STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn. L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR
DI SUSUN OLEH :
RAUFI’AH ANADH MAHENDAR NIM P.09040
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.L : DECOMPENSASI CORDIS DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
RAUFI’AH ANADH MAHENDAR NIM P.09040
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
ŝ
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangandibawahini : Nama
:
RAUFI’AH ANADH MAHENDAR
Nim
:
P.09040
JudulKaryaTulisIlmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
OKSIGENASI
Tn.L:DECOMPENSASI
CORDIS
PADA DI
RUANG
MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR
MenyatakandengansebenarnyabahwaTugasAkhir yang sayatulisinibenar – benarhasilkaryasayasendiri,
bukanmerupakanpengambilalihantulisanataupikiran
orang lain yang sayaakuisebagaitulisanataupikiransayasendiri. ApabiladikemudianharidapatdibuktikanbahwaTugasAkhiriniadalah hasiljiplakan,
makasayabersediamenerimasanksiatasperbuatantersebutsesuaiden-
ganketentuanakademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012 Yang MembuatPernyataan
RAUFI’AH ANADH MAHENDAR NIM. P.09040 ŝŝ
LEMBAR PERSETUJUAN
KaryaTulisinidiajukanoleh : Nama
:
RAUFI’AH ANADH MAHENDAR
Nim
:
P.09040
JudulKaryaTulisIlmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.LDI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR
TelahdisetujuiuntukdiujikandihadapanDewanPengujiKaryaTulisIlmiah Prodi DIII KeperawatanSTIKesKusumaHusada Surakarta
Pembimbing
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari / Tanggal
: 28 April 2012
: ErlinaWindyastuti, S.Kep.,Ns NIM. 201187065
ŝŝŝ
(.............................)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
:
RAUFI’AH ANADH MAHENDAR
Nim
:
P.09040
JudulKaryaTulisIlmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.LDI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR
Telah diajukan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari / tanggal
: Kamis / 3 Mei 2012
DEWAN PENGUJI Penguji I Penguji II Penguji III
:ErlinaWindyastuti, S.Kep.,Ns NIK. 201187065 : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns NIK.201186076 : Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK.201084050
(…………………..) (…………………..) (…………………..)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050 ŝǀ
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN OKSIGENASI PADA Tn.L DI RUANG MAWAR 1 RSUD KARANGANYAR.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada dan sekaligus sebagai dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan – masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam membimbing serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatanyang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakartadansekaligussebagaipembimbing yang telahmembimbingdengancermat, memberikanmasukan – masukaninspirasi. Perasaannyamandalambimbingansertamemfasilitasi demi sempurnanyastudikasusini.
ǀ
3. Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns, selakudosenpenguji yang telahmembimbingdengancermat, memberikanmasukan – masukan, inspirasi, perasaannyamandalambimbingansertamemfasilitasi demi sempurnanyastudikasusini. 4. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 5. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 6. Teman – teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
ǀŝ
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .......................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN............................................................................
iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................................................ 1 B. Tujuan Penulisan ............................................................................. 3 C. Manfaat penulisan ........................................................................... 4 BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian ...................................................................................... 5 B. Perumusan Masalah Keperawatan .................................................. 8 C. Perencanaan Keperawatan .............................................................. 8 D. Implementasi Keperawatan ............................................................. 9 E. Evaluasi Keperawatan ................................................................... 11 BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan .................................................................................. 12 B. Simpulan ...................................................................................... 22 Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
ǀŝŝ
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 2
Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3
Log Book
Lampiran 4
Asuhan Keperawatan
Lampiran 5
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 6
Daftar Riwayat Hidup
ǀŝŝŝ
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Decompensasi Cordis (Gagal jantung) merupakan masalah yang terus berkembang secara global diseluruh dunia, dengan lebih dari 20juta orang yang menderita penyakit ini. Prevalensi decompensasi cordis secara keseluruhan pada populasi dewasa di negara maju adalah 2%. Sekitar 3 – 20 per 100 orang pada populasi mengalami decompensasi cordis, dan prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia (100 per 1000 pada usia diatas 65 tahun) dan angka ini akan meningkat karena peningkatan usia populasi dan perbaikan ketahanan hidup setelah infark miokard akut. Di Inggris, sekitar 100.000 pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk decompensasi cordis, merepresentasikan 5% dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih dari 1% dan perawatan kesehatan nasional (Leatham, 2009). Decompensasi Cordis (Gagal jantung) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel – sel tubuh akan nutrisi dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2011). Kegagalan jantung dalam memompa darah tersebut berpengaruh pada keterbatasan aktivitas, karena tidak sebanding suplai oksigen yang digunakan dengan yang dihasilkan. Berdasarkan tujuan terapi pemberian oksigen, maka indiksi pemberian oksigen yaitu pasien dengan kadar oksigen arteri rendah dari hasil AGD, pasien dengan peningkatan miokard, untuk mengatasi gangguan
ϭ
Ϯ
oksigen melalui peningkatan laju pompa jantung yang adekuat (Rufaidah, 2005). Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian oksigen ke jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis (Harahap, 2005) Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang utama dan paling vital bagi tubuh (Asmadi, 2008). Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ system respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya oksigen (Asmadi, 2008). Dari hasil studi kasus di RSUD Karanganyar didapatkan kasus tentang pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien gangguan jantung dengan decompensasi cordis 1 pasien dari 20 pasien yang ada pada bangsal Mawar RSUD Karanganyar. Hasil observasi pada pasien dengan decompensasi cordis tingkat kebutuhan oksigen sangat berperan, karena jantung yang tidak sempurna dalam memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga oksigen dalam
ϯ
tubuh juga tidak sempurna. Dengan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi pada Tn.L dengan Decompensasi Cordis Di ruang Mawar 1 RSUD Karanganyar” untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasien Decompensasi Cordis.
B. Tujuan Penulisan 1) Tujuan Umum Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan oksigen pada Tn.L dengan Decompensasi Cordis di ruang Mawar 1 RSUD Karanganyar 2) Tujuan Khusus a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn.L dengan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan Decompensasi cordis b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.L dengan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan Decompensasi Cordis c) Pasien mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn.L dengan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan Decompensasi Cordis d) Penulis
mampu
melakukan
implementasi
pada
Tn.L
dengan
pemenuhan kebutuhan oksigen dengan DecompensasiCordis e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn.L dengan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan Decompensasi Cordis f) Pasien mampu menganalisa kondisi yang terjadi pada Tn.L dengan pemenuhan kebutuhan oksigen dengan Decompensasi cordis
ϰ
C. Manfaat penulisan 1. Bagi Penulis Menambah wawasan dan mengaplikasikan dalam memberi asuhan keperawatan pada pasien dengan pemenuhan oksigen pada Decompensasi Cordis 2. Bagi pembaca Menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dalam pemenuhan oksigen Decompensasi Cordis 3. Bagi institusi pendidikan Memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang/profesi keperawatan 4. Bagi rumah sakit Sebagai bahan masukan khususnya untuk perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien yang mengalami kekurangan dalam kebutuhan oksigen dan sebagai pertimbangan perawat dalam mendiagnosa kasus sehingga perawat mampu memberikan tindakan yang tepat kepada pasien 5. Bagi peneliti selanjutnya Sebagai bahan referensi dalam penyusunan penelitian selanjutnya agar lebih sempurna
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 5 – 7 April 2012 di RSUD Karanganyar, dengan metode wawancara langsung kepada pasien dan keluarga pasien. Wawancara tersebut telah didapatkan data – data dengan, nama Tn.L, alamat Ngijo wetan 2/3 Kecamatan Tasikmadu Karanganyar, umur 54 tahun, jenis kelamin laki – laki, pekerjaan buruh, pendidikan Sekolah Dasar, tanggal masuk 5 April 2012 dan diagnosa medis yang muncul adalah Decompensasi Cordis. Identitas penanggung jawab yaitu, nama Ny.T, alamat Ngijo wetan 2/3 Kecamatan Tasikmadu Karanganyar, pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan Sekolah Dasar, umur 52 tahun dan Ny.T adalah istri dari Tn.L. Pada tanggal 3 April 2012, pasien mengeluh sesak dan dada sebelah kiri sakit, Tn.L dibawa ke Pelayanan kesehatan terdekat didaerah rumahnya namun sesak belum berkurang. Tanggal 4 April 2012 jam 22.00 WIB, pasien dirujuk ke RSUD Karanganyar untuk melakukan pengobatan lebih lanjut, pasien diterima di IGD, mendapatkan terapi infus RL 20 tetes per menit. Tanggal 5 April 2012 jam 01.48 WIB pasien dipindah ke bangsal Mawar 1 untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Ketika penulis melakukan pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 10.00 WIB, keluhan utama pasien adalah sesak nafas. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami sesak nafas
5
6
sebelumnya, didalam keluarganya tidak ada penyakit yang sama dengan Tn.L serta tidak ada penyakit menular misal Tubercolosis, Diabetus Melitus, Tn.L pernah mengalami penyakit hipertensi sebelumnya 3 tahun yang lalu. Pengkajian menurut pola Gordon. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, kesehatan menurut keluarga pasien sangat penting, terbukti dari pasien yang mengeluh sesak dan sakit dada segera dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat. Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan bahwa sehari tidur 6 -7 jam, selama sakit pasien tidur hanya 1 – 2 jam, karena dada sesak. Pola aktivitas latihan, sebelum sakit pasien melakukan aktivitas dengan mandiri (makan, minum, toileting, mobilisasi, berpindah, berpakaian), selama sakit pasien melakukan aktivitas dibantu oleh keluarga terutama istri, misal toileting, berpakaian, mobilisasi dan berpindah. Pengkajian pada pemeriksaan fisik diperoleh data yaitu tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,8 derajat celcius, nadi 150 kali per menit dan pernafasan 26 kali per menit. Pemeriksaan fisik pada kepala yaitu, rambut tidak ada ketombe, lurus. Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor. Hidung bersih, simetris antara kanan dan kiri, tidak ada polip, terdapat penggunaan alat bantu pernafasan 3 liter per menit, menggunakan kanul nasal. Mulut bersih, tidak ada stomatitis, simetris antara kanan dan kiri. Gigi bersih, tidak ada karies gigi. Telinga bersih, tidak ada alat bantu pendengaran. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan fisik dada, dari inspeksi ekspansi dada sama antara kanan dan kiri, menggunakan otot bantu pernafasan, palpasi vokal fremitus sama antara kanan dan kiri, perkusi sonor
7
disemua lapang paru, auskultasi suara ronkhi. Pemeriksaan jantung, inspeksi Ictus Cordis tampak, palpasi Ictus Cordis teraba dan tampak di subintercosta 5, perkusi terdapat pelebaran jantung, batas atas di SIC2, batas atas kanan di garis sternum, batas bawah di SIC6, auskultasi suara bunyi jantung I – bunyi jantung II murni, reguler, cepat. Pemeriksaan fisik abdomen, dari inspeksi tidak ada bekas luka, keelastisitasan kulit baik, auskultasi peristaltik 8 kali per menit, perkusi tympani, palpasi terdapat nyeri tekan epigastrik, dan nyeri tekan pada hati. Genetalia terkaji bahwa pasien menggunakan kateter, dalam keadaan bersih, tidak ada bekas luka. Ekstremitas atas kanan terpasang infus RL, kekuatan otot penuh, tidak terdapat edema. Ekstremitas bawah dalam keadaan baik, kekuatan otot penuh, akral teraba dingin serta capilarry refill lebih dari 2 detik, tidak terjadi edema. Pemeriksaan penunjang pasien meliputi pemeriksan laboratorium dan pemeriksaan EKG. Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 5 April 2012, terdiri dari WBC menunjukkan hasil 7,7 103/ul, RBC menunjukkan hasil 4,63 106/ul, HGB 11,8 g/dl, HCT menunjukkan hasil 36,1%, MCH menunjukkan hasil 25,5 pg, GDS menunjukkan hasil 92 mg/dl. Pemeriksaan kedua yaitu pemeriksaan EKG,menunjukkan hasil Q patologis pada V1, V2, V3, menunjukkan sinus takikardi. Terapi yang didapat pada tanggal 5 April 2012 yaitu meliputi terapi oral dan injeksi. Terapi oral meliputi digoxin (0,25 mg) 3 kali sehari, ISDN/Isosorbid dinitrat (0,25mg) 1 kali sehari, aspilet (80mg) 1 kali sehari.
8
Terapi injeksi meliputi furosemid (25mg) 3 kali sehari dan ranitidine (25mg) 3 kali sehari.
B. Analisa Data Dari data – data yang telah ada, dapat disimpulkan menjadi suatu diagnosa. Diagnosa tersebut berguna untuk memberikan asuhan keperawatan pada Tn.L, maka dilakukan pengumpulan data yang bersifat subyektif dan obyektif, analisa dapat ditegakkan. Data subyektif tersebut adalah pasien mengeluh sesak nafas, hasil dari data obyektif yaitu bahwa pasien tampak mendapatkan oksigen kanul nasal 3 liter per menit, pernafasan menggunakan otot bantu pernafasan, pernafasan 26 kali per menit. Dari data – data tersebut dapat dimunculkan suatu masalah pola nafas tidak efektif dan penyebabnya karena perubahan sekuncup jantung.
C. Intervensi Keperawatan Tanggal 5 April 2012 tujuan keperawatan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil pasien tidak sesak nafas lagi, tidak ada tanda – tanda kesulitan dalam bernafas dan pernafasan normal (16 – 24 kali per menit). Intervensi yang muncul yaitu observasi status dalam pernafasan, rasionalnya untuk mengobservasi kelainan pernafasan. Atur posisi tidur yang nyaman (semi fowler), rasionalnya untuk memfasilitasi ekspansi jantung. Anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi dan batasi aktivitas, rasionalnya
9
untuk memfasilitasi jantung serta untuk mengurangi konsumsi oksigen. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat dan oksigen, rasionalnya untuk meningkatkan suplay oksigen di miokardium.
D. Implementasi Keperawatan Dari rencana keperawatan diatas akan dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, tindakan keperawatan dimulai dari tanggal 5 April 2012 jam 10.00 WIB implementasi yang dilakukan yaitu, melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat oral dan intravena, terapi oral digoxin 0,25 mg, ISDN/Isosorbid dinitrat 0,25 mg , aspilet 80 mg, terapi injeksi furosemid 25 mg dan ranitidine 25 mg, masuk melalui intravena, respon obyektif obat masuk dan tidak ada tanda – tanda alergi. Implementasi pada jam 10.30 WIB memonitor vital sign, respon obyektif tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,8 derajat celcius, pernafasan 26 kali per menit, nadi 150 kali per menit. Implementasi pada jam 12.10 WIB yaitu melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian oksigen, respon obyektif pasien tampak nyaman dan terpasang oksigen 3 liter per menit. Tanggal 6 April 2012 jam 10.20 WIB implementasi yang dilakukan yaitu melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat oral digoxin 0,25 mg, ISDN/Isosorbid dinitrat 0,25 mg, aspilet 80 mg, terapi injeksi furosemid 25ml dan ranitidine 25 mg, masuk melalui intravena, respon obyektif obat masuk dan tidak ada tanda – tanda alergi. Implementasi pada jam 10.40 WIB memonitor vital sign, respon obyektif tekanan darah 110/80 mmHg, suhu
10
36,5 derajat celcius, pernafasan 26 kali per menit, nadi 130 kali per menit. Implementasi pada jam 11.50 WIB yaitu mempertahankan terapi dari dokter dalam pemberian oksigen, respon obyektif pasien tampak nyaman dan terpasang oksigen 3 liter per menit. Implementasi pada jam 12.30 WIB yaitu memberikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler), respon obyektif pasien tampak nyaman dan dapat tidur nyaman. Tanggal 7 April 2012 jam 09.50 WIB implementasi yang dilakukan yaitu, melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat oral digoxin 0,25 mg, ISDN/Isosorbid dinitrat 0,25 mg, aspilet 80 mg, terapi injeksi furosemide 25ml dan ranitidine 25 mg, respon obyektif obat masuk dan tidak ada tanda – tanda alergi. Implementasi pada jam 10.10 WIB memonitor vital sign, respon obyektif tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,8 derajat celcius, pernafasan 26 kali per menit, nadi 96 kali permenit. Implementasi pada jam 11.05 WIB yaitu mempertahankan terapi dari dokter dalam pemberian oksigen, respon obyektif pasien tampak nyaman dan terpasang oksigen 3 liter per menit. Implementasi pada jam 12.00 WIB yaitu mengobservasi tingkat status pernafasan, respon obyektif pernafasan 34 kali permenit. Implementasi pada jam 12.45 WIB, yaitu memberikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler), respon pasien tampak nyaman dan dapat tidur nyaman.
11
E. Evaluasi Keperawatan Catatan perkembangan dilakukan setelah implementasi terlaksana, fungsinya untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari setiap tindakan yang dilakukan. Tanggal 5 April 2012, diuraikan catatan perkembangan sebagai berikut, dari data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas. Data obyektif pasien masih mendapatkan terapi oksigen kanul nasal 3 liter per menit, pernafasan 26 kali permenit, penggunaan otot bantu pernafasan, masalah belum teratasi saat ini, intervensi dilanjutkan yaitu observasi status pernafasan, atur posisi tidur yang nyaman (semi fowler), anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransinya dan batasi aktivitas, kolaborasi dalam pemberian obat serta oksigenisasi. Tanggal 6 April 2012, diuraikan catatan perkembangan sebagai berikut, dari data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas dan belum berkurang. Data obyektif pasien masih mendapatkan terapi oksigen kanul nasal 3 liter per menit, pernafasan 26 kali per menit, penggunaan otot bantu pernafasan, masalah belum teratasi saat ini, intervensi dilanjutkan yaitu observasi status pernafasan, atur posisi tidur yang nyaman (semi fowler), anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransinya dan batasi aktivitas, kolaborasi dalam pemberian obat serta oksigenisasi. Tanggal 7 April 2012, diuraikan catatan perkembangan sebagai berikut, data subyektif pasien mengatakan masih sesak nafas. Data obyektif pasien masih mendapatkan terapi oksigen kanul nasal 3 liter per menit, pernafasan
12
34 kali per menit, penggunaan otot bantu pernafasan, masalah belum teratasi saat ini, dan intervensi dilanjutkan yaitu observasi status pernafasan, atur posisi tidur yang nyaman (semi fowler), anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi dan batasi aktivitas, kolaborasi dalam pemberian obat serta oksigenisasi.
BAB III PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan Decompensasi Cordis (Gagal jantung) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel – sel tubuh akan nutrisi dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2011 : 163). Kegagalan jantung dalam memompa darah tersebut berpengaruh pada keterbatasan aktivitas, karena tidak sebanding suplai oksigen yang digunakan dengan yang dihasilkan. Bab ini merupakan pembahasan dari proses keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 – 7 April 2012 di ruang Mawar 1 RSUD Karanganyar. Pembahasan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Pengkajian Tahap pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Tujuan dari pengkajian adalah untuk mengumpulkan, mengorganisir dan mencatat data yang telah menjelaskan respon manusia yang mempengaruhi pola-pola kesehatan pasien (Handayaningsih, 2007).
12
13
Pengkajian
terhadap
Tn.L
penulis
menggunakan
metode
wawancara, observasi, studi dokumentasi dan pemeriksaan fisik (Handayaningsih, 2007). Pada metode yaitu wawancara terhadap Tn.L dilakukan wawancara secara langsung. Hal ini penulis tidak menemukan kesulitan dan hambatan, karena Tn.L dapat menjawab semua pertanyaan dengan baik dan Tn.L dapat bekerja sama dengan baik dalam memberikan keterangan. Metode dalam mengumpulkan data adalah observasi, yaitu mengamati perilaku dan keadaan pasien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan pasien. Dalam metode ini penulis mengalami kesulitan karena penulis tidak dapat melakukan observasi secara langsung selama 3x24 jam. Penulis hanya dapat mendelegasikan kepada tim perawat lain yang berdinas di ruang Mawar 1 RSUD Karanganyar. Metode pendokumentasian yaitu dalam melengkapi data pasien, penulis menggunakan catatan medik pasien yang berisi tentang riwayat kesehatan pasien, pola kesehatan, program terapi dan data penunjang lainnya. Metode pemeriksaan fisik, dilakukan untuk mendapatkan informasi objektif. Dalam melaksanakan metode ini, penulis tidak menemui hambatan. Fokus pengkajian fisik yang dilakukan adalah pada kemampuan fungsional pasien untuk memperoleh data objektif. Tujuan dari pengkajian fisik adalah untuk menentukan status kesehatan pasien, mengidentifikasi
14
masalah kesehatan dan mengambil data dasar untuk menentukan rencana tindakan perawatan (Handayaningsih, 2007). Data fokus yang ditemukan dalam pengkajian pada Tn.L tidak jauh berbeda dengan data fokus yang disebutkan dalam teori sehingga terdapat kesinambungan antara tinjauan teori dengan kasus sebenarnya, tetapi masih ada kekurangan yang dilakukan penulis dalam melengkapi data pasien. Hasil pengkajian pada tanggal 5 – 7 April 2012 data fokus pada kasus pada Tn.L adalah pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa sesak nafas dan nyeri dada bagian kiri. Pasien mengatakan sesak nafas ketika beraktivitas dan istirahat. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada persamaan antara data kasus dan teori yaitu persamaan data pada decompensasi cordis. Decompensasi Cordis (Gagal jantung) adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel – sel tubuh akan nutrisi dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2011). Penyebab terjadinya decompensasi cordis yaitu karena adanya miokard, riwayat penyakit hipertensi atau karena sebab yang didapat. Pada decompensasi cordis keluhan yang didapat dari subyektif pasien adalah sesak nafas, dada terasa sesak dan palpitasi (Udjianti, 2011). Sesak nafas
yang disebabkan decompensasi cordis tersebut
menyebabkan menurunnya aktivitas pasien dan pergerakan yang lambat. Penderita decompensasi cordis ini mengalami kesulitan bernafas yang
15
disebabkan karena kelainan struktur dan fungsi jantung (Sudoyo, 2006), artinya jantung yang seharusnya memompa darah keseluruh sel – sel yang ada ditubuh mengalami keabnormalan, darah yang terpompa keseluruh tubuh tersebut membawa kaya oksigen yang nantinya berguna untuk kelangsungan aktivitas tubuh manusia, bila seseorang kekurangan oksigen maka yang terjadi pasien tersebut merasakan sesak dalam pernafasan, akibatnya aktivitas yang dilakukan terganggu karena aktivitas dengan darah dari pompaan jantung tersebut tidak seimbang. Penderita decompensasi cordis ini merupakan penyakit sindroma klinis (sekumpulan tanda dan gejala) yang ditandai oleh sesak nafas dan fatigue saat istirahat/aktivitas yang disebabkan oleh kelainan struktur dan fungsional jantung (Sudoyo, 2006). Rasa sesak nafas yang dialami pasien di lapangan dapat diakibatkan oleh gangguan suplay darah. Tanda dan gejala decompensasi cordis antara lain kelelahan, denyut nadi cepat dan dangkal (takikardi), terdapat nyeri dada pada bagian kiri (Leatham, 2003). Pengkajian telah didapatkan penulis, yaitu meliputi pemeriksaan inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Pemeriksaan fisik pada jantung didapatkan hasil, inspeksi Ictus Cordis tampak, palpasi Ictus Cordis teraba dan tampak di subintercosta 5, perkusi terdapat pelebaran pada jantung, batas atas di SIC2, batas atas kanan di garis sternum, batas bawah di SIC6, auskultasi suara bunyi jantung I – bunyi jantung II murni, reguler. Pemeriksaan penunjang lain yang menyangkut jantung yaitu pemeriksaan EKG
16
(Elektrocardiograf), yang menyimpulkan bahwa hasil Q patologis pada V1, V2, V3 (sinus takikardi). Pemeriksaan fisik pada dada didapatkan hasil, inspeksi ekspansi dada sama antara kanan dan kiri, menggunakan otot bantu pernafasan, palpasi vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, perkusi sonor disemua lapang paru, auskultasi suara ronkhi. Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil yaitu inspeksi tidak ada bekas luka, auskultasi 8 kali per menit, perkusi tympani, palpasi terdapat nyeri tekan pada epigastrik dan hati. Pada hasil pengkajian pola kesehatan fungsional ditemukan masalah pada pola aktifitas latihan dan pola istirahat tidur. Pola aktivitas latihan yaitu Tn.L mengatakan bahwa dirinya tidak mampu melakukan aktivitas secara mandiri, misal makan/minum dibantu oleh orang lain, mobilitas dibantu oleh orang lain, toileting Tn.L dibantu dengan alat, berpindah dan mobilisasi dibantu oleh orang lain. Pola istirahat tidur Tn.L mengatakan sulit memejamkan matanya, hanya tiduran, sehari hanya 1 – 2 jam, karena merasa sesak.
2. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan data - data yang didapatkan penulis dari hasil pengkajian tanggal 5 – 7 April 2012, pada Tn.L di ruang Mawar RSUD Karanganyar. Dari data pengkajian dapat disimpulkan bahwa pasien mempunyai masalah keperawatan pola nafas tidak efektif, etiologi dari diagnosa ini adalah perubahan sekuncup jantung (NANDA, 2010). Keti-
17
dakefektifan pola nafas yaitu suatu inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat (NANDA, 2010). Penulis memprioritaskan diagnosa ketidakefektifan pola nafas, karena berdasarkan pada keaktualan masalah yang sesuai dengan tipe-tipe diagnosa (Maslow) terlihat dari fisik pasien yang menggambarkan bahwa dirinya sedang memerlukan bantuan dalam hal oksigenasi, untuk menghindari terjadinya sianosis dan dipsneu.
3. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan meliputi penentuan prioritas masalah, tujuan, kriteria hasil dan intervensi. Tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi. Tahap perencanaan merupakan suatu proses penyusunan berbagai intervensi keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah - masalah pasien. Perencanaan ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan (Hidayat, 2004). Intervensi dilakukan selama 3x24 jam untuk mengetahui keadaan pasien secara maksimal. Intervensi disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan specific (jelas atau khusus), measurable (dapat diukur), achieveble (dapat diterima), rasional and time (ada kriteria waktu), selanjutnya akan dibahas intervensi dari masing-masing diagnosa yang ditegakkan.
18
Diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola nafas efektif dengan kriteria hasil pasien tidak sesak nafas lagi, tidak ada tanda – tanda kesulitan dalam bernafas dan pernafasan dalam rentang normal (16 – 24 kali permenit). Intervensi keperawatan yang penulis rencanakan pada diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung yaitu observasi dalam status pernafasan, atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien (semi fowler), anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya dan batasi aktivitas pasien, kolaborasi dengan terapi dokter dalam pemberian oksigen, kolaborasikan dalam pemberian obat (furosemid dan ranitidin). Dari teori yang ada, penulis menemukan bahwa intervensi pada diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung adalah observasi dalam status pernafasan, atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien (semi fowler), anjurkan pasien untuk bedrest total, kolaborasi dengan terapi dokter dalam pemberian oksigen, kolaborasikan dalam pemberian obat (Udjianti, 2011). Dalam hal ini penulis membandingkan antara teori yang ada dengan kasus dari Tn.L tersebut. Penulis menemukan 1 perbedaan antara teori dengan kasus pada Tn.L yaitu lakukan bedrest total pada pasien decompensasi cordis. Perbedaan tersebut menimbulkan kesenjangan antara kasus dilapangan dan teori yang ada, yaitu akibat dari bedrest total tersebut mengakibatkan pasien
19
bertambah lemah, lebih cepat lelah karena stamina semakin rendah, gerakan semakin bertambah berat karena semua anggota gerak menjadi kaku dan timbul komplikasi – komplikasi lain, misal dekubitus (Rosiana, 2009).
4. Implementasi keperawatan Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan dan melaksanakan intervensi atau aktivitas yang telah ditentukan. Implementasi adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pembahasan implementasi meliputi rencana tindakan yang dapat dilakukan dan tindakan yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan intervensi pada masing-masing diagnosa (Handayaningsih, 2007). Pada diagnosa utama yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung telah dilakukan tindakan keperawatan adalah mengobservasi status pernafasan, dalam hal ini pasien mengalami takikardi. Takikardi yang terjadi pada Tn.L adalah denyut nadi yang cepat, yang melebihi 60 – 100 kali per menit (Udjianti, 2011). Mengatur posisi tidur yang nyaman, posisi tidur yang baik dan nyaman untuk pasien decompensasi cordis adalah semi fowler. Yang dimaksud dengan posisi tidur semi fowler adalah berbaring tidur dan memberikan posisi 20 derajat – 30 derajat (Wilkinson, 2005). Tujuan dari posisi tersebut untuk mengurangi kerusakan membran alveolus akibat
20
tertimbunnya cairan (Supadi, 2008). Pemberian posisi semi fowler ini untuk membuka jalan nafas agar terbuka dan pasien tampak rileks dan nyaman. Teori ini pasien harus diperhatikan, terutama pergerakan anggota badan karena untuk mencegah terjadinya kecacatan dan memberi rasa nyaman kepada pasien (Enny, 2002). Membatasi aktivitas pasien dan menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransinya. Menurut teori yang ada pembatasan aktivitas yang dilakukan pasien sangat berguna untuknya, karena untuk membatasi aktivitas dan istirahat mengurangi decompensasi cordis konsumsi oksigen miokard dan beban kerja jantung (Udjianti, 2011). Melaksanakan terapi dokter dalam pemberian oksigen kanul nasal 3 liter per menit. Terapi oksigen ini merupakan salah satu dari terapi keperawatan dalam hal pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat (Harahap, 2005). Kasus yang penulis temui di lapangan berdasarkan hasil pengkajian mempunyai keluhan utama yaitu pasien mengalami sesak nafas dan pasien mengatakan sulit bernafas. Keluhan diatas sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa salah satu tanda dan gejala dari decompensasi cordis yaitu dispneu (sesak nafas). Pasien decompensasi cordis mengalami tanda dan gejala dispneu, yang berupa sesak nafas ketika mengalami aktivitas. Menurut New – York Heart Association (NYHA) ada 4 pembagian tanda dan gejala sesak nafas decompensasi cordis (gagal jantung) adalah kelas 1, aktivitas sehari – hari
21
tidak terganggu, sesak timbul jika melakukan aktivitas fisik yang berat, kelas 2 yaitu aktivitas terganggu sedikit, kelas 3 yaitu aktivitas sehari – hari terganggu, pasien merasa nyaman bila beristirahat, kelas 4 yaitu walaupun istirahat pasien masih merasa sesak (Kabo, 2010). Melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat oral dan injeksi. Ketika pengkajian pasien sudah terpasang infus RL. Terapi obat injeksi meliputi furosemide 25 mg, untuk meringankan gejala edema jantung akibat decompensasi cordis, terapi injeksi ranitidine 25 mg, untuk tukak lambung. Terapi oral juga didapatkan pasien yaitu, digoxin 0,25 mg, yang berguna untuk kongestif decompensasi cordis akibat dari infark miokard. ISDN/Isosorbid dinitrat 0,25 mg, yang berguna untuk penderita decompensasi cordis yang memiliki riwayat penyakit jantung koroner. Aspilet 80 mg, yang berguna untuk penderita decompensasi cordis akibat dari infark miokard (Kabo, 2010).
5.
Evaluasi keperawatan Evaluasi adalah sebagian yang direncanakan dan diperbandingkan yang sistematik pada status kesehatan pasien. Dengan mengukur perkembangan pasien dalam mencapai suatu tujuan. Evaluasi ini dilakukan dengan menggunakan format evaluasi SOAP meliputi data subyektif, data obyektif, data analisa dan data perencanaan (Handayaningsih, 2007). Evaluasi diagnosa keperawatan yang utama yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung, setelah
22
dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam pola nafas efektif. Data subyektif pasien mengatakan sesak nafas. Data obyektif pasien tampak menggunakan otot bantu pernafasan. Analisa masalah belum teratasi, sehingga intervensi dilanjutkan, yaitu dengan observasi status pernafasan pasien, atur posisi yang nyaman untuk pasien dengan semi fowler, anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi dan batasi aktivitas, melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian oksigen kanul nasal 3 liter per menit dan obat. Dalam 3 hari asuhan keperawatan yang dilakukan pada Tn.L, disimpulkan masih terjadi sesak nafas dan nyeri dada sebelah kiri, dengan ditandai dengan pasien menggunakan otot bantu pernafasan 34 kali per menit, pasien tampak menggunakan oksigen kanul nasal 3 liter per menit. Pasien telah diberikan terapi oksigen selama 3 hari ini dari tanggal 5 – 7 April 2012, akan tetapi pasien tidak menggunakannya secara efektif, sehingga pernafasan pasien tidak mengalami perbaikan.
B. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada Tn.L dengan gangguan jantung decompensasi cordis di ruang Mawar 1 RSUD Karanganyar secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
23
a. Hasil dari pengkajian penulis pada Tn.L dengan hasil didapat yaitu pasien mengeluh sesak nafas ketika beraktivitas, hasil pengkajian yang lain yaitu aktivitas latihan yang dilakukan dengan bantuan orang lain, pola tidur pasien yang kurang, hanya 1 – 2 jam saja. b. Masalah keperawatan yang muncul pada kasus Tn.L dengan decompensasi cordis yaitu pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung. c. Dari diagnosa pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung pada Tn.L menghasilkan tujuan dan kriteria hasil keperawatan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan sesak nafas pasien berkurang, tidak ada tanda – tanda kesulitan dalam bernafas, pernafasan normal 16 – 24 kali per menit. Rencana keperawatan yang dapat muncul yaitu beri terapi oksigenasi 3 liter per menit, berikan posisi yang nyaman (semi fowler), anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai toleransi dan membatasi aktivitas, laksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat. d. Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis dari tanggal 5 – 7 April 2012 pada Tn.L yaitu pemberian terapi oksigen 3 liter per menit, memberikan posisi yang nyaman untuk pasien (semi fowler), menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya dan batasi aktivitas, melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat.
24
e. Dari tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 – 7 April 2012 pada Tn.L dapat disimpulkan bahwa pasien mengatakan sesak nafas belum berkurang, pasien masih mendapatkan terapi oksigen kanul nasal 3 liter per menit, pernafasan 34 kali per menit, penggunaan otot bantu pernafasan, masalah belum teratasi saat ini dan intervensi dilanjutkan yaitu observasi status penafasan, atur posisi yang nyaman (semi fowler), anjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya dan batasi aktivitas, kolaborasi dalam pemberian oksigen. f. Dari analisa kondisi yang ditemukan penulis pada Tn. L dengan diagnosa medis pola nafas tidak efektif berhubungan dengan perubahan sekuncup jantung yaitu bahwa pasien masih mengeluh sesak nafas, pernafasan tercatat 34 kali per menit, ADL dibantu oleh keluarga. Dilakukan implementasi pada tanggal 5 – 7 April 2012 yaitu pemberian terapi oksigen 3 liter per menit, memberikan posisi yang nyaman untuk pasien, menganjurkan pasien untuk melakukan aktivitas sesuai dengan toleransinya dan batasi aktivitas, melaksanakan terapi dari dokter dalam pemberian obat.
2. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan decompensasi cordis, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :
25
a.
Institusi Pendidikan Agar dapat memotivasi mahasiswa untuk lebih mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian yang lebih inovatif dan waktu pengelolaan pada pasien decompensadi cordis ditambahkan agar bisa lebih detail melakukan asuhan keperawatan
b.
Rumah Sakit Diharapkan di dalam memberikan tindakan keperawatan dan mencapai hasil evaluasi yang maksimal tentu perlu adanya kerja sama dengan tim kesehatan lain seperti dokter, fisioterapi, ahli gizi dan yang lainnya, sehingga penulis mengharapkan agar mencapai hasil yang maksimal tentu perlu adanya kerja keras dalam melaksanakan tindakan baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lain
c.
Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya yang ingin mengambil kasus pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada penderita decompensasi cordis untuk dapat lebih memberikan tindakan asuhan keperawatan yang lebih maksimal.