Laporan Mengikuti THE 6TH MEETING OF THE ASEAN EXPERT GROUP ON CITES (AEG-CITES) Chonburi - Thailand, 21-23 Mei 2008 The ASEAN Expert Group on CITES (AEG-CITES) merupakan salah satu forum dialog ASEAN Member Countries (AMCs) yang diselenggarakan dalam rangka membangun kesepahaman bersama atas berbagai proposal yang disampaikan ke COP CITES dan penyelarasan/harmonisasi posisi ASEAN pada CITES dan isu-isu perdagangan satwa liar. Anggota AEG-CITES terdiri dari representatif official/individu yang ditunjuk oleh AMCs. Mereka bertemu secara periodik (minimal setiap 2-4 bulan sebelum COP to CITES) dan pelaksanaanya dikoordinir oleh host country yang ditunjuk secara bergantian. Pada pertemuan AEG-CITES ke 6 ini, Pemerintah Thailand (Directorate General of National Park, Wildlife and Plant Conservation Department of Thailand) bertindak selaku tuan rumah. Dalam pertemuan ini, tercatat sebanyak 55 peserta ikut berpartisipasi, antara lain: 36 orang berasal dari seluruh perwakilan/delegasi AMCs (kecuali Myanmar), 10 orang obsever (Thailand), 3 orang reseourse person (Cites Secretariat, ASEAN Secretariat dan anggota CITES Animal Committee) dan 6 orang dari civil society/NGOs/Intergovernmental organization (SEAFDEC, Traffic Southeast Asia, ASEAN-WEN Support Program, dan UNODC Regional Centre for East Asia and the Pacific). Selain kegiatan pertemuan, pemerintah Thailand selaku tuan rumah juga menggelar kegiatan side event (public display) selama berlangsungnya kegiatan pertemuan (antara lain diikuti oleh Sisachana Lai Python Farm/Thailand, United Leather Product/Thailand, WCS Thailand, WWF Thailand, SEAFDEC, Traffic Southeast Asia, Bird International Incorporated/Philipine, Ulairach Crocodile Farm/Thailand, United Pacific Trading Co Ltd dan CITES MAs, Police and Customs of Thai Government), dan kunjungan lapangan/field trip ke Srirancha Tiger Zoo dan Nongnooch Tropical Botanical Garden pada tanggal 23 Mey 2008. Sekilas gambaran mengenai kegiatan the 6th Meeting of the ASEAN Expert Group on CITES disampaikan dalam laporan ini sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan perjalanan dinas dalam mengikuti kegiatan dimaksud.
AGENDA PERTEMUAN Keseluruhan agenda yang dijadwalkan dalam pertemuan ini (mencakup sebanyak 16 item) terbagi ke dalam sesi pembukaan, sesi persidangan, dan sesi penutupan yang diisi dengan pengesahan laporan pertemuan (Adoption of the report). Pada sesi pembukaan antara lain disampaikan beberapa kata sambutan dari representatif ASEAN Secretariat (Mr. Htain Lin), CITES secretariat (Mr. Jonathan BARZDO ) dan Director General of the National Park, Wildlife and Plant Conservation Department of Thailand (Mr Chalermsak Wanichsombat), serta pengaturan tata cara persidangan & presentasi dari Traffic Southeast Asia, United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) dan the Southeast Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC). Pada sesi persidangan, kegiatan pertemuan dilaksanakan tanpa mengikutsertakan pihak civil society/NGOs/Intergovernmental organization. Seluruh proses persidangan digelar secara plenary yang dipimpin oleh Mr Wichar Thitiprasert, Department of Agriculture Thailand (selaku Chairman) dan 1
Mr. Thai Truyen, Forest Protection Departmen of Viet Nam (selaku ViceChairman). Materi persidangan, antara lain mencakup: - Isu-isu strategis yang berkembang dari hasil ASEAN Meeting (antara lain terkait dengan ASEAN Charter dan ASEAN Economic Community Blueprint), dan hasil pertemuan ke 5 AEG-CITES - Update CITES commitee meeting (Standing Committee, Animal dan plant committee), dan pelaksanaan CITES pasca COP 14 dari masing-masing AMCs (country report), serta progres kegiatan ASEAN-WEN; - Review pelaksanaan Strategic Plan of Action (SPA) on ASEAN cooperation in CITES and Regional Action Plan (RAP) on The Trade of Wild Fauna and Flora (2005-2010) - Rencana pertemuan AEG-CITES yang akan datang. POKOK-POKOK HASIL PETERMUAN Beberapa hal penting yang dapat dipetik dari hasil pertemuan AEG-CITES ke 6 di atas dan perlu menjadi perhatian lebih lanjut antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Statemen dari Traffic Southeast Asia, UNODC, SEAFDEC -
Sejak pertemuan AEG-CITES yang lalu, dilaporkan bahwa Traffic South East Asia telah banyak melakukan kegiatan survey pasar tentang perdagangan Cites listied species di Indonesia dan Thailand. Pada level nasional, Traffic Southeast Asia telah menyelesaikan kegiatan survey selesai harimau, penyu, dan ular. Sementara pada tingkat regional, Traffic bekerjasama dengan ASEAN WEN, telah melakukan beberapa kegiatan training workshop, antara lain dibidang investigasi (wildlife crime invenstigation), yudicial support dan peraturan perdagangan tumbuhan dan satwa liar (wildlife trade regulation). Sesuai dengan komitmennya, Traffic masih akan terus melakukan dukungan untuk pelaksanaan ASEAN Regional Action Plan dan penyiapan project proposal yang akan diajukan ke donor internasional.
-
UNODC dalam presentasinya memaparkan akan pentingnya peran dan mekanisme Border Liaison Offices (BLO) dalam merespon isu-isu transnational, serta menghimbau AMCs agar memanfaatkan BLO dalam upaya mengaddres isu-isu perdagangan satwa liar. Dalam kaitan ini diinformasikan bahwa isu-isu terkait dengan transnational crime (antara lain drug dan human trafficking) secara terpisah berada dibawah penanganan ASEAN Senior Officials Meeting on Transnational Crime (SOM-TC) dan kolaborasi antara UNODC & SOM-TC saat ini tengah dikembangkan.
2
-
Pada pertemuan SOM-AMAF 2001, telah disepakati bahwa pengelolaan perikanan komersial, termasuk shark dan ikan-ikan hasil budidaya untuk tidak dimasukkan ke dalam mekanisme CITES, tetapi sebaiknya mengikuti kebijakan dan code of conduct dari FAO.
2. Informasi dari Sekretariat ASEAN -
ASEAN Charter yang telah ditandatangani oleh para pemimpin ASEAN pada tanggal 20 Nopember 2007, merupakan instrumen penting yang nantinya dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kerja AEG-CITES khususnya dalam membangun kesepahaman/ comon position tentang isu-isu CITES sebelum COP. Akan tetapi sampai sejauh masih terdapat empat negara ASEAN (termasuk Indonesia) yang belum meratifikasinya, sehingga instrumen tersebut belum dapat diberlakukan secara effektif. Untuk itu dihimbau agar keempat negara ASEAN tersebut (Indonesia, Philippines, Thailand, & Myanmar) dapat segera meratifikasi ASEAN Charte dimaksud pada akhir 2008.
-
ASEAN Economic Community (AEC) Blueprint sebagaimana yang telah diendoorse dalam ASEAN Sumit ke 13, Nopember 2007, merupakan dokumen strategis yang akan menjadi acuan bagi ASEAN economic inisiative. Pelaksanaan berbagai strategi dan rencana aksi yang dijadwalkan dalam AEC Bluprint saat ini tengah dalam proses review oleh unit unit kelembagaan ASEAN. Untuk itu, para anggota ASEAN diharapkan dapat memberikan input/masukan khususnya tentang isu-isu perdagangan yang terkait dengan CITES kepada ASEAN Sekretariat.
3. Informasi dari CITES Sekretariat Sebagaimana dilaporkan oleh CITES Sekretariat (disampaikan oleh Mr. Jonathan Barzdo), dapat dikemukakan bahwa: -
COP 15 CITES akan dilaksanakan di Doha, Quatar pada pertengahan Januari 2010. Dengan demikian seluruh bahan pertimbangan yang akan diusulkan pada COP seyogyanya dapat disampaikan kepada CITES Sekretariat paling lambat pada pertengahan Agustus 2008.
-
Pertemuan CITES Standing Committee ke 57 (SC-57) akan dilaksanakan di Geneva tanggal 14-18 Juli 2008. Beberapa agenda yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, sangat terkait dengan kepentingan Indonesia, khususnya beberapa permasalahan yang terkait dengan Cyathea contaminas (Review of Significant Trade), orangutan (update enformcemen) dan tiger (Implementation of Resolution Conf.12.5).
-
Penyelesaian terhadap isu-isu terkait dengan keberatan Indonesia atas usulan Philippine tentang registrasi kegiatan budidaya burung Kakatua 3
(Captibe breeding operation) yang dikembangkan oleh Bird Internaional Incorporated, jika sekiranya masih dipersoalkan, akan dibahas lebih lanjut pada COP 15. 4. Strategic Plan of Action (SPA) and Regional Action Plan (RAP) 2005-2010 Seluruh kegiatan yang berada dibawah kerangka SPA on ASEAN Cooperation in CITES dan RAP on the Trade of Wild Fauna and Flora yang dilaksanakan sejak 2005 hingga 2010, perlu dimonitor dan dievaluasi sebagai dasar penyusunan RAP yang baru. Dalam kaitan ini, mengingat bahwa mekanisme monitoring dan assesment yang tengah dibangun dalam AEC blueprint akan memiliki target jangka waktu hingga 2015, Asean Sekretariat menyarankan agar penggunaan timeline yang sama juga dipertimbangkan dalam penyusunan RAP for AEG-CITES yang baru.
5. Progres kegiatan ASEAN-WEN Sebagaimana dilaporkan oleh Senior officer dari Progrom Coordination Unit (PCU) of ASEAN WEN (Dr. Choomphon Suckasem) dapat dikemukakan bahwa sejauh ini ASEAN-WEN telah menyelenggarakan 2 regional meeting, merekrut tenaga PCU, mengembangkan ASEAN-WEN website, serta membentuk working group dibidang investigasi, fundrising dan capacity building. Progres kegiatan ASEAN-WEN direncanakan akan dipresentasi pada pertemuan SOM-TC Meeting di Malaysia (Juni 2008) dan pertemuanpertemuan SOM-TC dimasa-masa mendatang. 6. Rencana Pertemuan AEG-CITES Mendatang The 7th Meeting of AEG-CITES direncanakan akan dilaksanakan di Vietnam pada bulan Mei 2009. Jika dimungkinkan (sesuai dengan Role of Procedure for AEG-CITES), Vietnam selaku host country diminta untuk menjadwalkan (reschedul) pelaksanaan pertemuan tersebut pada sekitar bulan September 2009 (3-4 bulan sebelum pelaksanaan COP 15 CITES). Jika hal hal tersebut tidak dimungkinkan, para AMCs sepakat untuk melakukan pertemuan khusus AEG-CTES pada sekitar bulan September 2009 guna menyiapkan posisi ASEAN dalam COP 15 yang akan datang. Dalam kaitan ini, delegasi dari Brunei Darusalam menawarkan kesediaanya untuk menjadi penyelenggara pertemuan dimaksud, tetapi keputusan lebih lanjut akan dikonsultasikan terlebih kepada pimpinan lembaganya. 7. Lain-lain AMCs meminta perhatian CITES Sekretariat untuk menempatkan Southeast Asia sebagai salah satu kawasan yang menjadi prioritas dalam program MIKE (Monitoring the illegal kiling of elephants) 4
Thailand selaku lead country in ASEAN-WEN diharapkan dapat menyuarakan isu-isu seputar pengelolaan pusat penyelamatan satwa, yang tengah dihadapi oleh sebagian besar AMCs, dalam ASEAN-WEN Meeting mendatang di Vietnam sehingga penanganannya dapat diupayakan melalui program kerjanya. Selain hal-hal di atas, delegasi Philippines secara informal melakukan pertemuan dengan delegasi Indonesia untuk menyampaikan perhatiaanya tentang kemungkinan kerjasama dibidang penangkaran Kakatua. Sebagaimana dimaklumi, Bird International Incorporated/Philippines saat ini tengah mengembangkan budidaya Kakatua dan pihaknya melalui CITES MA Philippines telah mengusulkan kepada CITES Sekretariat untuk meregister kegiatan budidaya dimaksud (captive breeding operation). Dalam kaitan ini Cites MA Indonesia (sebagai range state) secara formal telah menyatakan keberatan atas usulan tersebut. Berkenaan dengan hal tersebut, pemerintah Philippines berharap dapat berkunjung ke Indonesia guna membahas lebih lanjut tentang pemanfaatan hasil budidaya tersebut.
REKOMENDASI Berkenaaan dengan hasil pertemuan di atas, dan dalam rangka memperkuat posisi Indonesia dalam forum internasional dimasa-masa mendatang, khususnya yang terkait dibidang perdagangan tumbuhan dan satwa liar, kiranya hal-hal berikut perlu diupayakan: 1. Sejalan dengan spirit solidaritas ASEAN, partisipasi CITES MA Indonesia dalam pertemuan-pertemuan AEG-CITES mendatang perlu ditingkatkan dengan mengikutsertakan unit kerja dan lembaga yang terkait, antara lain dari LIPI selaku CITES SA Indonesia, Departemen Kelautan dan Perikanan, dan privat sektor/industries yang bergerak dibidang TSL. 2. Sebagaimana dimaklumi, ASEAN Charter merupakan kerangaka kebijakan yang akan memperkuat kerja AEG-CITES dalam mewujudkan rencana aksinya. Untuk itu dukungan Ditjen PHKA/Dephut selaku CITES MA perlu diupayakan guna membantu mempercepat proses ratifikasinya di Indonesia. 3. Berkenaan dengan agenda pertemuan ke-57 CITES Standing Comittee yang akan berlangsuing di Geneva tanggal 14-15 Juli 2008, seyogyanya Indonesia dapat menghadiri kegiatan tersebut guna memberikan penjelasan lebih lanjut tentang berbagai kebijakan pemerintah dan upaya yang telah dilakukan dalam menangani isu-isu pengelolaan spesies, khususnya yang akan dibahas dalam pertemuan tersebut, antara lain orangutan, harimau,
5
dan Cyanthea contaminas, dimana Indonesia termasuk sebagai range state. 4. Antisipasi penganggaran untuk memastikan keikutsertaan Indonesia dalam COP 15 CITES perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya agar pendanaanya dapat direalisasikan tepat pada waktunya. Hal ini disampaikan mengingat jadwal COP 15 CITES akan dilaksanakan pada pertengahan Januari 2010 dimana ketersediaan anggaran pemerintah diperkirakan masih belum siap digunakan. 5. Tawaran kerjasama Philippines dalam kegiatan budidaya burung Kakatua sebagaimana yang telah disampaikan secara informal kepada delegasi Indonesia, seyogyanya dibahas lebih lanjut dalam pertemuan bilateral. Dalam pertemuan tersebut, CITES MA Indonesia perlu melibatkan para pihak terkait, antara lain seperti para penangkar dan LIPI.
Sumber:
Subdit Konvensi, Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati, Ditjen PHKA
6