MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kerangka Berpikir Kerangka pikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya membahas sebuah variabel atau secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti disamping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap variasi besaran variabel yang diteliti (Haryoko dalam Wagiran, 2015). Adapun proses penyusunan kerangka berpikir untuk merumuskan hipotesis digambarkan pada bagan berikut:
Berdasarkan bagan di atas, dapat diberi penjelasan sebagai berikut: 1. Menetapkan Variabel yang Diteliti 2. Membaca Buku dan Hasil Penelitian yang relevan sebagai sumber pendukung 3. kemukakan teori-teori yang berkenaan dengan variabel seperti definisi, uraian rinci dan kedudukan antara variabel 4. Analisis Kritis terhadap Teori dan Hasil Penelitian 5. Analisis Komparatif Terhadap Teori dan Hasil Penelitian 6. Sintesa kesimpulan 7. Kerangka Berpikir 8. Hipotesis B. Pengertian Hipotesis Penelitian Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA (Arikunto, 2010), Hipotesis adalah Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Tidak harus semua penelitian memiliki hipotesis. Biasanya hipotesis merujuk pada hubungan antara dua variabel atau lebih. Bila peneliti setuju dengan pendapat ini maka mereka hanya perlu berpikir akan menggunakan hipotesis atau tidak dalam penelitiannya jika penelitian tersebut mengandung satu variabel. Pengertian ini sebaiknya tidak dibalik dengan berkesimpulan bahwa semua penelitian yang hanya mengandung satu variabel saja dalam penelitiannya boleh juga mengajukan hipotesis. Sehubungan dengan hal ini G.E.R Brurrough (dalam Arikunto, 2010) mengatakan bahwa penelitian berhipotesis (penelitian hipotesis) penting dilakukan bagi: 1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude) 2. Penelitian tentang perbedaan (differencies) 3. Penelitian hubungan (relationship) Ahli lain yaitu Deabold Van Dalen (dalam Arikunto, 2010) mengutarakan adanya 3 bentuk inter relationship studies yang termasuk penelitian hipotesis, yaitu: 1. Case studies 2. Causal comparative studies 3. Correlations studies C. Fungsi dan Kegunaan Hipotesis 1. Untuk Menguji Teori Ilmuwan mengembangkan suatu teori untuk menjelaskan dan menerangkan fenomena, dan ia menggunakan suatu cara yang dengannya teori bisa diuji atau diarahkan pada pemeriksaan atau penyanggahan. Jika hipotesisnya “teruji” seperti yang ditetapkan oleh peneliti atau jika pengamatan empirisnya sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam hipotesis, kita bisa mengatakan bahwa teorinya terdukung untuk sebagian. Biasanya membutuhkan banyak pengujian
untuk hipotesis yang berbeda dari teori yang sama guna mengetahui nilai prediktif dan kelayakan sebagai alat untuk menjelaskan suatu kejadian atau rangkaian beberapa kejadian. 2. Untuk Mendorong Teori fungsi lain dari hipotesis adalah untuk mendorong teori yang bisa menerangkan suatu keadaan. Meskipun lebih sering terjadi bahwa penelitian berlangsung dari teori kepada hipotesis, kadangkadang hal sebaliknya terjadi. 3. Untuk Menerangkan Fenomena Sosial Setiap kali hipotesis diuji secara empiris, ia menceritakan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang terkait. Jika hipotesis diterima, maka informasi kita mengenai fenomena tersebut bertambah. Bahkan meskipun hipotesis ditolak, pengujian menjelaskan kepada kita sesuatu mengenai fenomena yang tidak kita ketahui sebelumnya. Beberapa kegunaan hipotesis antara lain: 1. Memberikan kejelasan sementara tentang gejala-gejala serta mempermudah perluasan pengetahuan dalam suatu bidang. 2. Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian. 3. Memberikan arah kepada penelitian D. Ciri Hipotesis yang Baik Hipotesis yang baik adalah hipotesis yang rumusannya mudah dipahami paling tidak memuat variabel-variabel permasalahan penelitian. Hipotesis hendaknya memuat nilai prediktif (mengandung dugaan yang sesuai dengan kajian literature), bersifat konsisten (tidak bertentangan dengan teori dan penelitian sebelumnya). Hipotesis harus dapat diuji. Berikut adalah beberapa ciri hipotesis yang baik menurut beberapa ahli. Ary, D, dkk (1982) (dalam Wagiran) mengemukakan ciri hipotesis yang baik: 1. Hipotesis harus memiliki daya penjelas. Suatu hipotesis harus merupakan penjelasan yang mungkin mengenai apa yang seharusnya diterangkan. 2. Hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan diantara variabel-variabel. Suatu hipotesis harus menerka atau menduga hubungan antara dua atau lebih variabel. 3. Hipotesis harus dapat diuji. Suatu hipotesis yang dapat diuji (testability) berarti dapat ditahkikkan (verifiable) artinya deduksi, kesimpulan, dan perkiraan dapat ditarik dari hipotesis tersebut sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan pengamatan empiris yang akan mendukung atau tidak mendukung hipotesis 4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. Hipotesis hendaknya tidak betentangan dengan hipotesis, teori, dan hukum-hukum yang sebelumnya sudah mapan.
5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Hal ini bukan hanya memudahkan pengujian hipotesis, melainkan menjadi dasar bagi penyusunan laporan yang jelas dan mudah dimengerti pada akhir penyelidikan.tersebut.
E. Macam-macam Hipotesis Dalam penelitian terdapat hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. 1. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian muncul bila penelitian dilakukan pada populasi. Terdapat dua hipotesis penelitian yaitu hipotesis kerja dan hipotesis nol. Hipotesis kerja merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Dalam kegiatan penelitian yang diuji terlebih dahulu adalah hipotesis penelitian terutama pada hipotesis kerjanya. Jika penelitian ingin menguji apakah hasil penelitian itu signifikan atau tidak maka diperlukan hipotesis statistik. Yang diuji dalam hipotesis statistik adalah hipotesis nol, karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi. Hipotesis penelitian dapat dibedakan menjadi hipotesis induktif dan hipotesis deduktif. Hipotesis induktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian observasi yang telah dilakukan di lapangan atau di bidang ilmu yang bersangkutan. Hipotesis deduktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian studi teori atau studi kepustakaan. 2. Hipotesis Statistik hipotesis statistik muncul apabila penelitian dilakukan pada sampel. Hipotesis statistik muncul untuk menguji apakah hipotesis penelitian yang hanya diuji dengan data sampel dapat diberlakukan untuk populasi. Hipotesis statistik dipergunakan jika peneliti melakukan analisis dengan hanya menggunakan sebagian dari keseluruhan data yang ada. Sedangkan teknik statistik yang menggambarkan pengambilan data keseluruhan ke arah sebagian populasi disebut sebagai proses inferensi. Teknik statistik dalam menganalisis sampel ini sering juga disebut sebagai statistika inferensial. Jika hasil analisis dari sampel tersebut kemudian dipergunakan untuk menyimpulkan hasil analisis keseluruhan, maka proses tersebut dinamakan generalisasi. Bila peneliti langsung menggunakan populasi sebagai dasar analisis, apakah ia masih perlu hipotesis? Jawabannya adalah hipotesis penelitian tetap pelu diajukan sebagai arah dalam melakukan kegiatan lapangan, sedangkan hipotesis statistik kurang diperlukan. Peneliti langsung dapat langsung menganalisis data kemudian langsung memperoleh hasilnya yang menggambarkan apa yang diteliti saat ini. Hipotesis statistik secara umum dapat dibedakan menjadi empat yaitu: hipotesis nihil, hipoteis riset, hipotesis alternatif, dan hipotesis penyearah.
F. Bentuk-bentuk Perumusan Hipotesis Berdasarkan Rumusan Masalah Betuk-bentuk hipotesis sangat terkait dengan rumusan masalah penelitian. Bila dilihat dari tingkat eksplanasinya, maka bentuk rumusan masalah penelitian ada tiga yaitu: rumusan masalah deskriptif (variabel mandiri), komparatif (perbandingan) dan asosiatif (hubungan). Oleh karena itu, bentuk hipotesis penelitian juga ada tiga yaitu hipotesis deskriptif, komparatif dan asosiatif/hubungan. Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah deskriptif, hipotesis komparatif merupakan jawaban sementara terhadap masalah komparatif; dan hipotesis asosiatif adalah merupakan jawaban sementara terhadap masalah asosiatif/hubungan. G. Kekeliruan yang Terjadi Pada Hipotesis Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Mungkin seorang peneliti merumuskan hipotesis yang isinya benar tetapi setelah data terkumpul dan dianalisis ternyata bahwa hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti. Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang salah, tetapi setelah dicocokan dengan datanya, hipotesis yang salah tersebu terbukti. Keadaan ini akan berbahaya, apabila mengenai hipotesis tentang sesuatu yang berbahaya. (Sugiyono, 2001) menyatakan bahwa dalam menaksir populasi berdasarkan data sampel kemungkinan akan terdapat dua kesalahan, yaitu: 1. Kesalahan Tipe I adalah suatu kesalahan bila menolak hipotesis nol (Ho) yang benar (seharusnya diterima). Dalam hal ini tingkat kesalahan dinyatakan dengan α (alpha). 2. Kesalahan tipe II, adalah kesalahan bila menerima hipotesis yang salah (seharusnya ditolak). Tingkat kesalahan untuk ini dinyatakan dengan β (beta). H. Cara Menguji Hipotesis Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Fungsi hipotesis adalah untuk memberikan suatu pernyataan terkaan tentang hubungan tentatif antara fenomenafenomena dalam penelitian. Kemudian hubungan-hubungan ini akan diuji validitasnya menurut teknik-teknik yang sesuai untuk keperluan pengujian. Bagi seorang peneliti, hipotesis bukan merupakan suatu hal yang menjadi vested interest, dalam artian bahwa hipotesis harus selalu diterima kebenarannya. Jika hipotesis ditolak karena tidak sesuai dengan data, misalnya, keadaan ini tidak berarti si peneliti akan kehilangan muka. Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji validitasnya. Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah membuktikan hipotesis, karena bukti tersebut memberikan alasan kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis adalah konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh. Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-fakta. Kerangka pengujian harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum si peneliti mengumpulkan data. Pengujian hipotesis memerlukan pengetahuan yang luas mengenai
teori, kerangka teori, penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik, dan teknikteknik pengujian. Hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin dihipotesiskan. Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam sebuah penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan penelitian.