PUTUSAN NOMOR 61/Pdt.G/2013/PA.Pts
ﺑﺴــﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤـﻦ اﻟﺮﺣﯿـﻢ DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Agama Putussibau yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan cerai gugat antara : PENGGUGAT, umur 25 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Ibu Rumah Tangga, tempat tinggal di Kabupaten Kapuas Hulu, sebagai Penggugat;
MELAWAN
TERGUGAT, umur 35 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir D3, pekerjaan Wiraswasta, tempat tinggal di Kabupaten Kapuas Hulu, sebagai Tergugat; Pengadilan Agama tersebut; Setelah membaca dan mempelajari berkas perkaranya; Setelah
mendengar
keterangan
Penggugat,
Tergugat
dan
saksi-saksi
dipersidangan;
TENTANG DUDUK PERKARANYA
Bahwa, Penggugat berdasarkan surat gugatannya tertanggal 03 September 2013 yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Agama Putussibau, dengan Nomor 61/Pdt.G/2013/PA.Pts, telah mengemukakan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa pada hari Sabtu, tanggal 15, Bulan April, tahun 2006 telah dilangsungkan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat yang dilaksanakan menurut hukum
2
dan sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Perkawinan tersebut telah dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) Kabupaten Kapuas Hulu, sebagaimana tercatat dalam Akta Nikah No : Nomor tanggal 15 APRIL 2006 ( 16 RABIUL AWAL 1427); 2. Bahwa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat dilangsungkan berdasarkan kehendak kedua belah pihak dengan tujuan membentuk rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah yang diridhoi oleh Allah Swt; 3. Bahwa setelah menikah, Penggugat dan Tergugat tinggal di rumah kediaman bersama di Kabupaten Kapuas Hulu; 4. Bahwa selama masa perkawinan, Penggugat dan Tergugat telah berkumpul sebagaimana layaknya “suami”-isteri dan sudah dikaruniai 2 (dua) orang anak yang masing-masing bernama: 1 ANAK I , perempuan, lahir pada 11 Januari 2007; 2 ANAK II, laki-laki, lahir pada 24 November 2010; 5. Bahwa kebahagiaan yang dirasakan Penggugat setelah berumah tangga dengan Tergugat hanya berlangsung sampai tahun 2007, ketentraman rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah setelah antara Penggugat dengan Tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini, yang penyebabnya antara lain;
Sepanjang masa perkawinan saya dengan “suami” dari awal menikah sampai dengan saya mengajukan surat gugatan cerai saya saat ini (sejak tahun 2006 – saat ini), “suami” saya sama sekali tidak pernah menjadi contoh yang baik bagi saya maupun anak anak saya. “Suami” saya sama sekali jauh dari kehidupan yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama islam, yaitu seperti : a. Sama sekali tidak pernah menjadi imam yang baik di dalam keluarga serta menjalankan ibadah utama yang sekaligus juga merupakan salah satu dari
3
rukun islam yaitu TIDAK PERNAH MENJALANKAN SHALAT WAJIB 5 WAKTU dan PUASA ; b. Jauh dari sifat lemah lembut dan kasih sayang serta mengayomi, tetapi sebaliknya selalu bersikap keras, kasar, dan tidak pernah berbelas kasih kepada saya dan anak anak (dibawah akan diuraikan lebih lanjut detail peristiwa yang menimpa saya dan anak saya); c. Bersikap dan berbicara kasar, sombong, arogan, suka meremehkan serta sangat tidak mempunyai sopan santun baik terhadap keluarganya sendiri (orang tuanya) maupun terhadap keluarga saya ( sangat berani melawan dan pernah berbicara hal hal yang akhirnya sangat menyinggung perasaan almarhum ibu saya sampai beliau pernah menangis dan sangat sakit hati atas sikap dan kata-katanya dan juga terhadap kakak-kakak saya yang kesemuanya adalah perempuan, hal ini Seringkali terjadi secara berulang ulang; d. Apabila berselisih seringkali melemparkan barang barang / benda yang berada disekitarnya seperti gelas, toples, telepon genggam yang seringkali diarahkan kepada fisik saya dengan tujuan untuk melukai/mencederai fisik saya ; e. Sejak menikah seringkali “suami” saya melontarkan pernyataan - pernyataan yang sangat melecehkan derajat saya sebagai manusia ciptaan Allah dan sangat jauh dari akhlak manusia yang normal dan beragama, antara lain sering mengatakan bahwa saya adalah penyebab pembawa sial dalam segala urusannya (setiap “suami” kalah tender dan lain-lain pasti dia mengatakan bahwa kegagalan tersebut datangnya dari diri saya, penyebab kegagalannya adalah karena saya dianggap membawa sial terhadap hidupnya) sehingga seringkali dia bilang " bahwa agar dia bisa mendapat hidup yang bahagia dan selalu mendapat keberuntungan,
4
maka saya harus pergi dari hidupnya yaitu dengan pisah / cerai" ; f. Permintaan pisah/cerai dari “suami” sudah sangat sering dia katakan dan lontarkan kepada saya (sampai tidak terhitung berapa kali jumlahnya) jauh jauh hari sebelum saya menuliskan surat gugatan cerai saya saat ini. Adapun Selama kurun waktu itu juga saya sudah berkali kali melakukan rujuk, baik rujuk yang kami lakukan secara internal keluarga kami (saya, “suami”
dan
mertua
maupun
dengan
cara
khusus
menghadirkan
ulama/pemuka agama setempat untuk merujuk kami kembali) Sampai pada akhirnya di tahun 2011 kata-kata pisah/cerai itu keluar lagi dari mulut “suami” dan dari tahun 2011 tersebut sampai dengan saat ini
belum dilakukan rujuk lagi. Sampai-sampai ibu mertua saya sendiri berkata kepada saya “kamu belum boleh digauli lagi oleh “suami” kamu karena sudah beberapa kali rujuk, ini yang kesekian kali, dan kemungkinan kamu harus menikah lagi”(karena pada saat itu ada faktor keterbatasan pengetahuan saya mengenai agama dan juga pada saat itu anak pertama saya yang menderita kanker darah harus segera dibawa ke Jakarta untuk dilakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang, maka sampai dengan saat ini saya belum mengambil tindakan apapun terhadap pernyataan dari mertua saya tersebut) ; g. Sekitar akhir tahun 2010, pada saat anak pertama saya dirawat di salah satu rumah sakit di putussibau, di waktu yang bersamaan “suami” saya malah meninggalkan saya dan anak untuk kepentingan pekerjaannya walaupun pada saat itu teman teman “suami” saya sudah menasehati “suami” saya untuk tidak berangkat, tetapi sekali lagi “suami” saya tetap berangkat dan pada kenyataannya perginya lebih lama dari jadwal sebenarnya dan juga kenyataan lainnya dari informasi yang saya dapatkan dari salah satu temannya yang ikut
5
juga dalam rombongan itu adalah bahwa “suami” saya malah pergi ketempat rekreasi
yang
bukan
merupakan
agenda
dari
pekerjaan
tersebut.
Sekembalinya “suami” saya dari bepergian tersebut, saya menegur dia tetapi jawaban dia adalah sebagai berikut “ kalau saya disuruh memilih antara pekerjaan dan keluarga, saya akan menomor satukan pekerjaan kalau kamu ga suka terserah”, kemudian saya menanggapinya dengan berkata “ loh ini kan urusannya beda, anak ini lagi sakit, kalau urusan lain sih ya ga masalah, kalau anak kamu kenapa-kenapa bagaimana” kemudian “suami” saya menjawab lagi “ya kalau mau mati ya mati ajalah” hal ini disaksikan dan didengarkan langsung oleh kakak saya, dan kakak dengan sangat sedih dan menangis berkata kepada dia “ya allah kamu itu tega banget ga punya perasaan sama anak sendiri yang lagi sakit, malah ngomong seperti itu” ; h. “suami” saya gemar menyebarkan berita –berita fitnah tanpa pernah mengkoreksi dirinya sendiri dan menceritakan aib saya kepada keluarga, teman-teman dan semua orang yang dia temui dan kenal yang mana orangorang yang diceritakan tersebut kembali memberitahukan kelakuan suami saya tersebut kepada saya ; i. Sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini, meskipun telah saya dan keluarga ingatkan berkali kali, “suami” saya bukannya malah bertambah baik dan menyadari segala perbuatan buruknya tetapi sebaliknya malah makin menjadi jadi. Kata kata kasar/kotor yang keluar dari mulutnya malah semakin menyakitkan hati saya, hal ini terjadi terus menerus terjadi sampai detik saya menulis surat gugatan cerai ini, kata-kata kasarnya yang sering dilontarkan kepada saya yaitu antara lain : “ANJING, JAHANAM, BABI”, Subhanallah begitu sakit hati saya setiap kali mendengarnya. j. Sejak Tahun 2007 sampai dengan saat ini “suami” TIDAK PERNAH
6
memberikan saya nafkah dari tangannya sendiri, tetapi sebaliknya, saya dihadapkan dan ditempatkan ke dalam posisi serba dengan ketidakjelasan (karena yang memberikan uang dan menafkahi saya dan anak anak saya adalah orang tuanya). Sebagai menantu saya sangat terbebani dengan kondisi seperti ini, setiap saya menanyakan dan membahas hal ini dengan “suami” saya, dia bukannya menanggapi dengan baik perihal hal ini, tetapi sebaliknya, dia selalu berbalik menjawab dan berbicara kasar kepada saya dan melepaskan tanggung jawab serta selalu melimpahkan tanggung jawabnya dan kewajibannya kepada orang tuanya. Saya benar benar tertekan secara lahir dan batin terhadap kondisi seperti ini. k. Sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini, “suami” saya selalu menghabiskan waktu dengan gaya hidup yang sangat jauh dari tuntunan agama, nilai moral, sosial dan kepantasan, “suami” sangat senang berhura hura, berjudi, minum minuman keras, pergi ke kafe-kafe dan mempunyai banyak teman wanita. l. Tahun 2007 – 2008 : saya pernah 2 kali mengangkat dan menerima panggilan yang masuk di telepon genggam “suami” saya yang berasal dari 2 perempuan malam yang pernah ditiduri oleh “suami” saya (pada saat saya mengangkat panggilan tersebut, “suami” saya masih tidur dan saya mengaku kepada perempuan tersebut sebagai adik dari “suami” saya). Inti pokok dari pembicaraan antara perempuan malam tersebut dengan saya adalah bahwa perempuan malam tersebut menagih janji berupa uang dan jam tangan yang pernah dijanjikan oleh “suami” saya kepada mereka. m. Pada tahun 2009, saat saya sedang mengandung anak kedua (umur kandungan sekitar 4-5 bulan) “suami” saya pernah memukul (menonjok) saya dibagian pipi kanan dan mata sebelah kanan saya (akibat dari pemukulan tersebut saya mengalami lebam dimata dan pipi). Pemukulan itu dilakukannya di rumah kami, Pada saat pemukulan itu terjadi saya langsung
7
menelpon orang tuanya, dan beberapa saat kemudian orang tuanya (mertua saya) datang dan menyuruh saya untuk ikut ke rumah mereka untuk sementara. Sehari saya tinggal di tempat mertua saya, kemudian hari berikutnya saya pergi dan tinggal di rumah kakak pertama saya. Disana kakak saya menyarankan untuk melaporkannya kepada pihak kepolisian, tetapi saya pada saat itu masih berusaha untuk mencoba memaafkannya. n. Pada tahun 2010, saat saya dan keluarga saya sedang berada di rumah alharhum ibu saya untuk berdoa dan menyiapkan selamatan 7 hari kepergian ibu saya,
dia tiba tiba datang dengan mulut bau minuman keras Dan
berselisih dengan saya kemudian di tengah perselisihan tersebut “suami” saya melemparkan gelas ke arah saya tetapi saya menghindar dan alhamdulillah tidak mengenai saya, kejadian ini disaksikan oleh kakak –kakak saya. Kemudian salah satu kakak perempuan saya (kak asan) langsung menegur dengan keras kepada “suami” saya dengan berkata : “kamu manusia tidak punya perasaan sama sekali, kita sedang berduka, ini baru 7 hari mama meninggal, kamu jangan seenaknya sama kita mentang mentang kita sudah tidak punya orang tua lagi…pokoknya kamu pergi dari sini sekarang” o. Di tahun yang sama (tahun 2010 juga) : yaitu pada saat “suami” saya mengambil kuliah D3 ke S1, pernah juga ada perempuan kafe yang menghubungi telepon genggamnya, yang Alhamdulillah secara kebetulan saya yang mengangkatnya, dan saya langsung menegur perempuan tersebut. Disaat saya sedang menegur perempuan tersebut tiba tiba “suami” saya muncul dan mendatangi saya sambil marah marah dan berkata “kamu tidak usah ikut campur!, lagian kalau kamu tegur perempuan itu dan perempuan itu marah ke kamu, nanti kamu sendiri yang kalah..kamu bisa apa sih?!” (pada intinya saya menilai bahwa “suami” saya bukannya
8
membela saya, tetapi malah sebaliknya dia memarahi saya, membela wanita itu dan memperingatkan saya untuk tidak usah ikut campur lagi) p. Pada tahun 2013 sekitar bulan Mei – Juni pada saat saya tinggal di rumah singgah yayasan kanker anak Indonesia yang terletak di jl.percetakan Negara Jakarta pusat dalam rangka mendampingi anak pertama saya yang mengidap kanker darah untuk melakukan pengobatan di RSCM Jakarta, “suami” saya pernah menendang anak saya yang sakit tersebut disaat saya sedang memasak bersama ibu lainnya di dapur, Hal ini dikarenakan anak saya terebut menangis dan meminta susu, kejadian ini saya ketahui setelah ada salah satu ibu dari anak penderita kanker yang melihat secara langsung kejadian itu dan kemudian mengadukan kejadian ini pada saya. Betapa kaget, sakit dan hancur hati saya mendengarnya. q. Pada tahun 2013 sekitar tanggal 13-15 bulan agustus, pada saat mertua saya menelpon saya, dalam kesempatan itu saya sekaligus menyampaikan dan memberitahukan kepada beliau tentang keinginan bulat saya untuk bercerai dari anaknya dan ingin menikah lagi dengan orang lain untuk mendapatkan kehidupan yang normal, layak yang dapat memperlakukan saya secara manusiawi, kemudian mertua saya menjawab “bapak tidak bisa melarang dan menolak keinginan ridha, karena pada dasarnya bapak tahu kelakuan wawan terhadap kamu. Bapak bisa mengerti perasaan ridha dan apa yang ridha rasakan sehingga ridha mengambil keputusan seperti itu” (bahkan beliau menyarankan kepada saya dengan berkata “seandainya ridha ingin menikah lagi, ya kalau bisa berangkatnya dari rumah kita karena ridha itu sudah dianggap sebagai menantu tetapi sudah dianggap seperti anak sendiri, begitupun mertua perempuan saya pun juga menanggapi keinginan saya tersebut dengan berkata kepada saya “ jika ridha ingin menikah lagi kalau bisa harus memilih yang lebih
9
baiklah, karena itu menyangkut juga mengenai anak-anak” ) r. Pada tahun 2013 sekitar tanggal 17 bulan agustus, tiba-tiba “suami” saya tersebut ingin datang ke yayasan kanker anak dimana saya tinggal dan merawat anak saya dan saya disuruh segera pergi dari yayasan tersebut tanpa alasan yang jelas. Tidak cukup sampai disitu, pada saat saya pergi, tanpa sepengetahuan saya, dia membuang semua barang-barang saya yang saya simpan di lemari di yayasan tersebut ke tempat sampah, sehingga saya benarbenar hanya membawa baju yang ada di badan saya saja. CATATAN :
Saya adalah seorang mualaf yang benar benar membutuhkan sosok imam yang baik di dalam kehidupan berumahtangga yang sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama islam yang dapat menjadi suri tauladan yang baik bagi saya dan anak-anak saya ;
Saya mempunyai anak yang mengidap penyakit kanker darah, dari tahun 2011 saya seorang diri membawa anak saya tersebut ke Jakarta untuk berikhtiar dalam pengobatannya demi kesembuhannya, Alhamdulillah sampai dengan saya mengajukan surat gugat cerai ini perkembangan dari pengobatan tersebut semakin menunjukkan kemajuan medis yang sangat berarti. Dalam masa pengobatan anak saya tersebut, semuanya benar-benar saya lakukan sendiri (saya dan anak saya tinggal di rumah singgah yayasan kasih anak kanker Indonesia yang beralamat di Jl. Percetakan Negara IX No.10A, Kel. Rawasari, Jakarta Pusat 10570, Telp. 62 21 4287 2556 Fax. 62 21 421 608 dan secara rutin mengikuti program pengobatan kankernya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusomo yang letaknya tidak begitu jauh dari rumah singgah yayasan tersebut ). Selama kurun waktu masa perawatan itu pula “suami” saya hanya bisa dihitung dengan jari tangan menengok kami baik di rumah sakit maupun di yayasan tempat kami tinggal. Datangpun hanya melihat-lihat dan seringkali malah bertengkar didepan umum. Hal ini sama sekali tidak membantu apapun untuk meringankan beban fisik dan mental saya sebagai perempuan.
10
Selama masa pengobatan sebagaimana tersebut diatas sumber keuangan saya satusatunya untuk keperluan pengobatan (pemeriksaan - obat - biaya lainnya) terhadap anak saya yaitu berasal dari mertua saya, suami sama sekali tidak pernah memberikan nafkah apapun, Uang yang berasal dari mertua saya tersebut sebagian besar saya prioritaskan dan gunakan untuk segala hal yang berkaitan dengan kepentingan anak saya yang sakit tersebut.
Bahwa dengan sangat mempertimbangkan butir 5 huruf F sebagaimana tersebut diatas, serta setelah meminta fatwa dari beberapa tokoh ulama berkaitan dengan hal tersebut yang mana berkesimpulan dengan yakin dan tegas bahwa perkawinan saya sebagai muslimah yang tunduk pada hukum dan aturan agama Islam dengan HARUS PUTUS demi tegaknya hukum dan syariat islam itu sendiri (apabila saya ingin kembali kepada “suami”, maka saya harus MENIKAH DAHULU DENGAN ORANG LAIN).
6. Bahwa puncak dari percekcokan antara Penggugat dan Tergugat terjadi pada bulan Desember tahun 2010 antara Penggugat dan Tergugat dimana. Sehingga sejak saat itu Penggugat dan Tergugat sudah tidak pernah lagi menjalin hubungan sebagaimana layaknya “suami” istri; 7. Bahwa atas permasalahan dan kemelut rumah tangga yang dihadapi, Penggugat telah mencoba memusyawarahkan dengan keluarga Penggugat dan Tergugat untuk mencari penyelesaian dan demi menyelamatkan perkawinan, namun usaha tersebut tidak membuahkan hasil; 8. Bahwa ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana yang diuraikan diatas sudah sulit dibina untuk membentuk suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah sebagaimana maksud dan tujuan dari suatu perkawinan, sehingga lebih baik diputus karena perceraian; 9. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, permohonan Penggugat untuk mengajukan gugatan perceraian terhadap Tergugat atas dasar pertengkaran yang terjadi terus menerus dan tidak mungkin hidup rukun dalam suatu ikatan perkawinan, telah memenuhi unsur Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No.
11
9 Tahun 1975 Jo. Pasal 116 huruf (f) dan (h) Kompilasi Hukum Islam, sehingga berdasar hukum untuk menyatakan gugatan cerai ini dikabulkan; 10. Bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 84 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 yang diubah oleh Undang-undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama serta SEMA No. 28/TUADA-AG/X/2002 tanggal 22 Oktober 2002 memerintahkan panitera Pengadilan Agama Putussibau untuk mengirimkan salinan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Kantor Urusan Agama di tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan Kantor Urusan Agama tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat untuk dicatat dalam register yang tersedia untuk itu; 11. Bahwa Penggugat sanggup membayar biaya perkara; Berdasarkan dalil dan alasan - alasan tersebut diatas, maka dengan ini Penggugat memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Jakarta selatan cq. Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini untuk dapat menentukan hari persidangan, kemudian memanggil Penggugat dan Tergugat untuk diperiksa dan diadili, selanjutnya memberikan putusan yang amarnya sebagai berikut: PRIMAIR: 1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya; 2. Menjatuhkan talak satu ba’in sughraa Tergugat TERGUGAT Terhadap Penggugat PENGGUGAT; 3. memerintahkan panitera Pengadilan Agama PUTUSSIBAU untuk mengirimkan salinan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Kantor Urusan Agama di tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan Kantor Urusan Agama tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat untuk dicatat dalam register yang tersedia untuk itu; 4. Membebankan biaya perkara sesuai hukum; SUBSIDAIR:
12
Atau apabila Pengadilan Agama berpendapat lain mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono); Bahwa, pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditetapkan, Penggugat dan Tergugat datang sendiri menghadap, dan Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang beperkara, namun tidak berhasil; Bahwa, Majelis Hakim telah mengoptimalkan perdamaian melalui mediasi dengan menunjuk ERIK ASWANDI, S.H.I. sebagai Mediator, dan berdasarkan Laporan Hasil Mediasi dari Mediator tertanggal 8 Oktober 2013, bahwa mediasi dinyatakan gagal; Bahwa, selanjutnya Tergugat tidak hadir kepersidangan pada tanggal 8 Oktober 2013 dan pada tahapan sidang pemeriksaan serta pembuktian pada tangga 29 oktober 2013, meskipun telah dipanggil dengan patut oleh karenanya sidang perkara ini diperiksa diluar hadirnya Tergugat, selanjutnya dibacakanlah gugatan Penggugat yang isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat dengan perubahan sebagai berikut; -
Bahwa, pada identitas Tergugat tertulis pekerjaan Tergugat Swasta, menjadi pekerjaan Tergugat Swasta (proyek);
-
Bahwa, pada Posita 9 tertulis Jo. Pasal 116 huruf (f) dan (h) Kompilasi Hukum Islam, menjadi Jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;
-
Bahwa, pada halaman 9 alinea pertama tertulis Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan Agama Jakarta Selatan, menjadi Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan agama Putussibau; Bahwa, untuk menguatkan dalil-dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan
bukti surat-surat berupa : -
Kutipan Akta Nikah Nomor : NOMOR, tanggal 08 Mei 2006, yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Bunut Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, yang menerangkan antara Penggugat dan Tergugat telah menikah pada tanggal 15 April 2006, bermeterai cukup dan telah dicocokkan dan telah sesuai dengan aslinya, lalu ditandai (P);
13
Bahwa, disamping itu Penggugat juga mengajukan saksi-saksi, yaitu : 1.
SAKSI I, umur 30 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan Mengurus rumah tangga, bertempat tinggal di Kabupaten Kapuas Hulu, dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut : -
Bahwa, Saksi kenal dengan Penggugat dan Tergugat, karena Saksi adalah kakak kandung Penggugat;
-
Bahwa, Saksi mengetahui Penggugat dan Tergugat sudah menikah, saksi hadir pada saat pernikahan Penggugat dan Tergugat pada tahun 2006 di Nanga Semangut, suami Penggugat bernama TERGUGAT, serta telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yang bernama ANAK I, kini dalam asuhan Tergugat karena anak tersebut sedang dirawat di rumah sakit di Jakarta dan ANAK II yang kini dalam asuhan Penggugat;
-
Bahwa, Saksi mengetahui pada awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat harmonis, namun sejak tahun 2011 tidak harmonis lagi, sering berselisih dan bertengkar disebabkan Tergugat tidak peduli dengan anak yang sedang sakit, Tergugat suka main judi, Tergugat suka minum-minuman keras, Tergugat suka main perempuan, bahkan jika terjadi pertengkaran Tergugat sering mengucapkan kata-kata cerai, suka merusak perabotan rumah tangga dan Tergugat pernah memukul wajah Penggugat hingga menjadi lebam;
-
Bahwa, Saksi mengetahui antara Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal sejak Januari 2012, dan selama berpisah Tergugat tidak pernah memberi nafkah serta sudah tidak pernah saling mengunjungi namun masih ada komunikasi;
-
Bahwa, Saksi sudah berusaha mendamaikan Penggugat dan Tergugat, akan tetapi tidak berhasil bahkan dari pihak keluarga juga tidak berhasil;
14
2.
SAKSI II, umur 27 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan Mengurus rumah tangga, bertempat tinggal di Kabupaten Kapuas Hulu, dibawah sumpah memberikan keterangan sebagai berikut : -
Bahwa, Saksi kenal dengan Penggugat, karena Saksi adalah teman dekat Penggugat;
-
Bahwa, Saksi mengetahui Penggugat sudah menikah dengan Wawan Arief Rahman, menikah pada tahun 2006 di Nanga Semangut dan telah dikaruniai 2 (dua) orang anak yang bernama ANAK I yang kini dalam asuhan Tergugat karena sedang di rawat di rumah sakit di Jakarta dan ANAK II yang kini dalam asuhan Penggugat;
-
Bahwa, Saksi mengetahui pada awalnya rumah tangga Penggugat dan Tergugat harmonis, namun sejak tahun 2011 sudah tidak harmonis lagi, sering berselisih dan bertengkar disebabkan Tergugat suka pergi ke cafe, Tergugat berselingkuh dan Tergugat berlaku kasar pernah memukul Penggugat sebagaimana yang diceritakan Penggugat kepada Saksi;
-
Bahwa, Saksi mengetahui antara Penggugat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal selama 2 (dua) tahun, dan selama berpisah Tergugat tidak pernah memberikan nafkah kepada Penggugat serta keduanya sudah tidak pernah saling mengunjungi;
-
Bahwa, Saksi sudah berusaha menasihati Penggugat agar bersabar, akan tetapi tidak berhasil bahkan dari pihak keluarga juga pernah diusahakan perdamaian namun tetap saja tidak berhasil; Bahwa, Penggugat telah memberikan kesimpulan tetap dengan gugatannya semula
dan tidak akan mengajukan sesuatu apapun juga serta mohon putusan; Bahwa, untuk mempersingkat uraian putusan ini, maka ditunjuk hal ihwal Berita Acara Sidang perkara ini, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari putusan ini;
15
TENTANG PERTIMBANGAN HUKUMNYA Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana telah diuraikan diatas; Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan kedua belah pihak yang beperkara untuk rukun kembali membina rumah tangganya, akan tetapi tidak berhasil; Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat telah nyata hadir dalam persidangan maka sesuai Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Mediasi, telah diupayakan proses mediasi dengan Mediator yaitu ERIK ASWANDI, S.H.I., dan dari hasil laporan mediator tanggal 8 Oktober 2013, bahwa mediasi dinyatakan gagal; Menimbang, bahwa Penggugat di dalam surat gugatannya yang pada pokoknya tetap pada gugatannya dengan tambahan/perubahannya, oleh karenanya Majelis memandang tambahan/perubahan tersebut yang dilakukan secara lisan oleh Penggugat di muka persidangan dapat dibenarkan/diperbolehkan karena tidak bertentangan dengan asas-asas hukum sesuai dengan Pasal 127 Rv, perubahan gugatan merupakan hak yang diberikan kepada Penggugat jo. putusan kasasi Nomor 209 K/Sip/1970 tanggal 6 Maret 1971; Menimbang, bahwa sebelum mempertimbangkan pokok perkara terlebih dahulu perlu dipertimbangkan tentang ada tidaknya ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat; Menimbang, bahwa berdasarkan bukti (P) berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor : NOMOR, tanggal 8 Mei 2006 yang dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan Bunut Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu yang menerangkan telah terjadi pernikahan antara Penggugat dan Tergugat pada tanggal 15 April 2006 serta dikuatkan dengan keterangan para saksi telah terbukti bahwa Penggugat
16
dan Tergugat masih terikat dalam perkawinan yang sah, oleh karenanya Majelis Hakim menilai bahwa Penggugat dan Tergugat masih terikat dalam perkawinan yang sah sejak tanggal 15 April 2006; Menimbang, bahwa Penggugat telah mendalilkan kebahagiaan yang dirasakan Penggugat setelah berumah tangga dengan Tergugat hanya berlangsung sampai tahun 2007, ketenteraman rumah tangga Penggugat dengan Tergugat mulai goyah setelah antara Penggugat dengan Tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran secara terus menerus sejak tahun 2007 sampai dengan saat ini, yang penyebabnya antara lain, Tergugat tidak pernah menjadi contoh dan imam yang baik bagi Penggugat dan anakanak, Tergugat bersikap kasar dan keras terhadap Penggugat dan anak-anak, apabila berselisih sering melemparkan barang-barang yang berada disekitarnya seperti gelas, toples, telepon genggam, Tergugat sering mengatakan bahwa penggugat adalah penyebab pembawa sial, maka Tergugat harus pergi dari hidup Penggugat yaitu dengan pisah/cerai, Tergugat sangat senang berhura-hura, berjudi, minum-minuman keras, pergi ke cafe dan mempunyai banyak teman wanita, sejak tahun 2007 Tergugat tidak pernah memberikan nafkah, dan puncak dari percekcokkan terjadi pada bulan Desember 2010 yang menyebabkan Penggugat dan Tergugat sudah tidak pernah lagi menjalin hubungan; Menimbang, bahwa meskipun tidak ada sanggahan atau bantahan dari Tergugat, karena ketidakhadiran Tergugat akan tetapi karena perkara ini menyangkut perkara perceraian maka untuk memastikan gugatan Penggugat beralasan dan tidak melawan hak, maka Majelis Hakim menyatakan perlu memeriksa saksi-saksi dari pihak keluarga ataupun orang terdekat dengan Penggugat untuk mengetahui mengenai
kebenaran
adanya alasan perceraian yang didalilkan oleh Penggugat; Menimbang, bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 22 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, Majelis
17
Hakim telah mendengar keterangan dari pihak keluarga atau orang-orang terdekat dengan para pihak sebagai saksi, yaitu : SAKSI I sebagai kakak kandung Penggugat, dan SAKSI II sebagai teman dekat Penggugat yang masing-masing menerangkan dibawah sumpah bahwa Penggugat dan Tergugat sering berselisih dan bertengkar, dikarenakan Tergugat selalu berlaku dan berkata kasar kepada Penggugat, Tergugat suka minum minuman keras
dan main perempuan di cafe-cafe yang mengakibatkan sekarang
Pengguat dan Tergugat telah berpisah tempat tinggal sejak tahun 2010 dan selama pisah keduanya sudah tidak saling mengunjungi serta Tergugat tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat bahkan sejak tahun 2007 ; Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Penggugat di dalam persidangan serta didukung oleh keterangan para saksi dari pihak Penggugat, oleh karenanya Majelis Hakim menganggap dalil-dalil gugatan Penggugat telah terbukti menjadi alasan yang kuat serta dapat menjadi fakta yang tetap dan patut untuk dipertimbangkan; Menimbang, bahwa dari serangkaian hal-hal yang didalilkan oleh Penggugat dan dihubungkan dengan keterangan para saksi Penggugat tersebut cukup dapat mengungkap suatu fakta, yang dijadikan dasar untuk berkesimpulan dan berkeyakinan bahwa dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat benar-benar telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang berlarut-larut serta sulit untuk disatukan kembali sebagai suami istri, hal mana rumah tangganya sudah tidak harmonis yang tidak lagi dilandasi oleh rasa saling cinta dan saling mengasihi, oleh karenanya Penggugat dan Tergugat tidak mungkin lagi untuk dirukunkan dalam satu rumah tangga; Menimbang, bahwa dengan adanya perselisihan dan pertengkaran yang terjadi secara terus menerus antara Penggugat dan Tergugat dan tidak ada upaya dari masingmasing pihak untuk saling memperbaiki dan menyambungkan kembali rumah tangganya, sehingga mengakibatkan rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah rapuh dan terpecah serta sudah kehilangan makna dari perkawinan yang bertujuan untuk
18
mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawadah warahmah sebagaimana yang dikehendaki dalam Al-Qur’an surat Ar-Ruum : 21, yang berbunyi sebagai berikut; Artinya : “dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. Menimbang, bahwa dengan demikian alasan perceraian yang diajukan oleh Penggugat telah memenuhi ketentuan Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam. Hal ini Sesuai pula dengan pernyataan Ibnu Sina yang dikutip oleh Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqhu As- Sunnah Juz II Halaman 244, penerbit Dar Al-Kutub Al-‘Arabi, Beirut, cetakan V tahun 1983, yang diambil alih menjadi pertimbangan Majelis Hakim berbunyi sebagai berikut; وﺗﻨﻐﺼﺖ اﻟﻤﻌﺎﯾﺶ )اي اﻟﺨﻼف(ﻓﻜﻠﻤﺎ اﺟﺘﮭﺪ ﻓﻲ اﻟﺠﻤﻊ ﺑﯿﻨﮭﻤﺎ زاد اﻟﺸﺮ واﻟﻨﺒﻮ Artinya : “….. jika rumah tangga dipaksakan untuk tetap kumpul kembali dalam rumah tangganya,
maka
rumah
tangganya
akan
bertambah
buruk
dan
meruncingkan perselisihan, sehingga rumah tangganya akan bertambah suram”; Menimbang, bahwa disamping itu alasan tersebut telah sesuai dengan pendapat Pakar Hukum Islam yang terdapat dalam Kitab Fiqh Sunnah Juz II halaman 248 yang diambil alih menjadi pertimbangan Majelis Hakim yang berbunyi: ﻓﺈذا ﺛﺒﺘﺖ دﻋﻮاھﺎ ﻟﺪى اﻟﻘﺎﺿﻲ ﺑﺒﯿﻨﺔ اﻟﺰوﺟﺔ اواﻋﺘﺮاف اﻟﺰوج وﻛﺎن اﻹ ﯾﺬاء ﻣﻤﺎ ﻻ ﯾﻄﺎق ﻣﻌﮫ د وام اﻟﻌﺸﺮة ﺑﯿﻦ اﻣﺜﺎ ﻟﮭﻤﺎ وﻋﺠﺰ اﻟﻘﺎﺿﻲ ﻋﻦ اﻹﺻﻼح ﺑﯿﻨﮭﻤﺎ طﻠﻘﮭﺎ طﻠﻘﺔ ﺑﺎ ﺋﻨﺔ
19
Artinya : “Jika tuduhan didepan Pengadilan terbukti dengan keterangan istri atau karena pengakuan suami, sedangkan hubungan suami istri tidak dapat lagi diteruskan karena perbuatan suami yang menyakitkan, dan Pengadilan tidak mampu mendamaikan mereka, maka boleh dijatuhkan talak ba’in kepada istrinya” Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, maka gugatan Penggugat a quo telah beralasan dan tidak bertentangan dengan hukum, maka gugatan Penggugat dapat dikabulkan; Menimbang, bahwa pada persidangan pertama tanggal 17 September 2013 Tergugat hadir, dan pada sidang berikutnya hingga putusan ini dibacakan Tergugat tidak hadir atau mengirim wakil/kuasanya di depan persidangan, meskipun Tergugat telah dipanggil secara resmi dan patut, oleh karenanya perkara ini diperiksa dan diputus di luar hadirnya Tergugat (contradiktoir) selanjutnya isi putusan ini akan disampaikan kepada pihak Tergugat, sesuai dengan maksud Pasal 190 ayat (2) RBg; Menimbang, bahwa untuk terjaminnya tertib administrasi perceraian sebagaimana dimaksud Pasal 84 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Perdilan Agama yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahn kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, jo. Pasal 35 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975, dan Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 28/TUADA-AG/X/2002 tanggal 22 Oktober 2002, maka Majelis dapat memerintahkan Panitera untuk mengirimkan salinan putusan ini yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah tempat dilangsungkan perkawinan dan sesuai dengan bunyi maksud pasal tersebut; Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 89 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan UndangUndang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50
20
Tahun 2009, maka seluruh biaya yang timbul akibat perkara ini dibebankan kepada Penggugat; Mengingat segala ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta dalil syar'i yang berkaitan dengan perkara ini;
MENGADILI
1. Mengabulkan gugatan Penggugat; 2. Menjatuhkan talak satu ba'in shughra Tergugat (TERGUGAT) terhadap Penggugat (PENGGUGAT); 3. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Putussibau untuk mengirimkan salinan putusan ini yang telah berkekuatan hukum tetap kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan tempat pernikahan Penggugat dan Tergugat dilaksanakan dan kepada Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama Kecamatan yang mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat; 4. Membebankan kepada Penggugat membayar biaya perkara ini sebesar Rp1.091.000,(satu juta sembilan puluh satu ribu rupiah); Demikian diputuskan dalam rapat Permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan Agama Putussibau pada hari Selasa tanggal 29 Oktober 2013 M. bertepatan dengan tanggal 11 Zulkaidah 1434 H. oleh kami DARDA ARISTO, S.H.I. sebagai Ketua Majelis, ERIK ASWANDI, S.H.I. dan
TAUFIQUR RAKHMAN ALHAQ, S.H.I.
masing-masing sebagai Hakim Anggota, putusan mana pada hari itu juga diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum oleh Ketua Majelis dengan dihadiri oleh dua orang Hakim Anggota dan H. HASIM, S.H.I. sebagai Panitera Pengganti dengan dihadiri oleh Penggugat dan di luar hadirnya Tergugat;
21
HAKIM ANGGOTA :
KETUA MAJELIS
t.t.d
t.t.d
1. ERIK ASWANDI, S.H.I.
DARDA ARISTO, S.H.I.
t.t.d
2. TAUFIQUR RAKHMAN ALHAQ, S.H.I. PANITERA PENGGANTI t.t.d
H. HASIM, S.H.I.
Perincian Biaya Perkara : 1.
Biaya Pendaftaran
: Rp.
30.000,-
2.
Biaya Proses
: Rp.
50.000,-
3.
Biaya Panggilan Penggugat
: Rp.
50.000,-
4.
Biaya Panggilan Tergugat
: Rp.
950.000,-
5.
Biaya Redaksi
: Rp.
5.000,-
6.
Biaya Meterai
: Rp.
6.000,-
Jumlah
: Rp.
1.091.000,-