BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1
Kelelahan (Fatigue) Kelelahan merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan yang dialami oleh manusia. Kelelahan dapat diartikan sebagai proses menurunnya performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2003). Berikut adalah macam kelelahan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berbeda-beda menurut(Wignjosoebroto, 2003): 1. Lelah Otot: yaitu kelelahan yang terjadi dengan munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus menerima beban yang berlebihan. 2. Lelah Visual: yaitu kelelahan yang diakibatkan oleh ketegangan yang terjadi pada mata, mata yang terkonsentrasi secara terus menerus pada suatu objek seperti layar monitor, misalnya pada karyawan yang menggunakan komputer. Cahaya yang terlalu kuat yang mengenai mata juga dapat menimbulkan gejala yang sama. 3. Lelah Mental: yaitu kelelahan yang terjadi karena kelelahan pada otak, yang dikarenakan terjadinya proses berpikir yang terus-menerus. 4. Lelah Monotonis: yaitu kelelahan yang disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton ataupun oleh lingkungan kerja yang sangat menjemukan. Situasi kerja yang monoton dan menimbulkan rasa kebosanan akan mudah terjadi pada pekerjaan-pekerjaan yang dirancang terlalu ketat. Kelelahan monotonis jarang terjadi dalam kegiatan yang memberikan fleksibilitas bagi karyawan untuk mengembangkan kreativitas dan mengatur irama kerjanya sendiri. Bila kelelahan berlangsung terus menerus dan terakumulasi akan dapat menyebabkan lelah kronis yang dapat dicirikan seperti meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran, munculnya sikap apatis dan depresi yang berat. Lelah kronis dapat berdampak langsung pada fisiologis maupun psikologis manusia, yang akhirnya akan memerlukan perawatan khusus.
2.2
Panjang Periode Kerja dan Istirahat Menurut Murrel (1965) kita masih memiliki cadangan sebesar 25 kcal sebelum munculnya Asam Laktat sebagai tanda saat dimulainya waktu istirahat. Cadangan akan hilang apabila bekerja lebih dari 5,0 kcal per menit, dan selama istirahat cadangan tersebut dibentuk kembali (Nurmianto,2008). Demikian perhitungan lamanya waktu kerja dan waktu istirahat: 1. Lamanya waktu kerja Lamanya waktu kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:
E = Konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit). (E-5,0) = Habisnya cadangan energi (kcal/menit). Tw = Waktu kerja (menit).
5
6
2.
Lamanya waktu istirahat a. Diasumsikan bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1,5 kcal/menit. b. Tingkat energi dimana cadangan energi akan dapat dibangun kembali adalah (5,0 – 1,5) kcal/menit.
c. Waktu istirahat ini adalah konstan (tetap) dan diasumsikan berdasarkan pada 25 kcal. 2.3
Metabolic Energy Turnover (METs) Klasifikasi MET (Metabolic Energy Turnover) adalah pengelompokan absolut yang sering dipakai untuk intensitas aktivitas fisik. Satu MET sama dengan pengeluaran energi pada saat istirahat, yaitu sekitar 3,5 ml 02/kg per menit. Klasifikasi MET merupakan alat yang berguna pada saat kita menghitung pengeluaran energi dari instrumen pengkajian subjektif seperti buku harian dan kuesioner tentang aktivitas (Gibney, Michael, Margetts, Barrie, Kearney, John, Arab Lenore, 2009). Kisaran aktivitas spesifik yang luas telah diklasifikasikan menurut nilai MET masing-masing.
Sumber : (Jette, Sidney, & Blumchen, 1990) Gambar 2.1 Tabel METs
2.4
Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) Swedish Occupational Fatigue Inventory (SOFI) digunakan untuk menyelidiki kualitas subjektif dari kelelahan pada orang di pekerjaan yang berbeda. Sofi terdiri dari 20 item yang dibagi menjadi beberapa dimensi diantara lain kurangnya energi, tenaga fisik, ketidaknyamaan fisik, kurangnya motivasi dan kantuk. Contoh kuesioner SOFI sebagai berikut:
7
Dimensi
Kurangnya Energi
Aspek Penyataan
0
1
2
Skala 3
4
5
6
Kerja secara berlebih Merasa lelah Tenaga terkuras untuk melakukan hal lain Merasa tenaga banyak berkurang Kehabisan energi setelah bekerja
Aktivitas Fisik
Berkeringat Bernafas dengan berat Merasakan jantung berdebardebar Tubuh terasa hangat Sesak nafas Merasa otot menegang
Merasa kaku di persendian Ketidaknyamanan Fisik Mati rasa/kram di beberapa titik Merasakan nyeri di beberapa titik Tidak tertarik dengan keadaan sekitar Kurang Motivasi
Kantuk
Tidak banyak bergerak/pasif Merasa lesu Merasakan kurang peduli Mengantuk Ketiduran Pandangan buyar karena mengantuk Sering menguap Merasa malas melakukan sesuatu Sumber : (Ahsberg, & Furst, 2001) Gambar 2.2 Tabel SOFI
2.5
Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Nordic Musculoskeletal Questionnaire adalah sebuah kuesioner yang berisi pernyataan mengenai rasa sakit dan ketidaknyamanan pada Sembilan area tubuh manusia, yaitu leher, bahu, siku tangan, pergelangan tangan/tangan,
8
punggung atas, punggung bawah, pinggul/paha/bokong, lutut, dan pergelangan kaki/kaki. Contoh kuesioner sebagai berikut:
Sumber: (Dickinson, Campion, Foster, Newman, O'Rourke, & Thomas, 1992) Gambar 2.3 Kuesioner NMQ 2.6
Uji Korelasi Korelasi bisa diartikan sebagai suatu hubungan antara dua atau lebih variabel.Analisis korelasi bertujuan untuk mengetahui pola dan tingkat pengaruh hubungan dari variabel yang diteliti.Koefisien korelasi dinyatakan dengan bilangan antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Hubungan yang kuat
9
terjadi apabila koefisien korelasi mendekati +1 atau -1, sebaliknya korelasi yang mendekati nilai 0 memiliki hubungan yang lemah. Korelasi tidak memiliki hubungan sama sekali jika koefisien korelasi sama dengan 0 antara kedua variabel. Apabila koefisien korelasi +1 atau -1 maka terdapat hubungan yang sempurna antara kedua variabel. Notasi pada korelasi menunjukan arah hubungan antara kedua variabel. Pada notasi positif (+), hubungan antara kedua variabel searah, jadi jika satu variabel naik maka variabel yang lain juga naik. Pada notasi negative (-), kedua variabel berhubungan terbalik, artinya jika satu variabel naik maka variabel yang lain menurun(Pratisto,2004).
10