i
KATA PENGANTAR Salah satu dari Tiga Skala Prioritas Pembangunan Kalimantan Timur dalam mencapai Visi daerah mewujudkan Kaltim sebagai Pusat Agroindustri dan Energi Terkemuka Menuju Masyarakat Adil dan Sejahtera adalah Pembangunan Pertanian. Dari sejumlah program pembangunan pertanian dalam arti luas di Kalimantan Timur salah satunya adalah program pengembangan komoditi Sub Sektor Perkebunan melalui usaha perkebunan karet. Mengingat Sub sektor peternakan ini memiliki peranan yang penting baik dalam pembangunan ekonomi, sosial maupun ekologi, serta merupakan salah satu sub sektor yang berbasis sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. Guna memberikan informasi terperinci mengenai pengembangan pembangunan perkebunan karet, Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Kalimantan Timur menerbitkan kembali buku yang telah dibuat pada tahun 2005 “ Profil Proyek Komoditi Ekspor Karet Alam di Kalimantan Timur, Pilihan Investasi yang Kembali Berjaya” dengan maksud untuk memudahkan para calon investor memperoleh informasi dalam mengambil keputusan berinvestasi. Kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam proses penerbitan buku ini, kami mengucapkan terima kasih. Akhirnya semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda,
Juni 2009
Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Provinsi Kalimantan Timur Kepala
H. Nusyirwan Ismail
ii
DAFTAR ISI HAL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I
PENDAHULUAN 1.1. MENGAPA KARET ………………………………...………………………………………………………….. 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN ………………………………………………………………………………………. 1.3. KEGUNAAN ……………………………………………………………………………………………………..
BAB II
BAB III
1 3 3
TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL 2.1. POTENSI BAHAN BAKU ……………………………………..……………………………………………..…
4
2.2. LOKASI …………………………………………………………….……………………………………………..
5
2.3. SARANA DAN PRASARANA ………………………………………….………………………………………
12
2.4. ANALISIS PRODUKSI ……………………………………………….………………………………………….
15
2.5. ANALISIS EKONOMI …………………………………………………….……………………………………...
21
2.6. ASPEK PEMASARAN …………………………………………….……………………………………………
23
2.7. ASPEK LEGALITAS ……………………………………………………………..……………………………..
28
2.8. ASPEK SOSIAL DAN LINGKUNGAN ……………………………………..………………………………….
30
PENUTUP ……………………………………………………………………………….……………………………..
32
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL HAL TABEL 1. LUAS TANAM DAN PRODUKSI TANAMAN KARET DI KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2004
5
TABEL 2. PERKEMBANGAN SEKTOR PERKEBUNAN DI KABUPATEN KUTAI TIMUR …………………………………………………......
9
TABEL 3. LUAS AREAL DAN PRODUKSI PERKEBUNAN KARET PER KECAMATAN KAB. KUTAI BARAT TAHUN 2004 ………………
11
TABEL 4. KEBUTUHAN PUPUK TANAMAN KARET …………………………………………………………………………………………………
18
TABEL 5. PENYADAPAN TANAMAN KARET KONVENSIAL ………………………………………………………………………………………..
19
TABEL 6. PENYADAPAN TANAMAN KARET ALTERNATIF …………………………………………………………………………………………
20
TABEL 7. JUMLAH ANGKATAN KERJA DI KALTIM BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2001 ………………………………………..
21
TABEL 8. HASIL ANALISIS FINANSIAL PROYEK USAHA BUDIDAYA KARET ALAM …………………………………………………………...
23
TABEL 9. JENIS INDUSTRI DAN PENGOLAHAN YANG MENGGUNAKAN BAHAN BAKU HASIL KARET MENURUT JENIS KARET DAN VOLUME YANG DIKONSUMSI PADA TAHUN 1994 DAN 1995 ………………………………………………………………….
24
iv
DAFTAR GAMBAR HAL GAMBAR 1. PETA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR …………………………………………………………………………………………………
4
GAMBAR 2. PETA RENCANA TATA RUANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR YANG MEMPERLIHATKAN KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN, LUAS PERKEBUNAN DAN HGU ………………………………………………………………………………..
8
GAMBAR 3. PETA RENCANA TATA RUANG PROVINSI KALIMANTAN TIMUR YANG MEMPERLIHATKAN KAWASAN BUDIDAYA NON KEHUTANAN …………………………………………………………………………………………………………………………
8
GAMBAR 4. PETA PENGGUNAAN LAHAN DI KOTA BALIKPAPAN DAN KABUPATEN PASIR ………………………………………………
9
GAMBAR 5. PETA PENGGUNAAN DAERAH KUTAI BARAT TAHUN 2004 ……………………………………………………………………….
10
GAMBAR 6. RENCANA UMUM TATA RUANG KUTAI BARAT TAHUN 2005 ……………………………………………………………………...
11
GAMBAR 7. PENYADAPAN TANAMAN KARET ……………………………………………………………………………………………………….
19
GAMBAR 8. POLA PEMASARAN PERKEBUNAN KARET RAKYAT ………………………………………………………………………………..
27
GAMBAR 9. JALUR TATA NIAGA EKSPOR KARET INDONESIA …………………………………………………………………………………..
27
I. PENDAHULUAN Karet merupakan komoditas yang elastis didalam memberikan kontribusinya terhadap pasar. Munculnya karet sintetik sempat memerosotkan pasar karet alam yang ada di dunia. Namun demikian dengan berjalannya waktu, kelemahankelemahan yang dimunculkan oleh karet sintetik seperti kurang elastisnya karet tersebut didalam pemakaian, menyebabkan kebutuhan pasar terhadap karet alam menjadi meningkat kembali. Pengembangan karet di Indonesia sangat ditunjang oleh kesesuaian iklim dan lahan, disamping adanya ketersediaan areal potensial yang cukup luas, khususnya di luar Pulau Jawa. Di dunia, Indonesia merupakan negara terluas dengan perkebunan karetnya, yaitu seluas 3,29 juta hektar. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun menunjukkan peningkatan yang sangat berarti dari 788.292 ton pada tahun 1975 menjadi 1.324.295 ton pada tahun 1995 dimana jumlah ini mencapai $ 1.962,8 juta atau 5.6% dari pendapatan devisa non-migas. Pada tahun 2003 ekspor karet Indonesia sebesar 1.661.000 ton (IRSG – Rubber Statistical Bulletin, 2003). Investasi karet seluas 6000 hektar sebesar Rp 98.824.744.240, dalam 10 tahun 7 hari mampu mengembalikan modal sebesar Rp. 176.469.957.668. Dari hasil analisis kriteria investasi menunjukkan bahwa nilai Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) sebesar 3,18, Internal Rate of Return (IRR) sebesar 28%, dan Return of Investment (ROI) sebesar 52,87%, dan Break Even Point (BEP) dicapai pada tahun ke-10. Dapat dibayangkan apabila penanaman karet ini disertai dengan tanaman sela seperti jagung ataupun integrasi antara tanaman karet dengan ternak kambing, domba dan sebagainya, sehingga akan diperoleh profit segera sebelum tanaman karet utama memberikan hasil. 1.1. Mengapa Karet? Produk utama tanaman karet alam adalah getah karet (lateks). Areal penanaman tanaman karet di Indonesia dan di Kalimantan Timur hingga kini masih menunjukkan peningkatan yang cukup besar, kenapa demikian? Ada empat aspek yang melatarbelakanginya, yaitu: Pemanfaatan dan penggunaan barang berbahan baku karet semakin luas, Ditemukannya klon-klon tanaman karet dengan produktivitas dan mutu lateks yang tinggi, Ditemukannya teknologi pengolahan yang semakin maju, Karet alam mempunyai keunggulan tertentu yang sulit ditandingi oleh karet sintetis.
2 Keempat aspek di atas merupakan gambaran bahwa karet alam akan tetap eksis walaupun mendapat saingan dari karet sintetis. Apalagi dengan semakin meningkatnya harga bakar minyak bumi di satu sisi dan semakin berkurangnya potensi minyak bumi yang menjadi bahan baku karet sintetis di sisi lain, menjadikan karet alam sebagai pilihan yang selalu diminati. Karet alam mempunyai keunggulan yang sulit ditandingi oleh karet sintetis, karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh karet alam tersebut diantaranya: memiliki daya elastisitas lenting yang sempurna, memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, mempunyai daya aus yang tinggi dan tidak mudah panas, dan memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistence). Kondisi Kalimantan Timur sangat menunjang untuk pengembangan karet. Kondisi Kalimantan Timur sangat menunjang untuk pengembangan karet. Iklim wilayah ini dengan suhu berkisar 20,900 – 32,940 C, kelembaban udara rata-rata 86 %, penyinaran matahari 48,42 – 53,88 %, dengan dan tipe iklim tropika basah, sangat cocok untuk pertumbuhan dan pengembangan tanaman karet. Berdasarkan visi dan misi pembangunan di Kalimantan Timur, maka pengembangan pengembangan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui akan menjadi tumpuan didalam menopang pembangunan ekonomi Kalimantan Timur. Upaya dan kemudahan akan diberikan oleh pemerintah daerah untuk menunjang misi yang dicanangkan daerah. Permintaan kebutuhan karet alam terus meningkat. Pada tahun 1995 dari produksi karet dunia sebesar 6.070.000 ton, konsumsi dunia mencapai sebesar 6.000.000 ton. Pada tahun 2000, kebutuhan dunia akan karet meningkat menjadi sebesar 7.320.000 ton yang lebih besar dibandingkan produksi karet alam pada tahun yang sama sebesar 6.740.000 ton. Selanjutnya pada tahun 2004, kebutuhan karet dunia meningkat lagi menjadi 8.250.000 ton, yang dapat dipenuhi oleh produksi karet alam sebesar 8.620.000 ton (International Rubber Study Group, 2005). Ekspor Indonesia yang selama ini sebesar 90% terdiri dari produk primer/ setengah jadi seperti SIR, SIT, dan lateks telah mulai bergeser menjadi barang jadi. Pada tahun 2010 diharapkan 25% ekspor karet Indonesia sudah merupakan barang jadi, dan pada tahun 2020 menjadi 50%. Melihat peluang peningkatan permintaan dunia terhadap komoditas karet dimasa yang akan datang dan adanya pengembangan industri hilir berbahan baku karet, maka upaya untuk meningkatkan devisa negara melalui perluasan areal penanaman tanaman karet merupakan langkah efektif untuk dilaksanakan. Hasil analisis finansial yang dilakukan terhadap komoditas karet alam menunjukkan bahwa budidaya tanaman karet sangat layak untuk dikembangkan. Dari aspek teknis dan budidaya, komoditas ini relatif mudah dikelola, dimana pemanenan karet relatif sederhana, hanya saja seringkali pihak investor kurang mendapatkan informasi mengenai pengembangan budidaya karet.
3 1.2. Maksud dan Tujuan Profil proyek yang disusun ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan informasi kepada investor mengenai kelayakan pengembangan komoditas karet ditinjau dari aspek ekonomi maupun budidaya tanaman karet. 1.3. Kegunaan Profil ini diharapkan memberikan kegunaan sebagai : a. Informasi peluang usaha dan investasi budidaya komoditas karet kepada investor, baik investor asing dan dalam negeri maupun kalangan dunia usaha, sehingga dapat memacu pertumbuhan investasi Kalimantan Timur. b. Dasar bagi pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan pengembangan sektor perkebunan di Kalimantan Timur.
4
II. TINJAUAN PROFIL PROYEK POTENSIAL Secara geografis, propinsi Kalimantan Timur terletak pada posisi antara 113o 44’ BT 118o 59’ BB dan antara 4o 24’ 19,2” LU - 2o 25’ 32,1” LS (Gambar 1). Luas wilayah Propinsi Kalimantan Timur adalah 228.603 km2 atau 22.860.300 hektar, yang terdiri dari wilayah daratan seluas 20.039.500 ha (87,66 %) dan wilayah lautan tiga mil dari pantai seluas 2.820.800 ha (12,44 %). Kalimantan Timur merupakan salah satu produsen karet alam di Indonesia. Keunggulan Kalimantan Timur dalam mengembangkan komoditas karet adalah karena masih tersedianya Gambar 1. Peta Propinsi Kalimantan Timur lahan yang sangat luas di wilayah ini. Secara nasional, produksi karet Indonesia menunjukkan peningkatan dari 1.256.000 pada tahun 1986 menjadi 1.543.000 ton pada tahun 1996, dan secara lokal Kalimantan Timur juga menunjukkan peningkatan produksi karet dari 17.302 ton pada tahun 1986 menjadi 32.293 ton pada tahun 2002. 2.1. Potensi Bahan Baku Bibit karet dapat didatangkan dari Jawa maupun dari Sumatera yang selanjutnya dapat dikembangkan pembimbiyan sendiri di daerah pertanaman. Perencanaan pembibitan dimasukan ke dalam bagian produksi, karena pembibitan ditujukan untuk menggandakan keuntungan dari seluruh bibit yang dibeli dari luar. Seperti yang sudah dilakukan PTPN XIII Mendik, untuk penyediaan bibit dibeli dari Jawa, kemudian perusahaan ini mengembangkan pembibitan sendiri pada lahan karetnya. Dinas Perkebunan Penajam Pasir Utara serta Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur juga memberikan kemudahan kepada investor karet dengan menyediakan bibit yang dapat dibeli dengan harga yang layak, hanya saja jumlah yang disediakan oleh pemerintah daerah atas ketersediaan bibit ini masih sangat terbatas, sehingga untuk pembukaan lahan berskala industri masih perlu didatangkan bibit dari Jawa maupun Sumatra. Selain penyediaan bibit, ketersediaan saprodi tidak menjadi masalah lagi karena banyak toko-toko yang tersedia baik di Samarinda, maupun toko-toko saprrodi di kabupaten yang menjual saprodi seperti pupuk maupun pestisida dengan harga yang juga layak.
5 2.2. Lokasi Penanaman karet tidak memerlukan lokasi dengan kondisi yang spesifik. Karet dapat tumbuh di banyak lokasi di Kalimantan Timur. Banyak lahan yang tersedia di propinsi ini terutama pada kawasan yang dicanangkan sebagai kawasan budidaya non kehutanan, dengan luas 5.206.731 ha. Kabupaten Pasir merupakan salah satu wilayah yang memiliki areal cadangan yang cukup luas sekitar 182.000 ha untuk pengembangan budidaya tanaman perkebunan termasuk karet alam. Pada Tabel di bawah menunjukkan Luas dan Produksi Tanaman Karet di Kabupaten/Kota Propinsi Kalimantan Timur pada Tahun 2004 sebagai berikut: Tabel 1.
Luas Tanam dan Produksi Tanaman Karet di Kabupaten/Kota di Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2004
Kabupaten/Kota
Luas Tanam (Ha)
Produksi (Ton)
8.349.00
5.994,50
Kutai Barat
26.811.50
21.267,00
Kutai Kartanegara
17.504.50
3.178,50
Kutai Timur
647.50
25,00
Berau
754.00
25,00
-
-
Bulungan
520.00
-
Nunukan
-
-
Panajan PU
5.156,00
3.772,00
Balikpapan
1.560,00
156,00
Samarinda
850,00
308,50
Tarakan
-
-
Bontang
-
-
60.154,50
34.725,50
Pasir
Malinau
Jumlah
Sumber: Dinas Perkebunan Propinsi Kaltim, 2004.
2.2.1. Syarat Tumbuh dan Kesesuaian Lahan Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhannya dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
6 2.2.1.1. Iklim Iklim di Kalimantan Timur berdasarkan karakteristiknya termasuk iklim Tropika Basah dengan curah hujan berkisar antara 1.500 – 4.500 mm per tahun. Temperatur udara rata-rata 26 C dengan perbedaan temperatur siang dan malam antara 50 – 70 C. Temperatur minimum umumnya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Januari, sedangkan temperatur maksimum terjadi antara bulan Juli sampai dengan bulan Agustus. Kelembaban udara rata-rata 86 %, dengan kecepatan angin rata-rata 5 knot per jam, dan panjang penyinaran matahari berkisar antara 48,42 – 53,88 % per hari. Daerah beriklim seperti ini tidak mempunyai perbedaan yang tegas antara musim hujan dan musim kemarau, meskipun pada saat tertentu terjadi musim kemarau panjang, seperti pada akhir tahun 1997 dan tahun 1982. Pada musim Barat, hujan turun sekitar bulan Agustus sampai dengan bulan Maret, sedangkan pada musim Timur hujan relatif kurang, terjadi sekitar bulan April sampai bulan September. Karet cocok ditanam pada zone antara 150C LS dan 150 LU, dengan curah hujan antara 2.500 - 4.000 mm/tahun dan hari hujan berkisar antara 100 – 150 hh/tahun. Tanaman ini tumbuh baik pada suhu antara 25 – 350C, dengan kecepatan angin yang tidak terlalu kencang. Tanaman ini tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. 2.2.1.2. Tanah Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kalimantan Timur tergolong tanah yang bereaksi masam. Menurut Pusat Penelitian Tanah, Bogor (1983) dan padanannya menurut Soil Taxonomi USDA, jenis-jenis tanah di Kalimantan Timur terdiri dari Podsolik (Ultisol), Alluvial (Entisol), Gleisol (Entisol), Organosol (Histosol), Lithosol (Entisol), Latosol (Ultisol), Andosol (Inceptisol), Regosol (Entisol), Renzina (Mollisol) dan Mediteran (Inceptisol). Tanaman karet dapat tumbuh pada reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 – 8,0. Umumnya sifat-sifat tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman karet, antara lain: (1) solum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan cadas, (2) aerase dan drainase tanah cukup, (3) struktur tanah remah, poros dan dapat menahan air, (4) tekstur tanah terdiri dari 35 % liat dan 30 % pasir, (5) tanah bergambut yang tidak lebih dari 20 cm, (6) kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro, (7) reaksi tanah dengan pH antara 4,5 – 6,5, (8) kemiringan tanah < 16 %, dan (9) permukaan air tanah < 100 cm. Kondisi tanah yang diinginkan oleh tanaman karet ini dapat dijumpai di beberapa lokasi lahan di Kalimantan Timur.
7 2.2.2. Ketersediaan Lahan Untuk pembukaan perkebunan karet maka luas lahan minimal yang dibutuhkan untuk perkebunan seluas 6000 ha. Kebutuhan luasan ini sangat tersedia di Kalimantan Timur karena banyak lahan yang sudah dicanangkan untuk perkebunan. Kondisi lahan rata-rata di Kalimantan Timur cukup sesuai untuk pertumbuhan karet, hanya saja tanah di wilayah ini bersifat masam hingga agak masam (pH H2O 5-6), dimana sifat ini dapat diatasi dengan menggunakan kapur. Demikian juga dengan kesuburan tanah yang rendah dapat diatasi dengan menggunakan pupuk organik dan anorganik. 2.2.3. Status Tanah dan Peruntukan (RUTR) Luas perkebunan murni di Kalimantan Timur secara keseluruhan pada tahun 1999 sebesar 247.019 ha atau sebesar 1,23% dari luas wilayah Kalimantan Timur. Bila ditambahkan dengan perkebunan campuran seluas 305.700 ha, maka kontribusi perkebunan Kalimantan Timur adalah seluas 2,75% dari seluruh kawasan Kalimantan Timur. Sedangkan data dari tata ruang Kalimantan Timur yang terakhir (data Disbun, 2005), luas kawasan perkebunan adalah seluas 1.170.333 ha, dengan perkebunan yang telah memiliki Hak Guna Usaha (HGU) seluas 539.315 ha. Sementara itu banyak kawasan potensi yang dapat dikembangkan untuk menjadi lahan perkebunan, yaitu yang berasal dari kawasan hutan seluas 17.216.463 ha, kawasan hutan belukar seluas 5.315.973 ha, kawasan hutan sejenis seluas 602.839 ha, kawasan semak dan alang-alang seluas 942.607 ha serta kawasan belukar 6.081 ha. Dari gambaran ini, maka peluang pemanfaatan lahan untuk areal perkebunan secara umum atau perkebunan karet secara khusus adalah sangat dimungkinkan melalui konversi lahan. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Propinsi (peta Padu Serasi Tahun 1999), telah dicanangkan areal perkebunan atau kawasan Kawasan Budidaya Non Kehutanan seluas 5.206.731 ha, yang tersebar dalam wilayah kabupaten/kota. Pada Gambar 2 terlihat bahwa Kabupaten Pasir dan Kutai Timur merupakan wilayah yang telah memiliki HGU lahan untuk pengembangan perkebunan. Melalui metode ekstraksi dari peta Gambar 2, dapat digambarkan sebaran areal Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) di Kalimantan Timur seluas 5.206.731 ha (Gambar 3), yang merupakan areal lahan potensial untuk perkebunan karet.
8
Gambar 2.
Peta Rencana Tata Ruang Propinsi Kalimantan Timur yang Memperlihatkan Kawasan Budidaya Non Kehutanan, Luas Perkebunan dan HGU
Gambar 3. Peta Rencana Tata Ruang Propinsi Kalimantan Timur yang Memperlihatkan Kawasan Budidaya Non Kehutanan
Daerah Kabupaten Pasir memiliki daerah perkebunan dengan luas areal yang paling menonjol. Sampai tahun 2000, area perkebunan di daerah ini telah mencapai 89.688,79 ha. Luas areal tanam untuk komoditi karet sebesar 14.542 ha atau sekitar 16,21% dari luas tanam komoditi perkebunan. Sedangkan areal yang dicanangkan untuk daerah pengembangan adalah seluas 182.100 ha, yang merupakan areal bekas hutan produksi yang dapat dikonversi. Hal ini merupakan peluang besar untuk investasi usaha terutama usaha budidaya karet alam, yang sejalan dengan program pembangunan agribisnis sub sektor perkebunan di Kabupaten Pasir. Gambaran wilayah sebaran perkebunan karet di Kabupaten Pasir dan sekitarnya disajikan pada Gambar 4.
Daerah Kutai Timur mempunyai lahan potensial yang besar untuk pengembangan sektor perkebunan, dimana areal potensial terdapat di Kecamatan Sangatta, Kecamatan Muara Bengkal, Kecamatan Muara Calong, Kecamatan Muara Wahau, serta Sangkulirang, sebaimana lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
9
Gambar 4. Peta penggunaan lahan di Kota Balikpapan dan Kabupaten Pasir
Tabel 2. Perkembangan Sektor Perkebunan di Kabupaten Kutai Timur
Kecamatan
Sangatta
Perkebunan rakyat (Ha)
Perkembanga Sektor Perkebunan Perencanaan (Ha)
Realisasi (Ha)
Jumlah Perusahaan
1.325
147.720
1.500
9
Ma.Bengkal
320
141.320
-
-
Ma.Ancol
924
220.560
-
-
Ma.Wahau
2.200
491.489
20.150
13
Sangkulirang
2.500
298.920
2.200
9
Jumlah
7.265
1.307.360
37.274
37
Sumber : BPS Kutai Timur (2003)
Pada tahun 2005 semester satu, Kabupaten Kutai Barat memiliki areal lahan karet seluas 26.811,5 ha, dimana pada daerah ini telah dimulai pembangunan pabrik pengolahan karet. Diharapkan karet yang dihasilkan dari perkebunan
10 karet dapat diolah pada pabrik yang direncanakan menjadi produk setengah jadi, kemudian dipasarkan di dalam negeri maupun ke luar negeri. Pada Gambar 5 berikut menunjukkan kawasan Kutai Barat dengan pencadangan untuk kawasan perkebunan di lokasi-lokasi seperti Kampung Long Tuyok, Muara Jawaq, kawasan perbatasan Tukuq, kawasan kampung Muara Jambuk dan beberapa lokasi lainnya di Kutai Barat. Sementara itu, areal lahan karet yang sudah ada di Kutai Barat dikelola oleh PT. Meranti Sinar Sakti yang menjalankan perkebunannya di Long Hubung dan Laham, PT. Harapan Kaltim Lestari di Kampung Besiq dan Bermai Kecamatan Damai, PT. Kiruing Lestari Jaya di Kampung Besiq, Bermai, Muara Niliq, Lotaq, Muara Begai dan Panarong Kecamatan Damai, Muara Lawa dan Bentian Besar, PT. Matuari Waya Sejahtera yang berlokasi di Kecamatan Long Bagun, PT. Triwira Asta Bharata, PT. Muara Agro Lestari, PT. Kaltim Muara Bakti, PT. Nusantara Agro Lestari, PT. Mahakam Jaya (KUD), PT. Perkebunan Melak Agro Mandiri, PT. Alfa Indo Mulia Mandiri dan Koperasi Merah Bakti. Di Kutai Barat juga dibangun industri karet oleh PT. DAVCO Development Cooperation yang mengembangkan teknologi pengolahan karet sehingga diharapkan karet yang diproduksi di Kutai Barat dapat diproduksi menjadi produk olahan setengah jadi yang rencananya dapat menjadi produk eksport.
Gambar 5. Peta Penggunaan Lahan daerah Kutai Barat tahun 2004. Gambar 6. berikut menjelaskan mengenai Rencana Umum Tata Ruang Kutai Barat yang telah disyahkan tahun 2005 dengan pencadangan luas kawasan perkebunan seluas 835.870 ha, yang di kawasan budidaya non kehutanan Kutai Barat. Luas dan produksi karet di Kutai Barat secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.
11 Pengembangan perkebunan karet di Kutai Barat telah mendapat perhatian yang sangat besar bagi pemerintah daerah, ditunjang oleh kondisi iklim investasi yang menguntungkan bagi para investor perkebunan karet.
Gambar 6. Rencana Umum Tata Ruang Kutai Barat tahun 2005. Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet per Kecamatan Kabupaten Kutai Barat Tahun 2004. Luas Areal (Ha)-Planted Area No
Kecamatan Sub Districts
1
2
1
Melak
2
Barong Tongkok
3
Penyinggahan
4
TBM
TM
TT / R
Jumlah
Produksi (Ton)
3
4
5
6
7
Produksi (Kg / Ha)
Tenaga Kerja Perkebunan (TKP)
8
9
186,00
1.101,00
33,00
1.320,00
1.794,62
1.629,99
1.292
2.780,00
4.707,00
211,00
7.698,00
4.754,45
1.010,08
7.301
5,00
80,00
55,00
140,00
46,76
584,53
74
Jempang
78,00
763,00
32,00
873,00
768,64
1.007,39
687
5
Bongan
580,00
618,00
7,00
1.205,00
763,85
1.236
965
6
Bentian Besar
262,00
144,00
-
406,00
118,55
823,26
390
7
Muara Lawa
224,00
1.405,00
78,00
1.707,00
1.224,99
871,88
988
12 Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Perkebunan Karet per Kecamatan Kabupaten Kutai Barat Tahun 2004 (lanjutan) Luas Areal (Ha)-Planted Area No
Kecamatan Sub Districts
1
2
Produksi (Kg / Ha)
Tenaga Kerja Perkebunan (TKP)
8
9
TBM
TM
TT / R
Jumlah
Produksi (Ton)
3
4
5
6
7
1.780,50
1.268,00
50,00
3.098,5
2.853,00
2.250,00
8
Linggang Bigung
9
Damai
455,00
369,00
20,00
844,0
176,71
478,90
422
10
Muara Pahu
109,00
300,00
28,00
437,00
195,00
650,00
383
11
Long Iram
21,00
569,00
14,00
604,00
457,70
804,40
504
12
Long Hubung
100,00
30,00
20,00
150,00
51,67
1.722,34
74
13
Long Pahangai
17,00
9,00
5,00
31,00
0,81
90,00
16
14
Long Bagun
75,00
260,00
-
335,00
7,25
27,88
167
15
Long Apari
25,00
40,00
20,00
85,00
0,55
13,80
42
16
Nyuatan
537,00
430,00
-
967,00
125,47
291,80
435
17
Sekolaq Darat
1.057,00
3.568,00
96,00
4.721,00
5.815,8
1.630,00
4.691
18
Manor Bulatn
49,00
981,00
236,00
1.266,00
1.599,03
1.630,00
1.188
19
Tering
96,00
520,00
18,00
634,00
418,29
217,51
463
20
Laham
30,00
9,00
21,00
60,00
15,50
0,14
30
21
Siluq Ngurai
100,00
120,00
10,00
230,00
78,00
650,0
100
Jumlah
8.566,5
17.291,0
954,0
26.811,5
21.266,7
1.229,93
22.963
2.751
Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan TM = Tanaman Menghasilkan TT/TR = Tanaman Tua/ Tanaman Rusak Sumber : Perkebunan Kabupaten Kutai Barat Dalam Angka Tahun 2004
2.3. Sarana dan Prasarana Prasarana pendukung usaha perkebunan karet di Kalimantan Timur antara lain: perhubungan darat, perhubungan laut, sungai dan penyeberangan, perhubungan udara, telekomunikasi, dan ketenagalistrikan. 2.3.1. Perhubungan Darat Di Kalimantan Timur terdapat jalan lintas Kalimantan mencapai panjang 1.542,31 km, berstatus sebagai jalan nasional dan propinsi. Jalan lintas Kalimantan
13 terdiri dari 2 poros yaitu poros Selatan dan poros Tengah. Jalan poros Selatan sepanjang 1.102,4 km dengan permukaan jalan berupa aspal sepanjang 591,39 km dan agregat sepanjang 511,06 km. Sedangkan jalan poros Tengat sepanjang 434,89 km dengan kondisi permukaan tanah aspal sepanjang 172 km. Angkutan kendaraan bis untuk umum sebanyak 290 unit dan angkutan mobil penumpang umum sebanyak 723 unit. Keseluruhannya digunakan untuk melayani angkutan darat antar kota dalam propinsi (AKDP) dan antar kota antar propinsi (AKAP). Kabupaten Pasir memiliki prasarana jalan dan jembatan terutama ruas jalan Penajam–Kuaro, Kuaro-Lolo-Tanah Grogot, Kuaro-Batu Aji, Tanah Grogot – Kerang Dayu sepanjang 72 km yang merupakan jalan lintas Kaltim-Kalsel lewat Batu Licin. Jalan lintas ini sangat menunjang dalam pengangkutan hasil karet alam. Kabupaten Kutai Timur memiliki sarana transportasi darat dengan jalur Sangatta-Samarinda dan Sangatta-Bontang. Kondisi jalan baik dengan 4 terminal angkutan. 2.3.2. Perhubungan Laut, Sungai dan Penyeberangan Sampai saat ini terdapat 15 pelabuhan yang merupakan pintu gerbang kegiatan angkutan barang dan penumpang melalaui air, baik kegiatan antar pulau maupun ekspor-impor. Pada tahun 2001 tercatat sebanyak 15.602 unit kapal yang berlabuh di 15 pelabuhan di Kalimantan Timur. Dermaga sungai yang telah dibangun sebanyak 36 dermaga, dengan armada angkutan sungai sebanyak 1.382 unit kapal untuk melayani angkutan umum. Sedangkan angkutan penyeberangan telah tersedia 7 unit kapal penyeberangan untuk melayani lintas Balikpapan-Penajam dan lintas Balikpapan-Mamuju Sulawesi Selatan. Kabupaten Pasir memiliki pelabuhan Pondong, pelabuhan bongkar muat, pelabuhan ferry Penajam serta pelabuhan khusus lainnya. Kesemua fasilitas pelabuhan ini berguna untuk distribusi hasil usaha perkebunan. Kabupaten Kutai Timur memiliki pelabuhan laut di Maloy, yang disiapkan khusus untuk melayani kegiatan agroindustri termasuk penyaluran hasil usaha perkebunan. 2.3.3. Perhubungan Udara Di Kalimantan Timur terdapat 10 bandara udara yang dikelola oleh Departemen Perhubungan dan telah mendapat klasifikasi, dan 11 bandara yang berstatus bandara udara perintis.
14 Angkutan udara perintis menuju daerah pedalaman dan perbatasan Propinsi Kalimantan Timur, pemerintah Propinsi Kalimantan Timur masih memberikan subsidi, karena pada daerah-daerah tersebut hanya angkutan udara satu-satunya sebagai alat transportasi yang mendukung perkembangan daerah tersebut. 2.3.4. Telekomunikasi Di Kalimantan Timur telah tersedian jaringan telekonuminikasi dan banyak bermunculan warung telekomunikasi, kios pon TUK maupun TUC yang saat ini ada 1.242 unit. Kabupaten Pasir memiliki pelayanan sistem telekomunikasi berupa 427 fasilitas telepon terdiri dari telepon umum kartu, wartel dengan 113 SST dan 264 SLJJ serta jaringan telpon swasta yang memudahkan akses informasi dan bisnis. Sedangkan Kutai Timur telah memiliki fasilitas telekomunikasi dengan Sentral Telepon Otomat dan jaringan telepon selular swasta. 2.3.5. Ketenagalistrikan Sebagian besar energi listrik di Kalimantan Timur bersumber dari Perusahaan Umum Listrik Negara, baik dari sistem grid (interkoneksi sistem Mahakam) maupun dari sistem off grid (isolated) yang tersebar di masing-masing pemerintah kota/kabupaten (Tabel 3). Selama tahun 2003, daya terpasang tenaga listrik mencapai 313,6 MW dan produksi maksimum energi listrik sebanyak 1.642,69 GWh. Tabel 3. Pembangkit Listrik Exiting Propinsi Kalimantan Timur Tahun 2003 Siatem Grid Jenis pembangkit Pembebanan Lokasi Pembangkit Daya terpasang (MW) Daya Mampu (MW) Prod. Energi Max (GWh/Thn) Prod. Energi (GWh/Bln) Prod. Energi (GWh/Thn) Capacity Factor (%)
Sistem Off Grid
PLTG/U
PLTD
PLTD Bpp
PLTD Berau
PLTD Smd
Base Load Tj. Batu 80,00 74,60 522,80 45,34 544,10 83,30
Base Load Tersebar 166,90 93,10 652,45 43,89 526,70 64,60
Peak Load Tersebar 15,60 15,60 109,33 6,73 76,40 55,90
Peak Load Tersebar 26,50 26,50 185,71 11,03 132,40 57,00
Base Load Tersebar 24,60 24,60 172,40 10,18 122,10 56,70
Sumber : PT. PLN (Persero) Wilayah Kalimantan Timur, 2003
Kabupaten Pasir memiliki PLTD yang melayani kebutuhan masyarakat akan energi listrik. Jaringan yang mulai dibangun yaitu pembangkit listrik dengan sistem biomasa (limbah sawit dan batu bara) serta PLTA yang bersumber dari terowongan elak dengan kapasitas 56 MW.
15 Kutai Timur memiliki pembangkit listrik dengan produksi 38.085 MWH dengan kapasitas terpasang 10,07 MW. 2.3.6. Air Bersih dan Kapasitasnya Kalimantan Timur memiliki jaringan air yang dikelola PDAM dengan kapasitas potensial 3.439 liter/detik dan kapasitas efektif 2.540 liter/detik. Kabupaten Pasir 106 liter/detik dengan kapasitas yang berbeda di masing-maisng kecamatan. Sementara itu Kabupaten Kutai Timur mampu memproduksi air bersih sebanyak 923.464 m3. 2.4. Analisis Produksi 2.4.1. Skala Usaha/Kapasitas Usaha budidaya karet alam pada umumnya di masyarakat bersifat non komersial hanya untuk kebutuhan sendiri, sekalipun dijual hanya berupa lateks segar. Untuk itu, pengembangan usaha budidaya karet alam direncanakan dengan skala industri pengolahan lateks menjadi crum rubber. Aspek teknis yang perlu dilakukan dalam mempersiapkan usaha budidaya karet alam untuk skala industri sebagai berikut: 2.4.1.1. Pembukaan Lahan (Land Clearing) Kegiatan pembukaan lahan harus disesuaikan dengan jadwal penanaman. Kegiatan pembukaan lahan meliputi: (1) pembabatan semak belukar, (2) penebangan pohon, (3) pencincangan dan pemangkasan, (4) pendongkelan akar kayu, dan (5) penumpukan dan pembersihan. Seiring dengan pembukaan lahan, dilakukan penataan lahan dalam blokblok, penataan jalan-jalan kebun, dan penataan saluran drainase. Lahan kebun ditata ke dalam blok-blok berukuran 400 x 400 m, sedangkan jaringan jalan dibangun dengan jarak pikul 200 m dan jaringan jalan yang dibangun sedapat mungkin saling berhubungan dengan jaringan jalan yang lain. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas jalan dan alat angkutan yang akan digunakan. Pembuatan dan penataan saluran drainase (field drain) dibuat setelah pemancangan jarak tanam selesai dilakukan. Luas penampang disesuaikan dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu dan mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
16 2.4.1.2. Persiapan Lahan Penanaman Ada beberapa langkah dalam persiapan lahan penanaman karet yang dilakukan secara sistematis. Langkah-langkah itu antara lain: Pemberantasan alang-alang dan gulma lainnya Pemberantasan alang-alang dapat menggunakan bahan kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau Dalapon, sedangkan pemberantasan gulma lainnya dapat dilakukan baik secara kimia (ally) ataupun secara mekanis. Pengolahan tanah Pengolahan tanah dapat dilakukan dengan sistem minimum tillage yaitu dengan membuat larikan antara barisan satu meter dengan cara mencangkul selebar 20 cm. Namun pengolahan tanah secara mekanis dapat dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan kesuburan tanah. Pembuatan teras/petakan dan benteng/piket Pembuatan teras/petakan dilakukan terutama pada areal yang memiliki kemiringan lebih dari 50 dengan sistem kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Lebar teras berkisar antara 125 – 150 cm, tergantung derajat kemiringan lahan. Untuk setiap 6 – 10 pohon (tergantung derajat kemiringan tanah) dibuat benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada permukaan petakan. Pengajiran Pengajiran yaitu menandai tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanam tertentu sesuai dengan kemiringan tanah. Pada tanah dengan kemiringan antara 0 – 80, jarak tanam adalah 7 x 3 m (476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus mengikuti arah Timur – Barat berjarak 7 m dan arah Utara – Selatan berjarak 3 m. Pada tanah dengan kemiringan 8 – 150, jarak tanam 8 x 2,5 m (500 lubang/hektar) pada teras-teras diatur bersambung setiap 1,25 m (penanaman secara kontur). Pelubangan Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 x 60 cm bagian atas dan 40 x 40 cm bagian bawah dengan kedalaman 60 cm. Pada waktu membuat lubang, tanah bagian atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan. Lubang tanam dibiarkan selama satu bulan sebelum bibit karet ditanam. Penanaman LCC (Legum Cover Crops) Penanaman LCC dilakukan sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki struktur fisik tanah, mengurangi penguapan air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma. Komposisi LCC untuk setiap hektar adalah Pueraria javanica: 4 kg, Colopogonium mucunoides: 6 kg, dan Centrosema pubescens: 4 kg, kesemuannya dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Tanaman LCC dipelihara dengan melakukan penyiangan dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar,
17 dengan cara menyebar rata di atas permukaan tanah. Pemberian RP untuk LCC dapat dilanjutkan sampai dengan tahun kedua apabila pertumbuhannya kurang baik. 2.4.1.3. Seleksi dan Penanaman Bibit Karet Seleksi bibit Seleksi bibit dimaksudkan agar diperoleh bibit yang berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulan hasil, resisten tehadap serangan hama dan penyakit daun dan kulit, serta mepunyai kemampuan dalam pemulihan luka kulit yang baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap tanam antara lain: (1) bibit karet di polybag berpayung dua, (2) mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai bertunas, (3) akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar lateral, dan (4) bebas dari penyakit jamur akar (wws). Kebutuhan bibit Untuk jaraktanam 7 x 3 m diperlukan sebanyak 476 bibit dan cadangan sebanyak 10 % atau 47 bibit, sehingga untuk setiap hektar diperlukan sebanyak 523 bibit karet. Penanaman Penanaman karet dilaksanakan pada musim penghujan yaitu antara bulan September – Desember. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan dengan urea 50 gram dan SP-36 sebanyak 100 gram sebagai pupuk dasar. 2.4.1.4. Pemeliharaan Tanaman Pemeliharaan tanaman karet meliputi penyiangan gulma, pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman. Penyiangan gulma Penyiangan pada tahun pertama dilakukan dengan rotasi dua kali sebulan, sedang pada tahun ke dua hingga matang sadap. Rotasi penyiangan dilakukan satu kali sebulan. Pemupukan Pemupukan dilakukan dengan dosis seimbang, dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal pemupukan pada semester I dilakukan pada bulan Januari/ Fabruari dan pada semester II bulan Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan terlebih dahulu digaru dan piringan tanaman dibersihkan. Pemupukan SP-36 biasanya dilakukan dua minggu lebih dahulu dari urea dan KCl. Dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat dilihat poada Tabel 4.
18 Tabel 4. Kebutuhan Pupuk Tanaman Karet Umur Tanaman
Kebutuhan Pokok Urea
SP-36
KCl
Urea
(gram/pohon)
SP-36
KCl
(gram/pohon)
TB
50
100
-
25
50
-
TBM 1
236
100
100
118
50
50
TBM 2
333
267
150
160
123
75
TBM 3
381
267
200
175
128
92
TBM 4
429
333
200
188
147
88
TBM 5
476
333
200
200
140
84
TBM 1-25
524
333
350
265
170
175
Pemberantasan hama dan penyakit Hama utama tanamaan karet adalah rayap (Coptotermes sp) yang dapat diberantas dengan menggunakan Chlordane 8 EC atau Basudin 6 0 EC dengan konsentrasi 0,3 %. Sementara hama Kuuk (Exopholis hypoleuca) dapat diberantas dengan Basudin 10 G. Sedangkan penyakit yang sering menyerang tanaman karet antara lain: - Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferrum) dapat diberantas dengan collar protectant. - Penyakit daun Gloesporium pada TBM dapat diberantas dengan penyemprotan larutan KOC, misalnya Cabak dengan konsentrasi 0,1 % atau Daconil 75 wp dengan konsentrasi 01 – 02 %. Apabila menyerang TM dapat diberantas dengan sistem fogging menggunakan Daconil atau fungisida lain. - Cendawan akar putih (Rigidonporus lignosus) dapat diberantas dengan Formac 2 atau Shell Collar Protectant atau Calixin Collar Protectant. - Penyakit jamur upas (Corticum salmonikolor) dapat diberantas dengan Calixin Ready Mix 2 %. - Penyakit bidang sadapan Mouldyrot dapat diberantas dengan Benlate dengan konsentrasi 01 – 0,2 % atau Difolan 4F konsentrasi 1 – 2 %. - Penyakit bidang sadapan kanker garis (Phytophora palmivora) diberantas dengan Difolatan 4F konsentrasi 2 – 4 %.
19 2.4.2. Jangka Waktu Tanaman karet dikatakan matang sadap setelah berumur 5 - 6 tahun, tergantung keadaan tanah dan pertumbuhan tanaman, klon karet yang ditanam, dan teknik dan manajemen penyadapan. Kriteria matang sadap antara lain apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah telah mencapai minimum 50 cm. Jika 60 % dari populasi tanaman telah memenuhi kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap disadap. Tinggi bukaan sadap Tinggi bukaan sadap, baik sistem sadapan ke bawah (down ward tapping system – DTS) maupun sistem sadap ke atas (upward tapping system – UTS) adalah 130 cm diukur dari permukaan tanah. Gambar 7. Penyadapan Tanaman Waktu bukaan sadap Karet Waktu bukaan sadap adalah dua kali setahun yaitu: (1) permulaan musim hujan (Juni) dan (2) permulaan masa intensifikasi sadapan (Oktober). Kemiringan irisan sadap Sadapan dimulai dengan sudut kemiringan irisan sebesar 400 dari garis horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila mendekati kaki gajah (pertautan bekas okulasi). Pada sistem sadapan ke atas , sudut irisan semakin membesar. Sistem sadap Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan mengkombinasikan intensitas sadap rendah diserta stimulasi Ethrel selama siklus penyadapan. Sedangkan sistem sadapan konvensional dan alternatif dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5. Penyadapan Tanaman Karet Konvensional Umur Jangka Waktu Taraf Tanaman Sistem Sadap (tahun) (tahun) Remaja 0-5 Teruna 6 – 10 a.s/2 d/3 67% 2 11 – 15 a.s/2 d/2 100% 4 Dewasa 16 s/d d/2 100% 5,5 17 - 21 a/2 d/2 100% 5,5 Setengah Tua 22 – 28 2 s/2 d/3 133% 7 Tua 29 -31 2 s/2 d/3 133% 4 Catatan : tanaman karet diremajakan pada umur 31 tahun
Bidang Sadap A A B A’ B’ + AH A’’ + BH
20 Tabel 6. Penyadapan Tanaman Karet Alternatif Sistem Sadap
Jangka Waktu (tahun)
Bidang Sadap
0–5
-
-
-
6 – 10
a.s/2 d/3 67%
2
A
11 – 15
a.s/2 d/2 100%
4
A
16
s/d d/2 100%
5,5
B
17 – 21
a/2 d/2 100%
5,5
A’
Setengah Tua
22 – 28
2 x 3 bulan di atas
7
B’ + AH
Tua
29 –31
2 x 3 bilan di bawah
4
A’’ + BH
Umur (tahun)
Remaja Teruna
Taraf Tanaman
Dewasa
Keterangan: Atas: s/2 d/4 50% + Ethrel (anti kougulan) Bulan: a. Mei, Juni, Juli b. Nopember, Desember, Oktober Bawah:s/2 d/3 67% + Ehtrel Bulan: a. Februari, Maret, April b. Agustus, September, Oktober A = kulit murni sisi A B’ = kulit pulihan pertama sisi B B = kulit murni sisi B AH = kulit murni atas sisi A A’ = kulit pulihan pertama sisi A BH = kulit murni atas sisi B A’’ = kulit pulihan kedua sisi A
2.4.3. Sarana dan Prasarana Kebun serta Teknologi/Mesin yang diperlukan Pengembangan karet alam melalui budidaya untuk skala industri memerlukan perencanaan yang matang serta sarana dan prasarana pendukung. 1. Sarana Pembibitan Bibit karet alam diusahakan melalui pembibitan sendiri maupun didatangkan dari luar. 2. Infrastruktur Kebun Kebun karet alam skala industri dirancang dengan adanya satu sistem usaha terpadu dimana industri hulu dan industri hilir ada. Sebagai pendukung demi kelancaran pengawasan dan pengusahaan kebun, perlu dibangun kantor dan perumahan di lokasi kebun. Gorong-gorong dan saluran drainase dibuat di dalam kebun untuk mengatur tata air kebun dan aerasi tanah agar tidak terganggu dan pertumbuhan karet dapat normal. 3. Peralatan Kerja Pembukaan lahan memerlukan peralatan kerja agar lebih cepat dan tenaga kerja lebih efisien. Pembabatan, penumbangan, dan perumpukan menggunakan parang, kapak, chainsaw, buldozer. Penyemprotan, pengendalian hama dan
21 penyakit, pembersihan jalur, dan penyiangan kebun karet menggunakan handsprayer dan sabit. Pengukuran dan pemancangan lubang tanam menggunakan ajir dan pembuatan lubang tanam dengan peralatan cangkul dan skop. Infrastruktur Pabrik Pengolahan Kebun karet alam yang berskala industri hilir memiliki fasilitas pengolahan berupa pabrik pengolahan lateks menjadi crumb rubber. Mesin dan peralatan di dalam pabrik pengolahan meliputi: saringan dari kawat kasa, bak kougulan dari aluminium, bahan kougulan (amonia), pellietiser (mesin pisau berputar), bak pencucian dari aluminium, mesin pengeringan, ban berjalan, mesin pengepakan, alat timbang dan dilengkapi dengan suku cadang.
4.
2.4.4. Sumber Daya Manusia Penduduk Propinsi Kalimantan Timur dari tahun ke tahun terus bertambah dan dalam kurun waktu 10 tahun (1990 – 2000) kenaikan rata-rata sebesar 2,73 % per tahun, sehingga pada tahun 2000 telah mencapai 2.431.952 jiwa. Pertambahan penduduk ini selain disebabkan berkembangnya warga setempat, juga disebabkan makin banyaknya pendatang dari luar daerah yang bermukim di daerah tersebut. Selama kurun waktu 1999-2001, angkatan kerja di Kalimantantan Timur mengalami peningkatan yaitu dari 1.024.187 orang tahun 1999 bertambah menjadi 1.082.739 orang pada tahun 2001. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, jumlah angkatan kerja yang bekerja sebanyak 1.019.299 orang dan mencari pekerjaan sebanyak 63.440 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Jumlah Angkatan Kerja di Kalimantan Timur Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2001 No
Kegiatan
Laki-Laki (jiwa)
Perempuan (jiwa)
Jumlah (jiwa)
1.
Angkatan Kerja
748.955
333.784
1.082.739
2.
Bekerja
710.035
309.264
1.019.299
3
Mencari Kerja
38.920
24.520
63.440
Sumber : BPS, Kaltim Dalam Angka Tahun 2001
2.5. Analisis Ekonomi Analisis finansial kelayakan usaha budidaya karet alam dibuat dengan asumsi sebagai berikut:
22 Asumsi: Status Lahan Luas kebun Jarak tanam Kebutuhan bibit Ukuran lubang tanam Kebutuhan pupuk dasar: - Rock of Phosfat (RP) - Urea - SP-36 Kebutuhan LCC : - Pueraria Javanica (PJ) - Colopogonium mucunoides (CM) - Centrosema pubescens (CP) - Rock of Phosfat (RP) Kebutuhan tenaga kerja: - Pembabatan - Penumbangan - Penyemprotan - Pembuatan jalur tanam - Penanaman LCC - Pemupukan - Penyiangan - Pengukuran dan pemancangan - Penanaman karet - Mandor Waktu pemanenan/penyadapan: - Lama Pemeliharaan (TBM) - Waktu Pemanenan (TM) Umur ekonomis proyek Konversi lateks menjadi crumb rubber Harga jual crumb rubber
Hak Guna Usaha (Tanah Negara) 6000 ha 7m x 3 m 476 bibit/ha 60 x 60 x 40 cm 100 gram/lubang 50 gram/lubang 100 gram/lubang 4 kg/ha 6 kg/ha 4 kg/ha 5 kg/ha 10 HOK 10 HOK 10 HOK 2 HOK 2 HOK 0,28 HOK 2,14 HOK 2 HOK 4 HOK 0,29 HOK 5 tahun Tahun ke-6 30 tahun 25% Rp. 11.000,-/kg
Biaya investasi budidaya karet alam sebesar Rp.93.824.744.240, meliputi investasi kebun, infastruktur kebun dan pabrik pengolahan karet. Pada tahun pertama sebesar Rp. 54.944.392.000, pada pada tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima masing-masing secara berurutan sebesar Rp. 62.037.438.400, Rp. 71.092.606.720, Rp. 89.335.228.202, dan Rp. 109.430.712.325.
23 Biaya Pemeliharaan tanaman sejak menghasilkan sampai umur tanaman karet produktif memerlukan biaya yang berbeda, tetapi sejak tanaman mampu menghasilkan pada umur 6-10 tahun dan umur 10-30 tahun biaya pemeliharaan relatif sama (rincian terlampir). Berdasarkan analisis kelayakan proyek diperoleh nilai ROI, NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period seperti disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil Analisis Finansial Proyek usaha budidaya karet alam Kriteria Kelayakan Proyek ROI NPV IRR B/C Payback Period
Nilai 52,87% 176.469.957.668 28% 3,18 10 tahun 7 hari
Pada Tabel 8, nilai Return on Investment (ROI) diperoleh 52,87%. Nilai ROI menunjukkan dari setiap Rp. 1,- modal yang ditanamkan untuk usaha budidaya karet alam akan diperoleh keuntungan sebesar Rp. 52,87. Berdasarkan analisis cash flow (cash inflow dan cash outflow) investasi usaha budidaya karet alam diperoleh nilai Net Present Value (NPV) sebesar Rp. 176.469.957.668 untuk setiap 6000 hektar kebun karet alam. Nilai NPV lebih besar dari nol, sehingga budidaya karet alam layak untuk dilaksanakan. Sementara nilai Internal Rate of Return (IRR) sebesar 28%, jauh lebih tinggi dari tingkat suku bunga bank sebesar 14%, maka budidaya karet alam layak untuk dilaksanakan. Berdasarkan analisis Benefit Cost Ratio (B/C) diperoleh nilai 3,18 lebih besar dari 1, berarti budidaya karet alam layak diusahakan. Dilihat dari sudut kemampuan mengembalikan modal (Payback Period), usaha budidaya karet alam mampu mencapai Break Event Point (BEP) setelah 10 tahun 7 hari. Maka secara finansial budidaya karet alam layak diusahakan. 2.6. Aspek Pemasaran 2.6.1. Pemasaran Dalam Negeri Bahan baku karet dipergunakan juga bagi berbagai industri dalam negeri. Macam industri dan volume konsumsi karet yang bersangkutan pada tahun 1996, terlihat pada Tabel 9. Sejalan dengan meningkatnya kegiatan industri yang bersangkutan di Indonesia, guna memenuhi kebutuhan yang makin meningkat di masa yang akan datang karena meningkatnya konsumen, maka akan meningkat
24 pula kebutuhan karet di Indonesia, yang merupakan pasar potensial bagi produksi perkebunan karet. Tabel 9. Jenis industri dan pengolahan yang menggunakan bahan baku hasil karet menurut jenis karet dan volume yang dikonsumsi pada tahun 1994 dan 1995. Jenis Bahan Baku
Volume (ton) 1994
196
lateks
3.771
10.113
Jumlah Perusahaan
Volume (ton) 1995
No
Jenis Industri
1.
Minyak kasar/ makanan dan nabati
2.
Pengupasan dan pembersihan kopi
87
lateks
7.855
8.074
3.
Pengupasan biji-bijian
54
lateks
5.942
7.997
4.
Kopra
11
lateks
Sumber: Statistik Perkebunan Indonesia (karet), Ditjen Perkebunan
Pada Tahun 2003 triwulan I, produksi karet mencapai 6.143 ton, yang sebagian besar ditujukan untuk memenuhi permintaan dalam negeri (lokal 82%), dengan dasar harga ekspor, selebihnya di ekspor ke negara Eropa, Asia dan Amerika. Keseluruhan nilai penjualan sampai dengan triwulan I/2003 sebesar Rp 49 miliar, merupakan 29% dari total pendapatan PTPN VIII. Harga pemasaran karet SIR-20 di pasar Singapore pada tahun 2005 sebesar $US 1,38/kg. Sementara itu harga Grumb Rubber di Jambi sebesar Rp. 11.000/kg dan karet mentah sebesar Rp. 4.200 – 4.500/kg. 2.6.2. Aneka Produk Karet Utama dan Produk Sampingan Getah karet banyak digunakan dalam industri-industri barang. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain: aneka ban kendaraan (sepeda engkol, sepeda motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam. Selain itu bahan baku karet juga digunakan untuk membuat perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat penghubung dan penahan getaran, misalnya shockabsorbers. Karet bisa juga dipakai untuk tahanan dudukan mesin. Pemakaian lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta tidak tembus air. Dalam pembuatan jembatan digunakan karet sebagai penahan getaran. Bahan karet yang diperkuat dengan benang-benang menjadi cukup kuat, elastis, dan tidak menimbulkan suara yang berisik, yang dipakai sebagai tali kipas
25 mesin. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet. Bangunan-bangunan besar semakin banyak menggunakan bahan karet. Bagian-bagian ruang atau peralatanperalatan yang terdapat di dalamnya banyak yang dibuat dari bahan karet. Alas lantai dari karet berupa karpet dapat dibentuk dengan berbagai macam warna dan desain yang menarik. Peralatan dan kendaraan perang pun banyak yang bagianbagiannya dibuat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truk-truk besar, dan jeep. Dengan demikian secara tidak langsung karet berjasa besar dalam keamanan dan pertahanan suatu negara. Tidak mengherankan bila banyak negara terutama negara maju menimbun karet alam sebagai strategic stock file. Sebagai pencegah lecet atau rusaknya kulit dan kuku ternak karena lantai semen yang keras, maka alas lantai dibuat dari karet dan sekarang banyak digunakan di peternakan-peternakan besar. Alas lantai dari karet ini mudah dibersihkan dan cukup menyehatkan bagi ternak seperti sapi atau kerbau. Selain dapat diambil getahnya, tanaman karet masih memiliki manfaat lain yang cukup besar bagi pemilik perkebunan karet, sebagai hasil sampingan (by product). Hasil sampingan itu adalah kayu atau batang pohon karet. Masa produktif tanaman karet sekitar 25-30 tahun dan gestation period 5 – 6 tahun, setelah itu tanaman karet yang tua dapat diganti dengan tanaman baru. Tanaman karet tua ditebang dan batangnya/kayunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri mebel. Dengan semakin berkurangnya kayu dari pohon-pohon hutan alam dan semakin gencarnya kampanye pelestarian kayu dari hutan tropis, maka kayu dari tanaman karet tua merupakan alternatif untuk bahan baku industri perkayuan. Kedepan peluang permintaan kayu dari pohon karet akan semakin meningkat. Hasil samping lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan adalah biji karet. Dikebanyakan perkebunan, biji karet dibiarkan begitu saja, padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan, sebab jumlahnya cukup banyak. Diperkirakan dalam satu hektarnya dapat menghasilkan sekitar 5.000 butir biji karet setiap tahunnya. Dilihat dari komposisi kimianya, ternyata kandungan protein biji karet terhitung tinggi. Dari setiap 100 g biji karet, kadar proteinnya sebesar 27 %, lemak 32,3 %, air 3,6 %, abu 2,4 %, thiamin 450 μg, asam nikotinat 2,5 μg, karoten dan tokoferol 250 μg, dan sianida sebanyak 330 mg. Selain kandungan proteinnya cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalamnya. Agar biji karet dapat dimanfaatkan, maka harus diolah terlebih dahulu menjadi konsentrat. Daya guna protein biji karet yang meningkat dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, terutama sebagai suplemen atau komplemen produk makanan. Jenis produk makanan yang bisa dicampur dengan konsentrat biji karet adalah daging sintetis, roti, aneka snack, makanan bayi, dan masih banyak lagi. Semakin
26 banyak jenis makanan yang dapat diperkaya kandungan proteinnya dengan penambahan konsentrat biji karet, maka semakin banyak orang yang dapat memperoleh mafaat dari bahan yang sering terbuang percuma di daerah-daerah perkebunan. 2.6.3. Pola Pemasaran Perkebunan Rakyat Perkebunan karet yang dikelola oleh petani ada dua jenis, yaitu petani yang bermitra dengan dengan perkebunan besar (negara/swasta) dan kedudukannya sebagai petani plasma, dan kedua petani yang melakukan usahanya dengan kemampuan sendiri. Petani yang bermitra dengan perkebunan besar memiliki lahan dengan ratarata luas 2 hektar, sedangkan petani yang mengusahakan perkebunan dengan kemampuan sendiri luasannya berkisar antara 1-15 hektar. Dengan luas lahan yang terbatas, tentunya lateks yang dihasilkan oleh petani juga terbatas. Dengan produksi lateks yang terbatas, petani biasanya menjual lateksnya melalui pedagang di tingkat desa atau melalui KUD yang dekat dengan lokasi kebun. Kemudian dari KUD berlanjut ke padagang besar hingga ke industri pengolahan. Dari industri pengolahan kemudian ke pedagang dalam negeri atau ke eksportir. Berikut pola pemasaran karet pada perkebunan rakyat seperti disajikan pada Gambar 8. Pola 1
Pedagang Tingkat Desa/Village Trader
Pedagang Besar/Large Trader
Pedagang Dalam Negeri/ Eksportir/Domestic Trade/Exporter
Prosesor/Processor
Petani/Farmers
`
Pola 2
Petani/Farmers
KUD, Pasar / Market
Pedagang Dalam Negeri/ Eksportir/Domestic Trade/Exporter
Prosesor/Processor
27
Pola 3
Petani KUD/ KUD Farmers
Pedagang Dalam Negeri/ Eksportir/Domestic Trade/Exporter
Prosesor/ Processor
Gambar 8. Pola Pemasaran Perkebunan Karet Rakyat Berikut pola pemasaran karet pada perkebunan besar negara (PBN) dan perkebunan besar swasta (BPS) terlihat pada Gambar 9. Bahan Olah Karet Rakyat (Bokar)
Lateks Kebun
Pabrik Pengolahan
Perkebunan Besar PTP
Swasta Kantor Pemasaran Bersama
Industri yang menggunakan bahan baku karet di dalam negeri
Medan
Jakarta
Surabaya
Lelang
Eksportir
Pembelian Langsung Oleh Pihak Luar Negeri/ Perwakilannya
Dealer
Perusahaan Pengangkutan
Importir
Industri yang menggunakan bahan baku karet di luar negeri (konsumen luar negeri)
Gambar 9. Jalur Tata Niaga Ekspor Karet Indonesia
28 Kebutuhan karet alam dalam negeri masih tergolong rendah dibanding dengan jumlah yang diproduksi setiap tahunnya. Itulah sebabnya karet alam Indonesia lebih banyak berorientasi ekspor. Destinasi ekspor komoditi karet alam Indonesia pada tahun 1991 adalah Amerika Serikat sebesar 40 %, Singapura sebesar 32,8 %, negara-negara di Eropa Barat sebesar 7,5 %, Rusia sebesar 5 %, Jepang sebesar 3,3 %, dan beberapa negara lain sebesar 11,4 %. Singapura sendiri tidak menggunakan karet alam yang diimpornya dari Indonesia untuk keperluan dalam negerinya. Karet alam tersebut diolah kembali dengan tingkat teknologi pengolahan yang tinggi dan hasilnya dikirim ke negaranegara maju. Ditambah jaringan perdagangan yang memang luas, maka negara itu memperoleh keuntungan yang besar dari karet alam yang dibelinya dari Indonesia. Namun demikian, diperkirakan ke depan permintaan karet alam akan semakin meningkat, sejalan semakin mahalnya dan berkurangnya potensi bahan tambang sebagai bahan baku karet sintetis. Ditambah lagi semakin majunya teknologi pengolahan karet alam memungkinkan pemanfaatannya semakin meluas, disamping adanya keunggulan-keunggulan karet alam yang tidak tergantikan oleh karet sintetis. Ke depan usaha budidaya karet sangat menjanjikan dan mempunyai peluang pasar yang cukup luas, baik untuk memenuhi kebutuhan industri-industri karet di dalam negeri maupun untuk ekspor. 2.7. Aspek Legalitas Ijin usaha pembukaan kebun di Kabupaten dan Kota di Kalimantan Timur mengacu kepada perundangan dan peraturan nasional yaitu Undang-undang Nomor 24 tahun 1994 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor); Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); Undangundang Nomor 24 Tahun 1997 tentang Tata Ruang (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3702; Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839; Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 21 Tahun 2001 Tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk Hukum Daerah; Keputusan Menteri Pertanian Nomor 357/pts/HK.350/5/2002 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan. Adapun izin usaha perkebunan di daerah harus memenuhi pasal-pasal tersebut bahwa:
29 1. 2.
Usaha Perkebunan Rakyat wajib mendaftarkan usahanya kepada Dinas; IUP dapat diberikan kepada: a. Koperasi; b. Badan Usaha Milik Daerah; c. Badan Usaha Milik Nasional; d. Badan Usaha Swasta Nasional; e. Patungan Badan Usaha Nasional dengan Badan Usaha Asing. 3. Usaha budidaya perkebunan wajib memiliki IUP, diberikan oleh Bupati/ Walikota; 4. IUP berlaku selama 30 tahun dan dapat diperpanjang dengan periode waktu yang sama; 5. Untuk memperoleh IUP, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada Bupati/Walikota melalui Kepala Dinas; 6. Perusahaan pemohon IUP harus melengkapi persyaratan permohonan berupa: a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas; c. Rencana kerja usaha perkebunan; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Rekomendasi dari dinas teknis; f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); g. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; h. Peta calon usaha dengan skala 1 : 100.000. i. Menyetor uang jaminan kesungguhan pada Bank yang ditunjuk sebesar Rp. 15.000,- (Lima Belas Ribu Rupiah) untuk setiap 1 ha luasan areal. 7. Dalam waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima dengan lengkap, pejabat pemberi IUP harus memutuskan IUP tersebut dapat diberikan atau ditolak. Selanjutnya ijin usaha industri perkebunan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan kegiatan usaha industri perkebunan wajib memperoleh izin tertulis dari Bupati; 2. Ijin usaha industri perkebunan dapat diberikan kepada pihak-pihak sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah; 3. Untuk memperoleh ijin, perusahaan harus menyampaikan permohonan kepada Bupati/Walikota melalui kepada dinas dengan melengkapi: a. Akte pendirian perusahaan dan perubahannya; b. Proposal mengenai usaha yang akan dijalankan yang telah disetujui oleh Kepala Dinas;
30 c. Rencana kerja usaha perkebunan; d. Dokumen AMDAL sesuai ketentuan yang berlaku; e. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD); f. Surat keterangan domisili kantor perusahaan; g. Ijin lokasi bagi perusahaan bukan pemilik kebun sumber bahan baku industri; h. Analisis kelayakan usaha; i. Kepastian pasokan bahan baku; j. Ijin HO/gangguan dari pejabat berwenang. 4. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah permohonan diterima dengan lengkap, pejabat pemberi ijin harus memutuskan permohonan ijin tersebut dapat diberikan atau ditolak. Selain peraturan perundangan yang berkaitan dengan kegiatan usaha perkebunan, maka pemerakarsa kegiatan hendaknya juga memahami tentang tata cara penanaman modal dalam negeri, sebagaimana dijelaskan pada Lampiran 1. 2.8. Aspek Sosial dan Lingkungan Pada aspek sosial, pemanfaatan lahan oleh petani akan meningkatkan kesejahteraannya, namun demikian karena permasalahan petani utama adalah kurangnya modal, maka diperlukan model kemitraan secara terpadu antara petani dengan Perusahaan Inti dan Bank, sehingga sumberdaya lahan petani dapat termanfaatkan. Dengan peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani, maka akan memperkecil kesenjangan sosial. Dari aspek lingkungan, kegiatan perkebunan karet jelas memberikan dampak positif dan negatif terhadap komponen/sub kompenan/parameter lingkungan. Besaran dampak (magnitude) diperkirakan berkisar dari kecil sampai besar, dengan nilai kepentingan dampak (importance) diperkirakan dari tidak penting hingga penting. Dampak positif kegiatan perkebunan terjadi pada komponen sosekbudkesmas, khususnya pada parameter mata pencaharian, pendapatan dan kesejahteraan petani secara langsung dan aspek pendidikan secara tidak langsung. Setelah tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik, maka kegiatan perkebunan juga akan memberikan dampak positif terhadap komponen biologi (flora dan fauna), penurunan erosi dan peningkatan kesuburan tanah dan peningkatan kualitas air perairan dari sungai-sungai yang berada di dalam dan di sekitar areal kegiatan perkebunan. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktif atau lahanlahan tidur, merupakan nilai positif penting dari kegiatan perkebunan karet. Melalui pemanfaatan lahan tersebut, maka kondisi ekosistem lahan yang sebelumnya mempunyai dukung rendah (produktivitas rendah) dapat diperbaiki dan dapat ditingkatkan fungsinya, selanjutnya akan memberikan dampak positif
31 terhadap beberapa parameter lingkungan ikutan, seperti terhadap ketersediaan air permukaan dan air tanah. Dampak negatif dari kegiatan perkebunan dapat terjadi pada tahap-tahap awal perencanaan lahan dan pembukaan lahan/pengolahan tanah (dengan alat berat), khususnya berkaitan dengan masalah kepemilikan dan ganti rugi lahan, erosi, kompaksi tanah dan penurunan kesuburan tanah serta sedimentasi sungai yang terjadi pada awal pembukaan lahan. Merujuk pada peraturan perundangan yang berlaku, maka diwajibkan kepada pengelola perkebunan (dengan luas 6000 ha) untuk melakukan studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
32 PENUTUP Budidaya tanaman karet alam menjadi salah satu pilihan investasi yang menguntungkan dilihat dari berbagai kriteria kelayakan. Kondisi alam dan ketersediaan lahan di wilayah Kalimantan Timur memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai lahan perkebunan karet. Kebutuhan dunia akan karet alam sangat mendukung bagi pemasaran karet di kancah dunia, menjadikan karet alam pantas menjadi salah satu pilihan investasi usaha di Kalimantan Timur. Jika para investor menginginkan informasi lebih lanjut tentang pengembangan usaha sapi potong dapat melakukan kontak bisnis ke alamat yaitu : 1. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Jl. Gatot Subroto 44 Jakarta 12190-Indonesia PO Box 3186 Telp. +62-021-5252008, 5254981, Fax +62-0215227609, 5254945, 5253866 E-mail :
[email protected] Website : http://www.bkpm.go.id 2. Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda KALTIM 75117 Telp. 62-0541-743235 – 743446 Fax : 0541-736446 E-mail :
[email protected] Website : http://www.bppmd.kaltimprov.go.id 3. Dinas Pertanian Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Telp/fax 0543- 350037 atau contact person : Ir. H. Ibrahim, MP (Kadistan Kabupaten PPU) No HP. 0811558783
33 DAFTAR PUSTAKA
Bappeda dan Badan Pusat Statistik Kaltim. 2004. Kalimantan Timur Dalam Angka 2004, Samarinda. Dinas Perkebunan Propinsi Kalimantan Timur. 2005. Statistik Perkebunan Kalimantan Timur Tahun 1999-2004, Samarinda. Dinas Perkebunan Kabupaten Pasir. 2005. Laporan Data Statistik Perkebunan (Luas dan Produksi) Tahun 2004. Tanah Grogot. Dinas Perkebunan Kabupaten Kutai Barat. 2005. Laporan Data Statistik Perkebunan (Luas dan Produksi) Tahun 2004. Melak. Dinas Perkebunan Kabupaten Panajam Pasir Utara. 2005. Laporan Data Statistik Perkebunan (Luas dan Produksi) Tahun 2004. Panajam. Dinas Perkebunan Kabupaten Pasir. 2005. Laporan Data Statistik Perkebunan (Luas dan Produksi) Tahun 2004. Tenggarong. Johanes, 1994. Peran Kebijakan dan Kinerja Pemasaran dalam Pengembangan Pemasaran Karet (Suatu Studi Kasus di Propinsi Jambi), Disertasi, UNPAD, Bandung. Lutoni, Toni Lukman. 1991. Indonesia Akan Menjadi Produsen Karet Alam Terbesar. Neraca, Jakarta : 27 Agustus 1991. Mubyarto dan Awan Setya Dewanta. 1991. Karet Kajian Sosial Ekonomi. Aditya Media, Yokyakarta. Spillane, Jemes J. 1989. Komoditi Karet Peranannya dalam Perekonomian Indonesia. Kanisiun, Yokyakarta. Suparto, T.I. 1990. Karet Sintetis Belum Bisa menggantikan Karet Alam. Bisnis Indonesia, Jakarta : 16 Mei 1990. Tim Penulis Penebar Swadaya. 1992. Karet : Strategi Pemasaran, Budidaya dan Pengolahan. PT. Penebar Swadaya, Jakarta. Yusanti, Diana. 1994. Langkah-langkah Mempertajam Dayasaing Komoditi Karet, Kopi, Kakao Menuju Pasar Bebas. Buletin Ekonomi No. 3 Tahun XIX, hal : 9 – 12.
34
LAMPIRAN
35
Lampiran 1. Tata Cara Penanaman Modal Dalam Negeri
I. Surat Permohonan (Blangko Model 1/PMDN) dan ditanda tangani diatas materai Rp. 6,000.oleh pemohon dibuat rangkap dua dengan dilampiri persyaratan sbb: 1. Bukti Diri Pemohon: a. Photo Copy Akte Pendirian (PT, BUMN, BUMD, CV, Firma dll); b. Photo Copy Anggaran Dasar bagi Badan Usaha Koperasi; c. Photo Copy KTP; 2. Photo Copy Nomor Wajib Pajak (NPWP) Pemohon; 3. Proposal Proyek atau Biding Usaha yang dimohon dan atau rencana kegiatan dari awal penanaman modal hingga pemasaran hasil produksi. 4. Peta Lokasi Proyek Skala 1 : 100.000. 5. Persyaratan dan atau ketentuan sektoral yaitu, rekomendasi dari : 1). Lurah/Kades; 2). Camat; 3). Instansi Teknis yang menjelaskan tentang bahwa lokasi yang dimohon tidak bermasalah dan layak untuk proyek dimaksud seperti rekomendasi dari : a. Dinas Kehutanan; b. Dinas Perkebunan; c. Dinas Pertanian dan Peternakan; d. Dinas Perikanan dan Kelautan; e. Badan Pertanahan Nasional; f. Dinas/Instansi lainnya yang berkaitan dengan proyek yang dimohon. 6. Laporan keuangan dan atau akuntabilitas; 7. Pernyataan bersedia berkantor pusat di Kota/Kabupaten; 8. Surat Kuasa dari yang berhak apabila permohonan bukan dilakukan oleh pemohon sendiri. 9. Kesepakatan/perjanjian kerjasama untuk bermitra dengan Usaha Kecil yang antara lain memuat : 1. Nama dan alamat masing-masing pihak; 2. Poles kemitraan yang akan digunakan; 3. Hak dan Kewajiban masing-masing pihak; 4. Bentuk pembinaan yang akan diberikan kepada usaha kecil; 5. Hal-hal lain yang dianggap perlu. 10. Akte Pendirian atau perubahannya mengenai penyertaan usaha kecil sebagai pemegang saham, apabila kemitraan dalam bentuk penyertaan saham; 11. Surat pernyataan diatas materai dari usaha kecil yang menerangkan bahwa yang bersangkutan memenuhi kriteria usaha kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995. II. Setelah Permohonan diterima di Bagian Perekonomian & Penanama Modal Setda Kota/Kab, yang selanjutnya Permohonan diperiksa kelengkapannya/lampirannya oleh Sub Bagian Penanaman Modal dan BUMD. III. Setelah lampiran sudah lengkap, maka proposal dipresentasikan oleh Investor dengan biaya sendiri untuk dipresentasikan dihadapan pejabat Pemerintah Kota/Kab dan bila dianggap perlu juga diundang dari DPRD, Unsur Organisasi dalam masyarakat, Unsur Mahasiswa, LSM dll. IV. Hasil Presentasi dinilai oleh Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal atas persetujuan Pemerintah Kota/Kab.
36 V. Bila hasil presentasi disetujui untuk direalisasikan, maka dibuatkan Rekomendasi Walikota/Bupati dan atau Surat Persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri (SPMA) bila kewenangan sudah ada untuk membuat/mengeluarkan surat persetujuan Penanaman Modal Dalam Negeri. VI. Setelah Rekomendasi dan atau SPPMA keluar, pemohon mengurus ijin pelaksanaan Penanaman Modal yang terdiri dari : a. Ijin Lokasi ; b. Ijin Undang-Undang Gangguan (UUG) / HO dan atau Amdal untuk Perusahaan Besar. c. Iji& Mendirikan Bangunan (IMB). VII.Pengurusan Ijin yang dipersyaratkan lainnya yaitu Pemohon Penanaman Modal Wajib memiliki Ijin Usaha Tetap (IUT) untuk dapat memulai pelaksanaan kegiatan produksi komersial.