Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
HUBUNGAN KESIAPAN BELAJAR, MOTIVASI DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN HASIL BELAJAR MAHASISWA TINGKAT III PRODI DIII KEBIDANAN STIKES MEDIKA CIKARANG 2013/2014 Narmi Djuhaemi, S.SiT, M.Kes Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKES Medika Cikarang
ABSTRAK Hasil belajar merupakan salah satu indikator keberhasilan mahasiswa. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, baik faktor dari dalam maupun dari luar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kesiapan belajar, motivasi belajar dan dukungan keluarga terhadap hasil belajar pada mahasiswa tingkat III Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analitik kuantitatif dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini semua mahasiswa DIII Kebidanan Tingkat III STIKes Medika Cikarang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 83 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Populasi sebanyak 79 mahasiswa. Data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Analisa data terdiri dari analisa univariat dan bivariat, dengan uji statistik menggunakan uji Kai Kuadrat. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,048 < 0,05, dapat disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar dengan hasil belajar. Hasil uji statistik diperoleh nilai P = 0,016 < 0,05, yang berarti ada hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar. Hasil uji statistik diperoleh nilai P=0,029 < 0,05, yang artinya adanya hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan hasil belajar. Dari hasil penelitian ini disarankan kepada akademi untuk lebih memperhatikan lagi mahasiswa dalam hal kesiapan belajar dan motivasi belajar siswa dengan melakukan pendekatan, bimbingan belajar, dan motivasi penuh terhadap mahasiswa agar mahasiswa lebih berprestasi. Selain itu perlu juga membangun hubungan yang baik dengan keluarga mahasiswa dalam menunjang keberhasilan mahasiswa. Kata Kunci : Kesiapan Belajar, Motivasi, Dukungan Keluarga, Hasil Belajar
1
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
RELATION BETWEEN LEARNING READINESS, MOTIVATION, AND FAMILY SUPPORT WITH LEARNING RESULT OF DIII MIDWIFERY’S STUDENT IN STIKES MEDIKA CIKARANG 2013/2014
ABSTRACT Learning result is one indicator of student success. Many factors that affect student learning result, both internal and external factors. The objective of this research is to know the relation between learning readiness, motivation and family support with learning result of second level of Midwifery Diploma degree on Medika Health Science Institute Cikarang academic year 2013/2014. The research method used in this research is a survey analytical method with Cross Sectional approach. The population in this research was all students from third level of Midwifery Diploma degree on Medika Health Science Institute year 2013/2014, the number of 83 students. The research technique sampling used total population as many as 79 respondents. The data of this research are primary and secondary data. Data analysis consist of univariate and bivariate analysis, using statistical testing of Chi Square test. Based on statistical testing results of independent and dependent variable obtained P value = 0.048 < 0.05, it can be concluded there is a significant relation learning readiness with learning result. The correlation between motivation and learning result, obtained P value = 0.016 < 0.05, which means that there is a significant relation between learning motivation and learning result. The correlation between family support and learning result of statistical testing obtained P value = 0.029 < 0.05, which means there is a significant relation between family support and learning result. According to the results of this research suggested to academic leader to pay more attention to the students learning activities in term of students learning readiness and to motivate students to improve their learning activities, to provide learning guidance and counselling and tutoring to the students, and to encourage the students to aim the high level of achievement. In addition to this suggestion, it is also important to build a good relation with students and their family in order to support student to get success in their study. Keywords: Learning Readiness, Motivation, Family Support, Learning Achievement
2
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
Pendahuluan Salah satu indikator tingkat pembangunan manusia dalam suatu negara adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM adalah pencapaian rata-rata sebuah Negara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia yaitu dalam bidang ekonomi, kesehatan dan pendidikan. IPM digunakan untuk mengklasifikasi apakah suatu Negara berkategori Negara maju, berkembang, atau terbelakang.1 Dalam ruang lingkup regional ASEAN, Indonesia berada di peringkat 6 dengan nilai 0,617, negara berperingkat pertama adalah Singapura dengan nilai 0,866, selanjutnya Brunei Darussalam dengan nilai 0,833, disusul Malaysia 0,761, Thailand 0,682, dan Filipina 0,644. Indonesia hanya unggul jika dibandingkan dengan Vietnam yang memiliki nilai IPM 0,593 atau Laos dengan nilai 0,524, Kamboja 0,523, dan Myanmar dengan nilai IPM 0,483.1 Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memanusiakan manusia. Pendidikan amat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.2 Dalam proses pendidikan titik beratnya terletak pada pihak anak didik yaitu akan terjadi proses belajar yang merupakan interaksi dengan pengalaman-pengalamannya. Belajar mengkibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor.3 Menurut teori, faktor yang mempengaruhi hasil belajar ada 2 : faktor internal & faktor eksternal, faktor internal (fisik, psikologi, bakat, minat, motivasi,
kesiapan belajar, kematangan, intelegensi, perhatian), sedangkan faktor eksternal (dukungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat).4 Aspek kognitif dapat dipengaruhi oleh kesiapan belajar mahasiswa. Kondisi mahasiswa yang siap menerima pelajaran dari guru/dosen, akan berusaha merespon atas pertanyaanpertanyaan yang telah diberikan oleh guru/dosen. Untuk dapat memberikan jawaban yang benar tentunya siswa harus mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajari materi terlebih dahulu sebelum diajarkan oleh guru/dosen. Kondisi siswa yang sehat akan lebih mudah untuk menerima pelajaran dari guru/dosen. Dari kesiapan belajar yang siap dari mahasiswa seperti yang diatas akan menghasilkan hasil belajar yang baik .4 Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar dengan prestasi belajar pada mahasiswa Semester III di Akademi Kebidanan PKU Muhammadiyah.5 Dengan adanya kesiapan belajar, siswa akan termotivasi untuk mengoptimalkan hasil belajarnya. Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagi fungsi rangsangan (stimulus) dan respons, sedangkan apabila dikaji mengunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologi yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku.6 Dalam proses belajar mengajar tidak bisa terlepas dari berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi dan menunjang keberlangsungannya. Salah satu penunjang utamanya adalah adanya motivasi belajar bagi peserta didik yang terstruktur dan terkonstruk dengan baik. Pembelajaran efektif, bukan membuat mahasiswa menjadi pusing akan tetapi bagaimana tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan mudah dan menyenangkan.7 Siswa yang 4
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
memiliki motivasi belajar yang tinggi akan memperhatikan dan berusaha untuk mengingat atas apa yang telah diajarkan oleg guru/dosen, karena semua itu untuk mencapai cita-citanya sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik. Motivasi belajar tidak hanya dipengaruhi faktor intern dari siswa saja tetapi juga dipengaruhi faktor ekstern yaitu lingkungan keluarga & lingkungan sekolah. Perhatian orang tua terhadap anaknya akan meningkatkan motivasi anak untuk belajar. Sarana yang ada disekolah mempengaruhi kelancaran kegiatan belajar mengajar dan dapat memotivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang tinggi akan mempengaruhi hasil belajarnya karena siswa akan berusaha untuk mencoba mengerjakan soal-soal latihan terhadap materi pelajaran yang diberikan oleh guru/dosen.3 Pengaruh motivasi dalam kesuksesan didukung pula oleh penelitian Arifuddin pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 2 Singaraja.8 Kemudian dalam mendapatkan hasil belajar yang baik mahasiswa juga memerlukan dukungan keluarga yaitu sebagai salah satu diantara fungsi pertalian/ikatan sosial segi fungsionalnya, mencangkup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberikan nasehat atau informasi dan pemberian bantuan material. Sebagai fakta sosial yang sebenarnya atau sebagai kognisi individual atau dukungan yang dirasakan.9 Pengajaran dikatakan berhasil atau tidak secara umum dapat dilihat dari dua segi yakni kriteria ditinjau dari sudut proses pengajaran itu sendiri dan kriteria yang ditinjau dari sudut hasil atau produk belajar yang dicapai siswa. Sejalan dengan itu maka hasil belajar baik yang dicapai siswa, banyak dipengaruhi oleh dukungan keluarga yang sangat mendukung dalam proses pembelajaran.10 Berdasarkan observasi penulis yang dilakukan di awal penelitian, ditemukan nilai IPK mahasiswa tingkat III Program Studi DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang tahun ajaran 2013 / 2014 masih banyak ditemukan kurang dari standar
kelulusan yang sudah ditentukan yaitu 2,75. Dengan rincian nilai IPK < 2,75 sebanyak 57,8% dan jumlah IPK ≥ 2,75 sebanyak 42,2 %. Kondisi seperti ini menimbulkan pemikiran dan keprihatinan penulis, khususnya terhadap hasil belajar siswa. Melihat masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Hubungan antara kesiapan belajar, motivasi belajar dan dukungan keluarga terhadap hasil belajar mahasiswa tingkat III program studi DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang Tahun Ajaran 2013 / 2014”. Dari teori yang telah dibahas sebelumnya, ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diantaranya adalah fisik, psikologi, intelegensi, perhatian, minat, bakat, kesiapan dan motivasi. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor eksternal adalah dukungan keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada teori tersebut, yang menjadi variabel bebas atau independen adalah kesiapan belajar, motivasi dan dukungan keluarga. Sedangkan variabel terikat atau dependen dalam penelitian ini adalah hasil belajar mahasiswa. Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan antara kesiapan belajar, motivasi belajar dan dukungan keluarga terhadap hasil belajar mahasiswa tingkat III program studi DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang Tahun Ajaran 2013 / 2014. Metode Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian Survey Analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional merupakan rancangan penelitian dengan cara pendekatan, observasi atau mengumpulkan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali 5
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.11 Penelitian dilakukan di ruang kuliah mahasiswi tingkat III program DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang tahun ajaran 2013/2014 yang beralamat di Jl.Raya Industri, Pasir Gombong, Jababeka, Cikarang, Kab.Bekasi. Penelitian dilakukan mulai pada bulan Mei 2014. Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Suatu populasi menunjukan pada sekelompok subjek yang menjadi objek atau sasaran penelitian.12 Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswa tingkat III STIKes Medika Cikarang tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 83 mahasiswa. Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Accidental sampling, yaitu jumlah sampel ditentukan oleh banyaknya sampel yang hadir pada saat penelitian berlangsung.11 Pada saat penelitian responden yang hadir sebanyak 79 orang. Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya, maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria Inklusi maupun kriteria Eksklusi. Kriteria Inklusi adalah Kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel. Sedangkan Kriteria Eksklusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil sebagai sampel karena menolak menjadi subjek penelitian atau yang tidak hadir pada saat penelitian (sakit atau urusan keluarga).12 Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data mengenai variabel yang diteliti. Data yang dikumpulkan berupa data primer observasi secara langsung kepada responden melalui kuesioner dan data sekunder berupa hasil nilai IPK tingkat III. Dalam penelitian ini penulis mengambil data primer yaitu dengan
menemui langsung mahasiswa DIII Kebidanan tersebut. Setelah menemui mahasiswa tersebut untuk mendapatkan persetujuan sebagai responden, dan menandatangani surat persetujuan, kemudian langsung diberi kuesioner untuk diisi oleh mahasiswa DIII Kebidanan tersebut. Dalam penelitian ini penulis juga mengambil data sekunder yaitu dengan meminta hasil nilai belajar berupa IPK mahasiswa DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang tingkat III ke bagian BAAK. Sebelum melakukan penelitian yang sesungguhnya, kuesioner penelitian yang telah dibuat diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu. Uji validitas adalah saat indeks yang menunjukan alat ukur ini benar-benar mengkur apa yang diukur. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suat alat pengukur dapat dipercaya dan dapat diandalkan untuk menguji validitas dan reliabilitas alat.12 Untuk menguji validitas menggunakan Product Moment Corelation melalui bantuan komputer. Uji coba dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman responden terhadap pertanyaan-pertanyaan dan validitas pertanyaan dari kuesioner yang telah dibuat.12 Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Kuesioner ini dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa formulir-formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi dan jawaban tersebut.11 Kuesioner dalam penelitian ini berbentuk lembar 24 soal dengan skala likert, dimana responden dapat memilih jawaban dengan beberapa tingkatan jawaban. Ada 5 tingkatan yang digunakan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu6
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
ragu (R), Tidak Setuju(TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan melalui tahapan sebagai berikut, editing, pada tahap ini dimaksudkan untuk melakukan pemeriksaan terhadap data yang dikumpulkan, memeriksa kelengkapan dan kesalahan. Coding, data yang sudah di edit selanjutnya diberi kode untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengolahan data berikutnya, kemudian dalam penelitian ini diberi kode 0 jika jawaban buruk (mempunyai resiko untuk mempengaruhi hasil belajar dan kode 1 jika jawaban baik ( tidak mempunyai resiko untuk mempengaruhi hasil belajar. Scoring, langkah ini untuk menilai dari hasil jawaban dalam bentuk skor, sehingga memudahkan dalam proses entry data. Entry data, merupakan proses pemindahan data dalam media komputer agar diperoleh masukan yang siap diolah menggunakan program komputer aplikasi statistik. Tabulating, memindahkan jawaban dalam bentuk kode ke dalam master tabel dengan menggunakan komputer. Cleaning data, dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan analisa lebih lanjut. Caranyan adalah memeriksa kembali untuk memastikan bahwa data bersih dari kesalahan, baik kesalahan dalam pengkodean ataupun dalam membaca kode, dan diharapkan data tersebut benarbenar telah siap dianalisa (Hidayat, 2007).11 Untuk mengetahui suatu data berdistribusi normal atau tidak normal dengan menggunakan nilai skweness dan standar errornya, bila nilai skweness dibagi standar errornya menghasilkan angka diantara (-2 s/d 2) maka distribusinya normal sehingga menggunakan titik potong mean, sedangkan bila nilai skweness dibagi standar errornya menghasilkan ≤ -2 atau ≥ + 2 maka distribusinya tidak normal sehingga menggunakan titik potong median (Hidayat, 2007).11 Analisa data dalam penelitian ini terdiri dari analisa univariat dan bivariat.
Analisa Univariat yaitu dengan menampilkan tabel-tabel distribusi frekuensi untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden menurut variabel yang diteliti, baik variabel dependen maupun variabel independen. Dengan menggunakan rumus 12 (Notoatmodjo, 2010). P=
× 100 %
Keterangan : P = Presentasi f = Frekuensi n = Responden Analisa Bivariat bertujuan untuk melihat dua variable yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Dalam penelitian ini untuk melihat keterkaitan antara kesiapan belajar, motivadi dan dukungan belajar terhadap hasil belajar. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square dengan kepercayaan 95%, menggunakan bantuan perangkat lunak, program statistik SPSS versi 17 dengan rumus (Hidayat, 2007).11 X2 = ∑ ( 0 – E ) 2 E
Keterangan : ∑ = Jumlah X2 = Kai kudrat O = Observasi (frekuensi teramati dari sel dan kolom) E = Expected (frekuensi teramati dari baris dan kolom) Cara membaca hasil analisa Chi Square Bivariat, Pearson Chi Square dipakai bila tabel lebih dari 2 x 2 misalkan 3 x 2, 3 x 3, dan seterusnya. Continuty Correction dipakai bila tabel 2 x 2 dan tidak ada nilai Expectation (E) kurang dari 5 atau kurang dari 20% jumlah sel dalam tabel. Fisher's Exact Test dipakai bila tabel 2 x 2 dan dijumpai nilai Expectation (E) 7
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
kurang dari 5 atau kurang dari 20% jumlah sel dalam tabel (Hidayat, 2007).11 Interpretasi data Chi Square, jika P . value < alpha 0,05 maka HO ditolak, artinya ada hubungan antar variabel bebas dengan variabel terikat. Dan jika P . value > alpha 0,05 maka HO gagal ditolak, yang berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dan varibel terikat (Hidayat, 2007).11 ` Hasil Tabel 1 Analisa Univariat Variabel F % Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) Rendah 45 57,0 Tinggi 34 43,0 Kesiapan Belajar Tidak Siap 47 59,5 Siap 32 40,5 Motivasi Tidak termotivasi 39 49,4 Termotivasi 40 50,6 Dukungan Keluarga Tidak Mendukung 47 59,5 Mendukung 32 40,5
mahasiswa yang memiliki IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tinggi atau di atas ratarata sebanyak 34 mahasiswa atau 43,0 %. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat distribusi frekuensi dari kesiapan belajar, dapat terlihat dari 79 orang mahasiswa yang menjadi responden, terdapat 47 mahasiswa atau 59,5 % ada pada kategori tidak memiliki kesiapan belajar yang baik, sedangkan mahasiswa yang memiliki kesiapan belajar yang baik sebanyak 32 mahasiswa atau 40,5 %. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat distribusi frekuensi dari motivasi belajar, dapat diketahui dari 79 orang mahasiswa yang menjadi responden, proporsi mahasiswa yang bermotivasi belajar tinggi lebih banyak dibandingkan dengan proporsi mahasiswa yang bermotivasi belajar rendah, yaitu masing-masing sebanyak 40 mahasiswa atau 50,6 % untuk mahasiswa dengan motivasi tinggi dan 39 mahasiswa atau 49,4 % untuk mahasiswa yang bermotivasi rendah. Berdasarkan tabel 1 dapat dilihat distribusi frekuensi dari dukungan keluarga, dapat diketahui dari 79 orang mahasiswa yang menjadi responden, terbanyak pada keluarga yang tidak mendukung sebesar 47 mahasiswa atau 59,5%, sedangkan pada keluarga yang mendukung sebanyak 32 mahasiswa atau 40,5%.
Pada tabel 1 dapat dilihat distribusi frekuensi dari indeks prestasi kumulatif (IPK), dapat diketahui dari total 79 mahasiswa yang menjadi responden terdapat 45 mahasiswa atau 57,0 % memiliki IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) rendah atau di bawah rata-rata, sedangkan Tabel 2 Analisa Bivariat Variabel Kesiapan Belajar Tidak Siap Siap
Motivasi Belajar Tidak Termotivasi Termotivasi
IPK Tidak Lulus F %
IPK Lulus F
%
F
%
P Value
OR
2 3 2 2
71,9 46,8
9 25
28,1 53,2
32 47
100 100
0,048
2,904
2 8 1 7
71,8 42,5
11 23
28,2 57,5
39 40
100 100
0,016
3,444
CI 95%
1,1127,587
1,3488,797 8
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
Dukungan Keluarga Tidak Mendukung Mendukung
3 2 1 3
68,1 40,6
15 19
31,9 59,4
Berdasarkan tabel 2, dari 79 responden yang menjadi subjek penelitian terdapat 45 orang (57,0%) yang IPK nya < 2,75 (tidak lulus) dan sisanya 34 orang (43,0%) yang nilai IPK nya > 2,75 (lulus). Dari 45 responden yang nilai IPK nya masuk dalam katagori tidak lulus terdapat 23 orang (71,9%) menunjukkan kesiapan belajarnya tidak siap dan sisanya 22 orang (46,8%) menunjukkan kesiapan belajarnya siap. Dari 34 responden yang nilainya IPK nya masuk dalam katagori lulus terdapat 9 orang (28,1%) menunjukkan kesiapan belajarnya tidak siap dan sisanya 25 orang (53,2%) menunjukkan kesiapan belajarnya siap. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,048), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai kesiapan belajar yang selalu siap memiliki kecenderungan 2,904 kali lebih besar untuk memperoleh IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang baik dibandingkan responden yang mempunyai kesiapan belajar yang tidak siap. Dari 79 responden yang dianalisis terdapat 45 orang (57,0%) IPK nya < 2,75 (tidak lulus) dan sisanya 34 orang (43,0%) yang nilai IPK nya > 2,75 (lulus). Dari 45 responden yang nilai IPK nya masuk dalam katagori tidak lulus terdapat 28 orang (71,8%) menunjukkan motivasi belajarnya masih kurang dan sisanya 17 orang (42,5%) menunjukkan motivasi belajarnya baik. Dari 34 responden yang nilainya IPK nya masuk dalam katagori lulus terdapat 11 orang (28,2%) menunjukkan motivasi belajarnya tidak
47 32
100 100
0,029
3,118
1,2247,940
ada dan sisanya 23 orang (57,5%) menunjukkan motivasi belajarnya ada. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,016); sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar/Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki kecenderungan 3,444 kali lebih besar untuk memperoleh nilai IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang baik dibandingkan responden yang mempunyai motivasi rendah. Dari 79 responden yang dianalisis terdapat 45 orang (57,0%) IPK nya < 2,75 (tidak lulus) dan sisanya 34 orang (43,0%) yang nilai IPK nya > 2,75 (lulus). Dari 45 responden yang nilai IPK nya masuk dalam katagori tidak lulus terdapat 32 orang (68,1%) menunjukkan dukungan keluarga tidak ada dan sisanya 13 orang (40,6%) menunjukkan dukungan keluarganya ada. Dari 34 responden yang nilainya IPK nya masuk dalam katagori lulus terdapat 15 orang (31,9%) yang dukungan keluarganya tidak ada dan sisanya 19 orang (59,4%) menunjukkan dukungan keluarganya ada. Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,029) ; sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan hasil belajar (Indeks Prestasi Kumulatif). Dari hasil nilai OR dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai dukungan keluarga yang baik memiliki kecenderungan 3,118 kali lebih besar untuk memperoleh IPK (Indeks Prestasi kumulatif) yang baik 8
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
dibandingkan mahasiswa yang mempunyai dukungan keluarga kurang baik. Diskusi Kesiapan Belajar Dari hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,048), sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kesiapan belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai kesiapan belajar yang selalu siap memiliki kecenderungan 2,904 kali lebih besar untuk memperoleh IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang baik dibandingkan responden yang mempunyai kesiapan belajar yang tidak siap. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Prestasi belajar merupakan suatu gambaran tentang seberapa hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pengertian hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari apa yang terjadi dalam aktivitas pembelajaran, baik dikelas, sekolah maupun diluar sekolah. Hasil belajar itu sendiri dipengaruhi oleh keadaan kognitif, afektif dan psikomotor siswa dalam belajar, kualitas pengajaran yang diterima siswa dan cara pengelolaan proses interaksi kegiatan yang dilakukan oleh dosen (Islamuddin, 2012).3 Rendahnya hasil belajar mahasiswa disebabkan oleh banyak faktor. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh hasil belajar yang baik, karena pada prinsipnya setiap mahasiswa mempunyai peluang untuk mencapai kinerja akademik yang optimal. Banyak faktor yang berperan dalam prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat di dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi aspek prikologi, sedangkan faktor eksternal yakni faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial (Slameto, 2010).4 Hasil belajar mahasiswa merupakan hal yang sangat penting sebagai indikator
peningkatan dunia pendidikan karena merupakan cerminan pendidikan sebuah institusi yang pada akhirnya akan berdampak pada kualitas lulusannya. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari jasmani, psikologi dan kelelahan. Sedangkan faktor eksternal dukungan keluarga, sekolah/kampus, dan masyarakat. Mengemukakan kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon (Slameto, 2010).4 Ada orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk memberi response atau bereaksi atau berbuat sesuatu. Seorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu (Syah, 2011).2 Tes Kesiapan adalah adalah suatu tes yang dilakukan untuk mengetahui keseluruhan kondisi seseorang (aspek kognitif, aspek afektif, serta psikomotor) dalam merespon suatu stimulus yg akan diberikan, guna tercapainya tujuan pengajaran tertentu (Adidharma, 2010).13 Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, dengan kesiapan belajar yang tidak siap maka hasil belajar yang diperoleh pun kurang, karena kesiapan belajar dapat menimbulkan dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau bersikap sesuai dengan rangsangan yang ada. Motivasi Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,016); sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa mahasiswa 8
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki kecenderungan 3,444 kali lebih besar untuk memperoleh IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) yang baik dibandingkan responden yang mempunyai motivasi rendah. Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi unuk belajar. Menurut Mc. Donald yang dikutip Sardiman (2011) motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.6 Motivasi adalah suatu daya penggerak / pendorong dalam diri seseorang yang erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai (Slameto, 2010).4 Dalam penelitian yang lalu oleh Damayanti (2009), tentang hubungan motivasi, minat dan suasana belajar dengan indeks prestasi mahasiswa semester II Akademi Kebidanan Sismadi tahun akademik 2007/2008, yang memiliki indeks prestasi belajar kurang sebanyak 10 mahasiswa (18,5%) dan indeks prestasi belajar baik sebanyak 44 mahasiswa (81,5%).14 Motivasi adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong individu tersebut untuk melakukan aktivitas – aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkan (Hartini Siregar, 2010).15 Keadaan internal organisme manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu atau bertingkah laku secara berarah (Syah, 2011).2 Motivasi adalah sebagai suatu pendorong yang mengubah energy dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Islamuddin, 2011).3
Penelitian tentang kesiapan dan motivasi belajar sudah banyak dilakukan, misalnya penelitian yang dilakukan oleh Arifin tentang upaya peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran sosiologi. Bahwa peserta didik yang malas itu disebabkan karena tidak adanya insentif yang menarik bagi dirinya. Dan ia pun tidak merasakan perasaan yang menyenangkan dari pembelajaran. Insentif dan perasaan yang menyenangkan menjadi dorongan yang berarti bagi peserta didik. Guru biasa memberi insentif berupa pujian atau kesempatan melakukan pekerjaan lain. Pujian secara psykologis mempunyai nilai bagi siswa, dibandingkan dengan cara menegur ketika siswa tidak mau belajar dengan cara marah-marah dan berkomentar dengan meremehkan siswa. Guru harus mencari bagaimana caranya menciptakan suasana yang menyenangkan pada saat pembelajaran berlangsung.16 Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan motivasi siswa, antara lain, ciptakan suasana yang menyenangkan pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Kembangkan kemampuan anak secara maksimal melalui pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan kemampuan berfikir tingkat tinggi seperti berfikir analitis, kritis, dan pemecahan masalah. Ciptakan pembelajaran yang terbuka agar berkembang kemampuan berfikir kreatif anak. Ciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan sesuatu kemampuan belajar berkembang. Berdasarkan hasil penelitian yang disampaikan mengenai motivasi belajar antara lain penelitian Kulase Kanto menunjukan bahwa motivasi belajar mempengaruhi prestasi belajar siswa dan penelitian Sukoco, sebagaimana yang dikutip oleh Hutabarat, meneliti hubungan antara motivasi belajar dengan kemampuan pengembangan ilmu kemahasiswaan, hasilnya menunjukan adanya hubungan positif yang signifikan antara motivasi belajar dengan kemampuan pengembangan 9
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
ilmu, hal ini diperkuat oleh Hutabarat yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna abtara motivasi belajar dengan kesiapan mengajar. Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi dapat mempengaruhi hasil belajar mahasiswa, dengan motivasi yang rendah hasil belajar yang diperoleh pun rendah, karena motivasi dapat menimbulkan dorongan bagi seseorang untuk berbuat atau bersikap sesuai dengan rangsangan yang ada. Dalam hal ini sebaiknya dosen berusaha membangkitkan motivasi belajar dengan cara menerapkan teknik pembelajaran yang bervariasi dengan tujuan untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi mahasiswa, sehingga mendorong mahasiswa untuk menyukai pembelajaran tersebut. Dukungan Keluarga Hasil uji statistik didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,029) ; sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan Hasil Belajar (IPK). Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang mempunyai dukungan keluarga baik memiliki kecenderungan 3,118 kali lebih besar untuk memperoleh IPK (Indeks Prestasi kumulatif) yang baik dibandingkan responden yang mempunyai dukungan keluarga tidak baik Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda – beda dalam berbagai tahap – tahap siklus kehidupan. Misalnya jenis – jenis dan kuantitas dukungan dalam fase perkawinan (sebelum sebuah pasangan muda mendapatkan anak). Dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga (Budiningsih, 2006).17 Dukungan sosial keluarga memacu kepada dukungan – dukungan sosial yang di pandang oleh anggota keluarga sebgai sesuatu yang dapat di akses / diadakan untk
keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan seperti dukungan dari orang tua dan dari saudara kandung, atau dukungan keluarga eksternal (jaringan kerja keluarga itu sendiri) (Zaini, 2008).10 Dukungan keluarga juga sebagai satu diantara fungsi pertalian / ikatan segi fungsionalnya mencangkup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan perasaan, memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material. Sebagai fakta yang sebenarnya sebagai / kognisi individual atau dukungan yang dirasakan melawan dukungan yang diterima. Dukungan keluarga terdiri atas informasi atau nasihat verbal atau non verbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima (Sudjana, 2007).9 Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses/diadakan untuk keluarga (dukungan biasa atau digunakan, tetapi anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan). Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga itu sangat penting peranannya dalam proses pembelajaran sehingga dapat menghasilkan hasil belajar yang baik dengan kualitas pendidikan yang baik pula. Daftar Pustaka 1 UNDP. Human Development Report. http://www.undp.org/content/undp/en/hom e/search.html?q=human+development+ind ex. 2011, diakses 31 Oktober 2012 2 Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan, Pendekatan Baru. Bandung : Remaja 10
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Rosda Karya. 2011. Islamuddin, Haryu. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Pustaka Belajar. 2012. Slameto. Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta. 2010. Wijayanti. Hubungan Kesiapan Belajar dan Kecemasan dengan Prestasi Belajar Mata kuliah Asuhan Neonatus Bayi dan Balita pada mahasiswa Semester III di Akademi Kebidanan PKU Muhammadiyah. Tesis. Surakarta : Program Pasca Sarjana UNS. 2012. Sardiman, A. M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2011. Sutikno, M. Sobry. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Refika Aditama. 2007. Arifuddin. Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS SMAN 2 Singaraja. Skripsi. Denpasar : Fakultas Pendidikan Udayana. 2008. Sudjana, N. Teori-teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2007. Zaini, Hisyam, dkk. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pusta Insan Madani. 2008. Hidayat, Aziz Alimul. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. 2007. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 2010. Putra, Adi Dharma. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya. 2010. Damayanti, Wulan. Hubungan Motivasi, Minat, Suasana Belajar dengan Hasil Belajar mahasiswa semester II AKBID Sismadi tahun 2007/2008. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran UNPAD. 2009. Siregar, Hartini. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor : Ghalia Indonesia. 2010. Arifin. Upaya Peningkatan Motivasi siswa dalam pembelajaran sosiologi. Skripsi. Jakarta: Fakultas Pendidikan UNJ. 2004.
17
Budiningsih, Asri. Belajar dan Pembelajar. Jakarta : Rineka Cipta. 2006.
11