STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. E DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
BOBBY SADWIKA NIM. P.09009
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn. E DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
Diajukan Untuk Menempuh Ujian Karya Tulis Ilmiah
DISUSUN OLEH :
BOBBY SADWIKA NIM. P.09009
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Bobby Sadwika
NIM
: P.09009
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADATn.E DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA”.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan , maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta,
April 2012
Bobby Sadwika
ii
LEMBAR PERSETUJUAN Karya Tulis ini diajukan oleh: Nama : Bobby Sadwika NIM
: P.09009
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA Tn.E DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA”.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Pembimbing I : NIK. 201185071
Di tetapkan di
: ..............................
Hari/Tanggal
: ..............................
Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns
(
)
HALAMAN PENGESAHAN Karya Tulis Ilmiah ini di ajukan oleh : Nama
: Bobby Sadwika
NIM
: P.09009
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN MENCINTAI DAN DICINTAI PADA
Tn.E
DENGAN
PERILAKU
KEKERASAN DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA”.
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Di tetapkan di
: ..............................
Hari/Tanggal
: ..............................
DEWAN PENGUJI
Penguji I Penguiji II Penguji III
: Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns NIK. 201185071 :Anissa Cindy Nurul Afni, S.Kep., Ns NIK. 201187086 : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns NIK. 201183063
(
)
(
)
(
)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep, Ns NIK.201084050 iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat menyeleseikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai Dan Dicintai Pada Tn. E Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang Sena Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1. Setiyawan, S.Kep, Ns , selaku Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S.Kep, Ns , selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKesKusuma Husada Surakarta. 3. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep, Ns , selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 4. Anissa Cindy NurulAfni, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
v
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Sindy Paramita Spd, selaku kakak pertama saya yang selalu memberi dukungan dan semangat untuk segera menyeleseikan tugas Karya Tulis Ilmiah. 9. Bryan Sadwika selaku kakak sekaligus saudara kembar saya yang memberi dukungan dan semangat untuk segera menyeleseikan tugas Karya Tulis Ilmiah. 10. Sahabat-sahabatku penghuni kontrakan “James Boy” yang setia dalam berjuang bersama menempuh 3 tahun belajar di bangku akademik STIKes Kusuma Husada Surakarta. 11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan bebagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Bobby Sadwika
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................
iv
KATA PENGANTAR ................................................................................
v
DAFTAR ISI ..............................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. ix BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .....................................................................
1
B. Tujuan Penulisan..................................................................
3
C. ManfaatPenulisan .................................................................
4
LAPORAN KASUS A. Pengkajian ...........................................................................
6
B. Daftar Perumusan Masalah...................................................
11
C. Perumusan Masalah Keperawatan ........................................
12
D. RencanaKeperawatan ...........................................................
12
E. Implementasi Keperawatan ..................................................
16
F. Evaluasi Keperawatan ..........................................................
16
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan .........................................................................
18
B. Simpulan ..............................................................................
23
C. Saran ....................................................................................
26
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 GenogramTn. E .......................................................................
8
Gambar 2.2 Pohon Masalah ........................................................................
11
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1
Log Book Kegiatan Harian
Lampiran
2
Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran
3
Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran
4
Asuhan Keperawatan
Lampiran
5
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Definisi sehat jiwa menurut Soeharto Heerdjan adalah orang yang jiwanya sehat secara populer dapat dilukiskan sebagai orang yang mampu berkembang secara wajar, sanggup melaksanakan tugasnya sehari-hari sebagaimana mestinya (Erlinafsiah, 2010). Gangguan jiwa menjadi masalah serius diseluruh dunia.Organisasi kesehatan Dunia (World Head Organitation) tahun 2007 menyatakan, paling tidak 1 dari 4 orang atau sekitar 450 juta orang terganggu jiwanya di Indonesia berdasarkan survey kesehatan mental rumah tangga setiap 1000 anggota rumah tangga terdapat 185 orang mengalami gangguan terkait masalah kejiwaan (Siti, 2010). Kepala Dinas Kesehatan di Jakarta Dien Emawati menyatakan bahwa jumlah penderita gangguan jiwa ringan hingga triwulan kedua tahun 2011 mencapai 306.621 orang, naik dari 159.029 orang pada tahun 2010. Secara keseluruhan, jumlah penderita gangguan jiwa di Jakarta mencapai angka 14,1% dari jumlah penduduk. Jumlah itu di atas angka nasional sebesar 11,6% (Kompas.com, 10 Oktober 2011). Dampak perkembangan jaman dan pembangunan juga menjadi faktor peningkatan permasalahan kesehatan yang ada, menjadikan banyaknya masalah kesehatan fisik juga masalah kesehatan mental spiritual, dan pada
1
2
akhir-akhir ini penderita gangguan jiwa makin meningkat, kebanyakan penderita gangguan jiwa terjadi karena perilaku kekerasan baik dalam rumah tangga ataupun yang lainnya (Casmita, 2008). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif (Stuard dan Sudden, 2005).Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai ancaman(Iyus, 2009). Teori maslow menentukan prioritas diagnosa yang akan direncanakan berdasarkan kebutuhan di antaranya kebutuhan fisiologi, keselamatan dan keamanan, mencintai dan dicintai, harga diri dan aktualisasi diri. Kebutuhan keamanan dan keselamatan meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan, pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.Kebutuhan mencintai dan dicintai adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa cinta kasih serta keinginan untuk menjaga dan mempertahankannya(Hidayat, 2008). Rumah Sakit Jiwa Surakarta adalah rumah sakit milik pemerintah yang diklasifikasikan sebagai kelas A dan sebagai pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat yang berhubungan dengan perencanaan dari suatu rumah sakit bagi rumah sakit jiwa, dengan berbagai tingkat keparahannya. Hasil survei di Rumah Sakit Jiwa Daerah
3
Surakarta, gangguan halusinasi yang ada di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta kurang lebih 42% jika dibandingkan gangguan jiwa lainnya, diantaranya perilaku kekerasan 34%, harga diri rendah 14,5%, defisit perawatan diri 5,6% dan menarik diri 3,9% (Catatan Medical Record RSJD Surakarta, 2002). Berdasarkan laporan periode bulan April 2012, pasien yang dirawat di ruang Sena RSJD Surakarta di dapatkan dari 42 pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 15 pasien yang mengalami gangguan resiko perilaku kekerasan, rata – rata berumur antara 20 tahun sampai 50 tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam membuat karya tulis ilmiah dengan judul “Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Mencintai Dan Dicintai Pada Tn. E Dengan Perilaku Kekerasan Di Ruang Sena Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan Terdiri atas 2 (dua) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan umum Melaporkan kasus pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai pada Tn.E dengan perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.
4
2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. E dengan pemenuhan kebutuhan dicintai dan mencintai: perilaku kekerasan. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. E dengan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku kekerasan. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. E dengan
pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku
kekerasan. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. E dengan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku kekerasan. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. E dengan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku kekerasan. f. Penulis
mampu
menganalisa
kondisi
pemenuhan
kebutuhan
mencintai dan dicintai yang terjadi pada Tn. E dengan gangguan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai: perilaku kekerasan.
C. Manfaat Penulisan 1. Penulis Dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman nyata penulis dalam memberikan asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai dengan perilaku kekerasan.
5
2. Bagi profesi Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan lainnya dalam melaksanakan
asuhan
keperawatan pada klien
dengan
perilaku
kekerasan, sehingga klien mendapatkan penanganan yang cepat, tepat dan optimal. 3. Bagi institusi a. RSJD Surakarta Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit untuk membuat kebijakan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan. b. Pendidikan Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan keperawatan khususnya pada klien dengan perilaku kekerasan dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Bab II ini merupakan ringkasan Asuhan Keperawatan Jiwa dengan pengelolaan studi kasus pada pasien Tn.E dengan Perilaku Kekerasan di ruang Sena RSJD Surakarta pada tanggal 05 April – 07 April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Hasil pengkajian tanggal 05 April 2012 pukul: 10.00 WIB pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allow anamnesa, mengadakan pengkajian langsung, pemeriksaan fisik dan menelaah catatan perawat, dari data pengkajian tersebut didapatkan hasil identitas pasien bernama Tn.E, umur 50 tahun, masuk tanggal 22 Maret 2012 agama Islam, pekerjaaan swasta, alamat Madiun yang dirawat di ruang Sena RSJD Surakarta sudah 2 minggu sejak Tn. E diagnosa Perilaku Kekerasan. Penanggung jawab pasien adalah Ny.R, pekerjaan tukang jahit, hubungan dengan pasien adalah istrinya. Ketika dilakukan pengkajian keluhan yang dirasakan pasien saat dikaji adalah pasien mengatakan jengkel kepada istrinya. Riwayat alasan masuk ± 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien sering ngeluyur, susah tidur, mengamuk, membanting-banting barang di rumah, pasien mengatakan kesal kepada istrinya karena selalu meminta uang kepada pasien untuk belanja.
6
7
Faktor predisposisi didapatkan pasien mengatakan sudah pernah dirawat di rumah sakit jiwa selama 3x dan pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena tidak bersedia minum obat dan jarang kontrol. Faktor presipitasi pasien mengatakan stress dan mengamuk di rumah lalu membanting barang - barang yang ada di sekitarnya karena merasa kesal dengan istrinya yang selalu meminta uang, pasien mengatakan kurang dicintai oleh istrinya. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan fisik semasa hidupnya, dari pengkajian genogram bahwa tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Tn.E merupakan anak keempat dari empat bersaudara, di rumah dia tinggal bersama anak dan istrinya. Pasien mengatakan mempunyai pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu diejek oleh tetangganya karena pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tanda- tanda vital, tekanan darah: 130/80 mmHg, nadi: 86 x/menit, suhu: 36 C, respirasi: 20 x/menit, tinggi badan: 165 cm, berat badan: 60 kg.Pengkajian psikososial didapatkan bahwa pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara, pasien tinggal serumah dengan istri dan satu orang anaknya, dalam anggota keluarga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
8
Gambar 2.1 Genogram Keterangan : : Laki - Laki
: Laki - Laki meninggal
: Perempuan
: Perempuan meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah : Garis Keturunan
Pengkajian konsep diri, pada gambaran dirinya pasien mengatakan suka pada hidungya karena mancung dan kurang suka dengan perutnya yang sedikit buncit. Identitas pasien mengatakan sudah menikah dan mempuyai anak satu. Peran pasien dirumah adalah sebagai kepala keluarga. Ideal diri pasien mengatakan pasien mengatakan ingin cepat pulang bertemu anak istrinya dan segera bekerja kembali. Harga diri pasien mengatakan sedikit malu bila bertemu dengan tetangganya karena dirinya suka mengamuk-amuk dirumah.
9
Pasien mengatakan orang yang paling berharga adalah istri dan anaknya meskipun dia sering diamuk tapi pasien mengatakan dia sangat menyayangi keduanya. Hubungan dalam bermasyarakat pasien mengatakan jarang bergaul dengan tetanggganya tetapi jika ada selametan pasien selalu mengikuti, pasien tampak diam saja ketika tidak ada yang mengajaknya berbicara. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain pasien mengatakan tidak menemukan kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Kepercayaan pasien mengatakan beragama islam dan rajin beribadah. Kegiatan ibadah pasien mengatakan sholat 5 waktu dan tidak lupa berdo’a setelah sholat. Penampilan pasien terlihat rapi dengan rambut tertata rapi, cara berpakaian juga baik tidak acak-acakan. Pembicaraan saat dikaji pasien berbicara dengan jelas dan nada suara agak tinggi. Aktifitas motorik pasien terlihat agak tegang. Alam perasaan pasien mengatakan senang saat dikaji. Afek pasien saat dikaji afeknya datar. Interaksi pasien saat di wawancarai cukup kooperatif dan mau menjawab semua pertanyaan yang diajukan. Isi pikir pasien saat dikaji pasien tidak mengalami gangguan, tidak ada waham, pasien mengatakan ingin segera pulang dan bertemu keluarga di rumah. Proses pikir pasien dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Memori pasien dapat mengingat kejadian jangka panjang dan jangka pendek, pasien mampu mengingat kapan saat dia dibawa di rumah sakit dengan diantar kakak dan istrinya. Pasien dapat berkonsentrasi saat diajak berbicara, pasien mampu mengambil keputusan sendiri, saat di tanya “kalau ada kotoran sampah di ruangan harusnya bagaimana?” dan
10
pasien menjawab “ya, disapu”. Tingkat kesadaran pasien sadar penuh, tidak ada disorientasi waktu dan tempat. Persepsi pasien tidak mengalami gangguan halusinasi.Daya tilik diri pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang. Pada pengkajian kebutuhan pasien pulang didapatkan data bahwa pasien mengatakan makan 3x sehari dengan menu yang disediakan dari rumah sakit yaitu nasi, sayur, lauk-pauk serta buah. Pasien juga mengatakan selalu habis makannya lalu tidak lupa mencuci piringmya sendiri. BAB pasien mengatakan, BAB sehari 1x yaitu saat pagi hari dan untuk BAK pasien mengatakan bisa 6-7x sehari. Kebutuhan mandi pasien juga tercukupi, pasien mengatakan mandi 2x sehari yaitu pagi dan sore. Pasien juga mengatakan selalu keramas dan menggosok giginya saat mandi, kemudian pasien mengatakan setelah mandi tidak lupa ganti baju yang bersih dan menyisir rambutnya agar kelihatan rapi. Penggunaan obat, pasien mengatakan ketika di rumah sakit mau untuk minum obat secara teratur agar cepat sembuh dan pulang. Pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan jarang kontrol ke rumah sakit. Kegiatan di dalam rumah pasien mengatakan lebih senang melihat tv. Kegiatan di luar rumah pasien mengatakan bekerja bila ada yang mengajaknya bekerja. Mekanisme koping, pasien mengalami mekanisme koping maladaptif yaitu pasien mengatakan jengkel kepada istrinya ketika istrinya minta uang sedangkan dia tidak punya uang, pasien mengatakan selalu menghindar dari istrinya ketika dimintai uang atau bila pasien marah pasien mengatakan
11
membanting barang-barang di rumah agar istrinya tidak mengomel lagi. Pasien mengatakan mengerti alasan kenapa dia dibawa ke rumah sakit jiwa karena dia sering mengamuk di rumah dan pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya. Terapi obat Risperidol 2x2 mg, Clorpromazin 2x100mg, Triheksaperidol 2x2 mg. Pasien dilakukan pemeriksaan laboratorium tgl 24 Maret 2012 dengan hasil yaitu GDS 129 mg/dL (normal < 130 mg/dL), SGOT 44 u/L (normal < 37 u/L), SGPT 37 u/L (normal < 42 u/L).
B. DaftarPerumusanMasalah Berdasarkan data diatas dapat ditegakkan diagnosa keperawatan yaitu resiko perilaku kekerasan, diagnosa keperawatan tersebut didukung dengan data subyektif pasien mengatakan kesal dengan istrinya karena sering meminta uang, pasien mengatakan jika dirinya marah maka dia membantingbanting barang di rumah. Data obyektif: pasien tampak kesal, wajah merah, mata melotot, suara dengan nada tinggi. Setelah diagnosa keperawatan ditegakkan maka dapat disimpulkan bahwa pohon masalahnya adalah sebagai berikut: Pohon Masalah Resiko Menciderai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan (Akibat)
Resiko Perilaku Kekerasan ( Core Problem)
Harga diri rendah (Etiologi)
Gambar 2.2 Pohon masalah
12
C. Rencana Keperawatan Didapatkan dari hasil pengkajian rencana keperawatan pada Tujuan umum: Klien tidak melakukan tindakan kekerasan. Tujuan khusus yaitu merupakan respon yang diharapakan dari hasil tindakan keperawatan. Tujuan khusus 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien tampak: Menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat, wajah cerah (tersenyum), mau berkenalan, bersedia menceritakan perasaannya. Intervensi yang akan dilakukan bina hubungan saling percaya dengan, memberi salam setiap berinteraksi, perkenalkan nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama kesukaan klien, tunjukan sikap empati jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien. Tujuan khusus 2: Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, menceritakan penyebab perasaan kesal (jengkel), baik dari diri sendiri maupun lingkungannya. Intervensi yang akan dilakukan, bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya, motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal (jengkel), dengarkan tanpa mencela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien.
13
Tujuan Khusus 3: Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perlikau kekerasaan. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menceritakan tandatanda saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan mengepal, ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah jengkel marah bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi perilklien
kekerasan. Intervensi
yang akan dilakukan,
bantu
klien
mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang dialaminya, motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku kekerasan terjadi, motivasi klien menceritkan kondisi emosinya saat terjadi perilaku kekerasan, motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan. Tujuan khusus 4: Klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan, jenis-jenis ekspresi kemarahan yang selama ini telah dilakukanya, perasaannya saat melakukan kekerasan, efektifitas cara yang dipakai dalam menyelesaikan masalah. Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini, motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini pernah dilakukannya, motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindakan kekerasan tersebut terjadi, diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukanya masalah yang dialami teratasi. Tujuan khusus 5: Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 1x pertemun klien menjelaskan akibat
14
tindakan kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijauhi teman), orang lain (keluarga luka, tersinggung, ketakutan), lingkungan (barang atau benda rusak). Intervensi yang akan dilakukan, diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada, diri sendiri, orang lain, keluarga, lingkungan Tujuan khusus 6: Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
Kriteria
evaluasi
2x
pertemuan
klien,
menjelaskan cara sehat mengungkapkan marah, Intervensi diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat, jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah, jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan marah, cara fisik : nafas dalam pukul bantal dan olahraga, verbal mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal pada orang lain, sosial : latihan asertif dengan orang lain. Tujuan khusus 7: Klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 2 kali pertemuan klien memperagakan cara mengontrol perilaku kekerasan, fisik : tarik nafas dalam, memukul bantal, verbal : mengungkapkan perasaan kesal pada orang lain tanpa menyakiti, spiritual zikir doa. Intervensi diskusikan cara mungkin di pilih untuk mengungkapkan kemarahannya, latih klien memperagakan cara yang dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat jengkel muncul.
15
Tujuan khusus 8: Klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan. Kriteria evaluasi setelah 3x pertemuan keluarga : menjelaskan cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien. Intervensi diskusikan pentingnya paran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatakan perilaku kekerasaan, jelaskan pengertian penyebeb, akibat, dan cara merawat klien perilaku kekerasan, peragakan klien menangani parilaku kekerasan, beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri pujian kepada keluarga setelah peragakan, tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih. Tujuan khusus 9: Klien menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan . Kriteria evaluasi setelah 1x pertemuan klien menjelaskan : manfaat minum obat, keinginan tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna
obat, dosis yang diberikan kepadanya, waktu penakaran, cara
penakaran, efek yang dirasakan, setelah 1x pertemuan klien mengungkapkan obat sesusi program. Intervensi jelaskan manfaat menggunaan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat, jelaskan kepada klien : jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakain, efek yang dirasakan klien, anjurkan klien :minta dan menggunakan obat tepat waktu, lapor ke perawat atau dokter jika mengalami efek yang tidak biasa, beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat.
16
D. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan adalah: bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang muncul pada pasien, mengidentifikasi tanda dan gejala yang muncul pada saat marah, mengidentifikasi akibat yang ditimbulkan pada saat marah, membantu pasien dalam memilih dan mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yaitu: tarik nafas dalam, pukul bantal, berbicara baik, beribadah, minum obat, menganjurkan pasien untuk memasukkan cara yang dipilih ke jadwal harian pasien untuk dilatih setiap hari. Respon pasien yaitu pasien mau membina hubungan saling percaya dengan perawat, pasien mengatakan jengkel kepada istrinya, pasien mengatakan merasa kurang dicintai oleh istrinya, pasien mengatakan bila dia marah maka membanting-banting barang di rumah, pasien tampak bersedia diajarkan
teknik
mengontrol
marah,
pasien
mengatakan
bersedia
memasukkan teknik pukul bantal ke dalam jadwal harian untuk dilatih setiap hari.
E. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan implementasi selama 3 x 15 menit didapatkan evaluasi, data subyektif: pasien mau berjabat tangan dan mau untuk memperkenalkan dirinya, pasien mengatakan kesal kepada istrinya, pasien mengatakan mengamuk saat kesal karena selalu dimintai uang untuk belanja dengan istrinya dan membanting barang-barang. Data obyektif: pasien
17
tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau menyebutkan
perilaku
kekerasan
yang
dilakukan,
pasien
mampu
mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan yang dia pilih: pukul bantal. pasien tampak mau mempraktekkan cara yang dipilih ke dalam jadwal harian untuk dilatih setiap hari. Evaluasi pukul bantal: motivasi pasien secara mandiri. Validasi pukul bantal: anjurkan pasien pukul bantal saat kesal atau marah.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Perilaku kekerasan adalah perilaku yang membahayakan orang, diri sendiri secara fisik, emosional dan seksualitas (Nanda, 2005). Menurut Stuart dan Sudden (2005), resiko perilaku kekerasan adalah keadaan dimana individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Marah merupakan perasaan jengkel yang ditimbulkan sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan sebagai ancaman (Iyus, 2009). Manifestasi klinis dari perilaku kekerasan antara lain adalah kata-kata kotor, peningkatan agitan, harga diri rendah, peningkatan volume suara, rasa bersalah terhadap diri sendiri, muka merah, otot tegang (Stuart danSudden, 2005). Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan, tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien (Townsend, 2006). Pengkajian pada pasien, penulis menggunakan teori proses perawatan jiwa yaitu pengkajian identitas klien, identitas penanggung jawab, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaaan fisik, psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, data penunjang dan terapi (Kelliat, 2006).
18
19
Teknik pengkajian yang dilakukan penulis adalah dengan cara wawancara dengan klien (autoanamnesis) dan orang terdekat klien (alloanamnesis), meneliti catatan kesehatan (Smeltzer, 2002). Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.E secara garis besar ditentukan dari data subyektif dan obyektif yaitu pasien mengatakan kesal dengan istrinya karena sering meminta uang, pasien mengatakan merasa kurang dicintai oleh istrinya, pasien mengatakan jika dirinya marah maka dia membanting-banting barang di rumah, pasien tampak kesal. Terdapat manifestasi klinis yang muncul pada klien yaitu wajah tegang, mata melotot, wajah memerah, suara dengan nada tinggi. Tanda gejala yang muncul pada Tn.E sesuai dengan teori yang di cantumkan oleh penulis yaitu terjadi peningkatan volume suara, muka merah dan otot tegang. Kebutuhan mencintai dan dicintai adalah suatu keadaan dimana seseorang memiliki tanggung jawab terhadap sesuatu yang menimbulkan rasa cinta kasih serta keinginan untuk menjaga dan mempertahankannya(Hidayat, 2008). Berdasarkan pengkajian diatas maka dapat disimpulkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk dicintai dan mencintai, bila rasa ini mengalami gangguan maka akan timbul resiko perilaku kekerasan karena jika seseorang tidak bisa mencintai dan dicintai maka tidak akan timbul rasa kasih sayang dan memiliki sehingga membuat seseorang tersebut dapat bertindak sesuka hatinya tanpa memikirkan resiko yang akan terjadi. Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan
20
dari
kelompok
dimana
perawat
secara
accountabilitas
dapat
mengidentifikasikan dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan klien (Kelliat, 2005). Menurut
Stuart
dan
Sudden
(2005),
pohonmasalahpadaresikoperilakukekerasan(core problem)dapatmengakibatkanseseorangberesikomelakukantindakanmenceder aidirisendiri,
orang
lain
ataulingkungan.
Hal
inidapatterjadikarenabeberapapenyebabyaitugangguankonsepdiri: hargadirirendah,
gangguanpemeliharaankesehatan,
ketidakmampuankeluargamerawatklien di rumah. Data yangdiperolehdari Tn.E yaitu resiko perilaku kekerasan yangdisebabkan oleh harga diri rendah yang didukungoleh data subyektif pasien mengatakan pasien kurang suka dengan perutnya yang buncit, pasien mengatakan sedikit malu bila bertemu dengan tetangganya karena dia sering mengamuk-amuk di rumah, pasien mengatakan jarang bergaul dengan tetangganya di rumah, data obyektif: pasien menunduk, kontak mata kurang saat menceritakan masalahnya yang berkaitan dengan kondisi fisik. Kemudiandapat beresiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan yang didukung data subyektif pasien mengatakan kesal jika istrinya minta uang kemudian pasien mengamuk dan membanting-banting barang,data obyektif pasien tampak kesal saat bercerita,wajah merah. Berdasarkan data yang
diperolehtersebutpenulismenyimpulkanbahwapohonmasalah
terjadipadaTn.Esamadenganteori
yang yang
21
dituliskanyaitupenyebabdariresikoperilakukekerasan(core problem)adalahhargadirirendahsehinggadapatberesikoperilakumencederaidiri sendiri, orang lain danlingkungan, halinijugaberkaitandengan gangguan pemenuhan kebutuhan mencintai dan dicintai yaitu keadaan pasien yang kurang mengerti akan menjaga hubungan keluarga terutama dengan istrinya dan menyebabkan resiko perilaku kekerasan pada Tn.E dapat muncul ketika dirinya sedang marah. Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry, 2005). Rencana tindakan yang dilakukan penulis adalah bina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan, mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan, mengidentifikasi akibat dari perilaku kekerasan, mengidentifikasi cara yang dilakukan klien ketika perilaku kekerasan muncul, ajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan, ajarkan kepada keluarga cara merawat klien dengan perilaku kekerasan, anjurkan pada klien menggunakan obat yang benar. Kriteria hasil yang diharapkan adalah klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya, klien dapat mengidentifikasi tanda - tanda perilaku kekerasan, klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukanya, klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan, klien
22
dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahan, klien dapat mendemontrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan, klien mendapatkan dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan, klien menggunakan obat sesuai program yang telah di tetapkan. Implementasi dan evaluasi keperawatan pada Tn. E dilakukan selama tiga hari pada tanggal 05 – 07 April 2012 di bangsal sena, Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai kegiatan dan melakukan tindakan – tindakan perawatan dalam mengatasi masalah klien, tugas perawat pada saat ini adalah melaksanakan kegiatan yang telah direncanakan pada tahap pra interaksi dan melanjutkan tahap orientasi (Erlinafsiah, 2010). Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan pada Tn.E yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap pasien tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang dipilih pasien. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
23
Evaluasi dapat dibagi dua, yaitu evaluasi proses atau formatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan khusus dan umum yang telah ditentukan (Kelliat, 2006). Hasil evaluasi yang didapat dari Tn.E adalah data subyektif dan obyektif antara lain: pasien mengatakan mengamuk saat kesal karena selalu dimintai uang untuk belanja dengan istrinya dan membanting barang-barang, pasien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan pasien tampak mau mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk pasien antara lain pasien diminta untuk memberitahukan kepada perawat atau keluarga ketika sedang marah, sedangkan perencanaan untuk penulis adalah mempertahankan tujuan khusus 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7 lalu melanjutkan strategi pelaksanaan yang selanjutnya yaitu mengontrol marah dengan cara verbal, spiritual (do’a) dan minum obat secara teratur. Memotivasi pasien untuk mempraktekan cara mengontrol marah dengan pukul bantal. Penulis mendelagasikan kepada perawat ruangan untuk memvalidasi cara yang telah diajarkan kepada pasien.
B. Simpulan
24
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara (allow anamnesa) dan (autoanamnesa) mengobservasi klien yaitu dari segi penampilan, pembicaran, perilaku klien, kemudian ditambah dengan menelaah catatan medik dan catatan keperawatan. Dalam pengkajian ini penulis mengkaji data dari tanggal klien masuk RSJD, identitas klien, penanggung jawab alasan masuk, faktor predisposisi, faktor prestisipitasi, pemeriksaan fisik keluhan fisik, psikososial, (genogram dan analisa genogram) konsep diri, hubungan sosial, spiritual status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan klien, aspek penunjang. Dalam diagnosa keperawatan pada pohon masalah yang menjadi care problem dari perilaku kekerasan adalah resiko perilaku kekerasan, yang menjadi akibat adalah resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan, dan penyebab dari perilaku kekerasan adalah gangguan harga diri rendah. Data yang diperoleh dari Tn. E sesuai dengan teori yang ada diatas yaitu yang menjadi care problem adalah resiko perilaku kekerasan yang didukung dengan data subyektif: pasien mengatakan kesal dengan istrinya karena sering meminta uang, pasien mengatakan jika dirinya marah maka dia membanting-banting barang di rumah dan data obyektif: pasien tampak kesal, wajah merah, mata melotot, suara dengan nada tinggi. Intervensi yang dilakukan yaitu, tujuan umum: pasien dapat mengontrol marah agar tidak ada perilaku kekerasan yang muncul. Tujuan khususnya yaitu pasien dapat membina hubungan saling percaya, pasien
25
dapat
menyebutkan
penyebab
perilaku
kekerasan,
pasien
dapat
mengidentifikasi tanda – tanda perilaku kekerasan, pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan, pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan, pasien dapat mempraktikkan cara mengontrol perilaku kekerasan, pasien bersedia minum obat sesuai program yang dianjurkan, pasien memasukkan cara mengontrol perilaku kekerasan ke dalam jadwal harian. Implementasi yang dilakukan penulis untuk mengatasi resiko perilaku kekerasan pada Tn.E yaitu membina hubungan saling percaya dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor predisposisi, pemeriksaan fisik, status mental, masalah psikososial dan lingkungan, mekanisme koping dan tingkat pengetahuan pasien. Melakukan proses keperawatan dari TUK 1 sampai 7 yaitu mengidentifikasi terhadap pasien tentang penyebab terjadinya marah, mengidentifikasi tanda-tanda saat marah, mengidentifikasi akibat dari marah yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol marah yang benar yaitu teknik pukul bantal sebagai cara yang dipilih pasien. Evaluasi yang didapat dari Tn.E adalah data subyektif dan obyektif antara lain: pasien mengatakan mengamuk saat kesal karena selalu dimintai uang untuk belanja dengan istrinya dan membanting barang-barang, pasien tampak mau berjabat tangan dan membina hubungan saling percaya pada perawat, pasien tampak mau menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya muncul, pasien menjawab semua pertanyaan, ada kontak mata, pasien mau
26
menyebutkan perilaku kekerasan yang dilakukan, pasien mengatakan mau untuk diajari cara mengontrol marah dengan cara pukul bantal dan pasien tampak mau mempraktekannya. Kemudian dilakukan perencanaan untuk pasien yaitu mempertahankan TUK 1 sampai 7 dan melanjutkan strategi pelaksanaan dari perilaku kekerasan
C. Saran Berdasarkankesimpulandiatas, makapenulismemberikan saran yang diharapkanbermanfaat, sebagaiberikut: 1. Rumah sakit hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh klien untuk penyembuhan, rumah sakit menyediakan tenaga kesehatan yang profesional guna membantu penyembuhan pasien. 2. Institusi
pandidikan untuk
selalu memberikan motivasi
kepada
mahasiswa untuk penyelesaian tugas karya tulis ilmiah. 3. Keluarga berikan motivasi kepada klien dan kontrolkan secara rutin, belajar cara merawat klien pada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa. 4. Perawat untuk lebih profesional dalam merawat pasien dan lebih sabar dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan pasien.
DAFTAR PUSTAKA Catatan Medical Record, 2002. Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Casmita.T. 2008. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. www. jurnal. perilaku – kekerasan. com diakses tanggal 10 April 2012. Erlinafsiah. 2010. Modal Perawat Dalam Praktik Keperawatan Jiwa. Penerbit: Trans Info Media. Jakarta. Hidayat Aziz H. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Penerbit Buku: EGC. Jakarta. Kelliat Budi A. 2005. Marah Akibat Penyakit Yang Diderita. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta. Kelliat Budi A. 2006. Proses Perawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta. Kompas. com. 2010. Departemen Kesehatan RI, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat. www. kompas. com. diakses tanggal 15 April 2012. Nanda. 2005. Definisi Dan Klasifikasi. Penerbit Buku: Prima Medika. Jakarta. Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan, volume 1, edisi 4. EGC: Jakarta. Siti A. 2010. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan. www. jurnal. perilaku – kekerasan. com. diakses tanggal 10 April 2012. Smeltzer, C. Suzanne. 2002. Brunner & Suddarth: Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa: Waluyo Agung, Yasmin Asih, Juli, Kuncara, I Made Karyasa. EGC: Jakarta. Stuard & Sudden. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta. Townsend M C. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta. Yosep. Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Penerbit Buku: Pt Refika Aditama. Bandung.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Bobby Sadwika
Tempat,tanggal lahir
: Madiun, 07 Februari 1991
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Alamat Rumah
: Jln. Tanjung Manis gg XI/03. Kel. Manisrejo. Kec.Taman. Kota Madiun. Provinsi Jawa Timur.
Riwayat Pendidikan
: SD Negeri Nambangan Lor Madiun SMP Negeri 04 Madiun Madrasah Aliyah Negeri 2 Madiun DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta