e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS ASESMEN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENGETAHUAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN METAKOGNITIF SISWA PADA TEMA CITA-CITAKU KELAS IV SDN 12 PEMECUTAN Ni Wayan Tutik Juliawati1, Ni Wayan Suniasih2, I Wayan Wiarta3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar123, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian tindakan kelas ini bertujuan (1) meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada tema cita-citaku siswa kelas IV SDN 12 Pemecutan, Denpasar Utara tahun ajaran 2014/2015 dan (2) meningkatkan pengetahuan metakognitif melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada tema cita-citaku siswa kelas IV SDN 12 Pemecutan, Denpasar Utara tahun ajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan yang berjumlah 18 orang. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes dan observasi. Data hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika meningkat 17,50 dari 63,61 pada siklus I menjadi 81,11 pada siklus II dan secara klasikal hasil belajar pengetahuan matematika meningkat 27,78% dari 55,56% pada siklus I menjadi 83,33% pada siklus II. (2) nilai rata-rata pengetahuan metakognitif meningkat 16,11 dari 63,89 pada siklus I menjadi 80,00 pada siklus II. Berdasarkan hasil analisis data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif pada tema cita-citaku siswa kelas IV SDN 12 Pemecutan. Kata Kunci : Pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio, hasil belajar pengetahuan matematika, pengetahuan metakognitif.
Abstract This classroom action research aims to (1) improve learning outcomes through the application of mathematical knowledge-based scientific approach to portfolio assessment on the theme of “Cita-citaku” students at the Fourth Grade of SDN 12 Pemecutan academic year 2014/2015 and (2) to improve metacognitive knowledge through the application of scientific approach based on portfolio assessment on the theme of “Citacitaku” students at the Fourth Grade of SDN 12 Pemecutan academic year 2014/2015. The subjects in this study were fourth grade students of SDN 12 Pemecutan - North Denpasar District totaling 18 people. Data collection methods used in this research were the method of testing and observation. Data result of learning knowledge of mathematical knowledge and metacognitive knowledge analyzed using descriptive analysis of quantitative methods and qualitative descriptive analysis. The results of this study show that (1) an increase in the average value of mathematical knowledge learning outcomes of 17.50 from 63.11 in the first cycle to 81.11 on second cycle, and classically, mathematic learning outcomes had improved 27.78 % from 55.56 % in cycle I becoming 83.33% in second cycle. (2) an increase in the average value of 16.11 metacognitive knowledge of the 63.89 in the first cycle to 80.00 on the second cycle. Based on these results of data analilyzed it can be concluded that the application of scientifically based approach to
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 portfolio assessment can improve learning outcomes of mathematical knowledge and metacognitive knowledge on the theme of “Cita-citaku” students at the Fourth Grade of SDN 12 Pemecutan. Keywords: scientific approach, portfolio assessment, learning outcomes of mathematical know and metacognive knowledge
PENDAHULUAN Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa suatu pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungan siswa. Dengan kata lain pembelajaran harus bergeser dari menerima informasi menjadi aktif mencari informasi. Penerapan kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik. Menurut Kosasih (2014) pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuantemuan siswa. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal dan memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah. Berdasarkan pendekatan ilmiah suatu informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Pada proses pembelajaran siswa dijadikan pusat pembelajaran. Proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik diarahkan untuk melatih berfikir analitis (bagaimana mengambil keputusan) bukan berfikir mekanis (dengan mendengar atau menghafal saja). Pendekatan ini memiliki ciri-ciri seperti pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran, sehingga menjadikan siswa aktif dalam mencari serta mengkontribusi pengetahuan yang dimilikinya melalui proses mengamati, menanya, menalar, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Kegiatan mengamati bertujuan untuk memperoleh gambaran umum dari suatu objek materi yang berkenaan dengan
kompetensi dasar yang dipelajari. Sementara kegiatan menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan tambahan tentang apa yang diamati. Kegiatan menjawab pertanyaan dari siswa itulah yang disebut bernalar (menalar). Menalar adalah proses berpikir logis, mengaitkan konsep dan fakta, mengaitkan keterhubungan fakta-fakta. Fakta-fakta yang dikumpuklan dalam kegiatan menalar dikembangkan dalam kegiatan mengasosiasi dan dibahas dalam kegiatan mengkomunikasikan untuk memperoleh pengetahuan baru. Pembelajaran dalam kurikulum 2013 menggunakan sistem tema (tematik integratif). Dimana dalam beberapa pertemuan siswa mempelajari beberapa muatan materi yang tergabung dalam satu tema. Proses pembelajaran seperti ini membuat guru sebagai perencana pembelajaran merasa sedikit kesulitan dalam menghubungkan satu muatan materi dengan materi yang lain. Pemahaman pengetahuan siswa mengenai suatu materi menjadi tidak terfokus karena semua materi dalam beberapa pelajaran diajarkan secara bersamaan dengan cara mengaitkan muatan materi satu dengan yang lainnya. Hal ini menjadikan siswa sedikit kebingungan dan merasa kesulitan dalam memahami materi yang diajarkan. Menurut Irham dan Wiyani (2013) kesulitan belajar siswa pada umumnya disebabkan oleh faktor-faktor tertentu sehingga siswa terlambat bahkan tidak dapat mencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Hambatan yang dialami siswa dapat dilihat dari proses serta hasil belajar siswa. Purwanto (2011) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Namun masih banyak siswa yang belum mampu untuk memperoleh hasil
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 belajar yang diinginkan baik oleh guru maupun siswa sendiri. Slameto (2010) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya tetapi digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri siswa, yang terdiri dari beberapa faktor yaitu, 1) faktor jasmaniah meliputi faktor kesehatan dan kondisi tubuh; 2) faktor psikologis seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan; 3) Faktor kelelahan yang dapat dibedakan menjadi kelelahan jasmani dan rohani. Sementara faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, yang terdiri dari beberapa faktor yaitu, 1) faktor keluarga, diantaranya adalah bimbingan orang tua; 2) faktor sekolah yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar penilaian pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah; 3) faktor masyarakat, misalnya masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, dapat memberikan pengaruh yang jelek kepada siswa. Sesuai dengan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa banyak hal yang mendasari ketidakmampuan siswa dalam memperoleh hasil belajar yang baik. Selain berasal dari diri siswa, hal ini juga diakibatkan karena pendekatan pembelajaran yang kurang tepat diterapkan pada beberapa muatan materi pembelajaran. Beberapa penyebab yang berasal dari dalam diri siswa adalah belum mampunya siswa mengelola pengetahuannya sendiri. Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 2 Desember 2014 di SDN 12 Pemecutan pada siswa kelas IVB didapatkan informasi bahwa 75% dari 18 orang siswa masih mendapatkan hasil belajar pengetahuan matematika pada predikat kurang baik. Kemungkinan penyebabnya adalah pendekatan yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran belum diterapkan secara optimal dan belum terbukanya guru terhadap hasil karya siswa. Hal ini menyebabkan siswa tidak
mengetahui perkembangan dirinya dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa tidak dapat memahami konsep-konsep matematika dan mengenal kemampuan dirinya dalam memecahkan masalah secara optimal. Matematika merupakan salah satu materi pelajaran yang ditakuti oleh siswa. Hal ini karena keabstrakan serta kurang mampunya siswa memahami konsep dari materi tersebut. Ketidak siapan siswa dalam menerima pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Menguasai matematika tidak hanya dilihat pada unitnya saja seperti aritmatika, tetapi ada yang lebih luas yaitu menguasai dan terampil menyelesaikan masalah (Hamzah dan Muhlisrarini, 2014). Selanjutnya menurut Susanto (2014) matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.maka disimpulkan bahwa matematika didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir tentang bilangan, struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya sehingga dapat digunakan dalam penyelesaian masalah di kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa belajar matematika merupakan proses belajar konsep dan mencari hubungan antara konsep dan struktur. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk mendapatkan suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Perubahan itu diupayakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Tujuan belajar menurut Hamalik (2013) adalah seperangkat hasil yang hendak dicapai setelah siswa melakukan kegiatan belajar. Tujuan yang didasari oleh siswa sendiri sangat bermakna dalam upaya menggerakkan kegiatan belajar untuk mencapai hasil yang optimal. Untuk menghasilkan siswa yang mampu dalam
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 matematika diperlukan banyak latihan sehingga mampu memecahkan masalah yang ditemui dengan teknik yang bervariasi. Dalam proses pembelajaran matematika, selain belajar tentang konsepkonsep matematika siswa juga melakukan pengembangan terhadap pengetahuan metakognitifnya. Menurut Abidin (2014) pengetahuan metakognitif adalah pemahaman siswa tentang pengetahuannya. Metakognitif merupakan pemahaman tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Anderson dan Krathwohl (ed.) (2010) juga menyatakan bahwa pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran akan, serta pengetahuan tentang kognisi diri sendiri. Sehingga dengan memiliki pengetahuan metakognitif, siswa mampu menyadari kelebihan dan kelemahan yang dimiliki serta mampu mencari berbagai strategi dalam memecahkan suatu masalah matematika. Selain itu dengan memiliki pengetahuan metakognitif siswa dapat mengatur dan memahami kemampuan kognitifnya sendiri. Anderson dan Krathwohl (ed.) (2010) mengklasifikasikan pengetahuan metakognitif menjadi tiga jenis yaitu, 1) Pengetahuan Strategi, 2) Pengetahuan Tentang Tugas-Tugas Kognitif, yang Meliputi Pengetahuan Kontekstual dan Kondisional, 3) Pengetahuan Diri. Penggunaan pendekatan pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif siswa tidak berkembang secara optimal, sehingga mempengaruhi hasil belajarnya. Untuk memperbaiki hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif siswa maka seorang guru perlu merancang suatu pembelajaran yang lebih inovatif. Pada awalnya guru melakukan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013 yaitu dengan pendekatan saintifik. Namun penerapannya belum secara maksimal sehingga banyak siswa yang belum mampu memahami materi pelajaran. Penerapan pendekatan saintifik perlu di padukan dengan melakukan penilaian terhadap siswa secara berkesinambungan.
Sesuai kurikulum 2013 penilaian yang digunakan adalah penilaian autentik. Autentik berarti keadaan yang sebenarnya meliputi kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Menurut Permendikbud No. 104 tahun 2014 tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah “penilaian autentik adalah bentuk penilaian yang menghendaki siswa menampilkan sikap, menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari pembelajaran dalam melakukan tugas pada situasi yang sesungguhnya”. Melalui proses pembelajaran dengan menggunakan penilaian autentik, siswa diharapkan memperoleh pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian guru tidak hanya menilai hasil belajar siswa melalui penilaian tes tulis saja, melainkan siswa diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata (Kunandar, 2013). Dalam penilaian autentik, terdapat salah satu teknik penilaian yaitu asesmen portofolio. Kunandar (2013) juga menyatakan bahwa asesmen adalah proses pengumpulan berbagai data yang memberikan gambaran perkembangan siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar. Untuk melaksanakan asesmen terhadap proses dan hasil belajar, terlebih dahulu perlu dilakukan pengukuran terhadap siswa. Koyan (2011) menyatakan prinsip utama dari asesmen adalah hendaknya dilakukan dengan komprehensif, terpadu, dan berkelanjutan. Prinsip-prinsip asesmen tersebut dikenal dengan asesmen autentik. Menurut Samatowa (2011) asesmen portofolio adalah asesmen yang berupa kumpulan koleksi hasil kerja siswa yang disimpan dalam satu file. Kumpulan koleksi tersebut merupakan hasil penilaian yang dilakukan dalam satu periode tertentu. Lebih lanjut Mardapi (2012) menyatakan bahwa asesmen portofolio adalah kumpulan atau koleksi karya siswa namum karya siswa tidak dibandingkan dengan hasil karya siswa lain, tetapi dibandingkan dengan dirinya sendiri. Kumpulan hasil
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 karya siswa tersebut selanjutnya dikumpulkan dalam satu tempat. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa asesmen portofolio adalah proses penilaian yang berkelanjutan pada semua hasil karya siswa. Dimana karya – karya tugas ini kemudian dipilih dan dinilai, sehingga dapat diketahui perkembangan kemampuan siswa. Penerapan asesmen portofolio yang tepat dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak. Menurut Mardapi (2012) prosedur asesmen portofolio diantaranya; 1) menyuruh siswa menyimpan portofolio sendiri, bisa berupa tugas-tugas yang telah dikerjaan, hasil ujian dan sebagainya; 2) menentukan jenis karya yang akan disimpan; 3) Mengumpulkan karya dan menyimpan contoh karya; 4) menentukan kriteria untuk mengevaluasi portofolio; 5) Meminta siswa menilai sendiri secara terus menerus hasil karya atau portofolionya; 6) buat jadwal dan lakukan pertemuan portofolio. Lebih lanjut dikemukakan beberapa syarat penting dalam melakukan asesmen portofolio diantaranya, a) karya yang dikumpulkan adalah karya terbaik siswa; b) ada bukti fisik hasil karya siswa; c) sedapat mungkin melibatkan siswa dalam melakukan penilaian; d) ada keterangan kapan karya itu dibuat dan siapa yang menilainya; dan e) ada kriteria dalam menilai portofolio. Dengan menggunakan asesmen portofolio tidak hanya guru yang dapat menilai hasil karya siswa namun orang tua siswa juga dapat melihat secara langsung hasil karya anaknya. Sehingga orang tua siswa dapat ikut membimbing dalam proses belajar siswa. Oleh karena itu dengan memadukan antara pendekatan saintifik dan asesmen portofolio secara teoritis dapat mengoptimalkan pembelajaran, sehingga diharapkan hasil belajar yang dicapai oleh siswa meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, maka dipandang perlu melakukan suatu penelitian dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio untuk meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif melalui sebuah penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Pendekatan Saintifik Berbasis Asesmen Portofolio Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Pengetahuan Matematika Dan Pengetahuan Metakognitif Pada Tema Cita-Citaku Siswa Kelas IV SDN 12 Pemecutan. METODE Penelitian dirancang dengan menggunakan model penelitian tindakan kelas dengan mengikuti rancangan siklus tindakan. Dalam model ini ada empat tahapan pada setiap siklusnya. Keempat tahapan tersebut terdiri dari: perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, dan refleksi. Dalam pelaksanaan setiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan diantaranya 3 kali pertemuan untuk pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dan 1 kali pertemuan pada akhir siklus diadakan tes untuk mendapatkan data terhadap hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif. Siklus I meliputi empat tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. 1) Tahap Perencanaan. Pada kegiatan ini dilakukan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menyiapkan alat dan bahan/media pembelajaran, menyiapkan soal/permasalahan yang sesuai dengan karakteristik siswa, materi yang diajarkan, dan membuat instrumen penelitian. 2) Tahap Pelaksanaan. Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. 3) Tahap Pengamata (observasi). Kegiatan Pengaatan ini dilaksanakan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Segala kejadian dalam pembelajaran diamati dan didokumentasikan sebagai bahan kegiatan refleksi. Pada akhir siklus diadakan kegiatan evaluasi. 4) Tahap Refleksi. Kegiatan yang dilakukan adalah menganalisis proses sebelumnya, baik kelemahan dan kelebihannya sehingga diperoleh kesimpulan tentang keberhasilan maupun kekurangan dari penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio. Hasil kesimpulan tersebut digunakan untuk memperbaiki pada tindakan berikutnya. yang kemudian ditindaklanjuti dengan perbaikan rencana pelaksanaan pembelajaran.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Kegiatan yang dilakukan pada siklus II pada prinsipnya sama dengan siklus I. Hanya saja, pada siklus ini tindakan yang dilaksanakan adalah berupa tindakan yang merupakan penyempurnaan dari siklus I. Sehingga tindakan pada siklus II pada dasarnya telah mengalami penyempurnaan dalam proses pembelajarannya. Dengan kata lain telah mampu mencapai tujuan yang direncanakan dan dilaksanakan pada penelitian ini. Pada akhir siklus II dilakukan suatu refleksi yang merupakan kegiatan akhir merumuskan hasil dari semua kegiatan. Tempat penelitian adalah SDN 12 Pemecutan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 18 orang. Sementara objek penelitian meliputi hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif dengan penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio. Adapun metode dan instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data, yaitu sebagai berikut. 1) Metode observasi. Observasi dilakukan untuk mengamati segala hal yang terjadi di kelas selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tujuan observasi hanya untuk mengetahui keoptimalan guru dalam menerapkan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio. Observasi dilakukan guru dengan menggunakan instrumen lembar observasi. 2) Metode tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif. Tes dalam bentuk esai, setiap soal diberi skor sesuai dengan indikator pembelajaran. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis desktiptif kuantitatif dipergunakan untuk mengolah data berupa angka. Sedangkan analisis deskriptif kualitatif dipergunakan untuk mengkategorikan hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil belajar pengetahuan matematika masih merupakan data mentah sehingga perlu dianalisis. Secara keseluruhan penelitian dikatakan berhasil jika nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika meningkat dan ketuntasan
secara klasikal telah mencapai 75%, yang artinya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh ketuntasan hasil belajar pengetahuan matematika dengan nilai minimal 71, dan nilai rata-rata pengetahuan metakognitif juga meningkat. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada pembelajaran tematik tema cita-citaku pada siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan. Jumlah subjek penelitian ini adalah 18 orang siswa. Tahapan pembelajaran dalam penelitian ini meliputi 5 pengalaman belajar yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan yang dipadukan dengan asesmen portofolio. Siswa dikelompokkan menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang siswa secara hiterogen. Setiap kelompok diberikan tugas untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan permasalahan yang diberikan oleh guru yang ditulis dalam lembar kerja. Guru memberikan bimbingan dalam menyelesaikan soal tersebut. Setelah setiap kelompok dapat menyelesaikan tugas tersebut, perwakilan kelompok menyampaikan hasil diskusinya dan menjelaskan bagaimana jawaban tersebut diperoleh. Menggunakan media yang disediakan dan menuliskan dipapan tulis. Dari jawaban yang disampaikan masing-masing kelompok, kemudian diberikan bimbingan oleh guru untuk meluruskan jawaban siswa yang masih keliru. Selanjutnya siswa juga diberikan tugas secara individual untuk mengetahui perkembangan siswa secara individu. Guru membimbing siswa dalam menyelesaikan tugas tersebut. Setelah selesai mengerjakan, beberapa siswa menyampaikan hasil kerjanya dan menjelaskan ke depan kelas. Hasil kerja tersebut dijadikan lembar portofolio. Pada pertemuan berikutnya, setelah siswa mampu mengumpulkan beberapa lembar portofolio dan telah dinilai oleh guru, hasil tersebut dikembalikan dan dibandingkan sendiri oleh siswa. Dengan membandingkan hasil tersebut siswa dapat melihat perkembangan belajarnya dan
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 dapat memberikan motivasi belajar. Siswa yang nilainya turun dapat termotivasi untuk belajar lebih giat lagi agar memperoleh hasil belajar atau nilai yang lebih baik. Perkembangan pengetahuan metakognitif siswa juga terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini untuk mengembangkan pengetahuan metakognitif siswa dilakukan dengan menugaskan siswa untuk menjelaskan secara rinci bagaimana cara siswa dalam memperoleh jawaban dari tugas yang diberikan oleh guru. Dengan melatih siswa secara berkesinambungan maka dapat melatih proses berfikir siswa dalam mengerjakan tugas. Pada saat pembelajaran berlangsung, juga dilaksanakan observasi. Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui keoptimalan kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Dengan adanya kegiatan observasi ini guru sekaligus dapat memperoleh data tentang kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran yang telah dilakukan. Selanjutnya pada akhir pembelajaran guru bersama-sama siswa menyimpulkan keseluruhan hasil pembelajaran dan diberikan evaluasi untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran sebagai dasar untuk melakukan refleksi. Hasil evaluasi tersebut dijadikan arsip portofolio. Kemudian guru melakukan refleksi terhadap setiap langkah yang ditempuh atau terhadap hasil pembelajaran dan sedikit menginformasikan materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya. Setelah dilaksanakan pembelajaran tematik tema cita-citaku melalui penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dengan tahapan di atas, hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan pada pelaksanaan siklus I dan meningkat pada pelaksanaan siklus II. Hasil belajar pengetahuan matematika dan ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika serta pengetahuan metakognitif pada siklus I dapat dikatakan cukup baik. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika pada siklus I adalah 63,61. Dari 18 orang siswa, 8 siswa masih memperoleh nilai di bawah
71, sehingga ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika untuk hasil belajar pengetahuan matematika adalah 55,56% dari jumlah siswa keseluruhan. Sementara nilai rata-rata untuk pengetahuan metakognitif adalah 63,89. Pada pelaksanaan siklus I dengan menerapkan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio pada pembelajaran tematik tema cita-citaku, hasil belajar pengetahuan matematika dan ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif belum mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian, sehingga penelitian ini dilanjutkan ke siklus II. Belum tercapainya indikator keberhasilan yang ditentukan dalam penelitian ini karena ditemukan beberapa kelemahan-kelemahan dalam pelaksanaan siklus I yang perlu diperbaiki. Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya ketika guru memberikan tugas, beberapa siswa belum mampu mengerjakan tugas tersebut secara optimal, sehingga tidak dapat menghasilkan lembar portofolio yang baik, ini dikarenakan banyaknya siswa masih memerlukan bimbingan secara individual dalam menyelesaikan tugas. Siswa sudah lebih aktif dalam pembelajaran seperti bertanya dan menyampaikan pendapat, namun masih perlu adanya bimbingan dari guru agar memperoleh hasil yang lebih optimal. Dalam menyampaikan alasan dari jawabannya, siswa belum menggunakan kalimat yang baik atau kurang tepat. Sementara pelaksanaan kerja kelompok dalam menyelesaikan tugas yang diberikan belum secara optimal. Ini dikarenakan dalam kelompok hanya mengandalkan beberapa orang saja, sedangkan siswa yang lain sibuk dengan kegiatannya sendiri. Berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ditemukan dalam pelaksanaan siklus I, maka dilakukan diskusi bersama antara peneliti dengan guru untuk mencari solusi perbaikan-perbaikan sehingga mendapatkan hasil yang optimal pada pelaksanaan siklus II. Dari hasil diskusi, disepakati beberapa solusi perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus II, yaitu pembelajaran lebih menekankan kegiatan dalam menyampaikan pendapat serta
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 memotivasi siswa untuk berani bertanya sehingga akan menubuhkan rasa percaya diri siswa. Selanjutnya dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika mengerjakan lembar kerja guru lebih memberikan bimbingan baik secara individual ataupun secara kelompok. Hasil diskusi kelompok atau hasil kerja individu selalu didiskusikan secara klasikal dengan lebih menekankan kemampuan siswa untuk menyampaikan cara siswa memperoleh jawaban, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab atas hasil kerjanya. Selanjutnya setelah dilaksanakan siklus II dengan perbaikan-perbaikan tersebut diperoleh hasil belajar pengetahuan matematika dan ketuntasan klasikal pengetahuan matematika serta pengetahuan metakognitif meningkat dibandingkan pelaksanaan siklus I. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika pada siklus II adalah 81,11. Berarti nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika meningkat dari pelaksanaan siklus I X= 63,61. Dari 18 orang siswa, 3 siswa masih memperoleh nilai di bawah 71, sehingga ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika untuk hasil belajar pengetahuan matematika adalah 83,33% pada siklus II meningkat dari pelaksanaan siklus I 55,56% dari jumlah siswa keseluruhan. Untuk pengetahuan metakognitif juga meningkat pada siklus II. Nilai rata-rata pengetahuan metakognitif pada siklus II adalah 80,00 sementara pada
pelaksanaan siklus I nilai rata-rata pengetahuan metakognitif 63,89. Hasil belajar pengetahuan matematika dan ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika dari pelaksanaan siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Selain itu nilai rata-rata pengetahuan metakognitif siswa juga meningkat, sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II. Pencapaian indikator keberhasilan pada siklus II karena terjadi beberapa kemajuan dalam pelaksanaannya. Diantaranya siswa sudah mulai terbiasa dengan pelaksanaan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio sehingga siswa menjadi lebih mudah dalam memahami materi serta mampu mengatur kemampuan kognitifnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru serta mampu menyampaikan alasan dari jawaban yang diberikan oleh siswa. Pada kegiatan pembelajaran siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran, ini dikarenakan siswa diberikan penguatan dalam mengembangkan proses berfikirnya. Secara keseluruhan siswa telah mampu bekerjasama dalam diskusi kelompok untuk mengerjakan LKS. Adapun rekapitulasi data hasil belajar pengetahuan metematika dan pengetahuan metakognitif siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan Kota Denpasar pada siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1.Rekapitulasi Data Hasil Belajar Pengetahuan Matematika Dan Pengetahuan Metakognitif Siswa Kelas IVB, Pada Siklus I dan Siklus II Data A. Nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika B. Ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika C. Nilai rata-rata pengetahuan metakognitif
Siklus I 63,61
Siklus II 81,11
55,56%
83,33%
63,89
80,00
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 Berdasarkan rekapitulasi data tersebut, dapat disajikan pada gambar 1 sebagai berikut.
Gambar 1. Histogram rekapitulasi nilai ratarata hasil belajar pengetahuan matematika, dan persentase ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika siswa, serta nilai pengetahuan metakognitif Walaupun hasil belajar pengetahuan matematika dan ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika serta pengetahuan metakognitif meningkat pada akhir siklus II, namun masih ada beberapa siswa yang belum mampu mengerjakan portofolio dengan baik serta belum mampu untuk memahami proses berfikirnya sehingga memperoleh hasil belajar yang kurang baik, yang menyebabkan belum memperoleh ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika secara keseluruhan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor baik faktor luar maupun faktor dalam diri siswa. Untuk mengatasi hal tersebut, selain dengan memperbaiki pembelajaran, perlu adanya bimbingan dari pihak lain seperti orang tua siswa. Sehingga dengan bantuan bimbingan dari orang tua siswa maka siswa menjadi lebih mudah dalam belajar. Namun ketika siswa memiliki masalah dari dalam diri seperti rendahnya kemampuan belajarnya, maka siswa pasti merasa kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Ini tentu terjadi pada beberapa siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan yang menyebabkan hasil
belajar pengetahuan matematika dan pengetahuan metakognitif siswa belum memenuhi indikator keberhasilan. Berdasaran penjelasan di atas, hasil penelitian pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, sehingga penelitian dihentikan pada siklus II. Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio berhasil meningkatkan hasil belajar pengetahuan matematika dan pengetahaun metakognitif siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan. SIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka diperoleh simpulan 1) penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika pada tema cita-citaku siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan matematika meningkat 17,50 dari X = 63,61 pada siklus I menjadi X= 81,11 pada siklus II. Ketuntasan klasikal hasil belajar pengetahuan matematika meningkat 27,78% dari 55,56% pada siklus I menjadi 83,33% siklus II dari keseluruhan jumlah siswa; 2) penerapan pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dapat meningkatkan nilai rata-rata pengetahuan metakognitif pada tema cita-citaku siswa kelas IVB SDN 12 Pemecutan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata pengetahuan metakognitif meningkat 16,11 dari X = 63,89 pada siklus I menjadi X= 80,00 pada siklus II. Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian, ada beberapa hal yang dapat disarankan sebagai tindak lanjut antara lain, 1) bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam proses pembelajaran, agar selalu memilih alternatif pendekatan dan penilaian yang sesuai perkembangan dan karakteristik siswa sehingga dapat meningkatkan citra sekolah; 2) bagi guru sekolah dasar, diharapkan dapat merancang pembelajaran dengan pendekatan saintifik dipadukan dengan asesmen portofolio yang dapat menarik minat dan motivasi siswa dalam belajar yang relevan dengan materi yang dipelajari; 3) bagi siswa, diharapkan belajar dalam
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 3 No: 1 Tahun: 2015 konteks yang beragam bukan hanya dinilai oleh guru melainkan siswa dapat terlibat secara langsung dalam pembelajaran melalui asesmen portofolio; 4) bagi peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan banding dalam meneliti pendekatan saintifik berbasis asesmen portofolio dalam pembelajaran dengan tempat dan subjek yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Abidin,
Yunus. 2014. Desain sistem pembelajaran dalam konteks kurikulum 2013.Bandung: PT. Rafika Aditama.
Anderson, Lorin W. & David R. Krathwohl (Ed). 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran dan Asesmen. Terjemahan Agung Prohantoro. A Taxonomy of Learning, teaching, and assessing: a Revision of bloom’s taxonomy a educational objectives. 2001. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hamzah, Ali & Muhlisrarini. 2014. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persad. Irham, Muhamad dan Novan Ardy Wiyani. 2013. Psikologi Pendidikan Teori Dan Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran. Yogyakarta: ARRuzz Media. Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya. Kunandar.2013. Penelitian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013) suatu Pendekatan Praktis disertai dengan contoh. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persaca.
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mardapi, Djamari. 2012. Pengukur, Penilaian, dan Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Nuha Medika. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 Tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. 2014. Jakarta: Permendikbud Purwanto. 2013. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta: Pustaka Belajar. Samatowa, Usman. 2011. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Indeks. Susanto. Ahmad. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana.