BAB III TINJAUAN KASUS Pada Bab III ini penulis akan menguraikan pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada Ny. S dengan chronic kidney disease. Asuhan keperawatan ini diberikan selama tiga hari yang dimulai pada hari senin tanggal 21 Mei 2007 sampai hari Rabu tanggal 23 Mei 2007 di ruang C3 lantai 2 RS. Dr. Kariadi Semarang. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan secara alloanamnesa dan autoanamnesa pada hari senin tanggal 21 Mei 2007 pukul 07.45 WIB di ruang C3 lantai 2 RS. Dr. Kariadi Semarang, telah diperoleh data sebagai berikut: A. Data Dasar Nama Ny. S, usia 42tahun, jenis kelamin perempuan, suku jawa, kebangsaan Indonesia, agama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan pegawai negeri, alamat mayaran Semarang. Pasien masuk RS. Pada tanggal 11 Mei 2007 pukul 20.30 WIB di ruang C3 lantai 2, nomer register 5522545, diagnosa medis saat pengkajian adalah chronic kidney disease. B. Riwayat Keperawatan Kurang lebih satu bulan yang lalu sebelum pengkajian klien sulit makan, diit hanya susu satu gelas dan satu sampai dua sendok nasi dikarenakan adanya pembengkakan pada bekas pemasangan AV Shunt, lalu oleh keluarga klien dibawa ke RSUP. Dr. Kariadi Semarang. Sudah satu tahun ini klien menderita gagal ginjal. Klien sering cuci darah (hemodialisa) di RSDK selama kurang lebih tiga bulan karena pasien tidak ada biaya, sehingga satu tahun terakhir ini tidak dilakukan hemodialisa tetapi melalui CAPD.
Keluarga klien (kakak klien) ada yang mempunyai penyakit seperti klien dan masih terus dalam masa pengobatan. Keluarga yang lain tidak ada yang mengalami penyakit berat seperti jantung, DM, Hipertensi, asma, dll. C. Pengkajian Fisik Setelah dilakukan pengkajian fisik pada Ny. S ditemukan data sebagai berikut: kesadaran apatis, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90x/menit, pernafasan 30x/menit, suhu tubuh 38,5ÂșC. Pada pengkajian kulit, turgor jelek, agak bersisik, terdapat oedem pada ekstrinitas atas dan bawah. Bentuk kepala mesocephal, terdapat oedem pada kedua pipi, pada hidung terpasang selang oksigen. Pada pengkajian mulut bibir agak kering dan agak kotor bentuk simetris. Pada leher tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroit, tidak ada distensi vena jugularis. Pada pengkajian dada secara inspeksi tidak tampak ictus cordis, bentuk dada simetris, Vocal fremitus kanan sama dengan kiri pada saat dilakukan palpasi. Terdengar suara sonor saat dilakukan perkusi. Pada auskultasi tidak terdengar adanya bising. Pada pengkajian abdomen secara inspeksi tampak simetris, peristaltic terdengar saat dilakukan auskultasi. Terdengar suara timpani saat dilakukan perkusi. Pada palpsi tidak didapatkan adanya distensi abdomen. Pengkajian pada ekstremitas didapat edema ekstremitas atasdan bawah. Adanya luka decubitus pada area bokong klien. Tidak ditemukan keluhan dan kelainan pada bagian tubuh lain yang telah disebutkan diatas. D. Pengkajian Pola Fungsional Pengkajian pola fungsional sangat penting untuk dilakukan karena pada pengkajian ini pasien dapat terkaji secara bio-psiko-sosial-kultural, sehingga perawat dapat
memberikan rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan lebih baik. Pengkajian ini meliputi sebelas jenis pengkajian yang akan terperinci sebagai berikut: Pada pengkajian pada kebutuhan nutrisi, sebelum masuk rumah sakit, pasien makan tiga kali sehari dan selalu menghabiskan porsi makananya. Pasien minum air putih delapan gelas sehari. Pasien mempunyai kebiasaan minum obat-obatan yang dijual bebas diwarung terutama obat penurun sakit kepala, pasien tidak biasa mengkonsumsi jamu. Klien juga sering mengkonsumsi bahan makanan seperti pete, jengkol. Selama dirawat di rumah sakit, asupan cairan dibatasi hanya satu gelas belimbing (250 ml) tiap hari. Pengkajian pola kebuituhan eliminasi didapakan bahwa sebelum masuk rumah sakit, pasien BAB satu kali sehari, feses semi padat, warna kuning keclokatan (data subyektif). BAK tiga kali sehari, urin kuning jernih sebanyak satu gelas belimbing dalam sehari tanpa menggunakn kateter. Setelah sakit klien BAB denagn Melena dan terpasang kateter dengan jumlah kurang lebih 300cc/hari. Selajutnya pada pengkajian pola aktivitas, sebelum masuk rumah sakit, paisen beraktivitas sehari-hari dengan mandiri tanpa adanya hambatan dan keluhan. Selamadirawat di rumah sakit, pasien hanya berbaring di tempat tidur. Pada pengkajian pola motorik dan kognitif, pola istirahat dan tidur, pola persepsi dan konsep diri, pola hubungan sosial, pola reproduksi dan seksual, pola mekanisme koping individu, dan pola nilai dan kepercayaan tidak ditemukan masalah dan keluhan yang berhubungan dengan penyaki yang diderita pasien saat ini. E. Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostic diperlukan untuk menegakkan diagnosa chronic kidney disease. Kadr ureum dan kreatinin menentukan tingkat keparahan chronic kidney
disease. Berikut ini adalah hasil pemeriksaan labolatorium pada Ny. S tanggal 20 Mei 2007 yang menunjukkan tanda Chronic kidney disease. Kadar urea 423 mg/dl dari dari normal 15,00-39,00 mg/dl. Creatinin 6,88 mg/dl dari normal 0,60-1,30mg/dl. Kalium 4,9mg/dl dari nilai normal 3,5-5,1mg/dl. F. Program Terapi Pada tanggal 03 juli 2006 pasien mendapatkan infuse NaCl 16 tetes/menit. Injeksi Ranitidin 6x1 ampul, injeksi OMZ 3x1 ampul, injeksi Kalnex 3x500mg. injeksi Nicholin 1x250mg intra vena pada pukul 10.00 dan 22.00 WIB. Obat per oral Asam Folat 3x1,B. complex 3x1. transfuse darah empat kantong/hari. G. Diagnosa Keperawatan Dalam pengkajian pada pasien yang dilakukan penulis selama tiga hari telah didapatkan diagnosa keperawatan ebrdasarkan data subyektif dan objektif dari pasien. Diagnosa keperawatan tersebut meliputi: 1. kelebihan volume airan berhubungan dengan kerusakan fungsi ginjal. Data subjektif yang didapatkan adalah keluarga klien mengatakan tangan dan kaki klien membangkak. Sedangkan data objektif yang didapatkan yaitu terdapatnya oedem pada ekstriminitas atas dan bawah, turgor kulit jelek, balance cairan +700cc. 2. intoleransi aktivitas erhubungan dengan kelemahan umum sekunder terhadap uremia dan anemia data subjektif yang didapatkan keluarga pasien mengatakan kondisi pasien semakin hari makin melemah. Sedangkan data objektif yang didapatkan yaitu keadaan umum pasien lemah, kesadaran Apatis, klien tidak amau bicara atau tidak ada komunikasi verbal, Hb: 6,60 gr%. 3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh brhubungan dengan mual, muntah dan anoreksia.
Data subjektif yang didapatkan adalah keluarga klien mengatakan klien tidak mau makan, hanya satu gelas belimbing susu yang diberikan keluarga klien. Sedangkan data objective yang didapatkan yaitu klien hanya minum satu gelas susu perhari, adanya penurunan BB dar 55 kg sekarang menjadi 45 kg. 4. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui Alkalosis Respiratorik. Data subjective yang didapatkan adalah keluarga pasien mengaakan pasien terlihat sesak nafas. Sedangkan data objective yang didapatkan yaitu pasien sesak, RR:30x/menit, adanya pemasangan O2 3liter, nafas dangkal dan adanya nafas cuping hidung. H. Perencanaan Untuk mengatsi masalah yang muncul dari diagnosa keperawatan diatas, intervensi atau rencana asuhan keperawatan yang akan diberikan pada Ny. S dengan chronic kidney disesase, adalah sebagai berikut: 1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan funsi ginjal. Tujuan yang ingin dicapai penilis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan masukan cairan secara bermakna intake lenih besar dari keluaran urin. Ditandai dengan nilai elektrolit serum dalam rentang normal. Inetrvensi untuk mengatasi masalah ini adalah pantau creatinin BUN serum, rujukan pasien keahli diit dalam bantuan merencanakan makanan untuk kebutuhan, modifikasi dalam protein, kalium, natrium dan kalori, jangan memberi obat-obatan sampai dianalisa, pantau tanda-tanda vital dan balance cairan. 2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum sekunder terhadap huremia dan anemia.
Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien membuat peringkat pengerahan tenaga. Ditandai dengan berkurangnya keluhan lelah, peningkatan keterlibatan pada aktivitas, frekuensi pernafasan dan frekuensi jantung kembali dalam rentang normal. Intervensi untuk mengatasi masalah ini adalah pantau pasien selama aktivitas terhadap tanda-tanda intoleransi aktifitas dan minta klien untuk merentangkan pengerahan yang dirasakan, konsul dokter blia keluhan kelelahan menetap, memungkinkan periode istirahat sepanjang hari, Bantu pasien dalam merancang periode istirahat, berikan obat anti emetic yang di programkan dan evaluasi efektifitasnya. 3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan Anoreksia tujuan yang ingin dicapai penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien mempunyai BB yang stabil, ditandai dengan Bb dalam batas normal, masukan makanan dalam keadaan pembatasan. Intervensi untuk mengatasi masalah ini adalah berikan makanan sedikit tapi sering, beri antiemetik bila perlu, kaji masukan diit, timbang BB tiap hari, tawarkan oral hygine. 4. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik. Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas tidak efektif dapat teratasi. Ditandai dengan pola nafas efektive, tidak hipoksia. Intervensi untuk mengatasi masalah ini adalah kaji status pernafasan, observasi pola nafas, frekuensi pernafasan, catat pengembangan dada dan posisi trakhea, pertahankan
posisi nyaman, beri periode istirahat dan lingkungan yang tenng, dorong menggunakan nafas bibir bila perlu, kolaborasi beri O2 tambahan bila perlu. I. Implementasi dan Respon Berikut ini merupakan implementasi keperawatan berdasarkan rencana asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada tanggal 21 dan 22 Mei 2007 sesuai diagnosa keperawatan yang muncul, yaitu: 1. kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi Ginjal intervensi untuk mengatsi masalah ini adalh pantau Creatinin BUN serum, rujukan pasien keahlian diit untuk penyuluhan diit dalam bantuan merencanakan makanan untuk kebutuhan, modifikasi dalam protein, kalium, natrium dan kalori, jangan memberi obat-obatan samapai dianalisa, pantau tanda-tanda vital dan balance cairan. 2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum sekunder terhadap uremia dan anemia. Inervensi untuk mengatasi masalah ini adalah pantau pasiem selama aktivitas terhadap tanda-tanda intoleransi aktifitas dan minta klien untuk merentang pengerahan yang dirasakan, konsul dokter bila keluhan kelelahan menetap, memungkinkan periode istirahat sepanjang hari, Bantu pasien dalam merancang periode istirahat, berikan obat yang diprogramkan dan evaluasi efektifitasnya. 3. perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dan Anoreksia. Intervensi untuk mengatasi masalah ini adalah berikan makanan sedikit tapi sering, berikan antiemetik bila perlu, kaji masukan diit, timbang BB tiap hari, tawarkanoral hygine. 4. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi sekunder, kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
Intervensi untuk mengatasi masalah ini adalah kaji status pernafasan, catat pengemanagn dada dan posisi trachea, pertahankan posisi nyaman, beri periode istirahat dan lingkungan yang tenang, dorong menggunakan nafas bibir bila perlu, kolaborasi O2 tambahan bila perlu. Selama dilakukan tindakan keperawatan diatas, respon yang didapatkan yaitu keluarga tidak begitu kooperatif serta antusias mengikuti penyuluhan hingga usai sebesar 50% dan mampu menjawab 50% pertanyaan evaluasi. J. Evaluasi Evaluasi merupakan tahap yang penting dalam proses keperawatan karena merupakan suatau tolak ukur keberhasilan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Berikut ini adalah evaluasi asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 22 hingga 23 Mei 2007, yang diperoleh hasil sebagai berikut: 1. pada tanggal 23 Mei 2007 pukul 10.45 WIB, evaluasi asuhan keperawatan pada diagnosa Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kerusakan fungsi Ginjal. Didapatkan keluarga pasien mengatakan badan klien masih bengkak. Dari datatersebut menunjukkan bahwa tujuan belum tercapai. Untuk itu, perencanaan yang dilakukan pada hari berikutnya meliputi: mengulang intrevensi: pantau Creatinin BUN serum, rujukan pasien keahlian diitutnuk penyuluhan diit dalam bantuan merencanakan makanan untuk kebutuhan, modifikasi dalam protein, kalium, natrium dan kalori, janganmemberi obat-obatan sampai dianalisa, pantau tanda-tanda vital dan balance cairan. 2. pada tanggal 23 Mei 2007 pukul 13.00 WIB, evaluasi asuhan keperawatan pada diagnosa intoleransi aktifitas erhubungan dengan
kelemahan umum sekunderv terhadap uremia dan anemia, didapatkan keluarga pasien mengatakan kondisi pasien mengatakan kondisi klien semakin lemah dari data tersebut menunjukkan bahwa tujuan belum tercapai. Untuk itu, perencanaan yang dilakukan pada hari berikutnya meliputi: mengulangi intervensi: pantau pasien selama aktivitas terhadap tanda-tanda intoleransi aktivits dan minta klien untuk merentang pengerahan yang dirasakan, konsul dokter bila keluhan kelelahan menetap, memungkinkan periode istirahat sepamnjang hari, Bantu pasien dalam merancang peride istirahat, berikan obat anti emetic yang diprogramkan dan evaluasi efektifitasnya. 3. pada tanggal 23 Mei 2007 pukul 12.30 WIB, evaluasi asuhan keperawatan pada diagnosa perubahanan nutrfisi kuarng dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah dab anoreksia, didapatkan keluarga pasien mengatakan klien tetap tidak mau makan dan minum. Dari data tersebut menunjukkan bahwa tujuan belum tercapai. Untuk itu, perencanaan yang dilakukan pada hari berikutnya meliputi: mengulangi intervensi: berikan makanan sedikit tapi sering, berikan antiemetik bila perlu, kaji masukan diit, timbang BB tiap hari, tawarkan oral hygine. 4. pada tanggal 23 Mei 2007 pukul 12.30 WIB, evaluasi asuhan keperawatan pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Hiperventilasi sekunder, kompensasi melalu Alkalosis respiratorik. Didapatkan keluarga pasien mengatakan pasien semakin sesak nafasnya.
Dari data tersebut menunjukkan bahwa tujuan belum tercapai. Untuk itu, perencanaan yang dilakukan pada hari berikutnya, yaitu mengulangi intervensi: kaji status pernafasan, observasi pola nafas, catat frekuensi pernafasan, catat pengembangan dada dan posisi trachea, pertahankan posisi nyaman, beri periode istirahat dan lingkungan yang tenang, dorong menggunakan nafas bibir bila perlu, kolaborasi beri O2 tambahan bila perlu.