KUALITAS AIR BAWAH TANAH DI WILAYAH KUTA SELATAN KABUPATEN BADUNG. I Ketut Sundra Jurusan Biologi Fak MIPA Universitas Udayana , Kampus Bukit Jimbaran. Email :
[email protected]
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas dan mutu air bawah tanah di wilayah Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung dilakukan pada musim hujan (Januari 2015) dan kemarau ( Juli 2015). Penelitian ini dilakukan pada 3 lokasi yaitu Air Tanah Kuta, Legian dan Nusa Dua, dengan metode purposive sampling. Metode analisis dilakukan secara insitu dan laboratorium sesuai Kepmen LH LH No. 82 tahun 2001, dan untuk status mutu perairan dianalisis dengan Metode Storet sesuai Kepmen LH No. 115 tahun 2003. Hasil analisis secara in situ dan Laboratorium untuk 3 stasiun penelitian pada musim hujan dan kemarau menunjukan bahwa dari 20 parameter yang diteliti ternyata ada 6 parameter yakni TDS, Nitrit, Kesadahan, Fosfat, BOD5 dan COD telah melampaui baku mutu air kelas 1 sesuai Kepmen LH No.82 Tahun 2001. Setatus mutu air dapat ditetapkan bahwa air tanah Nusa Dua, dan Legian termasuk tercemar berat, sedangkan air tanah Kuta, termasuk tercemar sedang. Hasil Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa secara umum kualitas air tanah pada 3 wilayah pesisir di Kabupaten Badung (Kuta, Legian dan Nusa dua) kurang layak dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum. Kata kunci : Air tanah, limbah, kualitas air, status mutu air ABSTRACT This study was conducted to analyze the quality and underground water quality in Kuta Selatan, Badung done in the rainy season (January 2015) and dry (Juli 2015). This study was conducted at three locations: Groundwater at Kuta, Legian and Nusa Dua, with purposive sampling method. The method of analysis performed insitu and laboratory according Decree of the Minister of Environment number 82, 2001, and for the quality status of analyzed Storet method according Decree of the Minister of Environment number 115, 2003. The results of the analysis in situ and laboratory for three research stations in the rainy and dry seasons showed that of the 20 parameters studied there was a 6 parameters namely TDS, Nitrite, Alkaliditas, phosphates, BOD5 and COD have exceeded the water quality standard Class 1 in accordance Decree of the Minister of Environment number 82, 2001. For water quality status can be established that the groundwater Nusa Dua and Legian including heavily polluted groundwater while Kuta, including being polluted. Results of this research can be concluded that in general the quality of groundwater in three coastal areas in Badung (Kuta, Legian and Nusa Dua) less worthy utilized as raw material for drinking water. Keywords: ground water, waste, water quality, water quality status 1
PENDAHULUAN Kecamatan Kuta Selatan salah satu dari 6 Kecamatan di kabupaten Badung 2
dengan kepadatan penduduk tertinggi yaitu 1846,86 jiwa/km . penduduk Kuta Selatan
Sebagian besar
cenderung meningkat sepanjang tahun. Aktivitasnya
cukup beragam baik di bidang industri, jasa, niaga, pariwisata dan sebagainya. Kepadatan penduduk yang terus meningkat sementara luas wilayah tetap, maka akan cenderung memberikan dampak yang besar terhadap perubahan kualitas lingkungan khususnya lingkungan perairan, baik air tanah, air permukaan maupun perairan laut. Peningkatan jumlah penduduk serta kemajuan teknologi secara pesat terutama di bidang industri dan pariwisata yang menuntut kebutuhan air yang semakin meningkat pula. Adapun sumber air yang dipergunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari (mandi, cuci, kakus) dan keperluan industri bersumber dari air tanah dan air PDAM, dengan rincian yaitu 38,0 % berasal dari air tanah dalam (dari sumur bor dengan kedalaman > 20 m ), 33,31 % air tanah dangkal (sumur gali, dengan kedalaman 5-20 m) dan 28,79 % air PDAM (Budiana, 1997). Menurut penelitian Sedana (1994) kebutuhan air untuk kawasan Nusa Dua dan Kuta sebanyak 300 l/dt untuk tahun 1995 dan untuk tahun 2000 diestimasi meningkat menjadi 500 l/dt. Sedangkan ketersediaan air dari PDAM hanya mampu mensuplai 272 l/dt, sehingga kekurangan lagi 228 l/dt akan dipenuhi dari air tanah dalam yang disedot melalui sumur bor. Tanah-tanah daerah wisata seperti Nusa Dua, Kuta, Legian dan daerah-daerah Bali Selatan umumnya tersusun atas satuan batuan yang bersifat porous dan tidak dilindungi oleh lapisan impermiabel, sehingga aquifer sangat mudah mengalami 2
intrusi, baik intrusi air laut maupun peresapan air limbah yang berasal dari limbah-limbah garmen, hotel, rumah tangga, pasar, yang terbuang secara tidak terkontrol melalui air permukaan (sungai, selokan) serta dari leachate (lindi)hasil pembusukan sampah organik yang terbuang ke saluran air (Sunu, 2004). Air tanah dangkal pada sumur gali yang bertekstur tanah porous akan berpeluang lebih besar untuk mengadopsi polutan. Polutan-polutan tersebut disamping berasal dari perembesan air bawah tanah, sebagian besar berasal dari rembesan air permukaan (air hujan) yang mengalami infiltrasi dan perkolasi dan akhirnya terakumulasi dengan air sumur (Sundra, 1997). Daerah- daerah padat penduduk (kumuh) juga memberikan kontribusi lebih besar untuk menimbulkan pencemaran air tanah, khususnya air tanah dangkal akibat kurang tersedianya lahan untuk pembuatan septic tank, mengakibatkan polutan akan mengalir bersama-sama air hujan masuk ke badan-badan perairan. Terakumulasinya polutan-polutan ke air tanah baik secara langsung maupun tak langsung akan menurunkan kualitas air tanah baik secara fisik, kimia maupun mikrobiologi. Sementara itu, secara alami air tanah memiliki daya dukung (carying capacity) untuk memurnikan sendiri (self furification), terutama air tanah dalam yaitu melalui filtrasi pori tanah maupun akar-akar tanaman. Akan tetapi jika polutan dalam volume banyak atau dosis tinggi seperti limbah B-3 (bahan berbahaya beracun) maka akan melampaui daya dukung yang dimiliki perairan tersebut. Jika penurunan kualitas air melampaui ambang batas (baku mutu) yang ditetapkan sesuai dengan peruntukkannya, maka air tersebut dikatakan tercemar. Pencemaran air tanah dapat diantisipasi dengan melakukan pemantauan secara berkala dan berkelanjutan, sehingga dapat diketahui lebih awal apakah air 3
tanah tersebut sudah tercemar atau belum. Kalau air sudah tercemar maka upaya selanjutnya perlu mengetahui sumber, lokasi dan upaya penanggulangan pencemaran tersebut. Untuk menanggulangi pencemaran air harus didukung oleh data dari hasil-hasil penelitian yang dapat dipercaya dan akurat terutama mengenai data kualitas air tersebut.
Mendapatkan data fisik, kimia maupun
mikrobiologi air secara akurat, maka perlu dilakukan penelitian mengenai kualitas air tanah baik secara langsung di lapangan (in-situ) dan cara laboratorium (exsitu).
BAHAN DAN METODE 1. Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap air bawah tanah dangkal dan dalam dari tiga Kelurahan di kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung yaitu; Kuta, Legian dan Nusa Dua pada Bulan Januari dan Juli 2015, yang mewakili musim hujan dan kemarau. Metode penentuan stasiun pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yaitu dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai kondisi serta keadaan daerah penelitian. Kondisi yang dominan pada lokasi penelitian adalah yang diduga dapat memberikan kontribusi terhadap kualitas air tanah. Dengan cara tersebut dapat ditentukan tiga stasiun pengambilan sampel
air bawah tanah (ABT) dangkal yang mewakili
Kecamaan Kuta yaitu (1)
tiga kelurahan
di
Air tanah Nusa Dua (ATND), (2) Air tanah Kuta
(ATK), dan (3) air tanah Legian (ATL)
4
2. Cara Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data Pengambilan sampel dilakukan dalam 2 periode musim yaitu pada musim hujan( Januari 2015) dan musim kemarau ( Juni 2015) dan total sampel yang diambil sebanyak 6.
Sampel air diambil dari sumur gali dilakukan dengan
menggunakan timba, dan sebelum timba dinaikkan terlebih dahulu dilakukan pengadukan air sumur supaya terjadi percampuran secara merata, sedangkan untuk air tanah dalam diambil secara langsung melalui pompa bor yang ada. Sampel air yang telah terambil masing-masing dimasukkan dalam jerigen (untuk analisis sifat kimia), botol steril ( analisis mikrobia) dan botol gelap (analisis DO dan BOD). Sebagai data sekunder maka dikumpulkan pula data tentang pemanfaatan air bawah tanah serta data sosial ekonomi masyarakat yang memanfaatkan air tanah untuk keperluan sehari-hari. Disamping itupula dilakukan pengumpulkan data iklim berupa curah hujan, suhu, kelembaban dan sebagainya, yang akan berpengaruh terhadap debit air tanah serta pengaruhnya terhadap perubahan kualitas fisik maupun kimia air tersebut. Sampel air kemudian dianlisis secara insitu terhadap parameter kualitas air yang sifatnya cepat berubah, antara lain pH, suhu, salinitas, kecerahan, bau, rasa, dan warna, dengan alat-alat yang telah disediakan (Dahuri, 1993). Sedangkan parameter kualitas air yang bisa diawetkan langsung dimasukkan kedalam jerigen, botol gelap dan botol steril kemudian segera dibawa ke Laboratorium Analitik Universitas Udayana untuk analisis sifat fisik dan kimia, dan ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas MIPA Universitas Udayana Denpasar untuk di analisis sifat mikrobiologinya (Rand, et al, 1975). Parameter pengukuran secara in situ dan laboratorium ditentukan sesuai pada Tabel 1 5
Tabel 1: Parameter Kualitas air Yang diukur, Metode Analisis dan Peralatan No
Parameter
A 1 2 3 B 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
FISIKA Suhu Kekeruhan TDS KIMIA pH Salinitas Clorida (Cl) Sulfida (H2S) Amonia (NH3) Nitrit (NO2) Kesadahan Fosfat (PO4) DO BOD5 COD Detergen Minyak & Lemak Besi (Fe) Timbal (Pb) BAKTERI Coliform E. coli
17 18 C 19 20
Satuan
Metode analisis
Peralatan
C ppm ppm
Pemuaian air raksa Turbidimetrik Gravimeterik
Termometer Turbidimeter Timbangan analitik
‰ ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
Potensiometrik Conductimetrik Titrimetrik Titrimetrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik Potensiometrik Titrimetrik Titrimetrik Spektrofotometrik Spektrofotometrik
pH-Meter Salinometer Buret Buret Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer Spektrofotometer DO-Meter Buret Buret Spektrofotometer Spektrofotometer
ppm ppm
Spektrofotometrik Spektrofotometrik
Spektrofotometer Spektrofotometer
o
MPN/100ml MPN MPN/100ml MPN
Tabung MPN Tabung MPN
3. Analisis Data Sesuai dengan pemanfaatan air bawah tanah (ABT) oleh penduduk yaitu sebagai bahan baku air minum,
maka tingkat kelayakannya ditentukan sesuai
dengan Baku Mutu Air Kelas I (air yang peruntukkannya digunakan sebagai air baku air minum) yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Ketetapan ini semua mengacu pada kadar maksimum kualitas air yang diperbolehkan. Sedangkan status mutu perairan ditetapkan dengan Metode Storet berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu 6
Air. Metode ini adalah membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukkannya. Status mutu airnya ditentukan dari jumlah skor dari setiap parameter yang diamati. Parameter yang tidak melebihi bakumutu diberi skor 0. Penentuan sistem nilai untuk parameter yang melebihi bakumutu dengan metode ini seperti tersaji pada Tabel 2. Semua skor dari seluruh parameter yang dianalisis dijumlahkan. Berdasarkan jumlah tersebut maka USEPA 1993 (Environmental Protection Agency) menetapkan 4 kriteria tentang mutu / tingkat pencemaran air, dengan ketetapan seperti tercantum pada Tabel 3. Tabel 2. Penentuan Sistem Nilai Untuk Menentukan Status Mutu air Jumlah Nilai dari Hasil Parameter Parameter Pengukuran Fisika Kimia Biologi < 10 Maksimum - 1 - 2 - 3 Minimum - 1 - 2 - 3 Rata-Rata - 3 - 6 - 9 > 10 Maksimum - 2 - 4 - 6 Minimum - 2 - 4 - 6 Rata-Rata - 6 - 12 - 18
Tabel 3. Klasifikasi Mutu/Tingkat Pencemaran Air Skor 0 -1 s/d -10 - 11 s/d -31 > -31
Klas/Mutu Air Kelas A : Baik sekali Kelas B : Baik Kelas C : Sedang Kelas D : Buruk
Tingkat Pencemaran Tidak tercemar/memenuhi Baku Mutu Tercemar ringan Tercemar sedang Tercemar berat
7
Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Air ABT (Nusa Dua, Kuta, dan Legian)
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Hasil analisis kualitas air bawah tanah pada musim hujan dan kemarau seperti tercantum pada Tabel 4 dan 5. Sedangkan tingkat klasifikasi/mutu perairan air bawah tanah untuk musim hujan dan kemarau tercantum pada Tabel 6
Tabel 4 Hasil Analisis Air Bawah Tanah (ABT) atau Air Sumur Musim Hujan 8
Hasil Analisis
No A 1 2 3 B 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 C 19 20
ATK
ATL
PPRI No 82 Th 2001 (Baku Mutu Air Kelas 1)
31,4 20,0 680
31,7 13,33 1160*
Deviasi 3 1.000
7,45 0,5 53,25 ttd 0,010 0,091 462,42 1,670* 7,19 6,04* 23,89* ttd ttd 0,113 0,013
7,80 0,5 145,55 ttd ttd 0,001 231,73 0,650* 7,75 7,59* 23,98* ttd ttd 0,076 0,010
7,31 0,5 113,6 ttd ttd 0,001 344,71 0,049 7,72 5,74* 22,98* ttd 0,0003 0,052 0,007
3 1100*
3 120
Parameter FISIK Suhu Kekeruhan TDS KIMIA
Satuan 0C ppm -
29 26,67 1460*
pH Salinitas Klorida (Cl) Sulfida (H2S) Amoniak (NH3) Nitrit (N02) Kesadahan Pospat (P04) DO BOD5 COD Deterjen Minyak& lemak Besi (Fe) Timbal (Pb)
‰ ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm MPN/100 ml MPN/100 ml
Fecal coli (E.coli) Coliform
ATND
11 0
6-9 600 0,002 0,5 0.06 500 0,2 6 2 10 0,2 1,0 0,3 0,03 100 1.000
Tabel 5. Hasil Analisis Air Bawah Tanah (ABT) atau Air Sumur Musim Kemarau Hasil Analisis
No A 1 2 3 B 4 5 6 7
Parameter FISIK Suhu Kekeruhan TDS KIMIA pH Salinitas Klorida (Cl) Sulfida (H2S)
Satuan
ATND
ATK
ATL
0C ppm -
28,5 ttd 830
30 ttd 650
30,0 ttd 2100*
‰ ppm ppm
7,78 0,5 17,75 ttd
7,57 0,6 102,95 0,0004
7,95 0,7 138,5 ttd
PPRI No 82 Th 2001 (Baku Mutu Air Kelas 1) Deviasi 3 1.000 6-9 600 0,002
9
8 Amoniak (NH3) ppm 0,002 0,014 0,006 9 Nitrit (N02) ppm 0,0008 0,0017 0,088* 10 Kesadahan ppm 492,04 421,98 206,19 11 Pospat (P04) ppm ttd 0,029 0,625* 12 DO ppm 7,16 7,84 7,43 13 BOD5 ppm 6,15* 7,49* 5,45* 14 COD ppm 24,68* 23,45* 20,65* 15 Deterjen ppm ttd ttd ttd 16 Minyak& lemak ppm ttd ttd ttd 17 Besi (Fe) ppm 0,103 0,050 0,045 18 Timbal (Pb) ppm 0,014 0,016 0,011 C 19 Fecal coli (E.coli) MPN/100 ml 3 0 0 20 Coliform MPN/100 ml 460 23 93 Keterangan * : Parameter yang Melampaui Baku Mutu Air Kelas 1 ttd : Tidak terdeteksi ATND : Air Tanah Nusa Dua ATK : Air Tanah Kuta ATL : Air tanah Legian
0,5 0.06 500 0,2 6 2 10 0,2 1,0 0,3 0,03 100 1.000
Tabel 6. Tingkat/Mutu ABT Pada Musim Hujan dan Kemarau 2006 Berdasarkan Metode Storet
No A 1 2 3 B 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Parameter FISIK Suhu Kekeruhan TDS KIMIA pH Salinitas Klorida (Cl) Sulfida (H2S) Amoniak (NH3) Nitrit (N02) Kesadahan Pospat (P04) DO BOD5 COD Deterjen Minyak& lemak
Satuan 0C ppm ‰ ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm ppm
PPRI No 82 Th 2001 (Baku Mutu Air Kelas 1)ATND Deviasi 3 1.000 6-9 600 0,002 0,5 0.06 500 0,2 6 2 10 0,2 1,0
Skor
ATK
ATL
0 0 -4
0 0 0
0 0 -4
0 0 0 0 0 -10 0 -2 0 -10 -10 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -8 0 -10 -10 0 0
0 0 0 0 0 0 0 -8 0 -10 -10 0 0 10
17 18 C 19 20
Besi (Fe) ppm Timbal (Pb) ppm BAKTERI Fecal coli (E.coli) MPN/100ml Coliform MPN/100ml Jumlah
Keterangan : CB : Tercemar Berat
0,3 0,03 100 1.000
0 0
0 0
0 0
0 -3 -39 CB
0 0 -28 CS
0 0 -32 CB
CS : Tercemar Sedang
2. Pembahasan Dari parameter kualitas air yang melampaui baku mutu untuk kedua musim tersebut ternyata ada 4 parameter yang sama melampaui baku mutu untuk kedua musim tersebut yaitu; TDS, Posfat, BOD5 dan COD. Dari 4 parameter yang sama tersebut dapat dinyatakan hanya 2 parameter yaitu BOD5 dan COD yang betulbetul melampaui baku mutu untuk kedua musim dan ke-3 stasiun yang diteliti. Tingginya kandungan BOD pada ke 3 stasiun penelitian (
Nusa Dua, Kuta,
dan Legian ) pada musim hujan ( 5,74 – 7,59 mg/l) maupun pada musim kemarau ( 5,45 –7,49 mg/l) karena lokasi-lokasi tersebut sarat dengan aktivitas bidang perikanan, restoran, usaha rumah tangga yang semuanya sangat berpotensi menimbulkan limbah organik.. Limbah organik ini akan mudah terakumulasi ke dalam air sumur karena topografi tanah yang datar dan tanah-tanah
bersifat
porous (tekstur berpasir). Disamping limbah cair yang berasal dari aktivitas tersebut ,limbah organik juga berasal dari sampah-sampah berupa dedaunan. Adapun limbah cair maupun padat yang merupakan substrat utama hidupnya berbagai mikrobia sehingga aktivitas penguraian (dekomposisi) akan semakin aktif, apabila ditunjang oleh faktor iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) yang cukup tinggi sehingga mempercepat proses penguraian limbah dan sampah tersebut (Fardiaz, 1992). Kandungan BOD yang berlebihan akan berpengaruh 11
langsung terhadap menurunnya oksigen terlarut (DO ) di perairan tersebut serta akan berdampak langsung terhadap peningkatan kandungan COD (Saeni, 1991). Tingginya kandungan COD air bawah tanah pada 3 stasiun penelitian ( Nusa Dua, Kuta dan Legian ) pada musim hujan (17,98 – 23,98 mg/l) maupun musim kemarau (20,14 – 24,68 mg/L) adalah dipengaruhi oleh degradasi bahan organik maupun anorganik yang berasal dari aktivitas, rumah tangga, restaurant
yang
tidak terolah dengan baik. Tingginya kandungan COD pada air tanah sangat dipengaruhi oleh tingginya BOD. Akan tetapi kandungan COD selalu lebih tinggi dari BOD karena selain sumbernya dari bahan organik juga berasal dari bahan anorganik hasil degradasi mikrobia yang terakumulasi dengan air tanah (Sunu, 2004). Akibat kandungan COD yang berlebihan pada air tanah akan sama halnya dengan kandungan BOD yaitu berpengaruh terhadap menurunnya kandungan oksigen terlarut (DO) sehingga akan berpengaruh terhadap menurunnya kualitas air tanah ( Peavy, 1986). Ditinjau dari kondisi air tanah pada 3 stasiun penelitian ternyata air tanah Nusa Dua pada musim hujan menunjukkan kualitas paling buruk di bandingkan 2 stasiun penelitian lainnya ( Kuta dan Legian) yaitu telah melampaui 5 parameter penting ( TDS, PO4, BOD5, COD dan Coliform). Rendahnya kualitas air tanah atau air sumur di kawasan Nusa Dua karena drainase yang kurang baik dan topografi datar sehingga aliran air pada musim hujan langsung terjadi infiltrasi masuk ke sumur penduduk. Faktor lain yang berpotensi menimbulkan penurunan kualitas air tanah akibat padatnya penduduk yang sarat dengan aktivitas (perikanan, rumah makan, pedagang dan sebagainya) yang banyak memproduksi sampah dan limbah yang tidak terkelola dengan baik, sehingga hasil degradasi ini 12
akan mengalir bersama air hujan meresap ke air tanah. Demikian pula untuk status mutu air bawah tanah untuk Nusa Dua (-39) dan Legian (- 32) tergolong tercemar berat (Tabel 6) Kualitas air tanah pada 3 stasiun penelitian di musim kemarau ternyata air tanah Tanjung Benoa dan air tanah Legian termasuk kategori kualitas air yang rendah. Hal ini terbukti dari 20 parameter yang di analisis yaitu 4 parameter yaitu TDS, nitrit, BOD5 dan COD) dan kualitas air tanah Legian (TDS, fosfat, BOD dan COD) melampaui baku mutu air kelas 1 dari PPRI No.82 Tahun 2001. Kondisi ini didukung pula dari hasil analisis status mutu air tanah pada musim hujan dan kemarau kedua lokasi ini (Nusa Dua dan Legian ) tergolong tercemar berat (Tabel 6) . Sedangkan untuk air tanah Kuta masih tergolong tercemar sedang . Dengan demikian kualitas air tanah di wilayah Kecamatan Kuta selatan Kabupaten Badung yang lokasinya sarat dengan berbagai aktivitas terutama kegiatan pariwisata menunjukkan mutu air bawah tanah kurang layak sebagai bahan baku air minum.
SIMPULAN Dari hasil analisis kualitas air bawah tanah pada 3 stasiun penelitian ( Nusa Dua, Kuta, dan Legian pada musim hujan dan kemarau dapat disimpulkan : 1. Hasil analisis terhadap 20 parameter ternyata kualitas air bawah tanah Nusa Dua, Kuta dan Legian pada musim hujan dan kemarau ada 4 parameter yaitu padatan total tersuspensi (TDS), Fosfat , BOD5, dan COD melampaui baku mutu air kelas 1 sesuai PPRI No. 82 tahun 2001.
13
2. Staus mutu air bawah tanah untuk wilayah Nusa Dua dan Legian masuk dalam katagori tercemar berat, sedangkan air tanah Kuta tergolong tercemar sedang. 3. Air bawah tanah Nusa Dua dan Kuta tergolong tidak layak sebagai bahan baku air minum, dan untuk air tanah Kuta masih layak sebagai bahan baku air minum dengan ketentuan harus melalui pengolahan (dimasak) terlebih dahulu. UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih kami sampaikan kepada Pemerintah Kecamatan Kuta khususnya dan Kabupaten Badung umumnya yang akan memanfaatkan data ini sebagai data dasar untuk pengelolaan air bawah tanah di wilayah pesisir, dan terimakasih kepada Laboratorium Analitik Universitas Udayana, di Bukit Jimbaran, yang banyak memfasilitasi penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA Budiana, I N. 1997. Analisis Kualitas Air Sumur Dalam di Wilayah Kelurahan Kuta, Kabupaten Badung. Jurusan Biologi, Fak. MIPA-UNUD, Denpasar. Dahuri, R., N.S. Putra, Zairion dan Sulistiono. 1993. Metode dan Teknik Analisis Biota Perairan. Fardiaz. 1992 . Polusi Air dan Udara. Depdikbud Ditjen Perguruan Tinggi PAU Pangan dan Gizi IPB Bogor
Menteri Negara Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003. Tentang Pedoman Status Mutu air Peavy H.S, D.R. Rowe and G.Tchobanoglous. 1986. Environmental Engineering. Mc.Graw Hill Book Co. Singapore... Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001.Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta. Rand. M.C. A. E. Greenberg and M.J. taras. 1975. Standard Methods for the Examination of Water and Wastewater. American Public Health Asociation, Washington DC. Saeni (1991) Kimia Lingkungan. Bogor: Depdikbud, Ditjen Pendidikan Tinggi, PAU, Ilmu Hayat, IPB. 14
Sedana, W. 1994. Penelitian Kajian Potensi Air Tanah Tak Tertekan Untuk Kebutuhan Air Bersih dan Industri di Kuta Bali. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sundra, I K. 1977. Pengaruh Pengelolaan Sampah Terhadap Kualitas Air Sumur Gali di Sekitar TPA Sampah Suwung, Denpasar Bali. Sunu, 2004 Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001.Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. U.S Environmental Protection Agency. 1993. The Economic and Environment Impact of Phosphorus Removal from Wastewater in the European Community. Washington, DC: Nonpoint Source Control Branch (4503T) 1200 Pennsylvania Avenue.
15