberi pakan, membersihkan kandang dll. Sedangkan penerimaan dari penjualan kambing dan pupuk kandang. Harga kambing sama saat pembelian bibit maupun penjualan ternak yaitu Rp. 30.000/kg bobot hidup. Teknologi pakan lengkap pada penggemukan kambing dapat meningkatkan keuntungan peternak. Apabila dilihat dari analisa ekonomi, ada dua keunggulan dari Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
teknologi pakan lengkap yang diberikan yaitu; pertama, dapat mengurangi biaya pakan. Pada pola petani biaya terbesar adalah biaya tenaga kerja untuk mencari rumput dan merawat ternak (30 kg rumput dihargai Rp.15.000,- pada musim kemarau). Biaya untuk membeli pakan lengkap dan menggaji tenaga kerja merawat ternak lebih murah dari pada tenaga kerja untuk mencari rumput. Kedua, dapat meningkatkan pertambahan bobot badan sehingga ternak hasil penggemukan dengan pakan lengkap bisa dijual lebih mahal. Komponen penerimaan dari penjualan pupuk kandang cukup dapat menambah pendapatan peternak. Bila hanya mengandalkan penjualan ternak hasil penggemukan saja maka usaha yang dilakukan belum menguntungkan. Respon Peternak Persepsi peternak terhadap teknologi pakan lengkap cukup positif karena beberapa hal yaitu; a) mengurangi tenaga kerja, waktu dan biaya untuk mencari rumput, b) dapat mengatasi kekurangan hijauan terutama di musim kemarau, c) mudah diaplikasikan, dan d) pakan lengkap disukai oleh ternak dibuktikan dengan sedikitnya sisa pakan. Hal ini merupakan peluang diadopsinya teknologi ini karena dapat mengatasi kesulitan peternak. Menurut Soemarno (2008), inovasi teknologi akan diadopsi oleh petani apabila mempunyai sifat-sifat antara lain; a)bermanfaat bagi petani secara nyata, b) lebih unggul dari pada teknologi yang telah ada, c)bersifat praktis, nyaman dan ekonomis dan d) sesuai dengan sistem usahatani petani. Sedangkan kesulitan yang dialami peternak dalam mengaplikasikan teknologi pakan lengkap adalah karena ketersediaan bahan baku pakan berupa limbah pertanian yang tidak kontinyu sehingga dibutuhkan kemampuan untuk memformula komposisi pakan dengan bahan yang tersedia dengan kandungan nutrisi yang tepat dan harga yang murah. Oleh karena itu dibutuhkan seorang anggota atau pengurus kelompok yang mampu menyusun formula pakan dengan bantuan program penyusunan formula pakan lengkap dan konsentrat berbasis komputer, yang dibuat oleh BPTP Jawa Timur. Ketersediaan bahan baku lokal sangat berpengaruh terhadap harga pakan yang dihasilkan kelompok. Karena semakin jauh lokasi bahan baku akan menyebabkan ongkos angkut yang semakin mahal (Hardianto, et al, 2004). Pada kaji terap ini usaha yang dilakukan oleh kelompok mengalami keuntungan sedangkan usaha yang dilakukan dengan pola petani masih mengalami kerugian. Namun demikian pertambahan bobot badan yang dihasilkan belum sesuai dengan harapan peternak yaitu < 100 g/ekor/hari. Dalam hal ini peternak belajar mengevaluasi usaha taninya. Beberapa evaluasi terhadap usaha penggemukan kambing yang telah dilakukan adalah pengadaan bibit yang terburu-buru dan dalam jumlah banyak sehingga peternak kurang cermat dalam memilih bibit yang baik. Dampak dari pembelajaran peternak dalam kaji terap ini adalah 1) terjadi peningkatan kapasitas produksi pakan lengkap mencapai 11,8 ton pada tahun 2010 dan telah memasarkan produk pakan lengkap ke wilayah kecamatan yang lain, 2) peternak dapat menghitung rugi/raba usaha taninya dan c) peternak terbiasa untuk belajar, tidak
6
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Juni, 2012
hanya teknologi dari BPTP tetapi juga belajar dari sumber-sumber teknologi yang lain, seperti peternak maju, perguruan tinggi maupun perusahaan swasta. Hal tersebut sangat penting mengingat peternak dan kelompok bukan saja sebagai penerima informasi pertanian tetapi juga pelaku pembangunan pertanian sehingga diharapkan mampu membentuk kelembagaan yang kuat. Menurut Diwyanto (2008), dalam memperkuat usaha agribisnis berbasis sumberdaya lokal diperlukan kelembagaan yang benar-benar dapat diandalkan dalam membawa informasi dan teknologi tepat guna. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Usahatani pada penggemukan kambing menggunakan pakan lengkap yang dilakukan oleh UP FMA Desa Karangsari layak untuk dikembangkan karena dapat meningkatkan keuntungan dari pada pola petani yaitu dengan R/C ratio 1.1 Hal ini disebabkan karena pakan lengkap memberi pengaruh pertambahan bobot badan kambing yang lebih tinggi. 2. Respon peternak terhadap teknologi pakan lengkap cukup positif karena, 1)pemberian pakan lengkap dapat mengefisienkan tenaga dan waktu untuk mencari rumput, 2)petani belajar tentang cara menghitung rugi/laba suatu usahatani, dan 3) petani dapat mengevaluasi penyebab kerugian dalam usahataninya. 3. Dampak dari kaji terap ini adalah telah tumbuh dan berkembangnya kelembagaan peternak berupa pabrik pakan lengkap skala kelompok, namun demikian dalam perkembangannya perlu adanya tambahan peralatan. DAFTAR PUSTAKA Dwiyanto, K. 2008. Pemberdayaan Peternak Melalui Teknologi dan Informasi. Prosiding Seminar Sehari Pemberdayaan Petani melalui Informasi dan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur dengan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Timur: 7 – 12. Hardianto,R., Wigati A dan Mat Syukur, 2004. Pengembangan Teknologi Pakan Lengkap (Complete Feed) Dari Bahan Baku Lokal. Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian. Vol 7, Tahun 2004. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Haryanto, B., Supriyati, A. Thalib, Surayah, Abdurahman dan K. Sumanto, 2002. Penggunaan Probiotik Dalam Upaya Penigkatan Fermentasi Mikrobial Rumen. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 206 – 208. Suharto, 2004. Pemanfaatan Probiotik Dalam Pakan Untuk meningkatkan Efisiensi Produksi Ternak di Pesedaan. Prosiding Komunikasi dan Penyaluran Hasil Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta: 34 – 37. Sumarno. 2008. Memfasilitasi Petani untuk Merespon Inovasi Teknologi. Prosiding Seminar Sehari Pemberdayaan Petani melalui Informasi dan Teknologi Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012
Juni, 2012
Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura
Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur dengan Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Dinas Pertanian Propinsi Jawa Timur dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Propinsi Jawa Timur; 1–6. Syamsu, J.A., Lili A. Sofyan, K. Mudikdjo, dan E. Gumbira Sa’id, 2003. Daya Dukung Limbah Pertanian Sebagai Sumber Pakan Ternak Ruminansia di Indonesia. Wartazoa Vol. 13 No. 1 : 30–38. Tim FSA dan VCA Kabupaten Tulungagung, 2010. Laporan Pengembangan FSA dan VCA (farmer System Analysis and Value Chain Analysis) dan Demonstrasi/Uji Lapang FSA dan VCA Kabupaten Tulungagung. Farmer Empowerment Through Agricultural Technology and Information. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur.
8
Artikel ini telah di presentasikan pada Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi 2012 Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura, Juni 2012