KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MERPATI JANTAN DAN BETINA LOKAL
(Skripsi)
Oleh MOHAMAD HAEKHAL MAHESSA KADRI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK
KARAKTERISTIK KUALITATIF DAN PERILAKU MERPATI TINGGI LOKAL JANTAN DAN BETINA Oleh Mohamad Haekhal Mahessa Kadri Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengidentifikasi karakteristik kualitatif merpati tinggi (warna bulu, bentuk kepala, bentuk ekor, bentuk badan, bentuk mata, bentuk sayap, bentuk paruh dan bentuk kaki pada merpati tinggi lokal jantan dan betina); 2) mengidentifikasi perilaku bergerak merpati tinggi (terbang, menggelantung, berjalan, berkelahi), dan perilaku kawin (pejantan mendekati betina, menelisik, dan bercumbu). Penelitian ini dilaksanakan pada Agustus 2015 di Jalan Rawa Subur no 49, Enggal Tanjung Karang Pusat, Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan eksploratif deskriptif dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap karakteristik merpati dan perilaku merpati jantan dan betina tinggi lokal. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal jantan dan betina bervariasi: bentuk kepala (tipe bulat, tipe jenong, dan tipe perkutut), bentuk paruh (tipe rambon dan tipe lancip), bentuk tubuh (tipe jantung pisang dan tipe bola), bentuk bulu ( renggang dan pendek) dan frekuensi dan waktu relatif bergerak yang paling tinggi pada merpati tinggi lokal adalah terbang, sedangkan perilaku kawin adalah menyelisik.
Kata kunci: Karakteristik, perilaku, merpati tinggi lokal jantan dan betina
KARAKTERISTIK DAN PERILAKU MERPATI JANTAN DAN BETINA LOKAL
Oleh
Mohamad Haekhal Mahessa Kadri Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PETERNAKAN Pada Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2015
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang, pada 26 April 1993 sebagai anak kedua dari empat bersaudara dari Bapak H. Herman Kadri Rusdi, SE. dan Ibu Raden Erria Mariyani. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 3 Bandar Lampung pada 2005, sekolah menengah pertama di SMP Kartika II – 2 Bandar Lampung pada 2008, dan sekolah menengah atas di SMA Negeri 3 Bandar Lampung pada 2011. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui Jalur SNMPTN tertulis. Selama masa studi, penulis pernah tergabung dalam organisasi kampus Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Pertanian periode 2013—2014. Penulis tergabung sebagai Ikatan Muli Mekhanai Provinsi Lampung priode 2012 - 2013, Ikatan Muli Mekhanai Tulang Bawang 2012 – 2013 dan tergabung dalam Ikatan Muli Mekhanai Lampung Utara serta penulis tergabung dalam Penyanyi Profesional Lampung priode 2011 – 2014.
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (Q.S. Al Ikhlas ayat 2)
Bukan hidup yang semakin sulit, tetapi kita manusialah yang semakin lemah menghadapi hidup. Berbaiksangka akan lebih baik (Mohamad Haekhal Mahessa Kadri)
Jangan tanyakan apa yang diberikan negara kepadamu, tetapi tanyakanalah apa yang telah kamu berikan ke negaramu (Ir. Soekarno)
Tiada hasil yang menghianati usaha (Moh. Haekhal Mahessa Kadri)
Dengan penuh rasa syukur yang mendalam kepada Allah swt
Saya persembahkan mahakarya yang sederhana ini sebagai bentuk bakti dan terimakasih kepada:
Kedua orangtuaku tercinta, Kakak Anggi, Alif, Chika, keluarga besar Rusdi Hasan dan Raden Erria Manaf untuk segala doa, dukungan, cinta, kasih sayang, kebahagiaan, dan kebersamaan yang telah diberikan selama ini yang mengiringi langkah kakiku dalam menelusuri hidup
Sahabat, teman, dan orang-orang yang senantiasa memberikan motivasi selama pembelajaran sampai akhir masa studi
Serta . . . Almamater tercinta yang saya cintai dan banggakan serta turut dalam pembentukan pribadi saya menjadi lebih dewasa dalam berpikir, berucap, dan bertindak
SANWACANA
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakteristik Merpati Tinggi Lokal Jantan dan Betina”. Penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Ibu Dian Septinova, S.Pt. M.T.A. --selaku Dosen Pembimbing Utama—yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pemahaman;
2.
Ibu Ir. Tintin Kurtini, M.S --selaku Dosen Pembibing Anggota—yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, motivasi, dan pembelajaran;
3.
Ibu Dr. Ir. Riyanti --selaku Dosen Penguji—yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan pemahaman;
4.
Bapak Dima Iqbal Hamdani selaku Dosen Pembimbing Akademik--yang senantiasa memberikan waktu, dukungan, dan bimbingan;
5.
Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. —selaku Dekan Fakultas Pertanian-yang telah memberikan izin;
6.
Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P. —selaku Ketua Jurusan Peternakan—yang telah memberikan motivasi dan dukungan;
7.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, yang telah memberikan pembelajaran dan pemahaman yang berharga;
8.
Ayah, Mama, Kakak Anggi, Adek Alip, Adek Chika, Mbah Eni, Mbah Anaf, Om Edi, Om Arim, Tante Eva, Tante Iin, Binga, Bunga, Tanika, Mikhail, Bintang beserta keluarga besarku Rusdi Hasan dan Raden Erria Manaf atas segala limpahan kasih sayang, nasehat, motivasi, dan doa yang tiada henti – hentinya selalu tercurah bagi penulis.
9.
Fery Efata Zebua, selaku sahabat seperjuangan dalam penelitian ini yang tiada henti memberikan nasihat-nasihat dan lawan bertukar pikiran yang luar biasa;
10. Sahabat terkasih; Lana Asfaradilla, Vikky Zulyzar, Rendra Dio Rahmanda, Doni Hidayat, Indri E Lutfia, Siti Ecca Rizky, Mika, Aji Adzmi, Dewi Mezzo, Serli Silvia, Rendi Koyim, Rizky aa, Afierda Ginna, Dian Pertiwi, Agung Prasatio, Dona Arian, Irfan, Vino, Rama, Juanda, Rachman Axcerefi, Aji, Putu, Edwin, Dimas, Fauzan, Atika Zahra, Lisa, Dina, Linda, Septia, Restu, Okta, Imah, Angkatan 2011 dan teman – teman KKN Terimakasih berkat dorongan kalian dan doa – doa yang telah kita panjatkan bersama; 11. Seluruh pihak yang ikut terlibat selama penelitian dan penyusunan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, akan tetapi penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. Bandar Lampung, 2015
Mohamad Haekhal Mahessa Kadri
i
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI..............................................................................................
i
DAFTAR TABEL .....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................
v
I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ...........................................................
1
B. Tujuan Penelitian.............................................................................
4
C. Kegunaan Penelitian........................................................................
5
D. Kerangka Pemikiran ........................................................................
5
E. Hipotesis..........................................................................................
10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Burung Merpati ...............................................................................
11
B. Karakteristik Kualitatif Merpati Tinggi Lokal ................................
12
C. Indikator Perbedaan Karakteristik Merpati Tinggi Lokal ...............
26
D. Perilaku Merpati Tinggi Lokal ........................................................
27
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian .........................................................
31
B. Bahan Penelitian..............................................................................
ii 31
C. Alat Penelitian .................................................................................
31
D. Metode Penelitian............................................................................
32
E. Peubah yang Diamati 1. Karakteristik Kualitatif ...............................................................
32
2. Perilaku Merpati .........................................................................
32
F. Analisis Data ..................................................................................
33
G. Pelaksanaan Penelitian...................................................................
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik merpati tinggi lokal ...................................................
35
B. Karakteristik perilaku......................................................................
46
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ........................................................................................
51
B. Saran ..............................................................................................
51
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
52
LAMPIRAN...............................................................................................
54
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Karakteristik bentuk kepala merpati tinggi jantan dan betina .........
35
2.
Karakteristik warna mata merpati tinggi jantan dan betina .............
37
3.
Karakteristik bentuk paruh merpati tinggi jantan dan betina...........
39
4.
Karakteristik bentuk tubuh merpati tinggi jantan dan betina...........
40
5.
Karakteristik bentuk bulu sayap merpati tinggi jantan dan betina...
41
6.
Karakteristik warna bulu pada merapti tinggi jantan dan betina .....
44
7.
Total frekuensi dan waktu bergerak merpati....................................
45
8.
Perilaku bergerak merpati tinggi lokal jantan dan betina ................
48
9.
Perilaku kawin merpati tinggi lokal .................................................
49
10. Waktu relative perilaku kawin merpati jantan dan betina ...............
51
11. Tabel pencatatan suhu harian...........................................................
68
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1.
Merpati kepala jenong .....................................................................
13
2.
Merpati kepala kotak........................................................................
13
3.
Merpati kepala perkutut ...................................................................
13
4.
Merpati kepala bulat ........................................................................
13
5.
Merpati mata hitam .........................................................................
15
6.
Merpati mata kuning ........................................................................
15
7.
Merpati mata merah .........................................................................
15
8.
Merpati mata putih ...........................................................................
15
9.
Merpati mata hijau ..........................................................................
16
10. Merpati mata selewah ......................................................................
16
11. Paruh jenis rambon ..........................................................................
17
12. Paruh jenis trypes .............................................................................
17
13. Paruh jenis runcing ..........................................................................
18
14. Bentuk sayap merpati tinggi lokal ...................................................
19
15. Bentuk dada O..................................................................................
20
16. Bentuk dada V..................................................................................
20
17. Bentuk ekor merpati tinggi lokal .....................................................
22
18. Warna bulu teritis.............................................................................
24
19. Warna bulu gambir .........................................................................
24
20. Warna bulu perumpung....................................................................
24
21. Warna bulu megan ...........................................................................
24
22. Warna bulu blorok ...........................................................................
25
23. Warna bulu belantong ......................................................................
25
24. Warna bulu lampik...........................................................................
25
25. Warna bulu comres ..........................................................................
25
26. Merpati tinggi lokal betina...............................................................
27
27. Merpati tinggi lokal jantan...............................................................
27
28. Percumbuan merpati jantan dan betina lokal ...................................
29
29. Tingkah laku merpati minum...........................................................
30
30. Tinggah laku merpati makan............................................................
31
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Burung merpati (Columba livia) merupakan salah satu jenis burung yang sudah lama dipelihara dan dibudidayakan oleh para penggemar burung. Burung merpati adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap yang mayoritas aktivitasnya adalah terbang di udara. Burung merpati mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan jenis burung lainnya yaitu burung merpati mampu mengingat lokasi dengan baik serta burung merpati mampu terbang hingga sekitar 65 – 80 km/jam dan dalam satu hari mampu terbang sejauh sekitar 965 km (Pigeon, 2002).
Merpati tinggi banyak diminati karena lebih popular dibandingkan dengan merpati balap. Keadaan ini juga menujukkan merpati tinggi lebih cerdas dibandingkan dengan merpati balap. Merpati tinggi mampu terbang mencapai 150 meter di atas permukaan tanah berbeda dengan merpati balap yang hanya mampu terbang mencapai 5 meter di atas permukaan tanah. Nilai ekonomi merpati balap lebih rendah dibandingkan dengan merpati tinggi lokal sehingga merpati tinggi lokal saat ini lebih berkembang dibandingkan merpati balap lokal.
2
Burung merpati merupakan tipe burung yang mudah dirawat dan untuk mendapatkan bibitnya sangatlah mudah untuk ditemui karena merpati banyak dijual di pasar burung di Indonesia. Namun, untuk membudidayakan burung merpati, diperlukan pengetahuan mengenai karakteristik dan perilaku pejantan dan indukan supaya menghasilkan keturunan unggul (Pigeon, 2002).
Memilih karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal tidaklah mudah, hal ini Diperlukan pemahaman mengenai indicator karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal yang unggul. Pemilihan karakteristik merpati tinggi lokal dapat meliputi bentuk dan warna mata, bentuk kepala, bentuk sayap, warna bulu, dan bentuk tubuh, sedangkan perilaku merpati meliputi perilaku kawin dan bergerak.
Menurut hasil pengamatan yang telah penulis pelajari, bentuk mata merpati tinggi lokal yang baik adalah berbentuk oval dengan iris mata yang berwara putih dan warna mata merah terang, karena mata berwarna merah terang memiliki tahan cuaca panas sehingga memiliki kemungkinan resiko hilang yang kecil. Oleh sebab itu, pecinta merpati tinggi lebih banyak yang memilih merpati tinggi dengan iris yang berwarna putih dan mata berwarna merah terang.
Pengetahuan mengenai karakteristik kualitatif dan perilaku (kawin dan bergerak) merpati tinggi lokal sangatlah penting, namun sampai saat ini informasi mengenai karakteristik dan perilaku (kawin dan bergerak) merpati tinggi masih sangat terbatas. Dalam hal ini pentingnya mengetahui tentang karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal sebagai suatu landasan dalam menetukan karakteristik dan perilaku
3
merpati tinggi lokal. Beragamnya karakteristik dan perilaku pada merpati perlu diketahui karena dengan ini dapat menentukan merpati tinggi lokal yang unggul untuk pemeliharaan (Sutejo, 1998). Karakteristik kualitatif pada merpati tinggi lokal berbagai macam meliputi bentuk tubuh, mata, paruh, sayap, dan warna bulu yang beragam, sedangkan perilaku merpati tinggi lokal meliputi perilaku kawin dan bergerak. Di Bandar Lampung tingkat kegemaran pada merpati tinggi cukup beragam, namun masih banyak yang belum mengetahui pemahaman mengenai karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal. Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian mengenai karakteristik kualitatif dan perilaku mengenai merpati tinggi lokal sebagai ilmu baru.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. mengidentifikasi tentang karakteristik kualitatif merparti tinggi lokal (bentuk kepala, warna mata, bentuk paruh, bentuk tubuh, bentuk sayap) jantan dan betina. 2. mengidentifikasi perilaku bergerak merpati tinggi (terbang, menggelantung, berjalan), dan perilaku kawin (pejantan mendekati betina, menelisik, dan bercumbu).
4
C. Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi pengetahuan mengenai karakteristik kualitatif dan perilaku merpati tinggi lokal sehingga dapat dijadikan landasan ilmu pengetahuan baru di bidang peternakan dan sebagai dasar pengembangan budidaya merpati tinggi lokal.
D. Kerangka Pemikiran
Merpati lokal adalah merpati yang telah dibudidayakan sejak dulu yang telah dimanfaatkan untuk menghasilkan daging, sport, lomba, pertunjukan, dan bahkan untuk keperluan komunikasi (merpati pos). Merpati lokal berbeda dengan merpati import yang biasanya lebih mengutamakan keindahan dan keunikan (Salis, 2002). Pengembangan merpati lokal sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor salah satunya adalah karakteristik fenotip. Sifat fenotip adalah suatu karakteristik baik struktural, biokimiawi, fisiologis, dan perilaku yang dapat diamati dari suatu organism yang diatur oleh genotip dan lingkungan serta interaksi keduanya (Warwidi, 1990).
Sifat fenotip dibedakan atas sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang dapat ditentukan dengan cara melihat tanpa perlu adanya pengukuran sedangkan sifat kuantitatfif adalah sifat yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan bentuk satuan.
5
Karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal dapat dibedakan dengan melihat dari warna bulu, warna paruh, warna iris, warna kulit, bentuk kepala, bentuk paruh, dan bentuk dada (Pigeon, 2002).
Pentingnya mengetahui merpati jantan dan betina lokal karena pada merpati tinggi jantan lokal akan diterbangkan dengan jarak berkilo – kilo meter untuk dipergunakan sebagai nilai seni yang nantinya akan kembali atau pulang ke rumah asalnya maupun kandangnya sedangkan merpati betina hanya menunggu merpati jantan untuk kembali kerumah atau kandangnya tanpa di lepaskan atau di terbangkan (Hatmono, 2001).
Merpati merupakan kelompok aves yang memiliki dua aspek penting didalamnya yang meliputi karakteristik dan perilaku (Pigion, 2002). Untuk mengetahui merpati jantan dan merpati betina tinggi lokal dapat dilihat dari aspek karakteristik kualitatif meliputi bentuk kepala, warna bulu, bentuk tubuh, bentuk sayap, bentuk ekor, bentuk paruh dan warna iris, sedangkan untuk membedakan merpati jantan dan merpati betina tinggi lokal dapat dilihat dari aspek perilaku meliputi perilaku bergerak dan perilaku kawin.
Karakteristik merpati tinggi jantan dan betina memiliki perbedaan yang cukup jelas dapat diketahui melalui permukaan kepala, tulang kaki, leher dan jari kaki. Pada merpati tinggi jantan permukaan kepalanya terlihat kasar dan terlihat lebih maskulin, tulang kakinya kuat, lehernya besar dan cenderung kaku, serta jari kakinya panjang. Adapun pada burung merpati tinggi betina permukaan kepalanya rata dan terlihat halus, tulang kakinya lebih ramping dan lehernya terlihat kecil dan lemas serta jari kakinya cendrung pendek (Mulyana, 2005).
6
Merpati jantan dan betina lokal dapat dibedakan pula dari aspek perilaku. Perilaku adalah semua gerakan atau perubahan gerak, termasuk perubahan dari bergerak ketidak bergerak (Tanudimadja, 1978). Merpati merupakam satwa yang paling aktif terutama pada lingkungan yang baru, dimana sering terlihat melakukan aktivitas bergerak dengan cara memanjat, lompat, berjalan, terbang, dan berkelahi. Oleh karena itu, aktivitas tersebut menjadi parameter dalam pengamatan perilaku pada merpati tinggi lokal.
Merpati analog dengan burung bayan dan burung lovebird, terdapat perbedaan yang signifikan terhadap karakteristik dan perilaku merpati jantan dan betina tinggi lokal yang meliputi: - bentuk kepala -warna iris -bentuk sayap dan -bentuk paruh
Yonathan (2003) menyatakan bahwa bentuk dan ukuran kepala merpati dapat memengaruhi kemampuan terbang. Kepala yang besar menyebabkan kemampuan terbang merpati menjadi lamban. Kepala merpati yang baik memiliki ukuran yang provesional dengan bentuk tubuh dan leher.
Menurut Sutejo (1998), terdapat kesamaan pada bentuk kepala merpati betina lokal dengan bentuk kepala burung bayan yaitu ukuran kepala betina yang lebih pipih kedalam sedangkan untuk pejantan ukuran kepala lebih condong keluar.
7
Warna iris merpati jantan dan betina dapat dibedakan dengan melihat ukuran pupil, merpati jantan dapat membesar sedangkan merpati betina tidak dapat membesar hal ini sama terjadi terhadap burung lovebird ras hijau (Elien,2001).
Bentuk sayap pada merpati terdapat 10 lembar bulu utama hal ini sama dengan semua jenis unggas aves lainnya, namun dapat dibedakan dalam memilih pejantan dan betina. Merpati betina memiliki ukuran sayap yang lebih pendek dan tipis sedangkan merpati jantan memiliki ukuran sayap yang lebih tebal dan panjang (Yonathan, 2003).
Bentuk paruh pada merpati tinggi merupakan jenis paruh bengkok yang notabene sama dengan jenis burung lovebird namun terdapat perbedaan ukuran, pada burung merpati paruh pada merpati betina lebih pedek dan tumpul sedangkan paruh merpati jantan lebih panjang dan runcing hal ini sama terjadi dalam membedakan bentuk paruh jantan dan betina pada burung lovebird (Yahya, 2004).
Perbedaan perilaku merpati jantan dan betina hampir sama dengan jenis aves lainnya, pada perilaku bergerak merpati jantan lebih dominan terbang dibandingkan berjalan sedangkan pada merpati betina lebih sering diam dikandang dan berjalan hal ini serupa dengan burung bayan, sedangkan untuk perilaku kawin merpati jantan selalu berada di posisi atas ketika melakukan perkawinan sedangkan merpati betina berada dibawah hal ini sama terjadi dengan semua jenis burung (Yonathan, 2003).
8
E. Hipotesis Terdapat perbedaan karakteristik dan perilaku merpati tinggi jantan dan merpati tinggi betina.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Burung merpati
Merpati adalah burung yang banyak digemari baik kalangan muda maupun tua di seluruh dunia. Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang dapat kembali ke sarang meskipun sudah terbang tinggi dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama (Soeseno, 2003).
Grizmek (1972) menyatakan bahwa merpati dapat dijumpai di seluruh bagian bumi, kecuali bagian kutub. Hal ini ditunjukan dengan ditemukan fosil – fosil burung merpati di benua Eropa dan Amerika. Menurut Tyne dan Berger (1976), merpati terdapat di seluruh bagian bumi kecuali di benua Amerika bagian Utara dan Selatan serta beberapa kepulauan Oceanian. Pigeon (2002) mengatakan bahwa merpati berasal dari Asia beberapa juta tahun lalu.
Di Indonesia, rata-rata merpati adalah hasil perkawinan silang antara ras Yansson (hidung besar) dan Delbar (jambul) dari Belgia dengan ras unggulan lainnya. Seekor merpati betina umumnya bertelur sebanyak dua butir.
10
Telur tersebut dierami oleh merpati jantan dan betina secara bergantian. Anak burung merpati dapat terbang dalam jarak yang dekat pada usia 60 hari. Untuk menjadi merpati unggulan, merpati terlebih dahulu harus dilatih oleh pelatih khusus. Pelatihan baru dapat dilakukan untuk merpati yang berusia tujuh bulan (Rasyaf, 1982).
A. Karakteristik Kualitatif Merpati Tinggi Lokal
Karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal adalah suatu ukuran ciri khas dari merpati tinggi lokal yang menyangkut perbedaan dari bentuk tubuh, warna bulu, bentuk kepala, bentuk paruh, bentuk mata, bentuk hidung, bentuk leher, bentuk sayap, bentuk ekor, yang mencakup nilai ekstrinsik keseluruhan dari merpati tinggi lokal (Yahya, 2004).
1. Bentuk kepala Burung merpati tinggi lokal memiliki bentuk kepala besar dengan batok kepala yang lebih tinggi dari pada batok kepala belakang yang memiliki derajat kemiringan antara pangkal hidung dengan atas batok kepala sebesar 45 – 60 derajat (Sutejo, 1989).
Menurut Sutejo (1989), merpati tinggi lokal mampu memiliki derajat kemiringan hingga 90 derajat, namun bentuk kepala seperti ini jarang dimiliki oleh pecinta merpati tinggi lokal karena kontrol merpati tinggi lokal kurang baik saat akan melalukan pendaratan dari ketinggian di atas permukaan udara. Merpati lokal yang memiliki kemiringan bentuk kepala 45 – 60 drajat dapat mendarat dengan baik saat merpati akan turun dari ketinggian, selain itu merpati dengan bentuk
11
kepala seperti ini mempunyai tingkat kecerdasan untuk mengingat yang lebih baik (Grizmek, 1972). Menurut Yonatan (2003), terdapat jenis – jenis bentuk kepala merpati tinggi lokal diantaranya : a. bentuk kepala jenong ; b. bentuk kepala perkutut ; c. bentuk kepala kotak ; d. bentuk kepala bulat .
Gambar 1. Merpati kepala jenong Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 2. Merpati kepala perkutut Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 3. Merpati kepala kotak Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 4. Merpati kepala bulat Sumber : Koleksi pribadi, 2015
12
Terdapat perbedaan karakteristik bentuk kepala pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan kepalanya terlihat kasar dan terlihat lebih maskulin sedangkan merpati tinggi betina permukaan kepalanya terlihat rata dan halus (Tanudimandja, 1978).
2. Warna iris mata Mata adalah senjata utama bagi merpati tinggi lokal untuk menentukan penglihatan jarak jauh maupun dekat. Ketajaman penglihatan merpati sangat di pengaruhi oleh warna iris mata yang nantinya akan memengaruhi pada kecepatan terbang (Noor, 2000).
Iris adalah diafragma muscular yang terletak di depan lensa yang berfungsi mengontrol jumlah cahaya yang masuk mata (Wikipedia, 2013). Pupil terletak di tengah iris mata yang terbuka dan berfungsi sebagai jalan masuknya cahaya kedalam rongga mata. Bentuk pupil yang sempurrna akan memengaruhi kemampuan pupil membesar dan mengecil untuk mengukur jarak dan melihat tujuan dari pendaratan terbang merpati tinggi (Sutejo, 1998).
Menurut Sutejo (1998), burung merpati tinggi lokal memiliki berbagai macam warna mata diantaranya berwarna merah, berwarna kuning berpaduan dengan oren, berwarna putih berpaduan dengan merah, berwarna hitam, berwarna hijau berpaduan dengan merah dan berwarna selewah (mata kiri dan mata kanan berbeda warna). Burung merpati tinggi lokal mempunyai cincin lingkar mata yang menempel pada kedua bola mata dengan warna kehijauan (Rasyaf, 1982).
13
Gambar 5. Merpati iris mata hitam Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 6. Merpati iris mata kuning Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 7. Merpati iris mata merah
Gambar 8. Merpati iris mata putih
Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Sumber : Koleksi pribadi, 2015
14
Gambar 9. Merpati iris mata hijau Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 10. Merpati iris mata selewah Sumber : Koleksi pribadi, 2015
3. Bentuk paruh Berbagai bentuk paruh merpati tinggi lokal mempunyai kelebihan dan kelemahan, Noor (1991) menyatakan paruh berperan untuk menentukan jalan pulang merpati. Menurut Yonathan (2003), ada beberapa macam jenis paruh pada merpati yaitu sebagai berikut : a. Paruh rambon Paruh merpati tinggi yang berukuran besar, panjang, dan menggembung. Paruh tersebut dapat dikatakan paruh jenis rambon (turunan dari merpati pos), paruh yang berbentuk seperti ini mempunyai warna kapur pekat dan pangkal paruh bagian bawah menjorok kebagian belakang. b. Paruh trypes Paruh merpati tinggi yang berukuran besar dan pendek. Paruh tersebut dapat dikatakan paruh jenis trypes, hidung merpati jenis ini memiliki warna kapur yang
15
pekat akan tetapi terlihat garis – garis samar sejajar berwarna kemerah – merahan diseluruh bagian hidungnya, dan pangkal hidung bagian bawah menjorok kebelakang. c. Paruh runcing Paruh merpati tinggi yang berukuran kecil, runcing dan lancip. Paruh tersebut dapat dikatakan sebagai jenis paruh runcing, paruh berbentuk ini bila mempunyai warna kapur pekat dan pangkal hidung bagian bawah menjorok kebelakang. Apabila pada pangkal hidung berbentuk lurus, burung merpati ini hanya dapat melewati jarak terbang yang pendek. Dari ketiga jenis – jenis paruh merpati tinggi lokal dapat dikatakan bahwa paruh yang berukuran kecil, runcing dan lancip merupakan jenis paruh unggulan yang baik.
Gambar 11. Paruh jenis rambon Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 12. Paruh jenis trypes Sumber : Koleksi pribadi, 2015
16
Gambar 13. Paruh jenis runcing Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Terdapat perbedaan karakteristik bentuk paruh pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan paruh lebih terlihat kering dan lancip sedangkan paruh pada merpati tinggi betina lebih tipis dan panjang serta ujung paruh lebih melengkung kebawah (Sutejo, 1998).
4. Bentuk sayap merpati tinggi lokal Sayap merupakan sarana gerak untuk merpati terbang (Sutejo, 1989). Menurut Elien (2001), bentuk melengkung pada sayap merpati menghasilkan permukaan atas lebih cembung dan permukaan bawah sedikit cekung atau malah sama sekali rata.
Perbedaan kecepatan angin di bawah dan di atas permukaan udara menghasilkan perbedaan pada tekanan udara. Tekanan udara pada permukaan atas lebih kecil sehingga terjadi daya dorong dari bawah permukaan ke atas permukaan sayap
17
sehingga badan merpati mengalami daya angkat melawan gravitasi bumi (Soeseno 2003).
Menurut Noor (2002), terdapat jenis – jenis sayap yang baik pada merpati lokal. a. Bahu sayap pada merpati harus kuat dan lentur (jangan kaku) hal ini diharapkan sayap dapat bervariasi saat melakukan penerbangan. b. Bulu sayap pada merpati tebal dan kencang tidak bergelombang dan memiliki jarak antar bulu sayap satu ke bulu sayap lainnya disertakan bulu ujung yang meruncing. c. Tulang bulu sayap besar, kuat dan lentur pada ujung permukaan bulu hal ini dapat mempengaruhi kualitas merpati saat proses pendaratan. Suara kepakan sayap, bila di perhatikan suara kepakan sayap merpati tentunya berbeda. Suara kepakan merpati yang sudah terbang akan terdengar lebih ringan dibandingkan dengan merpati yang sudah terbang tinggi, sedangkan sayap merpati yang jarang terbang akan terdengar lebih berat (Yonathan, 2003).
Gambar 14. Bentuk sayap merpati tinggi lokal Sumber : Koleksi pribadi, 2015
18
Terdapat perbedaan karakteristik bentuk sayap pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan sayap lebih tebal dengan bagian bulu syap yang lebih lebar dan panjang, berbeda dengan merpati tinggi betina permukaan sayap lebih tipis dan bagian bulu sayap lebih kecil hal ini membedakan bahwa kecepatan terbang merpati jantan lebih unggul di bandingkan merpati tinggi betina.
5. Bentuk dada merpati tinggi lokal Menurut Mosca (2000), bentuk dada merpati lokal terdapat berbagai macam bentuk yaitu berbentuk huruf V (kalau dilihat dari depan), dan yang berbentuk O, serta berbentuk elips mendatar.
Bentuk dada merpati tinggi yang berhuruf O biasanya akan turun kencang dari arah manapun, berbeda dengan merpati yang berbentuk dada huruf V biasanya kecepatan turun merpati sedikit melambat.
Gambar 15. Bentuk dada O Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 16. Bentuk dada V Sumber : Koleksi pribadi, 2015
19
Terdapat perbedaan karakteristik bentuk dada pada merpati jantan dan betina tinggi lokal yaitu pada merpati jantan permukaan dada lebih lebar dan bulat sedangkan merpati tinggi betina memiliki bentuk dada yang lebih pipih dan kecil. 6. Bentuk ekor Ketebalan dan bentuk ekor merpati sangat memengaruhi ketajaman saat melakukan pedaratan. Bulu ekor merpati mempunyai 12 helai atau lembar yang berfungsi mengatur saat merpati berjalan atau terbang saat merpati akan turun, hal ini sangat perlu diperhatikan agar merpati dapat terbang dengan jarak yang jauh (Sutejo 1998).
Menurut Cartmill (1991), bulu ekor merpati terdiri dari bulu ekor penutup bagian atas, bulu ekor utama dan bulu ekor bagian bawah. Bulu ekor mempunyai peran yang penting ketika merpati terbang, bulu ekor digunakan ketika merpati akan meluncur dan berhenti. Ekor merpati saat mengembang digunakan untuk mengerem ketika sayapnya tidak lagi dikepakan. Ekor merpati juga dapat digunakan untuk mementukan arah terbang merpati (Ellien, 2001).
Gerak bulu ekor a. Ekor merpati saat bekur yang mempunyai kecepatan atau bulu ekornya merapat dengan cepat biasanya dimiliki oleh merpati yang memiliki pinggang rapat, dan ini sangat memengaruhi kemampuan turun pada merpati tinggi. b. Ekor merpati yang selalu megar atau terlihat jarak – jatrak dari bulu ekornya, akan mempunyai kemampuan turun yang kalah baik bila dibandingkan dengan tipe yang pertama (Mosca, 2000).
20
Gambar 17. Bentuk ekor merpati tinggi lokal Sumber : Koleksi pribadi, 2015
7. Warna bulu pada merpati Merpati memiliki bulu halus yang tampak mengkilat seperti sutra, bila dipegang akan terasa licin dan halus seperti kapas. Apabila merpati dilihat sepintas bulu merpati berminyak dan apabila di siram air sulit menempel (Sutejo, 1998).
Noor (1996) menyatakan bahwa bulu burung merpati terdiri atas dasar warna hitam, coklat, dan merah. Ketiga warna tersebut akan membentuk variasi warna lain yaitu warna megan, prumpung, blantong, blorok, tritis, hitam, dan gambir (Salis, 2002).
21
Soesono (2003) menyatakan merpati pada umumnya memiliki berbagai macam warna dan sebutan bagi merpati, berikut ini nama – nama serta penjelasan mengenai warna dan sebutan pada merpati tinggi lokal. a. Tritis Tritis adalah sebutan untuk merpati berwarna hitam didominasi dengan warna abu – abu dan di bagian sayap terdapat warna kecoklatan yang menyerupai garis. b. Gambir Gambir adalah sebutan untuk merpati berwarna coklat muda, bulu – bulu merpati dipenuhi dengan warna coklat muda diseluruh permukaan tubuh. c. Megan Megan adalah sebutan untuk merpati berwarna biru dengan didominasi warna hitam di bagian ekor dan sayap. d. Perumpung Perumpung adalah sebutan untuk merpati berwarna coklat tua, hampir di setiap permukaan tubuhnya di dominasii dengan warna coklat tua. e. Blorok Blorok adalah sebutan untuk merpati yang didominasi dengan 2 sampai 3 warna pada seluruh permukaan tubuh merpati. Warna ini dihiasi oleh warna yang tidak menyeluruh melaikan hanya campuran totol – totol dibagian tubuh merpati. f. Belantong Blantong adalah sebutan untuk merpati berwarna putih didominasi oleh warna lainnya yaitu, megan, gambir, prumpung, atau hitam.
22
g. Lampik Lampik adalah sebutan untuk merpati yang memiliki warna bulu sayap putih dengan didominasi warna lain yaitu, megan, perumpung, gambir, atau hitam. h. Combres Combres adalah sebutan warna merpati yang memiliki corak putih di bagian kepala dan sekitar mata dengan didominasi warna lain seperti gambir.
Gambar 18. Warna bulu tritis Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 20. Warna bulu prumpung Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 19. Warna bulu gambir Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 21. Warna bulu megan Sumber : Koleksi pribadi, 2015
23
Gambar 22. Warna bulu blorok Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 24. Warna bulu lampik Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 23. Warna bulu blantong Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 25. Warna bulu comres Sumber : Koleksi pribadi, 2015
24
8. Warna kulit pada merpati tinggi lokal Menurut Yahya (2004), merpati memiliki bentuk kerangka yang berongga dengan tulang yang berbobot sangat ringan. Menurut Sutejo (1998), merpati tinggi lokal memiliki daging yang gembur dengan dibungkus kulit ari yang tipis dan bersih namun memiliki warna yang berbeda. C. Indikator Perbedaan Karakteristik Merpati Tinggi Lokal Jantan dan Betina
Perbedaan karakteristik merpati tinggi jantan dan betina memiliki perbedaan yang cukup jelas dapat diketahui melalui permukaan kepala, tulang kaki, leher dan jari kaki. Pada merpati tinggi jantan permukaan kepalanya terlihat kasar dan terlihat lebih maskulin, tulang kakinya kuat, lehernya besar dan cenderung kaku, serta jari kakinya panjang. Pada burung merpati tinggi betina permukaan kepalanya rata dan terlihat halus, tulang kakinya lebih ramping dan lehernya terlihat kecil dan lemas serta jari kakinya cendrung pendek.
Menurut Tanudimandja (1978), membedakan merpati jantan dan betina dapat dibedakan pula dengan cara memegang badan merpati dengan benar, posisikan badan horizontal, lalu luruskan leher merpati secara vertikal, bila bentuk leher dari kepala sampai badan sama – sama besar dapat dipastikan merpati jantan namun bila bentuk leher merpati agak menyempit ditengah adalah merpati betina dan warna bulu leher merpati jantan lebih berkilau dibandingkan merpati betina.
25
Gambar 26. Merpati tinggi lokal betina
Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Gambar 27. Merpati tinggi lokal jantan
Sumber : Koleksi pribadi, 2015
D. Perilaku Merpati Tinggi Lokal Perilaku merpati adalah suatu bentuk aktivitas merpati yang melibatkan fungsi fisiologis sebagai hasil dari perpaduan antara aktivitas keturunan dengan pengalaman individu dalam menangani atau menghadapi suatu objek (Wikipedia, 2013). Menurut Elien (2001), terdapat beberapa perilaku merpati tinggi lokal diantaranya, (1) perilaku bergerak (2) perilaku ingestif dan, (3) perilaku kawin.
1. Perilaku bergerak merpati tinggi lokal Perilaku adalah semua gerakan atau perubahan gerak, termasuk perubahan dari bergerak ketidak bergerak (Tanudimadja, 1978). Merpati merupakam satwa yang paling aktif terutama pada lingkungan yang baru, dimana sering terlihat melakukan aktivitas bergerak dengan cara memanjat, lompat, berjalan, terbang, dan berkelahi. Oleh karena itu, aktivitas tersebut menjadi parameter dalam pengamatan perilaku pada merpati tinggi lokal.
26
Saat merpati tinggi berjalan biasanya merpati hanya menggunakan keempat jarinya tanpa telapak kakinya akan mempunyai kemampuan terbang yang lebih panjang dan lama dari pada merpati yang menapakkan telapak kakinya saat berjalan. Saat bekur ekor merpati yang mempunyai kecepatan merapat dengan cepat biasanya dimiliki oleh merpatiyang memiliki pinggang rapat. Hal ini sangat memengaruhi kemampuan turunnya, sedangkan ekor merpati yang selalu megar akan mempunyai kemampuan turun yang kurang baik (Tanudimadja, 1978).
Merpati yang terlihat punggung dan pinggangnya mengebul tanpa berpunuk dengan sayap merpati dan tampak menggantung, biasanya memiliki gaya terbang dengan kekuatan terbang yang kencang dan kekuatan turun yang baik (Suprapti, 2003).
2. Perilaku kawin (seksual) merpati tinggi lokal
Perilaku seksual pada merpati, merpati akan melakukan percumbuan saat melakukan perkawin dengan diawali pejantan akan membunyikan suara – suara untuk menarik perhatian betina, setelah itu merpati pejantan mulai menciumi betina hingga menaiki betina tersebut setelah itu merpati jantan dan betina akan terbang bersama – sama (Yonathan, 2003).
Merpati tinggi lokal termasuk jenis burung yang setia terhadap pasangannya dan berdeda dengan burung lainnya. Merpati akan setia pada satu pasangannya saja kecuali merpati tersebut mati ataupun hilang. Merpati termasuk golongan burung yang tidak bisa hidup sendiri, ia selalu ingin berpasangan atau berkelompok (Yonathan, 2003).
27
Gambar 29. Percumbuan merpati jantan dan betina lokal Sumber : Koleksi pribadi, 2015
3. Perilaku makan dan minum (ingestif) merpati tinggi lokal Jadwal makan merpati biasanya dilakukan pada waktu siang hari dan sore hari dengan pemberian jagung madura dan campuran beras merah serta pemberian kacang tanah untuk meningkatkan gizi merpati. Pemberian minum dilakukan secara adlibitum dengan mencampurkan vitamin pada air minum tersebut (Salis, 2002).
Merpati merupakan jenis burung yang kuat, merpati tahan tidak mengkonsumsi makan sampai 3 hari lamanya namun pemberian minum harus dilakukan secara terus menerus, hal ini karena merpati tidak memiliki kelenjar keringat sehingga merpati akan tahan tidak mengkonsumsi makan dibandingkan tidak minum (Salis, 2002).
28
Gambar 30. Tingkah laku merpati minum
Gambar 31. Tingkah laku merpati makan
Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Sumber : Koleksi pribadi, 2015
Perilaku diam yang dilakukan oleh merpati tinggi lokal terdiri dari tiga jenis aktivitas yaitu bertengger, berjemur, dan istirahat. Merpati yang baru datang, umumnya lebih banyak beraktivitas diam sambil mengawasi keadaan sekitar. Oleh karena itu pada saat bertengger, kedua matanya terbuka sambil mengangkat kepala lalu mengarahkan mata dan telinga kesegala arah (Ringga, 2000).
29
III. BAHAN DAN METODE
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada Juni 2015 di jalan Rawa Subur no 49, Enggal Tanjung Karang Pusat. Bandar Lampung.
B. Bahan Penelitian
Penelitian ini menggunakan 8 pasang burung merpati tinggi lokal dengan kisaran umur 8 bulan – 2 tahun, 2 pasang digunakan untuk mengamati perilaku merpati tinggi lokal dan 6 pasang digunakan untuk mengamati karakteristik merpati tinggi lokal. Merpati yang digunakan tersebut berasal dari peternak merpati yang berada di Bandar Lampung dengan kisaran umur 1 tahun.
C. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis untuk menulis dan mencatat kegiatan selama penelitian; stopwatch untuk menghitung setiap aktivitas yang dilakukan oleh merpati jantan dan betina lokal; kandang, tempat pakan dan minum digunakan untuk meletakan merpati sebagai tempat tinggal dan wadah makan dan minum merpati; kamera dan video recorder untuk mengamati aktivitas
30
merpati; sawangan untuk menandai antara merpati jantan dan betina. Jenis kandang yang digunakan adalah jenis kandang terbuka yang terbuat dari teriplek dan bambu.
D. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan adalah metode survey dengan melalui pengamatan secara langsung terhadap karakteristik merpati dan perilaku merpati jantan dan betina tinggi lokal.
E. Peubah yang diamati a. Karakteristik kualitatif merpati tinggi jantan dan betina lokal meliputi ( bentuk kepala, bentuk dan warna iris, bentuk paruh, bentuk sayap, bentuk dada, bentuk ekor, dan warna bulu). b. Perilaku merpati - Perilaku bergerak (terbang, menggelantung, berjalan, dan berkelahi) Aktivitas menggelantung adalah kegiatan merpati jantan dan betina untuk lebih mudah beradaptasi terhadap lingkungan. Aktivitas berjalan termasuk dalam perilaku bergerak yang dilakukan untuk memperoleh pakan, air, dan pasangan (Tanudimadja, 1978). - Perilaku kawin (mendekati betina, menyisik, dan bercumbu) Perilaku merpati tinggi lokal meliputi aktivitas mendekati jantan dan betina bagi yang jantan, menelisik dan bercumbu (Soesono, 2003).
31
F. Analisis data 1. Data karakteristik kualitatif yang diperoleh, diteliti dan dihitung frekuensi relatifnya dengan menggunakan rumus Sudjana (1992). Jumlah suatu karakteristik Frekuensi relatif = Jumlah sampel
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
2. Data untuk setiap perilaku ( bergerak dan kawin) Dihitung dengan menggunakan rumus Sudjana ( 1992). Jumlah aktivitas/jumlah kandang/jumlah burung Rata – rata perilaku = Jumlah hari
Jumlah frekuensi suatu aktivitas Frekuensi relatif =
x 100% Jumlah frekuensi seluruhnya
Jumlah waktu suatu aktivitas Waktu relatif
=
x 100% Jumlah waktu seluruhnya
Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis secara deskriptif.
G. Pelaksanaan Penelitian Persiapan penelitian . a. Mempersiapkan kandang untuk merpati yang akan diteliti. b. Mempersiapkan makanan berupa jagung dan beras merah serta mempersiapkan wadah tempat makan dan minum .
32
c. Memasang dua buah video recorder didua titik yaitu dibagian depan dan disudut kandang. d. Mempersiapakan kamera dan alat tulis. e. Memilih merpati sebanyak 8 pasang dengan kisaran umur yang sama.
Pelaksanaan pengamatan a. Sebelum pengamatan merpati dilakukan pelatihan agar merpati hapal terhadap kandangnya masing – masing. b. Memberikan tanda kepada merpati jantan berupa sawangan ( alat yang dapat bunyi apabila terkena angin ) di bagian bulu ekor. c. Memasang 2 vidio recorder di 2 titik bagian kandang. d. Melakukan pelatihan terhadap asisten untuk membantu melakukan pengamatan. e. Melakukan pencataan mengenai karakteristik dan perilaku merpati jantan dan betina lokal, meliputi karakteristik warna bulu, bentuk kepala, ekor badan, mata, sayap, paruh dan kaki serta mengamati perilaku yang meliputi perilaku bergerak, tingkah laku seksual dan perilaku makan dan minum merpati. f. Mulai melakukan pengamatan perilaku pukul 06.00 sampai 18.00 selama 12 hari.
50
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Karakteristik kualitatif merpati tinggi lokal jantan dan betina diperoleh sebagai berikut : bentuk kepala (tipe bulat 50 %, tipe jenong 33,33 %, dan tipe perkutut 16,67 %), bentuk paruh (tipe rambon 66,67 % dan tipe lancip 33,33%), bentuk tubuh (tipe jantung pisang 100%), bentuk bulu ( renggang dan pendek 100%), warna mata kuning 66,67 %, dan mata merah 33,33 %). 2. Frekuensi dan waktu relatif bergerak yang paling tinggi pada merpati tinggi lokal adalah terbang (69,93 %) sedangkan perilaku kawin adalah menyelisik (57,2 %).
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih banyak terhadap karakteristik dan perilaku merpati tinggi lokal jantan dan betina. 2. Dibutuhkan kamera video yang memiliki memori internal yang besar serta baterai pengganti ketika batu baterai habis.
51
DAFTAR PUSTAKA
Blakely, J. dan D. A. Bade. 1998. Ilmu Peternakan. Terjemahan; B. Srigandono. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Bokhari, S. A. 1998. Starting a Squab Business. http://www. Bokhari. com Cartmill, A.M. 1991. Raising Pigeons. Kansas Pigeon Association Poultry. http://www.oznet,ksu.edu./library/lvstk2/mf987.pdf Diakses tanggal 3 Maret 2015
Changjaya. 2000. Merpati Tinggi. http://www.changjaya abadi.comnatural Darya, S. N. 2005. Feeding of Breeding Flocks. Research Paper Hubbel Farm. Canada. http://www. Magma. Ca/laded/feeding. htm diakses tanggal
Elien, L. 2001. Mengamati Cara Terbang Burung. http://www.indomedia.com/intisari/2001Fe/burung.htm Diakses tanggal 3 Maret 2015 Frans. 2004. Pengalaman dengan Merpati. http://cc.lasphost.com/burung merpati/artikel11.asp Diakses tanggal 4 Maret 2015
Grzimek, B. 1972. Anima Life Ancylopedia. Bird II (8). Van nostrand Reinhold Co.,New York-Cincinnaati-Toronto-Melbourne. Hardjosubroto.W. 1994. Aplikasi Pemuliabiakan Ternak di Lapangan. PT Gramedia. Jakarta Hatmono.H. 2001. Beternak Merpati. Penebar Swadaya. Jakarta Marshall, R. 2004. Feeding. http://www. Birdhealth.com/pigeon diakses tanggal Mosca, F. 2000. Basic Pigeon Genetik. http://www.anglefire.com Diakses tanggal 4 Maret 2015 Noor, R.R. 2000. Genetika Ternak. PT Penebar Swadaya Jakarta.
52
Noor, R.R. 1996. Genetika Ternak. PT Penebar Swadaya Jakarta. Nowland, W. 2001. Squab Raising. Fifth Edition. Animal Poultry. New South Wales Departement of Agriculture. Australia. Pigeon. 2002. Pigeon Facts. http//www.pleasebekind.com/pigeon.html. Diakses tanggal 4 Maret 2015 Radiopoetro. 1985. Zoologi. Erlangga. Jakarta Rasyaf, M. 1982. Beternak Burung Dara. PT Penebar Swadaya, Jakarta. Salis. R. 2002. Studi Fenotipe Burung Merpati Lokal. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soeseno, A. 2003. Memelihara dan Beternak Burung Merpati. PT Penebar Sw Adaya. Jakarta
Sutejo. 1998. Merpati Tinggi. PT Penebar Swadaya. Jakarta Tanudimadja. 1978. School of Environmental Conservation Management. Ciawi, Bogor. Tyne, J. V and A.J Berger. 1976. Fundamentals of Ornithologi. Second Edition. A Willey Interscience Publication. John Willey and Sons. New York-LondonSidney-Torontalo Wikipedia. 2013. Penglihatan Burung. http://id.wikipedia.org/wiki/Penglihatan burung. Diakses tanggal 7 Maret 2015 Yahya, H. 2004. Keajaiban Desain Alam. www.harunyahya.com/indo Diakses tanggal 8 Maret 2015 Yonathan, E. 2003. Merawat dan Memilihn Merpati Tinngi. Agromedia Pustaka. Jakarta