126
Moh. Ghozali, Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS PADA KOMPETENSI DASAR MENGUNGKAPKAN MAKNA DALAM PERCAKAPAN TRANSAKSIONAL DAN INTERPERSONAL PENDEK SEDERHANA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI SISWA KELAS VIII TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DI SMP NEGERI 1 POGALAN
Oleh: Moh. Ghozali SMP Negeri 1 Pogalan Kabupaten Trenggalek Abstrak. Temuan permasalahan di dalam kelas kebanyakan siswa masih mengalami kesulitan dalam mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal menggunakan ragam bahasa lisan sederhana. Penelitian ini bertujuan: (1) meningkatan hasil belajar bahasa Inggris pada kompetensi dasar mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal pendek sederhana menggunakan metode presentasi siswa; dan (2) meningkatkan aktivitas siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Pogalan tahun pelajaran 2015/2016 dalam pembelajaran bahasa Inggris pada kompetensi dasar mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal pendek sederhana menggunakan metode demonstrasi. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan terbukti dengan hasil belajar siklus I 78,7 dan siklus II 81,8 sehingga mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 3,93 % (2) Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan hal ini dibuktikan dengan hasil observasi siswa dari siklus I 39,63 , siklus II 70,6 sehingga mengalami peningkatan sebesar 78,1%. Temuan tersebut menunjukkan bahwa penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dapat membuat siswa menjadi aktif dalam berpartisipasi mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Kata Kunci: metode pembelajaran, metode demonstrasi, transaksional, interpersonal
Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling penting dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui kegiatan berbahasa guru dan siswa dapat menangkap motif keinginan, latar belakang keluarga, pergaulannya, adat istiadatnya, dan lain sebagainya. Maka benarlah kalau dikatakan bahwa pengajaran dalam kelas adalah sebagai pendayagunaan bahasa untuk peralihan pengalaman dan budaya (Alwasilah, 1990: 159; Ghazali, 2010). Pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran di kelas VIII D SMP Negeri
Pogalan, Kabupaten Trenggalek, tahun pelajaran 2015/2016 kemampuan berbicara siswa untuk mengungkapkan makna dalam percakapan transaksional dan interpersonal pendek sederhana masih sangat kurang. Hal ini terlihat pada hasil evaluasi nilai rata-rata kelas hanya sebesar 57 sedangkan siswa yang hasil belajarnya kurang dari KKM ada 23 siswa atau 76,6 %, sedangkan siswa yang hasil belajaranya telah memenuhi KKM ada 7 siswa atau 23,3 %. Adapun faktor-faktor tersebut diantaranya: (1) Metode mengajar yang diterapkan guru selalu menggunakan
JUPEDASMEN, Volume 3, Nomor 1, April 2017
metode ceramah sehingga siswa merasa kesulitan memahami struktur bahasa Inggris dimana memiliki sistem yang berbeda dengan bahasa Indonesia; (2) Guru memberikan penjelasan materi tanpa menggunakan media pembelajaran sehingga siswa merasa bosan, jenuh dan tidak antusias mengikuti pembelajaran; dan (3) Guru tidak memberikan perhatian pada siswa secara penuh sehingga siswa merasa seenaknya dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dengan leluasa siswa yang berbicara dengan temannya, bermain, berjalan-jalan saat pembelajaran berlangsung. Mengacu pada hal tersebut diatas, guru mencoba menerapkan metode demonstrasi untuk memotivasi bagi siswa mengaktualisasi kemampuan berbicara meraka dalam bahasa Inggris. Metode demonstrasi merupakan metode pengungkapan ide, gagasan, perasaan di depan umum oleh satu atau lebih presenter dengan menyertakan naskah makalah atau tidak. Bagi kebanyakan orang metode demonstrasi menuntut adanya pembuatan ringkasan dari sekian masalah yang akan dipaparkannya. Tujuannya adalah melatih siswa mengembangkan kemampuan berbicara serta cara berfikir kritis dan analitis. METODE Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Sugiyono (2013:14) mengungkapkan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuanti-
127
tatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan nontes. Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman peserta didik sebelum dan setelah diterapkannya metode Demonstrasi, sedangkan instrumen nontes pada penelitian ini terdiri dari observasi dan dokumentasi. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengamati perubahan belajar siswa selama proses pembelajaran. Observasi adalah pencatatan sistematis dan pengamatan terhadap fenomena yang terjadi (Subana & Sudrajat, 2000). Dokumentasi dalam penelitian ini berupa catatan kolaburator tentang aktivitas pembelajaran di kelas. Arikunto (2002:206) menyatakan bahwa metode dokumentasi digunakan untuk mengetahui data dalam bentuk catatan, transkrip, pembukuan, Koran, majalah, dan berita sehari-hari. Analisis data dalam penelititan ini menggunakan metode analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Dalam metode analisis secara kuantitatif, data diperoleh dari hasil tes dikerjakan siswa pada siklus I dan siklus II. Metode analisis secara kualitatif dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis data kualitatif. Data kualitatif ini diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Dalam penelitian ini, hasil analisis data tes secara kuantitatif dihitung secara persentase dengan cara: (1) merekap nilai yang diperoleh siswa, (2) menghitung nilai ratarata, dan (3) menghitung persentase (Riduwan dan Akdon. 2008). Langkah penganalisisan data kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan menganalisis lembar observasi yang telah diisi saat pembelajaran. Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini antara lain, (1) secara individual siswa mendapat nilai 75 dikatakan tuntas, (2)
128
Moh. Ghozali, Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris...
secara klasikal siswa yang mendapat nilai 75 ada 60 % dari jumlah siswa, dan (3) secara klasikal rata-rata kelas mencapai nilai 80. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dipaparkan data hasil tes dan nontes siswa. Total nilai pada hasil prasiklus sebesar 1934 dengan rata-rata 64,6. Pada hasil tes prasiklus ini terdapat 23 peserta didik dari jumlah total 30 peserta didik yang memperoleh nilai dibawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM). Sesuai manajemen sekolah SMP Negeri 1 Pogalan bahwa Standar Ketuntasan Minimal (SKM) untuk bahasa Inggris adalah 75. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna transaksional dan interpersonal bahasa Inggris masih rendah karena terbukti terdapat 23 peserta didik dari total 30 peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM) dan hanya 7 peserta didik dari total 30 peserta didik yang memperoleh nilai di atas Standar Ketuntasan Minimal (SKM). Pada hasil nilai siklus I adalah sebesar 2362 dengan rata-rata 78,7. Pada hasil tes siklus I ini terdapat 12 peserta didik dari jumlah total 30 peserta didik yang memperoleh nilai dibawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM). Sesuai manajemen sekolah SMP Negeri 1 Pogalan bahwa Standar Ketuntasan Minimal (SKM) untuk bahasa Inggris adalah 80. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna transaksional dan interpersonal bahasa Inggris mengalami peningkatan walaupun masih rendah karena terbukti jumlah rata-rata nilai pada silus I meningkat menjadi 78,7 dari 64,6. Hasil observasi pada siklus I yaitu siswa yang diberikan kolaburator jumlahnya 396,3 dengan jumlah rata-rata 39,63. Pada
hasil dokumentasi dalam siklus I kolaburator mengungkapkan bahwa kebanyakan siswa merasa kebingungan, kurang cakap dan antusias dalam berdiskusi dan mengomentari presentasi temannya. Total nilai pada hasil siklus II sebesar 2456 dengan rata-rata 81,8. Pada hasil tes siklus II ini seluruh peserta didik dengan jumlah 30 peserta didik memperolah nilai ketuntasan dengan rentang nilai 75-100. Sesuai manajemen sekolah SMP Negeri 1 Pogalan bahwa Standar Ketuntasan Minimal (SKM) untuk bahasa Inggris adalah 75. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan siswa dalam mengungkapkan makna transaksional dan interpersonal bahasa Inggris meningkat dan memenuhi kriteria yang ditetapkan, oleh karena itu penelitian dihentikan pada siklus yang ke II. Hasil observasi siswa pada siklus II ini yang diberikan kolaburator jumlahnya sebesar 706,5 dengan jumlah rata-rata 70,6. Hasil observasi siswa pada siklus II ini sudah ada kenaikan disbanding dengan siklus I yang rata-rata nilainya hanya mencapai 39,63. Pada hasil dokumentasi kolaburator tidak memberikan catatan apapun kecuali tulisan “pembelajaran sudah berjalan dengan baik”. Ini dimungkinkan karena hasil observasi siswa sudah menunjukkan hal-hal yang posistif dibanding dengan pembelajaran siklus I. Dengan diterapkannya metode Demonstrasi juga membuat peserta didik merasa termotivasi untuk mempelajari bahasa Jerman dengan lebih sungguh-sungguh, seperti yang disampaikan oleh Hatimah, (2000: 10) bahwa metode pembelajaran tidak hanya berfungsi sebagai cara untuk menyampaikan materi saja, melainkan berfungsi juga untuk pemberian dorongan, pengungkap tumbuhnya minat belajar, pe-
JUPEDASMEN, Volume 3, Nomor 1, April 2017
nyampaian bahan belajar, pencipta iklim belajar yang kondusif, tenaga untuk melahirkan kreativitas, pendorong untuk penilaian diri dalam proses dan hasil belajar, dan pendorong dalam melengkapi kelemahan hasil belajar. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode Demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman peserta didik kelas VIII D SMP Negeri 1 Pogalan dalam mengungkapkan makna Interpersonal dan Transaksional, hal ini terlihat dari hasil nilai rata-rata prasiklus sebesar 64,6 meningkat menjadi 78,7 pada nilai siklus I dan mencapai ketuntasan seluruh kelas pada siklus II dengan nilai rata-rata 81,8. Dari hasil prasiklus terlihat bahwa kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan makna interpersonal dan transaksional masih rendah, terbukti terdapat 23 peserta didik dari jumlah total 30 peserta didik yang memperoleh nilai di bawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM) dan hanya terdapat 7 peserta didik dari jumlah total 30 peserta didik yang memperoleh nilai tuntas sesuai dengan Standar Ketuntasan Minimal (SKM). Peningkatan kemampuan kosakata peserta didik dapat dilihat dari hasil siklus I dan siklus II peserta didik, pada hasil siklus I peserta didik yang memperoleh nilai dibawah Standar Ketuntasan Minimal (SKM) berkurang menjadi 12 peserta didik dan yang memperoleh nilai diatas Standar Ketuntasan Minimal (SKM) sebanyak 18 peserta didik. Pada siklus II seluruh peserta didik dengan jumlah 30 peserta didik memperolah nilai tuntas dengan rentang
129
nilai 75-100. Berdasarkan hasil data observasi dan dokumentasi yang diberikan oleh kolabulator juga mengalami peningkatan, dari hasil observasi siklus I yang hanya mencapai 39,63 meningkat menjadi 70,6. Kolabulator juga memberikan catatan positif pada hasil siklus II yaitu “pembelajaran sudah berjalan dengan baik” yang berarti aktivitas peserta didik didalam kelas sudah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditariki kesimpulan bahwa secara keseluruhan peseta didik tertarik dan merasa termotivasi terhadap penerapan metode Demonstrasi. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dijabarkan di atas, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) bagi pengajar bahasa Inggris disarankan menerapkan metode Demonstrasi pada pembelajaran Inggris, selain dapat meningkatkan pemahaman kosakata bahasa Jerman peserta didik secara tulis, juga dapat memberi motivasi secara tidak langsung kepada peserta didik untuk berinteraksi menggunakan bahasa Inggris dengan lebih baik, (2) bagi peserta didik disarankan lebih rajin dan aktif lagi dalam mempelajari bahasa Inggris, khususnya Interpersonal dan Transaksional. Metode demonstrasi hendaknya selalu dikembangkan untuk mencari Metode yang ideal dalam proses belajar mengajar. Penggunaan alat peraga atau media yang benarbenar efektif dalam pengajaran Bahasa sangat diperlukan, (3) bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian dengan menerapkan metode Demonstrasi pada keterampilan bahasa dan tema pembelajaran yang lainnya dengan kosakata yang lain sesuai dengan tema pembelajaran agar perbendaharaan kata peserta didik semakin bervariasi.
130
Moh. Ghozali, Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris...
DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, A. Chaedar. 1990. Linguistik suatu Pengantar. Bandung: Angkasa Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Ghazali, A. Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Bandung: Refika Aditama. Hatimah, I. 2000. Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira.
Riduwan dan Akdon. 2008. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung: Alfabeta Subana, Rahadi Moersetyo & Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung: CV.Pustaka Setya Sugiyono.2013. Metode Penelititan Pendidikan (pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta