III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat (benefit), baik dalam arti finansial benefit maupun dalam arti sosial benefit. Layaknya suatu gagasan usaha dalam arti social benefit tidak selalu menggambarkan layak dalam arti financial benefit, tergantung dari segi penilaian yang dilakukan. Tujuan yang ingin dicapai dari studi kelayakan bisnis sekurang-kurangnya mencakup tiga pihak yang berkepentingan, yaitu : 1. Bagi pihak investor : Studi kelayakan bisnis ditujukan untuk melakukan penilaian dari kelayakan usaha untuk menjadi masukan berguna, karena sudah mengkaji berbagai aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional dan aspek finansial secara komprehensif dan detail, sehingga dapat dijadikan dasar bagi investor untuk membuat keputusan investasi secara lebih obyektif. 2. Bagi analisis : Studi kelayakan adalah suatu alat yang berguna dan dapat dipakai sebagai penunjang kelancaran tugas-tugasnya dalam melakukan penilaian suatu rencana usaha, usaha baru, pengembangan usaha, atau menilai kembali usaha yang sudah ada. 3. Bagi masyarakat : Hasil studi kelayakan bisnis merupakan suatu peluang untuk meningkatkan kesejahteraan dan perekonomian rakyat baik yang terlibat secara langsung maupun muncul karena adanya nilai tambah sebagai akibat dari adanya usaha tersebut. 4. Bagi pemerintah : Dari sudut pandang mikro, hasil studi kelayakan bisnis ini bagi pemerintah, terutama untuk tujuan pengembangan sumber daya, baik dalam pemanfaatan sumber daya alam (SDA) maupun pemanfaatan sumber daya manusia (SDM) berupa penyerapan tenaga kerja, selain itu, adanya usaha baru atau berkembangnya usaha lama sebagai hasil dari studi kelayakan bisnis yang
dilakukan oleh individu atau badan usaha tentunya akan menambah pemasukan pemerintah baik dari pajak pertambahan nilai (PPN) maupun dari pajak penghasilan (PPH) dan retribusi berupa biaya perijinan, biaya pendaftaran, administrasi dan lainnya yang layak diterima sesuai dengan ketentuan berlaku. Secara makro, pemerintah dapat berharap dari keberhasilan studi kelayakan bisnis ini mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional, sehingga tercapai pertumbuhan penduduk domestik bruto (PDB) dan kenaikan penerimaan per kapita. Analisis kelayakan dilakukan untuk melihat apakah suatu proyek dapat memberikan manfaat atas investasi yang ditanamkan. Studi kelayakan proyek menurut Umar (2007) ialah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek investasi dilaksanakan. Hasil kelayakan merupakan perkiraan kemampuan suatu proyek menghasilkan keuntungan yang layak bila telah dioperasionalkan.
3.1.2 Aspek Kelayakan Bisnis Husnan dan Suwarsono (2005) menyatakan bahwa aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam studi kelayakan adalah aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek keuangan, dan aspek ekonomi Negara. Dilain pihak menyebutkan bahwa proyek dapat dievaluasi dari aspek teknis, aspek manejerial administratif, aspek organisasi, aspek komersial, aspek finansial serta aspek ekonomi. Jumingan (2009) menilai bahwa keberhasilan suatu proyek dalam satu keseluruhan sehinga semua faktor harus dipertimbangkan dalam suatu analisis terpadu yang meliputi aspek teknis, pasar dan pemasaran, keuangan, manajemen, hukum, serta manfaat proyek bagi ekonomi nasional.
3.1.2.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar meneliti kesempatan pasar yang ada dan prospeknya serta strategi pemasaran yang tepat untuk memasarkan produk dan jasa proyek (Jumingan, 2009) Analisis aspek ini bertujuan untuk mengetahui pangsa pasar, daya saing produk terhadap pesaing dan strategi terbaik dalam memasarkan produk. Pangsa pasar menunjukkan proporsi penjualan perusahaan terhadap penjualan industri secara keseluruhan.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2005), aspek pasar dan pemasaran mencoba mempelajari tentang : 1. Permintaan, baik secara total maupun terperinci menurut daerah, jenis konsumen, dan perlu diperkirakan tentang proyeksi permintaan tersebut. 2. Penawaran, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ini, seperti jenis barang yang bisa menyaingi, perlindungan dari pemerintah, dan sebagainya perlu diperhatikan. 3. Harga, dilakukan dengan perbandingan dengan peneteapan harga para pesaing serta dilihat dari harga pokok produksi. 4. Program
pemasaran,
mencakup
strategi
pemasaran
yang
akan
dipergunakan. 5. Perkiraan penjualan yang bisa dicapai perusahaan, market share yang bisa dikuasai.
3.1.2.2 Aspek Teknis Jumingan (2009) Analisis aspek teknis meliputi studi proyek untuk menilai apakah proyek secara teknis layak dilaksanakan. Dalam analisis ini diteliti berbagai alternatif yang berkenaan dengan kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja, kebutuhan fasilitas infrastruktur dan faktor-faktor lainnya. Hal-hal penting yang menyangkut aspek teknis, menurut Suad Husnan dan Suwarsono (2005) adalah : 1. Lokasi proyek, yakni dimana suatu proyek akan didirikan dengan pertimbangan lokasi, apakah potensial untuk didirikannya suatu proyek. 2. Besarnya skala operasi/luas produksi yang ditetapkan untuk mencapai suatu tingkatan ekonomis. 3. Kriteria pemilihan peralatan utama dan alat pendukung serta konsep dari yang akan didirikan. 4. Cara proses produksi dilakukan untuk menghasilkan output yang berkualitas. 5. Jenis teknologi yang digunakan. Analisis secara teknis berhubungan dengan input proyek (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang-barang nyata dan jasa-jasa. Input dari usaha PT.
BEE adalah bahan baku, seperti minyak jelantah dan nahan pendukung lainnya. Bagaimana strategi dalam mendapatkan bahan baku diatas dalam hal kualitas dan kuantitas (ketersedian). Sedangkan outputnya adalah produk utama dari PT. BEE, yaitu Biodiesel. bagaimana dalam memproses bahan baku menjadi bahan jadi, proses produksi yang baik dan kualitas yang terjaga dengan baik. Analisis ini akan menguji hubungan teknis yang mungkin diusulkan. Analisis ini mengidentifikasi perbedaan yang dalam informasi yang harus dipenuhi baik sebelum perencanaan proyek atau pada tahap awal pelaksanaan. Bila analisis secara teknis telah dilakukan, analisis harus terus menerus memastikan bahwa pekerjaan secara teknis tersebut berjalan lancar dan tepat untuk dilakukan.
3.1.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum Menurut Umar (2007), aspek manajemen dilaksanakan dalam dua macam, yang pertama yaitu manajemen pada saat pembangunan proyek bisnis, terkait penyusunan rencana kerja, siapa yang terlibat, dan bagaimana mengkoordinasikan dan
mengawasi
pelaksanaan
proyek.
Kedua
manajemen
saat
bisnis
dioperasionalkan secara rutin, antara lain menentukan secara efektif dan efisien mengenai bentuk badan usaha jenis pekerjaan, struktur organisasi serta pengadaan tenaga kerja yang dibutuhkan. Menyatakan bahwa keahlian manajemen hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian jika hal ini tidak mendapat perhatian yang khusus, ada banyak kemungkinan terjadi pengambilan keputusan yang kurang realistis dalam proyek yang direncanakan. Nurmalina et.al, (2009), menyatakan bahwa aspek hukum mempelajari tentang bentuk badan usaha yang akan digunakan (dikaitkan dengan kekuatan hukum dan konsekuensinya), dan mempelajari jaminan-jaminan yang bisa disediakan bila akan menggunakan sumber dana yang berupa pinjaman, berbagai akta, sertifikat, dan izin. Disamping hal tersebut aspek hukum dari suatu kegiatan bisnis diperlukan dalam hal mempermudah dan memperlancar kegiatan bisnis pada saat menjalin jaringan kerjasama (networking) dengan pihal lain.
3.1.2.4 Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya Aspek sosial merupakan implikasi sosial yang lebih luas dari investasi yang dilaksanakan. Analisis sosial mempertimbangkan pola dan kebiasaan dari pihak yang berkepentingan dengan proyek, karena pertimbangan ini berhubungan langsung dengan kelangsungan suatu proyek. Selain itu, suatu proyek juga harus tanggap (responsif) terhadap keadaan sosial seperti penciptaan kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan lain-lain. Aspek sosial ini merupakan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami masyarakat, sulit dikuantifikasikan yang biasa disepakati secara bersama, tetapi manfaat dan pengorbanan tersebut dapat dirasakan. Rita Nurmalina et all (2009) Menilai aspek sosial yang dipelajari adalah penambahan kerja atau pengurangan pengangguran. Selain itu aspek ini mempelajari pemerataan kesempatan kerja dan bagaimana pengaruh bisnis seperti ramainya daerah tesebut, lalu lintas yang semakin lancar, adanya penerangan listrik, telpon, dan sarana lainnya. Aspek sosial juga memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami oleh masyarakat disekitar lokasi bisnis, sedangkan dari segi ekonomi suatu bisnis dapat memberikan peluang meningkatkan pendapatan masyarakat, pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas ekonomi. Perubahan dalam teknologi atau peralatan mekanis dalam bisnis dapt secara budaya mengubah jenis pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat.
3.1.2.5 Aspek Lingkungan Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut terhadap lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Pertimbangan tentang sistem alami dan kualitas lingkungan dalam analisis suatu bisnis justru akan menunjang kelangsungan suatu bisnis sendiri, sebab tidak ada bisnis yang akan bertahan lama apabila tidak bersahabat dengan lingkungan (Hufschmidt, et. al., 1987)
3.1.2.6 Aspek Finansial 1)
Teori Biaya dan Manfaat Analisis finansial diawali dengan analisis biaya dan manfaat dari suatu
proyek. Analisis finansial bertujuan untuk membandingkan pengeluaran uang dengan revenue earning proyek, apakah proyek itu akan terjamin atas dana yang diperlukan, apakah proyek akan mampu membayar kembali dana tersebut dan apakah proyek akan berkembang sedemikian rupa sehingga secara finansial dapat berdiri sendiri. Dalam analisis proyek, penyusunan arus biaya dan arus manfaat sangat penting untuk mengukur besarnya nilai tambah yang diperoleh dengan adanya proyek. Biaya merupakan pengeluaran atau pengorbanan yang dapat mengurangi manfaat yang akan diterima. Sedangkan manfaat merupakan hasil yang diharapkan akan berguna bagi individu ataupun masyarakat yang merupakan hasil dari suatu investasi. Biaya dan manfaat ini bisa merupakan biaya dan manfaat langsung ataupun biaya dan manfaat tidak langsung. Biaya dan manfaat langsung adalah biaya dan manfaat yang bisa dirasakan dan dapat diukur sebagai akibat langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek, sedangkan biaya dan manfaat tidak langsung merupakan biaya dan manfaat yang dirasakan secara tidak langsung dan merupakan tujuan utama dari suatu proyek. Biaya dan manfaat yang dimaksudkan kedalam analisis proyek adalah biaya dan manfaat yang bersifat langsung. Biaya yang diperlukan untuk proyek terdiri dari biaya modal, biaya operasional dan biaya lainnya yang terlibat dalam pendanaan suatu proyek. Biaya modal merupakan dana untuk investasi yang penggunaannya bersifat jangka panjang, contohnya tanah, bangunan dan perlengkapannya, pabrik dan mesin – mesinnya, biaya pendahuluan sebelum operasi, biaya – biaya lainya seperti penelitian. Biaya operasional disebut biaya modal kerja karena biaya ini dikeluarkan untuk menutupi kebutuhan dana yang diperlukan pada saat proyek mulai dilaksanakan dan didasarkan pada situasi produksi, biasanya dibutuhkan sesuai dengan tahap operasi, contohnya biaya bahan mentah, tenaga kerja, biaya
perlengkapan serta biaya penunjang. Biaya lain yang dikeluarkan proyek diantaranya pajak, bunga pinjaman dan asuransi. Benefit dari proyek terbagi menjadi direct benefit, indirect benefit dan intangible benefit. Direct benefit adalah peningkatan output produksi ataupun penurunan biaya. Indirect benefit merupakan keuntungan yang tidak dapat diukur dengan uang seperti perbaikan lingkungan hidup dan sebagainya. 2)
Laba Rugi Laporan laba rugi adalah suatu laporan keuangan yang mencantumkan
penerimaan dan pengeluaran suatu perusahaan selama periode akuntasi yang menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode tersebut. Laba merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Penerimaan laba diperoleh dari penjualan barang dan jasa yang dikurangi dengan potongan penjualan, barang yang dikembalikan dan pajak penjualan. Pengeluaran tunai untuk operasi mencakup seluruh pengeluaran tunai yang timbul untuk memproduksi output, diantaranya yaitu biaya tenaga kerja dan biaya bahan baku. Komponen lain dalam laba rugi adalah adanya biaya penjualan, biaya umum dan biaya administrasi. Pengurangan komponen – komponen tersebut terhadap laba bruto akan menghasilkan laba operasi sebelum penyusutan. Penyusutan termasuk pengeluaran operasi bukan tunai yang merupakan proses alokasi biaya yang berasal dari harta ke tiap periode yang menyebabkan nilai harta tetap tersebut menjadi berkurang. Pengurangan penyusutan terhadap laba operasi sebelum penyusutan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak. 3)
Kriteria Kelayakan Investasi Laporan laba rugi mencerminkan perbandingan pendapatan yang diperoleh
dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan. Laporan laba rugi menunjukan hasil operasi perusahaan selama periode operasi. Namun, Husnan dan Muhammad (2005) menyatakan bahwa dalam menganalisa suatu proyek investasi lebih relevan terhadap kas bukan terhadap laba karena kas seseorang bisa berinvestasi dan dengan kas pula seseorang membayar kewajibannya sehingga untuk mengetahui sejauh mana keadaan finansial perusahaan perlu dilakukan analisa aliran kas (Cashflow).
Bahwa cashflow adalah susunan arus manfaat bersih tambahan sebagai hasil pengurangan arus biaya tambahan terhadap arus manfaat. Tambahan ini merupakan perbedaan antara kegiatan dengan proyek (with project) dan tanpa proyek (without project), arus tersebut menggambarkan keadaan dari tahun ke tahun selama jangka hidup (life time periods). Adapun yang termasuk kedalam komponen cashflow ini terdiri dari inflow dan outflow. Inflow biasanya terdiri dari nilai produksi total, penerimaan pinjaman, grants (bantuan) dan salvage value (nilai sisa). Sedangkan komponen outflow di antaranya biaya barang modal, bahan – bahan, tenaga kerja, tanah, pajak, dan cicilan pinjaman modal. Sebuah ukuran finansial yang bermanfaat dan sangat penting dalam analisa proyek adalah tingkat pengembalian finansial (Gittinger 1982). Kriteria investasi diklasifikasikan menurut dua kategori yaitu non discounting criteria dan discounting criteria. Perbedaan antara konsep ini adalah non discounting criteria tidak menyertakan konsep time value of money (nilai waktu sekarang) sebagaimana yang diterapkan pada discounting criteria. Nilai waktu uang adalah konsep dimana sejumlah uang tertentu pada masa yang akan datang akan memiliki manfaat yang lebih kecil jika dibandingkan pada waktu sekarang dengan nilai nominal yang sama, sehingga dalam penilaian kriteria investasi akan jauh lebih baik jika digunakan konsep nilai waktu uang yang diwujudkan dengan perhitungan present value yaitu adanya ketidakpastian dari hasil, harga dan biaya yang ditetapkan sepanjang proyek berjalan, serta jika dipikirkan secara logis, nilai uang yang sama jumlahnya diterima atau dikeluarkan sekarang, akan lebih berharga dari pada nilai uang itu pada masa yang akan datang. Menurut Husnan dan Muhammad (2005), pada umumnya ada lima metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian investasi. Metode tersebut diantaranya metode average rate return, pay back periode, present value, internal rate return, serta profitability indeks. Selain itu, Gittiger (1986) menyebutkan bahwa dana yang diinvestasikan itu layak atau tidak akan diukur melalui kriteria investasi net present value, gross benefit cost ratio dan internal rate return.
a)
Net Present Value atau Manfaat Sekarang Neto Net Present Value atau manfaat sekarang neto adalah nilai sekarang dari
arus pendapatan yang ditimbulkan oleh penanaman investasi. Proyek akan menguntungkan jika NPV bernilai positif. Jika nilai NPV bernilai negatif, maka akan timbul masalah, dimana pada tingkat diskonto yang diasumsikan, manfaat sekarang arus manfaat menjadi lebih kecil daripada manfaat sekarang arus biaya. Hal ini mengakibatkan ketidakcukupan untuk mencakup kembali investasi. Lebih baik menanamkan uang di suatu bank pada tingkat diskonto tertentu (atau menginvestasikannya
pada
proyek
lain
yang
lebih
baik)
dari
pada
menginvestasikan di dalam proyek tersebut. Dalam metode NPV terdapat tiga penilaian investasi, yaitu jika NPV lebih besar dari nol berarti layak untuk dilakukan. Sebaliknya, jika nilai NPV kurang dari nol, maka usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini dikarenakan manfaat yang diperoleh tidak cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dan jika NPV=0, berarti proyek sulit dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. b)
Internal Rate Return (Tingkat Pengembalian Internal) Perhitungan Internal Rate Return (Tingkat pengembalian internal) adalah
tingkat bunga maksimal yang dapat dibayar oleh proyek untuk sumber daya yang digunakan karena proyek membutuhkan dana lagi untuk biaya – biaya operasi dan investasi dan proyek baru sampai pada tingkat pulang modal. Perhitungan IRR digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya dan menunjukan kemampuan proyek dalam mengembalikan pinjaman. Jika dengan tingkat diskonto tertentu, nilai NPV menjadi sebesar nol, maka proyek yang bersangkutan berada dalam posisi pulang modal yang berarti proyek dapat mengembalikan modal dan biaya operasional yang dikeluarkan serta dapat melunasi bunga penggunaan uang. Suatu investasi dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga berarti investasi tidak layak untuk dilaksanakan karena tidak menguntungkan.
c)
Net Benefit Cost Ratio (Rasio Manfaat dan Biaya) Rasio manfaat dan biaya diperoleh bila nilai sekarang arus manfaat dibagi
dengan nilai sekarang arus biaya. Suatu keuntungan dari Net B/C adalah bahwa ukuran tersebut secara langsung dapat mencatat berapa besar tambahan biaya tanpa mengakibatkan proyek secara ekonomis tidak menarik. Net B/C Ratio menunjukan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Bila Net B/C kurang dari satu, maka manfaat sekarang biaya – biaya pada tingkat diskonto tertentu akan lebih besar dari nilai sekarang manfaat dan pengeluaran pertama ditambah pengembalian untuk investasi yang ditanamkan pada proyek tidak akan dapat kembali. Nilai mutlak Net B/C akan berbeda tergantung kepada tingkat suku bunga yang dipilih. Semakin tinggi tingkat suku bunganya, semakin rendah nilai Net B/C yang dihasilkan. Jika tingkat suku bunga yang dipilih cukup tinggi, maka Net B/C akan kurang dari satu. d)
Payback Period (Masa Pembayaran Kembali) Payback period atau masa pembayaran kembali adalah jangka waktu
kembalinya keseluruhan jumlah investasi modal yang ditanamkan dihitung mulai dari permulaan proyek sampai dengan arus nilai neto produksi tambahan sehingga mencapai jumlah keseluruhan investasi modal yang ditanamkan. Selama
proyek
dapat
mengembalikan
modal/investasi
sebelum
berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan. Apabila sampai saat proyek berakhir dan belum dapat mengembalikan modal yang digunakan, maka sebaiknya proyek tidak dilaksanakan. Payback period berguna untuk mengetahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan cashflow. Semakin kecil angka yang dihasilkan mempunyai arti semakin cepat tingkat pengembalian investasinya, maka usaha tersebut semakin baik untuk di usahakan. 4)
Analisis Sensitivitas Switching Value (Nilai Pengganti) Analisis sensitivitas dengan metode penghitungan switching value (nilai
pengganti) adalah suatu analisa untuk dapat melihat pengaruh – pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah – ubah. Pada bidang pertanian, proyek –
proyek sensitif berubah – ubah akibat empat masalah utama yaitu perubahan harga jual produk, keterlambatan pelaksanaan proyek, kenaikan biaya dan perubahan volume produksi. Parameter harga jual produk dan biaya dalam analisis finansial diasumsikan tetap setiap tahunnya. Namun dalam keadaan nyata kedua parameter dapat berubah – ubah sejalan dengan pertambahan waktu. Untuk itu, analisis switching value perlu dilakukan untuk melihat sampai seberapa persen penurunan harga atau kenaikan biaya yang terjadi dapat mengakibatkan perubahan dalam kriteria kelayakan investasi dari layak menjadi tidak layak. Kriteria kelayakan investasi menjadi tidak layak yaitu proporsi manfaat yang turun akibat manfaat sekarang neto/NPV menjadi nol. Nilai nol akan membuat tingkat pengembalian ekonomi menjadi sama dengan tingkat diskonto dan perbandingan manfaat investasi neto menjadi persis sama dengan satu. Batas – batas maksimal perubahan parameter ini sangat mempengaruhi dalam hal layak atau tidaknya suatu usaha untuk dijalankan. Semakin besar persentase yang diperoleh menunjukan bahwa usaha tersebut tidak peka atau tidak sensitif terhadap perubahan parameter yang terjadi.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Kebutuhan biodiesel di dalam negeri sebanyak 1,3 juta ton pada tahun 2010 dan akan bertambah menjadi 1,7 juta ton pada tahun 2011, Sementara di tahun 2020 kebutuhan itu akan meningkat menjadi 10,22 juta ton/tahun (Wakil Ketua Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Immanuel Sutarto, 2010). Ini merupakan peluang yang harus dimanfaatkan dengan baik, dengan adanya perkembangan teknologi serta penelitian yang berkesinambungan, maka minyak jelantah dapat diolah menjadi biodiesel sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan maupun dalam industri. Keterbatasan mendapatkan minyak jelantah dialami oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE). Hal ini ditunjukkan dengan tingkat produksi yang rendah, yang tidak setiap hari PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) melakukan produksi akibat keterbatasan memperoleh minyak jelantah. Dalam menjalankan usaha ini PT.
Bumi Energi Equatorial (BEE) juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit seperti untuk pembelian mesin pengolahan biodiesel. Dengan kendala yang dihadapi oleh PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) maka perlu dilakukan pengkajian kelayakan. Kelayakan bisnis pada PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) akan dilihat melalui sumber penerimaan yang digunakan. Skenario I, adalah perusahaan mendapat penerimaan dari penjualan biodiesel dan gliserin. Sedangkan skenario II adalah perusahaan mendapat penerimaan dari penjualan biodiesel dan eco wash. Pengkajian aspek non finansial meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya serta aspek lingkungan. Sedangkan pengkajian aspek finansial menggunakan analisis meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Periode, serta analisis switching value dengan mencari beberapa perubahan yang dapat ditolerir agar bisnis ini masih bisa dilaksanakan dan masih memberikan keuntungan normal, dimana nilai NPV sama dengan nol (NPV=0). Analisi kelayakan bisnis ini dilakukan sebagai bahan evaluasi bagi pihak PT. Bumi Energi Equatorial (BEE) sehingga akan didapatkan rekomendasi apakah layak atau tidaknya usaha pengolahan minyak jelantah (Waste Cooking Oil) menjadi biodiesel ini untuk terus dijalankan. Adapun alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat seperti Gambar 2.
1.Semakin Berkurangnya Cadangan Minyak di Indonesia. 2. Harga Minyak Yang Terus Naik.
Kebutuhan Akan Biodiesel Yang Terus Mengalami Peningkatan.
Biodiesel Yang Dapat Dihasilkan dari Minyak Jelantah
PT. Bumi Energi Equatorial (BEE)
Keterbatasan Mendapatkan Minyak Jelantah Yang Akan diolah, Serta Biaya investasi yang besar.
Analisis Kelayakan Usaha
Skenario I dan Skenario II
Aspek Non-Finansial Aspek Pasar Aspek Teknis Aspek Manajemen dan Hukum Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya Aspek Lingkungan
Aspek Finansial NPV IRR Net B/C Payback Period Sensitivitas
Usaha Pengolahan Minyak Jelantah Menjadi Biodiesel Layak/Tidak Untuk Dijalankan
Rekomendasi Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional