STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Tn. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
DI SUSUN OLEH: IHSANTI MARFUAH NIM. P.09082
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Tn. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diplomat III Keperawatan
DI SUSUN OLEH: IHSANTI MARFUAH NIM. P.09082
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama
: Ihsanti Marfuah
NIM
: P.09082
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KESELAMATAN
KEAMANAN PADA
Tn.S
DAN DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar - benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima saksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, 28 April 2012 Yang Membuat Pernyataan
IHSANTI MARFUAH NIM. P.09082 iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Ihsanti Marfuah
NIM
: P.09082
Program Studi
: D III KEPERAWATAN
Judul
:
ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Tn.S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.
Telah disetujukan untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/ Tanggal
: Kamis, 26 April 2012
Pembimbing : Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns NIK. 2011085071
iv
(
)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Ihsanti Marfuah
NIM
: P.09082
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Tn.S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/ Tanggal
: Kamis, 10 Mei 2012
DEWAN PENGUJI Penguji I Penguji II Penguji III
: Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns NIK. 2011085071 : Amalia Senja, S. Kep., Ns NIK. 201189090 : Siti Mardiyah, S. Kep., Ns NIK. 201183063
(
)
(
)
(
)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns NIK.201084050
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia - Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Tn. S DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat : 1.
Setiyawan, S.Kep., Ns, selaku Ketua program studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
vi
4.
Amalia Senja, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5.
Siti Mardiah, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan - masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6.
Semua dosen Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat.
7.
Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberi semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8.
Teman - teman Mahasiswa Program studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu - persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 28 April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME........................................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iv LEMBAR PENGESAHAAN..............................................................................
v
KATA PENGANTAR......................................................................................... vi DAFTAR ISI........................................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ x BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang.............................................................
1
B. Tujuan Penulisan..........................................................
4
C. Manfaat Penulisan........................................................
5
LAPORAN KASUS A. Pengkajian....................................................................
7
B. Perumusan Masalah Keperawatan..............................
13
C. Perencanaan Keperawatan..........................................
14
D. Implementasi Keperawatan.........................................
17
E. Evaluasi Keperawatan................................................
17
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan...............................................................
19
B. Simpulan....................................................................
33
C. Saran...........................................................................
34
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Genogram……………………………………………
9
Gambar 2.2 Pohon Masalah………………………………………
14
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Log Book
Lampiran 2.
Format Pendelegasian
Lamprian 3.
Surat Keterangan Pengambilan Data
Lampiran 4.
Asuhan Keperawatan Jiwa
Lampiran 5.
Lembar Konsultasi
Lampiran 6.
Daftar Riwayat Hidup
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Organisasi kesehatan jiwa (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata - mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan”. Definisi ini menekankan kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa penyakit. Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik, dan sosial dapat mempengaruhi tanggung jawab kehidupan dan berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari - hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri (Videbeck, 2002). Seiring dengan perkembangan masyarakat saat ini, yang banyak mengalami perubahan dalam segala aspek kehidupan sehari - hari, sebagai manusia tentu saja tidak terlepas dari masalah. Setiap individu mempunyai cara tersendiri untuk mengatasi masalah tersebut. Besar kecilnya suatu masalah dalam kehidupan memang harus dihadapi, tetapi tidak sedikit pula individu yang tidak mampu menyelesaikan masalah - masalah tersebut. Hal ini yang dapat mempengaruhi seseorang mengalami masalah psikologi atau gangguan kesehatan jiwa (Isnaeni, 2008). Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain
1
2
sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Mankes, 2005). Salah satu masalah keperawatan jiwa adalah gangguan persepsi sensori halusinasi. Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkannya atau tidak ada obyek. Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, karena itu halusinasi selalu dipengaruhi oleh pengalaman pengalaman psikologis seseorang. Isi halusinasi biasanya menunjukan arti dinamisnya. Suatu keberhasilan penembusan alam sadar dalam bentuk gambaran - gambaran pengindraan sebagai jawaban terhadap situasi dan kebutuhan - kebutuhan psikologisnya. Seperti pemuasan impuls - impuls yang direpresi atau keinginan terhadap keyakinan yang lebih memuaskan (Baihaqi dkk, 2005). Pada dasarnya manusia mempunyai kebutuhan yang sama, tetapi ada kalanya satu kebutuhan lebih penting bagi seseorang dari pada kebutuhan lainnya. Teori maslow mengenai kebutuhan dasar manusia didasarkan pada batasan sebagai berikut, kebutuhan manusia disusun dalam suatu hierarki kepentingan yang dimulai dari tingkat kebutuhan yang paling dasar. Kebutuhan yang paling mendesak akan menguasai manusia atau perhatian individu, sementara kebutuhan yang paling mendesak diminimalkan atau kurang dipentingkan bahkan dilupakan. Abraham Maslow mengatakan kebutuhan manusia itu tersusun dalam suatu hierarki, yaitu: kebutuhan dasar (fisiologi),
3
kebutuhan keamanan dan keselamatan, kebutuhan akan rasa cinta, kebutuhan akan harga diri, kebutuhan akan aktualisasi diri (Mubarok, 2007). Maslow menguraikan kebutuhan keamanan dan keselamatan terpenuhi jika terbebas dari rasa takut, cemas, dan kekalutan. Seorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal - hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya (Mubarok, 2007). Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan inilah yang mendorong manusia membuat peraturan, undang - undang, mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi, pensiun, dan sebagainya. Menurut Maslow, sama halnya dengan basic needs, ketidak terpenuhan akan safety needs ini akan mempengaruhi pandangan seseorang tentang dunianya dan pada gilirannya akan cenderung kearah yang makin negatif. Kebutuhan ini akan muncul jika kebutuhan fisiologi benar - benar telah terpenuhi (Mubarok, 2007). Berdasarkan data kesehatan jiwa Puslitbang Depkes RI tahun 2007, sebanyak 0,46% masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Mereka adalah yang diketahui mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan psikotik berat. Sebanyak 2% masyarakat DKI Jakarta diketahui mengidap gangguan kejiwaan tersebut. Adapun sebanyak 11,8% dari total populasi Indonesia mengalami gangguan mental - emosional yang bersifat lebih ringan. Prosentase terbesar terdapat di Provinsi Jawa Barat, sebesar 20% (fathimah, 2011).
4
Menurut Maramis (2004), menjelaskan bahwa didalam masyarakat umum skizofrenia terdapat 0,2 - 0,8% dan retardasi mental 1 - 3%. WHO melaporkan bahwa 5 - 15% dari anak - anak antara 3 - 15 tahun mengalami gangguan jiwa yang persisten dan menganggu hubungan sosial. Bila kira - kira 40% penduduk negara kita ialah anak - anak di bawah 15 tahun (di negara yang sudah berkembang kira - kira 25%), dapat digambarkan besarnya masalah katakan saja jumlah penduduk 120 juta dari 40% diambil 5% maka di negara kita kira - kira 2.400.000 orang anak yang mengalami gangguan jiwa. Berdasarkan laporan periode bulan April 2012, pasien yang dirawat di ruang Abimanyu RSJD SURAKARTA didapatkan dari 32 pasien yang mengalami gangguan jiwa terdapat 16 pasien yang mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi rata - rata berumur antara 23 tahun - 46 tahun. Berdasarkan latar belakang tersebut menjadi salah satu pertimbangan penulis tertarik untuk mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan Pada Tn. S Dengan Halusinasi Pendengaran Di ruang Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum : Melaporkan kasus gangguan keamanan dan keselamatan pada Tn.S dengan halusinasi pendengaran di RSJD Surakarta.
5
2. Tujuan khusus : a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Tn. S dengan gangguan keamanan dan keselamatan: halusinasi pendengaran. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. S dengan
gangguan
keamanan
dan
keselamatan:
halusinasi
pendengaran. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Tn. S dengan
gangguan
keamanan
dan
keselamatan:
halusinasi
pendengaran. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Tn. S dengan gangguan keamanan dan keselamatan: halusinasi pendengaran. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Tn. S dengan gangguan keamanan dan keselamatan: halusinasi pendengaran. f.
Penulis mampu menganalisa pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan pada Tn. S dengan halusinasi pendengaran.
C. Manfaat Penulisan Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat dimanfaatkan untuk: 1. Penulis Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman serta untuk dapat memahami proses terjadinya gangguan kebutuhan keamanan dan keselamatan halusinasi meliputi pohon masalah dari keamanan dan keselamatan: halusinasi pendengaran untuk penulis.
6
2. Profesi Sebagai
bahan
masukan
dan
informasi
untuk
menambah
pengetahuan, ketrampilan, dan sikap bagi instansi terkait. Khususnya didalam meningkatkan pelayanan perawatan pada kasus halusinasi. 3. Institusi a. Rumah sakit Karya tulis ilmiah / asuhan keperawatan ini dapat dipakai sebagai bahan masukan terhadap hasil penerapan asuhan keperawatan yang telah diberikan dan juga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijaksanaan RSJD Surakarta agar mutu pelayanan keperawatan dapat ditingkatkan. b. Akademik Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai salah satu bacaan untuk mahasiswa DIII keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kesehatan dimasa yang akan datang.
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian Bab ini menjelaskan tentang ringkasan asuhan keperawatan jiwa yang dilakukan pada Tn. S dengan gangguan keamanan dan keselamatan: halusinasi pendengaran. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012 jam 13.00 WIB. Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. Klien masuk tanggal 21 Maret 2012, pengkajian dilakukan tanggal 5 April 2012 jam 13.00 WIB di ruang abimanyu RSJD Surakarta, kasus ini diperoleh dengan metode auto anamnese dan allo anamnese. Data - data tertentu seperti genogram dan riwayat penyakit dahulu diperoleh dari buku status pasien, sedangkan pengkajian dan pemeriksaan fisik dilakukan perawat secara langsung. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien,bernama Tn. S, umur 32 tahun, jenis kelamin laki - laki, agama islam, alamat Karangbanyu Widodaren Ngawi yang dirawat di ruang abimanyu rumah sakit jiwa daerah Surakarta sudah 15 hari sejak Tn. S didiagnosa dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. Penanggung jawab Tn. S adalah Tn. P umur 37 tahun, pekerjaan wiraswasta hubungan dengan Tn. S adalah sebagai kakak kandung Tn. S. Alasan masuk Tn. S yaitu Tn. S mengatakan mendengar suara - suara suami istri yang bertengkar dan memecahkan perabotan rumah tangga. Klien
7
8
mengatakan mendengar suara tersebut setiap saat, kadang saat pagi hari, siang hari, atau malam hari. Hasil pengkajian didapatkan faktor prediposisi Tn. S pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu dan dirawat di rumah sakit jiwa daerah surakarta selama 8 kali, pengobatan sebelumnya tidak berhasil karena Tn. S tidak mau minum obat secara teratur serta kurang dukungan dari keluarga. Tn. S mengatakan belum pernah mengalami penganiayaan fisik sebelumnya, baik oleh keluarga maupun orang lain dirumah sakit jiwa, dalam keluarga besar Tn. S ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami Tn. S yaitu bibinya yang bernama Ny. W. Selama tumbuh kembang, Tn. S tidak pernah mengalami pengalaman yang kurang menyenangkan. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tanda - tanda vital TD: 110 / 70 mmHg, nadi: 88x / menit, respirasi: 22x / menit, suhu : 36º C. Didapatkan TB 160 cm, BB 48 kg, TB kien dan BB klien sebelum dan selama sakit tidak ada perubahan. Dari pemeriksaan fisik mata simetris kanan dan kiri, tidak ada gangguan penglihatan, hidung simetris dan bersih, mulut simetris atas dan bawah tidak ada sariawan. Rambut pendek, hitam dan bersih, telinga simetris kanan dan kiri serta bersih tidak ada serumen. Pemeriksaan dada simetris kanan dan kiri, dari pemeriksaan ekstremitas tangan dan kaki lengkap, tidak ada luka dan bisa digerakkan semua.
9
Hasil pengkajian psikososial
Keterangan : : laki - laki : perempuan : meninggal : sakit sama dengan klien : klien Gambar 2.1 Genogram Dari pemeriksaan konsep diri Tn. S mengatakan dirinya sehat, Tn. S menerima tubuhnya dan mengatakan dia ganteng. Tn. S mengatakan bagian tubuh yang ia sukai yaitu rambutnya, Tn. S tidak suka dengan hidungnya karena kurang mancung. Identitas, Tn. S belum menikah dia seorang anak kedua dari tiga bersaudara, Tn. S merasa senang bisa membantu menghidupi keluarganya dan Tn. S merasa bangga menjadi seorang laki – laki. Peran diri Tn. S mengatakan dulu pernah bekerja sebagai pegawai di tempat pemandian air hangat di Jakarta. Tn. S selalu disiplin dalam pekerjaannya tidak pernah membolos saat bekerja. Ideal diri Tn. S
10
mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang supaya bisa mencari pekerjaan lagi untuk membantu ibu dan kakaknya serta adiknya. Harga diri Tn. S mengatakan tidak malu dengan keadaan dirinya saat ini. Dalam kehidupan sehari – hari Tn. S bersikap baik dengan keluarga dan tetangganya. Hubungan sosial, orang yang berarti didalam hidupnya adalah ibunya. Peran serta Tn. S dalam kegiatan masyarakat Tn. S mengatakan jarang mengikuti kegiatan didalam masyarakat. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain Tn. S adalah seorang yang pendiam dan suka menyendiri. Spiritual nilai dan keyakinan, Tn. S mengatakan beragama islam, meskipun islam Tn. S jarang menjalankan ibadah shalat tetapi Tn. S mengatakan akan berusaha beribadah dengan teratur. Kegiatan ibadah Tn. S mengatakan saat sakit dan dirawat di RSJD ini menjalankan ibadah sendirian. Dulu saat dirumah Tn. S beribadah kadang bersama ibu kadang bersama kakak ataupun adiknya. Status mental, penampilan Tn. S selama dirumah sakit Tn. S berpakaian cukup rapi, setelah mandi rambut disisir dan Tn. S bercermin saat menyisir rambutnya. Pembicaraan Tn. S saat dikaji, saat berkomunikasi dengan Tn. S, Tn. S bersuara/ bernada lambat. Aktivitas motorik Tn. S, raut muka Tn. S tampak lesu ketika dilakukan pengkajian. Alam perasaan, Tn. S sering nampak menyendiri dan memperlihatkan raut kesedihan, tetapi saat dipanggil perawat untuk berkumpul dengan teman – temannya Tn. S bersedia. Afek Tn. S tumpul yaitu hanya beraksi apabila ada stimulus yang kuat. Interaksi selama wawancara, ketika Tn. S diajak interaksi mau menceritakan
11
masalahnya dan Tn. S tidak memperlihatkan mempertahankan pendapat dan kebenaran sendiri. Tn. S menunjukan sikap percaya kepada perawat, tetapi kontak mata Tn. S kurang saat berinteraksi dengan perawat. Persepsi diri, Tn. S mengatakan sering mendengar suara suami istri yang bertengkar dan membanting alat – alat rumah tangga. Suara – suara tersebut muncul setiap saat kadang saat pagi hari terkadang saat siang hari atau malam hari. Ketika suara – suara itu muncul klien tampak bingung, melamun dan menyendiri serta nampak sedih. Tn. S mengatakan merasa terganggu dengan suara tersebut. Proses pikir Tn. S sirkumtansial yaitu ketika diajak berbicara, pembicaraan Tn. S berbelit – belit tetapi sampai pada tujuan pembicaran. Isi pikir, Tn. S tidak mengalami waham dan tidak ada masalah dengan isi pikirnya. Tingkat kesadaran, Tn. S sadar dengan kondisinya, Tn. S bisa mengenal dan mampu berorientasi dengan waktu, tempat, kondisi dan orang lain. Memori daya ingat Tn. S masih baik antara jangka panjang dan jangka pendek. Tingkat konsentrasi dan berhitung Tn. S, pembicaraan Tn. S mudah beralih, Tn. S mampu menjawab 2 + 3 = 5 dengan benar. Kemampuan penilaian Tn. S mengambil keputusan sendiri secara sederhana tanpa bantuan orang lain, jika disuruh tidur atau melihat TV Tn. S lebih suka dengan melihat TV. Daya tilik diri, Tn. S mengatakan bahwa dia sakit di RSJD dan Tn. S mengatakan ingin cepat pulang. Hasil pengkajian kebutuhan persiapan pulang, didapatkan data Tn. S mengatakan makan 3x sehari dengan teratur, Tn. S makan habis 1 porsi yang disediakan dari rumah sakit dengan menu nasi, sayur, dan lauk – pauk yang
12
bergantian. Tn. S minum habis 3 – 4 gelas kecil dalam sehari kira – kira 1000 cc. Tn. S mengatakan BAK / BAB lancar tidak ada gangguan. BAB 1x sehari dan BAK 2 – 3 kali sehari. Tn. S mandi dengan mandiri sehari 2x dengan memakai sabun, gosok gigi, dan keramas 2x seminggu. Tetapi kuku Tn. S tampak panjang. Tn. S mengatakan setelah mandi ganti baju dan menyisir rambut sambil becermin. Istirahat dan tidur, Tn. S tidur siang kurang lebih 1 jam dari jam 14.00 WIB – 15.00 WIB. Tidur malam kurang lebih 7 jam dari jam 20.00 WIB – 05.00 WIB setelah bangun lalu mandi dan shalat. Penggunaan obat Tn. S mengatakan sehabis makan Tn. S selalu minum obat yang disediakan oleh perawat, trihexyperidril 3x1 @ 5 mg, haloperido 3x1 @ 2 mg. Pemeliharaan kesehatan, Tn. S mengatakan dapat dukungan dari keluarganya selama dirawat dirumah sakit jiwa. Kegiatan didalam rumah, Tn. S biasanya mencuci bajunya sendiri. Kegiatan diluar rumah, biasanya Tn. S keluar rumah untuk bekerja. Pada pengkajian mekanisme koping mal adaptif, Tn. S mempunyai hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, karena Tn. S seorang yang pendiam dan suka menyendiri. Mekanisme koping adaptif, Tn. S mampu melakukan kegiatan rumah seperti mencuci baju dan menyapu, kadang – kadang juga berbincang – bincang dengan adik dan kakaknya. Masalah psikososial dan lingkungan, Tn. S mendapat dukungan dari keluarganya, masalah berhubungan dengan lingkunganya Tn. S baik dengan tetangga disekitar rumahnya dan Tn. S ramah dengan tetangga – tetangganya. Masalah dalam pekerjaan Tn. S mengatakan dulu pernah bekerja sebagai karyawan di
13
pemandian air hangatdi Jakarta sekarang sudah tidak bekerja lagi. Masalah dalam perumahan, Tn. S tidak ada masalah dirumah dan Tn. S tinggal bersama ibu, kakak dan adiknya, masalah ekonomi Tn. S tidak mempunyai masalah dengan ekonominya. Masalah dengan pelayanan kesehatan Tn. S tidak ada masalah dengan pelayanan kesehatan. Pengetahuan yang kurang , Tn. S kurang mengetahui tentang faktor – faktor presipitasi tentang penyakit yang dideritanya dan tentang manfaat bersosialisasi. Tn. S mendapatkan therapy obat Trihexyperidril 3x1@ 5 mg indikasi ampak on karena pengaruh pada susunan system saraf pusat, Haloperidol 3x1@ 2 mg indikasi gangguan neurologis dengan gejala pyramidal, depresi system saraf pusat. Pemeriksaan Penunjang diperoleh tanggal 24 Maret 2012 : gula sewaktu 101 mg/dl, SGOT : 21 µ/L, SGPT : 16 µ/L. B. Daftar Perumusan Masalah Berdasarkan data – data yang diperoleh dari hasil pengkajian diatas penulis melakukan analisa data, kemudian merumuskan 2 diagnosa keperawatan yaitu: gangguan persepsi sensori: halusinasi, dari data subyektif yang diperoleh Tn. S mengatakan masih sering mendengar suara – suara suami istri yang bertengkar dan memecahkan perabotan rumah tangga, Tn. S mengatakan suara – suara itu muncul setiap saat entah pagi, siang, ataupun malam. Ketika suara – suara itu muncul Tn. S tampak bingung, melamun dan menyendiri serta
ampak sedih. Tn. S merasa terganggu dengan suara itu.
Kemudian data obyektif yang diperoleh penulis saat observasi adalah klien tampak bingung dan melamun serta tampak menyendiri. Diagnosa kedua
14
yaitu, gangguan interaksi sosial: menarik diri yang didukung oleh data sebagai berikut: data subyektif yang diperoleh adalah Tn. S mengatakan jarang berkomunikasi dengan teman – temanya bila tidak ditanya, selain itu data obyektif Tn.S seorang yang pendiam dan suka menyendiri, saat dilakukan pengkajian Tn. S memperlihatkan raut kesedihan. Dari masalah yang didapat prioritas utamanya yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi karena data – data yang mendukung diagnosa keperawatan lebih aktual dari pada gangguan interaksi sosial: menarik diri karena saat dipanggil perawat untuk berkumpul dengan teman – temannya Tn. S bersedia. Dari kedua perumusan masalah diatas didapatkan pohon masalah sebagai berikut :
Resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan
(akibat)
Gangguan persepsi sensori: halusinasi
(core problem)
Gangguan Interaksi Sosial : menarik diri
(penyebab)
Gambar 2.2 Pohon Masalah
C. Rencana Keperawatan Berdasarkan dari hasil pengkajian rencana keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi. Tujuan umum: Tn. S dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
15
Tujuan khusus 1: Tn. S dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabatan, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi: bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, sapa Tn. S dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan perawat, jelaskan tujuan berkenalan, tanyakan nama panggilan yang disukai, buat kontrak yang jelas, tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada Tn. S dan kebutuhan dasar Tn. S, tanyakan perasaan Tn. S dan masalah yang dihadapi, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi dari Tn. S. TUK 2: Tn. S dapat mengenal halusinasinya dengan kriteria evaluasi: Tn. S menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi. Intervensi: observasi tingkah laku Tn. S terkait dengan halusinasinya, tanyakan apakah Tn. S mengalami sesuatu (halusinasi dengar), jika Tn. S menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat percaya Tn. S mengalami halusinasi namun perawat tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat), katakan bahwa ada teman Tn. S yang mengalami hal yang sama namun perawat akan membantu Tn. S, diskusikan dengan Tn. S isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi.
16
TUK 3: Tn. S dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil: Tn. S dapat menyebutkan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya, Tn. S mampu menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, Tn. S dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya. Intervensi: identifikasi bersama Tn. S cara/ tindakan yang dilakukan saat terjadi halusinasi, diskusikan cara yang digunakan Tn. S saat halusinasi muncul, jika cara yang digunakan mal adaptif diskusikan kerugian cara tersebut, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian, diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi: menghardik, menemui orang lain, melakukan kegiatan harian, minum obat sesuai resep dokter. Beri kesempatan Tn. S mempraktekan cara yang telah dipilih, jika berhasil beri pujian. TUK4: Tn. S dapat dukungan dari keluarga dalam mengontol halusinasinya. Kriteria evaluasi: keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan, diskusikan dengan keluarga pada saat pertemuan (pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, cara memutuskan halusunasi). TUK 5: Tn. S dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kliteria hasil: Tn. S dapat menyebutkan manfaat minum obat, menyebutkan kerugian tidak minum obat, Tn. S dapat menyebutkan nama,warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat. Intervensi: diskusikan dengan Tn. S tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat. Pantau Tn. S saat penggunaan obat, beri pujian jika Tn. S menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat
17
tanpa konsultasi dengan dokter, anjurkan Tn. S untuk konsultasi kepada dokter / perawat jika terjadi hal - hal yang tidak diinginkan.
D. Implementasi Adapun tindakan keperawatan yang dilakukan dua diagnose sekaligus kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi dan gangguan interaksi sosial: menarik diri, yaitu: BHSP, mengidentifikasi penyebab dari halusinasi Tn. S, mengidentifikasi waktu dan tempat halusinasi Tn. S, mengidentifikasi akibat halusinasi yang dilakukan Tn. S, mengajarkan Tn. S cara mengontol halusinasi dengan menghardik, berbincang - bincang, melakukan aktivitas jadwal harian dan minum obat secara teratur, setelah itu mengajak Tn. S untuk bercakap - cakap dengan orang lain.
E. Evaluasi Setelah dilakukan implementasi didapatkan evaluasi diagnosa pertama gangguan persepsi sensori: halusinasi, data subyektifnya yaitu Tn. S mau diajak bercakap - cakap dengan perawat, Tn. S mengatakan mendengar suara suami istri yang bertengkar dan memecahkan perabotan rumah tangga, Tn. S mengatakan pergi - pergi sambil menutup mata, suara - suara tersebut muncul setiap saat kadang saat pagi hari, siang hari ataupun malam hari. Data obyektif, Tn. S dapat mempraktekan cara mengontol halusinasinya. Kemudian diagnosa yang kedua gangguan interaksi sosial: menarik diri, data subyektifnya yaitu: Tn. S mengatakan jarang berkomunikasi dengan teman -
18
temannya bila tidak ditanya, Tn. S tampak menyendiri dan memperlihatkan raut kesedihan. Data obyektif yang diperoleh, Tn. S mau berbincang bincang dengan orang lain tidak memperlihatkan raut kesedihan lagi.
BAB III PEMBAHASAN DAN SARAN
A. Pembahasan Pada bab ini akan diuraikan kesenjangan antara asuhan keperawatan jiwa dengan kebutuhan dasar manusia yang merupakan kasus nyata dengan masalah persepsi sensori: halusinasi pada Tn. S dengan halusinasi di bangsal abimanyu rumah sakit jiwa daerah surakarta pada tanggal 5 April 2012 dari tahap pengkajian sampai evaluasi. Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang menimbulkanya(tidak ada obyek). Halusinasi muncul sebagai suatu proses panjang yang berkaitan erat dengan kepribadian seseorang, karena itu halusinasi selalu dipengaruhi oleh pengalaman pengalaman psikologis seseorang. Isi halusinasi biasanya menunjukan arti dinamisnya. Suatu keberhasilan penembusan alam sadar dalam bentuk gambaran - gambaran pengindraan sebagai jawaban terhadap situasi dan kebutuhan - kebutuhan psikologisnya. Seperti pemuasan impuls - impuls yang direpresi atau keinginan terhadap keyakinan yang lebih memuaskan (Baihaqi dkk, 2005). Tanda dan gejala dari halusinasi adalah:berbicara dan tertawa sendiri,bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu,berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu, disorientasi,merasa ada
19
20
sesuatu pada kulitnya, ingin memukul atau melempar barang - barang, murung dan suka menyendiri (Zaluku, 2011). Menurut Stuart dan Laraia pengkajian merupakan tahapan awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual. Data pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi, faktor presipitasi, penilaian terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien (Keliat, 2005). Data yang diperlukan umumnya, dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk
teknis
pengkajian
agar
memudahkan
penulis
dalam
pengkajian.Dalam pengkajian pada Tn. S penulis menggunakan metode auto anamnese
(pengkajianlangsungpadapasien)
dan
allo
anamnese
(pengkajianpada orang lain ataubuku status klien). Pengkajian menggunakan format pengkajian yang disusun oleh institusi. Data yang diperoleh dikelompokkan kemudian dirumuskan masalah keperawatan. Daftar masalah keperawatan penulis mencantumkan dalam lampiran, antara teori dengan asuhan keperawatan pada Tn. S tidak ada kesenjangan yang mencolok.Data yang dikumpulkan dari Tn. S meliputi tentang identitas klien, keluhan utama atau alasan masuk, faktor predisposisi, aspek fisik atau biologis, aspek psikososial, status mental, kebutuhan persiapan pulang, mekanisme koping, masalah psikososial dan lingkungan, pengetahuan, serta aspek medik.
21
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S secara garis besar ditentukan data subyektif dan obyektif menunjukan bahwa masalah keperawatan pada Tn. S adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi ini didukung dengan data subyektif Tn. S mengatakan mendengar
suara - suara suami istri yang
bertengkar dan memecahkan alat - alat rumah tangga, suara tersebut muncul setiap saat, kadang saat pagi hari, siang hari, atau malam hari, dengan data obyektif adalah klien tampak bingung dan melamun. Untuk masalah keperawatan yang kedua dari Tn. S adalah gangguan interaksi sosial:menarik diri, data subyektif yang diperoleh adalah Tn. S mengatakan jarang berkomunikasi dengan teman - temanya bila tidak ditanya, selain itu data obyektif
Tn.S
seorang
yang
pendiam
dan
suka
menyendiri,serta
memperlihatkan raut kesedihan. Setelah penulis melakukan pengkajian tanda dan gejala pada Tn. S didapatkan tanda - tanda yang sesuai dengan teori diatas, yaitu: berbicaradantertawasendiri,
bersikapsepertimendengarsesuatu,
berhentiberbicaraditengahkalimatuntukmendengarkansesuatu.
Dibuktikan
saat dilakukan pengkajian Tn. S mengatakan mendengar suara - suara suami istri yang bertengkar dan memecahkan alat - alat rumah tangga, suara tersebut muncul setiap saat, kadang saat pagi hari, siang hari, atau malam hari, serta jarang berkomunikasi dengan teman - temanya bila tidak ditanya, Tn.S seorang yang pendiam dan suka menyendiri, saat dilakukan pengkajian kontak mata Tn. S kurang, serta memperlihatkan raut kesedihan. Berdasarkan data - data pada Tn. S yang penulis dapatkan, maka penulis menyimpulkan
22
Tn.
S
mengalami
gangguan
halusinasi
atau
menurut
mengalamigangguankebutuhankeamanandankeselamatan.
maslow Maslow
menguraikan kebutuhan keamanan dan keselamatan terpenuhi jika terbebas dari rasa takut, cemas, dan kekalutan. Seorang yang tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak diharapkannya Kesulitan yang penulis hadapi dalam proses pengkajian adalah penulis kurang cermat dalam menggali tanda - tanda yang diperlukan sehingga pada saat pengkajian terdapat tanda - tanda yang belum terdokumentasi secara lengkap. Pada pengkajian status mental yaitu pembicaraan data obyektif yang diperoleh adalah klien bila diajak berbicara sudah terarah (bila diajak berkenalan bisa menyebutkan nama dan alamat) tetapi klien berbicara sambil menundukan kepala sehingga terdengar suara kurang jelas tapi penulis menulis pembicaraan klien lambat. Pembicaraan lambat sendiri memiliki pengertianberbicaradengan nada pelan. Pada pengkajian proses pikir seharusnya penulis menjelaskan bagaimana klien dalam menerima informasi serta bagaimana proses klien dalam menjawab, tetapi penulis hanya menjelaskan tentang pengertian dari sirkumstansial, kemudian pada pengkajian isi pikir penulis kurang mendalam apakahdalamisipikirklientermasukdalamobsesi,
dalam menggali data fobia,
hipokondria,
ataudepersonalisani, dan mengobati orang lain, tapi penulis hanya
23
menanyakan keinginan klien serta hal yang mengganggu pikiran klien seperti waham. Manifestasi klinis dari halusinasi antara lain: tahap I, menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara,gerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, diam dan dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan. Tahap 2, peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnyapeningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah, penyempitan kemampuan konsenstrasi, dipenuhi dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuanuntuk membedakan antara halusinasi dengan realitas.Tahap 3, lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya, kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk. Tahap 4, perilaku menyerang atau teror seperti panik, sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain, kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk, agitasi,menarik diri atau katatonik, tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks, tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang (Nasution, 2003). Dari
teori
di
atas,
kasushalusinasi
yang
dialamiolehTn.
Smasukkedalamtahap 3 yaitulebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolaknya, kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain, rentang perhatian hanya beberapa menit atau
24
detik, gejala fisik dari ansietas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan
untuk
mengikuti
subyektifklienmengatakan mendengar
petunjuk.
Didukungdengan
data
suara - suara suami istri yang
bertengkar dan memecahkan alat - alat rumah tangga, suara tersebut muncul setiap saat, kadang saat pagi hari, siang hari, atau malam hari, dengan data obyektif adalah klien tampak bingung dan melamun. Schultz dan Videbeck (2004) menyatakan bahwa diagnosa keperwatan berbeda dengan diagnosa psikiatrik medis dimana diagnosa keperawatan adalah respon klien terhadap masalah medis atau bagaimana masalah mempengaruhi fungsi klien sehari - hari yang merupakan perhatian utama diagnosa keperawatan. Pernyataan diagnosa terdiri dari masalah atau respon klien dan satu atau lebih faktor yang berhubungan yang mempengaruhi atau berkontribusi pada masalah atau respon klien (Intansari, 2004). Menurut FASID pada tahun 1983 dan INJF di tahun 1996, umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan serta dapat digambarkan sebagai pohon masalah. Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab, dan akibat. Masalah utama adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab masalah utama. Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian seterusnya. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan efek atau akibat dari masalah utama (Keliat, 2005).
25
Menurut Farida dkk,(2004),dalam buku ajar keperawatan jiwa, didapatkan pohon masalah halusinasi sebagai berikut: harga diri rendah sebagai penyebab, gangguan interaksi sosial: menarik diri sebagai masalah utama, perubahan persepsi sensori: halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri dan orang lain sebagai aikbatnya. Sedangkan pada pengkajian Tn. S yang sudah dilakukan oleh penulis dengan menggunakan metode allo anamnese dan auto anamnese, didapatkan pohon masalah dari Tn. S sebagai berikut: gangguan interaksi sosial: menarik diri sebagai penyebab kemudian gangguan persepsi sensori: halusinasi sebagai core problem serta resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan sebagai akibatnya. Berdasarkanpengkajian
yang
sudahdilakukanpadaklienantarateoridengankasus Tn. S terdapat kesenjangan yang jelas dari setiap point dalam pohon masalah. Penulis akan mencoba menguraikanya yang pertama penyebab dipohon masalah dalam teori yaitu harga diri rendah sebagai penyebab ini tidak sesuai dengan kasus Tn. S sebab tidak didapatkan data yang mendukung kalau Tn. S mengalami harga diri rendah. Yang kedua gangguan interaksi sosial: menarik diri dalam teori sebagai masalah utama tetapi dalam pengkajian yang diperoleh pada Tn. S gangguan interaksi sosial: menarik diri sebagai penyebab didukung dengan data - data Tn. S jarang berkomunikasi dengan orang lain dan sering menyendiri. Serta pada kasus Tn. S masalah utama atau core problemnya adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi. Dikuatkan dengan data - data
26
yang mendukung, Tn. S mengatakan mendengar suara - suara suami istri yang bertengkar dan memecahkan perabotan rumah tangga dan mengatakan mendengar suara tersebut setiap saat, kadang saat pagi hari, siang hari, atau malam hari.Ketika suara - suara itu muncul Tn. S hanya diam dan tampak sedih, Tn. S merasa terganggu dengan suara itu. Kemudian dalam teori terdapat dua akibat masalah yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi dan resiko tinggi mencederai diri/ orang lain. Didalam kasus yang dialami oleh Tn. S penulis belum mendapatkan data yang secara riil menjelaskan tetang akibat dari halusinasi yang di alami oleh Tn. S, namun secara garis besar pohon masalah tentu harus ada penyebab, masalah utama, kemudian akibat dari masalah tersebut, sehingga penulis menjadikan resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan sebagai akibat dari masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi yang di alami Tn. S. Menurut Farida, dkk (2010), definisi dari diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi adalah penginderaan tanpa sumber rangsangan eksternal. Sedangkan Baihaqi (2005), menjelaskan hal ini dibedakan dari distorsi atau ilusi yang merupakan tanggapan salah dari rangsangan yang nyata ada serta kesadaran akan suatu rangsangan yang dimengerti atau suatu pemahaman atau pengertian tentang rangsangan tersebut, karena ada interaksi atau asosiasi dengan rangsang yang lain, atau rangsangan yang sudah dipahami sebelumnya. Menurut kasus Tn. S penulis mengambil diagnosa keperawatan yang paling utama yaaitu persepsi sensori:halusinasi yang didukung dengan data
27
subyektif Tn. S mengatakan mendengar suara - suara
suami istri yang
bertengkar dan memecahkan perabotan rumah tangga dan mengatakan mendengar suara tersebut setiap saat, kadang saat pagi hari, siang hari, atau malam hari,ketika suara - suara itu muncul Tn. Stampakbingung, melamundanmenyendirisertatampaksedih, Tn. S merasa terganggu dengan suara itu. Data obyektif Tn. S bersikap seperti mendengar dan melihat sesuatu dan berhenti berbicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu kemudian dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala yang nampak Tn. S sesuai dengan teori. Diagnosa yang kedua adalah gangguan interaksi sosial: menarik diri. Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi denganorang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Kemudian tanda dan gejala yang muncul dari menarik diri dilihat dari beberapa aspek sebagai berikut:aspek fisik: makan dan minum kurang, tidur kurang atau terganggu, penampilan diri kurang, keberanian kurang, aspek emosi:bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil, merasa malu, bersalah, mudah panik dan
tiba-tiba
marah,
aspek
sosial:duduk
menyendiri,
Nampak
menundukankepala, tampak melamun, tidak peduli lingkungan, menghindar dari orang lain, tergantung dari orang lain, aspek intelektual: putus asa, merasa sendiri, tidak ada sokongan, kurang percaya diri (Keliat, 2007). Dari kasus Tn. S penulis mengambil diagnosa keperawatan gangguan interaksi sosial: menarik diri yang didukung dengan data subyektif kontak mata Tn. S kurang saat di kaji Tn. S juga tampak menunduk serta nada bicara
28
lambat. Data yang mendukung lainnya adalah Tn. S kurang berinteraksi dengan orang lain diperlihatkan klien seorang yang pendiam dan nampak sering menyendiri. Dari data - data diatas dapat disimpulkan bahwa dapat ditarik diagnosa keperawatan yang kedua yaitu gangguan interaksi sosial: menarik diri. Diagnosa keperawatan ini menjadi prioritas ke dua karena Tn. S sudah mau bercakap - cakap dengan orang lain dan tidak napak raut muka sedih lagi. Kedua diagnosa ini yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi dan gangguan interaksi sosial: menarik diri tidak terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus pada Tn. S. Kesulitan yang dialami penulis adalah dalam proses pengkajian kurang mendalam lagi dalam menggali data - data yang diperlukan untuk mengambil masalah keperawatan pada Tn. S serta dalam menentukan diagnosa yang paling aktual dari kasus Tn. S. Menurut Effendy, implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri (independent), saling ketergantungan atau kolaborasi (interdependent),dan tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent) (Intansari, 2004). Rencana tindakan keperawatan terdiri atas tiga aspek yaitu tujuan umum, tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan ( P) dari diagnosa keperawatan dan dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus tercapai. Tujuan khusus berfokus pada penyelesaian penyebab (E) dari diagnosa keperawatan. Tujuan khusus
29
merupakan rumusan dari kemampuan klien yang perlu dicapai/dimiliki. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien. Kemampuan pada tujuan khusus terdiri atas tiga aspek yaitu kemampuan kognitif, psikomotor, dan efektif yang perlu dimiliki klien untuk menyelesaikan masalahnya ( Farida dkk, 2010) Rencana tindakan disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan jiwa indonesia, yaitu berupa tindakan konseling atau psikoterpeutik, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri, (self care) atau aktivitas hidup sehari - hari, serta tindakan kolaborasi somatik dan psikofarmaka (Farida dkk,2010). Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan penulis pada Tn. S untukdiagnosakeperawatangangguanpersepsisensorihalusinaiadalah, Tuk 1: Tn. S dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria evaluasi: ekspresi wajah bersahabatan, menunjukan rasa tenang,ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi. intervensi: bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik, sapa Tn. S dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan perawat, jelaskan tujuan berkenalan, tanyakan nama panggilan yang disukai, buatkontrak yang jelas, tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada Tn. S dan kebutuhan daras Tn. S, tanyakan perasaan Tn. S dan masalah yang dihadapi Tn. S, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi Tn. S.
30
Tuk 2: Tn. S dapat mengenal halusinasinya dengan kriteria evaluasi: Tn.
S
menyebutkan
isi,
waktu,
frekuensi,
situasi
dan
kondisi
yangmenimbulkan halusinasi.Intervensi:observasi tingkah lakuTn. S terkait dengan halusinasinya, tanyakan apakah Tn. S mengalami sesuatu (halusinasi dengar), jika Tn. S menjawab ya, tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat percaya Tn. S mengalami halusinasi namun perawat tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat), katakan bahwa ada teman Tn. S yang mengalami hal yang samanamun perawat akan membantu Tn. S, diskusikan dengan Tn. S isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisiyang menimbulkan halusinasi. Tuk 3: Tn. S dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil:Tn.S dapat menyebutkan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya, Tn. S mampu menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, Tn. S dapat memilih dan memperagakan cara mengatasi halusinasinya.Intervensi: identifikasi bersama Tn. S cara/ tindakanyang dilakukan saat terjadi halusinasi, diskusikan cara yang digunakan Tn. S saat halusinasi muncul, jikacara yang digunakan mal adaptif diskusikan kerugian cara tersebut, jika cara yang digunakan adaptif
beri pujian,
diskusikan cara baru untuk
mengontrol halusinasi: menghardik, menemui orang
lain, melakukan
kegiatan harian, minum obat sesuai resep dokter. Berikesempatan Tn. S mempraktekan cara yang telah dipilih, jika berhasil beri pujian. Tuk 4: Tn. S dapat dukungan dari keluarga dalammengontol halusinasinya.Kriteria evaluasi: keluarga dapat menyebutkanpengertian, tanda
31
dan gejala halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan keluarga
untuk
pertemuan, diskusikan dengan keluarga pada saat pertemuan (pengertian halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, cara memutuskan halusunasi). Tuk 5: Tn. S dapat memanfaatkan obat dengan baik. Kriteria evaluasi: Tn. Sdapat menyebutkan manfaat minum obat, menyebutkan kerugian tidak minum obat, Tn. S dapat menyebutkan nama,warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat. Intervensi: diskusikan dengan Tn. S tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat. Pantau Tn. S saat penggunaan obat, beri pujian jika Tn. S menggunakan obat dengan benar, diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter, anjurkan Tn. S untuk konsultasi kepada dokter / perawat jika terjadi hal - hal yang tidak diinginkan. Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada situasi nyata sering implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan. Yang biasa dilakukan adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan dan dirasakan. Hal ini sangat membahayakan klien dan perawat jika berakibat fatal, dan juga tidak memenuhi aspek legal (Kurniawati, 2004). Implementasi
dan
evaluasi
keperawatan
pada
Tn.
Sdengandiagnosagangguanpersepsisensorihalusinasi dilakukan selama tiga hari pada tanggal 5 - 7 April 2012 di bangsal abimanyu, rumah sakit jiwa daerah surakarta. Pada interaksi ini penulis melakukan tindakan keperawatan
32
untuk mengatasi halusinasi pada Tn. S dengan cara menghardik, berbincang bincang dengan orang lain, melakukan aktivitas terjadwal serta mengajarkan cara minum obat dengan prinsip enam benar, mulai dari TUK 1 sampai TUK 5 yaitu membina hubungan saling percaya, mengenal halusinasi klien, mengontrol halusinasi, mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasi, serta dapat memanfaatkan obat dengan baik. Hal ini dilakukan karena berhubungan dengan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik antara perawat dengan klien( Rasmun, 2009). Dengan kriteria evaluasi mengadakan kontak sering secara bertahap, mengobservasi tingkah laku Tn. S mengenal halusinasinya dengan menanyakan apakah ada suara yang didengar, menanyakan kapan suara itu didengar, menanyakan kapan suara itu muncul dan berapa lama, menanyakan apakah situasi dan frekuensi munculnya halusinasi, menanyakan bagaimana perasaan saat halusinasi itu muncul, mengatakan bahwa perawat percaya Tn. S mendengar suara - suara itu tapi perawat tidak mendengarkannya, mengatakan perawat mau membantu mengontrol halusinasi yang dialami Tn. S, mendapat dukungan dari keluarga, dan Tn. S dapat memanfaatkan obat dengan baik. Pada interaksi ini didapatkan data subyektif dan obyektif yang muncul antara lain: Tn. S mengatakan masih sering mendengar suara - suara dan mengatakan suara - suara itu muncul setiap saat entah pagi, siang, ataupun malam. Ketika suara - suara itu muncul Tn. S hanya diam dan tampak sedih, Tn. S merasa terganggu dengan suara itu. Tn. S juga mengatakan mau diajari
33
cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. Tn. S juga mengatakan mau mempraktekan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik yang telah diajarkan oleh perawat. Ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa senang, ada kontak mata dan mau berjabat tangan dengan perawat, Tn. S mau mengutarakan masalah yang dihadapinya yaitu halusinasi pendengaran. Evaluasi keperawatan didapatkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ada penulis menyimpulkan bahwa implementasi keperawatan tujuan khusus 1, 2, 3, 4 dan 5 tercapai dengan kriteria hasil ekspresi wajah bersahabat, mau duduk berhadapan dengan perawat dan mau mengutarakan masalah yang dihadapinya serta Tn. S berinteraksi dengan penulis dan bersedia
mengutarakan
masalah
yang
dihadapinya,
keluarga
dapat
menyebutkan pengertian serta tanda dan gejala halusinasi, Tn. S dapat menyebutkan manfaat minum obat serta menyebutkan kerugian tidak minum obat. Kekuatan penulis dalam pencapaian TUK 1, TUK 2, TUK 3,TUK 4, dan TUK 5 adalah penulis telah mempersiapkan strategi pelaksanaan sebagai acuan dalam melakukan implementasi keperawatan serta Tn. S berinteraksi dengan penulis dan bersedia mengutarakan masalah yang dihadapi.
B. Simpulan Berdasarkanstudikasusasuhankeperawatanpemenuhankebutuhankeamana ndankeselamatanpada Tn. S dengangangguanpersepsisensori: halusinasi yang telahpenlislakukan. Makadapatditarikkesimpulansebagaiberikut:
34
Padapengkajian
data
tentangidentitaskliendanpenanggungjawab,alasanmasuk, prediposisi,
pemeriksaantanda
pengkajianpsikososial,riwayatkesehatan, pemeriksaanfisik,
-
factor
tanda
vital,
polapersepsidiri, pemeriksaanpenunjang.
Penulissudahmemalukanpengkajiantesebut. Diagnosa keperawatan prioritas yang penulis angkat adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi. Intervensi yang direncanakan meliputi TUK 1 - TUK 5 sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure) dan penulis melaksanakan semua TUK 1 - TUK 5. Implementasi yang penulis sudah lakukan SP 1 – SP 4 (mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, menemui orang lain, melakukan aktivitas jadwal kegiatan sehari - hari, menjelaskan manfaat obat). Evaluasi yang penulis lakukan sudah sesuai dengan keadaan klien. Penulis sudah melakukan TUK 1 - TUK 5 sesuai dengan SOP (Standart Operasional Prosedure). Penulis juga sudah melakukan Sp 1 - Sp 4 dengan baik karena klien dapat diajak kerjasama dan klien sangat kooperatif sehingga penulis mendapatkan hasil yang baik. Analisa pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan pada klien sudah terpenuhi.
C. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa penulis berikan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan adalah:
35
1. Bagiinstitusi a. Menambahreferensibukutentangmasalahkeperawatanjiwakhususnyap adamasalahgangguanpersepsisensori: halusinasi. b. Memberikaninformasikepadamahasiswamengenaiadanyaperumusan diagnose tunggalkhususnyapadaasuhankeperawatanjiwagangguanpersepsisens ori: halusinasi. 2. Bagiperawat a. Meningkatkankemampuandankualitasdalammemberikanasuhankeper awatanpadaklienkhususnyapadamasalahgangguanpersepsisensori: halusinasi. b. Melakukanasuhankeperawatansesuaidenganrencanatindakankeperaw atansesuaidengan
SOP
(StandartOperasionalProsedure)
yang
ditetapkan. 3. Bagirumahsakit a. Meningkatkanmutudalammemberikanpelayanankeperawatankhususn yapadakliendengangangguanpersepsisensori: halusinasi b. Memberikanasuhankeperawatansesuaidengan SOP danlanjutkandengan SOAP padaklienkhususnyadengangangguanpersepsisensori: halusinasi. 4. Bagikliendankeluarga
36
a. Kliendiharapkanmengikuti program terapi yang telahdirencanakanolehdokterdanperawatuntukmempercepat proses kesembuhanklien. b. Keluargadiharapkanmampumemberikandukunganpadakliendalamme ngontrolhalusinasibaik di rumahsakitmaupun di rumah.
DAFTAR PUSTAKA Arif. Imam Setiadi, 2006. Buku Skizofrenia Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Bandung: Refika Aditama. Baihaqi MIF dkk, 2005. Buku Psikiatri Konsep Dasar Dan Gangguan-Gangguan. Bandung: Refika Aditama. B.K. Puri dkk, 2008. Buku Ajar Psikiatri. Edisi : 2. Buku Kedokteran, Jakarta: EGC. D.Carpenito, 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Buku Kedokteran, Jakarta: EGC. H.G. Morgan dan M.H. Morgan, 1991. Segi Praktis Psikiatri. Jakarta: Binapura Aksara. http://nswahyunc.blogspot.com/2012/02/ asuhan – keperawatan – halusinasi. Htm. Isnaeni Januarti dkk, 2008. Efektivitas Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Halusinasi Dalam Jurnal Keperawatan Soederman. Vol.3 diakses 6 April 2012. Keliat.
Budi Anna dkk, 2007. Managemen Kasus Gangguan Jiwa:CMHN(INTERMEDIATE COURSE). Buku Kedokteran, Jakarta: EGC.
Kusumawati F & Yudi Hartono, 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Maramis Willy L, 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa. Cetakan 8. Surabaya: Airlangga. Mubarok Wakid Iqbal, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori Dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika. Nasution. Siti Saidah, 2003. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Perubahan Sensori Persepsi: Halusinasi. Digitized by USU Digital Library. Diakses tanggal 19 April 2012. Nurjanna Intansari, 2005. Aplikasi Proses Keperawatan. Yogyakarta: Moko Media. Nurjannah. Intansari, 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa. Yogyakarta: Moko Media. Townsend, Merry C, 2002. Buku Keperawatan Jiwa. Hal 156. Buku Kedokteran, Jakarta: EGC. Williams dan Wilkins, Alih Bahasa Oleh dr. W. M.Roan, 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Media.