e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTUAN MEDIA KONKRET DAPAT MENINGKATKAN PENGUASAAN KOMPETENSI PENGETAHUAN MATEMATIKA SISWA KELAS VB SD NEGERI 10 PEMECUTAN Ni Made Putri Andriaswari1, I Gst. A. Oka Negara2, Wyn Wiarta3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media konkret pada siswa kelas VB di SD Negeri 10 Pemecutan. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB di SD Negeri 10 Pemecutan yang berjumlah 39 siswa. Metode pengumpulan data penguasaan kompetensi pengetahuan matematika menggunakan metode tes. Data dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Setelah dilakukan analisis data, hasilnya menunjukkan bahwa persentase keberhasilan kompetensi pengetahuan matematika mengalami peningkatan sebesar 58,96% yaitu pada siklus I persentase keberhasilan penguasaan kompetensi pengetahuan 25,65% atau 10 siswa dari 39 siswa mendapat nilai ≥ 3,18 (B+) dan pada siklus II mencapai 84,61% atau 33 siswa dari 39 siswa mendapat nilai ≥ 3,18 (B+). Sehingga kriteria keberhasilan dapat dicapai. Jadi, dapat disimpulkan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media konkret dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan matematka siswa kelas VB SD Negeri 10 Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Kata kunci : problem based learning, konkret, matematika.
Abstract The purpose of this research is to improve mastery of mathematics knowledge competency of students through the implementation of Problem Based Learning (PBL) model with concrete media in VB grade at SD Negeri 10 Pemecutan. This research is using design of Classroom Action Research which was done in two cycles. These research is involving 39 students. The data collecting method used essay test for mastery of mathematics knowledge competency. Data were analyzed using descriptive statistics and quantitative descriptive analysis method. After doing the analyzed, the results showed that the percentage of successful of mastery of mathematics knowledge competency also increased by 58.96% in the first cycle which is the percentage of successful mastery of mathematics knowledge competency 25.65% or 10 students from 39 students scored ≥ 3.18 (B +) and the second cycle reaches 84.61% or 33 students from 39 students scored ≥ 3.18 (B +). Because of that the success criteria can be achieved. And than, it can be concluded the implementation of Problem Based Learning (PBL) model with concrete media can improve the activity knowledge and mastery of mathematics knowledge competency on VB grade students of SD Negeri 10 Pemecutan Denpasar Barat. Keywords: problem based learning, concrete, mathematics
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENDAHULUAN Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara komponenkomponen sistem pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran adalah peserta didik, guru, kurikulum, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Lisdiana, dkk : 2015). Pemerintah selalu mengupayakan pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Oleh karena itu, pemerintah mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Pengembangan Kurikulum 2013 dilaksanakan atas dasar beberapa prinsip utama (Lisdiana, dkk : 2015). Pertama, standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. Kedua, standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Ketiga, semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Keempat, mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai. Kelima, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti. Keenam, keselarasan tuntutan kompetensi lulusan, isi, proses pembelajaran, dan penilaian. Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menekankan pada student centre. Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada
peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar- benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya. Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 menurut Permendikbud No. 57 menyatakan penerapan pembelajaran tematik terintegratif, yaitu muatan pembelajaran dalam mata pelajaran Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah yang diorganisasikan dalam tema-tema. Mata pelajaran di sekolah dasar sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 1 Permendikbud Nomor 57 Tahun 2013 adalah “dikelompokkan atas mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B”. Matematika merupakan mata pelajaran umum kelompok A yang merupakan program kurikuler yang bertujuan untuk mengembangkan kompetensi sikap, kompetensi pengetahuan, dan kompetensi keterampilan sebagai dasar penguatan kemampan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut Susanto (2013:183) Matematika mendidik siswa agar berfikir logis, kritis, sistematis, memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain maupun dalam kehidupan sehari–hari. Dalam mengembangkan pola berpikir siswa, guru perlu memperhatikan hal-hal yang dapat mengembangkan pola pikir siswa sehingga siswa tidak hanya sekadar mengetahui materi pembelajarannya saja tetapi dapat pula mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Bila kegiatan pembelajaran bersifat monoton tanpa adanya inovasi pembelajaran menyebabkan rendahnya partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya minat siswa saat pembelajaran berlangsung, tidak banyak siswa yang bertanya mereka lebih memilih untuk diam dan hanya mendengarkan saja. Oleh karena itu, 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
matematika cenderung sebagai mata pelajaran hapalan yang hanya bersifat short them memory artinya pengetahuan ini hanya disimpan dalam jangka pendek karena pembelajaran yang dialami siswa cenderung monoton tanpa adanya inovasi pembelajaran. Dari hasil wawancara dengan wali kelas VB pada hari Jumat, 4 Desember 2015 di SD Negeri 10 Pemecutan banyak siswa kelas VB adalah 39 orang. Diperoleh data dari muatan pelajaran Matematika dari 39 siswa sebanyak 3 siswa mendapat skor A-, 4 siswa mendapat skor B+, 5 siswa mendapat B, dan 27 siswa mendapat Bdengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di sekolah adalah 2,67. Sesuai dengan ditemukannya kelemahan-kelemahan pada proses pembelajaran muatan materi Matematika pada siswa kelas VB pada saat observasi yaitu; (1) saat mengajar guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media-media pembelajaran yang mendukung; (2) guru lebih banyak menggunakan buku paket dan LKS hal ini mengakibatkan tidak adanya partisipasi siswa saat proses pembelajaran; (3) pembelajaran cenderung lebih berpusat pada guru (teacher centered); (4) guru tidak
memperhatikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa. Peran guru disini sangat penting untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena hasil belajar yang digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk itu, dalam meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika diperlukan model pembelajaran yang inovatif sesuai dengan kurikulum 2013, salah satunya adalah model Problem Based Learning (PBL). Model PBL ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi (Huda: 2013). Kondisi yang tetap harus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, dan demokratis pemecahan masalah. Keunggulan dari model PBL ini (Sumantri: 2015) adalah melatih siswa untuk berpikir dan bertindak kreatif, siswa dapat menyelesaikan masalah secara realistis, merangsang bagi perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan agar tepat, dan dapat membuat pendidikan agar lebih relevan dengan pendidikan. dapat tercapai. Dan dapat menjadi informasi yang berguna bagi peneliti lain.
Melalui pelaksanaan penelitian ini diharapkan hasilnya dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Hasil penelitian ini diharapkan model Problem Based Learning (PBL) dengan berbantuan media konkret berguna bagi pengembangan pembelajaran Matematika yang dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dari penelitian ini, dapat memancing rasa ingin tahu siswa yang tinggi sehingga dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa. Referensi bagi guru dalam kegiatan pembelajaran mengenai model Problem Based Learning (PBL) dengan menggunakan media konkret di dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini digunakan sebagai alternative pemecahan masalah dalam proses pembelajaran sehingga tujuan pendidikan
METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 10 Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VB SD Negeri 10 Pemecutan yang berjumalah 39 siswa. Siswa ini dipilih karena ditemui permasalahan-permasalahan seperti yang sebelumnya dipaparkan. Objek penelitian ini adalah penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika siswa kelas VB. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Masing-masing siklus terdiri atas empat tahapan, yakni (1) tahap rencana tindakan (2) tahap pelaksanaan tindakan, 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
(3) tahap observasi dan evaluasi, dan (4) tahap refleksi. Setiap siklus dilakukan empat kali pertemuan yang terdiri dari tiga kali proses tindakan dan satu kali evaluasi akhir. Pelaksanaan masing-masing siklus dapat dilihat pada gambar berikut ini.
kemudian diberikan tes evaluasi dan berdoa untuk menutup pembelajaran. Tahap pengamatan dilakukan pada saat pelajaran berlangsung. Setiap pertemuan dilakukan observasi untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang dialami oleh setiap siswa. Pada akhir pertemuan setiap siklus dilakukan tes akhir siklus untuk mengetahui penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika. Penelitian ini menggunakan metode test. Metode test yang digunakan adalah test uraian sebanyak 5 butir soal yang berkaitan dengan kompetensi pengetahuan Matematika. Tes yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat tes yang baik yaitu menyusun kisi-kisi dan memenuhi validitas isi (content validity) sesuai dengan standar isi yang bertujuan untuk menunjukkan sejauh mana suatu tes mampu mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur. Pengujian validitas isi yang dilakukan dengan menelaah butir dilakukan dengan mencermati kesesuaian isi butir yang ditulis dengan perencanaan yang dituangkan dalam kisi-kisi. Pengujian validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli (expert judgement). Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis. Pada tahap ini, peneliti dapat merefleksi diri berdasarkan hasil observasi dan diskusi untuk mengkaji apakah tindakan yang telah dilakukan dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika siswa. Hasil analisis data digunakan sebagai bahan refleksi untuk memperbaiki tindakan pada siklus berikutnya. Selanjutnya data yang telah terkumpul dianalisis dengan analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me), dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Dan analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengelolaaan data yang
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Tindakan Kelas Bersiklus (Arikunto, 2011:16) Pada tahap perencanaan mencakup semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yaitu (1) melakukan observasi terhadap pembelajaran di kelas tersebut sebelum dilakukan tindakan untuk mengetahui permasalahan yang muncul. (2) menentukan pokok bahasan yang akan diberikan tindakan. (3) membuat RPP dan menyiapkan sumber belajar serta media yang akan digunakan. (4) membuat LKS dan kisi-kisi tes (5) Membuat tes hasil belajar untuk evaluasi. Dalam pelaksanaan tindakan dilakukan kegiatan awal yaitu berdoa, mengecek kehadiran dan kesiapan siswa belajar, melakukan apersepsi, menyampaikan tema dan sub tema serta menyampaikan tujuan pembelajaran. Pada kegiatan inti siswa disajikan suatu masalah, mengungkapkan ide-ide berdasarkan pengetahuan awalnya, mendiskusikan masalah bersama kelompok, menyajikan solusi atas permasalahan. Pada kegiatan pembelajaran, siswa menyimpulkan pembelajaran yg telah dipelajari, 4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan persentase, mengenai suatu objek yang diteliti sehingga memperoleh kesimpulan umum (Agung, 2012:67). Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika dengan menyajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), serta menggambarkannya dalam bentuk grafik poligon. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menentukan predikat dan huruf sesuai dengan table konversi berdasarkan Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014. Indikator keberhasilan merupakan standar yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam suatu penelitian. Indikator keberhasilan pada penelitian ini yaitu (1) Penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa kelas VB 80% dari 39 siswa mendapatkan skor minimal 3,18 atau predikat B+.
poligon, mengkonversikan nilai siswa ke dalam table konversi Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014. Adapun hasil yang diperoleh pada siklus I untuk penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika dapat digambarkan ke dalam grafik poligon sebagaiberikut.
Mean = 2,89
Median = 2,93
Modus = 2,93 Gambar 2. Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan Matematika Pada Siklus I Grafik tersebut menunjukkan bahwa harga statistik M < Me = Mo (2,89 < 2,93 = 2,93) dan tergolong grafik juling positif karena karena median lebih besar dari modus. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa pada siklus I hanya 25,65% atau hanya 10 siswa dari 39 siswa yang mendapat nilai ≥ B+ oleh karena itu, indikator keberhasilan belum tercapai, penelitian ini perlu dilanjutkan ke siklus II dengan melakukan beberapa penyempurnaan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal dan indikator keberhasilan tercapai. Selanjutnya pada siklus II mengacu pada hasil refleksi siklus I untuk memperbaiki proses pembelajaran. Untuk hasil Penguasaan kompetensi pengetahuan matematika siswa yang diperoleh pada siklus II dapat dilihat pada grafik poligon berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada bulan Februasi – Maret 2016 pada siswa kelas VB semester II di SD Negeri 10 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016 dengan jumlah 39 siswa. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus yang setiap siklusnya terdiri 4 kali pertemuan yaitu 3 kali pertemuan untuk proses pembelajaran dan 1 kali untuk tes evaluasi akhir siklus. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika siswa setelah menerapkan model pembelajaran PBL berbantuan media konkret. Selanjutnya data-data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Data tersebut diperoleh dengan pemberian tes uraian berjumlah 5 butir soal. Kemudian data disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung mean (M), median (Me), modus (Mo), serta menggambarkannya dalam bentuk grafik 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Median = 3,47
Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa distribusi kurva juling positif karena mean lebih tinggi atau lebih besar dari modus. Berdasarkan hasil analisis data, didapatkan bahwa penguasaan kompetensi matematika siswa pada siklus II sebesar 84,61% atau 33 siswa dari 39 siswa yang mendapat predikat ≥B+ oleh karena itu, indikator keberhasilan sudah tercapai, dan penelitian ini dihentikan. Pelaksanaan pembelajaran pada masing-masing siklus telah berlangsung dengan baik. Pelaksanaan pembelajaran yang baik ini ditandai dengan adanya peningkatan dari data observasi awal ke siklus I ke siklus II. Adapun hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut.
Mean = 3,49
Modus = 3,00 Modus = 3,47
Gambar 3. Grafik Poligon Penguasaan Kompetensi Pengetahuan Matematika Pada Siklus II Grafik tersebut menunjukkan bahwa harga statistik M > Me = Mo (3,49 > 3,47 = 3,47).
Tabel 1. Persentase peningkatan penguasaan kompetensi pengetahuan Kriteria Persentase Pengetahuan
Gambar
4 Grafik Kompetensi Matematika
Pra Siklus 17,35%
Siklus I 25,65%
Siklus II 84,61%
yang diterapkan pada siswa VB yang berjumlah 39 orang sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang direncanakan yaitu mengatasi permasalahan yang ada. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus. Tiap siklus terdapat 4 kali pertemuan. Pertemuan pertama, kedua dan ketiga digunakan untuk kegiatan pembelajaran, dan pertemuan keempat digunakan untuk tes akhir siklus. Sedangkan pengamatan dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam proses pengamatan peneliti dibantu oleh guru kelas.
Peningkatan Pengetahuan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning berbantuan media konkret dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan Matematika pada siswa kelas VB SD Negeri 10 Pemecutan.
Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media konkret bertujuan untuk meningkatkan kompetensi pengetahuan Matematika. Peningkatan terjadi dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat bahwa pada indikator keberhasilan kompetensi pengetahuan Matematika pada siklus I adalah 25,65% dari 39 siswa mendapat nilai minimal ≥ 3,18 (B+). Hasil yang diperoleh ini tentu saja belum memenuhi target yang diharapkan, yaitu kategori 80% dari 39 siswa untuk
Pembahasan Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media konkret pada muatan pelajaran Matematika di SD Negeri 10 Pemecutan 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
kompetensi pengetahuan matematika. Hal ini disebabkan karena ada beberapa kendala yang dihadapi pada siklus I. Kendala-kendala tersebut, yaitu siswa masih terlihat bingung karena belum terbiasa dengan teknik yang diterapkan dan kurang memanfaatkan pengalaman nyata siswa dalam kehidupan sehari-hari sehingga siswa kesulitan dalam mengembangkan materi pelajaran. Selain itu siswa masih ragu-ragu dalam menuangkan ide-ide kreaktifnya ketika berdiskusi dan enggan berdiskusi dengan teman sekelompoknya.
kompetensi pengetahuan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 58,96%. Dengan demikian, kompetensi pengetahuan Matematika pada siswa kelas VB dalam tema Sejarah Peradaban Indonesia sudah sesuai dengan kriteria yang diharapkan, yaitu berada pada kategori 80% dari 39 siswa mendapat nilai minimal ≥ 3,18 (B+). Pada siklus II siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa tidak lagi ragu-ragu dalam menuangkan ide-ide kreatifnya ketika menyelesaikan permasalahan juga dalam menyampaikan pendapat ataupun menjawab pertanyaan yang diajukan peneliti. Dalam diskusi kelompok siswa juga sudah mampu bekerjasama. Pada siklus II ini siswa menunjukkan minat belajar yang tinggi dan mengaitkan materi pelajaran yang diberikan dengan pengalaman mereka sehari-hari serta mampu menyimpulkan konsep-konsep yang dipelajari. Jadi, secara umum pelaksanaan tindakan pada siklus II sudah berhasil dan tidak lagi muncul kendala-kendala seperti pada siklus I.
Untuk mengatasi hal ini peneliti dibantu oleh guru kelas mengupayakan solusinya yang digunakan juga sebagai pedoman pada siklus berikutnya. Solusi yang diambil yaitu dengan menekankan lagi penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media konkret yaitu dengan memberikan penjelasan dan informasi serta mengarahkan siswa sesuai dengan teknik PBL. Selain itu memberikan motivasi kepada siswa untuk membangkitkan rasa percaya diri agar memiliki keberanian untuk menuangkan ide-ide kreatifnya, juga dalam mengajukan pendapat ataupun menjawab pertanyaan dari guru berdasarkan pengalaman belajarnya. Bagi siswa yang kurang aktif dan kurang serius di dalam proses pembelajaran, peneliti melakukan tindakan dengan menegur siswa tersebut dan memberikan bimbingan yang dapat membangkitkan minat/perhatiannya serta selalu memberikan pujian kepada siswa yang telah berhasil mengerjakan tugasnya.
Berdasarkan pemaparan dari siklus I dan II, penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media konkret dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika, hal ini dikarenakan teknik ini memiliki kelebihan dalam pembelajaran dan menarik. Peneliti mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata siswa sehingga materi tersebut mudah dipahami siswa melalui pengalaman belajar dalam pendekatan saintifik, yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Selain itu, tidak lupa diberikan pujian atau penguatan kepada siswa yang telah menyelesaikan tugas yang diberikan dan memotivasi siswa yang masih kurang.
Hasil refleksi pada siklus I digunakan untuk menentukan tindakan pada siklus II. Dengan menerapkan hasil refleksi tersebut, pada silus II terjadi peningkatan kompetensi pengetahuan Matematika yang signifikan. Peningkatan terjadi pada kompetensi pengetahuan, indikator keberhasilan kompetensi pengetahuan matematika pada siklus I yaitu 25,65% dari 39 siswa mendapat nilai minimal ≥ 3,18 (B+), dan kompetensi pengetahuan pada siklus II mencapai 84,61% dari 39 siswa mendapat nilai minimal ≥ 3,18 (B+). Penguasaan
Hasil analisis tersebut didukung oleh penelitian yang relevan yang dilaksanakan oleh Vitasari (2013) yang melakukan penelitian tentang Model PBL 7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
menunjukkan pada siklus II peningkatan keaktifan siswa sudah berhasil optimal karena pada keaktifan siswa sudah mencapai persentase ketuntasan sebesar 90,5% dan pada hasil belajar matematika sudah mencapai 85,4%. Selain itu, Ngatiatun (2013) pernah melakukan penelitian tentang model PBL. Menurutnya, kemampuan menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan KPK dan FPB dengan menggunakan model pembelajaran PBL lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional.
Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, (1) bagi kepala sekolah untuk meningkatkan kreatifitas belajar siswa di sekolah (2) bagi guru untuk menerapkan model PBL di sekolah (3) bagi peneliti lain sebagai referensi untuk penelitian lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Agung, A.A. Gede. 2012. Metodelogi Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Agung, A.A. Gede. 2014. Metodelogi Penelitian Pendidikan. Malang: Aditya Media Publishing.
Berdasarkan peningkatan-peningkatan yang terjadi pada setiap siklus menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning berbantuan media konkret dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan Matematika tema Sejarah Peradaban Manusia pada siswa kelas VB di SD Negeri 10 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbantuan media pembelajaran konkret dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan matematika siswa kelas VB SD Negeri 10 Pemecutan pada tema Sejarah Peradaban Indonesia. Hal tesebut dapat dilihat dari nilai kompetensi pengetahuan matematika pada siklus I yaitu 25,65% atau 10 siswa dari 39 siswa mendapat nilai ≥ 3,18 (B+), nilai yang diperoleh di siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan sehingga penelitian dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus II nilai dan penguasaan kompetensi pengetahuan mencapai 84,61% atau 33 siswa dari 39 siswa mendapat nilai ≥ 3,18 (B+). Dari data yang diperoleh di siklus II, nilai penguasaan kompetensi pengetahuan siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% dari 39 siswa mendapat nilai ≥ 3,18 (B+). Penguasaan kompetensi pengetahuan mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 58,96%.
Agung, A.A. Gede. 2016. Statistika Dasar untuk Pendidikan. Yogyakarta : Deepublish. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2013. Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Asyhar, Rayanda. 2013. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta : Referensi. Daryanto. 2009. Panduan Pembelajaran. Jakarta Publisher.
Proses : AV
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontektual Dalam Pembelajaran Abad 21. Jakarta: Ghalia Indonesia Huda,
8
Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Jihad,
Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Asepdan Abdul Haris. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud.
Setyosari, Punaji. 2013. Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan. Jakarta: Prenadamedia Group. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta : ArRuzz Media.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud.
Sudjana, Nana. 2012. Penilaian Hasil Proses Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rodakarya.
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014. Jakarta: Kemendikbud.
Sumantri, Mohamad Syarif. 2015. Strategi Pembelajaran: Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: Rajawali Pers. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.
Kunandar. 2013. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Pers.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Lisdiana, Ana, dkk. 2015. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Vitasari, Rizka. 2013. Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Problem Based Learning Siswa Kelas V SD Negeri 5 Kutosari. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Ngatiatun, Safitri. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita. Surakarta : Universitas Sebelas Maret. Prastowo, Andi. 2015. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Tematik Terpadu Implementasi Kurikulum 2013 untuk SD/MI. Jakarta: Prenandamedia Group. Purwanto. 2008. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta : Pustaka Pelajar.
9