STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA TN. S DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) STAGE IV DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
DI SUSUN OLEH:
WAHYU WIDODO NIM. P.10136
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA TN. S DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) STAGE IV DI RUANG MELATI RSUD Dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
WAHYU WIDODO NIM. P. 10136
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2013
i
KATA PENGANTAR Pujisyukur penulis panjatkan bagiTuhan Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
dengan
judul
“ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN : KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA TN. S DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG MELATI RSUDDr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN”. Dalam
penyusunan
KaryaTulis
Ilmiahini
penulis
banyakmendapatbimbingandandukungandariberbagai pihak, olehkarenaitupada kesempatanini penulismengucapkan terimakasih dan penghargaanyang setinggi – tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, Selaku Ketua Prodi Studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma HusadaSurakarta. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, Selaku SekretarisKetua Prodi D III Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untukdapat menimba ilmu diStikesKusuma Husada Surakarta. 3. Setiyawan, S.Kep., Ns.Selaku dosenpembimbing sekaligus sebagai penguji yang telahmembimbing dengancermat, memberi masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyamandalambimbingan serta memfasilitasidemi sempurnanyastudi kasus ini.
v
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
viii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................
6
C. Manfaat Penulisan ............................................................
7
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ..................................................................
8
B. Pengkajian ........................................................................
8
C. Perumusan Masalah Keperawatan ...................................
12
D. Perencanaan......................................................................
13
E. Implementasi ....................................................................
14
F. Evaluasi ............................................................................
16
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ......................................................................
v
19
B. Kesimpulan dan Saran......................................................
32
C. Saran ................................................................................
35
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Log Book Lampiran 3 Format Pendelegasian Pasien Lampiran 4 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 5 Asuhan Keperawatan Lampiran 6 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmia
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Wahyu Widodo
Tempat, Tanggal Lahir : Boyolali, 19 Januari 1992 Jenis Kelamin
: Laki - laki
Alamat Rumah
:Guwo, Kemusu, Boyolali
Riwayat Pendidikan
: 1.SDN 2 GUWO ( lulus pada tahun 1999 ) 2.SMPN 1 WONOSEGORO ( lulus pada tahun 2007 ) 3. SMAN 1 KEMUSU( lulus pada tahun 2010 ) 4. Pada saat ini masih menempuh program studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta
Riwayat Pekerjaan
:-
Riwayat Organisasi
: 1. Pramuka 2. OSIS ( Anggota ) 3. KARANG TARUNA INTAN PERTIWI GUWO
Publikasi
:-
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh dan berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin atau air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Meskipun sangat penting, seringkali kita lupa untuk merawatnya secara baik. Tingginya kasus penyakit di Indonesia terjadi akibat, kurangnya pengetahuan masyarakat untuk mencegah penyakit tersebut. Selain itu, terbatasnya sarana pelayanan kesehatan di puskesmas dan rumah sakit, serta kurangnya tenaga dokter spesialis yang bisa memeriksa dan menangani gangguan sejak dini (Nusantara, 2012). Penyakit
ginjal kronik kini telah menjadi persoalan serius bagi
kesehatan masyarakat di dunia.
Menurut WHO dan Global Burden of
Disease (GBD), penyakit ginjal dan saluran kemih telah menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya, hal ini berarti menduduki peringkat ke 12 tertinggi angka kematian atau peringkat tertinggi ke 17 angka kecacatan. Sedangkan menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative (KDOQI, 2005) diperkirakan 20 juta orang dewasa di Amerika Serikat mengalami penyakit ginjal kronik. Prevalensi penyakit gagal kronik (PGK) atau yang disebut juga Chronic Kidney Disease (CKD) meningkat setiap tahunnya.
1
2
Center for Disease Control (CDC) melaporkan bahwa dalam kurun waktu tahun 1999 hingga 2004, terdapat 16.8% dari populasi penduduk usia di atas 20 tahun, mengalami PGK. Persentase ini meningkat bila dibandingkan data pada 6 tahun sebelumnya, yakni 14.5%. Di negara - negara berkembang, insiden ini diperkirakan sekitar 40-60 kasus per juta penduduk per tahun. Di Indonesia, dari data di beberapa bagian nefrologi, diperkirakan insidens PGK berkisar 100-150 per 1 juta penduduk dan prevalensi mencapai 200-250 kasus per juta penduduk. Sedangkan data yang diperoleh dari RSUP H Adam Malik Medan, jumlah pasien yang menjalani hemodialisa pada tahun 2007 berjumlah 127 orang, tahun 2008 berjumlah 166 orang, serta bulan januari sampai februari tahun 2009 berjumlah 196 orang (Bakri, 2005). Chronic Kidney Disease (CKD) suatu sindrom klinis penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomelurus kurang dari 50 ml per menit (Suhardjono, 2004). Penyakit CKD atau Choronic Renal Failure (CRF) merupakan proses kontinyu yang dimulai katika terjadi kehilangan sebagian nefron yang tersisa sudah tidak lagi dapat bertahan hidup, selama periode ini dapat dikenali tiga stadium yang saling berhubungan yaitu insufisiensi renal, gagal ginjal dan uremenia (Kumar, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif
dimana
kemampuan
tubuh
tersebut
gagal
untuk
mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. CKD disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi
3
penyakit-penyakit yang dapat mengenai ginjal atau pasokan darahnya misalnya glomeluropati, hipertensi, diabetes. Pada gagal ginjal kronis (GGK) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium, magnesium, amino dan fosfat didalam darah semuanya akan mengalami peningkatan sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air akan menaikkan volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi (Berkowitz, 2012). Gangguan fungsi ginjal dapat dikelompokkan menjadi empat stadium menurut tingkat keparahanya, kondisi normal kerusakan ginjal dengan nilai Glomerular Filtration Rate (GFR) normal, ginjal berfungsi diatas 90%, nilai GFR diatas 90 ml per menit per 1,73m2. Stadium satu kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala yang mengganggu, ginjal berfungsi 60-86%, nilai GFR 60-86 ml per menit per 1,73m2. Stadium dua kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan, ginjal berfungsi 30-59%, nilai GFR 30-59 ml per menit per 1,73m2. Stadium tiga kerusakan berat, sudah tingkat membahayakan, ginjal hanya berfungsi 1529%, nilai GFR 15-29 ml per menit per 1,73m2. Stadium empat kerusakan parah harus cuci ginjal, funngsi ginjal kurang dari 15%, nilai GFR kurang dari 15 ml per menit per 1,73m2 (Alam Syamsir, 2007). Pada penderita CKD gangguan pemenuhan kebutuhan cairan akan menunjukkan beberapa tanda dan gejala,
mayor harus ada edema, kulit
tegang dan mengilap, minor yang mungkin ada asupan cairan lebih banyak daripada haluaran, sesak napas, penambahan berat badan (Carpenito, 2009). Keparahan kondisi bergantung pada tingkat kurusakan ginjal, kondisi lain
4
yang mendasari adalah usia pasien, maninfestasi kardio vaskuler diantaranya hipertensi, gagal ginjal kongestif, edema pulmonal, perikarditis, gejala - gejala dermatologis diantaranya gatal - gatal hebat atau proritus, serangan uremik karena pengobatan dini dan agresif, gejala gastrointestinal diantaranya anoreksia, mual, muntah dan cegukan, haus, rasa kecap logam dalam mulut, perubahan neuromuskuler perubahan tingkat kesadaran kecuali mental (Elizabeth, 2009). Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Terdapat sekitar 50 liter air dalam tubuh seseorang dengan berat badan 70 kg. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria usia lanjut. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra seluler dan cairan ekstra seluler (Gibson, 2004). Kelebihan volume cairan adalah kondisi dimana ketika individu mengalamai atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial, adapun batasan karakteristiknya mayor terdapat edema, kulit tegang dan mengilap, minor yang mungkin ada asupan cairan lebih banyak daripada haluaran, sesak napas, penambahan berat badan. Sedangkan kekurangan volume cairan adalah kondisi ketika individu yang tidak mampu
5
meminum cairan dan mengalami atau beresiko mengalami dehidrasi vaskuler, intertstesiel atau intraseluler (Carpenito, 2009). Berbagai literatur menyebutkan CKD disebabkan oleh salah satunya karena kerusakan nefron yang menyebabkan filtrasi cairan terganggu dan dapat menyebabkan penumpukan cairan dan
penimbunan produk sisa yang
bervariasi tergantung pada bagian ginjal yang sakit yang menyebabkan kerusakan nefron lebih lanjut. Nefron yang tersisa meningkatkan laju filtrasi, reabsorpsi dan sekresi, serta mengalami hipertrofi dalam proses tersebut. Sehinga dengan makin banyak nefron yang mati, nefron yang tersisa menghadapi tugas yang makin berat, sehinga nefron – nefron tersebut ikut rusak dan akirnya mati. Sebagian
dari siklus kematian ini tampaknya
berkaitan dengan tuntutan pada nefron yang ada untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Seiring dengan penyusutan progresif nefron, terjadi pembentukan parut dan penurunan aliran darah ginjal. Pelepasan renin meningkat dan bersama peningkatan beban cairan (Elizabeth, 2009). Berdasarkan hasil observasi di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, sebagian besar pasien dengan gagal ginjal kronis (GGK) mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan penulis menjumpai Tn. S dengan Chronic Kidney Disease (CKD) dengan keluhan utama kakinya bengkak dan data objektif kaki tampak bengkak,
pitting oedema derajad 2, keadaan
abnormal yang harus segera ditangani dan jika tidak segera ditangani akan menyebakan komplikasi yang serius salah satunya adalah komplikasi kardiovaskuler, penyakit vaskuler merupakan penyebab utama kematian pada
6
gagal ginjal kronik (Yasmine, 2007). Dengan adanya berbagai data diatas maka penulis tertarik melakukan Laporan Studi Kasus “Asuhan Keperawatan Kelebihan Volume Cairan pada Tn.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD) Stage IV di RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen”. B. Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum Melaporkan kasus gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada Tn.S dengan Cronic Kidney Desease (CKD) Stage IV di RSUD Dr. Soehadi Pijonegoro Sragen.
2.
Tujuan Khusus a.
Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
b.
Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
c.
Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
d.
Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
e.
Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan.
7
f.
Penulis
mampu
menganalisa
kondisi
gangguan
pemenuhan
kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan yang terjadi pada Tn.S.
C. Manfaat Penulisan 1.
Bagi penulis. Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya dibidang keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
2.
Bagi instansi pendidikan. Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD) dapat digunakan acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
3.
Rumah Sakit. Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
4.
Bagi profesi keperawatan. Hasil penulisan ini diharapkan
dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi dibidang keperawatan tentang asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
BAB II LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB, pada kasus ini dilakukan dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa, pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki. Pasien masuk pada tanggal 2 April 2013. Pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, bernama Tn.S, umur 47 tahun, beragama Islam, alamat Sidoharjo, Sragen, pendidikan
SD, pekerjaan
buruh, nomor register
2087xxx, dirawat di Ruang Melati RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, di diaknosa Dokter Chronic Kidney Disease (CKD). Yang bertanggung jawab kepada pasien adalah Ny.W, umur 43 tahun, pendidikan SD, pekerjaan Ibu rumah tangga, hubungan dengan pasien adalah sebagai seorang istri pasien.
B. Pengkajian Hasil dari pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah kedua kakinya bengkak. Riwayat penyakit sekarang pasien mengatakan dua hari sebelum diperiksa ke puskesmas tanggal 31 Maret 2013 kedua kakinya terasa berat dan bengkak dua hari kemudian tanggal 2 April 2013 pasien merasa sesak napas tidak dipengaruhi cuaca atau debu setelah itu pasien dibawa ke puskesmas oleh pihak puskesmas pasien dirujuk ke RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, di IGD
8
9
tanggal 2 April 2013 pasien mendapat terapi O2 3 liter per menit dengan canule nasal, infus RL 16 tetes per menit, injeksi Cefotaxime 2 mg, injeksi furosemide 10 mg dan tekanan darah 170/90 mmHg, frekuensi nadi 80 kali per menit, frekuensi respirasi 20 kali per menit, suhu 370C. Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi. Tetapi pernah memiliki riwayat penyakitdiabetes mellitus kurang lebih 2 tahun yang lalu, gagal ginjal semenjak 1,5 tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Riwayat keluarga, pasien mengatakan anak pertama dari 2 bersaudara menikah dengan Ny.W telah mempunyai 4 anak, anak Tn.S dan Ny.W semua laki – laki. Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit seperti yang di alaminya saat ini. Selain itu dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus, serta penyakit menular seperti TB paru dan HIV AIDS. Riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan lingkungan disekitar tempat tinggalnya bersih, ada pembuangan sampah tersendiri, dirumahnya terdapat ventilasi dan bebas dari polusi. Hasil pengkajian menurut Gordon, pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali per hari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk habis 1 porsi dan minum air putih dan teh ± 1500 cc per hari tidak ada keluhan saat makan. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari, kadang sering mual tetapi makan hanya habis ½ porsi sesuai diit yang telah diberikan oleh rumah sakit yaitu diit
10
ginjal rendah garam (NSRG) dan minum habis ± 600 cc per hari keluhan ketika makan kadang – kadang sering mual, berat badan 61 kg. Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan buang air kecil ± 4 - 5 kali per hari ± 600 cc berwarna kuning jernih, bau khas amoniak. Buang air besar 1 kali per hari dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau khas. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan buang air kecil 2 – 3 kali per hari, keluarga pasien mengatakan ± 500 cc berwarna kuning jernih, pasien juga mengatakan tidak ada keluhan saat buang air kecil. Buang air besar pasien mengatakan belum buang air besar selama dirawar di rumah sakit. Hasil pengkajian input dan output selama 24 jam dilakukan pada hari Senin tanggal 22 April 2013 didapatkan input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input
2350 cc.
Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss (dengan rumus 15 x berat badan pasien) hasil perhitungan 15 x berat badan yaitu 61 kg, hasilnya 915 cc, dan didapatkan hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan yaitu (input – autput) 2350 – 1415 = +935 cc. Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien mengeluh lemas. Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15, eye 4, verbal 5, motoric 6, tanda – tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 92 kali per menit, teratur dan kuat. Frekuensi pernafasan 28 kali per menit, teratur dan nafas dangkal, suhu 36,5°C. Pada pemeriksaan mata didapatkan palpebra tampak oedema. Pada pemeriksaan
11
hidung didapatkan terdapat sedikit sekret, terpasang terapi O2 3 liter per menit dengan canule nasal, kebersihan kurang. Pada pemeriksaan mulut didapatkan lidah kurang bersih, kebersihan mulut kurang, gigi berwarna sedikit kekuningan, kebersihan kurang. Telinga simetris kanan kiri, terdapat sedikit serumen, kebersihan cukup bersih. Pada pemeriksaan paru didapatkan saat dilakukan inspeksi diperoleh pengembangan paru tidak maksimal. palpasi didapatkan vokal fremitus kanan kiri sama, perkusi didapatkan sonor, auskultasi suara lapang paru vesikuler. Pada pemeriksaan jantung didapatkan inspeksi didapatkan ictus cordis tidak tampak, saat dilakukan palpasi didapatkan ictus cordis teraba di intercosta 5 sinistra, saat dilakukan perkusi didapatkan pekak, saat dilakukan auskultasi didapatkan bunyi jantung I bunyi jantung II murni atau lup dup. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi buncit, asites, auskultasi didapatkan bising usus 13 kali per menit, perkusi pekak, lien tidak teraba serta diperoleh distensi abdomen. Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan tangan sebelah kiri kekuatan otot penuh, terpasang infuse RL 20 tetes per menit, sebelah kanan kekuatan otot penuh, integritas kulit kurang baik, capillary refill kurang dari 2 detik. Ekstremitas bawah didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh, sebelah kanan kekuatan otot penuh, kedua ekstremitas bawah terdapat oedema, pitting oedema derajad 2, integritas kulit kurang baik, capillary refill lebih dari 2 detik. Kulit tidak kemerahan, integritas kulit kurang baik, warna mengkilat.
12
Pemeriksaan data penunjang foto rontgen thorax yang dilakukan tanggal 3 April 2013 didapatkan hasil kardiomegali dan oedema pulmo dan data laboraturium yang dilakukan pada tanggal 2 April 2013, yaitu hemoglobin 6,5 g/dl, (normal 12,2 – 18,1 g/dl); hematokrit 25,0%, (normal 37,7 – 53,7%); trombosit 292ribu/ul, (normal 150 – 450ribu/ul); kreatinin 8,27 mg/dl, (normal 0,6 – 1,1 mg/dl); ureum 79,9 mg/dl, (normal 10 – 50mg/dl). Hasil dari perhitungan Glomerular Filtrasi Rate (GFR) pada Tn.S didapatkan hasil 9,527, sehinga Tn.S masuk dalam stage 4. Selama diruang melati pasien mendapatkan terapi injeksi Ranitidine 25 mg tiap 12 jam, injeksi furosemid 10 mg tiap 6 jam, infus RL 20 tetes per menit, terapi oksigen 3 liter per menit dengan canule nasal.
C. Perumusan Masalah Keperawatan Berdasarkan
data
pengkajian
dan
observasi diatas,
penulis
melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan, ditandai dengan data subjektif pasien mengatakan minum habis ± 600 cc per hari, buang air kecil 2 – 3 kali per hari, keluarga pasien mengatakan ± 500 cc, buang air besar pasien mengatakan belum buang air besar selama dirawat di rumah, pasien juga mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data objektif ditandai dengan palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2, berat badan 61 kg, pemeriksaan laboratorium, hemoglobin 6,5 g/dl; hematokrit 25,0%; kreatinin 8,27 mg/dl, ureum 79,9 mg/dl dan balance cairan +935 cc, maka penulis merumuskan prioritas masalah keperawatan
13
gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan, dari hasil rumusan masalah penulis menegakkan diagnosa keperawatan
gangguan
pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan di ginjal.
D. Perencanaan Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema, input dan output seimbang, hasil pemeriksaan laboratorium dalam batas normal, hemoglobin (12,2 – 18,1 g/dl), hematokrit (37,7 – 53,7%), kreatinin (0,6 – 1,1 mg/dl), ureum (10 – 50 mg/dl). Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji tanda-tanda vital dengan rasional gejala hipotensi termasuk postural, takikardi, demam dapat menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan, kaji atau catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan rasional untuk mengetahui keseimbangan antara input dan output, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan dengan rasional agar cairan tidak berlebih, kolaborasi dengan tim laboratorium untuk pemeriksaan darah kreatinin, ureum, hemoglobin, hematokrit dengan rasional untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik dan siapkan hemodialisa dengan rasional untuk menyeimbangkan cairan tubuh.
14
E. Implementasi Tindakan keperawatan pada hari pertama yang dilakukan pada tanggal 22 April 2013 jam 11.00 WIB yaitu menjelaskan pembatasan cairan, supaya minum dikurangi, karena buang air kecilnya hanya sedikit, ditakutkan bengkak pada ke dua kaki bertambah besar, didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan paham dan mengerti, data objektif pasien tampak mengerti dibuktikan dengan menjelaskan kembali tentang apa yang disampaikan perawat. Jam 12.15 WIB mengkaji atau monitoring status cairan input dan autput dengan cara menimbang berat badan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data objektif berat badan 61 kg. Kemudian jam 13.00 WIB mengobservasi keadaan umum didapat respon subjektif pasien menggatakan kaki kiri masih terasa berat atau bengkak. Pada jam 14.15 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan 28 kali per menit, suhu 37°C. Kemudian pada jam 14.30 WIB mengkaji atau monitoring status cairan input dan output dengan cara mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan buang air kecilnya sedikit serta kedua kakinya bengkak, pitting oedema derajad 2, data objektif didapatkan didapatkan input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input
2350 cc. Output berasal dari buang air besar (tidak buang air
15
besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, dan didapatkan hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan +935 cc. Tindakan keperawatan pada hari kedua yang dilakukan pada tanggal 23 April 2013 jam 08.00 WIB yaitu mengobservasi keadaan umum pasien dengan respon subjektif pasien mengatakan ke dua kaki masih bengkak data objektif kaki masih oedema pasien terlihat berbaring, kemudian mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data objektif berat badan 61 kg. Kemudian pada jam 13.15 WIB memberikan terapi obat injeksi therapi dokter dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia di injeksi, data objektif injeksi furosemide 10 mg dan ranitidine 25 mg telah masuk melalui intravena. Pada jam 13.45 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C. Kemudian pada jam 14.00 WIB mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan buang air kecilnya lumayan banyak serta kedua kakinya masih bengkak, pitting oedema derajad 2, data objektif makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar ( tidak buang air besar ) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari ketiga tanggal 24 April 2013 jam 08.00 WIB yaitu mengkaji status cairan dengan menimbang
16
berat badan didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data objektif berat badan 60 kg. Kemudian pada jam 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 79 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit, suhu 36,5°C. Kemudian pada jam 14.00 WIB mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan buang air kecilnya sedikit serta kedua kakinya masih bengkak, pitting oedema derajad 2, data objektif makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar 150 cc, buang air kecil 200 cc, insensible water loss 900 cc, Input 1450 cc, output 1250 cc, balance cairan +200 cc.
F. Evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian dilakukan evaluasi pada hari Senin tanggal 22 April 2013 jam 14.00 WIB, dengan metode SOAP yaitu pasien mengatakan kedua kakinya bengkak ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 92 kali per menit,
pernafasan 28 kali per menit, suhu 37°C. berat badan 61 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input
2350 cc.
Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, dan didapatkan hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan +935. Hal ini menyatakan
17
masalah keperawatan belum teratasi, maka intervensi dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji atau catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 10mg). Evaluasi pada hari kedua, Rabu tanggal 23 April 2013 jam 14.30 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah150/90 mmHg,
nadi 85 kali per
menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 61 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input cairan melalui makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar (tidak buang air besar) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc. Hal ini menyatakan pada hari kedua masalah keperawatan belum teratasi, maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 20mg). Evaluasi pada hari ketiga, Kamis tanggal 24 April 2013 jam 14.00 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 60 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, pemasukan cairan melalui makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc,
buang air besar
18
(tidak buang air besar) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc. Hal ini menyatakan pada hari ketiga masalah keperawatan belum juga teratasi, maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji atau catat penggunaan cairan terutama pemasukan
dan
pengeluaran,
lanjutkan
pemberian
terapi
diuretic
(furosemide 40mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit satu minggu sekali.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Tn.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD) di ruang Melati RSUD Dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Ginjal adalah salah satu organ utama sistem kemih atau uriner (tractus urinarius) yang bertugas menyaring dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Seperti diketahui, setelah sel-sel tubuh mengubah makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil sampingan dari preoses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracuni tubuh. Sebagian dibuang melalui usus sebagai tinja, sebagian bersama ginjal sebagai urin, dan sisanya dibawa kulit sebagai keringat (Hadibroto, 2007). Chronic Kidney Desease (CKD) suatu sindrom klinis penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomelurus kurang dari 50 ml per menit (Suhardjono, 2004). CKD merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dimana
kemampuan
tubuh
tersebut
gagal
untuk
mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehinga terjadi uremia.
19
20
CKD disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi penyakit-penyakit yang dapat mengenai ginjal atau pasokan darahnya misalnya glomeluropati, hipertensi, diabetes. Pada gagal ginjal kronis (GGK) yang sudah lanjut kadar natrium, kalium, magnesium, amino dan fosfat didalam darah semuanya akan mengalami peningkatan sementara kadar kalsium menurun. Retensi natrium dan air akan menaikkan volume intravaskuler yang menyebabkan hipertensi (Berkowitz, 2012).
1. Pengkajian Pengkajian dilakukan secara komprehensif pada Tn.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD) pada tanggal 22 April 2013 dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa. Data yang diperoleh penulis pada pengkajian riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan pasien adalah kedua kakinya bengkak. Bengkak pada kedua kaki pasien disebabkan akibat kegagagalan ginjal untuk mengekskresikan cairan sehingga cairan tetap menumpuk di semua rongga yang ada di tubuh manusia, akibat pertambahan volume cairan interstisial (Horne M, 2009). Riwayat penyakit sekarang, pasien datang dengan keluhan kedua kakinya bengkak dan sesak nafas. Penumpukan cairan pada rongga paru yang mengakibatkan sesak nafas akibat ekspansi paru tidak maksimal, penumpukan cairan pada jaringan palpebra akan mengakibatkan palpebra edema, edema terjadi akibat dari pertambahan volume cairan interstisial dan di artikan sebagai bengkak yang dapat teraba dari ruang iterstisial yang terlokasi (Horne M, 2009).
21
Hasil pengkajian tentang pola nutrisi dan metabolisme didapatkan selama sakit Tn.S kadang-kadang sering mual, hal ini diakibatkan oleh penumpukan limbah dalam darah atau yang disebut dengan uremia, terjadi karena fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan ginjal untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan serta elektrolit terganggu (Bruner & Suddart, 2009). Diit yang dianjurkan rumah sakit adalah nasi rendah garam (NSRG). Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Almatsier, 2004). Sedangkan selama sakit pasien mengatakan buang air kecil 2 – 3 kali per hari, keluarga pasien mengatakan ± 500 cc berwarna kuning jernih. Buang air besar pasien mengatakan belum pernah buang air besar. Nilai urin normal adalah 1200-1500 cc per 24 jam (Kozier, 2009). Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah. Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15, eye 4, verbal 5, motoric 6, tanda-tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, teratur dan kuat. Pernafasan 28 kali per menit, teratur dan nafas dangkal, suhu 36,5°C. Pasien Chronic Kidney Desease (CKD) selalu mengalami tekanan darah tinggi disebabkan oleh kelebihan cairan (hipervolemia) dan peningkatan produksi suatu zat yaitu renin (Yasmine, 2007). Edema biasanya merupakan bukti paling nyata pada gagal ginjal, penumpukan cairan pada rongga paru yang mengakibatkan sesak nafas akibat ekspansi paru tidak maksimal, sehinga
22
alat bantu napas oksigen sangat membatu pasien pada gagal ginjal yang mengalami sesak napas, penumpukan cairan pada jaringan palpebra akan mengakibatkan palpebra edema, edema atau penumpukan cairan diakibatkan kebocoran abnormal cairan dari plasma keruang interstisial dengan melintasi kapiler dan kegagalan linfatik untuk mengembalikan cairan dari interstisial ke dalam darah (Horne M, 2009). Ekstermitas bawah pada kedua kaki mengalami edema atau bengkak, pitting edema derajad 2, Tn.S mengalami pitting edema derajad 2 karena kedalamanya ±3 mm kembali kurang dari 5 detik, rentan nilai derajat edema 2 : kedalaman 3 – 5 mm dan kembali normal kurang dari 5 detik, edema adalah penumpukan cairan yang berlebihan dikarenakan peningkatan permeabilitas
kapiler
(Desideswita,
2011).
Bengkak
pada
kaki
menyebabkan kulit terlihat mengkilat dan integritas kulit kurang baik, kulit terlihat kekuning-kuningan akibatkan penimbunan urokrom (Suhardjono, 2004). Perut mengalami asites atau membesar disebabkan akibat kegagagalan ginjal untuk mengekskresikan cairan sehingga cairan tetap menumpuk di semua rongga yang ada di tubuh manusia, akibat pertambahan volume cairan interstisial (Horne M, 2009). Pengkajian input dan output selama 24 jam dilakukan pada hari Senin tanggal 22 April 2013 didapatkan input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input
2350 cc.
Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss (dengan rumus 15 x berat badan pasien) hasil
23
perhitungan
15 x berat badan yaitu 61 kg, hasilnya
915 cc,
dan
didapatkan hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan yaitu (input – autput) 2350 – 1415 = +935 cc. Didapatkan balance cairan diatas batas normal, sedangkan rentang normal balance cairan adalah +/-100, pasien tersebut mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan (Andry, 2008). Pemeriksaan data penunjang foto rontgen thorax yang dilakukan tanggal 3 April 2013 didapatkan hasil kardiomegali dan oedema pulmo dan data laboraturium yang dilakukan pada tanggal 2 April 2013, yaitu hemoglobin 6,5 g/dl, (normal 12,2 – 18,1 g/dl); Eritrosit 2,96 juta/ul, (normal 4,04 – 6,13 juta/ul); hematokrit 25,0%, (normal 37,7 – 53,7%); kreatinin
8,27 mg/dl, ( normal 0,6 – 1,1mg/dl); ureum 79,9 mg/dl,
(normal 10 – 50mg/dl). Kadar ureum darah normal adalah 20 mg/dl sampai 40 mg/dl setiap 100 cc darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Ginjal juga memproduksi hormon eritropoetin yang berfungsi mematangkan sel darah merah, gangguan pada ginjal menyebabkan penderita mengalami anemia karena hemoglobin menurun (Bauhman Diane, 2009). Pada pemeriksaan laboratorium semua elemen darah akan terjadi penurunan, jika kedua ginjal terkena, tanda gejala gagal ginjal akan muncul. Selain itu, gangguan fungsi ginjal akan menyebabkan penurunan sel darah, hematokrit serta penurunan kadar
hemoglobin sehinga
24
menyebabkan anemia. Keadaan itu kemudian akan membebani ginjal itu sendiri. Hal lain yang juga terjadi jika fungsi ginjal tergangu adalah terjadi penumpukan bahan-bahan beracun seperti ureum dan nitrogen yang merupakan pecahan protein, yaitu suatu keadaan yang disebut sindroma uremia, sehingga pada gagal ginjal ureum akan mengalami peningkatan (Farid Aziz, 2008). Sedangkan hematokrit mengukur volume persentase darah lengkap yang terdiri dari sel darah merah (SDM). Karena hematokrit mengukur persentase sel-sel yang berhubungan dengan plasma, maka meningkat atau menurunnya hematokrit akan dipengaruhi oleh perubahan volume plasma. Sedangkan gangguan ginjal mengkompensasi kehilangan volume dengan menahan natrium dan air maka akan tejadi perpindahan cairan dan cairan interstisial ke dalam plasma sehinga hematokrit akan mengalami penurunan (Bauhman Diane, 2009). Sedangkan
kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan
kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang mengalami Chronic Kidney Desease (CKD). Kadar kreatinin pada seseorang maksimal 1,6 mg/dl. (David R, 2005). Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehinga terjadi uremia. CKD disebabkan oleh berbagai keadaan, meliputi penyakit-
25
penyakit yang dapat mengenai ginjal atau pasokan darahnya misalnya glomeluropati, hipertensi, diabetes (Suhardjono, 2004). Perhitungan Glomerular Filtrasi Rate (GFR) pada Tn.S dengan rumus (140 – Usia) x berat badan, dibagi 72 x Scr atau kadar kreatinin serum, sehingga didapatkan hasil (140 – Usia 47 tahun) x berat badan 61 hasilnya, 5673, dibagi perhitungan dari 72 x Scr atau kadar kreatinin serum 8,27 mg/dl, hasilnya 595,44 dan didapatkan hasil dari pembagian 5673 : 595,44 = 9,527. Gangguan fungsi ginjal dapat dikelompokkan menjadi empat stadium menurut tingkat keparahanya, kondisi normal kerusakan ginjal dengan nilai glomerular filtration rate (GFR) normal, ginjal berfungsi diatas 90%, nilai GFR diatas 90 ml per menit per 1,73m2. Stadium satu kerusakan ginjal ringan dengan penurunan nilai GFR, belum terasa gejala yang mengganggu, ginjal berfungsi 60-86%, nilai GFR 60-86 ml per menit per 1,73m2. Stadium dua kerusakan sedang, masih bisa dipertahankan, ginjal berfungsi 30-59%, nilai GFR 30-59 ml per menit per 1,73m2. Stadium tiga kerusakan berat, sudah tingkat membahayakan, ginjal hanya berfungsi 15-29%, nilai GFR 15-29 ml per menit per 1,73m2. Pada Tn.S hasil yang didapatkan dari perhitungan GFR kurang dari 15% karena hanya 9,5% dan dapat dikatakan masuk dalam stadium empat kerusakan parah harus cuci ginjal, funngsi ginjal kurang dari 15%, nilai GFR kurang dari 15 ml per menit per 1,73m2 (Alam Syamsir, 2007).
26
2. Perumusan Masalah Keperawatan Berdasarkan data pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan, ditandai dengan data subjektif pasien mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data objektif ditandai dengan palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2, pemeriksaan laboratorium, kreatinin 8,27 mg/dl, ureum 79,9 mg/dl dan balance cairan +935 cc, maka penulis merumuskan prioritas masalah keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan, dari hasil rumusan masalah penulis menegakkan diagnosa keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan di ginjal. Pada kasus yang dialami Tn.S terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan cairan khususnya adalah kelebihan volume cairan, Kelebihan volume cairan kondisi dimana ketika individu mengalamai atau beresiko mengalami kelebihan beban cairan intraseluler atau interstisial (Carpenito, 2009). Penulis
memprioritaskan
diagnosa
gangguan
pemenuhan
kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan di ginjal dengan alasan mengacu pada pengertian Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Berkowitz, 2012).keadaan abnormal yang harus segera ditangani dan jika
27
tidak segera ditangani akan menyebabkan komplikasi yang serius salah satunya adalah komplikasi kardiovaskuler, penyakit vaskuler merupakan penyebab utama kematian pada gagal ginjal kronik (Yasmine, 2007).
3. Intervensi Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kebutuhan dan respon pasien, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable (dapat diukur), acceptance, rasional dan timing. Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil yaitu pada diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan di ginjal mempunyai tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, tindakan keperawatan selama 3x24 jam dilakukan
karena kelebihan volume cairan pada gagal ginjal
dapat menyebabkan kelemahan, kehilangan kesadaran dan bahkan koma seringkali ditandai iritasi neurologis komplikasi tersebut dapat timbul secara tiba-tiba contohnya kehilangan kesadaran, maka dari itu penanganan selama 3x24 jam sangat dibutuhkan (Yasmine, 2007). diharapkan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema keseimbangan antara input dan output, hemoglobin dalam batas normal (12-15,6 g/dl) hematokrit dalam batas normal (33-45%), kreatinin dalam batas normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal (10 – 50 mg/dl)
28
untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. Intervensi yang dibuat sesuai dengan teori pada buku Rencana Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes mengacu pada gangguan kebutuhan cairan khususnya kelebihan volume cairan intervensi yang dibuat sesuai kasus yang mengacu pada kebutuhan dasar pasien adalah tindakan keperawatan tersebut adalah mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan, untuk mengetahui perkembangan status cairan yang dialami oleh pasien. Mengkaji/mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, untuk mengetahui keseimbangan antara input dan output, Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, cairan dalam tubuh perlu diperhatikan agar tidak terjadi penumpukan. Perlu diingat bahwa makanan berkuah tetap dihitung sebagai cairan, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik golongan diuretik yang berfungsi untuk mengurangi oedema dan hipertensi ringan sampai sedang (Joyce L, 2003).
4. Implementasi Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya. Didapatkan hasil implementasi padaTn.S hari pertama dan kedua berat badan 61 kg, tetapi menurun pada hari ketiga yaitu 60 kg. Berat badan menurun menunjukan makin membaiknya
29
kondisi pasien (Doengoes, 2006). Pemasukan cairan salah satunya adalah pemberian infus RL% sekaligus sebagai terapi. Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, cairan dalam tubuh perlu diperhatikan agar tidak terjadi penumpukan. Perlu diingat bahwa makanan berkuah tetap dihitung sebagai cairan. Makan
makanan
yang
mengandung
sodium
yang
tinggi
dapat
menyebabkan haus, sebaiknya makanan yang dikonsumsi sedikit mengandung sodium atau garam (Tuti KA, 2003). Kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik. Pemberian terapi furosemide, injeksi furosemide adalah golongan diuretik yang berfungsi untuk mengurangi oedema dan hipertensi ringan sampai sedang (Doengoes, 2006). Furosemide merupakan diuretik kuat (loop/highceiling) bekerja pada ansa henle dengan menghambat transport klorida terhadap natrium kedalam sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif). Garam natrium dan air akan keluar bersama dengan kalium, kalsium dan magnesium (Joyce L, 2003). Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan
secara
komprehensif
dengan
acuan
Rencana
Asuhan
Keperawatan (Doengoes, 2006) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan data hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Ny.S belum teratasi.
30
5. Evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian dilakukan evaluasi pada hari Senin tanggal 22 April 2013 jam 14.00 WIB, dengan metode SOAP yaitu pasien mengatakan kedua kakinya bengkak ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan 28 kali per menit, suhu 37°C. berat badan 61 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1500 cc, sehingga didapatkan hasil input
2350
cc. Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, dan didapatkan hasil output 1415 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan +935. Hal ini menyatakan masalah keperawatan belum teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif
belum mencapai kriteria hasil yang telah
diharapkan, hal ini disebabkan oleh gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit (Berkowitz, 2012). Maka intervensi dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji atau catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 10mg). Evaluasi pada hari kedua, Rabu tanggal 23 April 2013 jam 14.30 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 61 kg,
31
kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input cairan melalui makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar (tidak buang air besar) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc. Hal ini menyatakan pada hari kedua masalah keperawatan belum teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif belum mencapai kriteria hasil yang telah didapatkan, hal ini disebabkan oleh gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu (Berkowitz, 2012). Maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 20mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit. Evaluasi pada hari ketiga, Kamis tanggal 24 April 2013 jam 14.00 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 85 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 60 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, pemasukan cairan melalui makan 250 cc, minum 200 cc, infus 1000 cc, buang air besar (tidak buang air besar) buang air kecil 500 cc, insensible water loss 915 cc, Input 1450 cc, output 1415 cc, balance cairan +135 cc.
32
Hal ini menyatakan pada hari ketiga masalah keperawatan belum juga teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif
belum
mencapai kriteria hasil yang telah didapatkan, hal ini disebabkan oleh gangguan fungsi renal yang progresif dimana kemampuan tubuh tersebut gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu (Berkowitz, 2012). Maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit.
B. Simpulan Simpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Ny.S dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sebagai berikut : 1.
Pengkajian didapatkan hasil kedua kakinya bengkak, pasien tampak lemah palpebra tampak oedema, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan 28 kali per menit, Suhu 36,5°C, kreatinin 8,27 mg/dl, ureum 79,9 mg/dl, Pola nutrisi dan metabolisme, selama sakit pasien mengatakan makan 3 kali sehari, kadang sering mual, makan hanya habis ½ porsi sesuai diit yang telah diberikan oleh rumah sakit yaitu diit ginjal rendah garam (NSRG) dan minum habis ± 600 cc per hari. Pola eliminasi, selama sakit pasien mengatakan buang air kecil per
33
hari ± 400 cc berwarna kuning jernih. Buang air besar 1 kali per hari dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau khas, balance cairan +935cc. 2.
Perumusan masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut data subjektif pasien mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data objektif ditandai dengan palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2, tekanan darah darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan 28 kali per menit, Suhu 36,5°C, kreatinin 8,27 mg/dl, ureum 79,9 mg/dl, (meningkat) balance cairan +855 cc. Dari perumusan data di atas maka dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan di ginjal.
3.
Tujuan dilakukan intervensi keperawatan adalah
setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema kesimbangan antara input dan output, hemoglobin dalam batas normal (12-15,6 g/dl) hematokrit dalam batas normal (33-45%), kreatinin dalam batas normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal (10 – 50 mg/dl). Intervensi keperawatan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan, dan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik.
34
4.
Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis pada tanggal 22 sampai 24 April 2013 adalah mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan, mengkaji atau mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan, menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, dan mengkolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit.
5.
Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada tanggal 22 sampai 24 april 2013 sudah dilakukan secara komprehensif, serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Tn.S belum teratasi.
6.
Tanda dan gejala pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang sesuai dengan teori, tidak semuanya muncul pada pasien kelolaan penulis tetapi pada dasarnya tanda dan gejala yang muncul sama dengan pasien yang ada di klinik. Tanda dan gejala yang muncul pada Tn.S adalah bengkak pada kedua kaki, palpebra tampak oedema, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 92 kali per menit, pernafasan 28 kali per menit, Suhu 36,5°C, kreatinin 8,27 mg/dl, ureum 79,9 mg/dl. Dalam menegakkan diagnosa medis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Walaupun tanda dan gejala pasien pengelolaan penulis tidak muncul semua sesuai didalam
35
teori, diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) padaTn.S dapat dipastikan karena tanda dan gejala yang ada pada Tn.S sesuai dengan konsep teori dan didukung dengan pemeriksaan laboratorium dan rontgen.
C. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD), penulis akan memberikan usulan dan masukan positif khususnya dibidang kesehatan antara lain : 1.
Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien serta rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien Chronic Kidney Disease (CKD) khususnya.
2.
Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan
asuhan
keperawatan
serta
memberikan
pelayanan
profesional dan komprehensif pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD). 3.
Bagi institusi pendidikan
36
Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aida Yaida, Suharjono, (2004), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, Ed 3, FKUI. Almatsier Sunita, (2004) Penuntun Diet , Gramedia Pustaka IKAPI, Jakarta. Aziz Farid M, Witjaksono Juliyanto, (2008), Panduan Pelayanan medik; editor Imam Rasjidi, EGC, Jakarta Bakri, (2005), htt://Presentase Gagal Ginjal, Abstrak, google cendikia.com, httpscholar.google.co.idscholarq=penyakit+abstrak+gagal+ginjal+kro nis&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5, Diakses, tanggal, 19 April 2013. Baughman, Diane C, (2009), Keperawatan Medikal Bedah, Alih Bahasa Yasmin Asih, EGC, Jakarta. Berkowitz, Aaron, (2012), Lekture Note Patofisiologi Klinik; Contoh Khasus Klinis, EGCJakarta. Burunner dan Suddarth, (2009), Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku untuk, penulis Dianel, Joann C editor Monika, EGC, Jakarta. Caerpenito, Lyndia Jual, (2009), Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada praktek klinik, Ed 9 Jakarta. Elizabet J, Crowin, (2009), Patofisiologi; Buku Saku, ED 3 EGC, Jakarta. Farid Aziz dan Julianto Witjaksono, (2008), Panduan Pelaksanaan Medik : Model Interdisiplin Pernatalaksanaan Kangker Servik dengan gengguan Ginjal, EGC, Jakarta. Gibson Jhon, (2004), Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat, Ed 32. EGC, Jakarta Hadibroto iwan, Alam syamir. (2007) Gagal Ginjal, Gramedia Pustaka Utama, IKAPI Jakarta. Horne, Mima M, (2009), Keseimbangan Cairan, Elektrolit dan Asam basa, Ed. 2, EGC, Jakarta. Kozier dan Berman Audarli, (2009), Buku Ajar Keperawatan Klinis. Alih bahasa, Eny Mellia, Editor alih bahasa Fruriolina, Ed.5, EGC, Jakarta.
Nusantara
Yogi, (2013) Aplikasi Informasi Penyakit Ginjal, htt://scholar.google.co.id/scolar, Diakses tanggal, 29 April 2012.
Potter Patrisia A, (2005), Buku Ajar Funda Mental Keperawatan; konsep proses dan praktek. Edisi, 4 EGC, Jakarta. Sabiston, David C,(2009) Buku Ajar Bedah, EGC, Jakarta. Suhardjono, (2004), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Ed.3, Koordinator Prof.Dr, Arjmo Tjokronegoro,Ph D, Sp dan Dr. Hendra Utam, SpFK. Cetakan oleh Gaya Baru Jakarta. Yasmine Elizabeth, (2009), At a Glance Sistem Ginjal, edition laguage by blackwell, Amalia Safitri, penerbit Erlangga, EGC, Jakarta.