Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
PARTISIPASI POLITIK ETNIS TIONGHOA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2009-2014 Oleh: MISAEL HOSEA LIDI NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2016 Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini tentang rekam jejak partisipasi etnis Tionghoa pada dua Pemilu yang lalu setelah era reformasi, terlihat bahwa pada Pemilu tahun 1999 dan 2004 komunitas Tionghoa masih tampak malu-malu dan canggung dalam partisipasi politik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan partisipasi politik etnis Tionghoa dalam pemilihan umum legislatif di Kantor DPRD Kota Pontianak tahun 2009-2014. Untuk mencapai tujuan penelitian jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan mendeskripsikan dan menganalisa bentuk-bentuk partisipasi etnis Tionghoa dalam pemilu legislatif. Teori yang digunakan adalah bentuk-bentuk partisipasi politik menurut Almond secara konvensional yaitu pemberian suara (voting), diskusi politik, kegiatan kampanye. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya bentuk keikutsertaan atau keterlibatan masyarakat tionghoa dalam kegiatan kampanye tergolong masih rendah, keanggotaan partai politik dimana masyarakat tionghoa tidak sepenuhnya melibatkan dirinya sebagai anggota partai, bisa dikatakan hanya menjadi calon legislatif saja. Kata-kata Kunci : Partisipasi Politik Etnis Tionghoa, Pemilihan Umum Legislatif
Abstract This research is about the track record of chinese people participation in the past two elections after reformation age, it is shown that on the elections around 1999 and 2004 chinese people seemed to be shy and doubt in participating the politics. This research is made in order to describe chinese people in participating the politics during the legislative election at at Regional Legislative Committee office in Pontianak around 2009 t0 2014. In order to achieve the goal of this research, qualitative method is applied to describe and analyze various kinds of chinese people participation in the legislative election. The theory used in this research is various kinds of participation according to Almond conventioanally such as voting, politics discussion, and campaign activity. The result shows that the participation or involvement of chinese people in a campaign were still at very low rate, and the party where Chinese people did not totally get involved, us say that they just desired to get involved as legislative member only. Key Words : Politic Partisipants of Thionghoa Ethnic, Legislative General Election
1 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
untuk berperan aktif dalam perpolitikan
A. PENDAHULUAN
tanah air. Rekam jejak partisipasi etnis Orde baru yang berakhir pada Mei
Tionghoa pada dua Pemilu yang lalu
1998, membawa angin segar bagi etnis
setelah era reformasi, terlihat bahwa pada
Tionghoa, karena pada masa Orde Baru
Pemilu tahun 1999 dan 2004 komunitas
masyarakat etnis Tionghoa yang selalu
Tionghoa masih tampak malu-malu dan
dikaitkan
PKI,
canggung dalam partisipasi politik. Pada
diperbolehkan ikut serta dalam kegiatan-
saat ini perwakilan dari etnis Tionghoa
kegiatan politik.
Bukan hanya itu,
juga telah menduduki kursi penting di
tindakan rezim Orde Baru yang melarang
pemerintahan Kalimantan Barat, dengan
penggunaan bahasa dan aksara Tionghoa
terpilihnya Christiandy Sanjaya sebagai
serta larangan merayakan ritual agama,
Wakil
budaya
sebagai
dengan
dan
G.
tradisi
30/S
Tionghoa
serta
Gubernur
dan
mantan
Hasan
karman
Walikota
Kota
penggantian istilah Tionghoa dengan Cina,
Singkawang. Telah terpilihnya wajah-
sehingga menimbulkan rasa takut dan
wajah baru dari kalangan yang selama ini
enggan sebagian besar etnis Tionghoa
dianggap tidak mampu berpolitik praktis,
untuk memasuki wilayah politik dan
telah
bentuk partisipasi etnis Tionghoa pada saat
Christiandy Sanjaya dan Hasan Karman,
itu hanya memiliki hak memilih dan tidak
keduanya merupakan pemain politik dari
berhak untuk dipilih.
kalangan Tionghoa yang
menjadi
suatu
realitas
politik.
mempunyai
Pada tanggal 16 September 1998
peranan penting dalam kemajuan Kalbar.
presiden B.J. Habibie mengeluarkan inpres
Sebelum dan bersamaan mereka, sudah
No.26/1998 yang isinya menghapus istilah
ada beberapa nama yang mendahului
masyarakat pribumi dan masyarakat non
mereka terjun dalam perpolitikan Kalbar,
pribumi.
membawa
seperti Michael Yan Sri Widodo, Andreas
perubahan demokratisasi yang begitu cepat
Acui Simanjaya, Hartono Azas, Yansen
pada perpolitikan di tanah air. Hal ini
Akun Effendi, Sebastian dan beberapa
dapat
etnis
nama lagi. Bahkan saat ini ada juga nama-
Tionghoa, Pada masa rezim Soeharto etnis
nama seperti Ketua DPRD Kota Pontianak
Tionghoa hanya memiliki hak memilih dan
periode 2009-2014 yaitu Hartono Azaz L
Era
dilihat
reformasi
pada
masyarakat
tidak berhak untuk dipilih, dan pada saat
Pemilu pada pemilihan gubernur
ini mereka mempunyai hak dipilih dan hak
tahun
untuk
memberikan
bahwasanya masyarakat Kalimantan Barat
kesempatan terbuka bagi etnis Tionghoa
telah dapat hidup rukun dengan saling
memilih.
Pemilu
2007
yang
lalu
menandakan
2 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
menghargai dan menerima hasil pemilihan
Tionghoa masih tampak malu-malu dan
dengan lapang dada. Hal ini sangat jauh
canggung dalam partisipasi politik.
berbeda dengan daerah-daerah lainnya, dimana terjadi konflik antara kandidat
2. Identifikasi Penelitian
kepala daerah setelah penghitungan suara
Beranjak
dari
latar
belakang
dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum.
masalah dan data yang penulis peroleh
Kalau kita melihat beberapa tahun yang
pada
lalu di Kalimantan Barat beberapa kali
partisipasi etnis tionghoa, Pemilu pada
terjadi konflik antar etnis, seperti di
pemilihan gubernur tahun 2007 yang lalu
Sambas. Ini artinya harmonisasi antar etnis
menandakan
di daerah ini sudah mulai baik, dan ini
Kalimantan Barat telah dapat hidup rukun
akan berdampak kepada pembangunan di
dengan saling menghargai dan menerima
daerah ini.
hasil pemilihan dengan lapang dada, Telah
terlihat
terpilihnya
meningkatnya
bahwasanya
wajah-wajah
jumlah
masyarakat
baru
dari
kalangan yang selama ini dianggap tidak
1. Latar Belakang Penelitian Pada tanggal 16 September 1998
mampu berpolitik praktis, telah menjadi
presiden B.J. Habibie mengeluarkan inpres
suatu realitas politik. Christiandy Sanjaya
No.26/1998 yang isinya menghapus istilah
dan Hasan Karman, keduanya merupakan
masyarakat pribumi dan masyarakat non
pemain politik dari kalangan Tionghoa
pribumi.
membawa
yang mempunyai peranan penting dalam
perubahan demokratisasi yang begitu cepat
kemajuan Kalbar. maka daripada itu dapat
pada perpolitikan di tanah air. Hal ini
diidentifikasi masalah penelitian yakni,
dapat
partisipasi politik etnis Tionghoa dalam
Era
dilihat
reformasi
pada
masyarakat
etnis
Tionghoa, Pada masa rezim Soeharto etnis
pemilihan
Tionghoa hanya memiliki hak memilih dan
Pontianak.
umum
legislatif
di
Kota
tidak berhak untuk dipilih, dan pada saat ini mereka mempunyai hak dipilih dan hak untuk
memilih.
Pemilu
memberikan
3. Fokus Penelitian Berdasarkan
latar
belakang
kesempatan terbuka bagi etnis Tionghoa
penelitian dan identifikasi permasalahan
untuk berperan aktif dalam perpolitikan
yang telah dikemukakan, diperlukan suatu
tanah air. Rekam jejak partisipasi etnis
pembatasan
Tionghoa pada dua Pemilu yang lalu
diteliti lebih terarah dan terfokus dengan
setelah era reformasi, terlihat bahwa pada
maksud
Pemilu tahun 1999 dan 2004 komunitas
pembahasannya. Oleh karena itu, peneliti
agar
agar
permasalahan
memudahkan
yang
dalam 3
MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
memfokuskan
penelitian
ini
pada
partisipasi politik etnis Tionghoa dalam
6.
LandasanTeoritis/Tinjauan Pustaka
pemilihan umum legislatif di DPRD Kota
Partisipasi berarti keikutsertaan, dalam
Pontianak tahun 2009-2014.
konteks politik hal ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Keikutsertaan warga dalam proses
4. Perumusan Masalah Penulis
merumuskan
masalah
politik
tidaklah
hanya
berarti
warga
dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana
mendukung keputusan atau kebijakan yang
partisipasi politik etnis Tionghoa dalam
telah digariskan oleh para pemimpinnya,
pemilihan umum legislatif di DPRD Kota
karena kalau ini yang terjadi maka istilah
Pontianak tahun 2009-2014.
yang tepat adalah mobilisasi politik. Partisipasi
politik
adalah
keterlibatan
warga dalam segala tahapan kebijakan,
5 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: Untuk
mulai dari sejak pembuatan keputusan
mendeskripsikan partisipasi politik etnis
sampaidengan
Tionghoa
termasuk juga peluang untuk ikut serta
dalam
pemilihan
umum
penilaian
legislatif di DPRD Kota Pontianak tahun
dalam
2009-2014.
partisipasi politik ini menjadi sangat
Manfaat Penelitian secara Teoritis
pelaksanaan
keputusan,
keputusan.Konsep
penting dalam arus pemikiran deliberative
: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
democracy atau demokrasi musyawarah.
memberikan
terhadap
Adapun partisipasi politik menurut Gabriel
pengembangan ilmu politik, serta dapat
Almond yaitu, partisipasi politik tidak
memberikan
dan
hanya sebatas sebagai mengambil bagian
referensi bagi para peneliti selanjutnya
atau peranan dalam konteks kegiatan
yang terkait dengan permasalahan ini.
politik.
Secara Praktis : Hasil dari penelitian ini
partisipasi politik selalu diawali oleh
diharapkan dapat memberikan informasi
adanya artikulasi kepentingan dimana
dan sumbangan pemikiran terutama bagi
seorang
individu
para politisi untuk dijadikan acuan agar
sumber
daya
pemuda Tionghoa lebih tertarik dan intens
seorang pemimpin partai politik atau
terjun kebidang politik.
seorang diktator militer (Almond :1999).
kontribusi
sumber
pemikiran
Akan
tetapi,
menurutnya
mampu
politik,
mengontrol
seperti
halnya
Bentuk partisipasi politik menurut Almond (Mas”oed dan MacAndrew, 1981) dibagi menjadi dua yaitu : 4 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
1. Partisipasi politik konvensional yaitu
dengan maksud untuk menggambarkan
suatu bentuk partisipasi politik yang
keadaan obyek penelitian berdasarkan
normal dalam demokrasi modern.
fakta-fakta yang tampak sebagaimana
2. Partisipasi politik non konvensional
adanya dengan cara menganalisa data yang
yaitu suatu bentuk partispasi politik
sudah terkumpul sesuai kondisi pada saat
yang tidak lazim dilakukan dalam
penelitian dilaksanakan.
kondisi normal, bahkan dapat berupa kegiatan illegal, penuh kekerasan dan
1.
Lokasi Penelitian
revolusioner.
Lokasi penelitian dilakukan di
Konvensional :
kantor kantor DPRD Kota Pontianak.
a. Pemberian suara
Pilihan
b. Diskusi politik
pengamatan peneliti mengenai masalah
c. Kegiatan kampanye
yang diteliti berada di kantor DPRD Kota
d. Membentuk
dan
bergabung
dalam
lokasi
ini
dikarekanakan
Pontianak.
kelomok kepentingan e. Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif
2.
Subjek dan Objek Penelitian a. Subyek Penelitian
Non-konvensional :
Penentuan
informan
a. Pengajuan petisi
penelitian
b. Berdemonstrasi
purposesive, teknik ini diharapkan mampu
c. Konfrontasi
memperoleh kriteria yang benar- benar
d. Mogok
sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
e. Tindakan kekerasan politik harta benda
Dalam penelitian ini informan di bagi
(pengeboman, pembakaran)
(penculikan,
menggunakan
teknik
menjadi dua, yaitu: informan pangkal dan
f. Tindakan kekerasan politik terhadap
manusia
ini
dalam
Pembunuhan)
Perang grilya dan revolusi
informan kunci. Informan pangkal yaitu pimpinan DPRD Kota Pontianak 1. Informan kunci yaitu anggota legislatif di DPRD Kota Pontianak yang beretnis Tionghoa. 2. Masyarakat
B. METODE PENELITIAN
memiliki Dalam
penelitian
ini
penulis
etnis
hak
tionghoa
pilih dalam
yang pemilu
legislatif di DPRD Kota Pontianak.
menggunakan jenis metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, 5 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
b. Objek Penelitian Adapun
yang
C. PEMBAHASAN/HASIL menjadi
objek
penelitian dalam penelitian ini adalah
1.
Pemberian Suara (Voting)
partisipasi politik etnis Tionghoa dalam pemilihan
umum
legislatif
di
Kota
Pontianak.
Voting
(pemberian
suara)
merupakan suatu hal yang umum dalam partisipasi politik terutama dalam pemilu, karena pentingnya pemilu sebagai bentuk
Teknik dan Alat Pengumpulan Data
partisipasi, menjadi penting juga untuk
Untuk memperoleh data yang tepat
mengetahui bagaiamana rakyat memilih
dan akurat dalam penelitian ini peneliti
dan menggunakan suara mereka dan
menggunakan tiga cara atau teknik, yaitu:
bagaimana
teknik observasi, pedoman wawancara dan
terhadap hasil dari pemilu. Para pemilih
studi
Observasi
akan memberi suara untuk menentukan
yaitu, teknik pengumpulan data yang
siapa kandidatnya dari partai tertentu,
dilakukan
secara
kemudian mereka akan memberikan hak
langsung (panca indra) terhadap kegiatan
suara kembali pada pemilihan umum untuk
pekerjaan untuk mengetahui keadaan yang
memilih para hakim dan anggota kongres.
sebenarnya. Pedoman wawancara yaitu,
Pemberi suara juga berpartisipasi regular
suatu
dalam berbagai referendum dan inisiatif.
3.
dokumentasi.
melalui
cara
Teknik
pengamatan
pendekatan
untuk
suara
tersebut
berdampak
mengumpulkan data dengan melakukan
Di negara berkembang, pemilu sering
wawancara
dengan
ditandai degan munculnya ketegangan
subjek/sasaran penelitian, Dokumentasi
antara pendukung berbagai partai yang
yaitu, peneliti menggunakan suatu cara
juga
untuk
beberapa negara berkembang tidak ada
secara
mencari,
mempelajari surat, fhotocopy
langsung
mengumpulkan,
dokumen-dokumen,
catatan-catatan, dan
laporan
dan surat-
buku-buku, tertulis
suatu
menjadi
pemilih.
pemilihan
umum.
Malahan
Di
di
negara
berkembang yang lain, memang terdapat
yang
suatu pemilu tetapi tidak memberikan
berhubungan dengan permasalahan yang
suatu system dan skema pemilu yang baik,
diteliti.
sehinga pilihannya hanyalah memilih atau abstain saja. Di sisi yang lain, pemilu Negara berkembang
juga
dihadapkan
pada
masalah-masalah terbatasnya sumber daya dan dana yang dimiliki dihadapkan pada 6 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
jumlah pemilih yang begitu besar dan
sebelumnya, terdapat perbedaan prilaku
wilayah yang begituluas.
sosial
Dengan
tidak
terlibat
dalam
dan
individu
politik
antara
aktivis
dan
kelompok non-aktivis.
pemilihan bukan berarti masyarakat tidak
Perbedaan
tersebut
berdampak
melakukan aktivitas politik. Dalam hal ini,
terhadap
prilaku
memilih
Munroe (2002, 4) membagi partisipasi
pemilu.Jika
politik menjadi dua, yaitu konvensional
Munroe
dan unkonvensional. Antara partisipasi
sesungguhnya prilaku memilih merupakan
konvensional
bentuk dari prilaku politik. Namun untuk
dan
unkonvensional
mengacu tentang
pula dalam
pada
pendapat
prilaku
politik,
cenderung berbanding terbalik, artinya
mempermudah
dalam
mengidentifikasi
ketika partisipasi konvensional meningkat
permasalahan,
maka
prilaku
maka secara otomatis partisipasi politik
dibedakan dengan prilaku memilih. Prilaku
unkonvensional menurun, dan keadaan
memilih dapat diasumsikan sebagai segala
tersebut
bentuk
berlaku
Partisipasi
pula
pemilih
sebaliknya.
dalam
pemilu
aktivitas
masyarakat,
politik
baik
yangberbentuk tindakan ataupun tidak,
merupakan bentuk dari partisipasi politik
terkait
dengan
partisipasinya
dalam
konvensional.
memberikan pilihan dalam pemilu.Dengan
Jika menggunakan logika Munroe,
membedakan prilaku memilih dengan
menurunnya
partisipasi
prilaku politik lainnya dapat membantu
pemilih dapat menumbuhkan partisipasi
dalam mengidentifikasi prilaku politik
politik
protes
masyarakat dan peluang keikutsertaan
ataupun pemblokiran jalan yang cenderung
dalam pemilu. Untuk melihat prilaku
lebihagresif. Dan sebaliknya, jika terjadi
memilih masyarakat dapat diukur melalui
peningkatan partisipasi pemilih, maka
penggunaan hak pilih dalam pemilu, dan
partisipasi politik unkonvensional akan
faktor-faktor yang mendorong seseorang
mengalami penurunan secara otomatis
untuk menggunakan hak pilih ataupun
Bagian
untuk
tidak. Berdasarkan data yang diperoleh,
munculnya
terdapat perbedaan tegas antara kelompok
partisipasi politik konvensional ataupun
individu aktivis dan non-aktivis dalam
unkonvensional
memahami pemilu. Secara umum, hampir
maka
tingkat
unkonvensional, seperti
ini
mengidentifikasi
berupaya peluang
ditingkat
masyarakat,
serta mencari celah bagaimana partisipasi
tiap
politik
tidak
partisipasi pemilih dalam pemilu adalah
mempengaruhi partisipasi pemilih. Seperti
kewajiban. Meskipun anggapan tersebut
yang
dapat mengancam semangat demokrasi
unkonvensional
telah
dijelaskan
pada
bagian
individu
beranggapan
bahwa
7 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
dalam penafsiran hak dan kewajiban,
2.
Kegiatan Berkampanye
namun anggapan tersebut sesungguhnya
Dalam
melaksanakan
perannya
dapat mendorong tingkat partisipasi yang
tercakap hak dan kewajiban yang diatur
cukup tinggi.
oleh
Mengingat kewajiban merupakan
norma-norma
berpolitik.
dalam
kehidupan
Keterlibatan
masyarakat
keharusan dan akan menimbulkan resiko
Tionghoa dalam pesta politik, diharapkan
langsung
jika
dapat
dilanggar.
Namun
kewajiban
tersebut
kedewasaan,
bahwa
berkualitas, semakin mandiri dan dapat
partisipasi pemilih adalah kewajiban tidak
mempersiapkan serta menampilkan kader-
sepenuhnya
kader partai politik yang handal, sekaligus
Tindakan
anggapan
menunjukan
dipahami yang
oleh
informan.
bertentangan
dengan
pernyataan teridentifikasi bahwa tidak
menjadi
pemicu
iklim
proses
demokratisasi.
semuanya menyepakati bahwa partisipasi
Salah satu bentuk dari partisipasi
pemilu adalah kewajiban. Hal ini dapat
politik adalah keterlibatan dalam kegiatan
terlihat bahwa sebagian informan pernah
kampanye. Secara umum dapat dikatakan
tidak menggunakan hak pilihnya dalam
bahwa keterlibatan masyarakat tionghoa
pemilu, dan meyakini bahwa tindakan
dalam kegiatan kampanye adalah suatu
tidak berpartisipasi tersebut tidak akan
kelompok yang terorganisir yang anggota-
berdampak
langsung
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-
terhadap dirinya. Sehingga pemahaman
nilai dan cita-cita yang sama untuk
bahwa
kewajiban
menarik simpati masyarakat secara umum.
merupakan kesalahan penggunaan istilah.
Kegiatan kampanye adalah suatu kegiatan
Meskipun sebagian lainnya beranggapan
yang artikulatif yang terdiri dari pelakuan-
bahwa memilih dalam pemilu merupakan
pelakuan
keharusan.
masyarakat,
negatif
pemilu
secara
sebagai
Perbedaan
pemahaman
politik
yang
yaitu
aktif
dalam
mereka
yang
terhadap penggunaan hak pilih dalam
memusatkan perhatiannya pada menguasai
pemilu dapat terlihat cukup jelas antara
kekuasaan pemerintah dan yang bersaing
kelompok individu aktivis dan non-aktivis.
untuk
Kelompok
memahami
dengan beberapa kelompok lain yang
partisipasi pemilih merupakan sebuah hak
mempunyai pandangan yang berbeda-
dibandingkan kewajiban, meskipun pada
beda.
saat wawancara seringkali menegaskan
kampanye merupakan perantara besar yang
bahwa memilih adalah kewajiban.
menghubungkan kekuatan-kekuatan dan
aktivis
lebih
memperoleh
Dengan
dukungan
demikian
rakyat,
kegiatan
idiologi sosial dengan lembaga-lembaga 8 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
pemerintahan
yang
mengkaitkannya
resmi
dengan
dan aksi
yang politik
memudahkan pengenalan
pelaksanaan diri
dan
kegiatan
kemungkinan
didalam masyarakat politik yang lebih
memperoleh dukungan sangat besar. Hal
luas.
tersebut terbukti bahwa banyak caleg Keterlibatan masyarakat tionghoa
masyarakat tionghoa yang ikut melibatkan
dalam kegiatan kampanye bukan hanya
diri menjadi caleg, tetapi hanya sebagian
dijadikan sarana penampung dari berbagai
kecil saja yang terpilih menjadi anggota
tuntunan
berbagai
legislatif, apalagi calaeg yang hanya untuk
elemen) tentang masalah etnis, tetapi
memenuhi kuota. Di samping itu ada juga
untuk pemerintah. Pernyataan tersebut
caleg yang waktu dan kemampuannya
wajar, bahwa masyarakat tionghoa kurang
sesuai dengan kebutuhan, tetapi mereka
mendapat kesempatan berpartisipasi dalam
tidak
kehidupan berpolitik.
melaksanakan kegiatan pengenalan diri
masyarakat
(dari
Persoalan-persoalan yang menjadi dasar
pemikiran
karena
kegiatan
mereka
kampanye.
tidak
Keadaan
keterlibatan
seperti ini menjadi dasar pemikiran untuk
masyarakat tionghoa dalam mengikuti
kedepan, bahwa waktu dan kemampuan
pesta demokrasi, yaitu: mempersiapkan
setiap caleg memang penting, karena
diri sesuai dengan waktu dan kemampuan,
sebagai syarat mutlak untuk mencapai
karena
sesama
tujuan. Salah satu contoh yang perlu
masyarakat tionghoa dari masing-masing
dilakukan oleh para caleg masyarakat
caleg cukup ketat, namun kemampuan dan
tionghoa adalah bagimana menumbuhkan
keterbatasan
kepercayaan
persaingan
waktu
bagi
dalam
terpilih,
diantara
merupakan
faktor
dan
keyakinan
dari
penghambat dan perlu menjadi pemikiran
masyarakat terhadap perjuangan yang
sebelumnya.
waktu
dilakukan demi untuk kepentingan mereka.
tionghoa
Hasil wawancara dengan tokoh
dimaksud untuk dapat memperkenalkan
masyarakat tionghoa, diperoleh keterangan
diri kepada masyarakat serta kegiatan
bahwa aktivitas atau kegiatan kampanye
kampanye seperti melakukan pendekatan
dapat dilaksanakan melalui beberapa hal
kepada
pemilihan,
diantaranya adalah: pertemuan terbatas,
mensosialisasikan visi dan misi serta isu
tatap muka dan dialog, penyebaran melalui
etnis.
media
keterlibatan
Kemampuan masyarakat
masyarakat
daerah
dan
Kemudian bagi caleg yang banyak
cetak
dan
media
elektronik,
penyiaran melalui radio atau televisi,
waktu dan mempunyai kemampuan untuk
penyebaran
bahan
kampanye
kepada
menyampaikan pesan-pesan politik akan
umum, pemasangan alat peraga ditempat 9
MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
umum, dan kegiatan lain yang tidak
e. Melakukan pawai atau arak-arakan
melanggar peraturan perundang-undangan.
yang dilakukan dengan berjalan kaki
Penyelenggaran
kampanye
atau dengan kendaraan di jalan raya.
masyarakat
f. Dalam kampanye dilarang melibatkan:
tionghoa memberikan kesempatan yang
Hakim dalam semua peradilan, baik
sama kepada caleg masyarakat tionghoa
peradilan
untuk menyampaikan tema dan materi
peradilan militer dan peradilan Tata
kampanye, memasang iklan pemilihan
Usaha Negara, pejabat BUMN dan
caleg dalam rangka kampanye. Kemudian
BUMD,
Komisi
(KPU)
fungsional dalam jabatan negeri, kepala
sama
desa, dan larangan atas ketentuan
dilakukan
dengan
oleh
Pemilihan
memberikan
Umum
kesempatan
yang
umum,
peradilan
pejabat
struktural
dan
kepada caleg untuk menggunakan fasilitas
pelaksanaan
umum,
koordinasi
tindak pidana dan dikenai sanksi sesuai
dengan Komisi Pemilihan Umum Daerah
dengan ketentuan peraturan perundang-
(KPUD)
undangan.
dengan
melakukan
untuk
penetapan
lokasi
pemasangan alat peraga untuk keperluan yang
bersangkutan.
Larangan
bagi
kampanye
agama,
merupakan
Berdasarkan wawancara dengan caleg masyarakat tionghoa, pada pemilu
pasangan caleg yang melakukan kampanye
tahun
meliputi:
masyarakat
a. Menghasut atau mengadu domba partai
sepenuhnya kepada masyarakat, seperti
politik, perseorangan atau kelompok
juga pada etnis lainnya. Hal seperti ini
masyarakat.
yang mendorong masyarakat tionghoa
b. Menggunakan
kekerasan,
2009,
bahwa
hak-hak
tionghoa
politik
dikembalikan
ancaman
untuk lebih besar berpartisipasi dan terlibat
kekerasan atau menganjurkan pengguna
dalam kegiatan kampanye, masyarakat
kekerasan
tionghoa mulai berani menyampaikan
kepada
perseorangan,
kelompok masyarakat atau politik. c. Mengancam
dan
penggunaan mengambil
menganjurkan
kekerasan alih
aspirasinya
kekuasaan
untuk
kepada
kebijakan-kebijakan akan
berpengaruh
pemerintah yang terhadap
dari
kehidupan kalangan mereka.
alat
3.
ketika
dikeluarkan eksistensi
pemerintah yang sah. d. Merusak
atau
menghilangkan
peraga kampanye caleg yang lain.
Membentuk dan Bergabung dalam Kelompok Kepentingan Kehidupan politik merupakan jalan
yang paling efektif untuk memperjuangkan 10 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
hak-hak sebagai warga negar, apabila kita
merupakan
merasa bahwa hak-hak tidak diberikan
sebagai kontrol sosial dalam kehidupan
atau merasa dirugikan oleh kebijakan-
bernegara
kebijakan yang datangnya dari pihak
masyarakat tionghoa untuk terlibat dalam
penguasa. Apabila kita sebagai masyarakat
partai politik dengan harapan mereka
tionghoa menyadari bahwa hak-hak kita
mempunyai suatu wadah dapat mereka
merasa dirugikan dan tidak melakukan
gunakan untuk memperjuangkan hak-hak,
apapun (protes, demo dan lain-lain) maka
menyampaikan aspirasi mereka sebagai
keputusan yang diambil bisa dianggap
warga
tidak
masyarakat
merugikan
dianggap
sah,
masyarakat karena
ataupun
keputusan-
keputusannya didukung oleh kekuasaan
Partisipasi adalah
hak
berbangsa.
Negara,
Keinginan
meskipun
masih
warga
sebagian
menyebut
bahwa
lemah. Dari
wawancara
tersebut,
menunjukan bahwa masyarakat tionghoa
politik
setiap
dan
seluruh
masyarakat tionghoa adalah kaum yang
dan kekuasaan itu sah dalam suatu sistem demokrasi yang sehat.
kewajiban
(berpolitik)
warga
juga
mempunyai
keinginan
dalam
negara
berpartisipasi atau terlibat dalam suatu
termasuklah masyarakat tionghoa dan
partai politik, karena keterlibatan dalam
dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk.
politik
Salah satu bentuk adalah “Berpolitik
Keterlibatan masyarakat tionghoa dalam
Praktis”, meskipun berpolitik praktis tidak
partai
harus menjadi “Politikus” dan salah satu
kesadaran dari masyarakat tionghoa bahwa
untuk berpolitik praktis adalah partai
kedaulatan yang paling tinggi ada di
politik. Partai politik dapat dibentuk bagi
tangan rakyat. Partisipasi politik melalui
kaum minoritas maupun kaum mayoritas,
partai,
lebih-lebih pada masyarakat tionghoa yang
langsung
selalu berusaha berjuang secara khusus
mempengaruhi kebijakan politik yang
hendak memperjuangkan hak-haknya.
dibuat oleh pemerintah.
adalah
politik
hak
menunjukan
masyarakat dan
semua
tidak
warga.
adanya
berharap
secara
langsung
dapat
Berdasarkan wawancara dengan
Berdasarkan wawancara dengan
masyarakat tionghoa, bahwa masyarakat
caleg masyarakat tionghoa, memberikan
tionghoa juga memiliki keinginan seperti
keterangan bahwa keterlibatan masyarakat
halnya masyarakat yang ada di Kota
tionghoa dalam partai politik masih sangat
Pontianak untuk terlibat atau berperan
rendah
aktif dalam berpolitik, karena keterlibatan
keanggotaan
masyarakat
masyarakat tionghoa tidak sepenuhnya
tionghoa
dalam
politik
sekali,
hal partai
ini
dilihat
politik
dari
dimana 11
MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
melibatakan
dirinya
sebagai
anggota
partai, bisa dikatakan hanya menjadi
menentukan kehidupan politiknya sendiri tanpa tekanan-tekanan dari pihak lain.
simpatisan partai. Demikian pula hasil
Untuk
mengatasi
masalah
wawancara penulis dengan beberapa tokoh
pendidikan politik ada beberapa hal yang
masyarakat tionghoa, bahwa dari jumlah
dilakukan oleh pengurus Partai Politik
keseluruhan masyarakat tionghoa yang ada
yaitu dengan cara pengkaderan Partai
di Kota Pontianak, hanya sebagian kecil
Politik, pengkaderan ini dilakukan melalui
saja yang terlibat dalam partai politik,
lembaga-lembaga
masyarakat tionghoa yang terlibat dalam
perkumpulan masyarakat tionghoa mereka
partai
didirikan,
politik
hanyalah
masyarakat
atau
melalui
yayasan
atau
lembaga
itulah
media
untuk
tionghoa yang berpendidikan tinggi dan
dimanfaatkan
mereka berdomisili di pusat kota, tetapi
mencari kader-kader politik yang dapat
bagi masyarakat tionghoa yang ada di
mereka
pinggiran hanya ikuti arus.
memperjuangkan kepentingan dan dapat
dan
sebagai
handalkan
untuk
mereka
Berdasarkan wawancara tersebut
menyalurkan aspirasi mereka dalam partai
hasil
politik.
diasumsikan,
temu
lapangan
bahwa
dapat
keterlibatan
Keterlibatan masyarakat tionghoa
masyarakat tionghoa adalah simpatisan
dalam partai politik ini diakibatkan adanya
dalam pengurusan partai politik dan hanya
kebebasan
sebagaian kecil saja masyarakat tionghoa
kepada masyarakat tionghoa dan keinginan
yang terlibat langsung dalam partai politik.
untuk memperbaharui kehidupan sosial
Berdasarkan
dan
budaya, ekonomi dan politik, yang dibawa
berdasarkan wawancara dengan beberapa
oleh arus reformasi dan ketidakpuasan
masyarakat tionghoa ini bisa diakibatkan
masyarakat
oleh masih rendahnya pengetahuan atau
kepada
rendahnya pendidikan politik masyarakat
politik, dan terlibat sebagai pengurus
tionghoa pada umumnya, hal seperti ini
partai politik mereka berharap dapat
bukan hanya di alami oleh masyarakat
membawa pembaharuan dalam kehidupan
tionghoa akan tetapi seluruh masyarakat
masyarakat
pada umumnya. Untuk itu pendidikan
khususnya
politik sangat penting sekali diberikan
tionghoa.
pengamatan
penulis
kepada masyarakat, khususnya masyarakat tionghoa agar mereka dapat memilih dan
yang diberikan pemerintah
tionghoa
pada
pemerintahan.
secara
sekarang menjadikan
Melalui
ini
dan
masyarakat
yang
adalah,
pemilihan
partai
menyeluruh
kehidupan
Permasalahan
umumnya
terjadi bagaimana
umum
sebagai 12
MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
suatu pendidikan politik bagi masyarakat
setelah
tionghoa, membangun budaya politik dan
kesempatan untuk berpolitik.
memberikan
kesempatan
pemerintah
memberikan
kepada
Hal tersebut berarti masyarakat
masyarakat tionghoa untuk menggunakan
tionghoa juga mempunyai minat untuk
hak pilih dan hak dipilih dalam Negara
terlibat dalam partai politik, ini dibuktikan
yang demokrasi yang diterapkan oleh
adanya partai-partai yang pengurus dan
pemerintah.
anggotanya didominasi oleh masyarakat
Sistem
pemilihan
umum
merupakan salah satu elemen penting
tionghoa
dalam Negara demokrasi, karena dalam
masyarakat tionghoa yang duduk di DPRD
hasil pemilihan umum akan membawa
Kota
hasil proposionalitas, yang dianggap dapat
keinginan masyarakat tionghoa ikut dalam
mewakili masyarakat untuk menentukan
partai politik itu di dasarkan untuk dapat
siapa yang layak menjadi wakil dari rakyat
menampung,
dan siapa yang tidak layak menjadi wakil
memperjuangkan aspirasi kaum mereka.
rakyat
disinilah
pendidikan
diperlukan
politik
bagi
serta
adanya
Pontianak,
wakil
keterlibatan
dari
atau
menyalurkan
dan
suatu kalangan
masyarakat tionghoa agar mereka benar-
D. KESIMPULAN
benar mengerti akan arti politik yang sebenarnya, tidak hanya politik yang ikutikutan.
Dari
temuan
penelitian
diharapkan dapat memberikan Berdasarkan dari apa yang penulis
diuraikan sebagai berikut :
mengenai
1. Bentuk
masyarakat
manfaat
praktis begi beberapa pihak sebagaimana
temui di lapangan melalui wawancara keterlibatan
ini
keikutsertaan
masyarakat
tionghoa dalam partai politik, menunjukan
tionghoa dalam kegiatan kampanye
bahwa masyarakat tionghoa pada dasarnya
tergolong masih rendah, karena dilihat
sudah lama sekali ingin terlibat dalam
dari berbagai sudut pandang dan latar
partai politik, dengan harapan dapat
belakang disiplin ilmu pengetahuan
menempatkan orang-orang yang dapat
politik praktis, kurang adanya tindakan
dijadikan wakil mereka baik di tingkat
yang nyata baik langsung maupun tak
eksekutif
langsung ambil bagian dalam kegiatan
maupun
legislatife
sebagai
penyalur aspirasi yang datangnya dari
kampanye.
masyarakat
tetapi
masyarakat tionghoa yang selama ini
keinginan tersebut baru bisa terlaksana
dilakukan dalam menjelang pemilihan
tionghoa,
akan
umum
yaitu
Bentuk
partisipasi
bergabung
dalam 13
MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
kelompok
dan
kepentingan
dan
E. SARAN
komunikasi individu. 2. Keterlibatan
masyarakat
tionghoa
Berdasarkan kesimpulan tersebut,
sebagai anggota partai politik tergolong
ada beberapa saran atau rekomendasi yang
masih rendah. Hal ini dilihat dari
dapat penulis berikan dalam kehidupan
keanggotaan
politik,
partai
politik
dimana
sosial
ekonomi
dan
budaya
masyarakat tionghoa tidak sepenuhnya
masyarakat tionghoa di Kota Pontianak
melibatkan dirinya sebagai anggota
agar mereka bisa dianggap sebagai Warga
partai, bisa dikatakan hanya menjadi
Negara Indonesia yang memiliki hak dan
calon legislative saja. Bagi kalangan
kewajiban.
masyarakat
1.
dalam
tionghoa
partai
masyarakat
yang
politik
terlibat hanyalah
tionghoa
berpendidikan
tinggi
dalam
yang
dan
Partisipasi politik merupakan dasar kehidupan
politik
bagi
masyarakat, tidak hanya masyarakat
mereka
kotatetapi
juga
masyarakat
desa,
berdomisili di kota dengan tingkat
maupun masyarakat yang berada di
pendidikan relatif tinggi.
daerah terpencil sekalipun, karena
3. Keterlibatan
Tionghoa
dengan keikutsertaan dalam partisipasi
di
Kota
politik ini masyarakat dapat ikut andil
Pontianak cukup tinggi, indikatornya
dalam sistem demokrasi di Indonesia,
dapat dilihat dalam pemberian suara
oleh sebab itu warga etnis Tionghoa
(voting) terhadap etnis Tionghoa dalam
khususnya di Kota Pontianak lebih
pemilihan calon legislatif meningkat,
aktif lagi dalam kegiatan partsipasi
banyak etnis Tionghoa yang terlibat
politik
dalam kegiatan berkampanye (diskusi
pemilukada melainkan juga dalam
politik,
pemilu.
menjadi
masyarakat
calon
legislatif
berdialog
dan
pendekatan
kepada masyarakat Tionghoa secara langsung,
baik
individu
maupun
2.
bukan
hanya
dalam
Perlunya keaktifan mereka dalam segala
kegiatanpolitik
membawa
bergabung
bagimereka, salah satunya sebagai
kepentingan
etnis
kelompok
Tionghoa
dalam
pengalaman
dalam
yang
akan
kelompok (partai), membentuk dan dalam
dampak
tentu
postif
berorganisasi
bentuk politik praktis (ikut dalam partai
ataupun lainnya. Sebagai warga etnis
politik).
Tionghoa yang juga diberikan hak yang sama dengan warga Indonesia lainnya dan juga hak-hak mereka telah 14
MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN
Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2016 http://jurmafis.untan.a.cid
di lindungi undang-undang seharusnya mereka tidak adalagi alasan untuk minder ataupun takut untuk terjun keranah perpolitikan.
Sukarna. 1990.Sistem Politik 2. Bandung: Citra Aditya Bakti. Sjamsuar, Zumri Bestado.2001.Dua Sayap Demokrasi.Pontianak: Fakultas Hukum UNTAN dan Pemda Pripinsi Kalbar. Wibowo, Ignatius danThungJuLan. 2010. Setelah Air matakering: Masyaraat Tionghoa pasca peristiwa mei 1998. Jakarta: Kompas.
F. REFERENSI
Buku: Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Agustino, Leo.2007. PrihalIlmuPolitik. GrahaIlmu, Yogyakarta. Budiarjo, Miriam. Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.1993. Coppel, Charles A. 1994. Indonesia dalamKrisis. PustakaSinarHarapan.
Tionghoa Jakarta:
Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Bidang Sosial. Jogjakarta: Gajah Mada University Press.
Referensi Internet: http://www.ujungpandangekspres.com/ http://www.guojiribao.com/ http://www.kamusbahasaindonesia.org/ http://rajaborneo.blogspot.com/2007/12/tio nghoa-wajah-baru-dunia-perpolitikan.html http://forum.cari.com. http://id.wikipedia.org/wiki/Tionghoa http://www.budaya-tionghoa.org
Liem, Yusie. 2000. Prasangka terhadap etniscina: sebuah Intisari. Jakarta: djambatan. Purwoko, Bambang. 1999. Penelitian, Jakarta: LP3ES.
Metode
Setiono, Benny G. 2003. Tionghoadalam Pusaran Politik. Jakarta: Elkasa Suryadinata, Leo. 2010. Etnis Tionghoa dan Nasionalisme Indonesia. Jakarta: Kompas. Syafiie, inu Kencana dan Azhari. 2005. Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT Rafika Aditama.
15 MISAEL HOSEA LIDI, NIM. E02110043 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN