KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L. MERR.) DI PT SUNGAI MENANG, MALUKU TENGAH, MALUKU
ZAENAL ARIFIN
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT Sungai Menang, Maluku Tengah, Maluku adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2014
Zaenal Arifin NIM A24070118
ABSTRAK ZAENAL ARIFIN. Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT Sungai Menang, Maluku Tengah, Maluku. Dibimbing oleh Dr. HERDHATA AGUSTA. PT Sungai Menang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dengan komoditas budidaya utamanya adalah tanaman jagung. Perkebunan jagung yang mulai dilakukan berlokasi di Pulau Seram Kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Salah satu permasalahan utama di kebun Seram ini adalah rendahnya populasi dari harapan. Dari sampel 8 petakan didapatkan populasi tanaman sebesar 29. 53 %. Dilihat dari potensi genetiknya, daya berkecambah (DB) benih 10 varietas hibrida jagung memiliki persentase berkecambah > 80 % dengan DB terendah adalah Bisi-816 yaitu sebesar 85.33 dan tertinggi adalah P-27 dan NK-33 yaitu sebesar 97.33 %. Percobaan dilakukan untuk melihat daya tumbuh benih jagung dengan mengkombinasikan faktor kedalaman tanam, konsumsi air dan ukuran agregat tanah. Kombinasi kedalaman tanam dengan konsumsi air berpengaruh terhadap daya tumbuh jagung. Sementara kombinasi ketiganya tidak memberikan pengaruh nyata. Persentase daya tumbuh jagung tertinggi didapat oleh kombinasi kedalaman tanam 7.5 cm dengan konsumsi air 30 mm. Kata kunci : Populasi, Daya tumbuh, Kedalaman tanam, Konsumsi air, Ukuran agregat tanah
ABSTRACT ZAENAL ARIFIN. Growth Performance of Maize (Zea mays L. Merr.) In PT Sungai Menang, Central Maluku, Maluku. Supervised by Dr. HERDHATA AGUSTA PT Sungai Menang is a company engaged in agriculture with agriculture commodity maize is the main crop . Maize plantations is located in Seram Island Central Maluku regency , Maluku . One of the main problems in the garden Seram is the low population of growing plants,which reached over to 29.53%. The Germination Rate (GR) of 10 varieties of hybrid maize seeds could be > 80%. The lowest GR was found at Bisi-816 85.3 % and the highest is the P-27 and NK-33 is equal to 97.3 %. The experiments were conducted to see the growing seed maize by combining faktor planting depth , water consumption and soil aggregate size . The result showed that maize growth influence by planting depth and water consumption. Highest percentage of maize growth for 2 weeks seedling time was found at palnting depth 7.5 cm and 10 cm with 30 mm of water consumption. Keywords: Population, Resources grow, planting depth, water consumption, soil agregate size
KERAGAAN PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L. MERR.) DI PT SUNGAI MENANG, MALUKU TENGAH, MALUKU
ZAENAL ARIFIN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT Sungai Menang, Maluku Tengah, Maluku Nama : Zaenal Arifin NIM : A24070118
Disetujui oleh
Dr. Ir. Herdhata Agusta Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Agus Purwito, MScAgr Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Keragaan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L. merr.) di PT Sungai Menang, Maluku Tengah, Maluku. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Herdhata Agusta untuk semua bimbingannya, Direksi PT Sungai Menang yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan kegiatan magang, terutama kepada Bapak Agusta Muharam (General Manager), Bapak Lukman Hakim (Field Asistant), serta seluruh staff dan THL yang sudah sangat membantu penulis dalam menjalankan proses pemagangan. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2014
Zaenal Arifin
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan TINJAUAN PUSTAKA METODE Waktu dan Lokasi Alat dan Bahan Pelaksanaan KEADAAN UMUM Lokasi Perusahaan Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan Tanaman dan Produksi Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PELAKSANAAN MAGANG Aspek Teknis Aspek Manajerial HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Jagung Daya Berkecambah Benih Pengaruh Faktor Kedalaman Tanam, Kebutuhan Air dan Ukuran Tanah KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA
vi vi vi 1 1 1 2 4 4 4 4 5 5 5 7 7 8 8 14 15 15 17 Agregat 18 19 19 19 19
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6
Hari hujan dan curah hujan kebun Leawai bulan Februari-April 2011 Sifat fisik tanah kebun Leawai Persentase tumbuh jagung Data jumlah karyawan PT Sungai Menang Jumlah benih tertanam dan persentase tumbuh jagung Daya berkecambah benih 10 varietas hibrida jagung
5 6 7 8 15 17
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengolahan tanah dengan disk plow (A), alat rotavator (B) 9 Alat planter (A), proses penanaman dan pemupukan I (B) 10 Pemupukan II secara manual (A), kondisi pupuk yang tidak ditutup (B) 11 Pengendalian gulma secara manual (A), Pengendalian gulma secara kimiawi 12 Pengendalian hama dengan hand spayer (A), Pengendalian hama dengan boom spayer 13 Alat harvester (A), pemipilan dengan harvester (B) 14 Pembersihan lahan secara manual 16 Rendahnya populasi pertanaman jagung 17 Grafik Pengaruh kombinasi kedalaman tanam dan kebutuhan air 18
LAMPIRAN 1 2 3 4
Data curah hujan bulanan periode 1999-2010 Stuktur organisasi Hasil analisis ragam percobaan daya tumbuh jagung Riwayat hidup
PENDAHULUAN Jagung merupakan tanaman serelia yang bersifat determinan dengan siklus hidupnya 80-150 hari. Tahap pertama dari siklus hidupnya adalah untuk pertumbuhan vegetatif, sedangkan tahap kedua untuk pertumbuhan generatif. Pertumbuhan vegetatif diawali dari fase perkecambahan benih. Menurut Hartmann dan Kester (1968) perkecambahan bisa terjadi jika ada tiga kondisi yaitu : benih harus viabel, kondisi internal benih harus baik, dan lingkungan eksternal yang sesuai. Kondisi viabel dan internal benih dapat ditunjukkan dengan melakukan uji daya berkecambah benih sehingga dapat diketahui potensi tumbuh benih jagung di lapang. Faktor lingkungan eksternal sangat menentukan faktor internal. Potensi genetik yang dimiliki oleh sebuah benih akan tidak keluar oleh karena faktor eksternal yang tidak optimal dalam mendukung pertumbuhan potensi genetiknya. Sinergi dari kedua faktor ini akan menghasilkan pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung (Hartman, Kester. 1968) Di PT Sungai Menang, yang berlokasi di Kabupaten Maluku Tengah, pertanaman jagung ditanam dalam skala luas. Penggunaan alat mekanisasi digunakan dengan pertimbangan efektifitas dan efisiensi. Efektifitas karena penggunaan peralatan mekanisasi dapat mengerjakan pekerjaan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan dilakukan secara manual. Efisien karena penggunaan alat mekanisasi mengurangi beban biaya tenaga kerja yang bila dikerjakan secara manual akan membutuhkan tenaga kerja yang sangat besar. Tantangan budidaya jagung dalam skala luas ini salah satunya adalah meningkatkan produktifitas dalam satuan luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktifitas jagung adalah jumlah populasi yang hidup dan menghasilkan jagung. Faktor-faktor lingkungan seperti tanah, alat mekanisasi seperti traktor dan alatnya, keahlian operator dalam mengoperasikannya serta faktor musim sangat mempengaruhi pertumbuhan jagung di lapang yang berkorelasi terhadap populasi tanaman jagung di lahan penanaman. Untuk itu perlulah diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jagung di awal fase hidupnya sehingga menghasilkan populasi yang optimal untuk produksi yang maksimal. Tujuan Tujuan dari magang dan penelitian ini adalah untuk melatih dan menambah pengalaman mahasiswa dalam mengelola perkebunan jagung skala luas. Adapun tujuan aspek khusus magang ini adalah untuk mengetahui daya kecambah benih yang ditanam di PT Sungai Menang serta mengetahui seberapa besar pengaruh faktor kedalaman tanam, kebutuhan air serta ukuran agregat tanah terhadap daya tumbuh jagung selama 14 HST.
2
TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Jagung Jagung adalah tanaman semusim yang masuk dalam famili graminae. Tanaman jagung akan tumbuh dengan baik pada tanah yang subur dan memiliki tingkat drainase yang baik. Tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 100 - 450 C (Farnhan et al. 2003) dan hasil pertumbuhan jagung akan lebih baik dan cepat dengan suhu minimum harian sebesar 210 C dan suhu maksimum harian 320 C (Brown, 1977). Tanaman jagung lebih menyukai kondisi di mana cahaya matahari penuh menyinari dibandingkan dengan berada pada naungan (Farnhan et al. 2003). Hal ini karena tanaman jagung merupakan tanaman C4 yang membutuhkan lama penyinaran yang panjang dan efisien dalam memanfaatkan air (Gardner et al. 1991) Daya Berkecambah Benih Daya berkecambah suatu lot benih perlu diketahui sebelum lot benih tersebut diputuskan untuk ditanam. Hal ini karena perkecambahan benih menjadi salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan populasi yang ingin dicapai. Untuk itu pemilihan benih yang akan ditanam juga perlu dilakukan guna mendapatkan benih yang sesuai dengan apa yang menjadi tujuan penanaman. Pemilihan benih didasarkan pada kualitas benih, tingkat kematangan, kondisi lokasi penanaman, serta toleran terhadap penyakit dan hama penting lokal (Farnhan et al. 2003). Secara fisiologi proses perkecambahan benih meliputi pengambilan air, yang disebut dengan imbibisi, mobilisasi persediaan cadangan makanan di dalam biji dan berlangsungnya kembali pertumbuhan dan perkembangan embrio untuk membentuk struktur tunas dan akar semai. Proses pengambilan air dari lingkungan tanah ke dalam benih (imbibisi) ini terjadi karena perbedaaan status energi air. Potensial air di lingkungan tanah lebih besar dibandingkan dengan potensial air benih, sehingga air di luar benih akan masuk ke dalam benih (Bewley and Black, 1983). Ukuran Agregat Tanah Karena ukuran ruang pori merupakan fungsi dari agregat tanah, seringkali para pakar pertanian menggunakan variabel ukuran agregat tanah sebagai indikator struktur tanah (Doyle dan Mclean, 1958). Hasil penelitian Anderson dan Kemper (1964) hasil tertinggi tanaman jagung diperoleh pada tanah yang mempunyai kemantapan agregat sebesar 53 %. Yang dimaksud agregat mantap dalam penelitian ini adalah % agregat tanah yang tertinggal pada ayakan berdiameter >0.25 mm setelah diayak dalam air selama 5 menit. Kemantapan agregat tanah dibentuk dari cara penyiapan lahan. Cara penyiapan lahan untuk budidaya sangat bergantung pada kondisi fisik tanah yang ada. Pada tanah bertekstur padat diperlukan pengolahan yang intensif. Pada tanah bertekstur ringan, penyiapan lahan bisa dilakukan dengan olah tanah konservasi
3 seperti olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah tanah (TOT). Penyiapan lahan konvensional dengan olah tanah sempurna (OTS) berdampak positif terhadap fisik tanah bertekstur sedang dengan menurunkan bobot isi dan ketahanan penetrasi tanah. Namun demikian dampak positif tersebut hanya bersifat sementara karena setelah 2-3 bulan tidak berbeda dengan bobot isi tanah pada tanah yang dipersiapkan dengan OTM dan TOT. Pertumbuhan dan hasil jagung tidak berbeda nyata pada lahan yang disiapkan dengan OTS, OTM dan TOT (Efendi et al. 2008). Pengaruh pengolahan tanah di afrika barat dengan kondisi semi arid tropik memberikan peningkatan hasil produksi sebesar 50 % dibandingkan dengan tanpa olah tanah (Nicou and Charreau. 1985). Menurut Sharma dan Abrol (2011) pengolahan tanah menyebabkan ukuran agregat tanah menjadi lebih kecil. Hal ini berpengaruh terhadap sulitnya air untuk terdrainase dikarenakan pelekatan yang lebih besar antara mikropori dan air tanah. Kedalaman Tanam Kedalaman tanam berhubungan dengan fase awal hidup tanaman jagung. Pada fase awal perkecambahan benih jagung di lapang, benih yang tertutup tanah berkecambah dengan plumula menembus tanah ke atas. Ketika kedalaman tanam terlalu dalam, dimungkinkan plumula tidak mampu menembus tanah ke atas, sehinggga mengakibatkan benih yang ditanam gagal tumbuh. Menurut Farnham et al (2003) kedalaman tanam ideal untuk benih yang di tanam di lapang adalah 4-5 cm dari permukaan tanah. Kedalaman tanam bergantung pada tipe dan kondisi tanah di lahan budidaya. Jika tanah terlalu basah sebaiknya kedalaman tanam yang dipakai adalah kurang dari 4 cm. Sebaliknya, jika tanah terlalu kering kedalaman tanam optimum bisa lebih dalam dari 4 cm. Kebutuhan Air Kebutuhan air tanaman sering digambarkan dari evapotranspirasi tanaman. Evapotranspirasi tanaman dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu evapotranspirasi potensial dan evapotranspirasi aktual. Evapotranspirasi potensial merupakan jumlah air yang ditranspirasikan dalam satuan unit waktu oleh tanaman yang menutupi tanah secara keseluruhan dengan ketingggian seragam, tidak pernah kekurangan air, dan tidak terserang hama penyakit. Evapotranspirasi actual merupakan tebal air yang dibutuhkan untuk mengganti sejumlah air yang hilang melalui evapotranspirasi pada tanaman yang sehat (Aqil et al. 2007) Menurut Aqil et al. (2007) periode pertumbuhan tanaman yang membutuhkan adanya pengairan dibagi menjadi lima fase, yaitu fase pertumbuhan awal (selama 15-25 hari), fase vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan (15-20 hari), fase pengisian biji (35-45 hari), dan fase pematangan (10-25 hari). Menurut Sunarti et al (2008) kekeringan pada waktu pembungaan sampai panen, hasil panen jagung hanya 15-30 % dari lingkungan normal. Menurut Farnham et al (2003) kebutuhan air tanaman jagung dari penanaman sampai matang berkisar antara 400-650 mm. Namun demikian, budidaya jagung saat ini masih terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang tepat. Kekurangan dan kelebihan air selama masa hidup jagung mengakibatkan pertumbuhan jagung terganggu. Kebutuhan air tanaman jagung pada lahan-lahan tadah hujan diperoleh dari hujan. Waktu turun hujan sangat penting dalam melihat kebutuhan air jagung. Perlu dilakukan pengelolaan air guna
4 memanfaatkan hujan yang turun dengan mengurangi evaporasi dan run off serta meningkatkan laju infiltrasi dan kapasitas penyimpanan tanah.
METODE Waktu Dan Lokasi Kegiatan magang ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai Juni 2011 yang berlokasi di PT Sungai Menang (Sampoerna Agro Grup), kecamatan Seram Utara Timur Kobi, kabupaten Maluku Tengah, pulau Seram, Maluku. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan untuk pengamatan curah hujan harian yaitu : ombrometer , gelas ukur curah hujan. Untuk pengamatan daya kecambah benih menggunakan 10 varietas jagung hibrida ( AS-1, BIMA-2, MAKMUR-1, BISI-12, BISI 816, P-12, P-21, P-27, NK-22, NK-33 ). Untuk pengukuran percobaan kedalaman tanam, kebutuhan air dan ukuran agregat tanah : tanah, benih P-21. Pelaksanaan Pelaksanaan magang di PT Sungai Menang dilakukan dengan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di perusahaan mulai dari aspek teknis budidaya sampai aspek manajerial kebun. Aspek teknis budidaya yang dilakukan mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), pengelolaan air, dan panen. Aspek manajerial yang penulis lakukan selama magang yaitu membantu mandor dalam memimpin kegiatan teknis harian di lapang serta memanajemen tenaga harian lapang. Selain itu juga membantu asisten lapang dalam merencanakan kegiatan apa saja yang akan dilakukan dalam hubungannnya mengelola kebun. Selain magang itu sendiri, dilakukan aspek khusus berupa pengujian daya berkecambah varietas-varietas benih jagung yang ditanam serta pengujian pengaruh faktor kedalaman tanam, kebutuhan air serta ukuran agregat tanah dalam pengaruhnya terhadap daya tumbuh benih jagung. Pengamatan daya berkecambah benih menggunakan metode uji daya kertas digulung dan dilapisi plastik. Varietas yang diujikan adalah 10 lot benih yang berbeda. Tiap lot benih diujikan tiga kali ulangan dengan masing-masing ulangan terdiri dari 25 benih jagung. Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan ke-7 HST. Pengamatan dilakukan untuk perkecambahan benih yaitu : benih berkecambah normal, benih berkecambah abnormal, dan benih busuk. Pengaruh faktor kedalaman tanam, kebutuhan air, dan ukuran agregat tanah dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap 3 faktor yaitu kedalaman tanam, kebutuhan air dan ukuran agregat tanah. Taraf untuk kedalaman tanam yaitu : 2,5 cm ; 5 cm ; 7,5 cm ; 10 cm. Taraf untuk kebutuhan air yaitu : 0 cm3 ; 100 cm3 ; 200 cm3 ; 300 cm3. Taraf ukuran agregat tanah yaitu : diameter < 5 cm dan 5 cm < x < 10 cm. Tiga perlakuan ini dikombinasikan sehingga didapat 32 perlakuan dengan ulangan tiga kali sehingga terdapat 96 satuan percobaan. Percobaan dilakukan di polibag dengan diameter polibag 11,5 cm dan tinggi 15
5 cm. Masing-masing polibag berisi 5 benih. Pengamatan dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 14 HST yaitu pada komponen jumlah benih yang tumbuh pada masing-masing perlakuan. Benih yang diamati adalah benih yang tumbuh normal. Benih yang tumbuh abnormal atau terhambat pertumbuhannya akibat ketidakmampuan plumula benih menembus tanah dianggap sebagai benih yang tidak tumbuh. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ragam. Jika hasil uji ragam nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut dengan uji polinomial orthogonal dengan taraf 5 %. Guna menambah informasi dalam pelaksanaan magang ini, dikumpulkan pula data sekunder berupa data yang didapat dari arsip perusahaan. Data sekunder ini meliputi : data tanah, data populasi tanaman, jumlah benih terpakai per blok, data pemupukan, dan data curah hujan tahunan selama 22 tahun terakhir.
KEADAAN UMUM Lokasi Perusahaan Perkebunan jagung yang dikelola oleh PT Sungai Menang yang merupakan anak perusahaan dari Sampoerna Agro Grup ini terletak di pulau Seram, kabupaten Maluku Tengah, Maluku. Letak geografis PT. Sungai Menang terletak pada 129042’-129051’ BT dan 2051’ – 2056’ LS dan berada di pesisir pantai utara pulau Seram. Letak kantor sekretariat dan kebun terpisah. Lokasi kantor sekretariat dan kebun berada di akses jalan lintas Seram. Jarak kantor sekretariat kebun menuju ibu kota kecamatan sejauh 25 km dan ibu kota kabupaten sejauh 250 km. Kebun Leawai (Divisi II) berjarak 10 km dari kantor secretariat. Letak kebun Leawai ini dikelilingi oleh hutan alami dengan sungai Samal di sebelah timurnya. Jika terjadi hujan lebat, sungai Samal bisa meluap dan luapannnya masuk ke pertanaman jagung. Arah pembuangan drainase primer mengarah ke sungai pasang surut. Hal ini berdampak jika air laut sedang pasang maka air payau masuk ke saluran drainase kebun dan aliran berbalik dari arah laut ke kebun. Keadaan Iklim dan Tanah Keadaan iklim daerah Seram dideskripsikan dengan data hujan selama 22 tahun terakhir (1989-2010) yang diambil dari stasion klimatologi Masohi yaitu rata-rata tahunan sebesar 2493 mm/tahun (lampiran 1). Tipe iklim menurut Oldeman termasuk ke dalam tipe C1 yaitu dalam satu tahun terdapat rata-rata 5 bulan basah berturut-turut dan satu bulan kering berturut-turut. Tipe iklim ini dimungkinkan untuk menanam tanaman palawija sebanyak dua kali dalam satu tahun. Tabel 1. Hari hujan dan curah hujan kebun Leawai bulan Februari-Mei 2011 Februari
Maret
April
Mei
6
3 5 7 9 12 14 20 22 24 25
Curah Hujan (mm) 0.6 2.5 10 2.5 18 32 5 70 3 13
10
156.60
Hari Hujan
2 3 13 14 16 20 21 23 26
Curah Hujan (mm) 8.5 5.5 2.5 6.5 2 28.5 3 8.5 9
9
74.00
Hari Hujan
7 8 11 13 19 22 24 27 28
Curah Hujan (mm) 13.5 11 9 6 4 28.5 4 6.5 103
9
185.50
Hari Hujan
Hari Hujan 7 14 16 23 24 25 27 28 31 9
Curah Hujan (mm) 9.5 7 59 10.5 90 18.5 0.5 4 5 213.0 0
Sumber : Data Perusahaan Lahan sebelumnya berupa hutan primer yang dialihfungsikan menjadi lahan budidaya. Sebelum dilakukan penanaman dilakukan proses land clearing dengan menggunakan bulldozer dan eksavator. Berikut adalah beberapa sifat fisik tanah di kebun Leawai : Tabel 2. Sifat fisik tanah kebun Leawai Karakteristik Tanah Tekstur (% Liat) BD (g/cc) Ruang pori total (% vol.) Laju drainase pori (% vol.) Permeabilitas (cm/jam) Sumber : Data Perusahaan
Kebun Leawai Top Soil Sub Soil 44 44 1,06 1,28 52,86 47,80 14,67 9,54 2,51 1,18
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa tekstur tanah pada lapisan top soil dan sub soil mengandung liat 44 %. Tanah yang mengandung liat > 35% bisa dikatakan sebagai tanah berat (Islami dan Utomo, 1995). Dengan persen ruang pori sebesar 52,86 % pada top soil dan47, 80 % pada sub soil dapat dikatakan tanah memiliki porositas yang relative tinggi, tetapi sebagian besar merupakan pori berukuran kecil karena kandungan liatnya yang tinggi. Hal ini juga terliat dari nilai Laju drainase pori pada top soil sebesar 14.67 % dan pada sub soil sebesar 9.54 % dan nilai permeabilitas pada top soil sebesar 2.51 cm/jam dan pada sub soil sebesar 1.18 cm/jam. Hal ini berakibat pada daya hantar air yang lambat dan sirkulasi udara sedikit terhambat. Tanah berat memiliki kemampuan menyimpan air dan unsur hara yang tinggi. Air yang ada diserap dengan energi yang tinggi, sehingga sulit dilepaskan bila kering, sehingga juga kurang tersedia bagi tanaman (Islami dan Utomo, 1995).
7 Keadaan Tanaman Dan Produksi Setiap kebun dibagi menjadi petak-petak blok dengan setiap bloknya di kebun Leawai seluas 10 ha (luas bersih 8 ha). Pada setiap blok dibagi menjadi petakan dimana setiap petaknya dipisahkan oleh rumpukan kayu bekas hutan yang ditimbun sejajar arah timur-barat. Untuk kebun Leawai setiap bloknya terdiri dari 3 rumpukan sehingga setiap bloknya terdapat 4 petakan lahan. Luas total rumpukan per blok lahan yaitu 2 ha. Penanaman jagung dilaksanakan dengan mekanisasi dengan menggunakan alat planter jagung dengan pengaturan jarak tanam 75 cm x 20 cm sehingga diharapkan dalam luasan satu hektar dapat ditanam 60 000 tanaman. Di kebun Leawai merupakan penanaman pertama setelah lahan dibuka mulai akhir Desember 2010. Target produktifitas jagung di kebun Seram ini adalah 7 ton/ha. Tabel 3. Persentase tumbuh jagung Varietas P21 P21 P21 B12 B12 B12 Rata-rata Sumber : Data Perusahaan
Persentase Tumbuh (%) 35.08 18.02 41.22 48.08 87.16 30.30 43.31
Dari Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata populasi tumbuh di lapang pada umur 3-4 MST adalah sebesar 43.31 %. Struktur Organisasi Dan Ketenagakerjaan Perkebunan jagung di pulau Seram, Maluku ini dipimpin oleh seorang General Manager dengan dibantu oleh seorang manajer riset, seorang asisten riset, dua asisten kepala kebun (divisi), seorang kepala tata usaha dan seorang kepala administrasi. Asisten riset bertanggung jawab langsung terhadap manajer riset dalam hal semua kegiatan riset yang dilakukan di semua kebun. Asisten kepala kebun bertanggung jawab langsung terhadap General manajer terkait dengan semua kegiatan budidaya yang dilakukan di tiap kebun masing-masing. Kepala administrasi bertanggung jawab langsung terhadap kepala tata usaha terkait dengan semua kegiatan administrasi kebun maupun pergudangan. Dalam pelaksanaan kegiatan teknis kebun, kepala divisi membawahi karyawan harian. Karyawan harian dibagi menjadi karyawan harian tetap (KHT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan harian tetap yaitu mandor kebun, mandor semprot, operator traktor, petugas pengukuran, sopir, sekuriti dan pembantu administrasi. Karyawan kerja lepas yaitu semua tenaga harian yang melakukan pekerjaan harian kebun selain dari KHT. Jumlah total karyawan staf sebanyak 8 orang dan non staf sebanyak 75 orang (Tabel 4)
8 Tabel 4. Data jumlah karyawan PT Sungai Menang Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Uraian Staf General Manajer Manajer Riset Asisten kepala kebun Asisten riset Kepala TU Admin Non staf KHT KHL Total Tenaga Kerja Sumber : Data Perusahaan
1 1 2 1 1 1 9 25 41
1
1 40 42
Total 1 1 2 2 1 1 10 65 83
PELAKSANAAN MAGANG ASPEK TEKNIS
Pengolahan Tanah Pengolahan merupakan kegiatan untuk membuat tanah menjadi tempat yang ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengolahan tanah meliputi dua kegiatan yaitu bajak dan rotari. Kegiatan pembajakan tanah bertujuan untuk membalik lapisan top soil tanah sehinggga struktur tanah menjadi lebih remah. Kedalaman bajak yang direkomendasikan adalah berkisar antara 20-25 cm atau sesuai dengan kedalaman lapisan top soil tanah yang ada. Kegiatan rotari bertujuan untuk menghaluskan tanah hasil bajakan. Kehalusan tanah akan mempengaruhi kemudahan kegiatan budidaya selanjutnya. Kegiatan bajak dilakukan secara mekanisasi yaitu dengan menggunakan traktor berukuran sedang yang dilengkapi dengan alat bajak disk plow. Alat disk plow ini terdiri dari empat piring bajak dengan masing-masing diameternya 67 cm. Empat piring ini berjajar miring dengan jarak antar piringan adalah 67 cm. Lebar mata bajak yang berjejer ini adalah 2 m. Mekanisme kerja dimulai dengan mengatur terlebih dahulu kedalaman bajak yang diinginkan dari kegiatan pembajakan ini. Alat ditarik oleh traktor sehingga piringan akan berputar miring sehingga akan membelah tanah yang dilaluinya. Dalam satu kali jalan akan menghasilkan lebar bajakan 2 m. Dari sampel acak yang diambil untuk mengetahui kedalaman bajak didapat rataan kedalaman bajak 16 cm dengan kisaran kedalaman 10,5-23 cm.
9
Gambar 1. Pengolahan tanah dengan disk plow (A), alat rotavator (B) Kegiatan rotari juga dilakukan dengan mekanisasi dimana alat rotavator ditarik oleh traktor. Alat rotari berupa mata-mata pisau yang tersusun melingkar. Dalam satu lingkaran mata terdiri dari 6 mata pisau. Satu rangkaian rotavator terdiri dari 7 lingkaran mata pisau. Lebar rotavator adalah 2,1 m. Mekanisme kerja dari alat ini yaitu dimulai dengan menyetel putaran maksimal pada traktor yang tersambung ke alat sehingga ratavator berputar. Pergerakan traktor akan menarik alat sehingga tanah yang dilaluinya akan dicacah oleh pisau rotavator yang berputar. Kehalusan tanah yang dihasilkan akan berpengaruh terhadap perkecambahan dan pertumbuhan jagung awal. Tenaga kerja yang menjalankan kegiatan pengolahan tanah (bajak dan rotari) adalah seorang operator traktor dengan dibantu oleh seorang helper. Dalam satu hari kerja, prestasi kerja yang didapat dalam kegiatan bajak adalah 4 ha, sedangkan untuk rotari adalah 4 ha. Target hasil bajak yang dicanangkan oleh perusahaan adalah 5 ha per hari. Realisasi yang diperoleh masih belum sesuai dengan apa yang ditargetkan oleh perusahaan. Hal ini karena kondisi tanah yang masih merupakan lahan bukaan baru dimana vegetasi sebelumnya adalah hutan. Kondisi tanah yang masih banyak tanggul bekas pohon besar yang belum tercabut dan juga kayu dan akar yang belum bersih dari lahan menjadi hambatan bagi prestasi kerja harian kegiatan pengolahan tanah ini. Selain menghambat kerja, kondisi lahan seperti ini juga mempercepat kerusakan alat bajak dan rotari. Pisau rotavator akan kalah ketika bertabarakan dengan tanggul kayu, timbunan batang kayu besar dan akar, sehingga pisau banyak yang lepas dari set alat rotavator bahkan sebagian banyak yang patah sehingga keefektifan dalam menghaluskan tanah berkurang. Penanaman Penanaman yang dilakukan di kebun Leawai adalah secara mekanisasi menggunakan traktor dengan alat planter. Alat planter ini bekerja dua kegiatan yaitu menanam dan memupuk. Alat planter terdiri dari empat baris dengan jarak antar baris yaitu 75 cm. Masing-masing baris terdiri dari satu penampung benih, satu penampung pupuk dan roda. Di dalam penampung benih terdapat piringan berlubang yang sesuai dengan ukuran biji jagung. Piringan ini berfungsi untuk tempat benih sebelum jatuh dan tertanam ke tanah. Roda penampung benih dan penampung pupuk dihubungkan oleh rantai penghubung. Di bawah penampung benih terdapat sepasang piringan yang berfungsi untuk meletakkan benih ke dalam
10 tanah dan menutupnya. Di kanan-kiri planter terdapat piringan yang berfungsi untuk menutup benih dengan tanah.
Gambar 2. Alat planter (A), proses penanaman dan pemupukan I (B) Mekanisme kerja planter ini adalah traktor akan menarik planter sehingga roda yang berada di belakang alat planter akan berputar. Perputaran roda planter akan memutarkan piringan dalam tampungan benih sehinggga benih akan jatuh, dihimpit oleh sepasang piringan di bawah tampungan benih dan tertanam ke dalam tanah. Perputaran ini juga akan memutar gir tampungan pupuk sehingga pupuk jatuh melalui saluran dan dihimpit oleh sepasang piringan ke dalam tanah. Pada saaat yang bersamaan sepasang piringan di kanan dan kiri planter akan menutup alur benih dan pupuk dengan tanah. Jarak tanam yang dihasilkan dari planter ini adalah 75 cm x 20 cm. Kegiatan penanaman dapat dilaksanakan ketika kondisi lahan tidak terlalu basah. Kondisi tanah yang terlalu basah akan menyebabkan putaran roda planter terhambat yang berakibat pada tidak jatuhnya benih di tanah. Kondisi alat yang masih baik juga akan berpengaruh terhadap hasil kerja planter. Bagian yang rawan yang sering terjadi adalah bagian pipa saluran pupuk, pintu pengatur jatuhnya pupuk, dasar tampungan pupuk yang sering berkerak, piringan dalam tampungan benih, kebersihan tampungan benih dan pupuk. Kegiatan penanaman dapat dilihat hasilnya dari beberapa indikator yaitu jumlah benih dan pupuk yang dibutuhkan per hektar, dan total luas per hari kerja. Rata-rata kebutuhan benih per hektar adalah 13.91 kg. Rata-rata pupuk yang keluar per hektar adalah 250.69 kg. Rata-rata prestasi kerja dalam satu hari kerja adalah 5.86 ha. Tenaga kerja dalam kegiatan penanaman adalah seorang operator dibantu oleh seorang helper. operator mengemudikan traktor dan helper membantu mengatur garis penanda penanaman yang ada dialat planter. Dalam kondisi tertentu dimana kondisi pupuk cukup basah (lembab), penambahan tenaga kerja mungkin dilakukan. Tambahan tenaga kerja ini bertugas menjemur pupuk yang lembab tersebut. Faktor cuaca terutama curah hujan akan sangat mempengaruhi perkecambahan benih jagung. curah hujan yang dapat menyebabkan genangan pada banyak titik di lahan (>25 mm) akan berdampak pada daya berkecambah benih dan daya tumbuhnya menjadi berkurang. Kondisi ini disebabkan karena kondisi terlalu basah akan menyebabkan benih busuk. Begitu juga kondisi dengan tidak adanya hujan pada beberapa hari setelah penanaman yang menyebabkan
11 kadar air tanah dibawah titik layu permanen. Kondisi seperti ini menyebabkan tidak terjadinya imbibisi air dari lingkungan ke benih sehinggga benih tidak berkecambah. Pemupukan Kegiatan pemupukan dilakukan dua kali dalam satu siklus hidup tanaman jagung. Pemupukan pertama yaitu pupuk NPK yang dilakukan secara mekanisasi bersamaan dengan kegiatan penanaman. Pemupukan kedua yaitu urea yang diberikan secara manual pada umur tanaman pada kisaran 21-25 Hari Setelah Tanam (HST). Pemupukan pertama yaitu dengan pupuk NPK bertujuan sebagai pupuk dasar diawal pertumbuhan tanaman. Pupuk NPK mengandung unsur Nitrogen, Phospor, dan Kalium. Unsur P dan K diberikan di awal karena unsur ini lambat tersedia bagi tanaman (slow realease). pupuk NPK yang digunakan adalah NPK 15-15-15. Dosis pupuk rekomendasi oleh perusahaan yaitu 300 kg / ha atau 5 gram per tanaman (populasi 60 000 tanaman). Realisasi pemupukan dengan planter memberikan hasil 250.69 kg/ha. Hasil ini masih dibawah rekomendasi yang dianjurkan. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa faktor diantaranya pengatur keluarnya pupuk yang keluar tidak tepat pengaturannnya, hambatan akibat kerak pupuk di bawah penampung pupuk yang tidak dibersihkan, kondisi tanah yang bergelombang yang menyebabkan roda putaran planter tidak berjalan seperti yang seharusnya. Pemupukan kedua yaitu dengan urea yang berfungsi untuk menambah unsur N dalam tanah yang tersedia bagi tanaman. Unsur N yang bersifat mobil mengharuskan pemupukan N harus dilakukan secara bertahap. Dosis rekomendasi yang dianjurkan adalah 300 kg/ha atau 4,5 gram/tanaman. Pemupukan kedua ini dilakukan secara manual. Mekanisme kerja manual ini yaitu dengan menggunakan tugal sebagai pembuat lubang tempat pupuk diberikan disamping tanaman. Pembuatan lubang pupuk ini adalah diantara dua tanaman dengan satu lubang. Realisasi pemupukan kedua yang telah dilakukan di kebun Leawai adalah 185.60 kg/ha. Rataan ini didapat dari pemupukan yang dilakukan di blok 3D-6D. Angka ini bukan menunjukkan kurangnya jumlah pupuk yang diberikan tetapi karena populasi tanaman yang sedikit.
Gambar 3. Pemupukan II secara manual (A), kondisi pupuk yang tidak ditutup (B)
12 Tenaga kerja untuk pemupukan pertama adalah seperti pada kegiatan penanaman secara mekanisasi. Tenaga kerja untuk pemupukan kedua adalah 6 orang atau 3 pasangan pemupuk. Kondisi lahan yang luas mengharuskan untuk menambahkan tenaga kerja sebagai pembagi pupuk dari jalan ke tempat pemupuk. Di samping itu juga kondisi pupuk urea yang mengeras juga mengharuskan penambahan tenaga kerja guna menghancurkan pupuk-pupuk yang mengeras, sehinggga dibutuhkan penambahan 2 orang tenaga kerja lagi menjadi 8 orang. Pengendalian Gulma Pengendalian gulma dilakukaan untuk mengendalikan gulma-gulma yang merugikan tanaman utama. Pengendalian dilakukan karena gulma dapat menurunkan produktifitas tanaman jagung baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan secara langsung yaitu tanaman jagung dan gulma dalam satu tempat yang sama memperebutkan sumber daya yang sama bagi kelangsungan hidup masing-masing, seperti nutisi dalam tanah, dan cahaya matahari. Hubungan secara tidak langsung gulma menjadi sumber inang bagi hama yang menyerang tanaman jagung. Pengendalian gulma dilakukan secara kimiawi dan manual. Secara kimia menggunakan herbisida dan secara manual dengan membabat gulma dengan sabit. Metode kimia dilakukan pada gulma-gulma yang berada pada pertanaman jagung dan metode manual dilakukan pada gulma-gulma diluar area pertanaman jagung (jalan, rumpukan).
Gambar 4. Pengendalian gulma secara manual (A), Pengendalian gulma secara kimiawi Prinsip pengendalian gulma secara kimia adalah menekan pertumbuhan gulma sehingga akan kalah bersaing dengan tanaman pokok. Pemilihan herbisida berdasarkan daya bunuh terhadap gulma yang ampuh dan tidak merugikan tanaman jagungnya sendiri. Herbisida yang dipakai adalah Calaris 550 SC dengan bahan aktif mesotrion50 g/L dan atrazin 500 g/L. Calaris merupakan herbisida selektif awal purna tumbuh. Herbisida ini dicampur dengan surfaktan. Dosis yang digunakan untuk herbisida Calaris yaitu 1666.67 mL/ha dan dosis surfaktannya yaitu 666.67 mL/ha. Penyemprotan dengan herbisida dilakukan secara manual yaitu menggunakan knapsack sprayer. Penyemprotan dilakukan oleh tenaga harian dengan sistem target. Satu hari kerja (HK) adalah ketika target 15 tangki ukuran 15 L telah diselesaikan. Prestasi kerja penyemprot dalam satu hari adalah 0.34.
13 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Hama dan penyakit tanaman (HPT) merupakan permasalahan utama dalam siklus hidup tanaman jagung. Hama dan penyakit tanaman akan sangat merugikan ketika tidak adanya (minimnya) upaya pengendalian yang dilakukan. Pengendalian HPT sangat dipentingkan guna menjaga tanaman jagung tumbuh dengan sehat. Hama tanaman jagung utama di kebun Leawai berasal dari jenis ulat yaitu : spodoptera (ulat grayak), ostrinia sp. (penggerek batang), dan helicoverva (penggerek tongkol). Hama lainnya adalah babi dan sapi. Metode pengendalian yang dilakukan adalah secara kimiawi dengan insektisida kontak dan sistemik. Insektisida yang dipakai adalah Klensect, Regent dan Spontan. Jadwal penyemprotan baku untuk satu siklus hidup tanaman jagung dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada umur 7 HST, 21 HST dan 35 HST. Jadwal baku ini dapat berubah menyesuaikan dengan tingkat serangan di lapangan.
Gambar 5. Pengendalian hama dengan hand spayer (A), Pengendalian hama dengan boom spayer Sebelum melakukan pengendalian, dilakukan dulu early warning system (EWS) yaitu dengan melakukan sampling hama (sensus hama) pada petakan blok. Metode sampling hama yang dilakukan yaitu dengan berjalan zigzag pada petakan amatan dengan pokok tanaman yang diamati yaitu 100 tanaman tiap petakan. Hasil sampling ini berupa banyak tanaman yang terserang dan banyak ulat yang menyerang pada satu pokok tanaman. Petakan blok dianggap perlu dikendalikan ketika 5% dari hasil sampling tanaman amatan terserang hama. Dalam realisasinya rekomendasi dari sampling hama belum dapat dijalankan sepenuhnya. Hal ini mengingat target jumlah tenaga kerja penyemprot, luasan lahan yang akan disemprot dan skala prioritas yang mana yang harus dikendalikan terlebih dahulu. Pengendalian dengan metode kimia ini dilakukan dengan dua cara yaitu manual dan mekanisasi. Secara manual yaitu menggunakan knapsak sprayer oleh tenaga harian lepas. Secara mekanisasi dengan menggunakan traktor dengan alat boom sprayer. Cara mekanisasi dilakukan ketika tanaman jagung masih berumur < 21 HST atau masih dimungkinkan untuk traktor memasuki lahan.. Pemilihan jenis insektisida berdasarkan tingkat intensitas serangan pada pertanaman jagung. Pemilihan insektisida Regent dan Spontan ketika tingkat serangan hama masih rendah. Pemilihan insektisida Klensect ketika intensitas serangan pada tingkat sedang sampai tinggi. Dosis penggunaan regent yaitu 250
14 mL/ha. Dosis penggunaan Spontan yaitu 1500 mL/ha. Dosis penggunaan Klensect yaitu 500 mL/ha. Indikator hasil dalam pengendalian HPT ini adalah prestasi kerja penyemprot dan keampuhan insektisida dalam mengendalikan hama. Prestasi kerja penyemprot dipengaruhi dari umur tanaman saat penyemprotan, intensitas serangan yang terjadi dan populasi tanaman yang dikendalikan. Semakin besar umur tanamannnya akan semakin kecil prestasi kerja penyemprot. Secara rata-rata prestasi kerja penyemprot ketika tanaman berumur <14 HST adalah 0.65 , 15-30 HST 0.55 dan >35 HST 0.40. Panen Pemanenan dilakukan ketika buah jagung telah mencapai umur fisiologis dan siap untuk dipanen. Pemanenan dapat dilakukan secara mekanis, semi mekanis dan manual. Pemanenan secara mekanis dilakukan dengan menggunakan traktor dengan alat harvester. Pemanenan secara mekanisasi tidaklah sepenuhnya tetapi masih dikombinasikan dengan cara manual. Sebagai jalan traktor masuk ke petakan jagung, tanaman jagung harus dipotong pendek memutar petakan terlebih dahulu. Letak harvester berada di samping traktor dengan baris yang akan terpanen sebanyak dua baris.
Gambar 6. Alat harvester (A), pemipilan dengan harvester (B) Kondisi tanah petakan yang akan dipanen sangat mempengaruhi pemanenan secara mekanisasi . Ketika kondisi tanah basah maka mekanisasi secara langsung di petakan tidak dapat dilaksanakan. Hal ini dikarenakan traktor akan tertanam, tidak dapat berjalan,. Sehinggga alat harvester difungsikan sebagai alat pemipil saja. Pemanenan dilakukan secara manual oleh pekerja harian lepas tanpa mengupas kolobotnya. pemipilan jagung dilaksanakan di jalan blok sehinggga hasil panen manual dari petakan harus diangkut dan dikumpulkan oleh tenaga harian ke jalan blok. ASPEK MANAJERIAL Pendamping Mandor Mandor perawatan di Kebun Leawai dibagi menjadi dua yaitu mandor umum dan mandor semprot. Tugas pokok mandor perawatan adalah mengawasi
15 dan memastikan kegiatan perawatan berjalan sesuai dengan target yang sudah direncanakan. Selama penulis menjadi pendamping mandor perawatan umum, penulis membantu mengawasi pekerjaan pemupukan II, pembersihan lahan dari sisa batangan kayu, dan pembuatan saluran drainase sekunder. Selama menjadi pendamping mandor perawatan bagian pengendalian OPT penulis membantu mengawasi proses kegiatan pengendalian gulma dan pengendalian hama. Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa proses pengendalian terutama penyemprotan dilakukan sesuai dengan target pengendalian baik berupa luasan pengendalian maupun dosis yang dipakai dalam pengendalian. Pendamping Asisten Kebun Tugas pokok dari Asisten Kebun yaitu memimpin kebun dalam merencanakan, mengatur, serta mengendalikan sumber daya yang ada untuk mengelola pemeliharaan tanaman guna mencapai target produksi yang telah ditetapkan. Asisten kebun membawahi dan menugaskan langsung mandor umum dan mandor OPT. Jenis hubungan kerja Asisten kebun adalah hubungan internal dengan bagian Tata Usaha berupa permintaan barang, dan kerapihan administrasi kebun. Kegiatan magang sebagai asisten kebun, dilakukan selama proses magang di PT Sungai Menang. Salah satu tugas Asisten kebun yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan mandor umum dan mandor OPT serta melakukan pengawasan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan di kebun. Di samping itu juga melakukan evaluasi pekerjaan kebun dan merencanakan pekerjaan-pekerjaan yang diperlukan dalam pengelolaan kebun. Selama magang, juga dilibatkan dalam rapat mingguan yang dihadiri oleh General manajer, manajer penelitian, asisten kebun, asisten riset, kepala TU, dan staf TU. Rapat mingguan ini dilakukan guna melakukan evalusi mingguan perkembangan kebun.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Jagung Kondisi pertanaman jagung di PT Sungai Menang ini dapat di lihat dari tabel di bawah ini : Tabel 5. Jumlah benih tertanam dan persentase tumbuh jagung
Varietas P21 P21 P21
Benih tertanam (kg/ha) 12 13 13
Jumlah benih tertanam (benih/ha) 38 585 41 801 41 801
Rataan Populasi/ha (Tanaman)
Persentase Tumbuh (%)
13 534 7 531 17 232
35.08 18.02 41.22
16 B12 B12 B12 Rata-rata
20 14 12 14
62 715 43 901 37 629 44 405
30 155 38 265 11 401 19 686
48.08 87.16 30.30 43.31
Sumber : Data perusahaan Dari tabel 6 diketahui bahwa jumlah benih yang tertanam oleh planter ratarata sebanyak 14 kg/ha atau sebanyak 44 405 benih/ha. Patokan perusahaan dalam pemakaian benih per hektar adalah 20 kg/ha yang diharapkan dapat menghasilkan populasi tanaman sebanyak 60 000 tanaman per hektar. Artinya, jumlah benih yang tertanam pada kondisi real di lapang masih di bawah standar perusahaan. Pemakaian benih yang belum sesuai target disebabkan karena beberapa hal diantaranya kondisi kebun yang masih baru dibuka dari sebelumnya kawasan APL (area penggunaan lain) sehingga kondisi lahan belum rata dan masih terdapat tanggul-tanggul dan batang yang berserakan di atas lahan. Walaupun sudah ada upaya dari pihak perusahaan dengan adanya kegiatan pembersihan lahan dari tanggul dan sisa-sisa pohon yang berserakan di atas lahan tersebut, namun pada beberapa titik lahan (terutama tanggul dan sisa batang pohon yang tertimbun dangkal oleh tanah) masih banyak yang tidak terbersihkan .
Gambar 7. Pembersihan lahan secara manual Kondisi tanah yang tidak rata dan banyaknya tanggul pohon di atas lahan menyebabkan keluarnya benih jagung dari alat penanam jagung (planter) tidak maksimal. Keluarnya benih jagung dari alat penanam berdasarkan putaran roda dari alat penanam tersebut. Ketika putaran roda tidak terjadi (roda hanya terseret tanpa adanya putaran) pada beberapa titik lahan karena tidak ratanya tanah atau tersendat oleh tanggul-tanggul pohon maka benih yang ada di alat planter tidak keluar di atas tanah. Disamping itu juga tidak dilakukan perawatan terhadap kondisi alat planter secara berkala. Perawatan terutama pada saluran keluarnya benih dari penampung benih ke lubang keluarnya benih ke tanah. Sering ditemukan kasus tersumbatnya lubang saluran keluarnya benih dari penampung benih karena jarangnya dilakukan pembersihan pada alat planter.
17 Dari tabel 6 juga dapat dilihat bahwa persentase tumbuh dari benih yang tertanam di lapang yaitu sebesar 43.31 %. Persentase tumbuh yang baik yaitu di atas 80 %. Artinya bahwa daya tumbuh benih jagung di lapang masih rendah. Rendahnya daya tumbuh jagung di lapang diakibatkan salah satunya oleh banyaknya benih yang tidak masuk ke dalam tanah (berada di permukaan tanah).
Gambar 8. Rendahnya populasi pertanaman jagung Daya Berkecambah Benih Keberhasilan populasi tanaman diawali oleh baiknya daya berkecambah benih yang ditanam. Benih yang ditanam di PT Sungai Menang di perkebunan ini ada 10 jenis benih hibrida. Berikut yaitu daya berkecambah 10 benih hibrida jagung yang ditanam di PT Sungai Menang : Tabel 6. Daya berkecambah benih 10 varietas hibrida jagung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Rata-rata
Varietas AS-1 P12 NK-22 Bisi-816 Bisi-12 P-21 MAKMUR-1 BIMA-1 P-27 NK-33
Daya Berkecambah (%) 93.33 94.67 93.33 85.33 93.33 96.00 97.33 96.00 97.33 97.33 94.40
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa daya berkecambah terendah dimiliki oleh varietas hibrida Bisi-816 yaitu 85.33 %. Secara keseluruhan daya berkecambah dikatakan tinggi jika daya berkecambah sebuah lot benih bernilai > 80 %. Dari 10 varietas hibrida yang ditanam di perkebunan jagung PT Sungai Menang menunjukkan bahwa benih yang ditanam sudah memenuhi standar daya berkecambahnya.
18 Pengaruh Faktor Kedalaman Tanam, Kebutuhan Air dan Ukuran Agregat Tanah Dengan permasalahan yang terjadi di lapang dimana jumlah populasi tanaman menjadi masalah utama di perkebunan jagung PT Sungai Menang ini maka dilakukanlah percobaan lingkungan dimana tujuan utamanya adalah untuk mengetahui daya berkecambah benih jagung di lapang dengan pengaruh faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut diprediksi sangat mempengaruhi perkecambahan dan pertumbuhan jagung di lapangan. Faktor tersebut adalah kedalaman tanam benih jagung, Kebutuhan air selama masa perkecambahan benih jagung, dan ukuran agregat tanah. Gambar 9. Pengaruh kombinasi kedalaman tanam, dan kebutuhanair. Pengaruh Kombinasi Kedalaman Tanam dengan Konsumsi Air 90
Kedalaman Tanam (cm) 2.5 5.0 7.5 10.0
80
Daya Tumbuh (%)
70 60 50 40 30 20 10 0 0
10 20 Konsumsi Air (mm)
30
Hasil percobaan tentang pengaruh kombinasi faktor lingkungan kedalaman tanam, kebutuhan konsumsi air, dan ukuran agregat tanah didapatkan hasil bahwa pengaruh masing-masing faktor memiliki pengaruh nyata terhadap daya tumbuh jagung selama 14 HST. Dari kombinasi yang dilakukan terhadap ketiga faktor ini hanya kombinasi antara kedalaman tanam dan kebutuhan konsumsi air yang memberikan pengaruh nyata terhadap daya tumbuh jagung selama 14 HST. Gambaran pengaruh kombinasi kedalaman tanam dan kebutuhan konsumsi air dapat dilihat pada gambar 7. Dari grafik pada gambar 7 tersebut dapat diketahui bahwa perlakuan pada konsumsi air 0 mm pada semua kedalaman tanam tidak terdapat benih jagung yang tumbuh. Ketika air diberikan sebanyak 10 mm kenaikan daya tumbuh jagung meningkat >50%, kecuali pada kedalaman 5 cm dimana daya tumbuh jagung meningkat landai yaitu < 10 %. Dari hasil ini menunjukkan pentingnya peranan air dalam proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman jagung. Persentase daya tumbuh jagung selama 14 HST terbaik didapat dari kombinasi kedalaman tanam 7.5 cm dan 10 cm dengan konsumsi air yang diberikan sebesar 30 mm. Menurut Fisher (1992) ketersediaan air penting karena tahapan-tahapan perkecambahan yang pertama memerlukan pengambilan air sangat banyak. Secara
19 fisiologi proses perkecambahan benih meliputi pengambilan air, yang disebut dengan imbibisi, mobilisasi persediaan cadangan makanan di dalam biji dan berlangsungnya kembali pertumbuhan dan perkembangan embrio untuk membentuk struktur tunas dan akar semai. Proses pengambilan air dari lingkungan tanah ke dalam benih (imbibisi) ini terjadi karena perbedaaan status energi air. Potensial air di lingkungan tanah lebih besar dibandingkan dengan potensial air benih, sehingga air di luar benih akan masuk ke dalam benih (Bewley and Black, 1983).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Permasalahan populasi pertanaman jagung yang rendah di PT Sungai Menang bukan disebabkan oleh potensi genetik dari benih yang ditanam. Sepuluh varietas hibrida jagung yang diujikan memiliki nilai daya berkecambah terendah sebesar 85.33 % yaitu dari benih Bisi-816. Pemakaian benih dalam penanaman sebesar 14 kg/ha atau 44 405 biji jagung dengan persentase tumbuh jagung yang diperoleh dari sensus tanaman pokok sebesar 43.31 %. Percobaan dengan menggunakan tiga kombinasi faktor lingkungan yaitu kedalaman tanam, konsumsi air dan ukuran agregat tanah memberikan hasil bahwa kombinasi antara kedalaman tanam dengan konsumsi air mempengaruhi daya tumbuh benih jagung sampai umur 14 HST. Daya tumbuh tertinggi didapat dari kombinasi kedalaman tanam 7.5 cm dan 10 cm dengan pemberian konsumsi air sebanyak 30 mm. Saran Untuk mendapatkan populasi tanaman yang diharapkan penting untuk memperhatikan pengolahan tanah dan proses penanaman. Pengolahan tanah diharapkan mampu memberikan agregat tanah yang mantap sehingga memudahkan benih untuk berkecambah dan membus permukaan tanah. Proses penanaman terutama memperhatikan keakurataan alat sehingga dipastikan benih jatuh tertanam dan kedalaman tanam yang diatur sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA Anderson and Kemper. 1964. In Islami T and Hadi UW. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang. IKIP Semarang Press. 297hal. Aqil, M., I.U. Firmansyah, dan M. Akil. 2007. Pengelolaan Air Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian. Hal 219-230. Aqil M., I.U. Firmansyah, dan Suarni. 2008. Inovasi Teknologi Prapanen Menunjang Peningkatan Produktifitas Jagung. Prosiding Simposium V
20 Tanaman Pangan : Inovasi Teknologi Tanaman Pangan Buku 3 : Penelitian dan Pengembangan Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hal 857-863. Bewley, J.D., Black, M. 1983. Physiology and Biochemistry of Seeds in Relation to Germination. Springer-Verlag Berlin Heidelberg.New York. 306hal. Doyle And Mclean. 1958. In Islami, T and Hadi UW. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang. IKIP Semarang Press. 297hal. Efendi R, Fadhly A.F., Akil M. 2008. Pengaruh Cara Penyiapan Lahan terhadap Hasil Jagung pada Tanah Bertekstur Sedang. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan : Inovasi Teknologi Tanaman Pangan Buku 3 : Penelitian dan Pengembangan Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hal. 814-821. Farnham D.E., G.O. Benson., R. B. Pearce. 2003. Corn Perspective and Culture In Corn : Chemistry and Technology. White. P. J. And L. A. Jhonson (eds). 892p. Fisher, N.M. 1992. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. p 156-213. In Goldsworthy, P.R. and Fisher, N.M. (Eds.). Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Gardner, F.P., Pearce, R.B. dan Mitchell, R.L. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya (diterjemahkan dari : Physiology of Crop Plants, penerjemah : H. Susilo). Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428hal. Hartman, H.T And D. E. Kester. 1968. Plant Propagation : Principles and Practices.2nd edition.. Prentice-Hall,Inc. New Jersey. 702p. Hartman, H. T., W. J. Flocker, A. M. Kofranenk. 1981. Plant Science : Growth, Development, and Utilization of Cultivated Plants. Prentice-hall. Inc. 676p. Islami, T and Hadi UW. 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. Semarang. IKIP Semarang Press. 297hal. Nicou and Charreau. 1985. in Sharma P and Abrol V. 2011. Crop Production Technologies : Tillage Effect on Soil Health and Crop Productivity. Intech. 245-262p. Sharma P and Abrol V. 2011. Crop Production Technologies : Tillage Effect on Soil Health and Crop Productivity. Intech. Croatia. 245-262p. Sunarti S, Nur A, Takdir MA. 2008. Evaluasi daya hasil jagung hibrida pada lingkungan kekeringan. 743-752p. Prosiding Simposium V Tanaman Pangan : Inovasi Teknologi Tanaman Pangan, Buku 3 : Penelitian dan Pengembangan Palawija. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hal 743-752.
21 Lampiran 1. Data curah hujan bulanan periode 1999-2010
Lampiran 2. Sruktur Organisasi General Manajer
Manajer/ R&D
Kepala Tata Usaha
Asisten Kepala
Agronomist
Administrasi
Asisten Mekanisasi
Asisten Divisi I
Asisten Divisi II
Pembantu Admin
Operator Traktor
Mandor
Mandor
= Garis Komando = Garis Koordinasi
Logistik
Asisten Riset
Bag. Rumah Tangga
Driver / Sopir
Lampiran 3. Hasil analisis ragam percobaan daya tumbuh jagung
The GLM Procedure Dependent Variable: y1
Daya Tumbuh
Source
DF
Sum of Squares
Mean Square
F Value
Pr > F
Model
33
118554.1667
3592.5505
10.20
<.0001
Error
62
21841.6667
352.2849
Corrected Total
95
140395.8333
R-Square
Coeff Var
Root MSE
y1 Mean
0.844428
40.40019
18.76926
46.45833
Source
DF
Type I SS
Mean Square
F Value
Pr > F
r dalam air dalam*air dalam*air*granul
2 3 3 9 16
2158.33333 19612.50000 75612.50000 11637.50000 9533.33333
1079.16667 6537.50000 25204.16667 1293.05556 595.83333
3.06 18.56 71.54 3.67 1.69
0.0539 <.0001 <.0001 0.0010 0.0723
Source
DF
Type III SS
Mean Square
F Value
Pr > F
2 r dalam air dalam*air dalam*air*granul
2 3 3 9 16
2158.33333 19612.50000 75612.50000 11637.50000 9533.33333
1079.16667 6537.50000 25204.16667 1293.05556 595.83333
3.06 18.56 71.54 3.67 1.69
0.0539 <.0001 <.0001 0.0010 0.0723
Contrast
DF
Contrast SS
Mean Square
F Value
Pr > F
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
6307.50000 3037.50000 10267.50000 63940.83333 7704.16667 3967.50000 104.16667 20.83333 337.50000 937.50000 3740.83333 704.16667 1687.50000 1204.16667
6307.50000 3037.50000 10267.50000 63940.83333 7704.16667 3967.50000 104.16667 20.83333 337.50000 937.50000 3740.83333 704.16667 1687.50000 1204.16667
17.90 8.62 29.15 181.50 21.87 11.26 0.30 0.06 0.96 2.66 10.62 2.00 4.79 3.42
<.0001 0.0047 <.0001 <.0001 <.0001 0.0014 0.5885 0.8087 0.3315 0.1079 0.0018 0.1624 0.0324 0.0693
dalamlin dalamkua dalamkub airlin airkua airkub dalamlin*airlin dalamlin*airkua dalamlin*airkub dalamkua*airkua dalamkua*airkub dalamkub*airlin dalamkub*airkua dalamkub*airkub
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Pemalang, pada tanggal 6 Mei 1989. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak Mugiono dan Ibu Bawon. Penulis memulai pendidikan pada tahun 1995 di SDN Kendalsari 05. Pada tahun 2001 penulis melanjutkan ke SMP N 03 Petarukan dan lulus pada tahun 2004. Setamat SMP, penulis melanjutkan ke jenjang menengah atas di SMAN 1 Comal dan lulus tahun 2007. Pada tahun 2007 itu pula, penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) di program studi Agronomi dan Hortikultura. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Korps Sukarela (KSR) PMI Unit 1 IPB. Penulis pernah mengikuti IPB Go field I di desa Hambalang dan pernah menjadi fasilitator bidang pertanian di pulau Gebe, Maluku Utara. Penulis juga pernah menjadi finalis di PIMNAS XXII Bali 2010 pada PKM Bidang Pengabdian kepada Masyarakat.