DISERTASI
DAMPAK PERKEMBANGAN USAHA AKOMODASI TERHADAP SUMBER DAYA AIR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG BALI
I NYOMAN SUNARTA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
i
DIAJUKAN UNTUK UJIAN TERBUKA
DISERTASI
DAMPAK PERKEMBANGAN USAHA AKOMODASI TERHADAP SUMBER DAYA AIR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG BALI
I NYOMAN SUNARTA NIM: 1090771003
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii
DAMPAK PERKEMBANGAN USAHA AKOMODASI TERHADAP SUMBER DAYA AIR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG BALI
Disertasi untuk Memperoleh Gelar Doktor pada Program Studi Doktor Pariwisata, Program Pascasarjana Universitas Udayana
I NYOMAN SUNARTA NIM: 1090771003
PROGRAM DOKTOR PROGRAM STUDI DOKTOR PARIWISATA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 iii
HALAMAN PERSETUJUAN PROMOTOR DAN KOPROMOTOR Lembar Pengesahan
DESERTASI INI TELAH DISETUJUI TANGGAL …………………………………………
Promotor,
Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D. NIP.195611021983031001
Kopromotor I,
Kopromotor II,
Dr. Ir. A.A.P. Agung Suryawan W. MSc. NIP. 196503021989031004
Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. NIP. 195705061984031004
Mengetahui
Ketua Program Studi Doktor Pariwisata Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Direktur, Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Prof. Dr. I Komang Gde Bendesa, MADE. Prof. DR. dr. AA. Raka Sudewi,Sp.S(K). NIP.194905111973031001 NIP. 195902151985102001
iv
Disertasi Ini Telah Diuji pada Ujian Tertutup Tanggal 3 Agustus 2015 Panitia Penguji Desertasi Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 1775/UN14.4/HK/2015 Tanggal : 17 Juni 2015
Ketua Anggota
: :
Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Dr. Ir. A.A.P. Agung Suryawan Wiranatha, MSc. Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP. Prof. Dr. I K. G.Bendesa, M.A.D.E. Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS. Prof. Dr. I Made Sukarsa, SE. MS. Prof. Dr. Made Budiarsa, MA. Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc.
v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertanda tangan dibawah ini saya, penulis disertasi: Nama
: I Nyoman Sunarta
NIM
: 1090771003
Program Studi
: Ilmu Pariwisata, Program Doktor, Pascasarjana Universitas Udayana
Alamat Mahasiswa
: JL Suryabuana I No. 17 Perumahan Buana Dirgantara, Padang Sambian, Denpasar
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah disertasi ini bebas plagiat, apabila dikemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah disertasi ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perundangan yang berlaku.
Denpasar, 5 Oktober 2015 Yang membuat Pernyataan
I Nyoman Sunarta
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha Esa karena berkat asung kerta wara nugraha-Nya, disertasi dengan judul Dampak Perkembangan Pariwisata Terhadap Sumber Daya Air Di Kecamatan Kuta Utara Kabupaten Badung Bali, dapat disusun dan diselesaikan dengan baik. Dalam penyusunan dan penyelesaian studi doktoral ini tentunya mendapat bimbingan dari promotor dan kopromotor serta masukan dari berbagai pihak utamanya dari anggota penguji yang telah memberikan tambahan pengetahuan, sejak ujian kualifikasi hingga disertasi ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan
yang setulus dan setinggi-tingginya kepada
yang terhormat. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD. KEMD beserta pembantu-pembantu rektor atas kesempatan dan fasilitas yang telah diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan penyelesaikan pendidikan Program Doktor Pariwisata di Universitas Udayana. Direktur Program Pasca Sarjana Prof. Dr. dr.A.A Raka Sudewi, Sp.S (K) dan Asisten Direktur I Prof. Dr. Made Budiarsa, MA, Prof Made Sudiana Mahendra, Ph.D selaku asisten II beserta seluruh staf di Program Pasca Sarjana Universitas Udayana Denpasar, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti kuliah hingga perkulihan dapat diselesaikan. Prof.
Made Sudiana Mahendra,
Ph.D. Guru Besar Fakultas pertanian
Universitas Udayana Denpasar, atas berkenan sebagai Promotor. Kepakaran beliau vii
dalam bidang dampak dan pelgelolaan Lingkungan telah memberikan penulis pengetahuan yang sangat bernilai dalam bidang ini, yang dituangkan dalam bimbingan hingga selesainya disertasi ini. Beliau dengan semangat akademik telah memberikan dorongan yang tiada henti-hentinya kepada penulis sehingga studi ini dapat diselesaikan. Dr. Ir. A.A.P Agung Suryawan Wiranatha, MSc, dan Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP, selaku Kopromotor yang telah memberikan bimbingan tanpa lelah kepada penulis. Pengalaman beliau dalam bidang perencanaan dan pengembangan pariwisata telah memberikan pengalaman pengetahuan akademis dan empiris berupa bimbingan dan saran sehingga disertasi ini dapat diselesaikan. Pembimbingan yang tak kenal lelah menjadikan disertasi ini dapat bermanfaat bagi dunia akademis maupun implikasi kebijakan bagi pengembangan pariwisata di Badung khususnya dan Bali secara umum. Ketua Program Doktor Pariwisata Universitas Udayana Prof. Dr. I Komang Gde Bendesa, M.A.D.E dan sekretaris program Dr. Ir. A.A.P Agung Suryawan Wiranatha, MSc yang memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi pada program ini dan tidak segan-segan untuk memberikan semangat dan dorongan dalam mengikuti studi. Drs I Putu Anom, M.Par selaku Dekan Fakultas Pariwisata
Universitas
Udayana periode 2010-2013 yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti perkulihan pada program Doktor Pariwisata Pascasarjana Universitas Udayana.
viii
Drs I Made Sendra, MSi, selaku Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana periode 2014-2017 yang juga telah memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesikan studi ini. Saran yang membangun telah disampaikan sebagai masukan dalam penyelesaian disertasi. Kepada para penguji disertasi, yaitu Prof. Made Sudiana Mahendra, Ph.D , Dr. Ir. A.A.P. Agung Suryawan Wiranatha, MSc, Dr. Ir. Syamsul Alam Paturusi, MSP, Prof. Dr. I K. G.Bendesa, M.A.D.E , Prof. Dr. I Made Sukarsa, SE. MS, Prof. Dr. Ir. Made Antara, MS, Dr. I Nyoman Madiun, M.Sc,yang telah bersedia untuk menguji dan memberikan
masukan sehingga disertasi ini dapat terwujud. Para dosen pengampu mata kuliah sejak dimulainya perkuliahan perdana pada 31 Agustus 2010 dan dosen pengampu mata kuliah konsentrasi yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan dan berbagi pengetahuan dan pengalaman kepada penulis sehingga disertasi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Seluruh teman-teman dosen di Fakultas Pariwisata Universitas Udayana. Mahasiswa Magister Kajian Pariwisata dan mahasiswa Fakultas Pariwisata yang membantu sebagai surveyor telah dengan susah payah menyebarkan kuesioner, wawancara dengan wisatawan serta dokumentasi pada kegiatan fokus grup diskusi dan observasi di daerah penelitian. Akhirnya penulis sampaikan terimakasih kepada istri tercinta I Gusti Nyoman Rupini, serta anak-anak tersayang Putu Agung Surya Prawira dan Made Ayu Setya Nareswari yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kepada penulis kesempatan untuk lebih berkonsentrasi menyelesaikan desertasi ini. ix
Semoga Ida Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian desertasi ini.
Denpasar, 5 Oktober 2015 Penulis,
I Nyoman Sunarta
x
ABSTRAK DAMPAK PERKEMBANGAN USAHA AKOMODASI TERHADAP SUMBER DAYA AIR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG BALI Salah satu permasalahan dalam pembangunan pariwisata Bali adalah penurunan daya dukung sumber daya pendukung pariwisata, terutama air bersih. Daerah pedesaan yang dulunya tidak pernah mengalami kekurangan air, saat ini telah menghadapi krisis air. Hal ini terkait dengan semakin tingginya intensitas eksploitasi sumberdaya air akibat perkembangan pariwisata. Pesatnya perkembangan usaha akomodasi di Kecamatan Kuta Utara sangat potensial untuk memanfaatkan lahan sawah dan sumber daya air yang ada. Jika perkembangan ini tidak dikontrol dengan baik, ditengarai dapat menimbulkan dampak negatif tidak hanya terhadap keberadaan sawah, tapi juga terhadap potensi sumberdaya air. Pariwisata sangat tergantung dari potensi sumber daya air yang memadai untuk dapat berfungsi dengan baik, sehingga kalau terjadi krisis air, maka cepat atau lambat akan dapat menjadi krisis ekonomi dan krisis pariwisata. Penelitian yang berlokasi di Kecamatan Kuta Utara bertujuan untuk untuk mengetahui dampak yang diakibatkan dari perkembangan usaha akomodasi terhadap potensi sumber daya air.Untuk men getahui dampak terhadap sumber daya air digunakan pendekatan disiplin ilmu kealaman (geografi), dan menerapkan metode penelitian survei. Perkembangan pariwisata ditentukan dengan interpretasi citra quickbird pada tahun yang berbeda. Daya dukung sumber daya air ditentukan dengan menggunakan pedoman Peraturan Menteri LH. No. 17 Tahun 2009, tentang pedoman daya dukung sumber daya air. Dampak perkembangan pariwisata terhadap sumber daya air ditentukan dengan menggunakan analisis komparatif terhadap air permukaan dan air tanah, baik secara kuantitas maupun kualitas. Terdapat dua pola perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Kuta Utara, yaitu 1) dari sawah ke akomodasi pariwisata atau permukiman, dan 2) dari sawah, tegalan/lahan kosong, ke akomodasi pariwisata atau permukiman. Perubahan peruntukan lahan sawah selama 16 tahun (1992-2008) di Kecamatan Kuta Utara adalah sebesar 1.218,44 Ha. Daya dukung sumber daya air sudah defisit pada semua kelurahan/desa yang ada di Kecamatan Kuta Utara. Perkembangan pariwisata, khususnya akomodasi pariwisata telah mengubah pola penutupan lahan yang berakibat pada meningkatnya nilai koefisien aliran, sehingga air hujan lebih banyak mengalir di permukaan dari pada meresap ke dalam tanah sebagai cadangan air. Perkembangan pariwisata di Kecamatan Kuta Utara berdampak negatif terhadap potensi sumber daya air, baik secara kuantitas maupun kualitas. Secara kuantitas, terjadi peningkatan debit limpasan 3.255 lt/dt pertahun dan penurunan muka air tanah yang mengakibatkan masyarakat mengalihkan sumber airnya dari air tanah dangkal ke air tanah dalam. Secara kualitas, sumber daya air telah mengalami pencemaran dan air tanah yang mengandung salinitas telah dijumpai pada sumber air pada jarak sampai sekitar 3 km dari pantai, sebagai indikasi terjadinya intrusi air laut. Kata Kunci: Perkembangan pariwisata, Sumber daya Air, Daya Dukung, Kuta Utara. xi
ABSTRACT TOURISM DEVELOPMENT IMPACTS ON WATER RESOURCES IN NORTHERN KUTA DISTRICT OF BADUNG BALI One of the problem in the development of Bali tourism is declining carrying capacity supporting tourism resources, especially water. In the past, rural areas have never experienced a lack of water, by which presently facing a water crisis. This condition corresponds to the higher intensity of exploitation of water resources as a result of tourism development. The rapid development of business on accommodation facilities in North Kuta District is potential to accupy rice paddy and water resources. If this development is not properly controlled can cause negative impacts not only on the existence of the fields, but also for the potential of water resources. Tourism is significantly depend on adequacy of water resources to be able to function properly, thus in case of a water crisis in the tourist areas of Bali in particular, then sooner or later will create the economic crisis and the crisis of tourism. The research was located in North Kuta District aimed to know the impacts of the development of the tourism accommodation on water resources potential. In order to understand the impact on water resources used geography disciplines approach, and applying survey research methods. Tourism development is determined by the interpretation of Quickbird imagery in a different location. Carrying capacity of water resources is determined by using the guidelines of Per Men LH. No. 17 year 2009. Impact of tourism development on water resources was determined using comparative analysis of surface water and groundwater, both an quantity and quality. There were two patterns of land use change in North Kuta District, namely from the rice fields to tourist accommodation and from the dryland/orchard land, to tourist accommodation. Changes from rice field for about 16 years (1992-2008) in North Kuta District was 1,218.44 Ha. Carrying capacity of water resources was considered deficit at all village in North Kuta District. Development of tourism, especially tourism accommodation has changed land cover in an resulting increase in coefficient of flow, so that more rain water flowing on the surface than into the ground water as a reserve. Development of tourism in the Northern District of Kuta had a negative impact on potential water resources both quantity and quality. On quantity aspect, an increase in runoff discharge 3,255 lt/sec/year and declined of the water table resulting in resources from shallow groundwater to deep groundwater in. On quality, water resources have indication of pollution and salinity content in groundwater has reached at a distance of about 3 km from the beach, as an indication of the occurrence of seawater intrusion. Key Words: Tourism Development, Water Resources, Carrying Capacity, Northern Kuta.
xii
Ringkasan DAMPAK PERKEMBANGAN USAHA AKOMODASI TERHADAP SUMBER DAYA AIR DI KECAMATAN KUTA UTARA KABUPATEN BADUNG BALI Pariwisata adalah industri yang dalam operasionalnya membutuhkan sumberdaya dan menghasilkan limbah. Akan tetapi, dalam membutuhkan sumberdaya, pariwisata cenderung memperebutkan sumberdaya yang langka dan sering
menjadi
pemenang
(Wall,
2006).
Hal
ini
sering
mengakibatkan
ketidakseimbangan dalam pemanfaatan sumberdaya antara kebutuhan pariwisata dengan sektor lainnya. Pada akhirnya kualitas sumberdaya akan rusak dan pariwisata secara umum menjadi menurun pula kualitasnya. Perkembangan pariwisata yang ditunjukkan oleh pembangunan akomodasi dan fasilitas pendukung lainnya telah mengakibatkan luas sawah di Bali berkurang 870 hektar per tahun. Hal ini memberikan makna tentang terancamnya keberlanjutan system subak, yang merupakan potensi pariwisata Bali. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara melakukan pengamatan di beberapa lokasi di Kecamatan Kuta Utara untuk mengidentifikasi dampak yang ditimbulkan terhadap potensi sumber daya air baik yang bersifat kuantitas maupun kualitas. Pengamatan diarahkan terhadap sumber air yang digunakan dan pembuangan limbah. Metode yang digunakan dalam penentuan informan adalah metode purposive, yaitu cara penentuan informan dilakukan dengan sengaja berdasarkan tujuan dan maksud tertentu agar keterangan yang diberikan dapat lebih dipertanggungjawabkan. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dan komparatif, yaitu memberikan narasi dan makna terhadap data hasil survey, perhitungan dan analisa laboratorium, sehingga mampu memberikan gambaran terhadap fenomena dampak perkembangan pariwisata terhadap potensi air di daerah penelitian. Daya dukung air dihitung dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kebutuhan akan sumber daya air bagi penduduk dan wisatawan di daerah penelitian. Ketersediaan air ditentukan dengan menggunakan metode koefisien limpasan berdasarkan informasi penggunaan lahan serta data rata-rata curah hujan tahunan yang dihitung selama 10 tahun. Sementara itu, kebutuhan air dihitung dari xiii
hasil konversi terhadap kebutuhan hidup layak penduduk dan wisatawan. Penentuan daya dukung air dilakukan dengan membandingkan ketersediaan dan kebutuhan air. Perkembangan pariwisata di daerah penelitian ditinjau dari besarnya perkembangan usaha akomodasi dan alih fungsi lahan yang terjadi. Alih fungsi lahan yang terjadi pada umumnya berasal dari lahan pertanian yang berubah fungsi menjadi sarana dan prasarana pariwisata seperti hotel/penginapan dan sejenisnya, rumah makan dan sejenisnya, toko-toko yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari wisatawan, dan perumahan yang diakibatkan oleh perkembangan pariwisata. Penentuan dampak perkembangan usaha akomodasi terhadap potensi air, pada dasarnya akan dilihat secara kuantitas dan kualitas. Perkembangan usaha akomodasi akan dilihat dari peta penggunaan lahan pada tahun yang berbeda. Perubahan penggunaan lahan pemanfaatan lahan
mencerminkan
perubahan pemanfaatan lahan. Perubahan
khususnya di bidang usaha akomodasi menunjukkan
perkembangan pariwisata yang terjadi di daerah penelitian. Perkembangan inilah yang kemudian dapat merubah koefisien aliran permukaan. Besar perubahan aliran permukaan kemudian disebut dampak perkembangan usaha akomodasi terhadap air permukaan. Dampak terhadap potensi air tanah akan ditinjau dari besarnya penggunaan air dari akomodasi yang ada di daerah penelitian. Pemanfaatan air tanah oleh kegiatan pariwisata tersebut dapat berakibat turunnya potensi air tanah di daerah penelitian, yang dapat dilihat dari turunnya muka air tanah dari sumur-sumur penduduk, terutama pada musim kemarau. Sedangkan dampak perkembangan pariwisata terhadap kualitas air akan ditinjau dari kualitas air permukaan/sungai dan air tanah yang diakibatkan oleh limbah yang dihasilkan dan dibuang pada badan air tersebut. Hasil yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Berdasarkan atas data dari Kabupaten Badung dapat diketahui bahwa perkembangan akomodasi di kabupaten ini sangat pesat. Pertumbuhan hotel melati dalam waktu tujuh tahun (2006-2012) rata-rata 10,05 %, yaitu dari 347 buah dengan 8.618 jumlah kamar pada tahun 2006, berkembang dengan cepat menjadi 667 buah dengan 22.684 jumlah kamar pada tahun 2012. Pertumbuhan pondok wisata dalam jangka waktu yang sama rata-rata 23,37 % yaitu 165 buah dengan 799 jumlah kamar pada tahun xiv
2006, berkembang menjadi 688 buah pada tahun 2009 dengan 3.013 jumlah kamar. Perkembangan akomodasi ini juga akan terjadi di Kecamatan Kuta Utara yang memiliki akomodasi/penginapan sebesar 204 buah pada tahun 2010. Perkembangan akomodasi akan memanfaatkan lahan dalam pembangunannya, sehinga alih fungsi lahan tidak bisa dihindari. Di Kecamatan Kuta Utara terjadi alih fungsi lahan yang paling besar dibandingan dengan kecamatan lain yang ada di Kabupaten Badung. Alih fungsi lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Kuta Utara, meningkat dalam 2 tahun terakhir. Pada tahun 2011, 10 hektar lahan sawah beralih fungsi, dan menurun 7 hektar di tahun 2012. Alih fungsi lahan sawah yang terjadi di Kecamatan Kuta Utara mendekati 10 hektar per tahun. Perubahan penggunaan lahan di Kerobokan Kelod dari persawahan menjadi non sawah sebesar 21,25 Ha dan penyusutan lahan kosong sebesar 12,66 Ha. Jadi total terdapat sebesar 33,91 Ha lahan yang mengalami perubahan fungsi menjadi ruang terbangun di Kerobokan Kelod selama 3 tahun (rata-rata 11,30 Ha/tahun). Demikian pula rasio luas ruang terbangun dengan luas lahan hijau di Kerobokan Kelod pada tahun 2009, menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, yaitu mencapai 68,9 %. Artinya luasan lahan terbangun sudah mendekati 70 persen dari keseluruhan luas lahan yang ada, hanya tersisa 30 persen lahan terbuka. Dinamika perubahan lahan di Canggu relatif lebih lambat. Laju pengurangan lahan sawah hanya tercatat 0,94 Ha, ladang 0,09 Ha, dan kebun campuran 1,34 Ha selama tiga tahun. Jadi total terdapat sekitar 2,37 Ha lahan sawah, tegalan, dan kebun yang beralih fungsi (rata-rata 0,79 Ha/tahun). Demikian pula peningkatan luas lahan yang berfungsi sebagai bangunan relatif kecil yakni 3,75 Ha. Namun apabila data ini dikaitkan dalam konteks pedesaan sesungguhnya apa yang terjadi di Canggu sudah menunjukkan perkembangan perubahan lahan yang cukup dinamis. Status daya dukung air berasal dari perbandingan antara besarnya ketersediaan air dengan kebutuhan air. Secara umum status daya dukung air di Kecamatan Kuta utara, adalah defisit dengan nilai status daya dukung air dibawah satu yaitu 0,27. Jumlah defisit air untuk Kecamatan Kuta Utara adalah 79,55 juta m3/tahun (hanya mempertimbangkan kebutuhan domestik) dan 149,357 juta m3/tahun dengan mempertimbangkan kebutuhan air domestic dan pariwisata. Status dan nilai tersebut xv
merupakan akumulasi dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi besarnya ketersediaan air dan tingkat kebutuhan air. Seluruh kelurahan/desa di Kecamatan Kuta Utara telah mengalami defisit air. Kalau diperhatikan nilai daya dukung airnya terlihat bahwa kelurahan/desa yang memiliki permukiman yang padat dan jumlah penduduk yang besar, nilai daya dukung airnya sangat kecil. Seperti ditunjukkan oleh Kelurahan Kerobokan Kaja dengan nilai daya dukung air sebesar 0,14, yang disusul kemudian oleh Desa Dalung sebesar 0,19. Berdasarkan atas perbandingan antara peta penggunaan lahan hasil olahan dari citra quikbird tahun 2009 dengan rencana pemanfaatan ruang yang ada di Kelurahan Kerobohan Kelod, maka sangat jelas terlihat bahwa perkembangan akomodasi pariwisata ternyata sudah tidak sesuai dengan perencanaan pemanfaatan ruang. Perkembangan akomodasi pariwisata yang direncanakan hanya di sepanjang pantai
ternyata kondisi tahun 2009, menunjukan bahwa sebaran perkembangan
bangunan hampir merata pada semua tempat di kelurahan tersebut. Hal serupa dijumpai di Desa Canggu, walaupun dengan tingkat perkembangan yang lebih rendah dibandingkan dengan di Kelurahan Kerobokan Kelod. Bangunanbangunan baru berkembang sesuai dengan pola jalan yang ada di desa tersebut, yaitu memanjang dari arah utara ke selatan sesuai dengan bentuk desanya. Dengan memperhatikan gambaran perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada di kelurahan/desa tersebut, terdapat tiga jenis penggunaan lahan yang dominan mengalami perubahan, yaitu bangunan atau akomodasi, permukimam dan sawah. Walaupun penggunaan lahan untuk kolam renang hampir terdapat di masing-masing bangunan/akomodasi, namun karena luasannya relatife kecil maka perubahannya tidak terlihat besar atau perubahannya relatife kecil. Perubahan debit aliran permukaan di Kelurahan Kerobokan Kelod pada tahun 2006 dan tahun 2009 relatife kecil. Perubahan debit aliran permukaan dalam kurun waktu yang sama di Desa Canggu ternyata menunjukkan angka yang lebih kecil lagi, bahkan tidak terlihat adanya perubahan. Kelurahan Kerobokan Kelod yang lebih pesat perkembangan pariwisatanya menimbulkan dampak yang lebih besar
dibandingkan dengan
Desa Canggu.
Distribusi besaran perubahan aliran permukaan yang ditimbulkan perbulannya sesuai xvi
dengan besarnya curah hujan yang jatuh pada bulan tersebut. Pada bulan-bulan yang memiliki curah hujan yang besar (musim hujan) mempunyai dampak yang lebih besay dari pada bulan-bulan yang memiliki curah hujan kecil (musim kering). Ratarata dampak yang ditimlbulkan oleh perkembangan pariwisata terhadap aliran permukaan di Kelurahan Kerobokan Kelod adalah sebesar 0,48 M3/detik atau sama dengan 480 liter/detik. Kalau hanya mempertimbangkan rata-rata curah hujan pada musim hujan (Bulan September sampai dengan Bulan Maret) maka rata-rata dampak yang ditimbulkan meningkat menjadi 0,527 M3/dt atau sama dengan 527 liter/detik Kondisi yang berbeda terjadi di Desa Canggu, dimana dampak perkembangan pariwisata terhadap aliran permukaan di desa ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan yang terjadi di Kelurahan Kelrobokan Kelod. Rata-rata dampak yang terjadi di Desa Canggu sebesar 0,06 M3/detik atau 60 liter/detik. Peningkatan aliran permukaan sebesar 60 liter/detik sebagai dampak dari perkembangan pariwisata yang terjadi di Desa Canggu. Kalau hanya mempertimbangkan curah hujan di musim hujan, maka dampak yang ditimbulkan meningkat menjadi 0,087 M3/detik atau sama dengan 87 liter/detik. Dampak yang terjadi pada ke dua kelurahan/desa tersebut memcerminkan dampak perkembangan pariwisata yang terjadi di Kecamatan Kuta Utara. Dengan menggunakan rata-rata dampak yang terjadi pada ke dua Kelurahan/desa tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa dampak perkembangan pariwisata terhadap aliran permukaan di Kecamatan Kuta Utara sebesar 307 liter/detik. Dampak perkembangan pariwisata terhadap air permukaan di Kecamatan Kuta Utara menunjukkan hasil yang tidak begitu besar. Keadaan ini dapat diberikan alasan, antara lain; perkembangan pariwisata di Kecamatan Kuta Utara belum begitu besar; penggunaan lahan di Kecamatan Kuta Utara masih dominan sawah beririgasi, sehingga tanahnya relatif sudah jenuh air; dan perubahan yang terjadi lebih dominan berupa villa yang tipe pemanfaatan lahannya masih mirif dengan pemanfaatan lahan sebelumnya (sedikit bangunan fisik), sehingga koefisien alirannya tidak jauh berbeda dengan penggunaan lahan sebelumnya. Perkembangan pariwisata yang diikuti oleh pertumbuhan akomodasi dan jumlah penduduk akan membutuhkan sumber daya air yang tidak sedikit, sehingga xvii
dapat merusak sumber daya air tersebut. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara lapangan di Kelurahan Kerobokan Kelod dan Desa Canggu, maka dapat diketahui rata-rata kebutuhan air untuk akomodasi/penginapan
di Kecamatan Kuta Utara
sebagai berikut. Rata-rata kebutuhan air akomodasi/vila adalah 1,695 M3/hari/villa atau 32,72 M3/bulan/villa. Dengan menggunakan data akomodasi/penginapan yang besarnya 204 buah, maka kebutuhan air untuk akomodasi/penginapan di Kecamatan Kuta Utara pada tahun 2010 adalah sebesar 6.674,88 M3/bulan atau sebesar 2,58 liter/detik. Berdasarkan atas hasil survey, penduduk yang memanfaatkan sumur dangkal sebagai sumber air, mengeluh karena air sumurnya sudah mengalami penurunan, apalagi di musim kemarau. Akhirnya penduduk beralih untuk memanfaatkan air tanah “tertekan” (sumur dalam) dengan dalam berkisar antara 40-50 meter dan/atau memanfaatkan air yang bersumber dari air PDAM. Demikian juga halnya untuk akomodasi/penginapan, yang pada umumnya lebih memilih memanfaatkan air tanah tertekan dengan alasan relatif lebih mudah mendapatkannya dan kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan air tanah bebas/dangkal. Perkembangan akomodasi dan penduduk merupakan komponen dominan
yang
dalam perkembangan pariwisata di Kecamatan Kuta Utara. Dalam
memanfaatkan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhannya ke dua komponen ini memilih menggunakan air tanah tertekan/dalam dengan jumlah sebesar 123,71 liter/detik, dimana kebutuhan air untuk akomodasi/penginapan sebesar 2,58 liter/detik dan kebutuhan penduduk sebesar 121,13 liter/detik. Berdasarkan perbandingan hasil analisis dengan baku mutu air laut untuk wisata bahari (PerGup Bali No. 8 Tahun 2007) terdapat tiga parameter yang kadarnya tidak sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan, yaitu PO4 (pospat), NO3 (nitrit), CL (Clorin) dan Salinitas (kadar garam). Kisaran kadar pospat di ke tiga pantai antara 0,011 sampai 0,018 Mg/lt. walaupun relative kecil, namun baku mutu wisata bahari tidak mengijinkan adanya kandungan pospat dalam air laut. Fosfat yang terdapat dalam air laut umumnya berasal dari hasil dekomposisi organisme yang sudah mati. Kadar ini semakin meningkat dengan masuknya limbah domestik dan industri terutama limbah yang mengandung deterjen, limbah pertanian (pupuk) yang sangat xviii
banyak mengandung fosfat. Meningkatnya
pencemaran fosfat sebagai akibat
overfertilisasi di bidang pertanian dan maraknya usaha laundry yang banyak menggunakan deterjen. Peningkatan kadar fosfat dalam laut akan menyebabkan terjadinya peledakan fitoplankton dan peledakan alga pada terumbu karang. Kadar salinitas berdasarkan baku mutu wisata bahari
dianjurkan sesuai
dengan kadar alami air laut memiliki kadar salinitas 30-35 0/oo. Dengan melihat hasil analisis, hanya air di Pantai Canggu yang kadar salinitasnya 29,0 ‰ , berada di bawah kadar alami air laut. Sedangkan air di Pantai Berawa dan Pantai Petitenget kadar salinitasnya masih berada sedikit diatas batas bawah kadar salinitas alami, yaitu 30,7‰ dan 30,1‰. Kesimpulan
yang
dapat
dikemukakan
dalam
penelitian
ini
adalah
perkembangan pariwisata di Kecamatan Kuta Utara yang ditunjukkan oleh perkembangan akomodasinya telah mengakibatkan berkurangnya lahan sawah. Daya dukung sumber daya air
di Kecamatan Kuta Utara dikategorikan sudah defisit.
Berkembangnya pariwisata yang diikuti oleh meningkatnya jumlah wisatawan, dan sarana pendukung lainnya, telah menambah tekanan terhadap daya dukung sumber daya air di Kecamatan Kuta Utara. Perkembangan usaha akomodasi di Kecamatan Kuta Utara berdampak negatif terhadap potensi sumber daya air. Dampak perkembangan usaha akomodasi terhadap aliran permukaan di Kecamatan Kuta Utara sebesar 307 liter/detik. Pembuangan air limbah telah menurunkan kualitas air pada saluran irigasi yang dapat menimbulkan citra negatif bagi wisatawan dan merusak citra Kecamatan Kuta Utara sebagai daerah tujuan wisatawan. Penurunan muka air tanah telah mengakibatkan kecenderungan penduduk memperdalam
sumur dangkal miliknya, dan mengalihkan ke sumur
dalam/bor. Kandungan salinitas dalam air telah melampaui baku mutu yang telah ditetapkan. Keadaan ini mengindikasikan bahwa kuantitas dan kualitas air tanah telah mengalami penurunan yang diakibatkan oleh pengambilan yang melampaui potensinya. Pemerintah Kabupaten Badung bersama masyarakat di Kecamatan Kuta Utara, sudah selayaknya melakukan evaluasi terhadap perkembangan pariwisata di daerahnya, karena sudah tidak sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat, dan xix
sudah mengakibatkan penurunan luas lahan sawah, serta berdampak negatif terhadap sumber daya air di daerah penelitian. Peru dilakukan tindakan nyata pencegahan dengan memperketat ijin mendirikan bangunan dan ijin pengambilan air tanah, serta pengawasan yang terintegrasi. Seluruh stakeholder pariwisata yang dipelopori oleh pemerintah sebaiknya melakukan upaya-upaya yang dapat mengurangi kerusakan sumber daya air dan keberlanjutan pariwisata, seperti menata kembali pemanfaatan sumber-sumber air, efisiensi pemanfaatan air, pembuatan sumur resapan yang sesuai sasaran, dan menjaga serta melestarikan daerah resapan. Diharapkan ada penelitian lanjutan yang dapat menguatkan hasil penelitian ini, dengan menggali lebih banyak data primer yang berasal dari industri pariwisata dan masyarakat. Dampak dari perkembangan usaha akomodasi perlu diperluas ke komponen pariwisata yang lain dan tidak hanya melihat dampak fisik, seperti air dan lahan, tetapi juga sosial, ekonomi dan budaya. Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat dilakukan pada daerah-daerah perkembangan pariwisata yang lain di Bali, sehingga keseimbangan antara perkembangan usaha akomodasi dengan potensi sumber daya air di Pulau Bali dapat terjaga kelestariannya.
xx