MAKALAH “PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL CINTA MENCINTAI PADA LANSIA”
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1 Anggota Kelompok 1 : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Arganita T. P. Eka Septiana Elisa Setiani Imroatus Solehah Irwan Dwi Nor Sapiah Meliana Nindigarnis
8. Mita Merlinda 9. Nanang 10.Ratno 11.Slamet Dwi 12.Syah Fardani 13.Tri Septiani 14.Wahyu Imam H.
PRODI S-1 KEPERAWATAN TINGKAT III STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP 2014-2015
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk unik yang utuh menyeluruh, yang tidak saja terdiri atas aspek fisik, melainkan juga psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Dimensi spiritual merupakan salah satu dimensi penting yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada semua klien. Bahkan, Makhija (2002) menyatakan bahwa keimanan atau keyakinan religius adalah sangat penting dalam kehidupan personal individu. Lebih lanjut dikatakannya, keimanan diketahui sebagai suatu faktor yang sangat kuat (powerful) dalam penyembuhan dan pemulihan fisik. Sementara itu, jika kita lakukan analisis situasi saat ini, termasuk di Indonesia, kenyataannya menunjukan bahwa asuhan spiritual (spiritual care) belum diberikan oleh perawat secara kompeten. Berdasarkan uraian di atas tampak adanya dua pertentangan antara pentingnya asuhan spiritual di satu sisi dan fakta permasalahan aplikasi asuhan spiritual oleh perawat di sisi lainnya, sekaligus juga peluang dan tantangan untuk melakukan studi lebih lanjut terkait dengan spiritualitas dan asuhan spiritual. Untuk itu perlu direnungkan dan dilakukan pengkajian lebih lanjut bagaimana persepsi perawat tentang konsep spiritualitas dan asuhan spiritual, sebagai langkah awal untuk mulai memfokuskan dan mendudukan sama pentingnya aspek spiritual, seperti juga aspek lainnya (fisik, psiko, dll). Setelah itu perlu pula studi lanjutan tentang faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi asuhan spiritual, baik faktor pendukung maupun penghambatnya. B. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui pengertian spiritual 2. Mahasiswa mengetahui dimensi spiritual lansia 3. Mahasiswa mengetahui perkembangan spiritual lansia 4. Mahasiswa mengetahui kebutuhan dasar spiritual pada lansia 5. Mahasiswa mengetahui sikap kelompok lansia tentang sakit dan kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Spiritual Spiritualitas adalah hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh individu.Spiritual adalah
kebutuhan dasar dan pencapaian tertinggi seorang manusia dalam kehidupannya tanpa memandang suku atau asal-usul. Kebutuhan dasar tersebut meliputi: kebutuhan fisiologis, keamanan dan keselamatan, cinta kasih, dihargai dan aktualitas diri. Aktualitas diri merupakan sebuah tahapan Spiritual seseorang, dimana berlimpah dengan kreativitas, intuisi, keceriaan, sukacita, kasih sayang, kedamaian, toleransi, kerendahatian serta memiliki tujuan hidup yang jelas (Maslow 1970, dikutip dari Prijosaksono, 2003). Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta (Hamid, 1999). Spiritual juga disebut sebagai sesuatu yang dirasakan tentang diri sendiri dan hubungan dengan orang lain, yang dapat diwujudkan dengan sikap mengasihi orang lain, baik dan ramah terhadap orang lain, menghormati setiap orang untuk membuat perasaan senang seseorang. Spiritual adalah kehidupan, tidak hanya doa, mengenal dan mengakui Tuhan (Nelson, 2002). Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata : makna, harapan, kerukunan, dan system kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman,1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan dengan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra, inter, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan perilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam ,dan Tuhan (Dossey & Guazetta, 2000). Para ahli keperawatan menyimpilkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia. B. Karakateristik Spiritual Adapun karakteristik spiritualitas menurut Hamid (2000) meliputi : 1. Hubungan dengan diri sendiri (kekuatan dalam atau self-reliance) meliputi: pengetahuan diri (siapa dirinya, apa yang dapat dilakukannya) dan sikap (percaya pada diri sendiri, percaya pada kehidupan/masa depan, ketenangan pikiran, harmoni atau keselarasan dengan diri sendiri.
2. Hubungan dengan alam (harmoni) meliputi: mengetahui tentang tanaman, pohon, margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam (bertanam, berjalan kaki), mengabadikan dan melindungi alam. 3. Hubungan dengan orang lain (harmonis atau suportif) meliputi: berbagi waktu, pengetahuan dan sumber secara timbal balik, mengasuh anak, orang tua dan orang sakit, serta meyakini kehidupan dan kematian (mengunjungi, melayat dll), dikatakan tidak harmonis apabila: konflik dengan orang lain, resolusi yang menimbulkan ketidakharmonisan dan friksi. 4. Hubungan dengan ketuhanan (agamais atau tidak agamais) meliputi: sembahyang atau berdoa atau meditasi, perlengkapan keagamaan dan bersatu dengan alam (hamid, 2000). C. Dimensi Spiritual Pada Pasien Lansia Menurut Koezier & Wilkinson, 1993 cit Hamid, 2000, dimensi spiritual adalah upaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapat kekuatan ketika sedang menghadapi stres emosional, penyakit fisik atau kematian. kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia. Dimensi spiritual berupaya untuk mempertahankan keharmonisan atau keselarasan dengan dunia luar, berjuang untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stress emosional, penyakit fisik, atau kematian. Dimensi spiritual juga dapat menumbuhkan kekuatan yang timbul diluar kekuatan manusia (Kozier, 2004). Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spirituaiitas sebagai konsep dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua dimensi tersebut (Hawari, 2002). D. Perkembangan Spiritual Pada Pasien Lansia Kelompok usia pertengahan dan lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat)
menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000). Mubarak et.al (2006), perkembangan spiritual yang terjadi pada lanjut usia antara lain: 1) agama/kepercayaan semakin terintegrasi dalam kehidupan; 2) lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler : universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan. E. Konsep Kebutuhan Dasar Spiritual 1. Pengertian kebutuhan dasar spiritual Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban agamas serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf (Kozier, 2004). Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf atau pengampunan, mencintai, menjalin hubungan penuh rasa percaya dengan Tuhan. dapat disimpulkan kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. (Hamid, 2000) Menginventarisasi 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia (Clinebell dalam Hawari, 2002), yaitu : a. Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terusmenerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup ini adalah ibadah. b. Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesama manusia (horisontat) serta alam sekitaraya c. Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.
d. Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah. e. Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. rasa bersaiah dan berdosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah, dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain f. Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri {self acceptance dan self esteem), setiap orang ingin dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya. g. Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti. h. Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya. Kriteria seseorang terpenuhi kebutuhan spiritualnya apabila mampu (Hamid, 2000) : a. Merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan keberadaannya di dunia/kehidupan. b. Mengembangkan arti penderitaan dan meyakini hikmah dari suatu kejadian atau penderitaan. c. Menjalin hubungan positif dan dinamis melalui keyakinan, rasa percaya dan cinta. d. Membina integritas personal dan merasa diri berharga. e. Merasakan kehidupan yang terarah terlihat melalui harapan. f. Mengembangkan hubungan antar manusia yang positif. F. Pengkajian kebutuhan dasar spiritual pada pasien lansia Dalam pengkajian terhadap lansia perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam keadaan sakit atau mendeteksi kematian. Sehubungan dengan pendekatan spiritual bagi klien lanjut usia yang menghadapi kematian, DR. Tony styobuhi mengemukakn bahwa maut sering kali menggugah rasa takut. Rasa semacam ini didasari oleh berbagai macam factor, seperti
ketidak pastian akan pengalaman selanjutnya, adanya rasa sakit dan kegelisahan kumpul lagi bengan keluarga dan lingkungan sekitarnya. Dalam menghadapi kematian setiap klien lanjut usia akan memberikan reaksi yang berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini. Adapun kegelisahan yang timbul diakibatkan oleh persoalan keluarga perawat harus dapat meyakinkan lanjut usia bahwa kalaupun kelurga tadi di tinggalkan , masih ada orang lain yang mengurus mereka. Sedangkan rasa bersalah selalu menghantui pikiran lanjut usia. Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan seseorang merupakan factor yang penting sekali. Pada waktu inilah kelahiran seorang iman sangat perlu untuk melapangkan dada klien lanjut usia. Dengan demikian pendekatan perawat pada klien lanjut usia bukan hanya terhadap fisik saja, melainkan perawat lebih dituntut menemukan pribadi klien lanjut usia melalui agama mereka. Mengingatkan klien lansia apakah sudah beribadah, bagaimana perasaan lansia setelah beribadah, melakukan hal-hal yang berhubungan dengan beribadah lainnya (berdoa, pergi ketempat beribadah, berpuasa, berdoa bersama atau pengajian, membaca kitab suci atau al’quran dan lain-lain Pada kelompok lansia saat menghadapi sakit dan kematian, lansia lebih cenderung : 1. Mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama 2. Berusaha untuk mengerti agama dan berusaha untuk mengerti nilai-nilai agama yang diyakini oleh generasi muda. 3. Perasaan kehilangan karena pensiun dan tidak aktif serta menghadapi kematian orang lain (saudara, sahabat) menimbulkan rasa kesepian dan mawas diri. 4. Perkembangan filosofis agama yang lebih matang sering dapat membantu orang tua untuk menghadapi kenyataan, berperan aktif dalam kehidupan dan merasa berharga serta lebih dapat menerima kematian sebagai sesuatu yang tidak dapat ditolak atau dihindarkan (Hamid, 2000). G. Pemenuhan spiritual dalam kebutuhan cinta mencintai pada lansia Pada hakekatnya Cinta itu adalah sebuah amalan hati yang akan terwujud dalam (amalan) lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dengan apa yang diridhai Allah SWT, maka ia akan menjadi ibadah. Dan apabila sebaliknya, jika cinta itu tidak sesuai dengan ridha Allah SWT maka akan menjadi perbuatan maksiat (seperti yang terjadi pada zaman sekarang ini). Berarti jelas bahwa cinta adalah ibadah hati yang bila keliru menempatkannya akan menjatuhkan kita ke dalam sesuatu yang dimurkai Allah yaitu kesyirikan. Islam menyeru kepada cinta, yaitu cinta kepada Allah, cinta kepada Rasulullah, cinta kepada Agama, cinta kepada aqidah, juga cinta kepada sesama
makhluk, sebagaimana Allah menjadikan perasaan cinta antara suami istri sebagai sebagian tanda dan bukti kekuasaan-Nya, firman Allah SWT: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istriistri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (QS. ArRuum: 21)”.
BENTUK CINTA DALAM ISLAM 1. Cinta dan kasih Sayang kepada Allah Arrahman Arrahim Mewujudkan rasa sayang atau cinta kepada Allah dalam diri seorang muslim adalah suatu keniscayaan. Karena tidak akan sempurna ibadah seseorang kepada Allah Azza Wa jalla bila tidak ada rasa cinta di dalamnya. “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah …” (QS.AlBaqoroh: 165) 2. Sayang kepada Rasulullah SAW 3. Sayang kepada sesama Jarir bin Abdullah berkata, Rosulullah bersabda, “Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak menyayangi manusia lainnya.” (HR. Bukhori dan Muslim) Yang termasuk sayang kepada sesama adalah: a. Cinta dan Sayang kepada orang tua Abu Hurairoh berkata: “Ada seorang laki-laki datang ke Rosulullah, lalu bertanya, Wahai Rosulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk kuperlakukan dengan sebaik mungkin? Rosulullah bersabda, Ibumu. Lalu ia bertanya, lalu siapa? Beliau menjawab, ibumu. Ia betanya, lalu siapa lagi? Ibumu, jawab Rosulullah. Ia bertanya lagi, lalu siapa? Bapakmu, jawab beliau. (HR. Bukhori) b. Cinta dan Sayang kepada suami atau istri “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (QS.ArRum:21) c. Cinta dan Sayang kepada saudara
Anas berkata: Rosulullah bersabda,” Tidak sempurna iman kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagai mana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhori) d. Cinta dan Sayang kepada anak Abu Hurairoh berkata: “sewaktu Rosulullah mencium Husain bin Ali, di dekatnya ada sahabat yang sedang duduk, bernama al-Aqro bin Habis at-Tamimi. Al-Aqro berkata, saya telah mempunyai 10 anak, tapi saya tidak pernah mencium satupun dari mereka. Rosulullah memandanginya, lalu bersabda,” Barang siapa yang tidak punya rasa kasih sayang, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhori) e. Cinta dan Sayang kepada tetangga Said bin Abi Syuraikh berkata: Rosulullah bersabda, “Demi Allah, ia tidak beriman. Allah, ia tidak beriman. Allah, ia tidak beriman. Ada yang bertanya, siapakah yang Anda maksud wahai Rosulullah? Rosulullah menjawab, Orang yang tetangganya merasa tidak nyaman dari kejahatan dan keburukannya.” (HR. Bukhori) f. Cinta dan Sayang kepada teman Anas bin Malik berkata: “ Aku pernah duduk di sisi Rosulullah, lalu lewatlah seorang laki-laki. Ada laki-laki lain dari suatu kaum yang berkata, Wahai Rosulullah, sungguh aku sangat mencintai (menyayangi) laki-laki itu. Rosulullah bertanya, Apakah kamu telah memberitahukan hal itu kepadanya? Laki-laki itu menjawab, Belum. Rosulullah bersabda, Berdirilah, dan beritahukanlah kepadanya. Maka laki-laki itupun berdiri menghampirinya, ia berkata, Wahai saudaraku, demi Allah, aku mencintaimu karena Allah. Lalu orang tersebut menjawab, Semoga Allah juga mencintaimu karena kamu mencintai karena-Nya.” (HR. Ahmad, no.1198) g. Cinta dan Sayang kepada hewan dan Cinta dan sayang kepada tumbuhan H. Cara maaf dan memafkan sebagi salah satu perwujudan cinta mencintai sesama Menurut Imam Al-Ghazali, pengertian maaf itu ialah apabila anda mempunyai hak untuk membalas, lalu anda gugurkan hak itu, dan bebaskan orang yang patut menerima balasan itu, dari hukum qisas atau hukum denda. Dalam sebuah hadis qudsi Allah Azza wa Jalla berfirman. “Nabi Musa telah bertanya kepada Allah, wahai Tuhanku!, manakah hamba-Mu yang lebih mulia menurut pandanganMu?” Allah Azza wa Jalla berfirman. “Ialah orang yang apabila berkuasa (menguasai musuhnya) dapat segera memaafkan.” Daripada hadis itu, Allah menjelaskan bahawa hamba yang mulia di sisi Allah adalah mereka yang berhati mulia, bersikap lembut, mempunyai toleransi tinggi dan bertolak ansur terhadap musuh.
Mema’afkan dalam Islam Memaafkan kesalahan seseorang adalah tanda orang yang bertakwa. Wajib memberi maaf jika telah diminta dan lebih baik lagi memaafkan meskipun tidak diminta. Sifat ‘tak kenal maaf’ atau ‘tiada maaf bagimu’ adalah sifat syaitan. Ia akan membawa keretakan dan kerusakan dalam pergaulan bermasyarakat. Masyarakat aman damai akan terwujud jika anggota masyarakat itu memiliki sikap pemaaf dan mengerti bahwa manusia tidak terlepas dari pada salah dan alpa. Imam Al-Ghazali memberi tiga panduan bagi memadamkan api kemarahan dan
melahirkan
sifat
pemaaf.
Apabila
marah
hendaklah
mengucap
“A’uzubillahiminassyaitanirrajim” (aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang direjam). Apabila marah itu muncul ketika berdiri, maka hendaklah segera duduk, jika duduk hendaklah segera berbaring.
Orang yang sedang marah, sunat baginya
mengambil wuduk dengan air yang dingin. Hal ini kerana kemarahan itu berpunca daripada api, manakala api itu tidak boleh dipadamkan melainkan dengan air. | Mudah memaafkan, penyayang terhadap sesama Muslim dan lapang dada terhadap kesalahan orang merupakan amal shaleh yang keutamaannya besar dan sangat dianjurkan dalam Islam. Allah Azza wa Jalla berfirman.
عخِلذ اللنعلفنو نولأعملر ِلبهاللعلرِلف نوأنلعِلر ل ض نعِلن اللنجهاِلهِللنينن
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan perbuatan baik, serta berpisahlah dari orang-orang yang bodoh.” [al-A’raf/7:199] I. Cara berdzikir kepada ALLAH sebagi perwujudan cinta kepada pencipta Zikir adalah bacaan yang biasa dibaca secara rutin setiap usai shalat fardlu atau waktu-waktu tertentu lainnya. Yang dibaca dalam zikir tersebut adalah kalimat – kalimat thoyyibah seperti istighfar, tasbih, tahmid, tahlil dan takbir atau bacaan – bacaan lain baik dibaca sendiri atau secara bersama – sama ( berjama’ah ). Anjuran berzikir : Firman Allah SWT: “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula) kepadamu[98], dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku”. ( QS. Al Baqarah ; 152). 1.
SUBHAANALLAAH (100 kali) arti
: Maha Suci Allah
Keutamaan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
: Seribu hasanat (hapus seribu dosa).
SUBHAANALLAAH WABIHAMDIHI (100 kali) arti
: Maha Suci Allah dan Maha Terpuji
Keutamaan
: diampuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di laut.
SUBHAANALLAAH WABIHAMDIHI SUBHAANALLAAHIL AZHIIM arti
: Maha Suci Allah dan Maha Terpuji, Maha Suci Allah dan Maha Agung
Keutamaan
: berat pada timbangan amal kebaikan, disukai Allah SWT.
SUBHAANALLAAH WALHAMDULILLAAH WALAA ILAAHA ILLALLAAH WALLAAHU AKBAR arti
: Maha Suci Allah, Segala Puji Bagi Allah, Tiada Tuhan Selain Allah dan Allah Maha Besar
Keutamaan
: Ucapan yang Disukai Allah SWT daripada yang disinari matahari (Dunia)
LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAAH arti
: Tiada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah.
Keutamaan
: Sebagai harta simpanan di surga.
LAA ILAAHA ILLALLAAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAH LAHUL MULKU WALAHUL HAMDU, WAHDAHUWA ‘ALAA KULLI SYAI-IN QADIRR (100 kali Dalam 1 Hari). arti
: Tiada tuhan selain Allah Yang maha esa, tiada sekutu bagi-Nya, baginya kerajaan dan pujian, Dia maha kuasa atas segala sesuatu.
Keutamaan
: sama seperti memerdekakan 10 budak, mendapat 100 kebaikan, minus 100 keburukan, dijaga dari syetan s/d petang hari.
ASTAGHFIRULLAAH AL AZHIIM WA ATUUBU ILAAIHI (> 70 kali)
arti
: Demi Allah, sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya.
Keutamaan
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan untuk setiap kesedihannya jalan keluar dan untuk setiap kesempitannya kelapangan dan Allah akan memberikan rizki (yang halal) dari arah yang tidak disangkasangka.”
8.
Membaca Shalawat 1 kali ( Shallallahu ‘ala Muhammad / Allhumma shalli ‘ala Muhammad ) arti
: semoga Rahamat Allah senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Keutamaan
: Sepuluh Kali Rahmat
DAFTAR PUSTAKA
Govier. (2000). Spiritual care in nursing: A systematic approach. Nursing standard, 1, (1), diambil
pada
tanggal
20
September
2007
dari
http://www.nursing-
standard.co.uk/archives/ns/vol-14-17/pdfs/res.pdf. Henderson, V. (2006). The concepts of nursing. Journal of advance nursing, 53, (1), 25-31. Diambil
pada
24
Desember
2009
dari
jam
20.00
WIB
dari
http://www.journalofadvancednursing.com/docs/jan_1978.pdf. Makhija (2002). Spiritual nursing. Nursing journal of India. (June, 2002). Diambil pada tanggal
10
Februari
2008
dari
http://findarticles.com/p/articles/mi_qa4036/is_
200206/ai_n9120374. Oswald (2004). Nurses’ perceptions of spirituality and spiritual care. Diambil pada 27 Desember 2008 jam 14.20 WIB dari http://proquest.umi.com/pqdweb Rankin & DeLashmutt (2006). Finding spirituality and nursing presence: The student’s challenge. Journal of holistic nursing. (Vol 24; number 4). December 2006. Diambil pada tanggal 21 September 2007 dari http://jhn.sagepub.com/cgi/content/abstract/24/4/282 Rieg, Mason & Preston (2006). Spiritual care: Practical guidelines for rehabilitation nurses. Nov/Dec
2006.
Vol.
31.
Diambil
pada
tanggal
15
Februari
2008
dari
http://proquest.umi.com/pqdweb? index=15&did=1166454341&SrchMode=1&sid=2&Fmt=3&VInst=PROD&VType=PQD&R QT=309&VName=PQD&TS=1190364522&clientId=45625. Taylor, Lilis & LeMone. (1997). Fundamentals of nursing: The art and science of nursing care. (3rd Ed.). Philadelphia: Lippincott. Xiaohan, L. (Maret 2005). Basic concepts in nursing science. China: School of Nursing China Medical University. Diambil pada 26 Desember 2009 jam 15.17 WIB dari www.cmu.edu.cn/course/upl_files/17/200761104241915.doc.