1
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 1 TAPA KELAS VIII Estikawati Putri, Sarson W. Dj. Pomalato, Karim NakiI Jurusan Pendidikan Matematika, Program Studi S1 F.MIPA Universitas Negeri Gorontalo Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada submateri luas permukaan dan volume kubus dan balok menggunakan model penemuan terbimbing di kelas VIII7 SMP Negeri 1 Tapa dan memperoleh gambaran umum tentang solusi terbaik guna meningkatkan kemampuan penalaran siswa pada materi kubus dan balok menggunakan model penemuan terbimbing di kelas VIII7 SMP Negeri 1 Tapa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tapa, semester kedua untuk tahun pelajaran 2012/2013. Pelaksanaan tindakan penelitian terdiri dari 4 (empat) tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu perancanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Dari hasil penelitian pada siklus I menunjukan bahwa terdapat 12 dari 20 siswa atau (60%) yang dikenai tindakan memeperoleh nilai diatas 70. Ini artinya presentase keberhasilan pada siklus I belum mencapai indikator kinerja yang telah ditetapkan, sehingga perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Belum tercapainya indikator kinerja disebabkan oleh kegiatan guru dalam proses pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing mencapai 76.7%, dan aktivitas siswa mencapai 80%. Berdasarkan indikator kinerja yang belum dicapai pada siklus I maka perlu diperbaiki strategi pembelajarannya pada siklus II. Hasil tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa terdapat 19 dari 20 siswa atau (95%) yang dikenai tindakan memperoleh nilai diatas 70. Ini disebabkan karena kegiatan guru dalam proses pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing mencapai 97.2%, dan aktivitas siswa mencapai 94.1%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan digunakannya model pembelajaran penemuan terbimbing dalam pembelajaran, maka kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII7 SMP Negeri 1 Tapa pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok dapat meningkat. Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing I.
PENDAHULUAN Matematika merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dibutuhkan
manusia dalam kelangsungan hidupnya sehari-hari. Bicara mengenai matematika
2
tentunya tidak lepas dari memahami tentang angka, jumlah, pola-pola, ruang, bentuk, perkiraan dan perbandingan. Secara garis besar matematika adalah ilmu dasar yang wajib dipelajari oleh siswa sejak tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi (PT). Matematika juga memegang peranan penting dalam pengetahuan dan teknologi, baik aspek terapannya maupun aspek penalarannya. Matematika sebagai ilmu yang bersifat deduktif, namun aplikasinya dalam bidang tidak dapat diingkari, matematika tidak hanya di terapkan dalam pembelajaran matematika tetapi matematika diterapkan juga pada bidang ilmu pengetahuan lain seperti; fisika, kimia, biologi, ekonomi dll. Tanpa belajar matematika tidak mungkin terjadi perkembangan teknologi seperti saat ini. Matematika merupakan mata pelajaran yang membutuhkan pemikiran, artinya
dalam
mempelajari
matematika
diperlukan
kemampuan
berfikir
matematika, yaitu kemampuan untuk melaksanakan kegiatan dan proses atau tugas matematika. Materi matematika dan penalaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena materi matematika dipahami melalui penalaran, sedangan penalaran harus dipahami dan dilatih melalui belajar melalui materi matematika. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan penalaran yang baik diharapkan memiliki prestasi belajar matematika yang baik pula. Berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan guru kelas VIII di SMP Negeri 1 Tapa diperoleh informasi bahwa kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII, khususnya kelas VIII7 pada materi kubus dan balok, masih tergolong rendah.
Berdasarkan observasi, salah satu penyebabnya adalah
kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang diberikan. Selain itu siswa kurang memiliki kemampuan bernalar yang logis dalam menyelesaikan persoalan atau soal-soal matematika. Kurangnya kemampuan penalaran matematis siswa karena dalam proses pembelajaran guru biasanya hanya menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal latihan. Dalam pembelajaran konvensional seperti ini biasanya masih berpusat pada guru (teacher center). Pembelajaran yang masih berpusat pada guru kurang tepat digunakan dalam pemebelajaran matematika, khususnya pada materi kubus dan balok.
3
Pembelajaran yang berpusat pada guru, konsep matematika disajikan dalam bentuk jadi, sehingga siswa akan lebih cepat lupa ketika pembelajaran yang diterima kurang berkesan dan kecil kemungkinan kemampuan penalaran matematis siswa dapat berkembang. Agar pembelajaran matematika berkesan maka siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, sehingga mampu menggunakan proses mentalnya untuk menemukan sendiri suatu konsep atau rumus yang sedang dipelajari dengan bimbingan guru. Dengan kata lain dengan model penemuan terbimbing siswa akan lebih mudah mengingat materi yang diajarkan.
Mengingat
pentingnya
penalaran
matematis
siswa
terhadap
pembelajaran matematika, maka guru harus menentukan model pembelajaran yang tepat bagi siswa agar siswa dapat mengembangkan kemampuan penalaran matematisnya. Dari masalah diatas maka ada baiknya menggunakan pembelajaran yang dapat meningkatkan peran aktif siswa dan dapat meningkatkan penalaran siswa dalam materi kubus dan balok pada khususnya. Salah satu alternative yang berpusat pada siswa adalah model penemuan terbimbing. Model penemuan terbimbing dapat dijadikan salah satu alternative untuk mengembangkan kemampuan penalaran matematis siswa. Sebab, dalam model penemuan terbimbing siswa tidak hanya dituntut untuk menemukan sesuatu atau mendapatkan pengalaman baru berkaitan dengan efektivitas pembelajaran, melainkan juga menyangkut kemampuan penalaran dalam memecahkan suatu persoalan dengan pemikiran yang cermat dan sistematis. Menurut Joyce (dalam Trianto, 2007: 5) ”model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajran termasuk didalamnya buku-buku, kurikulum, dan lain-lain”. Selanjutnya joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Jadi model pembeajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
4
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang. Oemar Hamalik (dalam illahi, 2012: 29-30) ”menyatakan bahwa penemuan adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada mental intelektual para peserta didik dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi, sehingga menemukan suatu konsep atau generalisasi yang dapat diterapkan dilapangan”. Dengan kata lain, kemampuan mental intelektual merupakan faktor yang menentukan terhadap keberhasilan peserta dididk dalam menyelesaikan setiap tantangan yang dihadapi, termasuk persoalan belajar yang membuat peserta didik sering kehilangan semangat dan girah ketika mengikuti materi pelajaran. Ruseffendi (2006: 329) ”model penemuan adalah model mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahui melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri”. Penemuan terbimbing sangat cocok digunakan dalam pembelajaran, karena penemuan
terbimbing
merupakan
suatu
model
pembelajaran
yang
menitikberatkan pada aktifitas siswa secara langsung untuk menemukan sesuatu yang baru dalam kegiatan belajar-mengajar. Jika ternyata ditemukan kesulitan ditengah-tengah proses pembelajaran, guru bertugas memberikan arahan atau bimbingan guna memecahakan persoalan yang dihadapi siswa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan. Dengan kata lain kemampuan merpakan kapasitas kesanggupan atau kecakapan seorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penelitian atas tindakan seseorang. Menurut Shuter dan Piere (dalam Zakiyah, 2011: 14) ”penalaran merupakan terjemahan dari reasoning”. Penalaran merupakan salah satu kompetensi dasar matematika, disamping pemahaman, komunikasi, dan pemecahan masalah. Penalaran juga merupakan proses mental dalam mengembangkan pikiran dari beberapa fakta atau prinsip.
5
Penalaran matematis sangat diperlukan siswa dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam memahami materi matematika sebab materi matematika dan penalaran adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, karena materi matematika dipahami melalui penalaran, sedangan penalaran harus dipahami dan dilatih melalui belajar melalui materi matematika. (Shadiq, 2008: 11) Kemampuan penalaran matematis adalah kemampuan siswa dalam mengemukakan argumen logis berdasarkan fakta dan sumber yang relevan. Kemampuan penalaran matematis yang dimaksud penelitian ini meliputi kemampuan memperkirakan jawaban dan proses solusi serta kemampuan menyusun argumen yang valid. Menurut Depdiknas (dalam Shadiq, 2009: 14) secara garis besar ada 7 indikator kemampuan penalaran matematika siswa, namun pada penelitian ini tes disusun berdasar 3 indikator sesuai dengan perkembangan usia SMP, yaitu: (1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram, (2) Melakukan manipulasi matematika, (3). Menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti kebenaran solusi
II.
METODE PENULISAN Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Tapa
kelas VIII7 pada mata pelajaran Matematika khususnya pada materi Luas permukaan dan Volume Kubus dan Balok. Subyek yang dikenai tindakan adalah siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VIII7 dengan jumlah seluruh siswa 20 orang. Dimana ada 9 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bersiklus untuk melihat peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa khususnya pada sub materi volume kubus dan balok melalui model penemuan terbimbing. Proses penelitian mulai dari awal sampai akhir penelitian. Pelaksanaan tindakan penelitian ini terdiri dari empat tahapan dasar yang saling terkait dan berkesinambungan yaitu perancanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
6
Menurut Mulyasa (2010: 73) “siklus PTK tersebut dapat digambarkan sebagai berikut”. Bagan Siklus PTK Siklus Lanjutan 1. Perencanaan
Siklus I 2. Melaksanakan strategi penyempurnaan pelaksanaan tindakan
1. Perencanaan 2. Tindakan
4. Refleksi 3. Observasi
3. Pengamatan, yaitu melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran
4. Refleksi, yaitu melakukan refleksi lanjutan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes kemampuan penalaran matematis dan Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran Matematika
dengan Penemuan Terbimbing. Tes digunakan untuk mengukur
peningkatan
kemampuan
penalaran
matematis
siswa
setelah
mengikuti
pembelajaran dengan Penemuan Terbimbing. Sedangkan lembar observasi digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas siswa dan guru dalam proses belajar mengajar dan implementasi pembelajaran dengan penemuan terbimbing.
7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Siklus I
a)
Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran 1) Rata-rata hasil pengamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran Kriteria Aspek yang
Jumlah
Skor
Diamati
(J)
(s)
SB
1
4
4
6.7
B
14
3
42
70
C
7
2
14
23.3
K
-
1
-
-
Jumlah
22
60
100
JxS
Presentase (%)
Total
76.7 %
23.3% 100%
Dari Uraian diatas terlihat bahwa ada sebanyak 1 aspek atau 6.7% kegiatan guru yang mendapat kriteria sangat baik (SB), 14 aspek atau 70% kegiatan guru yang mendapat kriteria baik (B), dan 7 aspek atau 23.3% memperoleh penilaian cukup (C). Rata-rata hasil pengamatan kegiatan guru dalam pembelajaran menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan model penemuan terbimbing pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua hanya 76.7% dari keseluruhan aspek yang diamati memperoleh skor dengan kriteria baik. Ini artinya kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan sehingga perlu lebih ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. 2) Rata-rata hasil pengamatan kegiatan siswa selama proses pembelajaran Kriteria Aspek yang Jumlah Skor Presentase JxS Total Diamati (J) (s) (%) SB 4 80% B 8 3 24 80 C 3 2 6 20 20% K 1 Jumlah 11 30 100 100% Dari uraian diatas terlihat bahwa ada sebanyak 8 aspek atau 80% kegiatan siswa yang mendapat kriteria baik (B), dan 3 aspek atau 20% memperoleh penilaian cukup (C). Rata-rata hasil pengamatan kegiatan
8
siswa
dalam
pembelajaran
menunjukan
bahwa
pelaksanaan
pembelajaran siswa menggunakan model penemuan terbimbing pada siklus I pertemuan pertama dan pertemuan kedua hanya 80% dari keseluruhan aspek yang diamati memperoleh skor dengan kriteria baik. Ini artinya kegiatan siswa dalam pembelajaran belum mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan sehingga perlu lebih ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya. b)
Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Presentase (%) 1 Kurang dari 45.5 8 40 2 ≥ 45.5 12 60 Jumlah 20 100 Dari uraian diatas memperlihatkan bahwa dari 20 orang siswa yang
No
Skor Capaian
Jumlah
mengikuti pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing, sebanyak 12 orang siswa (60%) yang mencapai ketuntasan dan 8 orang siswa (40%) yang belum tuntas sesuai kriteria yang ditetapkan yaitu memperoleh nilai 70, sehingga perlu lebih ditingkatkan lagi pada siklus berikutnya.
2.
Siklus II
a.
Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran 1) Rata-rata hasil pengamatan kegiatan guru dalam proses pembelajaran Kriteria Aspek yang Jumlah Skor Presentase JxS Total Diamati (J) (s) (%) SB 5 4 20 28.6 97.2 % B 16 3 48 68.6 C 1 2 2 2.8 2.8% K 1 Jumlah 22 70 100 100% Dari Uraian diatas terlihat bahwa ada sebanyak 5 aspek atau 28.6% kegiatan guru yang mendapat kriteria sangat baik (SB), dan 16 aspek atau 68.6% kegiatan guru yang memperoleh penilaian baik (B) dan 1 aspek atau 2.8% kegiatan guru yang memperoleh kriteria cukup (C). Rata-rata hasil
9
pengamatan kegiatan guru dalam pembelajaran menunjukan bahwa pelaksanaan pembelajaran guru menggunakan model penemuan terbimbing pada siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalh 97.2% dari keseluruhan aspek yang diamati memperoleh skor dengan kriteria sangat baik dan baik. Ini artinya kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. 2) Rata-rata hasil pengamatan kegiatan siswa selama proses pembelajaran Kriteria Aspek yang Diamati
Jumlah Skor (J) (s)
JxS
Presentase (%)
SB
2
4
8
23.5
B
8
3
24
70.6
C
1
2
2
5.9
K
-
1
-
-
Total 94.1% 5.9%
Jumlah 11 34 100 100% Dari uraian diatas terlihat bahwa ada sebanyak 2 aspek atau 23.5% kegiatan siswa yang mendapat kriteria sangat baik (SB), dan 8 aspek atau 70.6% kegiatan siswa yang memperoleh penilaian baik (B) dan 1 aspek atau 5.9% kegiatan siswa yang memperoleh kriteria cukup (C). Rata-rata hasil pengamatan kegiatan siswa dalam pembelajaran menunjukan bahwa pembelajaran siswa menggunakan model penemuan terbimbing pada siklus II pertemuan pertama dan pertemuan kedua adalh 94.1% dari keseluruhan aspek yang diamati memperoleh skor dengan kriteria sangat baik dan baik. Ini artinya kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. c)
Hasil Tes Kemampuan Penalaran Matematis Siswa Presentase (%) 1 Kurang dari 45.5 1 5 2 ≥ 45.5 19 95 Jumlah 20 100 Dari uraian diatas dapat dilihat bahwa 95% dari 20 orang siswa
No
Skor Capaian
Jumlah
memenuhi kriteria ketuntasan. Dengan demikian kemampuan penalaran matematis siswa telah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan.
10
Hasil penelitian yang dilakukan dalam dua siklus ini menggambarkan bahwa pengelolaan pembelajaran yang baik oleh guru dalam menyajikan pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok dengan menggunakan model penemuan terbimbing mampu memotivasi siswa mempelajari materi ini karena pembelajarannya berorientasi pada masalah yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memberikan dampak positif terhadap peningkatan kemampuan penalaran matematis sisawa pada pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok. Adapun hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah, a.
Observasi kegiatan guru pada siklus I dan II Pada sisklus I pengelolaan pembelajaran oleh guru belum mencapai kriteria
keberhasilan tindakan yang diharapkan karena masih terdapat beberapa kelemahan. Criteria keberhasilan yang telah ditetapkan adalah minimal 85% dari aspek kegiatan yang diamati memperoleh skor dengan kriteria sangat baik dan baik, sementara pada siklus Ihanya memperoleh skor dengan kriteria sangat baik dan baik sebesar 76.7%. Kemudian kelemahan-kelemahan tersebut diperbaiki pada siklus II sehingga mengalami kenaikan sebesar 20.5% menjadi 97.2% b.
Observasi kegiatan siswa pada siklus I dan II Pada siklus I aktivitas siswa masih dibawah kriteria keberhasilan yang telah
ditetapkan. Kriteria yang telah ditetapkan adalah minimal 85% siswa memperoleh nilai dengan kriteria sangat baik dan baik dari seluruh aspek yang diamati, sedangkan pada siklus I hanya 80% siswa yang memperoleh nilai dengan kriteria baik. Namun usaha guru dalam mengoptimalkan pengelolaan pembelajaran pada siklus II berhasil merubah kebiasaan buruk siswa sehingga aktivitas siswa naik sebesar 14.1% menjadi 94.1%. Dengan demikian kegiatan siswa telah memenuhi kriteria keberhasilan tindakan. c.
Observasi kegiatan siswa pada siklus I dan II Evaluasi dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan penalaran
siswa terhadap pokok bahasan luas permukaan dan volume kubus dan balok. Pada siklus I kemampuan penalaran matematis siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan, karena kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan minimal 85% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70, sementara capaian pada siklus I hanya
11
60% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai ≥ 70. Masalah ini dapat diatasi seiring meningkatnya aktivitas siswa dalam pembelajaran pada siklus II. Keaktifan siswa mengakibatkan presentasi ketuntasan meningkat sebesar 35% menjadi 95% dengan daya serap rata-rata kelas 84.2% atau mengalami peningkatan daya serap rata-rata kelas sebesar 23.9% (ditunjukkan pada lampiran 16 analisis kemampuan penalaran matematis siswa siklus II) Hasil yang dicapai dalam penelitian ini, baik dari segi kegiatan guru, aktivitas siswa, dan kemampuan penalaran matematis siswa menunjukkan bahwa hipotesis yang telah dirumuskan pada Bab II, yaitu “Dengan digunakannya model pembelajaran penemuan terbimbing dalam pembelajaran, maka kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII7 SMP Negeri 1 Tapa pada materi luas permukaan dan volume kubus dan balok akan meningkat” dapat diterima.
IV. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa: 1. Pelaksanaan pembelajaran matematika menggunakan model penemuan terbimbing, dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa dan pelaksanaannya pada siklus I dalam kategori baik dan sangat baik, yaitu rata-rata 76.7% dan pada siklus II meningkat menjadi 20.5% dengan kategori baik dan sangat baik, yaitu rata-rata 97.2% langkahlangkah pembelajaran terlaksana. 2. Kemampuan penalaran matematis siswa kelas VIII7 SMP Negeri 1 Tapa mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan rata-rata skor tes kemampuan penalaran matematis pada siklus I yaitu 60 dan menunjukkan peningkatan pada tes siklus II menjadi 95. 3. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran menggunakan model penemuan terbimbing mengalami peningkatan yaitu dari 80% aktivitas siswa telah dilakukan dalam kategori baik pada siklus I kemudian meningkat menjadi 94.1% aktivitas siswa telah dilakukan dalam kategori baik dan sangat baik pada siklus II.
12
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing lebih baik dalam meningkatkan kemampuan penalaran matematis siswa. Dengan demikian pembelajaran matematika dengan penemuan terbimbing menjadi alternative metode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 2. Untuk
menerapkan
pembelajaran
dengan
menggunakan
metode
penemuan terbimbing, sebaiknya guru membuat bahan ajar dan perencanaan yang matang, sehingga pembelajaran dapat terjadi secara sistematis sesuai dengan alokasi waktu yang direncanakan. 3. Proses bimbingan yang diberikan dalam pembelajaran metode terbimbing sangat berpengaruh terhadap hasil penemuan siswa, disarankan kepada guru yang menerapkan pembelajaran metode terbimbing supaya bentuk bimbingan yang diberikan, berupa pertanyaan – pertanyaan yang terjangkau oleh pikiran siswa sehingga dapat memungkinkan siswa untuk memahami masalah – masalah yang diberikan, hal ini dimaksud agar siswa tidak frustrasi sehingga mengakibatkan siswa kehilangan semangat belajar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Trianto.
2007.
Model
–
Model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik: Konsep, Landasan Teoritis – Praktis dan Implementasinya. Jakarta: Prestasi Pustaka Illahi, Moh. Takdir. 2012. Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Jogjakarta: Diva Press Rusefendi, E.T. 2006. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalam
Pengajaran
Matematika
untuk
Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta: Balai Pustaka Zakiyah, Siti. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing Menggunakan Tugas Bentuk Superitem Terhadap Hasil Belajar Siswa Ditinjau Dari Kemampuan Penalaran Matematika Siswa. Tesis UNG Shadiq, Fadjar. 2009. Diklat Instruktur Pengembangan Matematika SMA Jenjang Lanjut: Kemahiran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas Shadiq, Fadjar. 2008. Bagaimana Cara Mencapai Tujuan Pembelajaran Matematika di SMK?. Yogyakarta: Depdiknas Mulyasa, H.E. 2010. Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya