MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kerangka Berpikir Pada penulisan karya ilmiah, ada beberapa langkah penting yang perlu ada dalam penulisan, salah satunya adalah kerangka berpikir. Kerangka pikir merupakan bagian teori dari penelitian yang menjelaskan tentang alasan atau argumentasi bagi rumusan hipotesis. Dalam penyusunan proposal, kerangka pikir akan terkait erat dengan masalah yang diteliti, variabel dan kajian pustaka. Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Adapun proses dalam menyusun kerangka berpikir dalam merumuskan suatu hipotetsis adalah menetapkan variabel yang diteliti, membaca buku dan hasil penelitian, deskripsi teori dan hasil penelitian, deskripsi teori dan hasil penelitian, analisis komparatif terhadap teori dan hasil penelitian, sintesa kesimpulan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Bagan dari ke delapan proses di atas dapat digambarkan pada bagan berikut :
Jadi, kerangka pikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesis tentang hubungan antar variabel yang diteliti. Contoh dari kerangka berpikir dan hipotesis adalah sebagai berikut : - Judul penelitian
: Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja Pegawai
Pada penelitian ini, teori yang digunakan dalam penelitian adalah teori kepemimpinan dan motivasi. Paradigma penelitian (model hubungan antar variabel). Adapun teori yang digunakan adalah : a. Teori Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk mencapai tuhuan yang telah ditetapkan bersama (Megginson) Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang individu mempengaruhi anggota kelompok lain untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi yang telah ditentukan (Jerald Greenberg, Robert A Baron, 1997 433, Nehavior in Organizations). Sintesa dari teori di atas adalah : Kepemimpinan adalah proses dimana seorang individu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi. b. Teori Motivasi Motivasi adalah proses yang dapat membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku orang untuk mencapai beberapa tujuan (Grenberg, Baron, 2001). Motivasi merupakan faktor-faktor yang menyebabkan orang memilih jalan tertentu. (Griffin, Moorhead, 2000). Sintesanya adalah : Motivasi adalah seperangkat faktor yang dapat mrmbangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku seseorang untuk memilih jalan tertentu dalam mencapai tujuan. Berdasarkan rangkaian proses di atas, maka dapat dibuat sebuah kerangka berpikir dan hipotesa sebagai berikut : Kerangka berpikir :
Bila kepemimpinan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi orang lain, maka pengaruh tersebut akan dapat membangkitkan, mendorong, dan memelihara perilaku seseorang mencapai tujuan. Hipotesis : Ada pengaruh positif antara kepemimpinan dan motivasi kerja.
B. Pengaruh Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah Suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA dalam Arikunto, 2010). Hipotesis dibuat karena dua alasan: (1) hipotesis yang mempunyai dasar kuat menunjukkan bahwa peneliti telah mempunyai cukup pengetahuan untuk melakukan penelitian dibidang itu, dan (2) hipotesis memberikan arah pada pengumpulan dan penafsiran data; hipotesis dapat menunjukkan kepada peneliti 10 prosedur apa yang harus diikuti dan jenis data apa yang harus dikumpulkan. Menurut Ary, D, dkk (1982) (dalam Wagiran), ciri-ciri dari hipotesis yang baik adalah : 1. Hipotesis harus memiliki daya penjelas. 2. Hipotesis harus merupakan hubungan yang diharapkan diantara variabel-variabel. 3. Hipotesis harus dapat diuji. 4. Hipotesis hendaknya konsisten dengan pengetahuan yang sudah ada. 5. Hipotesis hendaknya dinyatakan sesederhana mungkin. Adapun fungsi dari hipotesis ada 3, yakni untuk menguji teori, mendiring teori, dan menerangkan fenomena sosial. Berkaitan dengna ketiga fungsi teori, maka dalam suatu penelitian, teori memiliki kegunaan sebagai berikut : 1. Memberikan kejelasan sementara tentang gejala-gejala serta mempermudah perluasan pengetahuan dalam suatu bidang 2. Memberikan suatu pernyataan hubungan yang langsung dapat diuji dalam penelitian 3. Memberikan arah kepada penelitian 4. Memberikan kerangka untuk melaporkan kesimpulan penyelidikan.
Selain itu, hipotesis sendiri terdiri dari beberapa macam dan bentuk hipotesis. Adapun macam-macam hipotesis dibagi menjadi dua, yakni : 1. Hipotesis Penelitian. Hipotesis penelitian memiliki dua jenis, yaitu :
a. Hipotesis Induktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian observasi yang telah dilakukan di lapangan atau di bidang ilmu yang bersangkutan. b. Hipotesis Deduktif adalah hipotesis yang formulasinya didasarkan atas generalisasi hasil dari serangkaian studi teori atau studi kepustakaan 2. Hipotesis Statistik Seperti halnya hipotesis penelitian, hipotesis statistik juga dibagi menjadi dua jenis, yakni : a. Hipotesis Nihil diartikan sebagai tidak adanya hubungan atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau simbol dengan (H0). b. Hipotesis Alternatif dalah lawannya hipotesisi nol, yang berbunyi adanya perbedaan atau adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti (variabel bebas dengan variabel terikat), diberi notasi atau simbol dengan (HI). Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian, hipotesis dibagi menjadi 3 bentuk hipotesis, yakni : 1. Hipotesis Deskriptif Hipotesis deskriptif adalah jawaban sementara terhadap masalah deskriptif, yaitu yang berkenaan dengan variabel mandiri. 2. Hipotesis Komparatif (Perbedaan) Pada rumusan ini variabelnya sama tetapi populasi atau sampelnya yang berbeda, atau keadaan itu terjadi pada waktu yang berbeda. 3. Hipotesis asosiatif (Hubungan) adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu yang menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis yang telah dituliskan dalam karya tulis ilmiah, selanjutnya akan diuji sesuai metode pengujian yang sesuai dengan penelitian tersebut. Namun, dalam pengujian dapat terjadi kekeliriuan, kekeliruan tersebut dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut : Kesimpulan
dan
Keadaan Sebenarnya
Keputusan
Hipotesis Benar
Terima Hipotesis
Tidak Membuat Kekeliruan
Tolak Hipotesis
Hipotesis Salah
Kesalahan
Macam II
Kesalahan Tipe I
Tidak
Membuat
Kesalahan
Dari tabel di atas, dapat dijelaskan bahwa : 1. Keputusan menerima hipotesis nol yang benar, berarti tidak membuat kesalahan. 2. Keputusan menerima hipotesis nol yang salah, berarti terjadi kesalahan tipe II. 3. Membuat keputusan menolak hipotesis nol yang benar, berarti terjadi kesalahan tipe I. 4. Keputusan menolak hipotesis nol yang salah, berarti tidak membuat kesalahan.
Oleh karena itu, agar tidak terjadi kekeliruan dalam menguji hipotesis maka ada dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu : 1. Mencocokkan dengan fakta Dalam menguji hipotesis dengan mencocokkan fakta, maka diperlukan percobaanpercobaan untuk memperoleh data. 2. Mempelajari konsistensi logis Si peneliti memilih suatu design dimana logika dapat digunakan, untuk menerima atau menolakm hipotesis.
Setelah melakukan pengujian hipotesis, terkadang hipotesis yang kita buat tidak terbukti, sehingga hal ini menimbulkan pertanyaan apakah hipotesis dalam penelitian harus terbukti? Menurut Arikunto (2010), ada dua alternatif jawaban terkait pertanyaan di atas, yaitu : 1. Pendapat pertama menyatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. 2. Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidk mungkin dihipotesiskan.
Daftar Pustaka Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta. Wagiran. (2015). Metodologi Penelitian Pendidikan (Teori dan Implementasi).Yogyakarta: Deepublish Publisher.