MODUL 2
Mengelola Perubahan
TUJUAN
•
Memberikan insight bahwa advokasi pada dasarnya adalah mendorong suatu
•
perubahan. Membuat pemaha man bahwa prinsip mengubah haruslah “I go first” , diri kita sendiri yang harus berubah.
•
Mendorong perubahan sikap diri dalam hal: o Meyakini “mungkin tidaknya” untuk melakukan sesuatu hal, lebih bersumber pada keyakinan subyektif dan bukan pada fakta obyektif. o o
•
Menginternalisasi moto “Biar sulit tapi bisa!”. Jangan lihat kondisi (yang membatasi), selalu carilah peluangnya.
Kesediaan membuka diri terhadap hal baru seperti anak-anak.
PERKIRAAN WAKTU 60 menit
PERLENGKAPAN
Kertas HVS 3 x jumlah peserta. 4 gelas bening berisi air.
Tali kenur sepanjang 1 meter sejumlah peserta. Dianjurkan memiliki koleksi lagu-lagu anak.
BACAAN PENGANTAR UNTUK FASILITATOR Mengapa Perubahan Diri Penting Untuk Mendorong Perubahan Luar “Ketika muda aku ingin mengubah dunia, ternyata dunia tidak berubah. Lalu kucoba mengubah kotaku, ternyata juga tidak berubah
Kemudian aku mencoba mengubah keluargaku, ternyata juga tidak berubah. Akhirnya aku menyadari, terlebih dahulu aku harus mengubah diriku sendiri.” (Orang bijak dari awal abad 19) Advokasi pada dasarnya adalah proses mendorong suatu perubahan kebijakan secara gradual agar lebih berpihak pada masyarakat. Menariknya, sering kita temui banyak orang yang berusaha mendorong perubahan dengan cara yang itu-itu saja, sementara sudah jelas bahwa cara tersebut tidak efektif. Saat mendapati bahwa kegiatan advokasi mendapatkan tantangan yang cukup berat atau menghadapi kesulitan, biasanya pelaku lantas mudah menyerah atau menyalahkan kondisi. Muncul suatu perasaan “sulit” untuk mendapatkan gol yang mereka inginkan. Dengan serta merta mencari berbagai alasan untuk pembenaran mengapa ini sulit, dan mengapa itu tidak mungkin. Sejarah sudah menunjukkan bahwa orang yang sukses mengusung perubahan memiliki sikap dan keberanian untuk mengalahkan rasa “tidak mungkin” yang umumnya menggayuti orang rata-rata. Pada sesi ini, kita akan mendorong beberapa perubahan sikap dalam meyakini bahwa suatu perjuangan sekalipun sulit tapi jika dilakukan dengan bersungguh-sungguh akan bisa dicapai.
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” biasanya hanyalah ada di kepala kita sendiri.
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” biasanya hanyalah karena tidak tahu caranya.
Jika kita berpikir “tidak mungkin”, maka kita tidak ingin (tidak termotivasi) untuk melakukan tindakan apapun. Dalam berusaha, pahami pa meo “Biar sulit, tapi bisa” Jangan hanya melihat keadaan suatu hal, tapi pelajari kemungkinan dan potensinya. Sejalan dengan dina mika pelatihan di sesi-sesi berikutnya akan dijumpai situasi
di mana peserta mulai tidak percaya diri saat diminta mempersiapkan rencana hearing untuk menggolkan suatu isu. U mumnya sejumlah peserta akan merasa tidak mampu atau tidak yakin karena faktor tidak punya pengalaman, atau faktor risiko dalam pekerjaannya.
Di sinilah nilai penting dari internalisasi perubahan sikap dalam mendorong suatu perubahan ini. Rasa yakin bahwa selalu ada peluang, dalam kondisi apapun, sekalipun na mpak sulit di awalnya. Dalam beberapa permainan di sesi ini, peserta akan dibawa pada situasi yang nampaknya sulit jika dilihat secara apa adanya. Dibutuhkan suatu pemikiran dan kema mpuan “ melihat peluang” agar bisa memecahkan persoalan ini. Secara ringkas akan dituangkan dengan suatu teriakan “sulit tapi bisa!”. Kalimat tersebut akan dijadikan “pemicu emosi” (dalam NLP disebut dengan anchor ) untuk membangkitkan emosi positif, yakni perasaan “sekalipun sulit tapi saya yakin bisa”. Fasilitator setiap saat bisa memicu emosi ini dengan meneriakkan “Sulit…???”, maka peserta akan menjawab “Bisaaa!!!”. Pembentukan Kelompok Dalam sesi ini peserta akan dikelompokkan menjadi 4 kelompok besar yang relatif akan dipertahankan selama pelatihan. Hasil pengel ompokan ini akan tetap digunakan dalam beberapa sesi lain untuk menjalankan aktivitas permainan. Proses pembentukan kelompok harus melalui suatu stimulasi yang menghasilkan rasa “sesuatu lebih mungkin dicapai jika dilakukan dengan cara kerjasama ”. Pengelompokan ini juga akan dijadikan dasar bagi fasilitator untuk mengelola kelas, dengan cara menunjuk ketua kelompok, membangun nilai kelompok dan membuat slogan/yel-yel. Penunjukkan ketua kelompok, pembuatan nilai kelompok dan pembuatan slogan harus dibuat secara demokratis dengan cara kelompok tersebut sendiri yang melakukannya. Menyela mi dunia Anak Sesuai dengan misi Unicef, maka aktivitas advokasi yang akan dilakukan dalam pelatihan ini berkaitan dengan dunia anak. Dengan demikian perlu sekali membangun suatu iklim untuk lebih menyela mi dunia anak dalam pelatihan ini. Yang dilakukan bukan dengan cara berdiskusi mengenai anak, namun dengan menyela mi langsung dunia anak melalui aktivitas yang mirip dengan anak-anak. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak-anak memiliki kel ebihan dalam mempelajari atau menerima hal-hal baru: • Selalu memiliki rasa ingin tahu pada hal baru. • •
Pikiran terbuka karena ingin mengerti. Bisa menerima perubahan dengan senang.
•
Belajar dengan bergembira ria: melalui bernyanyi, bergerak aktif, tertawa.
Topik
Tujuan
Ringkasan Alur Sesi
1. Cipta Suasana
• •
Membangun suasana (state of mind ). Menjelaskan tujuan sesi.
2. Permainan
•
Memberikan stimulasi permainan yang menyenangkan,
Tantangan 1, 2 dan 3
3. Pembentukan Kelompok
• •
Alat Bantu
o
Kertas HVS sejumlah
menantang dan menggoyang belief system mengenai “mungkin tidak mungkin”, dan “sesuatu yang sulit
o
peserta 3 gelas berisi air
hanya tidak tahu caranya”.
o
Tali kenur
Membagi kelas menjadi sejumlah kelompok tertentu. Membangun kohesivitas dalam kelompok kecil.
Metode
Waktu
• •
Kisah Ceramah
5”
•
Permainan
20”
• •
Ceramah Kegiatan
20”
Kelompok 4. Diskusi dan penutup
• • •
Mengajak peserta menelaah ke belakang mengenai pengala man hidup yang pesi mistik. Memberikan insight pada peserta untuk meyakini “Jika mau pasti bisa!”. Mengajak peserta “mengintip” sesuatu yang dipersepsikan sebagai “kesulitan” yang mungkin akan dialami saat advokasi.
• •
Diskusi Ceramah
15”
PROSES LENGKAP
No
Kegiatan
1
Cipta Suasana • •
Keterangan
Berdiri di depan, ucapkan kali mat pembukaan yang positif, hangat, apresiatif, segar dan mantap. Ajukan beberapa pertanyaan sederhana untuk memancing partisipasi, perhatian dan rasa ingin tahu. Misalnya: o “Bagaimana, sudah kebagian coffe break semuanya?”
•
“Oke, apakah sudah ada yang pernah mengetahui kapasitas otak manusia?” Bawakan cerita dengan gaya berkisah tentang “Menantu dan
•
Mertua” (lampiran). Tanyakan, apa moral cerita tadi.
o
2
Per mainan Tantangan • Ajukan tantangan 1 (lampiran) di •
depan kelas, buat
kesi mpulan di flipchart. Ajukan Pertanyaan pada akhir tantangan: • Siapa yang tadi mengatakan tidak mungkin? • o
Apakah kertas Anda masih utuh? Siapa yang tadi mengatakan mungkin. Bagaimana hasilnya?
Gunakan berbagai hasil permainan ini untuk memotivasi peserta saat merasa sulit di sesi-sesi
•
Ajukan tantangan 2 (lampiran) pada kelas, buat kesimpulan di flipchart.
berikutnya atau pada
•
Ajukan Pertanyaan pada akhir tantangan: • Siapa yang tadi mengatakan tidak mungkin? • Apakah kertas Anda masih utuh?
saat mau hearing.
Siapa yang tadi mengatakan mungkin. Bagaimana hasilnya? Ajukan tantangan 3 (lampiran) pada kelas, buat kesimpulan •
• •
di flipchart. Ajukan Pertanyaan pada akhir tantangan: • Siapa yang tadi mengatakan tidak mungkin? • •
•
Apakah Anda masih terikat? Siapa yang tadi mengatakan mungkin? Bagaimana
hasilnya? Buat kesimpulan dengan cara menga mbil gelas aqua yang diisi air separuh.
•
Ajukan pertanyaan: “Gelas ini setengah kosong apa setengah isi?”. Ikuti dengan cerita 2 orang salesman ikan Lou Han.
•
Kaitkan dengan kecenderungan orang yang berpikir sukses (setengah isi) dibandingkan orang yang gampang menyerah
(setengah kosong). 3
Pembagian Kelompok Lakukan Pembagian Kelompok (Li hat prosedur pada lampiran Modul ini).
8
Disk usi dan kesi mpulan • Berkelompok 3 orang (triad). •
Minta untuk mendiskusikan 2 hal: 1. Pengalaman masing- masing dalam kehidupan/pek erjaan yang pernah dilakukan, apa yang dulunya kelihatan sulit, namun kemudian ternyata mudah setelah ia tahu caranya. 2. Rumuskan 3 hal yang mungkin akan sulit ketika dihadapi dalam advokasi, peluang/k emungkinan solusinya.
dan
pikirkan
CATATAN • •
Tutup sesi ini dengan sebuah k esepakatan bersama. Mulai sekarang, kita menggunakan sapaan khusus untuk pelatihan ini:
•
“Selamat Pagi?”, jawab dengan “Pagi!” “Apakah sulit?” jawab dengan “Bisa!” Putar lagu “Aku pasti Bisa”, yang dinyanyikan Afi Junior.
o o
VARIASI o
o
Jika waktu cukup panjang, Anda dapat memberikan aktivitas tantangan lain di sesi ini. Carilah permainan yang mengasah otak, yang cenderung memunculkan rasa tidak mungkin dilakukan. Tujuan yang terpenting adalah setelah mengetahui rahasianya, akan muncul efek “Oh ternyata cuma begitu saja”. Permainan ini juga sekaligus akan membangun suasana ceria dan fun.
Lampiran 1: Contoh-Contoh Kisah Menantu dan Mertua Seorang lelaki yang baru menikah tinggal menumpang di rumah mertuanya. Beberapa saat tinggal bersamanya, akhirnya ia demikian kesal dengan ibu mertuanya yang menurutnya sangat brengsek, cerewet, bawel, bossy, dan angkuh sekali.
Setelah dua tahun, baginya cukup sudah penderitaan itu. Ia memutuskan
untuk mengakhiri dengan berencana membunuh ibu mertuanya. Setelah memutar otak, ia pergi mendatangi dukun yang paling sakti di daerahnya. Usai bercerita dengan penuh k egeraman, sang dukun tersenyum dan mengangguk-angguk. Diberinya sebotol cairan yang menurut petunjuk dukun adalah racun yang sangat mematikan. Syaratnya harus diberikan sedikit demi sedikit sela ma 2 bulan, dan dalam memberikan ia diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta selalu tersenyum. Hal ini untuk membuat si mertua supaya tidak mencurigainya. Dengan penuh k esabaran, hari demi hari ia mulai meracuni si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang lebih santun serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya. Perlahan namun pasti ia mulai melihat perubahan pada mertuanya. Ada satu hal yang membuatnya bingung, setelah satu bulan ia meracuni mertuanya, kelakuan mertua ini justru berubah menjadi demikian baik padanya. Sikapnya berubah 180 derajat dari sebelumnya, ia mulai menyapa lebih dahulu setiap kali ketemu. Pikirnya, ini pasti akibat awal dari racun itu, yakni adanya perubahan sikap sebel um akhirnya meninggal. Mendekati hari ke-40 sikap mertua semakin baik dan hubungan dengannya semakin manis, ia mulai membuatkan minum teh di pagi hari, menyediakan pisang goreng dan seterusnya. Sebuah perilaku mertua yang dulu tidak pernah ia bayangkan akan terjadi. Puncaknya pada hari ke-50 mertua memasakkan makanan yang paling ia sukai, bahkan di pagi harinya ia terkejut saat mendapati bajunya sudah dicuci bahkan diseterika oleh si mertua. Tak ayal lagi, hati kecilnya mulai memberontak. Muncullah rasa bersalah yang makin hari makin menguat. Pada hari ke-55, sudah tak terbendung lagi penyesalan itu, karena melihat perubahan si Ibu mertua yang menjadi sedemikian sayang padanya. Akhirnya pergilah ia ke dukun itu lagi, dengan terbata-bata penuh penyesalan dan rasa berdosa ia memohon- mohon untuk dibuatkan penangkal racun yang pernah diberikan sang dukun padanya. Dengan senyum bijaksana bak malaikat, dukun itu berkata “Cairan yang kuberikan padamu dulu itu bukanlah racun, na mun air biasa yang kuberi warna saja. Sikap mertuamu yang berubah menjadi sayang padamu, disebabkan karena SIKAP DIRIMU YANG TERLEBIH DA HULU BERUBAH MENJA DI LEBIH RAMAH, LEBIH SANTUN DAN SELALU SENYUM PADANYA”.
Apa moral cerita di atas?
Sikap buruk/penolakan orang lain, hanyalah sebagai akibat/reaksi atas sikap buruk kita padanya. Kalau mau mengubah orang lain, kitalah yang berubah dahulu (I go first)
Tantangan “Badan menembus lubang di kertas” Permainan ini bertujuan untuk:
Mengenalkan pemaha man “Apa yang sering disebut tidak mungkin hanyalah ada di kepala kita sendiri.”
Mengenalkan pemaha man “Apa yang sering disebut tidak mungkin hanyalah karena tidak tahu caranya.”
Mengenalkan pemaha man “Sulit tapi bisa”. Mengenalkan pemaha man “Jangan lihat keadaannya, pelajari kemungkinannya”.
Aktivitas 1. Peserta berada di kursi masing- masing. 2. Bagikan kertas HVS masing- masing 1 lembar pada peserta. 3. Berikan pertanyaan: Apakah mungkin membuat sebuah lubang pada kertas ini sehingga kita bisa masuk melaluinya. Jika mungkin silahkan lakukan. Sambil Anda demonstrasikan membentuk sebuah lubang (ga mbar 1). 4. Tunggu respon yang bermacam- maca m dari peserta, berikan komentar seperlunya.. 5. Berikan waktu 5 menit bagi peserta untuk memecahkan teka-teki ini. 6. Observasi, siapa saja yang kelihatan bisa, siapa yang tengah berusaha dan siapa yang hanya diam. Catat dalam hati/di kertas kecil. 7. Tawarkan untuk menga mbil kertas lagi, bagi yang sudah mencoba dan salah dan mau mencoba lagi. 8. Sementara menunggu, dalam posisi yang agak terhalang dari pandangan peserta, robek sebuah k ertas HVS dengan pola tertentu (gambar 2). 9. Jika tidak ada satupun peserta yang ma mpu memecahkan teka-teki ini, tunjukkan hasil robekan Anda. Namun jika ada peserta yang ma mpu memecahkannya, minta dia maju k e depan untuk menunjukkannya pada peserta lainnya. 10. Tanyakan, apa kesimpulannya? Moral permainan:
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah ada di kepala kita sendiri. Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah karena tidak tahu caranya.
Jika kita berpikir “tidak mungkin”, maka kita tidak ingin (tidak termotivasi) untuk melakukan tindakan apapun. Sa mbil menunjuk ke beberapa peserta yang kertasnya masih utuh. Sulit tapi bisa. Jangan lihat keadaannya, pelajari kemungkinannya.
Robekan kertas
Ga mbar 1
Dirobek
Gambar 2
Tantangan 2: Mendirikan gelas aqua di atas kertas Permainan ini bertujuan sa ma dengan permainan sebelumnya, secara khusus adalah untuk memperkuat efek yang ditimbulkannya. Aktivitas: 1. Peserta berada di kursi masing- masing. 2. Bagikan kertas HVS masing- masing satu lembar pada peserta. 3. Letakkan dua gelas aqua berdiri di atas meja dengan jarak 15 cm. Pegang satu gelas aqua lain dan selembar kertas HVS. 4. Berikan pertanyaan: Apakah mungkin meletakkan gelas aqua yang saya pegang ini di atas kertas, dan kertas tersebut diletakkan di atas dua gelas aqua yang di meja. Tidak boleh menggunakan alat bantu apapun, tidak boleh menggeser letak gelas aqua yang di bawah, dan letak gelas aqua yang di atas adalah di atas celah ke dua gelas aqua yang di bawah. Sambil Anda demonstrasikan posisinya (gambar 1).
5. Tunggu respon yang bermacam- maca m dari peserta, berikan komentar seperlunya.. 6. Berikan waktu 5 menit bagi peserta untuk memecahkan teka-teki ini. 7. Observasi, siapa saja yang kelihatan bisa, siapa yang tengah berusaha dan siapa yang hanya diam. Catat dalam hati/di kertas kecil. 8. Sementara menunggu, dalam posisi yang agak terhalang dari pandangan peserta, lipatlah sebuah kertas HVS dengan pola seperti tempat obat nyamuk (gambar 2).
9. Jika tidak ada satupun peserta yang ma mpu memecahkan teka-teki ini, tunjukkan lipatan kertas Anda. Dengan hati-hati letakkan kertas itu di atas antara dua gelas aqua, dan letakkan gelas aqua berikutnya di atasnya. 10. Namun jika ada peserta yang ma mpu memecahkannya, minta dia maju k e depan untuk menunjukkannya pada peserta lainnya. 11. Tanyakan, apa kesimpulannya?
Moral permainan
Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah ada di kepala kita sendiri. Apa yang sering disebut “tidak mungkin” hanyalah karena tidak tahu caranya. Jika kita berpikir “tidak mungkin”, maka kita tidak ingin (tidak termotivasi) melakukan tindakan apapun. Sambil menunjuk ke beberapa peserta yang kertasnya masih utuh. Sulit tapi bisa. Jangan lihat keadaannya, tapi pelajari kemungkinannya.
Tantangan 3: Melepaskan belitan tali kenur •
Minta peserta berpasangan dengan orang yang paling tidak akrab.
•
Bagikan sepasang tali kenur kepada seluruh pasangan peserta, masing- masing orang pesang satu. Minta dua orang peserta maju ke depan, pilih peserta yang tidak terlalu akrab.
• •
Tunjukkan cara mengikat tali itu pada kedua peserta dengan cara memasang tali kenur masing- masing sehingga terikat di lengan mereka masing- masing dan kedua tali itu saling membelit satu sama lain (lihat ga mbar). Masukkan lengan kanan B ke lubang ini Masukkan lengan kiri A ke lubang ini
Masukkan lengan kanan A ke lubang ini
Masukkan lengan kiri B ke lubang ini Bertautan
•
Jadi kedua orang ini tangannya terikat di tali dan kedua tali itu saling bertautan
•
mengikat mereka berdua menjadi kesatuan. Minta mereka mel epaskan lilitan (pertautan) kedua tali itu sehingga mereka
•
terbebas dari keterikatan. Mereka boleh melakukan gerakan apa saja, tanpa mereka mel epaskan si mpul yang mengikat di lengan mereka atau mel epaskan lengan dari lubang itu.
• •
Minta seluruh peserta untuk mengikuti hal yang sama. Berikan waktu 5 – 10 menit untuk mereka mencoba. Biasanya peserta gagal, karena fokus pada hal yang keliru (tali dan posisi tubuh).
•
Sambil menunggu mereka mencoba, observasi seluruh kelompok sa mbil meneriakkan “bisa nggak?”, “mungkin nggak” dan set erusnya. Amati reaksi mereka.
•
Setelah waktu habis, tunjukkan cara melepaskan tali lilitan sehingga keduanya
•
lepas (lihat gambar). Amati reaksi peserta.
Rahasia Cara Melepaskan Pegang salah satu tali (misal yang mel ekat di A), seli pkan tali itu di lubang yang ada di tangan kanan si B. Tarik hingga cukup lebar sehingga membentuk lingkaran (lubang) kemudian telapak tangan si B diselipkan melewati lubang yang terbentuk itu. Dengan cara ini tali akan lepas.
Kisah “Riset pasar Ikan Lou Han” Pada awal tahun 2000-an, bangsa Malaysia berhasil mengawinsilangkan berbagai species ikan tertentu, sehingga menghasilkan sejenis ikan baru yang disebut sebagai ikan Lou Han. Ikan cantik ini punya ciri-ciri kepala menonjol ke depan (jenong) dan badan berwarna-warni metalik serta ada bercak hitam di sisi badannya seolah kaligrafi huruf Cina atau Arab. Seorang pengusaha besar ikan ingin meluaskan pasar ke Indonesia, dan untuk itu ia ingin melakukan riset pasar. Dikirimkanlah satu orang periset untuk melihat, sejauh mana masyarakat Indonesia menggemari ikan hias. Setelah beberapa minggu berkeliling Indonesia, ia pulang dengan kesi mpulan: “Kurang dari 1% penduduk I ndonesia yang sudah punya akuarium, sehingga sulit dan tidak ada gunanya untuk penetrasi ikan hias Lou Han di Indonesia.” Pengusaha ini tidak puas, dan menyuruh periset berikutnya untuk riset pasar di Indonesia. Setelah tiga bulan, barulah ia kembali dengan suatu kesi mpulan yang menarik: “Kurang dari 1% penduduk Indonesia yang sudah punya akuarium, berarti kita punya peluang besar untuk penetrasi pasar dengan di mulai dari edukasi pasar terlebih dahulu”. Pertanyaan: • • •
Apa perbedaan antara periset yang pertama dan kedua? Apa hubungannya dengan setengah kosong setengah isi? Mana yang lebih baik “Bisa tapi sulit!”, atau “Sulit tapi bisa!”
Pembagian Kelompok •
Bagikan kertas HVS pada setiap peserta, minta mereka melipat menjadi dua
•
bagian melebar. Minta masing-masing peserta menuliskan kriteria/ciri-ciri orang yang diinginkan berada satu kelompok bersamanya, dan kriteria/ciri-ciri orang yang
• •
tidak diinginkan berada dalam kelompok mereka. Minta mereka menyi mpan kertas itu, dan jangan sampai dibaca oleh orang lain. Seluruh peserta diminta berdiri melingkar, atau bisa juga tetap pada tempat duduknya. Minta satu persatu meneriakkan satu suku kata: o Orang pertama teriak Ad
•
o o o
Orang kedua teriak Vo Orang ketiga teriak Ka Orang keempat teriak Si
o o o
Orang keli ma teriak Ad Orang keena m t eriak Vo Dan seterusnya sampai seluruh anggota kebagian.
Kemudian minta mereka mengelompokkan diri sesuai apa yang mereka teriakkan, sehingga akan ada 4 kelompok: o o o
•
o Kelompok Si Berikan bendera kepada masing- masing kelompok, dan kemudian warna bendera tersebut menjadi Nama Kelompok mereka: o o o
•
Kelompok Ad Kelompok Vo Kelompok Ka
Bendera Merah kepada kelompok Ad Bendera Kuning kepada kelompok Vo Bendera Hijau kepada kelompok Ka
o Bendera Biru kepada kelompok Si Perhatikan konfigurasi sebaran peserta, upayakan terjadi sebaran yang adil antara jenis kelamin laki dan perempuan, asal instansi (LSM, Ormas/Orsos dan PEMDA). Sehingga pada saat diskusi akan terjadi perwakilan suara secara sei mbang.
•
Setiap peserta diminta meninjau tulisan nama orang yang telah mereka tulis di kertas tersebut. Jika ada nama orang yang mereka tidak suka dan ternyata sekelompok dengannya, apa yang akan diperbuat. Jika ternyata ada nama orang
•
yang mereka suka namun ternyata ada di kelompok lain, apa yang akan mereka perbuat? Minta setiap peserta berkenalan lagi dalam kelompoknya masing- masing,
•
kemudian secara demokratis tunjuk ketua kelompok. Ketua kelompok di mi nta memi mpin proses diskusi: o
Menentukan 3 nilai dasar yang akan dianut kelompoknya.
Misalnya 3 nilai dasar kelompok Putih: Jujur, Adil, Apa Adanya,
•
o Menentukan slogan/yel-yel dan lagu kebangsaan ciptaan sendiri. Minta tiap kelompok bergantian berdiri membacakan 3 nilai dasar dan meneriakkan slogan/yel-yel serta lagu kebangsaan mereka.
•
Berikan applaus yang meriah tiap kali satu kelompok selesai.