Aku Mencintai Cinta
dan
Dicintai
Indah Itu Mencintai... Aku melihatmu dengan bayangan. Berlarian bebas kala malam berawan. Kenapa terasa sedih sekali? Padahal cinta adalah nyata yang kau kirim dengan janji. Sadar akan bayangku yang sirna. Tak ada sesuai bersanding dengan mega siluetmu yang terawang gamang. Aku
menggapaimu,
selalu
menggapaimu,
berusaha
menggapaimu. Tak apa... berlarilah. Karena langkahku tak pernah terhenti. Suatu tikungan nanti ada senyummu disana. Terhenti oleh waktu yang tepati janjinya. Pada hati yang mendamba kalbu yang berjarak karena palung dan samudera. I.D.Y.
2
Aku, Kamu, dan Cinta Semua berawal dari hujan meteor malam itu Mengapa datangnya selalu di kala malam? Mungkin karena pendaran cahayanya akan terasa indah saat hanya bintang dan bulan yang menemaninya Namun mengapa aku tak melihat meteor, bintang, ataupun bulan di langit malam kala itu Kau yang tersenyum tenang memendarkan keindahan luar biasa yang redupkan kawanan bintang Senyuman kuat nan tegas yang menghalau jutaan hujaman meteror kehidupan Wibawa layaknya bulan yang syahdu dalam singgasananya Namun aku hanyalah perisai negara yang tak layak bersanding dengan mahkota bertahta berlian Hingga akupun dikalahkan oleh keadaan Karena tak pernah berani menyentuh indah hatimu Walau pelupuk mata selalu bisa membuat jajaran bulu mata menunduk patuh padaku Aku hanyalah nuri pengecut yang hanya bisa bernyanyi dalam sangkar emas Hingga lututku pun kaku dan lumpuh Memang awalnya aku bersimpuh karena tak ada daya 3
Namun pedang kesatria yang terpatri dalam jiwamu, telah menopang hati lemahku Walau harus dengan roda aku berjalan, aku tahu lengan seorang prajurit yang kau miliki itu akan selalu merengkuhku Kisah ini tidak terlukis dengan tinta emas dan di atas sutra Awan mendung selalu bisa pudarkan segala cahaya Bila amarahnya tak tertahankan, akulah yang harus bermandikan hujan badai agar para petani tak menangis dalam lumbungnya, agar para nelayan tidak memaki pada lautan Dan agar berlianku tak pecah karena terlepas dan jatuh dari mahkotanya Semoga janji untuk kembali membawa bendera kemenangan dapat ku penuhi kelak Juga janjiku tuk jaga hatimu selamanya Aku duduk termangu di taman kala senja musim semi membuat mentari berlutut di ufuk barat, Pancaran sinarnya gambarkan kegundahan hatinya, Angin yang berhembus terasa hangat namun menjadi teramat dingin saat merasuk dalam kalbu, 4
Dengan hikmat memandu perdu-perdu menunduk patuh, Mempersembahkan penghormatan terakhir untuk perisai yang gugur demi teruntainya senyuman abadi Akupun terheran memandangi pohon krisan yang menangis karena kehilangan bunganya Apakah bunga-bunga itu bersamamu, perisaiku? Biarlah aku disini menemani tangisan pohon krisan ini Karena aku terlalu memahami arti sebuah kehilangan Api telah belajar untuk menghangatkan dan bukannya menghanguskan Air pun telah belajar untuk menyejukkan dan bukannya meluluhlantakkan Walau akhirnya aku tak mampu tepati semua janjiku Seperti bayangan yang mengiringi tiap langkahmu Aku akan selalu menjagamu, Bintangku,
mahkota
berlianku,
cinta
pertama
dan
terakhirku... I. D.Y.
5
Chuahae... Ah, dia tersenyum padaku Matahari senja yang sedang bercermin pada lautan Pantulan sinarnya anggun mengalun-alun oleh ombak Dan angin yang berhembus menebar kehangatan Membuatku mengingat masa itu Saat dengan pasti walau tangan bergetar aku tuliskan cinta Hingga sebuah pita memori tercipta dengan eloknya Sungguh kata itu bukanlah torehan tinta biasa Ada jiwa kesungguhan yang ku tiupkan ke dalamnya Ada ingin yang timbul di hati Seolah mengerti, perdu-perdu itu mengalun pelan Sudah tak hijau lagi tampak daunnya Namun tan kunjung dia menggugurkannya Apakah dilema? Sama seperti yang kurasa? Ingin sekali kuteguhkan hati dan mantapkan rasa Dengan lembut kan ku raih kedua tanganmu Tepat dihadapanmu hatiku kan menemaniku mengatakan, bahwa... Saranghae... -I.D.Y-
6
Kita, Selamanya... Langit berwarna jingga kala itu Sendiri, aku melihat diriku bercermin pada cermin yang mengalun Sejenak aku merelakan bayanganku tergerus karang Hancur tak berbekas Hingga belaian angin itu serentak datang Menghembuskan kabar dari mega di seberang samudera Tangan yang tak meraih hati yang sendiri Menanti dalam diam tak berbatas Jika kaki ini menyeberang ke dunia kerajaan senja Satu pita takdir kan berputar dan berlagukan sumpah Lengan ini ada yang merengkuh Kaki ini ada yang mengiringi Hati ini ada yang memiliki Tuhan sejenak menidurkan lautan dalam tasbih ombaknya Bersenandung syahdu akan janjimu, janjiku, janji kita Dengan menyebut namaNya, palung terdalam, topan terdahsyat, dan malam terdingin Tak akan goyahkan sakinahnya ikatan ini, Selamanya... hingga surya terbenam dalam terbitnya... -I.D.Y.
7