e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL DAPAT MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA SISWA KELAS IVA SDN 9 PEDUNGAN A A Istri Dianika Perama Dewi1, I Komang Ngurah Wiyasa2, I Wayan Wiarta3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail :
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Tujuan penelitian ini adalah (1) meningkatkan keaktifan belajar tema cita-citaku melalui penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) berbantuan media audiovisual siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan, serta (2) meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku melalui penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan pada siswa kelas IVA di SDN 9 Pedungan dengan jumlah siswa 38 orang, yang dilakukan dalam 2 siklus, setiap siklus melalui tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keaktifan belajar siswa diukur dengan menggunakan lebar observasi, dan kompetensi pengetahuan diukur dengan menggunakan tes objektif pilihan ganda biasa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kuantitatif dan analisis statistik deskriptif kualitatif. Persentase rata-rata keaktifan belajar prasiklus diperoleh 67,36%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 74,60% terkategori cukup aktif dan pada siklus II telah mencapai 81,23% dari 38 orang atau berada pada kategori aktif. Sedangkan data hasil observasi awal kompetensi pengetahuan IPA diperoleh 26,31% dari 38 siswa mencapai nilai ≥ B+, setelah diberikan tindakan pada siklus I terdapat 57,89% siswa mencapai nilai ≥ B+, dan pada siklus II mengalami peningkaan sebesar 26,31% menjadi 81,58% dari 38 siswa mencapai nilai ≥ B+. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan IPA tema cita-citaku pada siswa kelas IVA di SDN 9 Pedungan tahun pelajaran 2015/2016 Kata Kunci : sains teknologi masyarakat, audiovisual, keaktifan, kompetensi pengetahuan Abstrack The purpose of this study is (1) to increase the learning activity, and (2) to increase the competence of science knowledge through the application of Science Technology Society model with audiovisual for IVA grade of students in SDN 9 Pedungan. This research is a Classroom Action Research (CAR). The number of students were 38 students. This research was conducted in two cycles, every cycle there are steps activities reflection, the action plans, the action, and evaluation. Activeness of student learning is measured by observations sheet, competence of science knowledge load was measured using the usual multiple-choice objective test and analyzed using the
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 method of analysis descriptive statistics, analysis quantitative descriptive , and analysis descriptive statistics qualitative. Activities percentation in pre-cycles there are 67,36%, whereas in the first cycle are 74,60%, and 81,23% in the second cycle of 38 students. Knowledge copetence in pre-cycles there are 26.31% of students who reached a value ≥ B +, while in the first cycle are 57.89% of students who reached a value ≥ B +, and the second cycle there are 81.58% from the 38 students achieving grades ≥ B +. Can be concluded that the Science Technology Society model with audiovisual can enhance the activity and competence of science knowledge in the IVA grade students at SDN 9 Pedungan. Keyword
: STS, Audiovisual, Learning Activities, Knowledge Competence
PENDAHULUAN
ini disebabkan karena proses pembelajaran yang tidak terarah, sehingga tidak jelas Kompetensi Dasar yang akan dicapai. Hal ini akan mempengaruhi kompetensi pengetahuan siswa menjadi menurun. Tidak hanya dari segi perencanaan pembelajaran saja yang perlu diperhatikan, terkadang masalah yang mucul berasal dari siswa, banyak faktor yang berpengaruh terhadap keaktifan belajar maupun penguasaan kompetensi siswa. Faktorfaktor tersebut dapat berupa faktor internal ataupun faktor eksternal. Faktor internal menyangkut kesiapan siswa untuk belajar dan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi adalah dari lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekolah. Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran ialah rendahnya keaktifan belajar serta rendahnya kompetensi pengetahuan siswa. Hal ini dibuktikan dari observsi yang dilakukan di SDN 9 Pedungan. Banyak siswa pada kelas IVA yaitu 38 orang siswa. Berdasarkan observasi tentang nilai keaktifan belajar siswa kelas IVA, 4 orang berada pada predikat aktif, 9 orang pada predikat cukup aktif dan sisanya 23 orang berada pada predikat kurang aktif. Sedangkan nilai raport siswa kelas IVA SD N 9 Pedungan, dari 38 orang siswa yang mendapat nilai A- sebanyak 3 orang, siswa yang mendapat nilai B+ sebanyak 7 orang, siswa mendapat B sebanyak 18 orang, dan siswa yang mendapat B- sebanyak 10 orang. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan wali kelas IVA, diperoleh
Proses pembelajaran di sekolah dilaksanakan berpedoman pada kurikulum. Kurikulum harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan, tuntutan kebutuhan, serta tantangan yang selalu berubah sesuai perkembangan zaman seperti aspek informasi, komputasi, otomasi dan komunikasi yang menuntut perubahan drastis pembelajaran. Pembelajaran haruslah mampu mendorong peserta didik agar mampu mencari tahu, merumuskan masalah (menanya), menganalisis (mengambil keputusan) serta pembelajaran yang menekankan kerja sama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah, seperti kurikulum 2013 yang berlaku saat ini. Kurikulum 2013 akan berjalan secara optimal apabila diimbangi dengan perencanaan pembelajaran yang matang serta pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik. Perencanaan pembelajaran yang matang dicerminkan dengan adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada tiap-tiap pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat berdasarkan silabus yang berpedoman pada kurikulum. Di dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran terkandung model pembelajaran yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran. Pemilihan model dan metode pembelajaran sangatlah penting untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif dan kodusif. Kurangnya perencanaan yang matang menyebabkan proses pembelajaran yang tidak efektif serta tidak kondusif. Hal 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
informasi bahwa guru mengajar di kelas menggunakan pendekatan saintifik tanpa menerapkan model pembelajaran. Media yang pernah digunakan adalah media visual dan belum pernah menggunakan media audiovisual. Berdasarkan wawancara tersebut, dapat diindikasikan bahwa kurangnya keaktifan belajar siswa serta kurang optimalnya kompetensi pengetahuan disebabkan karena minat dan motivasi belajar siswa yang kurang. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang dirasa kurang menarik bagi siswa. Sehingga siswa menjadi tidak fokus pada pelajaran. Untuk mengatasi hal tersebut, guru menjadi peran utama untuk mengubah sistem pembelajaran dikelas, dengan melihat berbagai karakteristik dan kemampuan peserta didik serta dapat memanfaatkan lingkungan sekitar peserta didik sebagai sumber belajar. Kelemahan dan permasalahan yang sering terjadi dan dirasakan bahwa materi-materi tertentu dianggap membosankan, menuntut hafalan yang cukup banyak. Padahal pembelajaran tematik khususnya muatan pelajaran IPA merupakan bidang studi yang diharapkan akan memberikan makna yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Terdapat banyak model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Guru harus pandai memilah dan memilih model pembelajaran yang cocok digunakan dengan melihat karakteristik siswa dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat merupakan model pembelajaran yang mengaitkan anatara sains dan teknologi serta kegunaanya di masyarakat. Model pembelajaran ini muncul berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh National Science Teachers Association (NSTA) di Amerika. Adapun tujuan model pembelajaran ini ialah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki
kepedulian terhadap masalah-masalah masyarakat dan lingkungannya (Poedjiadi, 2005). Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat cocok digunakan dalam proses pembelajaran karena sangat aplikatif, karena mempelajari hal-hal yang ada di sekitar peserta didik. Hal senada juga dinyatakan oleh Poedjiadi (2005: 125) “Sains Teknologi Masyarakat sebagai suatu pendekatan dapat menjangkau siswa yang tergolong pada kelompok berkemampuan rendah dalam kelas karena dirasakan oleh siswa lebih menarik, nyata dan aplikatif”. Dalam pelaksanaan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat melewati tahapan-tahapan pembelajaran yang terdiri dari 5 tahap yaitu, tahap inisiasi, pembentukan konsep, aplikasi konsep, pementapan konsep dan penilaian. a. Tahap Inisiasi / invitasi Tahap pertama dalam model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat adalah tahap inisiasi / invitasi. Pada tahap ini dikemukakan isu-isu atau masalah yang ada di masyarakat yang dapat digali dari siswa, tetapi apabila guru tidak berhasil menggali tanggapan dari siswa dapat dikemukakan oleh guru sendiri. b. Tahap Pembentukan Konsep Pada tahap kedua pembentukan / pengembangan konsep dapat dilakukan melalui berbagai metode serta dibantu dengan media pembelajaran yang relevan dengan materi yang dipelajari dan sesuai dengan taraf perkembangan kognitif peserta didik. Pada akhir pembentukan konsep diharapkan siswa telah dapat memahami apakah analisis terhadap isu-isu atau penyelesaian masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran telah menggunakan konsep-konsep yang diikuti oleh para ilmuwan. Perubahan konsepsi ini juga dapat terjadi setelah berdialog dengan diri sendiri sesuai pembelajaran disekolah. Pada akhir tahap kedua diharapkan melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsepkonsep yang benar. 3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
c. Tahap Aplikasi Konsep Berbekal konsep yang benar siswa melakukan analisis isu atau penyelesaian masalah yang disebut aplikasi konsep dalam kehidupan yang merupakan tahapan ketiga dari pembelajaran ini. d. Tahap Pemantapan Konsep Apabila selama proses pembentukan kosep tidak adanya miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian pula setelah anlisis isu dan penyelesaian masalah guru tetap perlu melakukan pemantapan konsep sebagaimana tampak pada alur pembelajaran, melalui penekanan konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam materi tertentu. e. Tahap Penilaian Pada tahap ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah dipelajari. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Rudi Bretz (dalam Munadi, 2013: 52) mengelompokan media berdasarkan indera yang terlibat yaitu media audio, media visual dan media audiovisual. Media audio adalah media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran, sedangkan media visual adalah media pembelajaran yang melibatkan indera pengelihatan. Gabungan dari keduanya disebut media audiovisual yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan. Berangkat dari berbagai modalitas belajar / gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didik, seorang guru tentunya harus cerdas dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Modalitas belajar tersebut antara lain modalitas auditorial, visual dan kinestik. Masing-masing mempunyai cara dan gaya belajar yang berbeda. Bila dilihat dari intensitasnya indera yang paling banyak membantu manusia dalam pemerolehan pengetahuan dan
pengalaman adalah indera pengelihatan dan pendengaran. Oleh karena itu media audiovisual sangat cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Munadi (2013 : 56) “media audiovisual adalah media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan”. Contoh-contoh media audiovisual antara lain, film, video dan televisi. Dalam penelitian ini, menggunakan media audiovisual berupa video pembelajaran. Pembelajaran tematik terpadu merupakan sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsipprinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan autentik yang pembelajarannya dikemas dalam bentuk tema –tema (tematik). Berdasarkan lampiran I Peraturan Pemerintah no 57 tahun 2014 dijelaskan bahwa struktur Kurikulum SD/MI terdiri atas mata pelajaran umum kelompok A dan mata pelajaran umum kelompok B. Mata pelajaran Kelompok A merupakan kelompok mata pelajaran yang muatan dan acuannya dikembangkan oleh pusat, yang terdiri dari mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) serta Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Menurut Djojosoediro (2010: 18), IPA merupakan cabang pengetahuan yang berawal dari fenomena alam. IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Keaktifan belajar merupakan sikap yang ditunjukan seseorang dalam kegiatan yang bersifat fisik ataupun mental yang dapat merubah seseorang kearah yang lebih baik melalui pengalaman pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran dan penyelidikan. Sehingga dalam proses pembelajaran siswa melakukan aktivitas. Bentuk-bentuk keaktifan tidak hanya ditunjukkan secara fisik, tetapi juga secara intelektual, emosional, dan sosial. Bentuk4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bentuk keaktifan menurut Kosasih (2014:71), 1) keaktifan fisik ditunjukkan dengan berbagai kegiatan, seperti diskusi, presentasi, kegiatan pengamatan, kerja praktik; 2) keaktifan intelektual ditunjukkan dengan mengamati tayangan dan alam sekitar, membaca berbagai referensi; 3) keaktifan secara emosional ditunjukkan dengan menyikapi berbagai persoalan yang muncul atas suatu fenomena tertentu terkait dengan materi yang sedang dipelajarinya. Emosi yang dimaksud mungkin berupa kepedulian, simpati, penyesalan, semangat untuk berbuat; 4) keaktifan secara sosial ditunjukkan dengan saling menanggapi, bekerja sama, dan bentuk-bentuk kolaborasi lainnya. Keaktifan yang diteliti pada penelitian ini adalah keaktifan fisik berupa diskusi (bertanya, menjawab) dan presentasi (mengemukakan ide). Penguasaan kompetensi pengetahuan merupakan tingkat pencapaian atau penguasaan peserta didik dalam aspek pengetahuan yang meliputi ingatan atau hafalan, pemahaman, penerapan atau aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Dalam Kurikulum 2013 kompetensi pengetahuan menjadi kompetensi inti dengan kode kompetensi inti 3 (KI 3). Kompetensi pengetahuan merefleksikan konsep-konsep keilmuan yang harus dikuasai oleh peserta didik melalui proses belajar mengajar. Dalam ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir, meliputi tingkatan kemampuan mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif (Permendikbud No. 104 Tahun 2014). Berdasarkan penelitian Armini (2013), pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dari 66,94 menjadi 74, 83 dan ketuntasan belajar dari 46,42 % menjadi 89, 29 %. Peningkatan keaktifan belajar juga terdapat pada penelitian Septiawan (2010) dengan peningkatan dari 56,88 menjadi 84, 38.
Dengan melihat karakteristik model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual, sangat cocok digunakan dalam proses pembelajaran terutama fokus pembelajaran IPA karena model pembelajaran ini sangat aplikatif dan dekat dengan lingkungan siswa serta dapat memberikan warna baru bagi peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas karena menggunakan media audiovisual berupa video sehingga dapat memfokuskan perhatian siswa pada saat belajar. Dengan perhatian siswa yang fokus, maka peserta didik akan lebih mudah memahami materi yang sedang dipelajari. Dengan menggunakan video juga dapat merubah suasana belajar siswa sehingga siswa menjadi senang untuk belajar dan akan muncul motivasi siswa untuk ingin belajar. Motivasi yang kuat pada peserta didik untuk belajar juga akan berakibat pada hasil belajar siswa, karena dengan motivasi belajar yang kuat akan memudahkan peserta didik memahami materi yang dipelajari sehingga akan dicerminkan pada pencapaian kompetensi pengetahuan yang baik pula.
METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dirancang dalam dua siklus yang terdiri dari siklus I dan siklus II, setiap siklus dari rancangan ini terdiri dari empat tahapan yaitu : 1) tahap perencanaan tindakan, 2) tahap pelaksanaan tindakan, 3) tahap observasi, dan 4) tahap refleksi. Subjek penelitian ini adalah Siswa Kelas IV SDN 9 Pedungan, Denpasar tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 38 siswa. Sedangkan objek penelitian ini adalah keaktifan belajar, kompetensi pengetahuan IPA dan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual. Penelitian kompetensi pengetahuan IPA difokuskan pada tahap berpikir mengingat (C1), memahami (C2), menerapkan (C3) dan menganalisis (C4) dengan dimensi faktual dan konseptual. 5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi bagi keaktifan belajar serta metode tes kompetensi pengetahuan. Metode observasi menggunakan instrumen berupa lembar observasi keaktifan, sedangkan untuk tes kompetensi pengetahuan menggunakan instrumen tes objektif pilihan ganda. Agar lembar observasi dan tes hasil belajar muatan IPA dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat perlu divalidasi. Jenis validitas yang digunakan adalah content validity (validitas isi) dengan
meminta pertimbangan dari para ahli (expert judgement). Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis deskriptif kuantitatif dan analisis statistik deskriptif kualitatif. Data hasil pengamatan keaktifan belajar siswa kemudian dianalisis dengan mencari mean, median, modus dan pesentase keaktifan belajar. Sedangkan kompetensi pengetahuan IPA dianalisis dengan rumus mean, median, modus data tunggal. Adanya refleksi membantu dalam memperbaiki proses pembelajaran, hal ini membuat siswa mendapat kesempatan dan pengalaman lebih dalam mencari solusi atas sebuah permasalahan. Berikut gambar grafik dari peningkatan persentase nilai keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa.
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase rata-rata keaktifan belajar prasiklus diperoleh 67,36%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 74,60% terkategori cukup aktif dan pada siklus II telah mencapai 81,23% dari 38 orang atau berada pada kategori aktif. Sedangkan untuk kompetensi pengetahuan muatan IPA juga mengalami peningkatan siswa yang mendapat nilai ≥ B+ dari pra siklus sampai siklus II. Pada pra siklus hanya mancapai 26,31% atau 10 orang dari 38 siswa, sedangkan pada siklus I meningkat sebanyak 31,58% menjadi 57,89% atau 22 orang dari 38 siswa, dan diakhir siklus II mencapai 81,58% atau 31 orang dari 38 siswa.
Gambar 1. Grafik histogram peningkatan persentase nilai keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa.
Tabel 1. Tabel Rekapitulasi Data Keaktifan dan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IVA SDN 9 Pedungan Data Keaktifan
Pra-Siklus
Siklus I
Siklus II
67,36%
74,60%
81,23%
6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Kompetensi Pengetahuan IPA
26,31%
57,89%
Berdasarkan tabel dan grafik tersebut, dapat dilihat telah terjadi peningkatan pada pemberian tindakan yang telah dilaksanakan pada keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA. Dari data awal diperoleh persentase rata-rata keaktifan belajar prasiklus diperoleh 67,36%, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 74,60% terkategori cukup aktif dan pada siklus II telah mencapai 81,23% dari 38 orang atau berada pada kategori aktif. Dan kompetensi pengetahuan IPA pada data awal sebesar 26,31% siswa yang mencapai nilai ≥B+ meningkat pada siklus I menjadi 57,89% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 81,58%. Pencapaian dan peningkatan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada pembelajaran siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan dalam penelitian. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Sehingga pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 2 siklus saja, yaitu siklus I dan siklus II.
agar peserta didik lebih tertarik untuk belajar sehingga memunculkan fokus perhatian peserta didik dalam proses pembelajaran. Adapun data yang diperoleh pada siklus pertama meliputi data keaktifan belajar dan data kompetensi pengetahuan IPA. Pada analisis data siklus I diperoleh ketercapaian persentase keaktifan siswa pada siklus I yaitu 74.60% berada pada kategori cukup aktif, sementara persentase indikator keberhasilan yang ditetapkan minimal 80% atau minimal berada pada kategori aktif, sehingga dari analisis data siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Ketercapaian nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa pada siklus I yaitu 57,89%, dari 38 siswa hanya 22 siswa yang mendapat nilai minimal 3,18 (B+), sementara indikator keberhasilan yang ditetapkan 80% sehingga dari hasil analisis data pada siklus I belum memenuhi indikator keberhasilan yang ditetapkan. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan pertama ini, masih diperlukan adanya perbaikan pada proses pembelajaran. Perbaikan merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran terutama meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan muatan IPA siswa. Dari pencatatan yang dilakukan kendala yang masih ditemukan pada siklus I, antara lain, masalah yang diajukan kurang dekat dengan kehidupan siswa, sehingga siswa masih ragu untuk menjawab, siswa terbiasa untuk mendengarkan guru, sehingga siswa terlihat masih pasif untuk menjawab ataupun bertanya tentang hal yang belum dimengerti, oleh karena itu perlu diberikan pertanyaan pancingan agar siswa mau untuk menjawab serta memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa, perlu diberikan penghargaan atau apresiasi kepada siswa yang menjawab ataupun
Pembahasan Sains Teknologi Masyarakat Berbantuan Media Audiovisual merupakan model pembelajaran yang diaplikasikan untuk meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan muatan IPA tema cita-citaku siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan. Pemilihan model pembelajaran ini berdasarkan hasil observasi keaktifan dan kompetensi pengetahuan muatan IPA siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan. Keaktifan belajar dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan cenderung rendah. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual merupakan model pembelajaran yang pada pengaplikasiannya mengaitkan antara sains, teknologi dan kegunaannya di masyarakat serta menggunakan media audiovisual berupa video pembelajaran yang dapat membantu
81,58%
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
bertanya. Pada siklus I hasil yang diperoleh belum optimal dan belum memenuhi kriteria yang ditetapkan. Untuk itu dilanjutkan pada siklus II sebagai upaya meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa agar mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan. Refleksi yang dilakukan pada siklus I memberikan dampak yang baik pada siklus II, siswa sudah terbiasa bertanya dan membuat pertanyaan, siswa sudah memperhatikan penjelasan dalam pelaksanaan pembelajaran, siswa sudah dapat mengerjakan tugas yang diberikan tepat pada waktunya, dan siswa sudah mulai terbiasa menyampaikan pendapat dan hasil pekerjaanya di depan temantemanya. Upaya perbaikan yang dilakukan telah membuahkan hasil yang baik, keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada silkus II mengalami peningkatan. Ketercapaian persentase keaktifan pada siklus I mencapai 74.60%, kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81,23%. Dilihat dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, persentase keaktifan siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu minimal 80% atau dengan kriteria minimal aktif. Sedangkan kompetensi pengetahuan IPA siswa juga telah mengalami peningkatan. Ketercapaian pada siklus I 57,89% siswa yang mendapat nilai ≥ 3,18 (B+) kemudian mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81,58% . Dapat dikatakan dari indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, nilai kompetensi pengetahuan IPA siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu ≥ 80% dari jumlah siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II mengalami perkembangan lebih baik, refleksi dari siklus I menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual siswa menjadi bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran juga sudah mengalami peningkatan dan dapat menjawab soal atau
permasalahan yang diberikan dengan baik dan benar. Sesuai dengan kurikulum 2013 yang berlaku, proses pembelajaran di kelas pasti menggunkan pendekatan saintifik. Pendekatan ini menuntut siswa untuk secara aktif melalui tahapan-tahapan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan yang ditemukan. Pendekatan akan berjalan optimal jika dikolaborasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa SD serta sesuai dengan materi yang dipelajari. Model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat merupakan model pembelajaran yang mengaitkan antara sains dan teknologi serta kegunaanya di masyarakat. Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA terdapat penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana (Djojosoediro, 2010). Sehingga model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat cocok digunakan untuk jenang SD/MI, karena mencakup pembelajaran Salingtemas. Model pembelajaran akan lebih sempurna apabila didukung dengan penggunaan media pembelajaran, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi baru. Rudi Bretz (dalam Munadi, 2013: 52) mengelompokan media berdasarkan indera yang terlibat yaitu media audio, media visual dan media audiovisual. Media audio adalah media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran, sedangkan media visual adalah media pembelajaran yang melibatkan indera pengelihatan. Gabungan dari keduanya disebut media audiovisual yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan. Bila dilihat dari intensitasnya indera yang paling banyak membantu manusia dalam pemerolehan pengetahuan dan pengalaman adalah indera pengelihatan dan pendengaran. Oleh karena itu media 8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
audiovisual sangat cocok digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Munadi (2013 : 56) “media audiovisual adalah media pembelajaran yang melibatkan indera pendengaran dan pengelihatan”. Contoh-contoh media audiovisual antara lain, film, video dan televisi. Media audivosual yang digunakan adalah video pembelajaran. Dengan penggunaan video pembelajaran memberikan nuansa baru dalam proses pembelajaran, sehingga siswa merasa senang serta lebih fokus dalam proses pembelajaran. Maka dari itu Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan median audiovisual sangat tepat diterapkan untuk mewujudkan pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, inovatif serta akan berimbas pada meningkatnya keaktifan dan kompetensi pengetahuan siswa. Hasil analisis tersebut didukung oleh penelitian Armini (2013), pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan penguasaan kompetensi pengetahuan siswa dari 66,94 menjadi 74, 83 dan ketuntasan belajar dari 46,42 % menjadi 89, 29 %. Peningkatan keaktifan belajar juga terdapat pada penelitian Septiawan (2010) dengan peningkatan dari 56,88 menjadi 84, 38. Berdasarkan data penelitian tersebut, maka model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA Tema Citacitaku siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan Tahun Ajaran 2015/2016
pengetahuan muatan IPA juga mengalami peningkatan siswa yang mendapat nilai ≥ B+ dari pra siklus sampai siklus II. Pada pra siklus hanya mancapai 26,31% atau 10 orang dari 38 siswa, sedangkan pada siklus I meningkat sebanyak 31,58% menjadi 57,89% atau 22 orang dari 38 siswa, dan diakhir siklus II mencapai 81,58% atau 31 orang dari 38 siswa. Mengacu pada temuan penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut, 1) kepada guru sekolah dasar agar dapat mengatasi masalah yang dijumpai dalam proses pembelajaran di kelas dengan menerapkan model pembelajaran Sains teknologi masyarakat berbantuan media Audiovisual, sebagai salah satu alternative dalam upaya meningkatkan keaktifan dang kompetensi pengetahuan muatan IPA; 2) bagi sekolah disarankan agar menjadikan hasil penelitian ini sebagai pedoman bagi sekolah untuk memotivasi agar dapat meningkatlan kualitas guru dalam merancang pembelajaran yang inovatif dalam membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum 2013 sehiangga dapat meningkatkan mutu dan kualitas sekolah; dan 3) kepada peneliti lain hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai referensi awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam ruang lingkup yang lebih luas.
DAFTAR PUSTAKA Andari,Puji. 2013. Penerapan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IVC SD N 26 Pemecuan Denpasar.Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Ilmu Pendidikan, Undiksha. Anton M. Mulyono. 2010. Aktivitas Belajar. Tersedia pada http://id.shvoong.com/socialscienc es/1961162-aktifitas-belajar/ diakses tanggal 10 Nopember 2015
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat berbantuan media audiovisual dapat meningkatkan keaktifan dan kompetensi pengetahuan IPA Tema Cita-citaku siswa kelas IVA SDN 9 Pedungan Tahun Ajaran 2015/2016. . Hal tesebut dapat dilihat dari data persentase keaktifan sebelum penelitian adalah 67,36%, setelah diberikan tindakan pada siklus I meningkat menjadi 74,60%, serta pada siklus II meningkat menjadi 81,23%. Sedangkan untuk kompetensi 9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Arikunto, Suharsimi.2008.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Armini, Ni Ketut. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat (STM) dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus III Kecamatan Kuta Selatan Badung. Tesis (tidak diterbitkan). Fakultasi Pascasarjana, Undiksha. Dimyati.Mudjiono. 2013.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta : Rineka Cipta Djojosoediro, Wasih. 2010. Modul Universitas Pendidikan Indonesia Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Tersedia pada http://file.upi.edu/Direktori/DUALM ODES/PENDIDIKAN_IPA_DI_SD/ BBM_5.pdf. (Diakses tanggal 09 Nopember 2015 ).
Nugraha, Ali. 2005. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas Peraturan Pemerintah Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 SD/MI. 2014.Jakarta Peraturan Pemerintah Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. 2014.Jakarta Poedjiadi, Anna.2005. Sains Teknologi Masyarakat Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan Nilai.Bandung : Remaja Rosdakarya Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik Tinjauan Teoritis dan Praktis. Jakarta: Kencana Purwanto. 2010. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar Rakhmat, Cece dan Suherdi, Didi. 1999. Evaluasi Pengajaran. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Kencana Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana Sardiman, A.M. 2000. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Slameto. 2010.Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.Jakarta: Rineka Cipta Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: CV.Alfabeta Sukardi, H.M.2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Haditono. 2000. Minat dan Aktivitas Mahasiswa Baru IAIN Sunan Kalijaga Tahun Ajaran 2000/2001. Tersedia pada http://uinsuka.info/ejurnal/index.ph p?option=com diakses 9 Nopember 2015 Iskandar, Srini. 2015. Pendekatan Pembelajaran Sains Berbasis Konstruktivis. Malang: Media Nusa Creative Kusumah, Wijaya.2010.Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Edisi Kedua. Jakarta : PT Indeks. Mlitwa. 2007. International Education Journal: Technology for teaching and learning in higher education contexts: Activity theory and actor network theory analytical perspectives. Afrika Selatan: Cape Peninsula Universityof Technology (CPUT). Mulyasa. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik danImplementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Munadi, Yudhi.2013. Media Pembelajaran( Sebuah Pendekatan Baru).Jakarta : Referensi 10
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
Operasionalnya.Jakarta : Bumi Aksara Surapranata, Sumarna. 2005. Analisis, validitas, Reliabilitas,dan Interpretasi Hasil Tes. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Trianto.2010. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif.Jakarta : Kencana Usman,
Uzer. 1995. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
Yamin,Martinis. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press
11