JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA BANK INDONESIA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH ATAS DOLAR AMERIKA
Muhammadinah Politeknik PalComTech
Abstract The purpose of this study is to investigate and analyze the influence of the Bank Indonesia interest rate and inflation rate of the rupiah against the U.S. dollar. The results showed that a significant difference between the variable interest rate and inflation Bank Indonesia jointly against the rupiah exchange rate of U.S. $. There is a significant effect between the variable interest rate of Bank Indonesia partially towards the exchange rate of U.S. $, a significant difference between the variables by partial inflation of the rupiah exchange rate of U.S. $ and there is close relationship between the Bank's variable interest rate and inflation of traditional Indonesia rupiah exchange rate of U.S. $. Then the government is expected to further increase its attention on the economy anymore, so the economic crisis we have ever experienced will not happen again and hope that Bank Indonesia has always played an active role in controlling the economic conditions of the authority specifically control the level of interest rates and inflation so that the level economic growth can increase. Keywords : Interest Rate of BI, Inflation and Exchange Rate
PENDAHULUAN Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat telah menghancurkan sendi-sendi perekonomian, termasuk perbankan. Inflasi merupakan salah satu dampak dari terjadinya krisis ekonomi berkepanjangan yang melanda suatu negara. Inflasi adalah suatu keadaan dimana terjadi kenaikan harga-harga secara tajam (absolute) yang berlangsung secara terus-menerus dalam jangka waktu yang cukup lama yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik) mata uang suatu negara (Tajul Kahalwaty, 2000:5) Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi inflasi adalah dengan menekan uang beredar baik dalam arti sempit (M1) maupun arti luas (M2) atau likuiditas perekonomian. Efek dari kebijakan ini, bank-bank swasta maupun bank-bank pemerintah berlomba-lomba menaikkan suku bunga. Bunga yang diberikan oleh bankbank pada masyarakat merupakan daya tarik yang utama bagi masyarakat untuk melakukan penyimpanan uangnya di bank, sedangkan bagi bank, semakin besar dana masyarakat yang bisa dihimpun, akan meningkatkan kemampuan bank untuk membiayai operasional aktivanya yang sebagian besar berupa pemberian kredit pada masyarakat. Menurut Usman (1987:29), tidak jarang bank-bank menetapkan suku bunga terselubung, yaitu suku bunga simpanan yang diberikan lebih tinggi dari yang
118
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
diinformasikan secara resmi melalui media massa dengan harapan tingkat suku bunga yang dinaikkan akan menyebabkan jumlah uang yang beredar akan berkurang karena orang lebih senang menabung daripada memutarkan uangnya pada sektor-sektor produktif atau menyimpannya dalam bentuk kas di rumah. Sebaliknya, jika tingkat suku bunga terlalu rendah, jumlah uang yang beredar di masyarakat akan bertambah karena orang akan lebih senang memutarkan uangnya pada sektor-sektor yang dinilai produktif. Suku bunga yang tinggi akan mendorong investor untuk menanamkan dananya di bank daripada menginvestasikannya pada sektor produksi atau industri yang memiliki tingkat risiko lebih besar. Sehingga dengan demikian, tingkat inflasi dapat dikendalikan melalui kebijakan tingkat suku bunga (Khalwaty, 2000:144). Namun ternyata kebijakan ini dapat menimbulkan dampak negatif pada kegiatan ekonomi. Kebijakan uang ketat disatu sisi memang menunjukkan indikasi yang baik pada nilai tukar yang secara bertahap menunjukkan kecenderungan menguat namun di sisi lain kebijakan uang ketat yang mendorong tingkat suku bunga tinggi ternyata dapat menyebabkan cost of money menjadi mahal, hal yang demikian akan memperlemah daya saing ekspor di pasar dunia sehingga dapat membuat dunia usaha tidak bergairah melakukan investasi dalam negeri, produksi akan turun, dan pertumbuhan ekonomi menjadi stagnan (Boediono, 1990:3) Adapun tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia dan tingkat inflasi terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Kemudian penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan kajian, literatur atau referensi bagi para peneliti berikutnya dalam melakukan pengembangan penelitian yang berhubungan dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia, tingkat inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Serta sebagai gambaran yang jelas kepada pihak-pihak yang berkepentingan seperti perbankan, perusahaan dan yang lainnya mengenai pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia terhadap nilai tukar rupiah atas dolar Amerika. TINJAUAN PUSTAKA Teori Suku Bunga Nopirin (1996) mendefinisikan suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilihan membelanjakan uang lebih banyak atau menyimpan uangnya dalam bentuk tabungan. Suku bunga juga merupakan sebuah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan, sebagaimana harga lainnya maka tingkat suku bunga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran uang (Suhaedi, 2000). Suku bunga dibedakan menjadi dua, suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga nominal adalah tingkat bunga (rate) yang dapat diamati di pasar. Sedangkan suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya setelah suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan. Tingkat suku bunga juga digunakan pemerintah untuk mengendalikan tingkat harga, ketika tingkat harga tinggi dimana jumlah uang yang beredar di masyarakat banyak sehingga konsumsi masyarakat tinggi akan diantisipasi oleh pemerintah dengan menetapkan tingkat suku bunga yang tinggi. Dengan tingkat suku bunga tinggi yang diharapkan kemudian adalah berkurangnya
119
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
jumlah uang beredar sehingga permintaan agregat pun akan berkurang dan kenaikan harga bisa diatasi. Menurut Edward dan Khan (1985) ada dua jenis faktor yang menentukan nilai suku bunga, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi pendapatan nasional, jumlah uang beredar (JUB), dan inflasi yang diduga. Sedangkan faktor eksternal merupakan suku bunga luar negeri dan tingkat perubahan nilai tukar valuta asing. Menurut Laksmono (2001), nilai suku bunga domestik di Indonesia sangat terkait dengan suku bunga internasional. Hal ini disebabkan oleh akses pasar keuangan domestik terhadap pasar keuangan internasional dan kebijakan nilai tukar yang kurang fleksibel. Selain suku bunga internasional, tingkat diskonto SBI juga merupakan faktor penting dalam penentuan suku bunga di Indonesia. Peningkatan diskonto SBI segera direspon oleh suku bunga PUAB (Pasar Uang Antar Bank), sedangkan respon suku bunga deposito baru muncul setelah 7–8 bulan. Faktor lain yang turut berpengaruh dalam penentuan suku bunga di Indonesia adalah kondisi likuiditas yang berdampak pada suku bunga PUAB dalam jangka pendek. Namun dalam jangka panjang akan mendorong arus modal masuk sehingga pengaruhnya terhadap suku bunga deposito dan suku bunga kredit lebih kecil. Ada tiga teori yang menjelaskan hubungan antara suku bunga yang berbeda jangka waktu (Laksmono, 2001:76), yaitu: 1. Segmented Market Theory, mengatakan bahwa masing-masing instrumen dengan jangka waktu berbeda ditentukan oleh pasar yang berbeda dengan permintaan dan pasokan pasar yang berbeda. Teori ini mengasumsikan peminjam dan pemberi pinjaman memiliki preferensi terhadap jangka waktu tertentu. Dalam teori ini diasumsikan bahwa peminjam dan pemberi pinjaman tidak berpindah dari satu pasar ke pasar lain sehingga instrumen dengan jangka waktu berbeda tidak dapat saling berganti. Pendapatan di setiap pasar dianggap tercipta dari permintaan dan pasokan di pasar tersebut. 2. Expectation Theory menganggap instrumen jangka waktu berbeda dapat saling berganti secara sempurna. Suku bunga merupakan rata-rata ekspektasi suku bunga jangka pendek selama periode instrumen jangka panjang. Teori ini menjelaskan perbedaan term structure of interest rate dari waktu ke waktu dan juga menerangkan kecenderungan suku bunga instrumen jangka waktu yang berbeda bergerak searah karena adanya pergantian. 3. Preferred Habitat Theory mengatakan bahwa suku bunga jangka panjang merupakan rata-rata ekspektasi suku bunga jangka pendek sepanjang periode instrumen jangka panjang ditambah dengan liquidity premium yang besarnya tergantung pada kondisi penawaran dan permintaan saat itu. Teori ini mengasumsikan adanya substitusi antar instrumen dan adanya preferensi investor atau instrumen tertentu yang disebut juga pergantian tidak sempurna. Dalam preferred habitat theory ini, suku bunga pada periode n sama dengan rata-rata dari ekspektasi suku bunga bulan ke depan selama periode n ditambah dengan premium. Adanya liquidity premium membedakan teori ini dengan lainnya. Umumnya peminjam dana menawarkan liquidity premium yang positif untuk menarik pembeli instrumen jangka panjang sebagai kompensasi atas risiko likuiditas yang lebih besar dibandingkan instrumen jangka pendek.
120
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Inflasi Definisi Inflasi : Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus selama waktu tertentu . Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi: 1. Menurut Nopirin (1987:25) Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama peride tertentu. 2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) Inflasi dinyatakan sebagai kenaikan harga secara umum. Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut: price level (year t) - price level (year t - 1) Rate of inflation (year t) = price level (year t - 1) Komponen Inflasi Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203) 1. Kenaikan harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi daripada harga periode sebelumnya. 2. Bersifat umum Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik. 3. Berlangsung terus menerus Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi, jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang waktu minimal bulanan Tingkat Inflasi Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi menjadi tiga bagian yaitu 1. Merayap (Creeping Inflation) Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama. 2. Inflasi Menengah (Galloping Inflation) Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang artinya harga-harga minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya. 3. Inflasi Tinggi (Hyper Inflation) Inflasi yang paling parah dengan ditandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja.
121
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Metode Pengukuran Inflasi Suatu kenaikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi (Nopirin,1987:25) antara lain: 1. Consumer Price Index (CPI) Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup : Cost of market basket in given year CPI = x 100% Cost of market basket in base year 2. Produsen Price Index dikenal dengan Whosale Price Index Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah (raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks CPI. 3. GNP Deflator GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI, dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas: GNP Nominal x 100% GNP Deflator = GNP Riil Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587) faktor yang menyebabkan inflasi : 1. Demand Pull Inflation, timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi produktif perekonomian, menarik harga keatas untuk menyeimbangkan penawaran dan pennintaan agregat. 2. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan penggunaan sumber daya yang kurang efektif. Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh : 1. Domestic Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara umum di dalam negeri. 2. Imported Inflation Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang. Kurs Kurs valuta asing adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara dengan negara lain. Nilai kurs terbagi atas: 1. Kurs jual adalah harga jual valuta asing oleh bank atau money changer. 2. Kurs beli adalah kurs yang diberlakukan bank apabila bank membeli valuta asing. Nilai Tukar Mata Uang yang lainnya disebut Kurs, Menurut Paul R. Krugman dan Maurice (1994:73) Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lainnya. Menurut Nopirin (1996:163) Kurs adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, maka akan mendapat perbandingan nilai/harga antara kedua mata uang tersebut. Menurut
122
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Salvator (1997:10) Kurs atau Nilai Tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Transaksi Valuta Asing dimana kedua belah pihak sepakat untuk saling menukarkan simpanan bank mereka serta melaksanakan secepatnya. Kurs yang melandasi perdagangan seketika (On The Spot) ini disebut Kurs Spot (Spot Exchange Rate), sedangkan kesepakatannya disebut Transaksi Spot. Istilah “seketika” atau “spot” ini sebenarnya kurang tepat mengingat pertukaran spot lazimnya baru dilaksanakan dua hari setelah tercapainya kesepakatan. Keterlambatan ini terjadi karena dalam kebanyakan transaksi bank perlu dua hari guna melaksanakan instruksi pembayaran (misalnya berupa cek). Dalam kepustakaan Pasar Valuta Asing, tanggal dimana kedua belah pihak benarbenar menerima dana yang mereka beli, yakni dua hari setelah kesepakatannya, disebut Tanggal Nilai (Value Date). Beberapa kesepakatan Valuta Asing acapkali secara khusus menetapkan suatu tanggal nilai lebih dari dua hari, bisa 30 hari, 90 hari, 180 hari, atau bahkan beberapa tahun. Kurs yang menjadi dasar bagi transaksi semacam ini disebut Kurs Berjangka (Forward Exchange Rate). Biasanya, Kurs ini akan memiliki selisih bila dibandingkan dengan Kurs Spot maupun Kurs Berjangka yang tanggal nilai pemberlakuannya berbeda. Bila hari ini anda sepakat menjual Pound untuk memperoleh dolar dimasa mendatang atas dasar Kursnya di waktu kemudian, maka anda “menjual pound berjangka” dan “membeli dolar berjangka” (Paul R. Krugman & Maurice:51). Pendekatan Perdagangan Terhadap Pembentukan Kurs Salah satu model kurs tradisional yang sangat penting didasarkan pada kajian terhadap arus pertukaran barang dan jasa antar negara, artinya model ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antar dua mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Itulah sebabnya model ini lazim disebut sebagai pendekatan perdagangan (trade approach) atau pendekatan elastisitas (elastisitas approach to exchange rate determination). Menurut pendekatan ini kurs equilibrium adalah kurs yang akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari suatu negara. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar ketimbang nilai ekspornya (artinya negara yang bersangkutan mengalami defisit perdagangan). Maka kurs mata uangnya akan mengalami peningkatan (artinya mata uangnya mengalami depresiasi atau penurunan nilai tukar) dan hal ini akan berlangsung secara cepat dalam sistem kurs mengambang yang berlaku saat ini. Peningkatan kurs (angka nominalnya) atau penurunan nilai tukar mata uang tersebut akan membuat harga dari berbagai komoditi ekspornya menjadi lebih murah bagi para importir atau pihak asing sedangkan berbagai produk barang dan jasa impor menjadi lebih mahal bagi penduduk domestik. akibatnya lambat laun ekspor negara tersebut mengalami kenaikan dan impor menurun sampai akhirnya nilai perdagangan internasionalnya benarbenar seimbang (impor = ekspor). Karena kecepatan proses penyesuaian tersebut ditentukan oleh respon atau elastis impor dan ekspor terhadap perubahan-perubahan kurs, maka pendekatan ini disebut pendekatan elastisitas (Salvator : 1997:42). Kurs antara dua mata uang bisa dibuat sama di berbagai pusat moneter melalui arbitrase. Istilah ini mengacu pada praktek pembelian suatu mata uang disebut pusat moneter dimana harganya lebih murah, untuk kemudian segera dijual kembali ke pusat moneter lainnya yang menawarkan harga lebih mahal, dalam rangka mencetak keuntungan dalam jangka pendek. Begitu kegiatan arbitrase berlangsung, kurs antar dua mata uang cenderung mendekat sehingga sama besarnya di dua pusat moneter yang terkait.
123
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
RANCANGAN PENELITIAN Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia dengan melihat tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan tingkat inflasi yang terjadi serta perubahan nilai tukar rupiah atas dolar Amerika dalam kurun waktu tahun 2003 sampai tahun 2008. Data Data yang digunakan dalam analisa ini merupakan data suku bunga nominal yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, tingkat inflasi dan nilai tukar antara rupiah terhadap dolar Amerika yang dilihat dari nilai jual dolar yang diperoleh dari Bank Indonesia (BI) berupa Statistik Keuangan Indonesia tahun 2003-2008. Teknik Analisis Untuk menganalisis pengaruh tingkat suku bunga Bank Indonesia (independent variabel) terhadap nilai tukar rupiah atas dolar (dependent variabel) digunakan regresi linier berganda dengan bentuk persamaan sebagai berikut : Y = a + β1X1 + β2X2 Dimana : Y = a = β 1,2 = X1 = X2 =
Nilai tukar rupiah Konstanta Koefisien regresi Tingkat suku bunga Bank Indonesia (SBI) Tingkat Inflasi
1. Uji F Yaitu pengujian statistik secara bersama-sama antara variabel terhadap variabel terikat dengan syarat sebagai berikut : a. Jika F hitung < F Tabel artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap varibel terikat. b. Jika F hitung > F tabel artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Uji t Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun prasyarat yang digunakan adalah : a. t hitung < t tabel pada α (5%) Artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. b. t hitung > t tabel pada α (5%) Artinya ada pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat
124
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
ANALISIS DATA Sebelum dilakukan analisis regresi berganda terlebih dahulu dilakukan pengujian persyaratan analisis yang merupakan suatu syarat yang harus dipenuhi agar analisis regresi dapat dilakukan, baik untuk keperluan prediksi maupun untuk pengujian hipotesis. Ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan analisis regresi, baik regresi linier sederhana maupun regresi linier berganda, yaitu 1) uji normalitas 2) heteroskedastisitas, 3) multikolinearitas. 1. Uji Prasyarat Untuk Normalitas Data yang berdistribusi normal dalam suatu model regresi dapat dilihat pada grafik normal plot, dimana bila titik–titik yang menyebar di sekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal, maka data tersebut dapat dikatakan berdistribusi normal. Berdasarkan hasil pengolahan data menunjukkan bahwa penyebaran data mendekati garis diagonal yang berarti data penelitian ini memiliki distribusi yang normal. 2. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas yang dimaksud adalah untuk melihat pada kesalahan menjadikan hasil uji statistik tidak tepat sehingga keyakinan untuk estimasi parameter juga kurang tepat. Pemeriksaan terhadap gejala heteroskedastisitas adalah dengan melihat pola diagram pencar yang dihasilkan dari selisih antara nilai Y prediksi dengan Y observasi. Jika diagram pencar yang ada membentuk pola–pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami heteroskedastisitas. Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil diagram pencar tidak membentuk pola atau acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. 3. Uji Multikolinearitas Regresi yang bebas multikolinearitas ditandai dengan : nilai VIF berkisar angka 1 (VIF=1/toleransi) dan nilai toleransi berkisar angka 1. Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran) dapat di lihat nilai VIF untuk variabel independen bernilai sekitar 1. Begitu pula nilai toleransi juga berkisar pada nilai 1. Berdasarkan nilai tersebut maka diketahui bahwa regresi ini bebas dari multikolinearitas. Pengaruh Variabel Tingkat Suku Bunga dan Inflasi Terhadap Kurs Dengan analisis statistik menggunakan aplikasi SPSS dimana data yang didapat tersebut telah diketahui berdistribusi normal, maka berikut ini adalah uraian analisis untuk perhitungan statistik tersebut :
125
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
1. Model Summary b
Tabel 1. Model Summary Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
a . 682 .580 .826 a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku Bunga b. Dependent Variable: Kurs
1
508.19027
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa: a. Nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0,826 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara tingkat suku bunga (X1) dan inflasi (X2) terhadap variabel nilai tukar rupiah / kurs (Y) b. Nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,682 menunjukkan bahwa tingkat suku bunga (X1) dan inflasi (X2) mempengaruhi variabel nilai tukar rupiah / kurs (Y) sebesar 68,2% dan sisanya sebesar 31,8% dipengeruhi oleh faktor lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini seperti jumlah uang yang beredar tingkat bunga deposito dan lainnya. 2. Anova Untuk melihat apakah variabel independen secara bersama-sama berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel bebas, peneliti menggunakan uji F yakni dengan membandingkan nilai signifikansi F hitung dengan nilai alpha yang ditetapkan sebesar 0,05. Berikut ini dapat dilihat nilai F hitung berdasarkan tabel anova. Tabel 2. ANOVAb Sum of Squares
Model 1
Df
Mean Square
Regression
1.866E7
2 9329488.682
Residual
1.570E8
69 2274637.900
F 4.102
Sig. a
.021
Total 1.756E8 71 a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku Bunga b. Dependent Variable: Kurs Berdasarkan tabel anova terlihat bahwa signifikansi F yang diperoleh adalah sebesar 0,021 lebih kecil dari level signifikansi 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel tingkat suku bunga (X1) dan inflasi (X2) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap nilai tukar rupiah / kurs (Y). Hal ini dapat pula di lihat dari perbandingan antara F hitung dengan F tabel, dari hasil perhitungan diperoleh nilai F hitung sebesar 4,102 dan diketahui F tabel (df 2:69) sebesar 3,15. Oleh karena F hitung > F tabel artinya variabel tingkat suku bunga (X1) dan inflasi (X2) secara bersama-sama memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap nilai tukar rupiah / kurs (Y).
126
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
3. Koefisien Regresi Untuk melihat apakah variabel independent secara sendiri-sendiri berpengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel bebas, peneliti menggunakan uji t yakni dengan membandingkan nilai signifikansi t hitung dengan nilai alpha yang ditetapkan sebesar 0,05. Berikut ini dapat dilihat nilai t hitung berdasarkan tabel koefisient: Tabel 3. Coefficients Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant) Suku Bunga
a
Standardized Coefficients
Std. Error
Beta
T
8302.526 1099.894 -31.402
107.799
Inflasi 135.630 a. Dependent Variable: Kurs
47.442
Collinearity Statistics Sig. Tolerance
VIF
7.548
.000
-.033 -2.291
.012
.998 1.002
.006
.998 1.002
.326
2.859
Berdasarkan hasil pada tabel di atas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut: Y = 8302,526 – 31,402 X1 + 135,630 Nilai konstanta yang diperoleh sebesar 8302,526 yang menunjukkan bahwa tanpa adanya tingkat suku bunga dan tingkat inflasi maka nilai tukar rupiah sebesar 8302,526 per dolar Amerika. Nilai koefisien regresi variabel tingkat suku bunga (X1) yang diperoleh sebesar -31,402 menunjukkan bahwa apabila tingkat suku bunga (X1) meningkat sebesar satu digit, maka nilai tukar rupiah (Y) akan menurun sebesar 31,402 per dolar Amerika. Nilai koefisien regresi variabel tingkat inflasi (X2) yang diperoleh sebesar -135,630 menunjukkan bahwa apabila tingkat inflasi (X2) meningkat sebesar satu digit, maka nilai tukar rupiah (Y) akan meningkat sebesar 135,630 per dolar Amerika. Berdasarkan tabel koefisien diketahui bahwa nilai B untuk variabel tingkat suku bunga (X1) sebesar -0,033 dan untuk variabel inflasi sebesar 3,26. oleh karena nilai B untuk variabel inflasi lebih besar dari pada tingkat suku bunga, maka dalam hal ini yang paling berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah atas dolar Amerika adalah tingkat inflasi.
127
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian pada bagian sebelumnya maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan dan saran mengenai hasil penelitian yang dapat diuraikan sebagai berikut : Kesimpulan 1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat suku bunga Bank Indonesia dan inflasi secara bersama-sama terhadap nilai tukar rupiah atas US$. 2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel tingkat suku bunga Bank Indonesia secara parsial terhadap nilai tukar rupiah atas US$. 3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel inflasi secara parsial terhadap nilai tukar rupiah atas US$. 4. Terdapat hubungan yang erat antara variabel tingkat suku bunga Bank Indonesia dan inflasi terhadap nilai tukar rupiah atas US$. Saran 1. Diharapkan kepada pihak pemerintah lebih meningkatkan lagi perhatiannya atas kondisi perekonomian, sehingga krisis ekonomi yang pernah kita alami tidak akan terulang lagi. 2. Diharapkan kepada Bank Indonesia selalu berperan aktif dalam mengontrol kondisi ekonomi yang menjadi kewenangannya khususnya mengontrol tingkat suku bunga bank dan tingkat inflasi sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Atmaja, Adwin. 1999. “Inflasi di Indonesia: Sumber-Sumber Penyebab dan Pengendaliannya”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol.1, No.1, Mei. Hal. 54 – 67. Boediono. 1990. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE-UGM Boediono. 1996. Ekonomi Moneter. Edisi Ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta. H. Imam Syakir. 1995. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan tingkat suku bunga deposito pada bank-bank umum pemerintah dan bank-bank umm swasta nasional di Indonesia. Disertasi tidak diterbitkan, Unair Surabaya Hidayati. 2003. Pengaruh Perubahan Suku Bunga Terhadap Perubahan Kurs Selama Krisis Ekonomi 1997. di Indonesia. Jalu. 2004. analisis Pengaruh Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Valuta Asing di Indonesia Pasca Krisis Ekonomi 1999 – 2003.
128
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Keynes, John Maynard. 1991. Kesempatan Kerja, Bunga dan Uang. Diterjemahkan Oleh Willem H Makaliwe, Universitas Hasnudin. Yogyakarta : Gajah Mada University Press Laksmono, R, Didy. 2001. “Suku Bunga Sebagai Salah Satu Indikator Ekspektasi Inflasi”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Maret. hal. 130-137. Lepi T. Tarmidi. 1999. Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF dan Saran. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol. 1. No 4, Maret 1999. Miskhin, F.S. dan M. Fama. 1995. The Economics of Money, Banking, and Financial Markets, 4th edition. New York: Harper Collins. Mukti Andriani. 1999. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Bunga yang Diterima Perbankan di Indonesia. Skripsi Sajana Tidak Diterbitkan, UPN Veteran Jawa Timur Nopirin, Phd., 1990. Ekonomi Moneter. Buku Satu. Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFEUGM Novik Istiqomah., 2001. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi “Capital Flight” di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, september 2003. hal. 14-31 Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta : BPFEUGM Paul. Krugman and Maurice. 1994. Association Between Market Determine. Sarwono, Hartadi A. dan P. Warjiyo. 1998. “Mencari Paradigma Baru Manajemen Moneter dalam Sistem Nilai Tukar Fleksibel: Suatu Pemikiran untuk Penerapannya di Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan. Vol.1, No. 1. Juli. Bank Indonesia. Hal. 26-35. Salvator. 1997. Investment Analisis and Management, Seven Edition, John willey and Sons Inc. Soekirno. 1985. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi I. BPFE. Yogyakarta Sudrajat W. 1988. Mengenal Ekonometrika Pemula. Bandung Suhaedi. 2000. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Rasio Profitabilitas, dan Beta Akuntansi Terhadap Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta. Suyatno, Thomas dkk. 1990. Kelembagaan perbankan. Jakarta : STIE Perbanas-Gramedia Tajul Khalwaty. 2000. Inflasi dan Solusinya. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama Undang-Undang RI No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Penerbit Handayani, 1992
129
JURNAL EKONOMI DAN INFORMASI AKUNTANSI (JENIUS) Pengaruh Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhdap Nilai Tukar Rupiah Atas Dolar Amerika
VOL. 1 NO. 2 MEI 2011
Usman. 1987. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ekuitas, Kompetensi, Vol. 1 No. 3, September-Desember, Hal 196-212 Wahid Sulaiman. 2004. Analisis Regresi Menggunakan SPSS. Yogyakarta : Penerbit ANDI Warjiyo, P. dan D. Zulverdy. 1998. “Penggunaan Suku Bunga sebagai Sasaran Operasional Kebijakan Moneter di Indonesia”. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Vol.1, No. 1. Juli. Bank Indonesia. Hal. 36-44. Winardi. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi. Edisi ketujuh. Penerbit Tarsito, Bandung.
LAMPIRAN
130