GAMBARAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL TERHADAP PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN DI PUSKESMAS KEMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Kebidanan U`budiyah Banda Aceh
Oleh
JULIA ANDAYANI NPM: 10010134
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN U`BUDIYAH BANDA ACEH DIPLOMA III KEBIDANAN TAHUN 2013
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini Telah Disetujui untuk Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh,
Agustus 2013
Menyetujui, Pembimbing
(LAILA KUSUMAWATI, SKM. M. Kes)
MENGETAHUI: KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES U`BUDIYAH BANDA ACEH
(NUZULUL RAHMI, SST)
PENGESAHAN PENGUJI
Karya Tulis Ilmiah Ini Telah Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Diploma III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Banda Aceh, September 2013
Tanda Tangan
PEMBIMBING : LAILA KUSUMAWATI,M.Kes
(____________________ )
PENGUJI I
: ZAHRUL FUADI, SKM, M.Kes
(
PENGUJI II
: NURLAILA RAMADHAN, SST
(_____________________)
)
MENYETUJUI KETUA STIKES U’BUDIYAH BANDA ACEH
MENGETAHUI KETUA PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN
(MARNIATI, M.Kes)
(NUZULUL RAHMI, SST)
ABSTRAK GAMBARAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL TERHADAP PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN DI PUSKESMAS KEMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE Julia Andayani1, Laila Kusumawati 2 vi + 57 halaman : 5 tabel + 1 gambar + 5 lampiran Latar Belakang: Asuhan Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. Asuhan persalinan normal merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (Depkes RI, 2008). Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui gambaran pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan yang telah mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal ditinjau dari pelaksanaan pelatihan APN, bidan terlatih dan bidan tidak terlatih. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu untuk melihat gambaran hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 86 bidan dan yang menjadi sampel juga sebanyak 86 bidan (total populasi). Cara pengumpulan data dengan cara membagikan kuesioner. Hasil Penelitian : Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dalam memberikan pertolongan persalinan normal sudah sesuai dengan anjuran dari Asuhan Persalinan Normal, yaitu sebanyak 69 responden (80,2%), bidan terlatih sebanyak 70 responden (81,4%), bidan tidak terlatih sebanyak 16 responden (18,6%). Kesimpulan: Dari 86 responden diperoleh hasil bahwa bidan yang telah mendapatkan pelatihan persalinan normal lebih terampil dalam memberikan asuhan persalinan normal. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan bagi bidan khususnya di Puskesmas Kembang Tanjong tentang bagaimana gambaran hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan. Kata kunci Sumber buku
: Asuhan persalinan normal, bidan terlatih dan bidan tidak terlatih : 9 buku (2000 – 2013) + 7 situs internet (2012-2013)
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul ”GAMBARAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL
TERHADAP
PENERAPAN
LANGKAH-LANGKAH
PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN DI PUSKESMAS KEMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013”. Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada: 1. Bapak Dedy Zefrizal, ST selaku Ketua Yayasan STIKes U`Budiyah Indonesia. 2. Ibu Marniati, M. Kes selaku ketua STIKes U`Budiyah Banda Aceh. 3. Nuzulul Rahmi, S.ST selaku ketua prodi Diploma III Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh. 4. Bapak H. Muslem, S. Sos selaku Ketua Pengelola Kampus STIKes U`Budiyah Sigli. 5. Kepada Ibu Laila Kusumawati, SKM. M. Kes selaku pembimbing yang telah banyak memberikan masukan dan saran terhadap kesempurnaan isi karya tulis ilmiah penulis ini.
6. Seluruh staf Pengajar Akademi Kebidanan STIKes U`Budiyah Banda Aceh yang mendidik dan mengajari penulis menjadi orang yang berguna bagi Agama dan Bangsa. 7. Ayahanda
dan Ibunda serta seluruh keluarga tersayang yang telah banyak
menyumbangkan segala bantuan dan semangat sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Selanjutnya dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun sehingga karya tulis ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.
Amien Ya Rabbal `Alamin
Sigli,
Agustus 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... KATA PENGANTAR ...................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... BAB
BAB
BAB
BAB
BAB
I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................ C. Tujuan Penelitian ................................................................... D. Manfaat Penelitian .................................................................
i ii iii iv vi
1 5 5 6
II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bidan ................................................................... B. Konsep Persalinan Normal .................................................... C. Konsep Asuhan Persalinan Normal ....................................... D. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan ............................. E. Lima Puluh Delapan Asuhan Persalinan Normal (APN) ...... F. Kerangka Teoritis ..................................................................
8 20 22 23 27 41
III KERANGKA KONSEP PENELITIAN A. Kerangka Konsep .................................................................. B. Definisi Operasional ............................................................. C. Cara Pengukuran Variabel ....................................................
42 43 44
IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ..................................................................... B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. C. Populasi dan Sampel ............................................................ D. Cara Pengumpulan Data ....................................................... D. Instrumen Penelitian ............................................................. E. Teknik Pengumpulan Data ................................................... F. Analisa Data ......................................................................... G. Pengolahan Data ................................................................... H. Analisa Data ......................................................................... I. Penyajian Data ......................................................................
45 45 45 46 46 46 47 47 47 48
V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... B. Hasil Penelitian ...................................................................... C. Tabulasi Silang ...................................................................... D. Pembahasan ...........................................................................
49 49 52 53
BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ............................................................................ B. Saran-saran .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
56 56
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Definisi Operasional ....................................................................... 41 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Asuhuan Persalinan Normal terhadap Penerapan Langkah-langkah Pertolongan Persalinan Normal oleh Bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013 ................................................................................ 50 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Bidan Terlatih dalam Memberikan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013 ..................................................... 51 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Bidan Tidak Terlatih dalam Memberikan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013 ..................................................... 51 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Asuhan Persalinan Normal Berdasarkan Bidan Terlatih di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013 ...................................... 52 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Asuhan Persalinan Normal Berdasarkan Bidan Tidak Terlatih di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013 ...................................... 53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembaran Kuesioner Lampiran 2 Lembaran Hasil Pengolahan Data Lampiran 3 Lembaran Permohonan Menjadi Responden Lampiran 4 Lembaran Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 5 Surat Izin Penelitian dari D-III Kebidanan STIKes U`budiyah Banda Aceh Lampiran 6 Surat Izin Selesai Penelitian Lampiran 7 Lembaran Jadwal Kegiatan Lampiran 8 Lembaran Konsultasi Lampiran 9 Biodata Penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah (Depkes RI, 2008). Asuhan Persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir. Asuhan persalinan normal merupakan salah satu upaya untuk menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (Depkes RI, 2008). Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan pergeseran paradigm dari menunggu terjadinya dan kemudian menangangi komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan
pasca persalnan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). Penyebab langsung kematian maternal yang paling umum di Indonesia adalah perdarahan 28%, eklamsi 24% dan infeksi 11%. Penyebab kematian bayi yaitu BBLR 38,94%, asfiksia lahir 27,97%. Hal ini menunjukkan bahwa 66,91% kematian perinatal dipengaruhi oleh kondisi ibu saat melahirkan. Asuhan Persalinan Normal (APN) dapat mencegah kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklamsi, sepsis dan komplikasi lainnya (Depkes RI, 2008). Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal) dengan pendekatan seperti ini, berarti bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan (Depkes RI, 2008). Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan dimanapun hal tersebut terjadi, Persalinan dan kelahiran bayi dapat terjadi di rumah, puskesmas ataupun rumah sakit, Penolong persalinan dan kelahiran bayi mungkin saja diberikan oleh seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetric. Jenis asuhan yang
akan diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir (Depkes RI, 2008). Data dari Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih di Aceh sebanyak 92,5%. Angka ini telah mencapai target dari kementerian kesehatan yaitu 90%,dan juga angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih secara Nasional, yaitu 82,2%, walaupun secara nasional terjadi peningkatan dari 66,7% pada tahun 2002 dan 77,34% pada tahun 2009, sedangkan untuk Kabupaten Pidie, proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih yaitu sebanyak 91,2%. Tiga faktor utama penyebab kematian ibu melahirkan yakni perdarahan, hipertensi saat hamil atau pre eklamsi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab kematian ibu (28%) (Profil Kesehatan Aceh, 2010). Dari data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Pidie periode 31 Desember 2012 jumlah Angka Kematian Ibu sebanyak 12 orang dan jumlah
Angka Kematian Bayi sebanyak 95 bayi dan salah satu penyebabnya adalah pada saat pertolongan persalinan. Bila di lihat dari penyebab persalinan tersebut di Kabupaten Pidie banyaknya proses persalinan yang dilakukan oleh bidan tidak
berbanding lurus dengan kematian ibu bersalin dan bayi baru lahir dan mungkin ini terjadi karena di Kabupaten Pidie jumlah bidan yang mengikuti pelatihan APN pada tahun 2012 masih sedikit, yaitu sebanyak 20% (Dinkes Pidie, 2012). Berdasarkan studi pendahuluan diperoleh data dari Puskesmas Kembang Tanjong, jumlah bidan yang bertugas di Puskesmas Kembang Tanjong sebanyak 86 orang yang sudah mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal sebanyak 70 orang dan yang belum mengikuti pelatihan sebanyak 16 orang, Dari 116 jumlah kelahiran di wilayah kerja Puskesmas tersebut, 90% persalinannya ditolong oleh bidan, namun angka kematian ibu masih banyak disebabkan oleh pertolongan saat persalinan, yaitu perdarahan pasca persalinan dan kematian bayi 70% disebabkan oleh asfiksia neonatorum, dan angka kematian bayi sebanyak 5 orang (0,8%). Hal ini terjadi karena asuhan persalinan normal belum terlaksana secara baik, dan belum memberikan pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan normal karena sebagian besar bidan belum mengikuti pelatihan asuhan persalinan normal (Puskesmas Kembang Tanjong, 2012). Berdasarkan masalah di atas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Gambaran Pelatihan Asuhan Persalinan Normal terhadap Penerapan Langkah-langkah Pertolongan Persalinan oleh Bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Mengapa asuhan persalinan normal belum terlaksana secara baik oleh bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Tahun 2013?”
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui gambaran pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran kesetaraan bidan dalam pelatihan asuhan persalinan normal b. Untuk
mengetahui
gambaran
penerapan
persalinan normal dalam pertolongan persalinan
langkah-langkah
asuhan
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dinas Kesehatan Pidie Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan untuk dapat memberikan pelatihan asuhan persalinan normal kepada bidan yang berada di Kabupaten Pidie, sehingga bisa menjadikan bidan yang terampil dalam memberikan pertolongan persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi bisa di minimalisir.
2. Bagi Ikatan Bidan Indonesia Memberikan masukan kepada organisasi IBI agar terus mengadakan monitoring bagi para bidan yang telah mendapatkan pelatihan APN agar tetap melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar pada pelatihan APN. 3. Bagi Penulis Dapat memberikan pengalaman dalam penulisan karya tulis ilmiah dan dapat menambah wawasan keilmuan penulis tentang hubungan pelatihan asuhan persalinan
normal
terhadap
penerapan
langkah-langkah
pertolongan
persalinan di Puskesmas Kembang Tanjong Tahun 2013. 4. Bagi bidan Sebagai bahan masukan bagi bidan khususnya di Puskesmas Kembang Tanjong tentang bagaimana hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertologan persalinan. 5. Bagi institusi Pendidikan
Sebagai masukan bagi institusi tentang bagaimana hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah persalinan dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa/ mahasiswi 6. Bagi peneliti lain Sebagai bahan bacaan dan referensi yang dapat dimanfaatkan bagi peneliti lain mengenai hal tersebut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Bidan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau belum memiliki ijazah formal untuk praktik bidan (Suryani, 2008). Definisi bidan menurut International Confederation Of Midwives (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrition (FIGO). Definisi tersebut secara berkala di review dalam pertemuan Internasional / Kongres ICM. Definisi terakhir disusun melalui konggres ICM ke 27, pada bulan Juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar (register) dan atau memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan (Wikipedia, 2012). Ikatan Bidan Indonesia (IBI) menetapkan bahwa bidan Indonesia adalah: seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan (Wikipedia, 2013).
Bidan dikenal sebagai professional yang bertanggungjawab yang bekerja sebagai mitra perempuan dalam memberikan dukungan yang diperlukan, asuhan dan saran selama kehamilan, periode persalinan, dan postpartum, melakukan pertolongan persalinan dibawah tanggungjawabnya sendiri, serta memberikan perawatan pada bayi baru lahir dan bayi. Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anaknya, akses untuk perawatan medis atau pertolongan semestinya lainnya, serta pemberian tindakan kedaruratan (Suryani, 2008). Bidan dapat melakukan praktik dimana saja, termasuk di rumah, masyarakat, rumah sakit ataupun unit kesehatan lainnya. Kegiatan ini harus mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak (Wikipedia, 2013). 1. Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan adalah suatu penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggungjawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kesehatan masyarakat (Suryani, 2008). Pelayanan kebidanan merupakan kegiatan integral dari pelayanan kesehatan, yang difokuskan pada pelayanan kesehatan wanita dalam siklus reproduksi, bayi baru lahir, dan balita untuk mewujudkan kesehatan keluarga sehingga tersedia sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas di masa
depan. Pelayanan kebidanan dibedakan berdasarkan kewenangan bidan, yaitu (Suryani, 2008): a. Layanan kebidanan primer/mandiri, merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dan sepenuhnya menjadi tanggung jawab bidan. b. Layanan kolaborasi, merupakan asuhan kebidanan yang diberikan kepada klien dengan tanggungjawab bersama semua pemberi layanan yang terlibat, misalnya bidan, dokter dan atau tenaga kesehatan professional lainnya, bidan adalah anggota tim. c. Layanan rujukan, merupakan asuhan kebidanan yang dilakukan dengan menyerahkan tanggungjawab kepada dokter, ahli dan atau tenaga kesehatan professional lainnya untuk mengatasi masalah kesehatan klien di luar kewenangan bidan dalam rangka menjamin kesejahteraan ibu dan anaknya. 2. Peran dan Fungsi Bidan a. Peran bidan Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat (Maulidaniah, 2011 ) Peran bidan yang diharapkan adalah (Maulidaniah, 2011): 1) Sebagai pelaksana, Sebagai pelaksana bidan memiliki tiga kategori tugas yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi dan tugas ketergantungan
a) Tugas Mandiri/ Primer Tugas mandiri bidan yaitu tugas yang menjadi tanggung jawab bidan sesuai kewenangannya, meliputi: (1) Menetapkan
manajemen
kebidanan
pada
setiap
asuhan
kebidanan yang diberikan. (2) Memberi pelayanan dasar pra nikah pada remaja dengan melibatkan mereka sebagai klien. (3) Memberi asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal (4) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien /keluarga. (5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir (6) Memberikan asuhan kebidanan kepada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien /keluarga (7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan KB. (8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sistem reproduksi dan wanita dalam masa klimakretium dan nifas. b) Tugas Kolaborasi Merupakan tugas yang dilakukan oleh bidan sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau
sebagai salah satu urutan dari proses kegiatan pelayanan kesehatan, tugas kolaborasi berupa: (1) Menerapkan
manajemen
kebidanan
pada
setiap
asuhan
kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga (2) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatan
yang
memerlukan tindakan kolaborasi (3) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan resiko tinggi dan keadaan kegawatan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga (4) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan
yang
memerlukan
tindakan
kolaborasi
dengan klien dan keluarga (5) Memberikan asuhan pada BBL dengan resiko tinggi dan yang mengalami
komplikasi
serta
kegawatdaruratan
yang
memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan meliatkan klien dan keluarga (6) Memberikan asuhan kebidanan pada balita dengan resiko tinggi dan yang mengalami komplikasi serta kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan melibatkan keluarga
c) Tugas Ketergantungan / Merujuk Tugas ketergantugan/merujuk yaitu tugas yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya yaitu pelayanan yang dilakukan oleh bidan sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ketempat/fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horisintal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya, yang meliputi (Syafruddin, 2009): (1) Menerapkan
manajemen
kebidanan
pada
setiap
asuhan
kebidanan sesuai dengan fungsi rujukan keterlibatan klien dan keluarga. (2) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu hamil dengan resiko tinggi dan kegawat daruratan (3) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga. (4) Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga (5) Memberikan asuhan kebidanan pada BBL dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan keluarga.
(6) Memberikan asuhan kebidanan pada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatan yang memerlukan konsultasi dan rujukan dengan melibatkan Langkah yang diperlukan dalam melakukan peran sebagai pelaksana: (a) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien (b) Menentukan diagnosa / masalah (c) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi (d) Melaksanakan tindakan sesuai rencana yang telah disusun (e) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan (f) Membuat rencana tindak lanjut tindakan (g) Membuat dokumentasi kegiatan klien dan keluarga 2) Peran sebagai pengelola Sebagai pengelola bidan memiliki 2 tugas yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim, peran tersebut meliputi (Suryani, 2008): a. Pengembangkan pelayanan dasar kesehatan Bidan bertugas mengembangkan pelayanan dasar kesehatan terutama pelayanan kebidanan untuk individu, keluarga kelompok khusus dan masyarakat di wilayah kerja dengan melibatkan masyarakat/ klien meliputi :
(a) Mengkaji kebutuhan terutama yang berhubungan dengan kesehatan
ibu
dan
anak
untuk
meningkatkan
serta
mengembangkan program pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya bersama tim kesehatan dan pemuka masyarakat. (b) Menyusun rencana kerja sesuai dengan hasil kajian bersama masyarakat (c) Mengelola kegiatan pelayanan kesehatan khususnya KIA/KB sesuai dengan rencana. (d) Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader dan dukun atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program/ kegiatan pelayanan KIA/KB. (e) Mengembangkan
strategi
untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat khususnya KIA KB termasuk pemanfaatan sumber yang ada pada program dan sektor terkait. (f) Menggerakkan dan mengembangkan kemampuan masyarakat serta memelihara kesehatannya dengan memanfaatkan potensi yang ada (g) Mempertahankan dan meningkatkan mutu serta keamanan praktik profesional melalui pendidikan, pelatihan, magang, dan kegiatan dalam kelompok profesi (h) Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan
b. Berpartisipasi dalam tim Bidan berpartisi dalam tim untuk melaksanakan program kesehatan dan sektor lain melalui peningkatan kemampuan dukun bayi, kader, dan tenaga kesehatan lain yang berada di wilayah kerjanya, meliputi : (a) Bekerjasama dengan Puskesmas, institusi lain sebagai anggota tim dalam memberi asuhan kepada klien bentuk konsultasi, rujukan & tindak lanjut (b) Membina hubungan baik dengan dukun bayi, kader kesehatan, PLKB dan masyarakat (c) Melaksanakan pelatihan serta membimbing dukun bayi, kader dan petugas kesehatan lain (d) Memberikan asuhan kepada klien rujukan dari dukun bayi (e) Membina kegiatan yang ada di masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan 3) Peran sebagai pendidik Sebagai pendidik bidan mempunyai 2 tugas yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan bagi klien serta pelatih dan pembimbing kader. Peran tersebut berupa (Suryani, 2008): (a) Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga dan masyarakat tentang penanggulanagan masalah kesehatan khususnya KIA/KB
(b) Melatih dan membimbing kader termasuk siswa bidan/keperawatan serta membina dukun di wilayah kerjanya. 4) Peran sebagai peneliti Melakukan investigasi atau penelitian terapan dalam bidang kesehatan baik secara mandiri maupun kelompok. (a) Mengidentifikasi kebutuhan investigasi/penelitian (b) Menyusun rencana kerja (c) Melaksanakan investigasi (d) Mengolah dan menginterpretasikan data hasil investigasi (e) Menyusun laporan hasil investigasi dan tindak lanjut (f) Memanfaatkan hasil investigasi untuk meningkatkan dan mengembangkan program kerja atau pelayanan kesehatan. b. Fungsi bidan Fungsi adalah kegunaan suatu hal, daya guna, jabatan (pekerjaan) yang dilakukan, kerja bagian tubuh (Maulidaniah, 2011) Berdasarkan peran Bidan yang dikemukakan diatas, maka fungsi bidan sebagai berikut (Maulidaniah, 2011): 1. Fungsi Pelaksana Fungsi bidan pelaksana mencakup: a) Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat
praperkawnan.
(khususnya
kaum
remaja)
pada
masa
b) Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi. c) Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu. d) Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi e) Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas. f) Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui g) Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan pcasekolah h) Memberi
pelayanan
keluarga
berencanasesuai
dengan
wewenangnya. i) Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan menopause sesuai dengan wewenangnya. 2. Fungsi Pengelola Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup: a) Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu, keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat. b) Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan unit kerjanya.
c) Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan. d) Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang terkait dengan pelayanan kebidanan e) Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan. 3. Fungsi Pendidik Fungsi bidan sebagai pendidik mencakup: a) Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup kesehatan serta KB b) Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai dengan tanggung jawab bidan. c) Memberi bimbingan kepada para peserta didik bidan dalam kegiatan praktik di klinik dan di masyarakat. d) Mendidik peserta didik bidan atau tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan bidang keahliannya. 4. Fungsi Peneliti Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup: a) Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan. b) Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan KB
B. Konsep Persalinan Normal Menolong persalinan merupakan pekerjaan yang
banyak dilakukan
karena jumlah orang yang akan melahirkan di Indonesia diperkirakan 5000 orang pertahun. Oleh karena itu konsep dasar pertolongan persalinan normal perlu diketahui sehingga pertolongan persalinan dapat dilakukan (Manuaba, 2004). Persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang variabel melalui jalan lahir biasa (Mochtar, 2002). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Suparyanto, 2011). WHO mendefinisikan persalinan normal seperti spontan pada saat bersalin, beresiko rendah pada awal persalinan dan apa yang tersisa hingga seluruh persalinan selesai. Bayi lahir spontan diposisi titik antara 37 dan 42 minggu hingga selesai proses kehamilan. Setelah kelahiran ibu dan bayi berada dalam kondisi baik (Ahira, 2012). Menurut definisi ini, maka
beberapa banyak jenis kelahiran dapat
dianggap normal (dalam pengertian umum), tetapi ini akan sangat bergantung pada penilaian resiko regional dan local dan yang menjadi tingkat rujukan (dalam hal ini Indonesia). Persalinan normal itu mengacu pada perawatan, tujuan dari
perawatan ini adalah untuk mencapai taraf ibu dan anak sehat dengan tingkat intervensi yang paling mungkin dan kompetibel dengan keselamatan (Ahira, 2012). Sepanjang persalinan normal, bagi wanita kenyamanan fisik dan emosional harus diperhatikan secara berkala, ini termasuk mengukur suhu, nadi dan tekanan darah, memeriksa asupan cairan dan output urin, menilai rasa sakit sepanjang kehamilan, dan bilamana hal semacam itu membutuhkan pertolongan awal (Ahira, 2012). C. Konsep Asuhan Persalinan Normal Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfeksia bayi baru lahir. 1. Tujuan Asuhan Persalinan Normal Tujuan asuhan persalinan normal adalah tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin. pendekatan seperti ini berarti bahwa: dalam asuhan persalinan normal harus ada alasan yang kuat dan bukti manfaat apabila akan melakukan
intervensi
terhadap
jalannya
proses
fisiologis/alamiah (Suparyanto, 2011).
2. Tugas Penolong Persalinan Pada Asuhan Persalinan Normal
persalinan
yang
Tugas penolong persalinan pada asuhan persalinan normal yaitu (Suparyanto, 2011): a. Memberikan dukungan pada ibu, suami dan keluarganya selama proses persalinan, saat akan melahirkan bayi dan pada masa sesudahnya. b. Melakukan pemantauan terhadap ibu dan janin dalam proses persalinan dan setelah persalinan; menilai adanya faktor risiko; melakukan deteksi dini terhadap komplikasi persalinan yang mungkin muncul. c. Melakukan amniotommi;
intervensi
minor
episotomi
bila
pada
diperlukan
kasus
gawat
seperti
melakukan
janin;
melakukan
penatalaksanaan pada bayi baru melahirkan dengan asfiksi ringan. d. Melakukan rujukan pada fasilitas yang lebih lengkap sesuai dengan masalah kasus yang dirujuk bila didapatkan adanya faktor risiko atau terdeteksi adanya komplikasi selama proses persalinan. Selain tugaaastugas di atas, seorang penolong persalinan harus mendapatkan kualifikasi sebagai tenaga pelaksana penolong persalinan melalui serangkaian latihan, bimbingan
langsung
dan
kesempatan
untuk
mempraktekkan
keterampilannya pada suasana sesungguhnya. Dalam kualifikasi tersebut, penolong persalinan dapat melakukan penilaian terhadap faktor risiko, mendeteksi secara dini terjadinya komplikasi persalinan, melakukan pemantauan terhadap ibu maupun janin, dan juga bayi setelah dilahirkan. Penolong persalinan harus mampu melakukan penatalaksanaan awal terhadap komplikasi terhadap bayi baru lahir. Ia juga harus mampu untuk melakukan rujukan baik ibu maupun bayi bila komplikasi yang terjadi
memerlukan penatalaksanaan lebihlanjut yang membutuhkan keterampilan di luar kompetensi yang dimilikinya. Tidak kalah pentingnya adalah seorang penolong persalinan harus memiliki kesabaran, kemampuan untuk berempati dimana hal ini amat diperlukan dalam memberikan dukungan bagi ibu dan keluarganya. Cara pengukuran konsep asuhan persalinan normal dapat diukur melalui jenis pelatihan yang telah diikuti oleh bidan, yaitu (Riayat, 2012): a. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Terlatih : Jika responden pernah mendapatkan pelatihan APN Tidak Terlatih : Jika responden tidak pernah mendapatkan pelatihan APN.
D. Langkah-langkah Pertolongan Persalinan
Di dalam asuhan Persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke 5 aspek tersebut yaitu:
1. Aspek Pemecahan Masalah yang diperlukan untuk menentukan Pengambilan Keputusan Klinik (Clinical Decision Making). Dalam keperawatan dikenal dengan Proses Keperawatan, para bidan menggunakan proses serupa yang disebut sebagai proses penatalaksanaan kebidanan atau proses pengambilan keputusan klinik (clinical decision making). Proses ini memiliki beberapa tahapan mulai dari pengumpulan data, diagnosis, perencanaan dan penatalaksanaan, serta evaluasi, yang merupakan pola pikir yang sistematis bagi para bidan selama memberikan Asuhan Kebidanan khususnya dalam Asuhan Persalinan Normal. 2. Aspek Sayang Ibu yang Berarti sayang Bayi a. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan yang harus diperhatikan para Bidan adalah: 1) Suami, saudara atau keluarga lainnya harus diperkenankan untuk mendampingi ibu selama proses persalinan bila ibu menginginkannya. 2) Standar untuk persalinan yang bersih harus selalu dipertahankan 3) Kontak segera antara ibu dan bayi serta pemberian Aair Susu Ibu harus dianjurkan untuk dikerjakan. 4) Penolong persalinan harus bersikap sopan dan penuh pengertian. 5) Penolong persalinan harus menerangkan pada ibu maupun keluarga mengenai seluruh proses persalinan.
6) Penolong persalinan harus mau mendengarkan dan memberi jawaban atas keluhan maupun kebutuhan ibu. 7) Penolong persalinan harus cukup mempunyai fleksibilitas dalam menentukan pilihan mengenai hal-hal yang biasa dilakukan selama proses persalinan maupun pemilihan posisi saat melahirkan. 8) Tindakan-tindakan yang secara tradisional sering dilakukan dan sudah terbukti tidak berbahaya harus diperbolehkan bila dilakukan. 9) Ibu harus diberi privasi bila ibu menginginkan. 10) Tindakan-tindakan medik yang rutin dikerjakan dan ternyata tidak perlu dan harus dihindari (episiotomi, pencukuran dan klisma).
3. Aspek Pencegahan Infeksi Cara efektif untuk mencegah penyebaran penyakit dari orang ke orang dan atau dari peralatan/sarana kesehatan ke orang dapat dilakukan dengan meletakkan penghalang diantara mikroorganisme dan individu (klien atau petugas kesehatan). Penghalang ini dapat berupa proses secara fisik, mekanik ataupun kimia yang meliputi: a. Cuci tangan 1) Secara praktis, mencuci tangan secara benar merupakan salah satu tindakan pencegahan infeksi paling penting untuk mengurangi penyebaran penyakit dan menjaga lingkungan bebas dari infeksi. Cuci tangan dilakukan sesuai dengan Standar dan prosedur yang ada. b. Pakai sarung tangan
Untuk tindakan pencegahan, sarung tangan harus digunakan oleh semua penolong persalinan sebelum kontak dengan darah atau cairan tubuh dari klien. Sepasang sarung tangan dipakai hanya untuk seorang klien guna mencegah kontaminasi silang. Jika mungkin, gunakanlah sarung tangan sekai pakai, namun jika tidak mungkin sebelum dipakai ulang sarung taangan dapat dicuci dan disteril dengan otoklaf, atau dicuci dan didesinfektan tingkat tinggi dengan cara mengkukus. c. Penggunaan Cairan Antiseptik Penggunaan antiseptik hanya dapat menurunkan jumlah mikroorganisme yang dapat mengkontaminaasi luka dan dapat menyebabkan infeksi. Untuk mencapai manfaat yang optimal, penggunaan antiseptik seperti alkohol dan lodofor (Betadin) membutuhkan waktu beberapa menit untuk bekerja secara aktif. Karena tiu, untuk suatu tindakan kecil yang membutuhkan waktu segeraseperti penyuntikan oksitosin IM saat penatalaksanaan aktif kala III dan pemotongan tali pusat saat bayi baru lahir, penggunaan antiseptik semacam ini tidak diperlukan sepanjang alat-alat yang digunakan steril atau DTT. d. Pemrosesan alat bekas Proses dasar pencegahan infeksi yang biasa digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit dari peralatan, sarung tangan dan bahan-bahan lain yang terkontaminasi.
4. Aspek Pencatatan (Dokumentasi) Dokumentasi dalam manajemen kebidanan merupakan bagian yang sangat penting. Hal ini karena: a. Dokumentasi menyediakan catatan permanen tentang manajemen pasien. b. Memungkinkan
terjadinya
pertukaran
informasi
diantara
petugas
kesehatan. c. Kelanjutan dari perawatan dipermudah, dari kunjungan ke kunjungan berikutnya, dari petugas ke petugas yang lain, atau petugas ke fasilitas. d. Informasi dapat digunakan untuk evaluasi, untuk melihat apakah perawatan sudah dilakukan dengan tepat, mengidentifikasi kesenjangan yang ada, dan membuat perubahan dan perbaikan peningkatan manajemen perawatan pasien. e. Memperkuat keberhasilan manajemen, sehingga metode-metode dapat dilanjutkan dan disosialisasikan kepada yang lain. f. Data yang ada dapat digunakan untuk penelitian atau studi kasus. g. Dapat digunakan sebagai data tatitik, untuk catatan nasional. h. Sebagai data statitik yang berkaitan dengan kesakitan dan kematin ibu dan bayi.
5. Aspek Rujukan Jika ditemukan suatu masalah dalam persalinan, sering kali ulit untuk melakukan upaya rujukan dengan cepat, hal ini karena banyak faktor yang mempengaruhi. Penundaan dalam membuat keputusan dan pengiriman ibu ke tempat
rujukan
akan
menyebbkan
tertundanya
ibu
mendapatkan
penatalaksanaan yang memadai, sehingga akhirnya dapat menyebabkan tingginya angka kematian ibu. Rujukan tepat waktu merupakan bagian dari asuhan sayang ibu dan menunjang terwujudnya program Safe Motherhood. Pengukuran variabel untuk pelatihan APN dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (Riayat, 2012): 1) Sudah di latih
: Jika responden sudah mengikuti pelatihan
2) Belum di latih
: Jika responden belum mengikuti pelatihan
E. Lima Puluh Delapan Asuhan Persalinan Normal (APN) Lima puluh delapan langkah asuhan persalinan normal diambil dari penuntun belajar APN yang terdapat pada panduan pelatihan klinik APN "Asuhan Esensial, Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalinan dan Bayi Baru Lahir" yang diterbitkan oleh Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi (JNPK-KR), Departemen Kesehatan RI, 2008. Lima puluh delapan langkah APN terdiri dari (Diah, 2012): 1. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua Langkah 1 Dengarkan, lihat dan periksa gejala dan tanda Kala Dua (singkatan : Dor-Ran, Tek-Nus, Per-Jol, Vul-Ka) a. Ibu merasakan dorongan kuat dan meneran b. Ibu
merasakan
tekanan/regangan
rectum/anus dan vagina c. Perineum tampak menonjol
yang semakin
meningkat
pada
d. Vulva dan sfinger ani membuka. 2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan Langkah 2 Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia: tempat tidur datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi a. Gelarlah kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi b. Siapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set. Langkah 3 Kenakan atau pakai celemek plastik. Langkah 4 Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. Langkah 5 Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan dalam. Langkah 6 Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (Gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril. Pastikan tidak terkontaminasi pada alat suntik).
3. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik Langkah 7 Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang b. Buang kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia c. Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% – Langkah 9) Langkah 8 Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. a. Bila selaput ketuban dalam belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi. Langkah 9 Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangah setelah sarung tangan dilepaskan. Langkah 10 Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/ menit)
a. Ambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal b. Dokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. 4. Menyiapkan Ibu dan Keluarga Untuk Membantu Proses Bimbingan Meneran Langkah 11 Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan sesuai temuan yang ada. b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar. Langkah 12 Pinta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman). Langkah 13 Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat untuk meneran: a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama) d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi e. Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu f. Berika cukup asupan cairan per-oral (minum) g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida). Langkah 14 Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 6. Mempersiapkan Pertolongan Kelahiran Bayi Langkah 15 Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. Langkah 16 Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu Langkah 17 Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan Langkah 18
Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan
7. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi Lahirnya kepala Langkah 19 Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal. Langkah 20 Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara klem tersebut. Langkah 21 a. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. b. Lahirnya bahu Langkah 22 Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke
arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Lahirnya badan dan tungkai Langkah 23 Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. Langkah 24 Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya). 8. Penanganan Bayi Baru Lahir Langkah 25 Lakukan penilaian (selintas): a. Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa kesulitan? b. Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksi). Langkah 26 Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan
b. Ganti handuk basah dengan handuk kering c. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu. Langkah 27 Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal). Langkah 28 Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik). Langkah 29 Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin). Langkah 30 Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. Langkah 31 Pemotongan dan pengikatan tali pusat a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) di antara 2 klem tersebut
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan benang dengan simpul kunci c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. Langkah 32 Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. Langkah 33 Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. 9. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga Langkah 34 Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva. Langkah 35 Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. Langkah 36 Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-
40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. a. Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu. Mengeluarkan plasenta Langkah 37 Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial) a. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta b. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: 1) Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM 2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh 3) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan 4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya 5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir 6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual. Langkah 38 Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal. b. Rangsangan taktil (masase) uterus Langkah 39 Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras) a. Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/ masase. 10. Menilai Perdarahan Langkah 40 Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus. Langkah 41 Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. 11. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan Langkah 42 Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. Langkah 43
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam) a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara b. Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu. Langkah 44 Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu – bayi. Langkah 45 Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral. a. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan b. Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu. Evaluasi Langkah 46 Lanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam a. 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan b. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
d. Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. Langkah 47 Ajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. Langkah 48 Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangann darah. Langkah 49 Periksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama persalinan a. Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan b. Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. Langkah 50 Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5). Kebersihan dan keamanan Langkah 51 Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi. Langkah 52 Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. Langkah 53
Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. Langkah 54 Pastikan ibu merasa nyaman, Bantu ibu memerikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. Langkah 55 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%. Langkah 56 Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Langkah 57 Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan
tissue
atau
handuk
yang
kering
dan
bersih.
Dokumentasi Langkah 58 Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV. F. Kerangka Teoritis Pertolongan Persalinan (Diah, 2012)
Pelatihan APN (Riayat, 2012)
Gambaran pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan
Gambar 2.1 Kerangka Teoritis
BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Pelayanan pertolongan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih adalah kunci dari perbaikan status kesehatan ibu dan bayi serta mencapai target yang diinginkan, maka dari itu pelatihan asuhan persalinan normal bisa mempengaruhi pertolongan persalinan (JNKP-KR, 2008). Berdasarkan kerangka teoritis di atas dapat dibuat kerangka konsep sebagai berikut: Variabel Independent Variabel Dependen Pelatihan APN
Penerapan langkah-langkah asuhan pertolongan persalinan normal
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
B. Definisi Operasional Definisi No
Variabel
Skala Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Operasional
Ukur
Variabel Dependent 1
Asuhan
Suatu tindakan Observasi
Lembaran
Pertolongan
yang
observasi
Persalinan
dilakukan oleh
normal
tenaga kesehatan dalam
- Sesuai standar APN. - Tidak sesuai standar APN
Ordinal
Definisi No
Variabel
Skala Cara Ukur
Alat Ukur
Hasil Ukur
Operasional
Ukur
pertolongan persalinan sesuai dengan konsep persalinan normal.
Variabel Independent 2 Pelatihan Suatu yang Asuhan
pernah
Persalinan
didapatkan
Normal
pelatihan
Observasi
Lembaran observasi
tentang pertolongan persalinan normal.
C. Cara Pengukuran Variabel Pengukuran variabel dilakukan sebagai berikut: 1. Pertolongan persalinan a. Sesuai standar
-
Terlatih Tidak terlatih
Ordinal
Jika penalaksanaan pertolongan sesuai dengan 58 langkah asuhan persalinan normal.
b. Tidak sesuai standar Jika penatalaksanaan pertolongan persalinan tidak sesuai dengan 58 langkah asuhan persalinan normal. 2. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal a. Terlatih
: Jika responden pernah mendapatkan pelatihan APN
b. Tidak terlatih : Jika responden tidak pernah mendapatkan pelatihan APN
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan crossectional, yaitu untuk melihat hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Wilayah kerja Puskesmas Kembang Tanjong. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 12 Agustus s/d 26 Agustus 2013
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini sebanyak sebanyak 86 bidan yang berdinas di Puskesmas Kembang Tanjong
2. Sampel Dalam menentukan sampel, penulis menggunakan metode total sampling dalam penelitian ini, yaitu seluruh jumlah populasi digunakan sebagai sampel penelitian, yaitu sebanyak 86 orang. D. Cara Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan di Puskesmas Kembang Tanjong tahun 2013. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie. E. Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisikan 59 pertanyaan, diantaranya 1 pertanyaan tentang pelatihan asuhan persalinan dan
58 soal tentang persalinan normal, jika
menjawab benar akan mendapatkan skor 1 dan apabila salah akan mendapatkan skor 0.
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis mengumpulkan data dari dua sumber yakni data nilai kuesionerpelatihan asuhan persalinan normal, dan nilai penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan.
G. Pengolahan Data Data dalam penelitian ini dapat diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010) : a. Editing Merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut apakah lengkap, jawaban cukup jelas dan terbaca, relevan serta konsisten terhadap pertanyaan. b. Coding Merupakan mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan (pemberian kode). c. Processing/Entry Merupakan jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan kedalam program atau software komputer. d. Cleaning Merupakan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode atau ketidaklengkapan untuk kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi.
H. Analisa Data 1. Analisa Univariat Analisa data Univariat dalam penelitian ini dilakukan secara deskriftif kemudian disajikan dal dalam am bentuk tabel distribusi freku frekuensi. Dengan menggunakan rrumus umus (Budiarto, 2002) yang akan dipakai dipakai adalah sebagai berikut :
Keterangan P : persentase f : Frekuensi yang teramati n : jumlah sampel yang teramati 2. Tabulasi silang Untuk mengetahui hubungan variabel independent yang terdiri dari bidan yang terlatih dengan bidan yang tidak terlatih dengan variabel dependent yaitu penerapan langkah-langkah langkah langkah pertolongan persalinan normal, maka digunakan tabulasi silang untuk menyilangkan keduanya variabel tersebut. I. Penyajian Data Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan menggunakan cara manual dan kemudi kemudian an disajikan dalam dalam bentuk tabel distribusi frek frekuensi untuk dinarasikan.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Umum Lokasi Penelitian 1. Keadaan Geografis Puskesmas Kembang Tanjong merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kabupaten Pidie, dengan batas-batas sebagai berikut: a.
Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Manyang
b.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Keureumbok
c.
Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Kupula
d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Blang Cut
2. Keadaan Demografis Jumlah penduduk yang mendiami Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Tanjong sebanyak 11.112 orang, yang terdiri dari 4.722 laki-laki dan 6.390 perempuan, Mata pencarian utama penduduk adalah sebagai petani, PNS, wiraswasta dan petambak.
B. Hasil Penelitian Berdasarkan kuesioner yang telah penulis sebarkan dan penulis lakukan pengolahan data serta penulis analisa, maka memperoleh hasil sebagai berikut :
1. Asuhan Persalinan Normal
Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data tentang asuhan persalinan normal, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Asuhan Persalinan Normal terhadap Penerapan Langkah-langkah Pertolongan Persalinan oleh Bidan di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013 No 1
Asuhan Persalinan Normal Sesuai APN
2
Frekuensi (F) Persentase (%)
Tidak Sesuai APN Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013
69
80.2
17 86
19.8 100
Berdasarkan tabel 5.1 Diatas terlihat bahwa mayoritas responden dalam memberikan pertolongan persalinan normal sudah sesuai dengan anjuran dari Asuhan Persalinan Normal, yaitu sebanyak 69 responden (80,2%).
2. Pelatihan APN Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data tentang pelatihan APN, maka dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pelatihan Asuhan Persalinan Normal di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013
No
Pelatihan APN
1
Frekuensi (F) Persentase (%)
Terlatih
2
Tidak Terlatih Jumlah Sumber:Data Primer (diolah)2013
70
81,4
16 86
18,6 100
Berdasarkan tabel 5.2 diatas terlihat bahwa mayoritas bidan sudah mendapatkan pelatihan APN, yaitu sebanyak 70 responden (81,4%)
C. Tabulasi silang 1. Penerapan Asuhan Persalinan Normal Berdasarkan Pelatihan Setelah dilakukan penelitian dan pengolahan data tentang asuhan persalinan normal, maka tabulasi persalinan normal berdasarkan bidan terlatih dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Asuhan Persalinan Normal Berdasarkan Bidan Terlatih di Puskesmas Kembang Tanjong Kabupaten Pidie Tahun 2013 Asuhan Persalinan Normal Tidak No Pelatihan APN Sesuai APN % Sesuai % APN 1 Terlatih
70
100.0
0
F
%
0,0 70 100
2 Tidak Terlatih 0 0,0 16 100.0 16 100 Jumlah 70 16 86 Sumber:Data Primer (diolah) 2013 Berdasarkan tabel 5.4 di atas dapat dilihat bahwa responden yang terlatih
mayoritas terampil memberikan asuhan persalinan normal, yaitu sebanyak 70 responden (100%).
D. Pembahasan 1. Penerapan Auhan Persalinan Normal Berdasarkan Pelatihan APN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan dari responden yang terlatih mayoritas terampil memberikan asuhan persalinan normal, yaitu sebanyak 70 responden (100%). Menurut teori Suryani (2008), Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencengahan komplikasi terutama pasca persalinan, hipotermia dan asfeksia bayi baru lahir. Dan Bidan adalah seseorang yang telah menjalani program pendidikan bidan, yang diakui oleh negara tempat ia tinggal, dan telah berhasil menyelesaikan studi terkait kebidanan serta memenuhi persyaratan untuk terdaftar dan atau belum memiliki ijazah formal untuk praktik bidan. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Suparyanto, 2011). Hasil Penelitian dari Dinkes (2010), menunjukkan bahwa proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih di Aceh sebanyak 92,5%. Angka ini telah mencapai target dari kementrian kesehatan yaitu 90%,dan juga
angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih secara Nasional,yaitu 82,2%. Menurut Asumsi bahwa responden yang terlatih tentunya akan lebih terampil dalam memberikan asuhan persalinan normal, karena dengan sering mendapatkan pelatihan, maka akan semakin terampil dalam memberikan asuhan persalinan normal.Dan Asuhan persalinan kepada ibu bersalin, sebelum itu harus memperhatikan kenyamanan fisik dan emosional termasuk ukur suhu, nadi dan tekanan darah, memeriksa asupan cairan dan output urin supaya di saat persalinan aman, setelah bayi lahir serta mencegah komplikasi terutama pendarahan pasca persalinan.tercapainya kelangsungan hidup dan kesehatan yang tinggi bagi ibu serta bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap namun menggunakan intervensi seminimal mungkin sehingga prinsip keamanan dan kualitas layanan dapat terjaga pada tingkat yang seoptimal mungkin.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A. Kesimpulan 1. Mayoritas responden dalam memberikan pertolongan persalinan normal sudah sesuai dengan anjuran dari Asuhan Persalinan Normal, yaitu sebanyak 69 responden (80,2%). 2. Responden yang terlatih mayoritas terampil memberikan asuhan persalinan normal, yaitu sebanyak 69 responden (80,2%). 3. Responden yang tidak terlatih mayoritas terampil memberikan asuhan persalinan normal, yaitu sebanyak 69 responden (80,2%).
B. Saran-saran 7. Bagi Dinas Kesehatan Pidie Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan untuk dapat memberikan pelatihan asuhan persalinan normal kepada bidan yang berada di Kabupaten Pidie, sehingga bisa menjadikan bidan yang terampil dalam memberikan pertolongan persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi bisa di minimalisir.
8. Bagi Ikatan Bidan Indonesia Memberikan masukan kepada organisasi IBI agar terus mengadakan monitoring bagi para bidan yang telah mendapatkan pelatihan APN agar tetap melakukan pertolongan persalinan sesuai dengan standar pada pelatihan APN. 9. Bagi institusi Pendidikan Sebagai masukan bagi institusi tentang bagaimana hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah persalinan dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa/ mahasiswi
DAFTAR PUSTAKA
Syafruddin. (2009). Kebidanan Komunitas. EGC: Jakarta Suryani, Soepardan. (2008). Konsep Kebidanan. EGC: Jakarta Suparyanto. (2011). Asuhan Persalinan Normal. konsep-asuhan-persalinan-normal Profil Kesehatan Aceh, (2010). Laporan Profil Kesehatan Aceh: Banda Aceh Puskesmas Kembang Tanjong. (2012). Laporan Jumlah Pegawai: Kembang Tanjong Notoatmodjo, (2005), Metodologi Penelitian Kesehatan (Edisi Revisi), Rineka Cipta, Jakarta Notoatmodjo, (2010), Pengolahan Data (Edisi Revisi), Rineka Cipta, Jakarta Mochtar, Rustam. (2002). Sinopsis Obstetri. EGC: Jakarta Maulidaniah, (2011). Pedoman Asuhan Persalinan Normal. [Online] dari: http://Kuliahbidan.wordpress.com (Diakses 19 Januari 2013). Manuaba, Ida Bagus. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. EGC: Jakarta Dinkes Pidie, (2012). Laporan Dinkes Pidie: Pidie Depkes RI. (2008), Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta Diah, (2012). 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN). Ahira, Anne. (2012). Standar WHO pada Persalinan Normal. [Online] dari: http://www.anneahira.com/persalinan-normal.html (Diakses 19 Januari 2013) Wikipedia. 2012. Bidan. [Online] dari: http://id.wikipedia.org/wiki/bidan (Diaskes 19 Januari 2013). Wikipedia. 2013. Bidan. [Online] dari: http//id.wikipedia.org/wiki/bidan (Diaskes 19 januari 2013). JNKP-KR, (2008), Pelatihan Bidan APN, Departemen Kesehatan: Jakarta Riayat,Al-Qahar. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Riskesdas, 2010, Visi Indonesia Sehat.
Riayat,Al-Qahar. (2012). Asuhan Persalinan Normal. [Online] dari:http//pecintailmu. com (Diakses 15 Januari 2013). Riskesdas, (2010), Visi Indonesia Sehat. Suparyanto. (2011). Asuhan Persalinan Normal. konsep-asuhan-persalinan-normal Wikipedia. (2012). Bidan. [Online] dari: http://id.wikipedia.org/wiki/bidan (Diaskes 19 Januari 2013).
KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PELATIHAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL TERHADAP PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PERTOLONGAN PERSALINAN OLEH BIDAN DI PUSKESMAS KAMBANG TANJONG KABUPATEN PIDIE TAHUN 2013 Petunjuk: (a)
Tujuan diadakan angket ini adalah untuk mengetahui hubungan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan oleh bidan.
(b)
Angket ini terdiri atas 59 soal, yang terdiri dari 58 soal tentang pertolongan persalinan dan 1 soal tentang pelatihan APN Anda diminta menjawab solah seluruhnya.
(c)
Bacalah setiap butir soal secara cermat, dan jawablah dengan memilih pilihan jawaban yang mencerminkan keadaan diri Anda sendiri berkaitan dengan pelatihan asuhan persalinan normal terhadap penerapan langkah-langkah pertolongan persalinan.
(d)
Jawaban ditulis pada lembar soal, dengan memberi tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai dengan pilihan Anda.
(e)
No 1
Setelah selesai mengerjakan angket ini, serahkanlah kepada peneliti.
a.
Nomor responden
:
b.
Inisial Responden
:
I.
Pertolongan Persalinan Pertanyaan
Dalam melakukan asuhan persalinan normal, apakah Anda melakukan tindakan mendengarkan, lihat dan periksa gejala
Selalu
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
Pertanyaan dan tanda kala dua?
2
Dalam melakukan asuhan persalinan normal, apakah anda memastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obatobatan esensial untuk menolong persalinan dan melaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir?
3
Dalam melakukan asuhan persalinan normal, apakah anda menggunakan pakaian celemek plastik?
4
Dalam melakukan asuhan persalinan normal, apakah anda melepaskan semua perhiasan yang di pakai dan mencuci tangan degan sabun dan air bersih mengalir serta mengeringkannya?
5
Ketika melakukan pemeriksaan dalam, apakah anda memakai sarung tangan DTT?
6
Apakah Anda memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (dengan menggunakan tangan dan sarung tangan DTT steril)
7
Apakah anda membersihkan vulva dan perineu dengan teknik dari belakang ke depan dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT?
8
Untuk memastikan pembukaan lengkap apakah anda melakukan pemeriksaan dalam?
9
Apakah sarung tangan yang telah terdekontaminasi anda mencelupkannya ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit?
Selalu
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
Pertanyaan
10
Apakah anda memeriksakan denyut jantung janin setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa denyut jantung janin dalam batas normal (120 – 160 x/ menit)?
11
Apakah anda memberitahukan kepada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik serta membantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya?
12
Apakah anda meminta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran (bika terjadi kontraksi yang kuat, dan bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman)?
13
Apakah anda melaksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasakan ada dorongan kuat untuk meneran?
14
Apakah anda menganjurkan kepada ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam waktu 60 menit?
15
Apakah anda meletakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm?
16
Dalam mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi, apakah anda meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu?
17
Ketika mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi, apakah anda membuka tutup partus set dan memperhatikan
Selalu
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
Pertanyaan kembali kelengkapan alat dan bahan?
18
Ketika mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi, apakah anda memakai sarung tangan STT pada kedua tangan?
19
Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal. Apakah anda melakukan ini?
20
Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi. Apakah anda melakukannya saat persiapan pertolongan kelahiran bayi?
21
Ketika persiapan pertolongan kelahiran bayi, tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Apakah anda melakukannya?
22
Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Apakah anda melakukannya?
23
Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
Selalu
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
Pertanyaan sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24
Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).
25
Lakukan penilaian (selintas): c. Apakah bayi menangis kuat dan/ atau bernapas tanpa kesulitan? d. Apakah bayi bergerak dengan aktif? Jika bayi tidak bernapas atau megapmegap segera lakukan tindakan resusitasi (Langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksi). Apakah anda melakukannya?
26
Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu, apakah anda melakukannya?
27
Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).
28
Memberitahukan ibu bahwa pendorong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik?
29
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin)
Selalu
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
Pertanyaan
30
Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.
31
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32
Menempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dadaperut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu
33
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
34
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 – 10 cm dari vulva
35
Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di atas simfisis untuk mendeteksi, tangan lain memegang tali pusat
36
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas.
37
Melakukan penegangan dan dorongan
Selalu
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
Pertanyaan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial)
38
Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
39
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras)
40
Memeriksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkah plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus.
41
Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42
Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43
Memberi cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam)
44
Melakukan penimbangan/ pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramuskular di
Selalu
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
Pertanyaan
Selalu
paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu – bayi. 45
Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian Vitamin K1) di paha kanan anterolateral.
46
Melanjutkan permantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam
47
Mengajarkan ibu/ keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi
48
Mengevaluasi dan kehilangann darah.
49
Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernapas dengan baik (40-60 kali/ menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5). Kebersihan dan keamanan
50
Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama 2 jam pertama persalinan
51
Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah didekontaminasi.
52
Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53
Lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
55
Memastikan ibu merasa nyaman, Bantu
estimasi
jumlah
Kadangkadang
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali
No
56
Pertanyaan
Selalu
Kadangkadang
ibu memerikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
57
Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
58
Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih.
59
Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
II.
Pelatihan APN 1. Apakah Anda pernah mendapatkan pelatihan APN? a. Pernah b. Tidak pernah
Jika diperlukan
Tidak pernah
Tidak pernah sama sekali