STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.E DENGAN GASTROENTERITIS DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
HESTI WAHYUNINGSIH NIM. P.09025
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN VOLUME CAIRAN PADA An.E DENGAN GASTROINTESTINAL DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
HESTI WAHYUNINGSIH NIM. P.09025
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: HESTI WAHYUNINGSIH
NIM
: P. 09025
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
KEBUTUHAN An.E
VOLUME
DENGAN
PEMENUHAN
CAIRAN
PADA
GASTROENTERITIS
DI
RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta,
April 2012
Yang membuat Pernyataan
HESTI WAHYUNINGSIH NIM. P. 09025
ŝŝ
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama
: HESTI WAHYUNINGSIH
NIM
: P. 09025
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
KEBUTUHAN An.E
VOLUME
DENGAN
PEMENUHAN
CAIRAN
PADA
GASTROENTERITIS
DI
RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan
: Surakarta
Hari / Tanggal
: 28 April 2012
Pembimbing : Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns NIK. 201187086
ŝŝŝ
(…………………….)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: HESTI WAHYUNINGSIH
NIM
: P. 09025
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
KEBUTUHAN An.E
VOLUME
DENGAN
PEMENUHAN
CAIRAN
PADA
GASTROENTERITIS
DI
RUANG MELATI RSUD KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan Hari / Tanggal
: Surakarta : 28 April 2012
DEWAN PENGUJI Penguji I Penguji II Penguji III
: Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns. (…………………….) NIK. 201187086 : Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns. (…………………….) NIK.200179001 : Tyas Ardi S. S.Kep.,Ns. (…………………….) NIK.201185077
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns. NIK. 201084050 ŝǀ
ǀ
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.E dengan Gastroentritis di ruang melati rumah sakit umum daerah Karanganyar”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Keperwatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Stikes Kusuma Husada Surakarta. Terwujudnya Karya Tulis Ilmiah ini tentunya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapakan terimakasih kepada : 1. Setiyawan ,S.Kep.,Ns , selaku Ketua Prodi studi DIII Keperawatan yang telah memeberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns , selaku Sekretaris Ketua Prodi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarata. 3. Mushlihah Muliana Utami, S.Kep.,Ns. selaku pembimbing yang selalu memberikan pengarahan dan dukungan kepada penulis. 4. Diyah Ekarini, S.Kep.,Ns. selaku penguji I yang memberikan pengarahan kepada penulis.
v
5. Tyas Ardi Suminarsis, S.Kep.,Ns. selaku penguji II yang memberikan saran dan kritik kepada penulis. 6. Seluruh dosen Stikes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Direktur RSUD Karanganyar yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan studi kasus Asuhan Keperawatan di ruang flamboyan RSUD Karanganyar. 8. Alm Ayah (Kawanto) dan Bunda (Wiji Lestari) yang tercinta yang tiada hentihentinya selalu memberikan do’a, kasih sayang, bimbingan, semangat, dukungan moral maupun materi kepada penulis untuk menyelesaikan Karya Tulis ini. 9. Semua keluarga besarku : kakek, nenek, pakde, bukde, paman, bibi, semua yang
telah
baik
dan selalu
memberikan
keceriaan.terutama
budhe
(Sumiati.Spd) yang telah meluangkan waktunya untuk mencarikan kampus terbaik buat penulis. 10. Rekan-rekan senasib seperjuangan yang selalu mendukung dan membantu dalam setiap permasalahan dan penyelesaian Karya Tulis ini. 11. Semua pihak yang terkait yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Harapan penulis semoga Karya Tulis ini dapat memberikan manfaat kepada penulis sendiri maupun kepada para pembaca. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan didalamnya.
vi
Oleh karena itu. Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Wasalamualaikum Wr. Wb
Surakarta, 30 April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................ i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .....................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................
v
DAFTAR ISI ............................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Tujuan Penulisan .....................................................................
5
C. Manfaat Penulisan ...................................................................
6
BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien .........................................................................
8
B. Pengkajian ..............................................................................
8
C. Perumusan Masalah Keperawatan ...........................................
13
D. Perencanaan Keperawatan .......................................................
13
E. Implementasi Keperawatan .....................................................
15
F. Evaluasi Keperawatan .............................................................
17
BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan ............................................................................
19
B. Simpulan .................................................................................
25
viii
C. Saran ....................................................................................... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ix
27
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup 2. Look Book 3. Lembar Pendelegasian 4. Surat Keterangan Praktek 5. Lembar Konsul
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Diare merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab utama keskitan dan kematian anak di indonesia berkembang. Diperkirakan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita terutama pada anak dua tahun pertama kehidupan. Diare masih banyak terjadi di dunia dan menyebabkan 4% kematian pada anak. Di Indonesia angka morbiditas diare pada anak mencapai 60%-80% dan setiap anak mengalami diare rata-rata 1,6-2 kali setahun dengan kematian rata-rata 3,4 per mil per tahun pada balita dan 12,7 per mil per tahun pada bayi. Kasus diare pada bayi menduduki tempat kedua atau 11% setelah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) sebagai penyebab kematian (Ishak, 2005). Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan terutama dinegara berkembang.
Besarnya masalah terakibat diare tersebut terlihat dari
tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun. Di Indonesia, diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak kematian pada bayi dan balita, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa (Adisasmito, 2007).
1
2
Dari pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta penderita penyakit diare yang berobat rawat jalan sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10% dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit, sedangkan jika ditinjau dari hasil survey rumah tangga diantara 8 penyakit utama, prosentase penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56% utuk rata-rata penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobataan (Suraatmaja, 2007). Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010). Sedangkan menurut Goodman dan Gilman (2003), diare merupakan salah satu penyakit tertua pada manusia. Karenanya tidak mengherankan jika bahan-bahan yang digunakan untuk menyembuhkan penyakit tersebut menempati tempat yang khusus dalam sejarah kedokteran. Dokter Sumeria pada tahun 3000 SM telah menggunakan sediaan antidiare dari opium. Penyakit diare atau juga disebut gastroenteritis masih merupakan salah satu masalah utama negara berkembang termasuk Indonesia. Pendekatan awal diare akut adalah menentukan derajat dehidrasi. Sedangkan tujuan utama terapi adalah mencegah dehidrasi ,mengoreksi kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) ,dan mencegah gangguan nutrisi (Gunardi, 2008). Banyak faktor resiko yang diduga menyebabkan terjadi penyakit diare pada bayi dan balita di indonesia. Salah satu faktor resiko yang sering di-
3
teliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Bakteri E. coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E. coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk diperkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini ( Adisasmito, 2007) Gambaran klinis dari diare, sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda dan gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun ubun dan mata cekung, membran mukosa kering, keram abdominal, demam, mual dan muntah, anorexia, lemah, pucat, perubahan tanda-tanda vital; nadi dan pernafasan cepat, menurun atau tidak ada pengeluaran urine (Suriadi, 2010). Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dehidrasi dapat di katagorikan menjadi tiga antara lain tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang, dehidrasi berat. Pada Diare tanpa dehidrasi, anak tampak sadar, kelopak mata tidak cekung, air mata masih terlihat pada saat menangis, bibir dan lidah basah, anak minum secara normal bila dibekan air dan oralit (meskipun kadangkala anak menolak), dan turgor kulit cepat kembali. Pada dehidrasi ringansedang, anak terlihat rewel dan gelisah, kelopak mata cekung, sedikit air mata pada saat menangis, bibir dan lidah kering, anak terlihat sangat haus, dan turgor kulit kembali dengan lambat. Sedangkan dehidrasi berat, anak terlihat sangat lemas dan kadang kala datang dengan kesadaran menurun, kelopak mata sangat cekung dan tidak terlihat air mata pada saat menangis, bibir
4
dan lidah sangat kering, anak malas minum atau tidak dapat minum, dan turgor kulit kembali sangat lambat. (Hegar, 2011) Pusponegoro (2005), menyatakan bahwa volume cairan sesuai derajat dehidrasi adalah tanpa dehidrasi yaitu cairan rumah tangga dan ASI diberikan semuanya, oralit diberikan sesuai usia setiap kali buang air besar atau muntah dengan dosis : kurang dari satu tahun : 50-100 cc, 1-5 tahun: 100-200 cc, lebih dari 5 tahun : semuanya. Dehidrasi tidak berat ( ringan-berat) yaitu rehidrasi dengan oral 75cc/kgBB dalam jam pertama dilanjutkan pemberian kehilangan cairan yang sedang berlangsung sesuai dengan umur seperti diatas setiap kali buang air besar. Dehidrasi berat yaitu rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau ringer asetat 100 cc/kgBB. Cara pemberian dehidrasi berat yaitu yang pertama kurang dari 1 tahun, 30cc/kgBB dalam 1 jam pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 5 jam berikutnya. Yang kedua lebih dari 1 tahun 30cc/kgBB dalam ½ pertama dilanjutkan 70 cc/kgBB dalam 2 ½ berikutnya. Gangguan keseimbangan cairan dapat berupa defisit volume cairan, merupakan suatu kondisi ketidak seimbangan yang ditandai dengan defisiensi cairan dan elektrolit di ruang ekstrasel, namun proporsi antara keduanya (cairan dan elektrolit) mendekati normal. Kondisi ini dikenal dengan hipovolemia (Iqbal, 2007). Keseimbangan dan ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa meliputi cairan total tubuh dijelaskan dalam presentase berat badan, presentase ini beragam pada setiap usia yaitu pada bayi, cairan total tubuh
5
adalah 80% berat badan. Pada usia 3 tahun, cairan total tubuh adalah 65% berat badan. Pada usia 15 tahun, cairan total cairan tubuh adalah 60% berat badan. Cairan total tubuh terdiri atas cairan dan elektrolit yang didistribusikan diantara kompartemen cairan ekstraselular dan intraselular. Cairan intrasellar (CIS) mencakup seluruh cairan didalam dinding sel, kalium merupakan elektrolit utama CIS. Cairan ekstraselular (CES) mencakup semua cairan yang berada diluar dinding sel (mis plasma, limfe, dan cairan serebrospinal) natrium merupakan elektrolit utama CES (Muscari, 2005). Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.E dengan gastroenteritis akut atau diare di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan pada An.E dengan gastroenteritis akut di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien An.E dengan diagnosa medis gastroenteritis akut di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
6
b. Penulis mampu merumuskan diagosa keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien An.E dengan gastroentritis akut di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien An.E dengan gastroenteritis akut di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. d. Penulis mampu melakukan implementasi pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien An.E dengan
gastroenteritis di bangsal Me-
lati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pemenuhan kebutuhan volume cairan pada pasien An.E dengan gastroenteritis akut di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. f. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan volume cairan yang terjadi pada pasien dengan gastroenteritis akut di bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Mendapatkan pengalaman serta dapat menerapkan stadart asuhan keperawatan untuk pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususyadalam bidang/profesi keperawatan.
7
2. Bagi Institusi Sebagai bahan kepustakaan dan perbandingan pada penanganan kasus pemenuhan kebutuhan volume cairan di lapangan dan dalam teori. 3. Bagi Pelayanan Kesehatan Agar dapat mengaplikasikan teori keperawatan kedalam praktik pelayanan kesehatan di rumah sakit.
BAB II LAPORAN KASUS
Pada bab ini disampaikan asuhan keperawatan pada An.E di ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar selama 3 hari, dengan meliputi pengkajian data, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi keperawatan. A. Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 2-4 april 2012 di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar, dengan metode wawancara langsung dengan ibu dan keluarga pasien. Wawancara tersebut, telah didapatkan data-data dengan nama An.E , usia 21 bulan, tanggal lahir 30 juni 2010, tanggal interview 2 april 2012, diagnosa gastro enteritis akut (GEA), beralamat di Ploso Lor 1/9 Plosorejo Matesih Kabupaten Karangnyar, beragama islam. Selain identitas pasien juga didapatkan identitas penanggung jawab pasien yaitu nama dengan Tn.W , alamat Ploso Lor 1/9 Plosorejo Matesih, umur 37 thn, pekerjaan wiraswasta, hubungan dengan pasien adalah ayah pasien.
B. Pengkajian Pada tanggal 02 April 2012 ibu pasien menyatakan pasien mengalami panas selama 6 hari yang lalu kemudian dibawa kebidan setempat, lalu dari bidan diberikan obat paracetamol setelah panasnya turun kemudian pasien pada tanggal 24 Maret mengalami buang air besar lebih dari 10 kali per hari dengan
8
9
konsistensi cair, terdapat lendir dan darah. Ibu pasien membawa ke klinik dokter setempat tapi tidak ada perubahan, lalu dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar untuk mendapatkan tindakan lebih lanjut, setelah di rumah sakit dilakukan pengkajian pada tanggal 2 april An.E mengalami buang air besar 8 kali per hari dengan konsistensi cair, lendir dan sedikit darah. Riwayat kesehatan lalu, waktu masa kehamilan ibu pasien mengatakan mempunyai 1 orang anak, anak pertama lahir normal dengan usia sekarang 21 bulan. Pada masa kehamilan selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan dan tidak ada masalah saat hamil mengkonsumsi obat dari bidan.dan masa kelahiran ibu pasien mengatakan pasien secara spontan, lama kelahiran 2 jam. Pada masa post natal ibu pasien mengatakan pasien lahir dengan berat badan 2900 gr dan panjang badan 48 cm dengan kondisi sehat tidak ada cacat. Penyakit sebelumnya, operasi atau cedera ibu menyatakan pasien tidak pernah melakukan operasi dan didalam keluarga tidak penyakit menular. Alergi ibu pasien menyatakan pasien tidak mempunyi alergi terhadap makanan, obat, binatang, tumbuhan maupun produk rumah tangga. Pada saat pengkajian pasien mendapatkan terapi obat infuse Ka-eN 3A 12 tpm, injeksi Ampicilin 300mg/8 jam, injeksi ranitidin 12,5mg/12 jam, metronidazole 3x100mg, L-Bio 2x1 mengganti sel-sel yang rusak, Zinc 2x ½ mengatasi dehidrasi, paracetamol sirup cth 1 (panas). Imunisasi yang didapatkan pada An.E yaitu HB.O, BCG, Polio 1 dan Polio 2 sudah lengkap di posyandu dan puskesmas. Pertumbuhan dan perkembangan bayi saat lahir pada An.E berat badan 2900 gr, panjang badan
10
48 cm, lingkar kepala 36 cm, lingkar dada 33 cm. An. E saat pengkajian tanggal 2 april 2012 berat badan 10,5 kg, panjang badan 74 cm, lengkar badan 45 cm, lingkar badan 11cm, lingkar dada 33 cm. Pengkajian fisik didapatkan pada An.E keadaan umum compos mentis, kulit sedikit kemerahan, tidak ada edema, tekstur lembut dan halus, rambut tidak rontok, tidak terjadi perubahan warna rambut dan tidak ada pengelupasan pada kulit, teraba hangat. Kepalanya berbentuk mesochepal dan tidak ada cedera kepala, mata berfungsi pengilhatan baik,tidak juling, sclera tidak ikterik, pupil isopor, konjungtiva anemis, hidung tidak terdapat perdarahan hidung, simetris antara kanan dan kiri, tidak terdapat polip, Telinga simetris antara kanan dan kiri serumen normal. Mulut bersih, palatum normal, tidak ada stomatitis. Tenggorokan tidak ada nyeri telan. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada pembesaran kelenjar atau massa dan tidak ada kekakuan pada leher. Dada simetris,
tidak ada penggunaan otot bantu
pernafasan pada saat respirasi tidak ada suara tambahan. Kardiovaskuler tidak ada riwayat demam rematik, golongan darah O dan tidak pernah transfusi. Gastrointestinal tidak terdapat muntah, perubahan feses cair warna kuning, konsistensi cair, lendir dan ada sedikit darah buang air besar 8 kali per shift. Genitourinary urine lancar, tidak ada perubahan pada skortum dan tidak terjadi infeksi, Ginekologi bersih, tidak ada infeksi, musculoskeletal tidak ada kaku punggung/sendi, tidak ada fraktur. Neurologis tidak terjadi kejang ataupun tremor, endokrin normal.
11
Pengkajian status nutrisi pada An.E ibu menyatakan pasien dari lahir sampai sekarang mengkonsumsi ASI dan susu formula, nama produk SGM jumlah pemberian perhari 1 kali per hari, mulai pemberian pada umur 1 tahun menggunakan botol minuman, melatih pemberian bubur tapi sedikit-sedikit. Dan pengukuran Z-score dari berat badan menurut umur = -1,15 (normal), tinggi badan menurut umur = -3,34 (pendek), berat badan menurut tinggi badan = -1,87 (normal). Pengkajian keturunan dan kelahiran kongenital ibu pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat
penyakit keturunan, kebiasaan yang dimiliki
keluarga bapak pasien memiliki kebiasaan merokok. Lokasi geografis rumah pasien letak rumah jauh dari keramaian dan di daerah pegunungan dekat sawah, dan jauh juga dari tempat pembuangan sampah. Pengkajian menurut riwayat sosial dari struktur keluarga memiliki komposisi keluarga dengan tinggal satu rumah bersama ayah, ibu, dan anak. Lingkungan rumah dan komunitas yaitu penghuni rumah ada 3 orang, mempunyai 2 kamar tidur dan 1 kamar mandi, suasana lingkungan aman dan terpelihara. Pendidikan dan pekerjaan dalam keluarga ayah (Tn.W) yang bekerja sebagai wiraswasta, pendidikan Tn.W lulusan SMA dan ibu (Ny. G) yang lulusan SMP bekerja sebagai tani dan ibu rumah tangga. Tradisi budaya dan agama masih menggunakan kepercayaan budaya/etnis yang dilakukan di lingkungan rumahnya, kepercayaan budays/etnis yang dilakukan adalah sepasaran. Fungsi keluarga dalam interaksi dan peran keluarga lancar, saling memperhatikan satu sama lain antara anggota keluarga rukun, tidak ada permusuhan dan saling mengasihi. Pembuatan keputusan dan problem solving
12
dalam keluarga diserahkan kepada ayah (Tn.W) dalam pengambilan keputusan terkadang di diskusikan dengan istri (Ny. G). Dalam berkomunikasi dalam keluarga langsung dan jelas, dan orang tua cenderung menasehati dan mendikte anak-anaknya. Perkembangan seksual pasien berjenis kelamin laki-laki. Pemeriksaan fisik pada tanggal 2 April 2012 pengukuran pertumbuhan panjang badan 74 cm, berat badan 10,5 kg, lingkar kepala 45 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar lengan 11 cm, pemeriksaan tanda-tanda vital dari suhu 36ºC, denyut nadi 96x/menit, 16x/menit. Pemeriksaan umum compos mentis tingkah laku rewel, tangisan lemah, keadaan nutirisi tidak mau makan tapi minum ASI. Warna kulit sedikit kemerahan turgor baik, tekstur lembut dan halus, struktur asesoris rambut warna hitam, bersih, dan tidak terlalu lebat, kuku warna merah muda, tekstur lembut dan tidak ada clubbing. Telinga bersih dan kemampuan pendengaran normal, hidung tidak ada polip dan terdapat sekret, mulut warna bibir sedikit pucat dan membran mukosa bibir kering, leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada kaku kuduk, dada simetris antara kanan dan kiri, datar, dada normal. Paru saat inspeksi dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernafasan, palpasi vocal fremitus kanan dan kiri sama, perkusi sonor, auskultasi vesikuler. Jantung saat inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis tidak teraba, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I dan bunyi jantung II sinus rytem. Abdomen saat di inspeksi bentuk datar, tidak ada luka, auskultasi pada peristaltic usus 40x/menit, perkusi hipertympani di kuadran kiri bawah, palpasi terdapat nyeri tekan pada kuadran kiri bawah.
13
Genitalia letak lubamg uretra ditengah, bersih. Anus terdapat iritasi pada lubang, bersih, kemerahan pada lubang anus. Punggung dan ekstremitas atas dan bawah lengkap, terdapat 10 jari kaki dan tangan. Penghitungan balance cairan pada An.E dari tanggal 2 April = -162, tanggal 3 April= - 62, dan tanggal 4 April = - 42.
C. Perumusan Masalah Keperawatan Berdasarkan hasil pengkajian yang di dapatkan dari An.E, umur 21 bulan, tanggal 2 April 2012 jam 08.30. Data yang diambil sebagai penunjang studi kasus adalah sebagai berikut; data subjektif ibu pasien menyatakan buang air besar cair 8 kali perhari berisi lendir bercampur darah, kuning kecoklatan, rewel karena sakit perut. Data obyektif
membrane mukosa bibir kering,
konjutiva anemis, nadi 100 kali/menit, suhu 36ºC, pernafasan 24 kali permenit. Jadi dapat ditemukan masalah keperawatan dengan problem resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit, etiologi kehilangan volume cairan secara aktif atau output berlebih. Sehingga prioritas perumusan masalah keperawatan adalah resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif output berlebih (Santoso, 2006).
D. Perencanaan keperawatan Rencana keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas atau khusus), mearsurebel (dapat diukur ) , achievable (dapat diterima ),
14
rasional dan time (ada kriteria waktu ), selanjutnya akan diuraikan intervensi dari masing-masing yang ditegakkan. Intervensi disusun pada tanggal 02 April 2012 dengan pasien An.E di Bangsal Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Diagnosa keperawatan yang sesuai dengan studi kasus yaitu resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif, maka dibuat perencanaan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien tidak mengalami sesak buang air besar yang berlebih dengan konsistensi cair,lendir dan sedikit darah, dengan kriteria hasil : keseimbangan asam basa dapat tercapai, konsistensi buang air besar tidak berlendir dan tidak becampur darah, konjungtiva tidak anemis. Intervensi keperawatan untuk diagnosa resiko kekurangan volume cairan yaitu monitor vital sign dan keadaan umum dirasionalisasikan untuk memantau status kesehatan pasien, monitor kelembaban mukosa dan kulit di rasionalisasikan untuk memantau terjadinya dehidrasi, monitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan dirasionalisasikan untuk mengetahui input dan output,
catat
intake
dan
output
dirasionalisasikan
untuk
menantau
keseimbangan balance cairan, berikan cairan sesuai program dirasionalisasikan untuk menggantikan cairan yang hilang pada dehidrasi, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi injeksi obat dirasionalisasikan untuk pemberian obat sesuai indikasi pasien (Dongoes, 2008).
15
E. Implementasi keperawatan Implementasi dilakukan pada tanggal 02 April 2012 oleh penulis dimulai pukul 08.00 WIB dengan diagnosa resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif. Dilakukan tindakan keperawatan pada pukul 08.00 WIB adalah memonitor vital sign dan keadaan umum, dengan respon subjektif adalah pasien menolak dan menangis, respon obyektif adalah tanda-tanda vital, pernafasan : 24 kali per menit, suhu: 36º C , nadi : 100 kali per menit. Pada pukul 08.15 WIB dilakukan tindakan keperawatan adalah memonitor kelembaban mukosa dan kulit, respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah pasien kelihatan pucat dan bibir kering. Pada pukul 08.30 WIB dilakukan tindakan keperwatannya adalah memonitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, respon subjektif ibu pasien mengatakan pasien hanya mau minum ASI dan masih buang air besar 8x/hari, respon obektif pasien terlihat minum ASI dan buang air kecil. Pada pukul 08.45 WIB mencatat intake dan ouput, respon subjektif ibu pasien mengatakan pasien minum ASI dan buang airb besar 8x/hari, respon obyektif pasien terlihat minum ASI. Pada pukul 09.00 WIB memberikan cairan sesuai program, respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia, respon obyektif pasien terlihat tidak rewel dan menangis. Pada pukul 09.15 WIB berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi injeksi (Ampicilin 300 mg / 8 jam, Ranitidin 12,5 mg / 12 jam), respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah pasien tampak menangis.
16
Tindakan keperawatan pada tanggal 03 April 2012 pukul 09.00 WIB, melakukan tindakan keperawatan memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum dengan respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah tanda-tanda vital sign, nadi 100 kali per menit, suhu 36ºC, respirasi 16 kali permenit. Pada pukul 09.15 WIB dilakukan tindakan keperawatan adalah memonitor kelembaban mukosa dan kulit , respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah pasien kelihatan pucat dan bibir kering. Pada pukul 09.30 WIB dilakukan tindakan keperwatannya adalah memonitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, respon subjektif ibu pasien mengatakan pasien hanya mau minum ASI dan masih buang air besar 8x/hari, respon obyektif pasien terlihat minum ASI dan buang air kecil. Pada pukul 09.45 WIB mencatat intake dan ouput, respon subjektif ibu pasien mengatakan pasien minum ASI dan BAB 8x/hari, respon obyektif pasien terlihat minum ASI. Pada pukul 10.00 memberikan cairan sesuai program, respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia, respon obyektif pasien terlihat tidak rewel dan menangis. Pada pukul 10.15 WIB berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi injeksi (Ampicilin 300 mg / 8 jam, Ranitidin 12,5 mg / 12 jam), respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah pasien tampak menangis. Tindakan keperawatan pada tanggal 04 April 2012 pukul 09.00 WIB, melakukan tindakan keperawatan memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum dengan respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah tanda-tanda vital, nadi 100 kali per menit, suhu 36ºC, respirasi
17
16 kali permenit. Pada pukul 09.15 WIB dilakukan tindakan keperawatan adalah memonitor kelembaban mukosa dan kulit , respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah pasien kelihatan pucat dan bibir kering. Pada pukul 09.30 WIB dilakukan tindakan keperawatan adalah memonitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, respon subjektif
ibu
pasien mengatakan pasien hanya mau minum ASI dan masih buang air besar 8x/hari, respon obyektif pasien terlihat minum ASI dan buang air kecil. Pada pukul 09.45 WIB mencatat intake dan ouput, respon subjektif ibu pasien mengatakan pasien minum ASI dan buang air besar 8x/hari, respon obyektif pasien terlihat minum ASI. Pada pukul 10.00 memberikan cairan sesuai program, respon subyektif ibu pasien mengatakan bersedia, respon obyektif pasien terlihat tidak rewel dan menangis. Pada pukul 10.15 WIB berkolaborasi dengan dokter pemberian terapi injeksi (Ampicilin 300 mg / 8 jam, Ranitidin 12,5 mg / 12 jam), respon subjektif adalah ibu pasien mengatakan bersedia, respon objektif adalah pasien tampak menangis.
F. Evaluasi Keperawatan Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari, didapatkan hasil perkembangan selama 3 hari dari tanggal 2-4 April 2012. Pada tanggal 2 April 2012, didapatkan catatan perkembangan sebagai berikut : dari data subyektif ibu pasien mengatakan pasien masih buang air besar cair lendir dan sedikit darah 8x/hari. Dari data obyektif adalah pasien tampak rewel dan gelisah, masalah belum teratasi saat ini, dan intervensi
18
dilanjutkan yaitu monitor tanda-tanda vital dan kesadaran umum, monitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, catat intake dan output, berikan cairan sesuai program, kolaborasi dengan dokter pemberian obat. Pada tanggal 3 April 2012, didapatkan catatan perkembangan sebagai berikut : dari data subyektif ibu pasien mengatakan pasien masih buang air besar cair ada lendir dan darah 1x/hari. Dari data oyektif pasien tampak rewel, gelisah, dan menangis, masalah belum teratasi saat ini,
dan intervensi
dilanjutkan yaitu monitor tanda-tanda vital dan kesadaran umum, monitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, catat intake dan output, berikan cairan sesuai program, kolaborasi dengan dokter pemberian obat. Pada tanggal 4 April 2012, didapatkan catatan perkembangan sebagai berikut : dari data subyektif ibu pasien mengatakan buang air besar lembek 4x/hari tidak ada lendir dan darah. Dari data obyektif pasien tampak rileks, mau makan, tidak rewel, masalah belum teratasi saat ini, dan intervensi dilanjutkan yaitu monitor tanda-tanda vital dan kesadaran umum, monitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, catat intake dan output, berikan cairan sesuai program, kolaborasi dengan dokter pemberian obat.
BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan keperawatan yang ditemukan dilapangan dilakukan pengkajian pada pengkajian pada tanggal 02 April 2012 di ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan dengan metode wawancara langsung dengan pasien dan keluarga pasien dan metode observasi. Menurut Pusponegoro (2004) diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu, episode cair 4,5 per tahun. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak pada usia tahun adalah infeksi rotavirus. Menurut Muttaqin (2011), Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen. Adapun faktor penyebab diare sebagai berikut faktor infeksi, ada dua jenis yaitu infeksi enternal dan parental. Untuk infeksi enteral infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enternal sebagai sebagai berikut : infeksi bakteri Vibrio,
19
20
E.coli, Salmonelia, Shighela, Campylobacter, Yersinea, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi
virus
Entero
virus,
(virus
ECHO,
Coxsackie,
poliomyelitis) Adeno virus, rota virus, dan lain-lain. Infeksi parasit cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, Strongyoides ) Protozoa (Entamoeba histolycia, giarda lamblia, Trichomonas hominis) jamur Candida albicans.
faktor
parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis, bronkopnemonie, ensefalitis, biasanya terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Faktor mengabsorbsi antara lain malabsorbsi karbohidrat misal disakarida (intoleraansi laktosa, maltose, dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang paling sering diserang (intoleransi laktosa), malabsorbsi lemak, malabsorbsi protein. Faktor makanan missal makanan basi, makanan beracun, alergi terhadap makanan. Dan yang terakhir adalah faktor psikologis, rasa takut dan cemas (Ngastiyah, 2005). Sesuai teori tersebut penulis mendapatkan pengkajian pada An.E dengan keluhan utama buang air besar 8 kali per hari konsistensi cair, lendir dan sedikit darah, sehingga kasus dilapangan yang penulis dikelola 3 hari sesuai dengan teori Ngastiyah. Menurut Suriadi (2010), manifestasi klinis sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, terdapat tanda gejala dehidrasi; turgor kulit jelek (elastisitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung, membrane mukosa kering, keram abdominal, demam, mual dan muntah, anoreksia, lemah, pucat, perubahan tanda vital; nadi dan pernafasan cepat, menurun atau tidak ada pengeluaran urine.
21
Gambaran klinis dengan ditandai dengan pasien cengeng, rewel, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada nafsu makan, kemudian timbul diare dengan tinja cair disertai lenir dan lendir darah, warna tinja makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat semakin banyak asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare ( Ngastiyah, 2005). Dari pengkajian yang didapatkan pada An.E sesuai dengan teori yang di angkat dalam pembahasan tentang manifestasi klinis cengeng, rewel, gelisah, nafsu makan berkurang atau tidak ada nafsu makan, kemudian timbul diare dengan tinja cair disertai lendir dan lendir darah, anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi. Tata laksana awal pada diare adalah menetukan derajat dehidrasi. Dehidrasi dibai menjadi 3 kategori, yaitu tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan sedang, dan dehidrasi berat. Pada dehidrasi berat, defisit cairan berat badan yang terjadi diperkirakan sama dengan penurunan berat badan sebesar 10%, sedangkan pada dehidrasi ringan sedang sebesar 5-10%. Pada diare tanpa dehidrasi,anak tampak sadar, kelopak mata tidak cekung, air mata masih terlihat pada saat anak menangis, bibir dan lidah basah, anak minum secara normal bila diberikan air atau oralit (meskipun kadang kala anak menolak cairan oralit karena tidak menyukai rasanya), dan turgor kulit kembali dengan cepat. Pada dehidrasi ringan sedang, anak terlihat rewel dan gelisah, kelopak mata tidak cekung, sedikit air mata pada saat
22
menangis, bibir dan lidah kering, anak terlihat saat haus, dan turgor kulit kembali dengan lambat. Pada dehidrasi berat anak terlihat saat lemas dan kadang kala datang dengan kesadaran menurun, kelopak mata sangat cekung dan tidak terlihat air mata saat menangis, bibir dan lidah sangat kering, anak malas minum atau tidak minum, dan turgor kembali sangat lambat (Hegar, 2011). Pada kasus pada An.E dapat dikategorikan derajat dehidrasi ringan sedang, anak terlihat rewel dan gelisah, kelopak mata tidak cekung, sedikit air mata pada saat menangis, bibir dan lidah kering, anak terlihat saat haus, dan turgor kulit kembali dengan lambat. Kasus yang penulis temui di lapangan berdasarkan hasil pengkajian, keluhan utama pasien yaitu buang air besar lebih dari 10 kali per hari dengan konsistensi cair,
terdapat lendir dan darah. Sehingga penulis membahas
dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disebabkan output melebihi intake sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang adalah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai cairan elektrolit. Dehidrasi dapat terjadi karena kekurangan air (water deflection), kekurangan natrium (sodium deflection), serta kekurangan air dan natrium secara bersama-sama (Prescilla, 2009). Ibu pasien mengatakan bahwa An.E buang air besar cair 8x berisi lendir bercampur darah, kuning kecoklatan, rewel karena sakit perut. Data obyektif membrane mukosa bibir kering, konjutiva anemis, nadi 100 kali permenit, suhu 36ºC, pernafasan 24 kali permenit. Dari hasil penghitungan balance cairan -42.
23
Dari hasil pengkajian pasien,
penulis merumuskan masalah
keperawatan resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif output berlebih (Santoso, 2006). Masalah resiko kekurangan volume cairan teresebut diprioritaskan penulis dari beberapa masalah keperawatan yang muncul pada pasien. Alasan penulis memprioritaskan masalah resiko kekurangan volume cairan karena kekurangan volume cairan merupakan salah satu masalah kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan cairan dan elektrolit. Dimana cairan dan elektrolit tersebut lebih dahulu untuk diatasi. Dengan ditegakannya diagnosa keperawatan resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit, penulis merencanakan tindakan selama 3 x 24 jam pasien tidak mengalami sesak buang air besar yang berlebih dengan konsistensi cair, lendir dan sedikit darah, dengan kriteria hasil : keseimbangan asam basa dapat tercapai, konsistensi buang air besar tidak berlendir dan tidak becampur darah, konjungtiva tidak anemis, untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien yaitu monitor vital sign dan keadaan umum dirasionalisasikan untuk memantau
status kesehatan
pasien, monitor kelembaban mukosa dan kulit di rasionalisasikan untuk memantau terjadinya dehidrasi, monitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan dirasionalisasikan untuk mengetahui input dan output, catat intake dan output dirasionalisasikan untuk memantau keseimbangan balance cairan, berikan cairan sesuai program di rasionalisasikan untuk menggantikan cairan yang hilang pada dehidrasi, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi
24
injeksi obat dirasionalisasikan untuk pemberian obat sesuai indikasi pasien (Dongoes, 2008). Penulis pada perencanaan melakukan batasan waktu 3 kali 24 jam, tetapi dalam realita diare pasien selama 3 kali 24 jam belum teratasi dan intervensi masih dilanjutkan, karena pasien masih ada gangguan dalam sistem pencernaannya dan buang air besar cair selama 4 kali per hari. Melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah disusun untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit pasien, sehingga kebutuhan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi. Tindakan keperawatan tersebut ialah monitor vital sign dan keadaan umum, monitor kelembaban mukosa dan kulit, monitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, catat intake dan output, berikan cairan sesuai program, kolaborasi dengan dokter pemberian terapi injeksi obat. Melakukan
tindakan
keperawatan
selama
tiga
hari,
penulis
mengevaluasi keadaan pasien setiap hari dan hasil balance cairan 490 – 532 = -42 dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian. Tanda dan gejala pada pasien gartroentritis akut yang sesuai dengan teori, tidak semuanya muncul pada pasien pengelolaan penulis tetapi pada dasarnya tanda gejala yang muncul sama dengan pasien yang ada di klinik. Tanda dan gejala yang muncul pada An.E buang air besar cair 8x berisi lendir bercampur darah, kuning kecoklatan, rewel karena sakit perut. Data obyektif membrane mukosa bibir kering, konjutiva anemis, nadi 100 kali permenit, suhu 36ºC, pernafasan 24 kali permenit. Dari hasil penghitungan balance
25
cairan -42. Dalam menegakkan diagnosa medis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium widal dan feses sesuai dengan teori Pusponegoro. Walaupun tanda dan gejala pasien pengelolaan penulis tidak muncul semua sesuai didalam teori, Diagnosa medis gastroenteritis pada An.E dapat di pastikan karena tanda dan gejala yang ada pada An.E banyak yang sama pada teori setelah dilakukan pengkajian, An.E buang air besar cair 8x berisi lendir bercampur darah, kuning kecoklatan, rewel karena sakit perut. Data obyektif
membrane
mukosa bibir kering, konjutiva anemis, nadi 100 kali per menit, suhu 36ºC, pernafasan 24 kali permenit. Dari hasil penghitungan balance cairan -42. Masalah teratasi sebagian.
B. Kesimpulan Berdasarkan kasus yang di kelola penulis selama 3 kali 24 jam, penulis mendapatkan: 1. Pengkajian dengan adanya keluhan utama buang air besar cair dan lendir, didapatkan data subyektif ibu pasien mengatakan An.E buang air besar cair 8 kali berisi lendir bercampur darah, kuning kecoklatan, rewel karena sakit perut. Data obyektif vital sign suhu 36°C pernafasan 24 kali per menit, nadi 100 kali per menit, membran mukosa bibir kering, konjungtiva anemis.
26
2. Berdasarkan pengkajian tersebut penulis memprioritaskan masalah keperawatan resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan volume cairan secara aktif output berlebih. 3. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, penulis mempunyai tujuan untuk melaksankan asuhan keperawatan dengan dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam sehingga masalah resiko kekurangan volume cairan dan elektrolit dengan kriteria hasil keseimbangan asam basa dapat tercapai, konsistensi buang air besar tidak berlendir dan tidak bercampur darah. Dengan monitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan. 4. Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yaitu memonitor vital sign dengan keadaan umum,memonitor kelembaban mukosa dan kulit, memonitor jumlah dan frekuensi kehilangan cairan, mencatat intake dan output, memberikan cairan sesuai program. 5. Evaluasi dari pemenuhan kebutuhan volume cairan dan elektrolit, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 kali 24 jam ibu mengatakan
anak
masih
buang
air
besar
dengan
pasien
konsistensi
lembek,dengan hitungan balance cairan 490-532= -42. Masalah belum teratasi dan intervensi dilanjutkan. 6. Penulis mampu menganalisa kondisi pemenuhan kebutuhan volume cairan dan elektrolit yang terjadi pada pasien An. E dengan resiko kekurangan volume cairan di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
27
C. Saran Penyuluhan penggunaan oralit untuk mengatasi diare sebaiknya dilakukan dengan penyuluhan imunisasi, kesehatan ibu dan anak, gizi dan keluarga berencana. Penyuluhan tersebut sebaiknya diprioritaskan kepada ibu anak balita yang berpendidikan social dan ekonomi rendah didaerah endemis dan wadah. Penulisan berharap karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada pihak pembaca, institusi dan masyarakat sehingga dapat memperluas pengetahuan tentang penyakit gastroenteritis. Walaupun dalam penulisan ini, penulisan masih banyak kekurangan, tetapi dengan kekurangan tersebut penulis mendapatkan masukan dari pihak lain sehingga penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna serta dapat menjadikan pembelajaran bagi penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, Wiku. 2007. Faktor resiko diare pada bayi dan balita di indonesia.
Departemen administrasi dan kebijakan kesehatan. FKM universitas indonesia.http://www.univmed.org/wpcontent/uploads/2011/02/lannywati_g hani.pdf. Di Akses tanggal 8 April 2012 Bezt, Cecily L. 2002. Buku Suku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC Doengoes, Marilyn E. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Gunardi Hartono, Tehuteru Edi S, Kurniati Nia. dkk. 2011. Kumpulan Tips Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia
Pediatrik.
Harianto. 2004. Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare Di Masyarakat. Departement Farmasi. FMIPA Universitas Indonesia.Jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2004/v0in0i/Harianto010104.pdf Di Akses tanggal 13 April 2012 Ishak Syafie, Ismail Djauhar, Wilopo Siswanto Agus. 2005. Berita Kedokteran Masyarakat. Yogyakarta. Muscari, Mary E. 2005. Panduan Belajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC Muttadin Arie, Kumala Sali. 2011, Gangguan Intestinal. Jakarta : Salemba Medika Mubarak, Wahid Iqbal. 2007. Pemenuhan Kebutuhan Cairan dan Elektrolit. Jakarta: EGC. Nelson Waldo E. 2006. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Vol. 2. Jakarta: EGC Ngastiyah. 2002. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta: EGC Pusponegoro Hardiono D, Hadinegoro Sri Rezeki S, Firmanda Dody. 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak Edisi 1. Jakarta: Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia Suraatmaja, Sudrajat. 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: CV Sagung Seto Santoso, Budi. 2006. Diagnosis Keperawatan 2005-2006. Jakarta: EGC Wong Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.