JURNAL ILMIAH ILMU KEBIDANAN Susunan Redaksi Pelindung Dr. Denok Sri Utami
Penasehat Siti Maryam, SST. M.Kes Dra. Nunun Nurhajati, M.Si Nunik Ningtiyasari, S.Si.T
Penanggung Jawab Ainun Hanifa, S.Si.T
Pemimpin Redaksi Ainun Hanifa, S.Si.T
Sekretaris Redaksi Widya Lusi A, SST
Anggota Redaksi Sri Hartatik, Amd Moch. Eldon, SE Sri Supeni, Amd
Alamat Redaksi Program Studi D III Kebidanan Universitas Tulungagung Jl. Raya Tulungagung-Blitar Km. 4 Sumbergempol Tulungagung 66291 Telp. (0355) 331080, 335735, fax. (0355) 331080 Email.
[email protected] Website. www.akbid-unita.ac.id
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page ii
Pedoman Bagi Penulis Jurnal Ilmiah Kebidanan merupakan jurnal ilmiah yang terbit setiap 1 tahun sekali. Jurnal Ilmiah Kebidanan Prodi D III Kebidanan Universitas Tulungagung dapat menerima semua artikel penelitian asli yang relevan dengan bidang kebidanan dengan ketentuan sebagai berikut: Artikel Penelitian Artikel penelitian asli dalam ilmu kebidanan. Format artikel penelitian terdiri atas halaman judul, abstrak (Indonesia/ Inggris), pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan, saran dan daftar pustaka. Laporan Kasus Artikel mengenai kasus dalam bidang ilmu kebidanan yang perlu disebarluaskan. Format laporan kasus terdiri atas judul, abstrak (Indonesia/ Inggris), pendahuluan, tinjauan pustaka, kasus, pembahasan, daftar pustaka. Surat Kepada Redaksi Sarana komunikasi pembaca dengan redaksi dan pembaca lain yang dapat berisi komentar, sanggahan, atau opini mengenai isi jurnal ilmiah kebidanan sebelumnya atau usul untuk selanjutnya. Petunjuk Umum Untuk menghindari duplikasi, Jurnal Ilmiah Kebidanan Prodi D III Kebidanan Universitas Tulungagung tidak menerima artikel yang sudah dipublikasikan atau sedang diajukan kepada jurnal ilmiah lain, dengan menandatangani surat pernyataan. Penulis harus memastikan bahwa seluruh penulis pembantu telah menyetujui. Bila diketahui artikel telah dimuat pada jurnal lain, maka Jurnal Imiah Kebidanan Prodi D III Kebidanan Universitas Tulungagung edisi selanjutnya artikel akan dianulir. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Penulisan Artikel Artikel diketik 1 spasi pada kertas A4, dengan jarak dari tepi kiri 4 cm, tepi kanan, atas dan bawah 3 cm. Jumlah halaman maksimal 10 lembar tiap artikel, jenis huruf Arial ukuran 11. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. artikel ilmiah dikirimkan dalam bentuk softcopy (CD) dan 1 berkas artikel penelitian asli. Tulis nama file dan program yang dipergunakan pada label CD. Halaman Judul Halaman judul berisi judul artikel ilmiah, nama penulis dengan gelar lengkap. Abstrak dan Kata Kunci Abstrak untuk setiap artikel bisa ditulis menggunakan bahasa Indonesia/ Inggris. Bentuk abstrak tidak terstruktur dengan jumlah maksimal 200 kata. Abstrak ditulis ringkas dan jelas sesuai dengan format introduction, method, resulth, discussion (IMRAD). Tabel Tabel disusun berurutan. Setiap tabel harus diberi judul singkat. Tempatkan penjelasan dan singkatan pada keterangan tabel, bukan pada judul tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. Metode Statistik Jelaskan metode statistik secara rinci pada bab metode. Daftar Pustaka Rujukan ditulis sesuai dengan aturan penulisan, diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam jurnal ilmiah kebidanan. Jumlah rujukan maksimal 20 buah dar iterbita minimal 10 tahun terakhir. hindarkan rujukan berupa komunikasi pribadi kecuali untuk informasi yang tidak mungkin diperoleh dari sumber umum.
Page iii
DAFTAR ISI Hubungan sikap bidan tentang pemeriksaan 14t dengan deteksi dini resiko tinggi kartu skor poedji rochjati di wilayah kerja puskesmas kademangan kabupaten blitar tahun 2012 Tevrilia Nur Firaya, Siti Maryam, Astika Rasyiid ............................................................. 1 Hubungan sikap dengan perilaku ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir di ruang nifas rsud dr. iskak tulungagungtahun 2012 Khoridatul Jannah, Nunik Ningtiyasari, Erik Ekowati ...................................................... 6 Analisis pengetahuan dengan sikap tentang pemanfaatan buku kia oleh kader posyandu study pada kader posyandu di wilayah kerja puskesmas junjung kecamatan sumbergempol kabupaten tulungagungtahun 2012 Siti Maryam................................................................................................................... 10 Studi komparatif berat badan sebelum dan sesudah menggunakan kb suntik 3 bulan di bps titin desa bangunjaya kecamatan pakel kabupaten tulungagung tahun 2012 Merlinda Diyas Octia, Rini Sulistyowati, Ainun Hanifa ................................................... 13 Hubungan berat badan lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di ruang mawar rsud dr. iskak kabupaten tulungagung tahun 2011 Ratih Indra Driviana, Nunik Ningtiyasari, Ainun Hanifa.................................................. 17 Hubungan kejadian pre-eklamsia dengan kejadian berat badan lahir rendah (bblr) di rsud dr. iskak kabupaten tulungagung tahun 2011 Dewi Puspitasari, Nunik Ningtiyasari, Sandra Dewi S ................................................... 21 Hubungan sikap ibu menyusui dengan cara menyusui yang benar di desa sumurup kecamatan bendungan kabupaten trenggalek tahun 2012 Dyah Risca Arini, Nunik Ningtiyasari, Widya Lusi A ..................................................... 25 Hubungan status gizi dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun di desa kepuh kecamatan boyolangu kabupaten tulungagung tahun 2012 Niken Ningtiyas, Siti Maryam, Erik Ekowati ................................................................... 29 Hubungan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan kelengkapan imunisasi pada bayi di posyandu desa pucangan kecamatan kauman kabupaten tulungagung tahun 2012 Naning Hartatik, Siti Maryam, Sandra Desi S................................................................ 32 Hubungan sikap ibu bayi tentang imunisasi dpt combo dengan pelaksanaan imunisasi dpt combo pada bayinya di posyandu desa sobontoro kabupaten tulungagung tahun 2012 Leni Gita Pangestri, Nunik Ningtiyasari, Erik Ekowati.................................................... 35 Hubungan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (imd) dengan kejadian atonia uteri pada ibu bersalin di wilayah kerja puskesmas kauman kecamatan kauman kabupaten tulungagung tahun 2012 Pepen Eka Fitriyanti, Siti Maryam, Astika Rasyid .......................................................... 38
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page iv
Hubungan sikap bidan dalam pelayanan antenatal care (anc) dengan keteraturan kunjungan ibu hamil di wilayah kerja puskesmas sumbergempol kabupaten tulungagung tahun 2012 Ela Fahdalia, Siti Maryam, Astika Rasyid ...................................................................... 42 Hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 0-1 tahun di posyandu desa bago kecamatan Tulungagung kabupaten Tulungagung tahun 2012 Etty Yuvitasari, Siti Maryam, Erik Ekowati ..................................................................... 45 Hubungan kejadian pre-eklampsia dengan kejadian haemoragic post partum (hpp) di rsud dr. iskak kabupaten tulungagung tahun 2011 Isna lailatul mahya, Nunik Ningtiyasari, Widya Lusi A ................................................... 48 Hubungan sikap wanita usia subur (wus) tentang kb suntik dengan kepatuhan kunjungan kb di bps lely desa sobontoro kabupaten tulungagung tahun 2012 Wahidatus Khumeiyaroh, Siti Maryam, Astika Rasyid ................................................... 52 Hubungan usia ibu dengan kejadian berat badan lahir rendah (bblr) di rsud dr. iskak tulungagung tahun 2012 Lina Amalia, Nunik Ningtiyasari, Anita Dwi A ................................................................ 56
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page v
HUBUNGAN SIKAP BIDAN TENTANG PEMERIKSAAN 14T DENGAN DETEKSI DINI RESIKO TINGGI KARTU SKOR POEDJI ROCHJATI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KADEMANGAN KABUPATEN BLITAR TAHUN 2012 Oleh : TEVRILIA NUR FIRAYA SITI MARYAM, SST. M.Kes ASTIKA RASYIID, SST Antenatal care is used to monitor, support the health, detection of pregnant women. Based from the data in the health center Kademangan, January until June 2011 from 42 midwives who provide antenatal care practices only 26 midwives (61.9%) carry out checks with 14T Poedji Rochjati score card beside that the 16 midwives (38.1%) do not apply the check 14T Poedji Rochjati score card.Purpose of the study to the determine from the correlation attitudes of midwives about 14T examination with a high risk of early detection Poedji Rochjati score card at the health center of Kademangan, Blitar 2012. The data from the research showed nearly half of the 37 midwives to be positive about 14T examination and early detection of high risk Poedji Rochjati score cards is 18 midwives (48.6%). Midwives who have a good understanding of the examination 14T has a positive attitude about 14T examination so that early detection of high risk pregnant women to fill out a score card Poedji Rochjati to prevent delay in referral. Pendahuluan Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami, tetapi bukannya tanpa risiko, yang merupakan beban bagi seorang wanita. Mortalitas dan Morbiditas pada wanita hamil dan bersalin masih merupakan masalah besar di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara miskin, sekitar 25-50 % kematian wanita usia subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Propinsi Jawa Timur jumlah ibu hamil risti di Propinsi Jawa Timur tahun 2010 sebesar 151.380. Jumlah ibu risti di Jawa Timur pada tahun 2009 sebesar 160.170 (21,94 %), dengan bumil risti yang dirujuk 143.192 (89,40 %), untuk tahun 2009 cakupan bumil risti yang dirujuk jauh dari target 2009 sebesar 90 %. Sementara target Indonesia Sehat 2010 untuk ibu hamil resiko tinggi yang dirujuk sebesar 100 %. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan sikap bidan tentang pemeriksaan 14T dengan deteksi dini resiko tinggi kartu Skor Poedji Rochjati di wilayah kerja Puskesmas Kademangan Kabupaten Blitar tahun 2012. Tinjauan Pustaka Menurut Notoatmodjo (2003: 130), sikap merupakan reaksi atau respon yang
Jurnal Ilmiah Kebidanan
masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap, yaitu: 1. Komponen Kognitif (komponen perseptual) 2. Komponen Afektif (komponen emosional) 3. Komponen Konatif (komponen perilaku) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap: 1. Pengalaman pribadi Middle Back (1974) mengatakan tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu obyek cenderung akan membentuk sikap yang negatif 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu di antara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita 3. Kebudayaan Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan, mempunyai pengaruh besar terhadap sikap. 4. Informasi Dalam rangka pembentukan sikap seseorang dapat dilakukan secara tidak langsung dan langsung 5. Lembaga pendidikan dan agama Meletakkan dasar dan pengertian konsep dalam diri individu Page 1
6. Pengaruh faktor emosi Sikap merupakan pernyataan yang disadari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyuluhan frustasi. Skala sikap menggunakan skala Likert. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala likert dengan skor adalah sebagai berikut: No. Pernyataan STS TS S SS 1. Negatif 4 3 2 1 2. Positif 1 2 3 4 Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju Data-data tersebut kemudian dirubah menjadi skor T dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
X - X T 50 10 S Keterangan : X : Skor responden : Mean skor kelompok X S : Standar deviasi skor kelompok. Skor mean T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang 1) Sikap Positif : skor T ≥ mean T 2) Sikap negatif : skor T < mean T (Azwar, 2007: 156) Pelayanan pemeriksaan selama kehamilan (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar pelayanan yang lengkap. ANC dilakukan minimal 1 kali dalam trimester I, 1 kali dalam trimester II dan 2 kali dalam trimester III. Dalam penerapan operasionalnya dikenal standar yang disebut dengan ”14 T”. Pada pemeriksaan 14T selama kehamilan yang harus dilakukan oleh bidan yaitu: 1. Tanyakan dan Menyapa Ibu dengan Ramah 2. Temukan kelainan/ periksa daerah muka dan leher (gondok, vena jugularis eksterna), jari dan tungkai (edema), lingkar lengan atas dan panggul (perkusi ginjal), dan reflek lutut Jurnal Ilmiah Kebidanan
3. Tekan/ palpasi payudara (benjolan), perawatan payudara 4. Tentukan posisi janin (leopold I-IV) dan detak jantung janin 5. Tentukan keadaan (palpasi) liver dan limfa 6. Tingkatkan kesegaran jasmani (accu pressure) dan senam hamil 7. Tingkatkan pengetahuan ibu hamil ( penyuluhan) 8. Timbang berat badan dan ukur Tinggi badan 9. Ukur tekanan darah 10. Ukur tinggi fundus uteri 11. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid / TT lengkap 12. Terapi dan pencegahan anemia (tablet Fe) dan dan penyakit lainnya sesuai indikasi (gondok, malaria) 13. Tentukan kadar Hb dan periksa laboratoium (protein dan glukosa urine), sediaan vagina dan VDRL (PMS) sesuai indikasi 14. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan dimana ibu hamil maupun janin yang dikandungnya berada dalam risiko kematian. Angka kejadian kehamilan risiko tinggi kurang lebih 20 % dari semua kehamilan. pada umumnya kehamilan resiko tinggi dibagi menjadi dua faktor: 1. Faktor resiko dari ibu a. Usia Ibu b. Fertilitas c. Grande multipara d. Tinggi badan ibu kurang dari 145 cm e. Kebiasaan (Habits) : Perokok berat, pecandu narkoba, peminum alkohol. f. Riwayat Persalinan / Obstetrik yang jelek g. Riwayat Penyakit yang diderita h. Riwayat Operasi dan Trauma sebelumya 2. Faktor resiko dari janin a. Malpresentasi dan malposisi b. Bayi Kembar c. Perdarahan antepartum d. Kelainan congenital e. Hamil lebih bulan (post date) f. Poli dan atau Oligohidramnion g. Makrosomia h. Intrauterine Growth Restriction i. Janin mati dalam kandungan
Page 2
Bahaya yang dapat timbul sebagai akibat ibu hamil dengan risiko tinggi antara lain : a. Keguguran (abortus) b. Bayi lahir prematur (belum cukup bulan) c. Berat badan bayi lahir rendah (kurang dari 2500 g) d. Bayi mati dalam kandungan e. Bayi dengan cacat bawaan f. Ibu mengalami perdarahan yang dapat berakibat ibu meninggal dunia g. Ibu mengalami keracunan kehamilan (toksemia gravidarum) h. Penyakit ibu menjadi lebih berat (payah jantung s.d gagal jantung, asma berat, diabetes mellitus) i. Persalinan lama dan atau macet j. Kegawatan sehingga bayi harus dilahirkan dengan operasi Caesar Batasan pengisian skrining antenatal deteksi dini ibu hamil risiko tinggi dengan menggunakan kartu skor Poedji Rochjati berupa kartu skor yang digunakan sebagai alat skrining antenatal. 1. Manfaat Kartu Skor Poedji Rochjati: a. Menemukan faktor risiko Bumil b. Menentukan Kelompok Risiko Bumil c. Alat pencatat Kondisi Bumil 2. Fungsi Skor Poedji Rochjati a. Melakukan skrining atau deteksi dini Risiko Tinggi Ibu Hamil b. Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan c. Mencatat dan melapor keadaan kehamilan, persalinan dan nifas d. Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana e. Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,nifas dengan kondisi ibu dan bayinya. 3. Cara pemberian skor a. Skor awal X, sama untuk semua ibu hamil. b. Skor awal X+Y, nilai Y adalah skor dari faktor risiko kelompok I ditemukan pada kontak pertama c. Jumlah skor tetap atau bertambah d. Jumlah skor tidak akan berkurang walaupun gejala klinis dari faktor risiko tersebut tidak ada Faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji Rochjati dikelompokkan menjadi Jurnal Ilmiah Kebidanan
4. Faktor risiko pada ibu hamil oleh Poedji Rochjati dikelompokkan menjadi: a. Kelompok Faktor Risiko I (Ada potensi risiko) a) Primi Muda Terlalu Muda hamil pertma umur 16 tahun atau kurang b) Primi Tua Primer (a) Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau lebih (b) Terlalu lambat hamil. Setelah kawin 4 tahun lebih c) Primi Tua Sekunder d) Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih e) Terlalu cepat punya anak lagi, anak terkecil usia kurang 2 tahun f) Grande Multi Terlalu banyak punya anak 4 atau lebih g) Terlalu Tua (a) Umur ≤ 35 tahun (b) Hamil umur 35 tahun atau lebih h) Terlalu pendek (a) Tinggi Badan ≤ 145 i) Pada hamil pertama, kedua atau lebih belum pernah melahirkan normal j) Pernah gagal pada kehamilan yang lalu k) Pernah melahirkan dengan : (a) Tarikan (b) Uri dikeluarkan oleh penolong (c) Pernah diinfus atau transfusi pada pendarahan post partum l) Bekas Operasi Sesar b. Kelompok Faktor Risiko II ( Ada Risiko ) a) Ibu Hamil Dengan Penyakit : (a) Anemia : Pucat, lemas badan lekas lelah (b) Malaria: Panas Tinggi, Menggigil keluar keringat, sakit kepala (c) Tuberculosa Paru (d) Payah Jantung (e) Penyakit lain : HIV-AIDS, Penyakit Menular Seksual b) Pre eklampsia Ringan c) Hamil Kembar/ gemeli d) Kembar Air/ Hidramnion e) Bayi mati dalam f) Hamil lebih bulan (Serotinus) g) Letak Sungsang Page 3
h) Letak Lintang c. Kelompok Faktor Risiko III (Ada Gawat Darurat) a) Perdarahan sebelum bayi lahir Mengeluarkan darah pada waktu hamil, sebelum kelahiran bayi b) Pre eklamsia Berat dan atau Eklamsia Hubungan Sikap Bidan Dalam Pemeriksaan 14T dengan Deteksi Dini Resiko Tinggi Kartu Skor Poedji Rochjati Pada Kehamilan: Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stymulus atau obyek dan setelah seseorang mengetahui stymulus atau obyek, proses selanjutnya akan menilai. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan obyek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek tersebut, seperti halnya bidan yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang pemeriksaan 14T maka bidan akan memiliki sikap yang positif tentang pemeriksaan 14T sehingga bidan akan melakukan deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dengan melaksanakan pengisian kartu skor Poedji Rochjati yang mana untuk mencegah terjadinya terlambat dalam melakukan rujukan pada ibu hamil ataupun saat persalinan ketika terjadi komplikasi. Metode Penelitian Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah observasional. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian Analitik. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Cross Secttional. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bidan diwilayah kerja Puskesmas Kademangan sampai dengan bulan Februari tahun 2012 yaitu sebanyak 42 bidan. Dan teknik sampling yang di gunakan adalah tehnik quota sampling yaitu penetapan sampel berdasarkan kapasitas yang diperlukan dalam penelitian, yang mempunyai pengaruh terbesar yang bersifat non probability samplin. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 37 bidan. Pengumpulan data dengan menggunakan lembar kuesioner pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar serta lembar KMS yang dibawa oleh ibu saat datang ke Posyandu. Pengolahan data dengan menjumlahkan jawaban masing-masing responden dan dikriteriakan sesuai dengan tingkatan mengetahui, memahami serta mengaplikasikan Jurnal Ilmiah Kebidanan
kemudian untuk menguji tingkat hubungan antara 2 variabel digunakan uji chi-square. Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari total 37 bidan hampir setengah bidan bersikap positif tentang pemeriksaan 14T dan melakukan deteksi dini resiko tinggi kartu Skor Poedji Rochjati yaitu sebanyak 18 bidan (48,6%). Berdasarkan uji kai kuadrat dengan X² tabel 3,84 didapatkan X² hitung 6,68 > 3,84 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap bidan tentang pemeriksaan 14T dengan deteksi dini resiko tinggi kartu Skor Poedji Rochjati di Wilayah Kerja Puskesmas Kademangan Kabupaten Blitar tahun 2012. Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stymulus. Sementara itu sikap merupakan sesuatu yang dipelajari melalui pengamatan, pendengaran dan pengalaman. Sikap yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada seseorang yang bersikap tanpa pengetahuan. Sesuai dengan teori dan fakta diatas bahwa semakin baik sikap bidan terhadap pemeriksaan 14T maka akan berdampak pada perilakunya dalam melaksanakan deteksi dini dengan mengisi kartu Skor Poedji Rochjati. Hubungan yang positif atau negatif antara individu dengan obyek tertentu, akan menimbulkan sikap tertentu pula dari individu terhadap obyek tersebut, seperti halnya bidan yang telah memiliki pemahaman yang baik tentang pemeriksaan 14T maka bidan akan memiliki sikap yang positif tentang pemeriksaan 14T sehingga bidan akan melakukan deteksi dini resiko tinggi pada ibu hamil dengan melaksanakan pengisian kartu skor Poedji Rochjati dan sebaliknya. Kesimpulan 1. Dari total 37 responden sebagian besar responden bersikap positif terhadap pemeriksaan 14T yaitu sebanyak 23 (62,2%) responden. 2. Dari total 37 responden, sebagian besar dari responden melaksanakan deteksi dini resiko tinggi kartu Skor Poedji Rochjati yaitu sebanyak 23 (62,2%) responden. 3. Berdasarkan uji kai kuadrat dengan X² tabel 3,84 didapatkan X² hitung 6,68 > 3,84 sehingga Ho ditolak dan Hı diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap bidan tentang pemeriksaan 14T dengan Page 4
deteksi dini resiko tinggi kartu Skor Poedji Rochjati di Wilayah Kerja Puskesmas Kademangan Kabupaten Blitar tahun 2012. Saran 1. Perlunya KIE (komunikasi, informasi dan edukasi) tentang pemeriksaan 14T dan pentingnya deteksi dini resiko tinggi dalam kehamilan. 2. Bagi institusi diharapkan proaktif untuk melakukan atau menjalin kerjasama dengan Puskesmas dalam meningkatkan sikap positif bidan dalam pemeriksaan 14T dan melaksanakan deteksi dini dengan mengisi kartu Skor Poedji Rochjati. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan wacana dalam penelitian selanjutnya Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 209 Asmadi, Tengku. 2003. Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 24. Alimul Hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan: Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 86. Azwar, S. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 24, 156. BKKBN. 2002. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta: Balai Pustaka. Hal 98. DEPKES. 2003. Asuhan Kehamilan. Jakarta: BKKBN. Hal 1. Heri, Saputra. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 23. Hidayat, S. 2003. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.Hal 81 Kusmiyati, Yuni. 2010. Penuntun Praktikum Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya. Hal 192. Nasir. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Niken Meilani, Nanik Setiyawati, Dwiana Estiawadani, Sumarah. 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Penerbit Fitramaya. Hal 94-96. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta:
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Rineka Cipta. Hal 43, 64, 88, 125, 129, 138. Nursalam.2003. Konsep-konsep Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi I. Jakarta: Salemba Medija. Hal 79, 93,96, 97-98,101,106, 115, 118 - 119. Poltekkes, DEPKES. 2010.Standar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal 1. Prawirohardjo,Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Hal 89-91. Pudiastuti, Ratna. 2010. Pentingnya Menjaga Organ Kewanitaan. Jakarta: Indeks. Hal 1. Silalahi, Ulber. 2003. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Hal: 38. Sofyan, Mustika. 2006. Bidan Menyongsong masa Depan. Jakarta: PP IBI, Cetakan VII. Hal 15. Subari. 2010. Buku Asuhan Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Medika. Hal 1. Metode Penelitian Sugiyono. 2005. administrasi. Cetakan VIII. Bandung: Alfa Beta. Hal 146. Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 1-4. Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan.2003. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern. Surabaya : Pustaka Agung Harapan. Hal: 243. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Edisi IV. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 110111, 145. Wawan. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal 12, 23, 34. 37 Wikipwdia. 2010. Konsep Keluarga. www. Wikipedia. Org. Diakses tanggal 9 Oktober 2011 jam 19.13 WIB.
Page 5
HUBUNGAN SIKAP DENGAN PERILAKU IBU POST PARTUM TENTANG PEMBERIAN COLOSTRUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG NIFAS RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNGTAHUN 2012 Oleh : KHORIDATUL JANNAH NUNIK NINGTIYASARI S.Si.T ERIK EKOWATI, SST
Colostrum Is the first fluid secreted by themammary glandsfrom1 to 3 days after delivery. Most of the mothers postpartum did not give colostrums to their infants, because they don’t know the benefits that exist in the colostrum. The study was conducted on March 19, up to 31 March 2012. The population is all women postpartum: 86 respondents. Sampling with accidental sampling technique. Number of samples 40 respondents. Data were collected by questionnaires and observation sheets, processed and presented in the form of cross tabulation using the Chi-Square test statistic: 0.05 using a computer. The results of Chi-Square statistical tests 0.002<0.05 so that Ho is rejected, which means there is a relationship between attitudes to post-partum maternal behavior on giving colostrums to the new born. The study found that most of the post partum mother being negative and not give colostrums to their infants. Pendahuluan Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai ke 3-5 (Suradi, 2008). Colostrum mengandung protein, zat penangkal infeksi, mineral (terutama K, Na dan Cl) dan vitamin yang larut dalam lemak (A, D, E dan K). Dengan keunggulan yang dimiliki colostrum, cukup jelas bahwa bayi yang memperoleh ASI sedini mungkin akan terhindar dari kemungkinan terjadinya gangguan pencernaan, infeksi usus dan penyakit lainnya (Rosita, 2008). Berdasarkan hasil penelitian di Jakarta menunjukkan sebagian besar para ibu menghindari pemberian colostum (Hapsari, 2001). Berdasarkan data hasil penelitian di Yogyakarta sebagian dari ibu melahirkan tidak menyusukan ASI pertamanya karena berbagai alasan yaitu adanya larangan dari orang tua untuk menyusukan ASI pertamanya karena dianggap kotor dan karena kurangnya pengetahuan dari ibu tentang manfaat colostrum kepada bayinya, justru colostrum yang keluar dibuang oleh ibu (Muchtadi, 2004: 12). Berdasarkan data dari Kabupaten/Kota diketahui bahwa cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif di Jawa Timur pada tahun 2010 sebesar 30,72%. Cakupan tersebut menurun dibandingkan tahun 2009 dan belum dapat mencapai target yang ditetapkan sebesar 80% Jurnal Ilmiah Kebidanan
(Dinkes Jawa Timur, 2010). Di Tulungagung pada tahun 2009 cakupan bayi yang mendapat ASI Eksklusif sebesar 56,03% (Depkes Tulungagung, 2009). Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan sikap dengan perilaku ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir di RSUD dr. Iskak Tulungagung Tahun 2012. Tinjauan Pustaka Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Menurut Walgito (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain: 1. Faktor Internal a. Faktor fisiologis b. Faktor psikologis 2. Faktor Eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Informasi e. Hambatan f. pendorong Cara pengukuran sikap secara garis besar dapat dibedakan secara langsung dan secara tidak langsung. Secara langsung misalnya mengukur sikap dengan wawancara bebas, pengamatan langsung atau dengan Page 6
survey. Pengukuran sikap dengan cara tidak langsung ialah pengukuran sikap dengan menggunakan tes (Notoatmodjo, 2003). Skala sikap menggunakan skala Likert. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala Likert dengan skor adalah sebagai berikut: No. Pernyataan STS TS S SS 1. Negatif 4 3 2 1 2. Positif 1 2 3 4 Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju (Hidayat, 2007) Data-data tersebut kemudian dirubah menjadi skor T dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan: X : Skor responden : Mean skor kelompok X S : Standar deviasi skor kelompok. Skor mean T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang: 1. Sikap positif : skor T ≥ mean T 2. Sikap negatif : skor T < mean T (Azwar, 2007: 156) Kemudian sikap positif dan negatif responden dibandingkan dengan jumlah semua responden dan dikalikan 100%. Berikut rumus perhitungan prosentase menurut Nursalam (2003: 113):
P=
Sp x 100% Sm
Keterangan: P : Prosentase Sp : Skor yang diperoleh Sm : Skor maksimal Menurut Skiner (1938) Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2003: 144). Perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu perilaku tertutup dan terbuka. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau dibentuk oleh tiga faktor, yaitu:
Jurnal Ilmiah Kebidanan
1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor) yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung (enabling factor) yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. 3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain. Menurut Guttman (Hidayat, 2007) pengukuran perilaku dapat diukur dengan menggunakan jawaban ya atau tidak, sebagai berikut: 1. Tidak :0 2. Ya :1 Ibu nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009: 2). Colostrum adalah ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah kelahiran bayi. Colostrum merupakan cairan yang agak kental berwarna kekuningkuningan, lebih kuning dibanding ASI matur, bentuknya agak kasar karena mengandung butiran lemak dan sel epitel (Retna, 2009: 25). Menurut Kodrat (2010) kandungan zat-zat dalam colostrum adalah: 1. Colostrum memiliki dua kali lipat kadar protein dibanding ASI biasa. 2. Colostrum mengandung kadar gula yang rendah 3. Vitamin yang terkandung dalam colostrum adalah vitamin A, B6, B12, C, D dan K. 4. Zat mineral yang ada di dalam colostrum sama seperti zat besi dan kalsium. banyak mengandung 5. Colostrum immunoglobulin (Ig) 6. Leukosit, sel ini menghasilkan antibodi yang berperan melindungi bayi dari infeksi pernafasan dan saluran pencernaan bayi. 7. Laktoferin yang mampu mengikat zat besi. 8. Lisosim yang dapat melindungi bayi terhadap bakteri dan virus yang merugikan. 9. Berbagai macam enzim pencernaan yang bagus untuk tubuh (lipase, amylase, protease). Page 7
Hubungan Sikap Dengan Perilaku Ibu Post Partum Tentang Pemberian Colostrum Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap (attitude) sedangkan sikap yang terbentuk dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge). Demikian juga disini perilaku ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir bisa saja dipengaruhi oleh sikap ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir (Notoatmodjo, 2003). Terbentuknya suatu perilaku, dimulai dari pemahaman informasi (stimulus) yang baik, kemudian sikap yang ditunjukkan akan sesuai dengan informasi. Kemudian sikap akan menimbulkan respons berupa perilaku atau tindakan terhadap stimulus atau objek tadi. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional, Desain penelitian dalam penelitian ini adalah analitik, dengan pendekatan “Cross Sectional". populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum di Ruang Nifas RSUD dr. Iskak Tulungagung sejumlah 86 ibu post partum. Penelitian ini dilaksanakan tanggal 19 Maret sampai dengan 1 April 2012 di Ruang Nifas RSUD dr. Iskak Tulungagung. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap editing, coding, scoring dan tabulating kemudian dilakukan uji statistik menggunakan Chi-Square. Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil uji silang antara sikap dengan perilaku ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru dari 40 responden, sebagian besar dari responden atau 23 (57,5%), dan 22 (55%) responden tidak memberikan colostrum. Berdasarkan tabel uji statistik Chi Square didapatkan nilai p value 0,002<0,05 sehingga Ho ditolak, yang berarti ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir di Ruang Nifas RSUD dr.
Iskak Tulungagung tahun 2012. Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), oleh karena itu perilaku kesehatan juga sejalan dengan sikap kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Hal ini sesuai dengan konsep “K-A-P” Perilaku (Knowledge-Attitute-Practice) seseorang dipengaruhi oleh sikap (attitude) sedangkan sikap yang terbentuk dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge). Demikian juga Jurnal Ilmiah Kebidanan
disini perilaku ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir bisa saja dipengaruhi oleh sikap ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir. Dalam penelitian yang dilakukan pada periode tanggal 19 Maret sampai dengan 31 Maret 2012, menurut peneliti sikap negatif seseorang dipengaruhi oleh kurangnya informasi yang mereka dapat, sehingga sikap tersebut berpengaruh pula pada perilaku yang akan dilakukan oleh seseorang. Kesimpulan 1. Sikap responden yang negatif sebanyak 23 (57,5%) responden dari total 40 responden dan yang tidak memberikan colostrum sebanyak 22 (55%) responden. 2. Setelah dilakukan perhitungan Chi Square dengan menggunakan bantuan komputer diketahui bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 40 responden yang terdapat di Ruang Nifas RSUD dr. Iskak Tulungagung menunjukkan bahwa nilai p value 0,002<0,05 sehingga Ho ditolak artinya “Ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu post partum tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir di Ruang Nifas RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012”. Saran 1. Bagi tempat penelitian Diharapkan lebih memberikan informasi tentang pentingnya pemberian colostrum pada bayi baru lahir kepada ibu hamil atau ibu post partum sehingga dapat menurunkan Angka Kematiam Bayi (AKB) 2. Bagi responden Diharapkan ibu/responden untuk memberikan colostrum untuk bayinya sehingga di kemudian hari dapat mencegah terjadinya penyakit pada bayi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti dapat lebih mengembangkan dan meningkatkan lebih lanjut penelitianya tentang pemberian colostrum pada bayi baru lahir. 4. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk meneruskan penelitian ini dengan lebih baik lagi.
Page 8
Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 209. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.130, 235- 236. Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 156. Depkes RI, 2009. Buku Panduan PWS-KIA. Hal 1-2. Hastanto, Sutanto. 2001. Modul Analisis Data. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hal 113, 115. Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 102 2011 http//:www.depkes.tulungagung.go.id. Profil DepKes Tulungagung 2010. diakses pada tanggal 14 Oktober 2011 pukul 14.30 WIB http//:www.dinkes.jatimprov.go.id. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur 2010. diakses pada tanggal 14 Oktober 2011 pukul 14.00 WIB Kodrat, Laksono. 2010. Dahsyatnya ASI & Laktasi Untuk Kecerdasan Buah Hati Anda. Yogyakarta: Media Baca. Hal 36-44 Muchtadi, Deddy. 2002. Gizi Untuk Bayi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal 12 Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 48, 145. _________. 2003. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 130, 132.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
_________. 2005. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 43, 64, 138. Nursalam. 2003. Konsep-konsep Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi I. Jakarta: Salemba Medija. Hal 79, 93,96, 97-98,101,106,119. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal 59,91,111. Purnomo,Windhu. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Universitas Airlangga. Hal 23,27. Retna, Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia. Hal 25 Roesli, Utami. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta: Puspa Swara. Hal 13 Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika. Hal 4-5 Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nusa Medika. Metode Penelitian Sugiyono. 2004. Administrasi. Cetakan VIII. Bandung: Alfabeta. Hal 73-76. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Edisi IV. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 110-111, 145 Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jakarta: Nuha Medika.
Page 9
ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN SIKAP TENTANG PEMANFAATAN BUKU KIA OLEH KADER POSYANDU STUDY PADA KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JUNJUNG KECAMATAN SUMBERGEMPOL KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : SITI MARYAM, SST. M.Kes Cadre knowledge has very important role in applying posyandu in the field so its existence need to be maintained. Percentage of active cadre is about 69,2% and drop out cadre is 30,8%. Posyandu revitalization, nationally proclaimed by mendagri in 2001, so the research good to know knowledge and attitude relationship of KIA book usage by posyandu cadre study in posyandu cadre in work area of Puskesmas Junjung Sumbergempol city Tulungagung districk in the year of 2012. Design observation analytical research is research types using time approach crossectional. The result of research shows that of respondent have good knowledge is 12 respondent (60%) from the total of 20 respondent, attitude most respondent have positive attitude i.e.11 respondent (55%) while the result of statistic test Chi Square fiand out p value = 0,001 significance =0,05 so Ho rejected and Hi received which mean that there are significance relationship between knowledge and cadre attitude about KIA book usage. Pendahuluan Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan dan anak. Kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih belum menggembirakan. Hal tersebut terlihat dari, masih tingginya angka kematian ibu (AKI) yaitu 334 per seratus ribu kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir 21,8 per seribu kelahiran hidup (SDKI, 1977). Menurut data dari survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, AKI di Indonesia adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Masalah tersebut salah satunya dilatarbelakangi masyarakat yang kurang memetingkan kesehatan ibu dan anak yang mana jika ditelaah kurang memahaminya isi dari buku KIA. Posyandu merupakan salah satu bentuk pendekatan pertisipasi masyarakat di bidang kesehatan yang dikelola oleh kader posyandu yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas. Kader posyandu memiliki peranan penting karena merupakan pelayanan kesehatan (health provider) yang berada dekat kegiatan sasaran posyandu. Persentase kader aktif nasional adalah 69,2% dan kader drop out sebesar 30,8%. Revitalisasi posyandu secara nasional dicanangkan oleh Mendagri pada tahun 2001 sehingga upaya membangkitkan kinerja posyandu termasuk di dalamnya adalah kader posyandu (Surinah, 2007). Berdasarkan profil Kesehatan Jawa Timur tahun 2003, pada tahun 2002 jumlah posyandu mengalami penurunan sebanyak 1,145% posyandu dibandingkan Jurnal Ilmiah Kebidanan
tahun 2001. Demikian juga dengan jumlah kader aktif pada tahun 2002 mengalami penurunan 23,98% kader dibandingkan dengan tahun 2001 (Surinah, 2007). Tujuan Penelitian Mengetahui analisis hubungan pengetahuan dan sikap tentang pemanfaatan buku KIA oleh kader posyandu study pada kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Junj ung Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung tahun 2012. Metode Penelitian Jenis penelitiannya observasional, desainnya adalah analitik dengan pendekatan korelasi untuk menjelaskan hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Pendekatan waktu yang digunakan adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader posyandu di wilayah kerja Puskesmas Junjung di Kabupaten Tulungagung. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian dengan menggunakan tehnik total sampling dan setelah dilakukan kriteria inklusi dan eksklusi didapatkan jumlah sampel sebanyak 20 responden. Pengolahan data dengan menggunkan langkah editing, coding, scoring dan tabulating. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan dua variabel independen dan variabel dependen. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square. Page 10
Hasil Dan Pembahasan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 12 responden (60%) dari 20 total responden berpengetahuan baik tentang pemanfaatan buku KIA dan bersikap positif tentang pemanfaatan buku KIA. Berdasarkan hasil uji statistik Chi square menunjukkan bahwa semakin baik pengetahuan maka jumlah sikap positif semakin meningkat. Dari hasil perhitungan Chi square, diketahui bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 20 responden di wilayah Kerja Puskesmas Junjung Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Tahun 2012 menunjukkan 0.000 < 0.05 maka Ho ditolak dan Hi diterima artinya “ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap tentang pemanfaatan buku KIA”. Menurut Notoatmodjo (2003) hal ini dapat disebabkan oleh faktor pengetahuan yang memegang peranan penting dalam menentukan sikap karena pengetahuan akan membentuk kepercayaan yang selanjutnya akan memberikan perspektif pada manusia dalam mempersiapkan kenyataan, memberikan dasar bagi pengambilan keputusan dan menentukan sikap terhadap obyek tertentu. Pengetahuan yang dilatar belakangi oleh umur, pendidikan dan pengalaman yang akan cenderung berpengaruh positif pada sikap seseorang. Oleh karena itu sikap terhadap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan tentang kesehatan. Pengetahuan kader tentang pemanfaatan buku KIA merupakan salah satu faktor pendukung terbentuknya sikap kader posyandu yang mana dampak yang diharapkan yaitu sikap yang positif juga pada masyarakat tentang Pemanfaatan buku KIA yang diperlukan dalam pemantauan kesehatan ibu dan anaknya. Kesimpulan 1. Sebagian besar dari responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 12 responden (60%) dari total 20 responden. 2. Sebagian besar dari responden bersikap positif yaitu sejumlah 11 responden (55%) dari total 20 responden. 3. Berdasarkan hasil uji statistik Chi Square diperoleh p value = 0.001 dengan signifikan = 0.05 sehingga Ho ditolak dan Hi diterima yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap Kader tentang pemanfaatan buku KIA. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Saran 1. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan masyarakat (ibu) mau lebih meningkatkan pengetahuan di bidang kesehatan utamanya yang menyangkut masalah kesehatan dan dapat digunakan sebagai masukan dalam penyusunan program kesehatan tentang pemanfaatan buku KIA 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan memberikan motivasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan buku KIA melalui penyuluhan-penyuluhan atau atau memperbanyak iklan baik di media elektronik, media massa, ataupun pemasangan poster-poster. 3. Bagi Responder Diharapkan bagi kader kesehatan untuk menambah pengetahuannya tentang kesehatan utamanya tentang pemanfaatan buku KIA dengan cara mengikuti setiap kegiatan yang membawa informasi tentang kesehatan ibu dan anak. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan dapat menjadi wahana penelitian dan tambahan pengetahuan tentang hubungan pengetahuan dan sikap kader tentang pemanfaatan buku KIA. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. _______. 2000. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta. Azwar. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ______. 2009. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Dep Kes RI. Petunjuk Pelaksanaaan Program Peminat Kesehatan Ibu Dan Anak. Bina Kesehatan Keluarga. Jakarta. 1993. Dep Kes RI. Petunjuk Pelaksanaaan Program Peminat Kesehatan Ibu Dan Anak. Bina Kesehatan Keluarga. Jakarta. 2003. Hidayat. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. _______. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Page 11
Hasanbasri dkk. 2006 Kegiatan Pelayanan KIA, Bina Pustaka. Jakarta Iswanti, Cahyo dkk. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Bantul: Nuha Medika Ivander. 2007. Kesehatan Ibu. Jakarta: Salemba Medika. Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta . Meilani, Niken dkk, 2009. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Fitramaya. Men Kes RI. Gerakan Partisipatif Penyelamatan Ibu Hamil, Menyusui dan Bayi. Jakarta. 2003. Mochtar R. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Ed.2 Jakarta. Notoadmodjo. 2002. Pendidikan dan Perilaku Jakarta Salemba Kesehatan. Medika. _______. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. _______. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2001. Metodologi Penelitian. Jakarta: Salemba Medika. _______. 2003. Konsep-konsep Metodologi Penelitian Ilmu
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Ed. 1. Jakarta: Salemba Medika. Surinah, 2001. Posyandu dan Kader Tulungagung.co.id. Kesehatan. Accesed August 25th 2007 clock 10.15 a.m. Tesis Siti Maryam. 2011. Analsis Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Program SDIDTK Anak oleh Bidan di Kabupaten Tulunagung Propinsi Jawa Timur Tahun 2011. Undip. Semarang.
Page 12
STUDI KOMPARATIF BERAT BADAN SEBELUM DAN SESUDAH MENGGUNAKAN KB SUNTIK 3 BULAN DI BPS TITIN DESA BANGUNJAYA KECAMATAN PAKEL KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : MERLINDA DIYAS OCTIA RINI SULISTYOWATI, SST AINUN HANIFA, S.Si.T Shortage of injectable contraceptives, one of which weight gain. The Purpose of the study to determine maternal weight difference before and after using the 3-month injectable KB BPS Titin Bangunjaya Village Pakel District Tulungagung 2011. The research was conducted on February 13 to March 3, 2012. This type of research is pre experimental, analytical design using a design with ex post facto. Samples were taken with accidental sampling technique from 30 samples. Data were analyzed with the Wilcoxon test using SPPS program. The results obtained from a total of 30 family planning acceptors Injection 3 months, almost entirely of 24 respondents (80%) experienced weight gain after using the KB Syringe 3 months for 1 year. Test Wilcoxon Signed Rank Test statistic values obtained Exact Sig. (2-tailed) = 0.001 is smaller than the value of α 0.05, so that Ho is rejected, meaning that the weight difference before and after using the KB Syringe 3 Months in BPS Titin Bangunjaya Village District Pakel Tulungagung District. Pendahuluan Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengendalikan angka kelahiran (Bappenas, 2010: V.2). Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Masalahnya para akseptor KB suntik biasanya mengeluh tentang terjadinya peningkatan berat badan setelah beberapa kali menggunakan KB suntik. Tahun
Jumlah PUS
Akseptor KB Suntik 3 Bulan
Akseptor yang mengalami kenaikan BB
1
2008
6.185.410
487.183
270.951
2
2009
6.248.972
531.278
302.809
N o
Sumber: BKKBN Jatim 2010
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan tingginya akseptor KB Suntik 3 bulan yang mengalami kenaikan berat badan. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemakai KB Suntik 3 bulan mempunyai kecenderungan mengalami kenaikan berat badan. Pertambahan berat badan tersebut bisa saja menjadi salah satu penghalang suksesnya program Keluarga Berencana. Hal ini dikarenakan calon akseptor KB merasa takut gemuk kalau mengikuti KB suntik 3 bulanan (Nurwitasari, 2010). Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tujuan Penelitian Mengetahui perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik 3 bulan di BPS Titin desa Bangunjaya kecamatan Pakel kabupaten Tulungagung tahun 2012. Tinjauan Pustaka Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia nomor 52 tahun 2009 pasal 1 alinea 8 bahwa KB adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. sasaran program KB nasional 5 tahun mendatang seperti tercantum dalam RPJM (2004-2009) adalah sebagai berikut: 1. Menurunnya rata–rata laju pertumbuhan penduduk secara nasional menjadi 1,14% per tahun menurunkan angka kelahiran Total Fertility Rate (TFR) menjadi 2,2 per perempuan 2. Meningkatnya peserta KB pria menjadi 4,5% Menurut Prawiroharjo (2006: 42) Keuntungan KB suntik 3 bulan: 1. Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang 2. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri Page 13
3. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah 4. Tidak berpengaruh terhadap ASI 5. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik 6. Dapat digunakan untuk wanita usia 35 tahun sampai premenopause 7. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik 8. Menurunkan kejadian penyakit kanker payudara 9. Menurunkan krisis anemia bulan sabit Menurut Prawiroharjo (2006: 43) Kerugian KB suntik 3 bulan 1. Sering ditemukan gangguan siklus haid seperti memendek atau memanjang 2. Perdarahan yang banyak atau sedikit 3. Perdarahan tidak teratur atau bercak (spoting) 4. Tidak haid sama sekali 5. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering 6. Tidak menjamin terhadap perlindungan penularan penyakit menular seksual Efek samping KB suntik 3 Bulan terhadap perubahan berat badan: Pemakaian KB suntik 3 bulan mempunyai efek samping utama yaitu perubahan berat badan. Adapun faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan akseptor KB suntik 3 bulan adalah adanya hormon progesteron kuat sehingga merangsang hormon nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya, tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi ini oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Perubahan berat badan ini akibat adanya penumpukan lemak yang berlebih, hasil sintesa dari karbohidrat menjadi lemak (Mansjoer, 2003). Wanita yang menggunakan Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) ratarata mengalami peningkatan berat badan sebanyak 11 pon atau 5,5 kilogram, dan mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3 tahun pemakaian, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh University of Texas Medical Branch (UTMB) (Mansjoer, 2003: 354). Sebuah penelitian juga melaporkan peningkatan berat badan lebih dari 2,3 kilogram pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai
Jurnal Ilmiah Kebidanan
7,5 kilogram selama enam tahun (Varney, 2007: 483,484). Penanganan bila terjadi perubahan berat badan: 1. Informasikan bahwa dapat terjadi kenaikan atau penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg 2. Bila berat badan meningkat anjurkan untuk diet rendah kalori dan bila berat badan menurun anjurkan diet tinggi protein dan kalori 3. Bila berat badan berlebihan hentikan suntik KB dan anjurkan kontrasepsi lain Dampak peningkatan berat badan pada KB suntik 3 bulan Menurut Nurwitasari (2010) peningkatan berat badan yang berlebih dapat menyebabkan berbagai penyakit antara lain jantung, diabetes mellitus, hipertensi, kanker, sering menimbulkan beban psikologis bagi penderitanya, tubuh yang kehilangan bentuk akan sangat merisaukan terutama bagi wanita yang berhasrat untuk menurunkan berat badannya. Yang dapat menggunakan KB Suntik 3 Bulan Usia reproduksi: 1. Nulipara dan yang telah memiliki anak 2. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektiftas tinggi 3. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai 4. Setelah melahirkan dan tidak menyusui 5. Setelah abortus atau keguguran 6. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi 7. Perokok 8. Tekanan darah (180/110 mmHg), dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit 9. Menggunakan obat untuk epilepsy (fenitoin dan berbiturat) atau obat tuberculosis (rifampisin) 10. Tidak dapat memakai kontrasespsi pil 11. Anemia defisiensi besi 12. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil kontasepsi kombinasi yang tidak menggunakan kontrasepsi suntikan progestin Yang tidak boleh menggunakan KB Suntik 3 Bulan: 1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000 kehamilan) 2. Perdarahan pervaginan yang belum jelas penyebabnya 3. Tidak dapat menerima terjadinya ganguan haid terutama amenorea Page 14
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara diabetes mellitus disertai komplikasi (Sarwono, 2006: MK42). Berubahnya ukuran berat, baik bertambah atau berkurang akibat dari konsumsi makanan yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Menurut Suparyanto (2011: 56) Perubahan berat badan dibagi menjadi: 1. Berat badan meningkat atau naik jika hasil penimbangan Berat badan lebih besar dibandingkan dengan berat badan sebelumnya. 2. Berat badan tetap jika berat badan sama dengan berat badan sebelumnya. 3. Berat badan menurun jika hasil penimbangan berat badan lebih rendah di bandingkan berat badan sebelumnya. Penambahan berat badan ideal bila perubahan berat badan hingga ≥10% menandakan kesehatan terganggu (Arisman, 2004: 185). Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan tanggal 13 Februari s/d 3 Maret 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian pre eksperimen. Desain dari penelitian ini adalah analisis komparasi. Penelitian ini menggunakan rancangan ex post facto atau sering disebut dengan after the fact. Artinya, penelitian yang dilakukan setelah suatu kejadian itu terjadi. Dalam penelitian ini variabelnya adalah tunggal berpasangan yaitu variabel tunggal adalah perbedaan berat badan dan variabel berpasangan adalah berat badan sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan dan berat badan setelah menggunakan KB suntik 3 bulan. Populasi dalam penelitian ini adalah akseptor KB suntik 3 bulan yang berkumjung di BPS Titin rata-rata dalam 1 bulan sejumlah 50 akseptor. Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling, Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 responden. Langkah-langkah analisa data meliputi editing, coding, scoring, tabulating. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB suntik 3 bulan diperlukan tehnik uji statistik. Tehnik uji statistik yang dipilih, berdasarkan tujuan uji yaitu membedakan dan skala yang digunakan adalah ordinal maka tehnik uji yang di gunakan adalah Uji peringkat bertanda dari Wilcoxon signed rank test (Hidayat, 2007: 106). Hasil Dan Pembahasan Jurnal Ilmiah Kebidanan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari total 30 akseptor KB Suntik 3 bulan, hampir seluruhnya dari responden 24 (80%) berat badan sesudah menggunakan KB suntik 3 bulan adalah naik. Berdasarkan uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai Exact Sig.(2-tailed) = 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB Suntik 3 Bulan di BPS Titin Desa Bangunjaya Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung. Suntik KB adalah kontrasepsi yang menyuntikkan suatu sintesa progestin yang mempunyai efek seperti progesteron asli dari tubuh wanita (Prawiroharjo, 2006: 45). Akseptor KB Suntik 3 Bulan hampir seluruhnya mengalami kenaikan berat badan, hal tersebut menunjukkan bahwa kenaikan berat badan memang merupakan efek samping utama pada pemakaian KB Suntuk 3 Bulan. Kenaikan berat badan ini dikarenakan adanya hormon progesteron yang kuat pada pemakaian KB Suntik 3 bulan sehingga merangsang hormon nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya yang menyebabkan tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi tersebut oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit, sehingga dengan bartambahnya lemak tersebut akan meningkatkan berat badan pemakai KB Suntik 3 Bulan. Kesimpulan 1. Dari total 30 akseptor KB Suntik 3 bulan, seluruhnya dari responden 30 (100%) berat badan sebelum menggunakan KB suntik 3 bulan adalah tetap. 2. Dari total 30 akseptor KB Suntik 3 bulan, hampir seluruhnya dari responden 24 (80%) berat badan sesudah menggunakan KB suntik 3 bulan adalah naik. 3. Uji statistic Wilcoxon Signed Rank Test didapatkan nilai Exact Sig.(2-tailed) = 0,001 lebih kecil dari nilai α 0,05, sehingga Ho ditolak, artinya ada perbedaan berat badan sebelum dan sesudah menggunakan KB Suntik 3 Bulan di BPS Titin Desa Bangunjaya Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung Saran 1. Bagi Peneliti Dapat dijadikan sebagai pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud Page 15
Tridharma pendidikan 2. Bagi Responden (Akseptor KB 3 Bulan) Disarankan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya tentang KB suntik 3 bulan melalui konsultasi dengan bidan atau petugas kesehatan lain 3. Bagi Tempat Penelitian (BPS Titin) Hendaknya lebih banyak memberikan wawasan kepada aksptor KB tentang efek samping KB Suntik 3 bulan sehingga lebih bisa memahami efek samping dari KB Suntik 3 bulan. 4. Kepada Institusi Pendidikan (Prodi D III Kebidanan Universitas Tulungagung) Hendaknya mengadakan seminarseminar akademik/ilmiah yang berhubungan dengan kontrasepsi kepada masyarakat khususnya pasangan usia subur, sehingga masyarakat lebih memahami tentang kontrasepsi dan efek sampingnya, dengan harapan masyarakat lebih teliti dalam memilih dan menggunakan kontrasepsi. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 209. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Buku Kedokteran ECG. Jakarta. Hal: 185. Arum. DNS dan Sujiyatini. 2009. Panduan Lengakap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Hal: 28, 31, 169, 206. Binadiknakes. 2001. Pengaruh KB Suntik Terhadap Perubahan Berat Badan. Edisi No 17. BKKBN Kabupaten Tulungagung. 2011. Profil Kesehatan Kabupaten Tulungagung 2010. Tulungagung: Dinkes. BKKBN Jawa Timur. Profil Kesehatan Jawa Timur. Surabaya: Dinkes. BKKBN. 2011. Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN. Furchan, A. 2002. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 383. Hartanto, Hanafi. 2003. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka. Sinar Harapan. Hal: 98, 106-107, 113, 116, 118, 121, 163. Hidayat, Alimul Aziz. 2003. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 34. Mansjoer. 2003. Pengaruh KB Suntik terhadap Perubahan Berat Badan. http://mutupelayananseorangbidan.blo gspot.com/2011/02_01archive... Mochtar R. 2002. Sinopsis Obstetri. ed 3. Jakarta: EGC. Hal: 24. Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam. 2003. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Infomedika. Hal: 81, 96-97, 100-101, 119. Nurwitasari, Dyah. 2010. Perbedaan antara penggunaan KB suntik dan KB pil dengan peningkatan berat badan. digilib.unimus.ac.id. 14/11/2011. 10.55. Buku Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 42-43, 45-46. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hal: 472. Renstra 2005-2009. Rencanan Strategis Perkembangan Program KB di Indonesia. Jakarta: BKKBN. Saifuddin. AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 168, 171. Silalahi, Ulber. 2003. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Hal: 38. Sugiono. 2003. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Alfabeta. Hal: 133. Supariasa, I.D.N. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Hal: 56. Suzilawati. 2009. Keluarga Berencana (KB) Dan Alat Kontrasepsi Suntik. suparyanto.web.id. 12/11/2011. 10.15 AM. Suparyanto. 2011. Keluarga Berencana (KB) Dan Alat Kontrasepsi Suntik. suparyanto.web.id. 12/11/2011. 10.55 AM. Hal. 56. Varney. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta: EGC. Hal: 483-484. Wiknjosastro. 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 534
Page 16
HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RUANG MAWAR RSUD dr. ISKAK KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2011 Oleh : RATIH INDRA DRIVIANA NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T AINUN HANIFA, S.Si.T Asphyxia is a condition in which the newborn is not breathing spontaneously immediately after birth and regularly. Study aims to determine the relationship between low birth weight with neonatal asphyxia event in the Rose Room Hospital dr. Iskak Tulungagung in 2011. The purpose of this study tends to examine the association between low birth weight with the incidence of neonatal asphyxia in the Rose Room Hospital dr. Isaac Tulungagung in 2011. The research was conducted in September 2011. This type of research in this study was observational, analytical research design that is corelasional crossectional approach. . The
population in this study is All neonates in the Rose Room Hospital dr. Iskak Tulungagung District. Samples were taken with the technique of sampling a total of 112 samples. Data were analyzed by Chi Square test using SPPS program. Chi Square test statistic with a 0.05 earned significant p value 0.001 where 0.001 <0.05, so H0 is rejected and H1 accepted, meaning there is a relationship between the incidence of LBW in the incidence of neonatal asphyxia in hospitals dr. Iskak Tulungagung in 2011. Pendahuluan BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh. Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita. Asfiksia neonatorum bisa menyebabkan pendarahan otak dan hidrosefalus. Sementara untuk AKB, berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 diperoleh AKB sebesar 26,9/1000 KH, tahun 2009 sebesar 25/1000 KH. Adapun target AKB pada MDG’s 2015 sebesar 17/1000 KH. Sedangkan penyebab kematian neonatal pada tahun 2009 antara lain karena BBLR 29%, asfiksia 27%, masalah pemberian minum 10%, tetanus 10%, gangguan hematologi 6%, infeksi 5% dan lain-lain 13% (Rachmawaty, 2009 : 1). Menurut Dirjen Bina Gizi dan KIA (2011: iii) tingginya angka kejadian dan angka kematian BBLR salah satunya diakibatkan komplikasi seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia. Asfiksia neonatorum dikategorikan kasus kedaruratan neonatal, bahkan sangat berisiko neonatal. untuk terjadinya kematian Diperkirakan bahwa sekitar 23% seluruh angka kematian neonatus di seluruh dunia disebabkan Jurnal Ilmiah Kebidanan
oleh asfiksia neonatorum, dengan proporsi lahir mati yang lebih besar. Bayi dengan BBLR/prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya terutama paru-paru sehingga sangat peka terhadap gangguan pernafasan yang berdampak pada asfiksia (Saifudin, 2005: 167). Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara berat badan lahir rendah dengan kejadian asfiksia neonatorum di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2011. Tinjauan Pustaka Berat Badan lahir Rendah (BBLR) juga dapat diartikan sebagai bayi yang lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan (Depkes RI, 2009). Faktor-faktor yang berhubungan
dengan BBL: 1. Ibu hamil pada umur : a. Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun b. Jarak kehamilan terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) 2. Ibu dengan keadaan : a. Mempunyai BBLR sebelumnya
Page 17
b. Mengerjakan pekerjaan fisik beberapa jam tanpa istirahat c. Sangat miskin d. Beratnya kurang dan kurang gizi e. Perokok, pengguna obat terlarang, alcohol 3. Ibu hamil dengan masalah-masalah seperti a. Anemia berat b. Pre eklamsia atau hipertensi c. Infeksi selama kehamilan d. Kehamilan ganda 4. Bayi dengan : a. Cacat bawaan b. Infeksi selama dalam kandungan Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir rendah: 1. Status gizi ibu hamil 2. Asupan nutrisi pada ibu hamil 3. Usia ibu hamil 4. Jarak kehamilan ibu yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) 5. Kebiasaan dan gaya hidup ibu hamil 6. Komplikasi yang dialami ibu selama hamil 7. Penyakit yang menyertai kehamilan 8. Usia gestasi pada saat bayi lahir Masalah-masalah BBLR: 1. Asfiksia 2. Gangguan napas 3. Hipotermi 4. Hipoglikemi 5. Masalah pemberian ASI 6. Infeksi 7. Hiperbilirubinemia 8. Masalah perdarahan BBLR perlu mendapat perhatian dan tatalaksana yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat “Pelayanan Neonatal Esensial” yang terdiri atas : 1. Persalinan yang bersih dan aman 2. Stabilisasi suhu 3. Inisiasi pernapasan spontan 4. Pemberian ASI dini dan eksklusif 5. Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam : 1. Skor Apgar : 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan Jurnal Ilmiah Kebidanan
tindakan istimewa. 2. Asfiksia sedang. Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 3. Asriksia berat. Skor apgar 0-3. Pada pemeriksaan finis ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadarig-kadang pucat, refleks-iritablitas tidak ada. Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Konsep Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Asfiksia Neonatorum Berat badan lahir rendah akan menimbulkan komplikasi medis yang lebih berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas janin yang dilahirkan, hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung, perdarahan intraventikuler, 50% bayi prematur menderita perdarahan intraventikuler. Hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apneu, afiksia berat dan sindroma gangguan pernapasan (Dedy, 2008). BBLR bisa kurang, cukup bulan atau lebih bulan semuanya berdampak pada proses adaptasi pernafasan waktu lahir sehingga mengalami asfiksia lahir. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan “Cross Sectional". Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh neonatus yang ada di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung bulan September 2011 sejumlah 112 neonatus. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis non probability sampling dengan metode total sampling. Jumlah sampel dalam penelitan ini adalah 112 responden. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap editing, coding, scoring, tabulating. Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji Page 18
yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data berat badan bayi yaitu nominal dan asfiksia neonatorum adalah nominal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Chi Square. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 112 neonatus sebagian besar 62 (55,36%) adalah BBLN dan tidak mengalami asfiksia neonatorum. Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 didapatkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara BBLR dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Menurut Dirjen Bina Gizi dan KIA (2011: iii) tingginya angka kejadian dan angka kematian BBLR salah satunya diakibatkan komplikasi seperti Asfiksia, Infeksi, Hipotermia, Hiperbilirubinemia. Bayi dengan BBLR/prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya terutama paru-paru sehingga sangat peka terhadap gangguan pernafasan yang berdampak pada asfiksia. Berat badan lahir rendah akan menimbulkan komplikasi medis yang lebih berpengaruh terhadap morbiditas dan mortalitas janin yang dilahirkan, hal ini disebabkan oleh kekurangan surfaktan, pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah Teori tersebut sesuai dengan fakta di RSUD dr. Iskak dimana sebagian besar dari neonatus mempunyai berat badan lahir normal, sehingga dengan berat badan lahir normal tersebut menyebabkan neonatus tidak mengalami asfiksia neonatorum. Namun demikian juga ada sebagian kecil kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak, hal tersebut dikarenakan ada juga sebagian kecil responden yang lahir dengan BBLR dimana bayi dengan BBLR/prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya terutama paru-paru sehingga sangat peka terhadap gangguan pernafasan yang berdampak pada asfiksia. Kesimpulan 1. Dari total 112 neonatus yang ada di RSUD dr. Iskak Tulungagung, sebagian besar dari responden 81 (72,32%) mempunyai berat badan lahir normal. 2. Dari total 112 neonatus, sebagian besar 73 (65,18%) neonatus yang ada di RSUD dr. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Iskak Tulungagung tidak mengalami asfiksia neonatorum. 3. Berdasarkan uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 didapatkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara BBLR dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Saran 1. Bagi Tempat Penelitian Disarankan hendaknya meningkatkan kemampuan dalam pengawasan dan pelayanan antenatal serta penanganan neonatus dengan komplikasi dengan memberikan pelatihan yang berkelanjutan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. 2. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan tentang pengawasan antenatal paripurna dan teratur 3. Bagi Tenaga Kesehatan Hendaknya dapat memberikan pengawasan dan penatalaksanaan yang tepat serta pengurangan kejadian BBLR dan asfiksia neonatorum dapat lebih ditekan. 4. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan penelitian selanjutnya dapat meneliti data-data pendukung terhadap hubungan kejadian BBLR dengan asfiksia neonatorum dengan mengambil data primer, sehingga faktor yang berpengaruh terhadap keduanya dapat diketahui. Daftar Pustaka Agus. 2011. Pentingnya Tangis Pertama Bayi. generasikita.web.id.11/11/2011 11.21 AM. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 111. Bobak, Irene. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Dedy, dkk. 2008. Hubungan BBLR Dengan Asfiksia Neonatorum. gtcommunitys.blogspot.com. 23/11/2011. 14.01. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Manajamen Bayi Berat Lahir
Page 19
Rendah Untuk Bidan Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI. Hal: 10,13,14,20. Departemen RI. 2005. BBLR dan Penatalaksanaannya. Jakarta: Depkes RI. _________. 2007. Profil Kesehatan di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Pencegahan dan _________. 2008. Penataksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Depkes RI. _________. 2009. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: DepKes RI. Hal: 25. _________. 2009. Manajamen Bayi Berat Lahir Rendah Untuk Bidan Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI. Hal: 10,13,14,20. Dirjen Bina Gizi. 2011. Kejadian BBLR di Gizi.KIA.depkes.go.id, Indonesia. 12/11/2011. 09.18 AM. Hidayat, Alimul, A. 2003. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 43, 50, 67, 68, 81, 121. _________. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 43, 50, 67, 68, 81, 121. _________. 2008. Praktikum Ketrampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 166. Manuaba, IBG. 2002. Buku Ajar Patologi Obstetri – Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Mohctar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakrta : EGC Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia. Hal: 124, 126. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. ________. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 69, 142, 145. ________. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 103, 124, 130. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal: 59, 91, 94, 111.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 381. _________. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 753-757, 763-764. Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. ________. 2003. Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. ________. 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Santrock, J. W.. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga. Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Hal : 54. Silalahi, Amin. 2003. Metodologi dan Studi Kasus, cetakan pertama. Jakarta: CV. Citramedia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal: 38-39, 80. Sunarto, dkk. 2010. Hubungan Antara Hipertensi, Proteinuria Ibu Preeklampsia Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSU dr. Harjono S. Ponorogo. Jurnal Peneltian Suara Forikes. Vol. I. No. 4. Oktober 2010. Wijaya. 2009. Hubungan antara umur kehamilan ibu pada saat bayi lahir dengan kejadian asfiksia di Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Tenggara. Karya Tulis Ilmiah. Tidak Diterbitkan.
Page 20
HUBUNGAN KEJADIAN PRE-EKLAMSIA DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) di RSUD dr. ISKAK KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2011 Oleh : DEWI PUSPITASARI NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T SANDRA DEWI S., SST Pre-eclampsia in pregnancy is an important cause of stillbirth and neonatal death. Mothers with pre-eclampsia would lead to placental insufficiency, fetal hypoxia that inhibited growth and often occurs with the birth of one of the factors that cause low birth weight births. The purpose of this study was to determine the relationship with the incidence of LBW preklamsia events in hospitals dr. Iskak Tulungagung District in 2011. The experiment was conducted in September 2011. This type of observational study, with design and analytic approaches are corelasional crossectional. Data were analyzed by Chi Square test using SPPS program. The study found the majority of labor is labor of mothers who had not had preeclampsia and low birth weight babies are not born, as many as 74 deliveries (66.07%). Chi Square test statistic with a significant p value 0.001 0.05 yield where 0.001 <0.05 so that H1 is accepted, which means there is a relationship between pre-eclampsia with LBW in hospitals dr. Isaac Tulungagung in 2011. Pendahuluan Pre-eklampsia merupakan penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul karena kehamilan. Pre-eklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Peningkatan kejadian kematian akibat preeklampsia dengan komplikasi berat badan lahir rendah (BBLR) sampai saat ini penyebabnya belum diketahui. Bayi baru lahir yang berat badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram disebut BBLR. Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) hipertensi selama kehamilan (yang meliputi preeklamsia dan eklamsia) menduduki peringkat kedua penyebab kematian ibu melahirkan di Indonesia yakni 24%. Sementara itu proporsi BBLR di Indonesia berkisar antara 7 – 14% selama periode 2006 – 2009. diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta bayi lahir dengan kondisi BBLR dan 6-8% dari angka tersebut disebabkan oleh pre-eklamsia yaitu 35.00045.000 bayi (Depkes RI, 2010). Ibu dengan pre-eklamsia akan menyebabkan terjadinya insufisiensi plasenta, hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran dengan BBLR.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kejadian preklamsia dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung Tahun 2011. Tinjauan Pustaka Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal (Bobak, 2004: 629). Penyebab pre-eklampsia belum diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang: 1. Primigravida 2. Hiperplasentosis 3. Mempunyai dasar penyakit vaskular 4. Mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarganya Pada pre-eklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2003). Tanda dan Gejala Pre-eklampsia: 1. Hipertensi 2. Proteinuri 3. Edema Penggolongan Pre-eklamsia: 1. Pre eklampsia ringan Tanda-tanda pre-eklampsia ringan: a. Tekanan sistolik 140 mmHg atau Page 21
2.
1. 2. 3. 4. 1.
2.
lebih atau kenaikan 30 mmHg diatas tekanan biasanya. Tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih atau kenaikan 15 mmHg diatas tekanan biasanya. b. Proteinuri lebih dari 0,3 g/l dalam urine 24 jam. c. Edema pada kaki, jari tangan, dan wajah, terutama yang menetap sesudah bangun pagi. Pre eklampsia berat Tanda-tanda Pre-eklamsia berat: a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 110 mmHg atau lebih, diukur 2 kali dengan jarak waktu sekurangkurangnya 6 jam dan pasien dalam keadaan istirahat rebah. b. Proteinurine 5 gram atau lebih dalam 24 jam. c. Oliguri, yaitu produksi urine 400 cc atau kurang dalam 24 jam. d. Gangguan serebral atau gangguan penglihatan. e. Edema paru atau sianosis. Epending Eklamsia: Gastrik-Vomitus, nyeri epigastrium. Visual-penglihatan kabur, bintik-bintik dan kilatan cahaya dalam penglihatan, kehilangan penglihatan. Sakit kepala dibagian frontalis. Oliguria. Penatalaksanaan: Pre-eklampsia ringan Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan preeklampsia. Penderita pre-eklampsia ringan harus dirawat inap, akan tetapi dengan pertimbangan efisiensi, perawatan penderita pre-eklampsia ringan dapat dilakukan di luar rumah sakit Pre-eklamsia berat Pada pre-eklampsia berat dapat dilakukan perawatan konservatif dan perawatan aktif, yaitu : a. Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) 1) Tirah baring 2) Infus D5:RL = 3:1 3) Diet cukup garam dan cukup protein (diet pre-klampsia) 4) Pasang kateter tetap (bila perlu) 5) Medikamentosa: a) Anti konvulsan MgSO4 b) Anti hipertensi nifedipine 10 mg sub lingual,
Jurnal Ilmiah Kebidanan
dilanjutkan dengan 10 mg/8jam c) Kortikosteroid (oradexon IM 2x 10 mg) untuk kehamilan kurang 36 minggu. diuretikum d) Antibiotikum, dan kardiotonikum hanya diberikan atas indikasi. b. Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaankeadaan dibawah ini: 1) Umur kehamilan >36 minggu 2) Terdapat tanda-tanda impending eklampsia atau eklampsia 3) Gawat janin 4) Sindrom HELLP 5) Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak terlihat tandatanda perbaikan penyakit (Achadiat, 2003: 6). BBLR yaitu berat bayi 2500 gram atau kurang pada saat lahir (Bobak, 2004: 888). Faktor-faktor yang mempengaruhi BBLR: 1. Status gizi ibu hamil 2. Asupan nutrisi pada ibu hamil 3. Usia ibu hamil 4. Jarak kehamilan ibu yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) 5. Kebiasaan dan gaya hidup ibu hamil 6. Komplikasi yang dialami ibu selama hamil 7. Penyakit yang menyertai kehamilan 8. Usia gestasi pada saat bayi lahir Bayi lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak di bawah kulit yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500 gram. Masalah-masalah BBLR: 1. Asfiksia 2. Gangguan napas 3. Hipotermi 4. Hipoglikemi 5. Masalah pemberian ASI 6. Infeksi 7. Hiperbilirubinemia 8. Masalah perdarahan Seperti bayi baru lahir (BBL) yang lain, BBLR perlu mendapat perhatian dan tatalaksana yang baik pada saat lahir, yaitu Neonatal harus mendapat “Pelayanan Esensial” yang terdiri atas : 1. Persalinan yang bersih dan aman 2. Stabilisasi suhu 3. Inisiasi pernapasan spontan 4. Pemberian ASI dini dan eksklusif Page 22
5. Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi. (Manajemen Bayi Berat Badan Lahir Rendah Untuk Bidan dan Perawat, 2009: 20) Konsep Hubungan Pre-eklamsia Dengan BBLR Menurut Michael (2005) wanita dengan pre-eklamsia pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni. Infark plasenta dan obstruksi plasenta menyebabkan pertumbuhan janin terhambat sehingga menyebabkan BBLR bahkan kematian janin dalam rahim. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan tanggal 15 Februari 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional. Desain penelitian ini adalah analitik yang bersifat korelasional. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan “cross sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin dan bayinya di RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung pada bulan September 2011 sejumlah 112 persalinan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yang berjenis non probability. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 112 persalinan. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap editing, coding, scoring, tabulating. Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data pre-eklampsia yaitu data kategorik dan BBLR adalah data kategorik. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Chi Square. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian yang disajikan dalam tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari total 112 persalinan sebagian besar persalinan adalah persalinan dari ibu yang tidak mengalami preeklamsia dan bayi yang dilahirkan tidak BBLR, yaitu sebanyak 74 persalinan (66,07%). Dari uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 yang telah dilakukan, didapatkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan Jurnal Ilmiah Kebidanan
antara pre-eklamsia dengan BBLR di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Sistiarani (2008) menjelaskan preeklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan/nifas yang ditandai hipertensi, proteinurea dan edema yang dapat mempengaruhi plasenta dan uterus karena aliran darah ke plasenta menurun sehingga terjadi gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak lama dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga mudah terjadi BBLR. Dengan tidak adanya kejadian ibu hamil dengan pre-eklamsia tersebut berdampak pada bayi yang dilahirkan sehingga dapat lahir dengan BBLN. Kesimpulan 1. Dari total 112 responden yang melahirkan di RSUD dr. Iskak Tulungagung, hampir seluruhnya dari responden tidak mengalami pre-eklamsia, yaitu sebanyak 91 (81,25%) responden. 2. Dari total 112 bayi yang dilahirkan di RSUD dr. Iskak Tulungagung, sebagian besar dari responden mempunyai berat badan lahir normal, yaitu sebanyak 81 (72,32%) responden 3. Berdasarkan uji statistic Chi Square dengan signifikan 0,05 didapatkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara pre-eklamsia dengan BBLR di RSUD dr. Iskak Tulungagung. Saran 1. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan, dan sebagai sarana pengabdian kepada masyarakat sebagai penerapan tri dharma perguruan tinggi. 2. Bagi Tempat Penelitian Disarankan hendaknya meningkatkan kemampuan dalam pelayanan antenatal serta penanganan neonatus dengan komplikasi dengan cara memberikan pelatihan yang berkelanjutan. 3. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan sehingga angka kejadian preeklamsi dan BBLR dapat ditekan 4. Bagi peneliti berikutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan Page 23
tambahan wacana bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pre-eklamsia dan BBLR. Daftar Pustaka Achadiat, 2003. Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 111. Hidayat, Alimul, A. 2003. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Bobak, Irene. 2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Hal: 909. Cunningham, G. F Gant. 2003. Obstetri Williams. Jakarta : EGC. BBLR dan Depkes RI. 2005. Penatalaksanaannya. Jakarta: Depkes RI. _________. 2009. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: DepKes RI. Hal: 13,25. Dirjen Bina Gizi. 2011. Kejadian BBLR di Indonesia. Gizi.KIA.depkes.go.id, 12/11/2011. 09.18 AM. Farren, Helen. 2001. Perawatan Maternitas edisi 2. Jakarta: EGC Ganiswarna, Sulistia G. 2003. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. George, 2007. Preeklamsia. scibd.web.id. 4/11/2011.10.12 am. Gilang, 2001. Perdarahan pasca persalinan. herdanfamily.blogspot.com. 4/11/2011.10.12 am Hidayat, Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 43, 50, 67, 68, 81, 121. _________. 2008. Praktikum Ketrampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 166. Hubungan Pre Kurniawati, Leni. 2010. Eklampsia Dengan Kelahiranberat Bayi Lahir Rendah (BBLR) Di RSUD Sragen. Karya Tulis. Tidak Diterbitkan
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Manajamen Bayi Berat Lahir Rendah Untuk Bidan Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI. Hal: 10,13,14,20. Michael. 2005. Hipertensi dalam Kehamilan. scibd.com. 4/11/2011.10.25 am Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia. Hal: 124, 126. Metode Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 69, 142, 145. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal: 59, 91, 94, 111. Prawesty. 2010. Keracunan Kehamilan. bidanku.web.id. 4/11/2011.10.45 am Rustam, Mohctar. 2002. Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakrta : EGC Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sarwono, Prawirohardjo. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 381. Sastrawinata, S., 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi, ed.2. Jakarta: EGC. Silalahi, Amin. 2003. Metodologi dan Studi Kasus, cetakan pertama. Jakarta: CV. Citramedia. Sistiarani, Colti. 2008. Faktor Maternal Dan Kualitas Pelayanan Antenatal Yang Berisiko Terhadap Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Karya Tulis. Tidak Diterbitkan. Metode Penelitian Sugiyono. 2008. Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal: 38-39, 80. Trijatmo, 2005. Patologi. Jurnal Patologi. No. 1 Vol. 1 Unair. Journal.unair.ac.id. 4/11/2011.10.50 am Wikipedia. 2011. Bayi. Wikipedia.web.id. 4/11/2011.10.45 am
Page 24
HUBUNGAN SIKAP IBU MENYUSUI DENGAN CARA MENYUSUI YANG BENAR DI DESA SUMURUP KECAMATAN BENDUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2012 Oleh : DYAH RISCA ARINI NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T WIDYA LUSI A, SST Milk production was more or less directly related to the position of the mother during nursing. Proper position will drive the most lactation. Breastfeeding is a natural process. The success of breastfeeding is influenced by the attitude of the mother during nursing. The purpose of this study was to determine the relationship Attitudes Breastfeeding Breastfeeding With the right attitude in the Village District Sumurup Dam Race in 2012. This type of research is observational analytic design. The sample was taken by purposive technique in 49 nursing mothers. Data were collected using a questionnaire and checklist were analyzed using chi square. The results obtained from 49 respondents the majority of respondents are positive about breastfeeding that is right and true way is to feed him as many as 26 (53.1%) breast-feeding mothers. Chi Square test statistic with a 0.05 yield significant p value = 0.002 where 0.002 <0.05, so H0 is rejected and H1 accepted, meaning there is a relationship between attitudes to breastfeeding mothers to breastfeed in the Village District Sumurup Trenggalek. Pendahuluan Salah satu cara meningkatkan kesehatan bayi adalah dengan memberikan air susu ibu segera setelah lahir minimal usia 6 bulan karena ASI memberikan manfaat untuk kecerdasan, kekebalan dan merangsang terbentuknya emotio intellegence (EI). Banyak sedikitnya produksi ASI ternyata berhubungan langsung dengan posisi ibu saat menyusui. Posisi yang tepat akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal. Masih tingginya perilaku ibu menyusui bayinya dengan tidak memasukan seluruh areola akibatnya akan mengakibatkan kesakitan pada ibu. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur (2008) menyebutkan bahwa persentase ibu menyusui ASI Eksklusif di Jawa Timur sebesar 40,77% sedangkan target pencapaian nasional sebesar 80%. Tujuan Penelitian Mengetahui sikap ibu menyusui terhadap cara menyusui yang benar di Desa Sumurup Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek tahun 2012. Tinjauan Pustaka
Menurut Notoatmodjo (2003) sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Pernyataan sikap menurut Azwar (2010: 106) yaitu: 1. Positif / Favourable Pernyataan sikap yang menyatakan halhal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak pada obyek sikap. 2. Negatif / Unfavourable Pernyataan sikap yang menyatakan halhal yang negatif mengenai obyek sikap, yaitu tidak mendukung atau kontra terhadap obyek sikap. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Azwar (2005: 68) yaitu: 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting 3. Media massa 4. Lembaga pendidikan dan lembaga agama 5. Faktor emosional Skala pengukuran dengan Guttman ini, akan didapat jawaban yang tegas. Skala pernyataan sikap:
No 1 2
Pernyataan Positif Negatif
TS 0 1
S 1 0
Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Page 25
Kemudian diubah menjadi skor mean T dengan rumus sebagai berikut :
T = 50 + 10
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan Cara menyusui yang benar: 1. Posisi bayi yang benar
Keterangan : x : Skor responden x : mean skor kelompok s : standar devisi Skor kelompok Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T. Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang). Pengukuran perilaku yaitu dengan menggunakan skala Guttman dengan jawaban ya atau tidak adalah sebagai berikut: 1. Benar :1 2. Salah :0 Kemudian diprosentasekan menggunakan rumus prosentase menurut Nursalam (2003: 113) : Sp Rumus : P = x100%
SM
Gambar 1 Posisi badan ibu dan badan bayi a. Kepala dan tubuh bayi dalam satu garis lurus. b. Badan bayi menghadap ke dada ibu. c. Badan bayi melekat kebadan ibu. d. Seluruh badan badan bayi tersangga dengan baik, tidak hanya leher dan bahu saja. 2. Tanda bayi melekat dengan baik a. Dagu bayi menempel pada payudara ibu. b. Mulut bayi membuka lebar.
Keterangan : P SP Sm
: Prosentase : Jumlah Skor yang diperoleh : Jumlah Skor Maximal
Kemudian hasilnya dikreteriakan menurut Panduan Akademik sebagai berikut: 1. Perilaku benar : > 78 % 2. Perilaku salah : < 78 % Menyusui yang benar yaitu memberikan ASI kepada bayi dengan memperhatikan posisi badan ibu, posisi badan ibu dan bayi serta posisi mulut bayi dengan payudara ibu (perlekatan). Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu menyusui: 1. Perubahan sosial budaya a. ibu-ibu bekerja atau kesibukan sosial lainnya. b. Meniru teman, tetangga dekat atau orang ketermuka yang memberikan susu botol. c. Merasa ketinggalan zaman jika menyusui bayinya. 2. Faktor psikologis a. Faktor kehilangan daya tarik sebagai seorang wanita. b. Tekanan batin, kurangnya dukungan keluarga, lingkungan. 3. Faktor fisik ibu Jurnal Ilmiah Kebidanan
Gambar 2 Bayi membuka mulutnya c. Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya. d. Areola bagian atas tampak lebih banyak/lebar (areola juga masuk ke dalam mulut bayi, tidak hanya puting susu). e.
Gambar 3 Bayi menyudengan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi. Tanda-tanda menyusui yang benar: 1. Tubuh bayi menempel pada tubuh ibu 2. Dagu bayi menempel pada payudara 3. Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi Page 26
4. Mulut bayi terbuka dengan bibir bawah yang terbuka 5. Sebagian besar areola tidak tampak 6. Bayi menghisap dengan irama yang teratur 7. Bayi tenang dan puas pada akhir menyusu 8. Terkadang terdengar suara bunyi menelan 9. Puting susu tidak terasa sakit atau lecet. Posisi-posisi menyusui yang benar: 1. Posisi badan ibu 2. Posisi ibu duduk 3. Posisi ibu tidur miring 4. Posisi ibu tidur terlentang
Posisi menyusui yang kurang tepat: Scissor’s hold terlalu dengan puting susu Badan bayi tidak ditunjang Kepala bayi dipegang Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu Kepala bayi terletak disiku sehingga menunduk 6. Ibu merokok 7. Tidak ada perhatian ibu (tidak ada kontak mata) 8. Badan ibu tidak menghadap ke badan bayi 9. Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu 10. Hanya bahu bayi yang ditopang oleh ibu Cara menghentikan menyusui yang benar bisa dilakukan dengan cara : 1. Bayi akan mengakhiri menyusui sendiri dengan melepaskan puting susu dari bibirnya. 2. Dengan menggunakan jari kelingking ibu yang bersih, kemudian dimasukkan mulut bayi secara perlahan-lahan, maka bayi dengan sendiri akan melepaskan puting. 1. 2. 3. 4. 5.
Metode Penelitian Jurnal Ilmiah Kebidanan
Penelitian dilaksanakan pada 11-18 Januari 2012. Jenis dalam penelitian ini adalah observasional. Desain penelitian analitik. Pendekatan yang dilakukan adalah Cross Sectional. Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive sampling. Jumlah sampel yang didapat sebanyak 49 ibu menyusui. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data dengan langkahlangkah editing, coding, scoring, tabulating. Setelah itu dilakukan perhitungan hasil kuesioner dengan menggunakan T skor model likert kemudian diubah menjadi skor Mean T. Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data sikap yaitu data nominal dan perilaku adalah nominal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Chi Square. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian yang didapatkan menunjukkan bahwa dari total 49 ibu menyusui sebagian besar ibu 26 (53,1%) bersikap positif tentang menyusui yang benar dan cara menyusuinya benar. Hasil uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value = 0,002 dimana 0,002 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap ibu menyusui dengan cara menyusui yang benar. Sikap ibu menyusui dengan cara menyusui yang benar yaitu dimulai dari pemahaman informasi yang baik tentang cara menyusui yang benar kemudian sikap yang ditunjukkan akan sesuai dengan informasi. Kemudian sikap ibu menyusui akan menimbulkan respon berupa perilaku dari cara menyusui yang benar. Sesuai dengan teori sikap yang dilatarbelakangi oleh umur, pendidikan, pernah dan tidak pernah mendapat informasi, sumber informasi dimana sikap positif ibu menyusui tentang cara menyusui yang benar akan berdampak positif pula dengan cara menyusui yang benar. Kesimpulan 1. Dari total 49 responden sebagian besar responden 37 (75,5%) responden bersikap positif tentang menyusui yang benar. 2. Dari total 49 responden, sebagian besar dari responden 28 (57,1%) responden cara menyusuinya adalah benar.
Page 27
3. Hasil uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value = 0,002 dimana 0,002 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap ibu menyusui dengan cara menyusui yang benar di Desa Sumurup Kecamatan Bendungan Kabupaten Trenggalek. Saran 1. Bagi Resoponden (Ibu menyusui) Diharapkan dapat menambah informasi dan wawasan sikap bagi ibu menyusui terhadap cara menyusui yang baik. 2. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran ilmiah dan tambahan kepustakaan yang sudah ada. 3. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk meneruskan penelitian ini dengan metode yang lebih baik lagi. 4. Bagi Tenaga Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan upaya penyuluhan tentang cara menyusui yang benar. Daftar Pustaka Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Yogyakarta : Pustaka Pelajaran Azwar, saifudin. 2005. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia hal. 527. Depkes RI. 2005. Manajemen Laktasi. Jakarta : Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta Salemba Medika Karyanti. 2007. Faktor yang mempengaruhi Jakarta : menyusui. www.dinkes.jatim.go.id Notoatmodjo, S. 2002 Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2003 Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip dasar. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika ___________. 2008. Panduan dan Ilmu Pengetahuan dan Penelitian. Jakarta : Salemba Nursalam dan Pariani 2002. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta : CV SETO Rusli, Utami. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Jakarta : Puspa Swara Soetjningsih. 2003. ASI. Jakarta : ECG Sugiono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta __________. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sukijo. 2003. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta __________. 2003. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Wawan. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika. Hal: 34, 37-38. Wulandari, Diah. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika
Page 28
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN BALITA USIA 1-3 TAHUN DI DESA KEPUH KECAMATAN BOYOLANGU KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : NIKEN NINGTIYAS SITI MARYAM, SST, M.Kes ERIK EKOWATI, SST Child's intellectual development can be disrupted by environmental conditions or a lack of physical support. The purpose of this study to know the relationship with the development of the nutritional status of children aged 1-3 years in the Village District Kepuh Boyolangu Tulungagung District 2012. The experiment was conducted on 13 to 16 February 2012. This type of observational study, with design and analytic approaches that are corelasional crossectional. Data were analyzed with chi square tests of computer-assisted. The results obtained from a total of 41 respondents almost all have good nutritional status and undergo normal development as many as 38 (92.7%) respondents. Chi Square test statistic with a significant p value 0.001 0.05 yield where 0.001 <0.05 so that the H1 accepted which means there is a relationship between the nutritional status of children aged 1-3 years progress in the Village District Kepuh Boyolangu Tulungagung District in 2012. Pendahuluan Masa balita merupakan periode terpenting dalam tumbuh kembang anak. Karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Faktor yang mempengaruhi perkembangan anak antara lain adalah status gizi anak. Perkembangan sel otak terpesat terjadi pada usia 1–3 tahun sehingga masa ini biasa disebut sebagai masa keemasan balita. Sehingga periode 2 tahun pertama kehidupan merupakan masa kritis. Perlunya perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Indikator keberhasilan pogram SDIDTK adalah 90% balita oleh kegiatan SDIDTK pada tahun 2010. Cakupan SDIDTK balita dan anak pra sekolah Provinsi Jawa Timur tahun 2005 adalah 52,1% dan tahun 2006 adalah 53,14%. Data dari Dinkes Kabupaten Tulungagung tahun 2010 anak dengan status gizi lebih 5,06%, status gizi baik 88,23%, status gizi kurang 6,01%, dan status gizi buruk 0,7%, sedangkan 1,3% mengalami penyimpangan perkembangan. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan ststus gizi dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun di Desa Kepuh Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tinjauan Pustaka Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi: 1. Produk Pangan 2. Produk Papan 3. Akseptabilitas (Daya Terima) 4. Pantangan Pada Makanan Tertentu 5. Kesukaan Terhadap Jenis Makanan Tertentu 6. Kebiasaan Makan 7. Sanitasi Makanan 8. Pengetahuan Gizi cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter yaitu umur, berat badan dan tinggi badan. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri, beberapa indeks antropometri yang sering digunakan yaitu: 1. Berat Badan menurut Umur (BB/U) 2. Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) 3. Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) Perkembangan adalah bertambahnya stuktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Menurut Soetjiningsih (2005) Page 29
secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu faktor genetik (instrinsik) dan faktor lingkungan (ekstrinsik). Skrining atau deteksi dini penyimpangan perkembangan umur anak 1-3 tahun. Umur Anak
KPSP
TDL
TDD
3 bulan
6 bulan
9 bulan
12 bulan
15 bulan
18 bulan
21 bulan
24 bulan
30 bulan
36 bulan
(Dep Kes RI, 2006: 1) Keterangan : KPSP : Kuesioner Pra Skrining Perkembangan TDL : Tes Daya Lihat TDD : Tes Daya Dengar Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) bertujuan untuk mengetahui perkembangan anak normal atau mengalami penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 36, 42, 48, 54, 60, 66 dan 72 bulan. Alat instrument yang digunakan adalah Formulir KPSP menurut umur. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola tenis, kubus berukuran 2,5 cm sebanyak 8 buah, kismis, kacang tanah, potongan biskuit kecil berukuran 0,5-1 cm. Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1316 Februari 2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan “Cross Sectional". Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu dan anak balitanya yang berusia 1-3 tahun di Desa Jurnal Ilmiah Kebidanan
Kepuh Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung bulan Februari 2012 sejumlah 69 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 41 ibu dan anaknya. Analisa data dilakukan dengan melakukan editing, coding, scoring, tabulating. Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (korelasi atau asosiasi) dan skala data status gizi balita usia 1-3 tahun yaitu ordinal dan perkembangan balita 1-3 tahun adalah ordinal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Chi Square. Hasil dan Pembahasan Berdasakan data yang diperoleh dari penelitian didapatkan dari total 41responden hampir seluruhnya dari responden mempunyai status gizi baik dan mengalami perkembangan normal yaitu sebanyak 38 (92,7%) responden. Hasil uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan P value< 0,05 (0,004 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita usia 13 tahun di Desa Kepuh Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi. Perkembangan kecerdasan anak dapat terganggu oleh kondisi lingkungan atau fisik yang kurang mendukung. Anak dengan status gizi yang dilatarbelakangi oleh produk pangan, produk papan, akseptabilitas, pantangan pada makanan tertentu, kesukaan terhadap jenis makanan tertentu, kebiasaan makan, sanitasi makanan dan pengetahuan gizi akan berdampak pada status gizi anak normal, sehingga anak memiliki kemampyan gerak kasar, kemampuan gerak halus, kemampuan bersoalisasi dan kemandirian, kemampuan bicara dan bahasa yang normal sesuai dengan perkembangan usianya. Kesimpulan 1. Dari total 41 responden hampir seluruhnya dari responden mempunyai status gizi baik yaitu sebanyak 38 (92,7%) responden. 2. Dari total 41 responden hampir seluruhnya dari responden mempunyai status perkembangan normal yaitu sebanyak 39 (95,1%) responden. Page 30
3. Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan P value< 0,05 (0,004 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan balita usia 1-3 tahun di Desa Kepuh Kecamatan Boyolangu Kabupaten Tulungagung. Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian 2. Bagi Institusi Bagi Institusi Pendidikan diharapkan lebih proaktif bekerja sama dengan institusi kesehatan dalam menginformasikan tentang pentingnya status gizi dan perkembangan balita kepada masyarakat 3. Bagi Responden (Ibu balita usia 1-3 tahun) Diharapkan responden untuk menambah informasi, meningkatkan wawasan dan ketrampilan ibu dalam mengusahakan pentingnya status gizi dan stimulasi dan perkembangan anak 4. Bagi Tempat Penelitian (Desa Kepuh) Diharapkan pihak pemerintah desa lebih aktif bekerja sama dengan pihak tenaga kesehatan dalam melakukan tes perkembangan balita Daftar Pustaka Agoes, Achidiat. 2003. Teori dan Manajemen Perkembangan. Malang: Taroda. Almatsier, S, 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 111. Depkes RI. 2006. Profil Kesehatan di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Depkes RI. 2007. Ditjen Bina kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi). Jakarta Dinkes Jatim. 2006. Profil Kesehatan Jawa Timur. Surabaya: Dinkes Hidayat, Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Metode Penelitian _________. 2009. Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hurlock, Elizabeth B . 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.. Ali Khomsan. 2003. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Ali Khomsan. 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada Marzuki, 2001. Statistik Terapan. Yogyakarta: Gajahmada University Press. Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 69, 142, 145. Nursalam. 2003 . Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: CV. Seta. Halaman (79, 94, 114, 119). Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Paath. Dkk. 2004. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia. 2003. Penuntun Diit Anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 54. Silalahi, Amin. 2003. Metodologi dan Studi Kasus, cetakan pertama. Jakarta: CV. Citramedia. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Supriasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Soetjiningsih. 2002. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Supriasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Page 31
HUBUNGAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DASAR LENGKAP DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI DI POSYANDU DESA PUCANGAN KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh: NANING HARTATIK SITI MARYAM S.ST.M.Kes SANDRA DEWI S.S.ST Immunization is a form of medical intervention that is effective in reducing infant mortality. With immunization, diseases such as tuberculosis, diferi, pertussis, hepatitis B, poliomyelitis, and measles can be prevented. The study was conducted on 05 to 08 July 2012. This type of study is a Cross Sectional Analytic approach. Sampling techniques Purposive to the number of 44 respondents. Method of data collection using questionnaires closed. Further processed as a percentage. Statistical analysis using Chi square test with a significant 0.05. Based on the results of research that has been done to show the vast majority of respondents is 26 (59.09%) of respondents have a positive attitude, and almost all of the respondents is 19 respondents (79.55%) fully immunized infants. Chi square statistical test results in get p-value 0.001 <0.05 so Ho rejected and H1 accepted which means the relationship between Attitude Mom About Immunization Primary Immunization Complete With Fittings In Infants. Pendahuluan Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan angka kematian bayi. Dengan imunisasi, berbagai penyakit seperti TBC, diferi, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan campak dapat dicegah. Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar lengkap maka ibu akan memiliki sikap yang positif untuk mengimunisasikan bayinya secara teratur. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan dan mencegah terjadinya penyakit menular. Angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Cakupan imunisasi di Propinsi Jawa Timur juga mengalami peningkatan, pada tahun 2007 angka cakupan imunisasi dasar mencapai 96,7%, tahun 2008 angka cakupan imunisasi dasar mencapai 97,1% dan angka cakupan tahun 2009 mencapai 98,2%. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui Hubungan Antara Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Di Posyandu Desa Pucangan Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung Tahun 2012. Tinjauan Pustaka Sikap merupakan aksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap obyek tersebut. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Menurut Notoatmodjo sikap mempunyai empat tingkatan dari yang terendah sampai yang tertinggi, yaitu: 1. Menerima (recieving) 2. Merespon (responding) 3. Menghargai (valuing) 4. Bertanggung jawab (responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu Faktor internal (fisiologis, psikologis) dan Faktor eksternal (pengalaman, situasi, norma-norma, informasi, hambatan, pendorong). Penilaian sikap dapat dibedakan atas sikap positif dan sikap negative. Skala sikap menggunakan skala Likert dikenal sebagai summatedratings method. No. Pernyataan
STS
TS
S
SS
1.
Negatif
4
3
2
1
2.
Positif
1
2
3
4
Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju Imunisasi adalah suatu usaha yang dilakukan dalam pemberian vaksin pada tubuh seseorang sehingga dapat menimbulkan kekebalan terhadap penyakit tertentu. Jenis – Jenis Kekebalan Imunisasi: 1. Kekebalan Aktif
Page 32
Kekebalan yang dibuat sendiri oleh tubuh untuk menolak terhadap suatu penyakit tertentu 2. Kekebalan Pasif Tubuh anak tidak dapat membuat zat anti body sendiri tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar setelah memperoleh zat penolak
Vaksin dapat dibagi dalam 2 jenis yaitu: 1. Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan seperti: a. Virus campak dalm vaksin campak. b. Virus polio dalam jenis sabin pada vaksin polio. c. Kuman TBC dalam vaksin BCG 2. Vaksin dari kuman yang dimatikan seperti: a. Bakteri pertusis dalam DPT. b. Virus polio jenis salk dan vaksin polio. c. Racun kuman seperti toxoid (TT), Diphteriam Toxoid dalam DPT. d. Vaksin yang di buat dari jenis protein seperti Hepatitis. Imunisasi dasar lengkap adalah pemberian 5 vaksin imunisasi pada bayi baru lahir sesuai jadwal sampai usia satu tahun. Imunisasi dasar lengkap ada bermacam-macam antara lain: 1. Imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG) dengan vaksin BCG a. Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit BCG b. Di berikan sebelum umur 2 bulan c. Suntikan secara intrakutan di musculus deltoideus lengan atas d. Dosis untuk bayi < 1 tahun 0,05 ml 2. Imunisasi Difteri Pertusis Tetanus (DPT) dengan vaksin DPT a. Memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit difteria, pertusis dan tetanus b. Imunisasi vaksin DPT diberikan setelah berusia 2 bulan sebanyak 3 kali (DPT I, II dan III) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu c. Vaksin disuntikkan secara intramuskuler dibagian anterolateral paha sebanyak 0,5 ml 3. Imunisasi polio dengan vaksin polio a. Pemberian sebanyak 4 kali (Polio I, II, III dan IV) dengan interval minimal 4 minggu b. Vaksin ini diteteskan 2 tetes langsung ke mulut anak Jurnal Ilmiah Kebidanan
c. Digunakan untuk mencegah penyakit polio 4. Imunisasi campak dengan vaksin campak a. Dapat digunakan untuk mencegah penyakit campak b. Diberikan pada umur 9-11 bulan dengan dosis 0,5 ml c. Vaksin disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas 5. Imunisasi HB dengan vaksin HB a. Dapat digunakan untuk mencegah penyakit hepatitis B b. Diberikan sedini mungkin segera bayi lahir dengan dosis 0,5 ml c. Diberikan 3 kali dengan jarak waktu 1 bulan antara suntikan 1 dan 2 dan 5 bulan antara suntikan 2 dan 3 d. Vaksin disuntikkan secara intramuscular dilengan atas sedangkan bayi di daerah paha. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 02 sampai dengan 05 Juli tahun 2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional. Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bayi di posyandu desa Pucangan Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung tahun 2012 sejumlah 46 orang. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive sampling. Jumlah sampel sebesar 46 responden. Analisa data menggunakan editing, coding, scoring, tabulating. Data yang
terkumpul dianalisa secara dengan uji Chi Square.
sistematik
Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki sikap positif dan lengkap dalam melakukan imunisasi yaitu 25 (56,81%) responden dari 44 responden. Dari hasil perhitungan Chi square, diketahui bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 44 responden di Posyandu Desa Pucangan Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung menunjukkan nilai p value 0.001 < 0.05 maka Ho ditolak dan Hı diterima artinya “ada hubungan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap dengan kelengkapan imunisasi pada bayi. Page 33
Dengan adanya pengetahuan yang baik tentang imunisasi dasar lengkap maka ibu akan memiliki sikap yang positif untuk mengimunisasikan bayinya secara teratur. Dengan demikian menunjukkan bahwa informasi yang didapatkan oleh responden melalui tenaga kesehatan yang diberikan dengan tepat dapat mempengaruhi sikap ibu dalam mengimunisasikan bayinya Semakin banyak informasi yang diperoleh tentang imunisasi dasar lengkap maka akan semakin positif sikap ibu dan semakin lengkap dalam mengimunisasikan bayinya. Kesimpulan 1. Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Dari 44 reponden sebagian besar dari responden yaitu 26 (59,09%) responden memiliki sikap positif. 2. Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Dari 44 responden hampir seluruh dari total 44 responden sebagian besar yaitu 31 responden (70,45%) mengimunisasikan bayinya secara lengkap. 3. Hubungan Sikap Ibu Dengan Kelengkapan Imunisasi Berdasarkan uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 didapatkan p-value 0,001 maka 0,001 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti adanya hubungan antara Hubungan Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Di Posyandu Desa Pucangan Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung. Saran 1. Responden (Ibu Bayi Di Posyandu Desa Pucangan) Diharapkan ibu yang mempunyai bayi lebih aktif mencari informasi melalui penjelasan oleh petugas kesehatan mengenai imunisasi dasar lengkap agar bayinya mendapatkan kekebalan secara aktif. 2. Institusi Pendidikan Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini, diharapkan dapat menjadi tambahan wawasan dan referensi kesehatan tentang imunisasi dasar lengkap. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan mampu mengembangkan variabel-variabel dalam penelitiannya Jurnal Ilmiah Kebidanan
sehingga tercipta penelitian yang lebih variatif Daftar Pustaka Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, Syaifudin. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. Baron, dkk. 2010. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Boven. 2000. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika. Evodia, Aswandi, A. 2008. Pelatihan Imunisasi. Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2002. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Markum, AH. 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Aneka Cipta. Konsep Penerapan Nursalam. 2003. Metodologi Penelitian Ilmu Salemba Keperawatan. Jakarta: Medika. Poerwadarminta. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Silalahi, Ulber. 2003. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Sudarti, dkk, 2000. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Depok: The British Council Sugiono. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Alfabeta.. Sugiono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
Page 34
HUBUNGAN SIKAP IBU BAYI TENTANG IMUNISASI DPT COMBO DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DPT COMBO PADA BAYINYA DI POSYANDU DESA SOBONTORO KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : LENI GITA PANGESTRI NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T ERIK EKOWATI, SST Combo DPT immunization aims to prevent diphtheria, pertussis, tetanus and hepatitis B. The purpose of this study to determine the attitude of the mother infant relationship of DPT DPT Immunization Combo Combo with the implementation of the baby in the village IHC Sobontoro Tulungagung District in 2012. This type of research in observational research, analytical research design crossectional approach. Samples were taken with a purposive sampling technique some 63 people who met the inclusion criteria. Data were analyzed by Chi Square test using SPPS program. The results obtained largely positive with their mothers DPT DPT Combo Combo and implement as many as 35 mothers (55.5%). Chi Square test statistic with 0.05 indicates significant p value 0.001 <0.05, so H0 is rejected and H1 accepted, meaning there is a relationship between maternal attitudes about the baby with the implementation of the DPT DPT Combo Combo at IHC Village Sobontoro Tulungagung District in 2012. Pendahuluan Imunisasi DPT Combo merupakan vaksin yang mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang diaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni dan bersifat non infectious. Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian bayi adalah 34 per 1.000. Departemen Kesehatan menargetkan angka kematian ibu pada 2010 sekitar 226 orang dan pada tahun 2015 menjadi 102 orang per tahun (Depkes RI, 2010). Masih tingginya AKB tersebut salah satunya karena belum tercapainya program imunisasi di Indonesia. Banyaknya angka kejadian tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu mengenai penyakit difteri, pertusis, tetanus dan hepatitis B akan mengurangi kemauan mereka untuk memberikan imunisasi DPT Combo pada anaknya. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan sikap ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo dengan pelaksanaan Imunisasi DPT Combo pada Bayinya di Posyandu Desa Sobontoro Kabupaten Tulungagung tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Pernyataan sikap dapat dibedakan menjadi sikap positif dan negative. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting 3. Pengaruh kebudayaan 4. Informasi 5. Media massa 6. Faktor emosional 7. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Skala pengukuran sikap dengan Guttman dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam bentuk check list. Pernyataan Sikap:
No
Pernyataan
TS
S
1 2
Negatif Positif
0 1
1 0
Keterangan: TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor mean T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Page 35
Keterangan: x : Skor responden x : mean skor kelompok s : standar deviasi Skor kelompok Skor mean T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Negatif skor T < mean T. Sikap Positif skor T ≥ mean T. Perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, terjadi proses yang berurutan, yakni awarenes, interest, evaluation, trial dan adoption. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku yaitu: 1. Faktor Predisposisi 2. Faktor Pendukung 3. Faktor Pendorong Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit. Imunisasi ada bermacammacam antara lain: 1. Imunisasi BCG dengan vaksin BCG a. Pemberian Diberikan pada bayi umur 0-2 bulan. b. Fungsi Untuk mencegah penyakit TBC. c. Dosis pemberian 0,05 ml, sebanyak 1 kali. 2. Imunisasi polio dengan vaksin polio a. Mencegah penyakit polio. b. Vaksin polio diberikan secara oral (melalui mulut), dosis 2 (dua) tetes sebanyak 4 kali pemberian dengan interval minimal 4 minggu. 3. Imunisasi campak dengan vaksin campak a. Fungsi untuk memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak. b. Dosis 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada lengan kiri atas. c. Waktu pemberian pada usia 9-11 bulan, ulangan (booster) usia 6-7 tahun (kelas 1 SD). 4. Imunisasi HB dengan vaksin HB a. Memberikan kekebalan aktif terhadap virus hepatitis B. b. Dosis 0,5 ml atau 1 (buah) HB PID, pemberian suntikan secara intramusculer. Pemberian imunisasi HB sebanyak 3 dosis. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari, dosis berikutnya interval minimum 4 minggu (1 bulan). Jurnal Ilmiah Kebidanan
5. Imunisasi DPT Combo Imunisasi DPT Combo merupakan pemberian vaksin yang mengandung DPT berupa toxoid difteri dan toxoid tetanus yang dimurnikan dan pertusis yang inaktifasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung HB5 Ag murni. Vaksin Combo merupakan gabungan beberapa antigen tunggal menjadi satu jenis produk antigen untuk mencegah penyakit yang berbeda, misal DPT+hepatitis B+HIB. Efek samping pemberian imunisasi DPT Combo adalah gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam iritabilitas dan merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi. Efek samping imunisasi DPT Combo bersifat ringan dan hilang setelah 1-2 hari. Jadwal imunisasi dasar (pada bayi umur 0-11 bulan) N Umur Vaksin o 1
0 bulan
HB 1
2
1 bulan
BCG, Polio 1
3
2 bulan
DPT+HB Combo 1, Polio 2
4
3 bulan
DPT+HB Combo 2, Polio 3
5
4 bulan
DPT+HB Combo 3, Polio 4
6
9 bulan
Campak
Sumber: Depkes RI, 2009 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5-7 Maret 2012. Jenis penelitian ini adalah observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bayi dan balita yang datang ke posyandu 164 orang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling, Besar sampel dalam penelitian ini adalah 63 ibu. Setelah data terkumpul, dilakukan pengolahan data dengan editing, coding, scoring, tabulating. Teknik uji statistik yang dipilih yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data sikap ibu bayi yaitu nominal dan pelaksanaan imunisasi DPT Combo adalah Page 36
nominal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Chi Square. Hasil dan Pembahasan Berdasakan data yang diperoleh dari penelitian didapatkan dari total 63 ibu sebagian besar ibu bersikap positif tentang imunisasi DPT Combo dan melaksanakan imunisasi DPT Combo yaitu sebanyak 35 ibu bayi (55,5%). Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menunjukkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo dengan pelaksanaan imunisasi DPT Combo di Posyandu Desa Sobontoro Kabupaten Tulungagung tahun 2012. Pengetahuan akan mempengaruhi sikap seseorang, dan sikap akan mempengaruhi perilaku seseorang. Terbukti bahwa sikap positif responden tentang imunisasi DPT Combo akan melatarbelakangi perilaku responden dalam melaksanakan imunisasi DPT Combo, sehingga semakin banyak responden yang bersikap positif, semakin banyak pula responden yang melaksanakan imunisasi DPT Combo. Kesimpulan 1. Dari total 63 responden sebagian besar responden bersikap positif tentang imunisasi DPT Combo yaitu sebanyak 38 (60%) responden. 2. Dari total 63 responden, sebagian besar dari responden melaksanakan imunisasi DPT Combo yaitu sebanyak 41 (65%) responden. 3. Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menunjukkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap ibu bayi tentang imunisasi DPT Combo dengan pelaksanaan imunisasi DPT Combo. Saran 1. Bagi Resoponden (Ibu Bayi) Hendaknya ibu bayi lebih aktif meningkatkan wawasan tentang imunisasi DPT Combo. 2. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan lebih meningkatkan pelaksanaan imunisasi DPT Combo Jurnal Ilmiah Kebidanan
dengan cara melakukan pendekatan kepada masyarakat. 3. Bagi Institusi Diharapkan dapat dijadikan tambahan wacana sehingga dapat menambah wawasan bagi mahasiswa kebidanan khususnya, dan masyarakat umumnya. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Adanya karya tulis ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk meneruskan penelitian ini dengan lebih baik lagi. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: PT Rineka Cipta. Azwar, Syaifudin. 2002. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. Baron, dkk. 2010. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Boven. 2000. Sistem Imun, Imunisasi dan Penyakit Imun. Jakarta: Widya Medika. Evodia, Aswandi, A. 2008. Pelatihan Imunisasi. Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2002. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Aneka Cipta. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Salemba Keperawatan. Jakarta: Medika. Poerwadarminta. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai Pustaka. Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudarti, dkk, 2000. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Depok: The British Council Sugiono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Page 37
HUBUNGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KAUMAN KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : PEPEN EKA FITRIYANTI SITI MARYAM SST, M.Kes ASTIKA RASYIID SST Inisiasi Menyusu Dini (IMD) has advantages which are very great for mother to prevent atonia uteri. But in implementation of the IMD is seldom done. The aim of this reseadh is to know correlation implementation of the IMD with atonia uteri incidence. This research was done at 8 th Februari-14th March 2012, , kind of this research is observasional, the research design used in this research was analytic with cross sectional approach, the data analysis was used chy square test manualy. From the result of reseach showed from the total 40 succesful maternal most of their babies IMD and maternal did’t happen atonia uteri those are 27 respondents. The result analysis by using chy square test proved there is correlation between implementation of the IMD with incidence of atonia uteri can be seen X² arithmetic > X² table = 4,37. Because the X² arithmetic > X² table = 4,37 so Ho is rejected and H1 accepted, mearning there is a correlation between implementation of the IMD with atonia uteri incidence. Latar Belakang Secara teori banyak manfaat IMD untuk ibu dan bayi, salah satunya mencegah perdarahan post partum yang disebabkan oleh atonia uteri. Atonia uteri sebenarnya bisa dikurangi dengan IMD dalam kurun waktu kurang dari 30 menit setelah bayi lahir. Kurangnya kesadaran dari petugas kesehatan medis juga keengganan untuk melakukannya membuat IMD jarang dipraktekkan. Di indonesia hanya 4% bayi yang mendapat ASI dalam 1 jam pertama kelahirannya, sedangkan perdarahan akibat atonia uteri masih 39%. Data survey awal tahun 2009-2010 di wilayah kerja Puskesmas Kauman Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung: Keterangan
Tahun 2009 (643 ibu bersalin)
Dilakukan IMD Tidak dilakukan IMD Terjadi atonia uteri Tidak terjadi atonia uteri
13 (2,02%)
Tahun 2010 (671 ibu bersalin) 638 (95%)
630 (97,9%)
33 (4,9%)
13 (2,02%)
8 (1,19%)
630 (97,9%)
663 (98,8%)
Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan pelaksanaan IMD dengan kejadian atonia uteri pada ibu bersalin Jurnal Ilmiah Kebidanan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kauman Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung tahun 2012. Tinjauan Pustaka IMD (early initiation) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Manfaat IMD menurut Depkes RI, APN (2008) dan Utami Roesli (2008) antara lain : 1. Manfaat kontak kulit dengan kulit untuk bayi Mengoptimalkan keadaan hormonal, menstabilkan pernafasan, mengendalikan temperatur tubuh bayi, memperbaiki atau mempunyai pola tidur bayi yang lebih baik, mendorong ketrampilan bayi untuk menyusu, menaikkan berat badan bayi, meningkatkan hubungan ibu dan bayi. 2. Manfaat kontak kulit dengan kulit untuk ibu yaitu merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu 3. Manfaat menyusu dini untuk ibu yaitu merangsang produksi oksitosin dan prolaktin serta meningkatkan keberhasilan produksi ASI. 4. Manfaat menyusu dini untuk bayi Bayi mendapatkan makanan dengan kualitas dan kuantitas optimal, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasi hisap, telan, dan nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu Page 38
dan bayi, mencegah kehilangan panas, merangsang kolostrum segera keluar. Menurut Utami Roesli (2008) tahapan melakukan IMD adalah: 1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan. 2. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. 3. Setelah tali pusat dipotong, bayi ditengkurapkan di dada atau di perut ibu. 4. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. 5. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali beberapa tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. 6. Memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan. 7. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam atau menyusu awal selesai. 8. Rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD adalah: 1. Faktor bayi 2. Faktor ibu 3. Faktor lingkungan keluarga IMD berperan dalam pencapaian tujuan MDGs. Dua diantara tujuan MDGs yang berkaitan dengan masa keemasan anak yaitu : 1. Membantu mengurangi kemiskinan dan kelaparan. 2. Membantu mengurangi angka kematian anak balita. Atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi. Keadaan ini dapat terjadi apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (massage) fundus uteri. Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri menurut Varney (2007) yaitu: berlebihan pada uterus 1. Distensi (kehamilan kembar, polyhidramnion, atau makrosomi). 2. Induksi oksitosin. 3. Persalinan dan pelahiran cepat atau presipitatus. 4. Kala satu dan dua persalinan yang memanjang. 5. Grandemultiparitas (paritas 5 atau lebih) 6. Riwayat atonia uteri atau perdarahan pascapartum pada saat melahirkan anak sebelumnya. 7. Penggunaan agens relaksan uterus, seperti magnesium sulfat dan terbutalin
Jurnal Ilmiah Kebidanan
untuk mengendalikan kejang pada preeklampsia atau eklampsia. 8. Atonia Uteri juga dapat timbul karena penanganan kala III persalinan yang salah, yaitu dengan memijat uterus dan Diagnosis: 1. Perdarahan pervaginam 2. Konsistensi rahim lunak 3. Fundus uteri naik 4. Terdapat tanda-tanda syok Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain. Menurut Depkes RI, Asuhan Persalinan Normal (2007) tahapan penatalaksanaan atonia uteri adalah: 1. Massage fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15 detik). 2. Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang serviks. Karena dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik. 3. Pastikan bahwa kandung kemih kosong. 4. Lakukan kompresi bimanual internal (KBI) selama 5 menit. 5. Anjurkan keluarga untuk mulai membantu kompresi bimanual eksternal. 6. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (kontraindikasi hipertensi) atau misoprostol 600 sampai 1000 mcg. 7. Pasang infus menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 cc ringer laktat dan 20 unit oksitosin. Habiskan 500 cc pertama secepat mungkin. 8. Ulangi kompresi bimanual internal. 9. Rujuk segera. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1 sampai 2 menit, hal ini bukan atonia sederhana. 10. Dampingi ibu ke tempat rujukan, teruskan melakukan KBI. 11. Lanjutkan infus Ringer Laktat dan 20 unit oksitosin dalam 500 cc larutan dengan laju 500 per jam hingga tiba di tempat rujukan atau hingga menghabiskan 1,5 L infus. Kemudian berikan 125 cc per jam. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 8 Februari- 14 Maret 2012. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. populasi adalah seluruh ibu bersalin dengan estimasi pada saat penelitian sebanyak 60 ibu bersalin. Peneliti menggunakan accidental sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini Page 39
adalah 40 responden. Data yang diperoleh diproses dan dilakukan analisa dengan melakukan editing, coding, scoring, tabulating. Peneliti menggunakan tehnik uji kai kuadrat manual. Hasil dan Pembahasan penelitian Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari total 40 responden sebagian besar bayi 27 (67,5%) telah berhasil melakukan IMD dan ibu bersalin tidak mengalami atonia uteri. Berdasarkan uji kai kuadrat dengan X² tabel 3,84 didapatkan X² hitung 4,37 > 3,84 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti menyatakan ada hubungan antara pelaksanaan IMD dengan kejadian atonia uteri. IMD merupakan permulaan menyusu dini segera setelah lahir, dimana hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang dapat membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan ibu. Pelaksanaan IMD sangat penting dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu akibat atonia uteri atau perdarahan pascapersalinan. Karena dengan pelaksanaan IMD dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang membantu rahim berkontraksi sehingga mengurangi perdarahan ibu dan dapat menekan kejadian atonia uteri. Kesimpulan 1. Dari total 40 responden, sebagian besar dari responden 27 (67,5 %) di wilayah kerja Puskesmas Kauman Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung telah berhasil melakukan IMD. 2. Dari total 40 responden sebagian kecil dari responden 2 (5%) di wilayah kerja Puskesmas Kauman Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung mengalami atonia uteri. 3. Berdasarkan uji kai kuadrai dengan X² tabel 3,84 didapatkan X² hitung 4,37 > 3,84 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara pelaksanaan IMD dengan kejadian atonia uteri di wilayah kerja Puskesmas Kauman Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung. Saran 1. Bagi Peneliti Jurnal Ilmiah Kebidanan
Diharapkan menjadi tambahan pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian kepada masyarakat khususnya tentang IMD dan atonia uteri. 2. Bagi Institusi Diharapkan dapat dijadikan tambahan wacana sehingga dapat menambah wawasan bagi mahasiswa kebidanan khususnya, dan masyarakat pada umumnya. 3. Bagi Responden Diharapkan ibu hamil dapat meningkatkan wawasan dalam mengusahakan pelaksanaan IMD. 4. Bagi Tempat Penelitian (wilayah kerja puskesmas kauman) Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan yang lebih berkualitas dalam penerapan APN dan mengembangkan rencana asuhan kebidanan. Daftar Pustaka Depkes RI. 2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK–KR/POGI dan JHPIEGO Corporation Depkes RI. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: JNPK – KR / POGI dan IDAI dengan dukungan dari USAID Indonesia Diane M. dkk. 2009. Buku Ajar Myles. Jakarta: EGC Dimyati, Vien. 2010. ASI Berperan Capai MDGs 2015 Sosial Budaya Perempuan. http://www.jurnas.com/news/1784/ASI. Diakses tanggal 10 November 2011 pukul 15.42 WIB Dinkes DKI Jakarta. 2009. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: Dinkes DKI Jakarta Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data Jakarta: Salemba Medika Kusnadi. 2009. Inisiasi Menyusui Dini. http://www.Inisiasi Menyusu Dini.com. Diakses tanggal 14 November 2011 pukul 05.23 WIB Manuaba. IBG. 2003. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mochtar. Rustam. 2003. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Utama
Page 40
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba medika Ilmu Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Priyo Hastono, Sutanto. 2001. Analisa Data. Jakarta: Fakultas Kesehatam Masyarakat Univesitas Indonesia Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif. Jakarta: Pustaka Bunda Rulina Suradi, dkk. 2008. Manfaat ASI dan Menyusui. Jakarta: FKUI Silalahi. 2003. Metodologi Penelitian dan Studi Kasus. Sidoarjo: Citramedia Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alvabeta Suryoprajogo, Nadine. 2009. Keajaiban Menyusui. Jogjakarta: KEYWORD Sochieb. 2008. Angka Kematian ibu. http://www.kompas.com. Diakses tanggal 04 Oktober 2011 pukul 22.38 WIB Soekidjo, Notoadmodjo. 2005. Metode Penelitian kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik; Cet. 13. Jakarta: Rineka Cipta Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta: Fitramaya
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Syaifuddin, Abdul Bari dkk. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP–SP Atonia Uteri. Tarie. 2009. http://detarie.blogspot.com/2009/06/atoniauteri.html. Diakses tanggal 27 November 2011 pukul 19.00 WIB Imd Mama Wajib Tirey. 2009. Tahu.http://jypernicus.wordpress.com/200 9/11/09/. Diakses tanggal 15 Oktober 2011 pukul 14.45 WIB Universitas Sumatra Utara. 2003. Penyebab Utama Kematian Bayi. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789 /23199/5/Chapter%20I.pdf. Diakses tanggal 10 Oktober 2011 pukul 12.35 WIB Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2006. Ilmu Kebidanan, Ed. 3, Cet. 8. Jakarta: YBP– SP Yayan. 2010. Asuhan Persalinan Normal APN 58 Langkah. http://belibisa17.com/2010/04/23. Diakses tanggal 27 November 2011 pukul 13.35 WIB
Page 41
HUBUNGAN SIKAP BIDAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE (ANC) DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERGEMPOL KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : SITI MARYAM, SST. M.Kes ASTIKA RASYIID, SST ELA FAHDALIA Antenatal care is a planned program of observation, education and medical treatment in pregnant women with a minimum standard of 7T. The purpose of this study was to determine the attitude of midwives in the service relationship with the regularity of ANC pregnant women visiting health centers in the region of Sumbergempol Tulungagung District in 2012. Type of research is cross sectional analytic approach. The sampling technique using quota sampling with the number of 38 respondents. Then processed in the form of percentages, statistical analysis using chi square test with 0.05 significant. Based on the results of research conducted showed that the majority of respondents are positive that 24 respondents (63.2%) and the majority of pregnant women to visit on a regular basis in 32 (84.2%) respondent's practice. The results of chi square test at p value 0.001 get <0.05, so Ho is rejected and H1 accepted which means there is a relationship between the attitude of midwives in the service of the ANC with the regularity of visits pregnant women in the work area clinic Sumbergempol Tulungagung District. Pendahuluan Asuhan Antenatal merupakan suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil dengan standar minimal 7T. Ibu hamil di anjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sedikitnya sebanyak 4 kali, yaitu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester ke II, dan dua kali pada trimester III, tetapi pada kenyataannya masih banyak ibu hamil yang tidak teratur untuk memeriksakan kehamilanya dikarenakan beberapa faktor diantaranya sikap dan perilaku petugas kesehatan. Sehingga untuk cakupan K4 masih rendah dan belum bisa memenuhi target yang telah ditetapkan yaitu 90%. Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Jawa Timur pada tahun 2010, Cakupan K1 tahun 2010 sebesar 96,67%, meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 95,92% dan telah melampaui target nasional 95%. Cakupan K4 di Jawa Timur tahun 2010 sebesar 88,07% meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 85,90% namun belum dapat mencapai target nasional 90%.
Tinjauan Pustaka Sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap: 1. Faktor internal a. Faktor fisiologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Informasi e. Hambatan f. dorongan Menurut Azwar (2009) menyebutkan bahwa penilaian sikap dapat dibedakan atas sikap positif dan sikap negatif.
Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan sikap bidan dalam pelayanan ANC dengan keteraturan kunjungan ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sumbergempol Kabupaten Tulungagung tahun 2012.
Keterangan : STS = Sangat tidak setuju TS = Tidak setuju S = Setuju SS = Sangat Setuju
Jurnal Ilmiah Kebidanan
No. Pernyataan
STS
TS
S
SS
1.
Negatif
4
3
2
1
2.
Positif
1
2
3
4
Page 42
Antenatal Care (ANC) adalah cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal. ANC merupakan perawatan asuhan yang diiberikan kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang berguna untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu hamil maupun bayinya dengan cara menegakkan hubungan kepercayaan dengan ibu, mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan kesehatan. Terdapat enam standar pelaksanaan antenatal care (ANC), yaitu: 1. Identifikasi ibu hamil 2. Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal 3. Palpasi Abdominal 4. Pengelolaan Anemia pada Kehamilan 5. Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan 6. Persiapan Persalinan Sesuai kebijakan program pelayanan asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T”, meliputi : 1. Timbang berat badan (1T) 2. Ukur tekanan darah (2T) 3. Ukur tinggi fundus uteri (3T) 4. Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (4T) 5. Pemberian imunisasi TT (5T) 6. Tes tehadap penyakit menular seksual (6T) 7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (7T) 8. Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (8T) 9. Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (9T) 10. Pemeriksaan Hb (10T) 11. Pemeriksaan protein urine atas indikasi (11T) 12. Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (12T) 13. Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (13T) 14. Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (14T) Keteraturan ANC adalah kedisiplinan atau kepatuhan ibu hamil untuk melakukan pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak. Seorang ibu hamil dikatakan teratur apabila melaksanakan ANC minimal 4x selama kehamilannya. Dan dikatakan tidak teratur apabila kunjungan ibu hamil sampai dengan trimester III kurang dari 4 kali selama kehamilannya. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Keteraturan Kunjungan ibu hamil merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor internal diantaranya : usia dan paritas. Sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah pengetahuan, sikap, ekonomi, sosial budaya, geografis dan dukungan. Kemudian yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan (Arikunto, 2003: 92). Metode Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 1020 Februari 2012. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan tehnik Quota yang bersifat non probability sampling. Jumlah sampling dalam penelitian ini adalah 38 responden. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan langkah-langkah analisa data yaitu editing, coding, scoring, tabulating. Data yang terkumpul dianalisa secara sistematik dengan uji Chi Square untuk mengetahui bagaimana hubungan sikap bidan dalam pelaksanaan ANC dengan keteraturan kunjungan ibu hamil. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar dari responden bersikap positif dan ibu hamil juga teratur dalam melaksanakan ANC yaitu sebanyak 24 (63,2%) dari total 38 responden. Berdasarkan hasil uji statistik chi square, diketahui bahwa penelitian yang dilakukan terhadap 38 responden di wilayah kerja Puskesmas Sumbergempol Kabupaten Tulungagung menunjukkan 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya “ada hubungan antara sikap bidan dalam pelayanan ANC dengan keteraturan kunjungan ibu hamil. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sedangkan sikap seseorang mempengaruhi perilaku, sehingga jika orang tersebut mempunyai pengetahuan yang luas dan bersikap positif maka perilakunya juga akan baik. Sikap responden yang positif tentang pemeriksaan kehamilan merupakan
Page 43
salah satu faktor keteraturan ANC.
yang
mempengaruhi
Kesimpulan 1. Sebagian besar dari responden yaitu 24 responden (63,2%) memiliki sikap positif dalam pelayanan ANC. 2. Sebagian besar dari tempat praktek responden yaitu 32 (84,71%) ibu hamilnya sudah teratur dalam melakukan kunjungan ANC 3. Hasil penelitian berdasarkan uji statistik chi square dengan signifikan 0,05 didapatkan p-value 0,001 < 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti adanya hubungan antara sikap bidan dalam pelayanan ANC dengan keteraturan kunjungan ibu hamil. Saran 1. Responden (Bidan) Diharapkan responden meningkatkan jumlah frekwensi penyuluhan tentang Antenatal care (ANC) dengan berbagai metode seperti penyuluhan individu, penyuluhan kelompok, pemberian leaflet dll. 2. Bagi Tempat Penelitian (Puskesmas Sumbergempol) Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan inspirasi sehingga menambah kinerja bidan untuk selalu menjadi yang terbaik. 3. Institusi Pendidikan (Prodi DIII Kebidanan) Diharapkan lebih proaktif bekerjasama dengan instansi kesehatan dalam mengadakan seminar tentang pelayanan ANC 4. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan mampu mengembangkan penelitian dengan metode dan variabel yang lebih luas tentang sikap bidan dalam pelayanan ANC. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 236-237 Azwar, A. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Batam: Binarupa Aksara. Hal 24-25 Bobak, Lowdermilk. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Ed.4. Jakarta: Egc. Hal 143
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Depkes RI. 2003. Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta. Dinas Kesehatan. 2009. Pencapaian Program Pelayanan Kesehatan. Htp//Www.Dinkes.Go.Id. Diakses Tanggal 22 Oktober 2010. Hadi, S. 2004. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 45. Hidayat. A. 2007. Metodologi Penelitian Kebidanan & Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 34,86 Hidayat, R. 2009. Asuahan Keperawatan Pada Ibu Hamil. Jakarta: Salemba Medika. Hal 39 Harnawati, 2004. Asuhan Antenatal. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 115 IBI. 2006. Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta: Salemba Medika. Hal 115-120 Kusmiati, Yuni, Wahyuning Dkk. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya. Kanthi, W.2003. Asuhan Antenatal. Jakarta: Salemba Medika. Hal 15 Manuaba, I. 2001. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan. Hal 2,95 Mandriwati, Ga. 2007. Asuhan Kebidanan Ibu Hamil. Jakarta: Egc. Hal 67 Mufdillah. 2009. Pemeriksaan Kehamilan Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika Hal 35 Notoadmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Hal 11, 165, 121-130, 164-168 Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Kesehatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal 79, 96, 100-101 Nursalam Dan Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Cv. Seto. Hal 126, 132-134 Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Hal 4-5 Saifudin, dkk. 2003. Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Sugiono. 2007. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV Alvabeta. Hal 67 Sujiatini, Dkk. 2008. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 203. 127, 139 Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi.
Page 44
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 0-1 TAHUN DI POSYANDU DESA BAGO KEC.TULUNGAGUNG KAB. TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : ETTY YUVITASARI SITI MARYAM, SST. M.Kes ERIK EKOWATI, SST Nutrition status is a value that can be measured in terms of a child physically. One of the important role of nutrition status is its influence on the development of a child. The purpose of this study was to determine the relationship between the development of the Children's nutrition status. This type of study is an observational study design with Analytical. As for the approach between the variables is the "Cross Sectional". Sampling technique used in this study are proportional random sampling, amounting to 450 children. Data were tested with the help of computers using the Chi Square test technique with α of 0.05. The results showed that a good nutrition status is as much as 26 (32%) children, whereas children with normal development is as much as 36 (44%) children, with a P value = 0.035. This shows that there is a significant relationship between nutritional status with the development. Pendahuluan Pembinaan perkembangan anak bertujuan membantu anak agar dapat mencapai tingkat perkembangan yang sesuai dengan seharusnya. Kegiatan ini tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan pemantauan perkembangan seperti halnya pemberian makanan yang cukup dan bergizi sesuai kebutuhan. Berdasarkan sensus yang dilakukan tahun 2010 di seluruh posyandu Indonesia, ternyata ada 400 ribu lebih posyandu di Indonesia, tetapi anak yang dibawa ke posyandu jumlahnya hanya sekitar 50% saja. Ini menunjukkan program-program gizi yang berbasis pada posyandu justru tidak seluruhnya dapat menyentuh sasaran yang bermasalah gizi. Jumlah kasus gizi buruk di Jatim sendiri mencapai 5.200 anak. Dari jumlah 5.200 anak ini, 40 persennya disebabkan karena kesalahan pemberian asupan makanan gizi, kemiskinan 28 persen dan penyakit bawaan 25 persen. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan status gizi dengan perkembangan anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Bago Kec. Tulungagung Kab. Tulungagung tahun 2012. Tinjauan Pustaka Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Untuk penentuan status gizi menurut Supariasa (2002: 46) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Penilain status gizi secara langsung diantaranya: Jurnal Ilmiah Kebidanan
digunakan untuk a. Antropometri melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. b. Klinis, didasarkan pada perubahanperubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel, seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ–organ yang dekat dengan permukaan tubuh. c. Biokimia, penilaian status gizi dengan pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh d. Biofisik, penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. 2. Penilaian status gizi secara tidak langsung, diantaranya: a. Survei konsumsi makanan b. Statistik vital, pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, dll c. Faktor ekologi dimana penilaian didasarkan sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian. Ciri- Ciri Tumbuh Kembang: Page 45
1. Pertumbuhan Menimbulkan Perubahan 2. Pertumbuhan dan Perkembangan Menentukan Perkembangan selanjutnya. 3. Pertumbuhan dan Perkembangan Mempunyai Kecepatan yang berbeda. 4. Perkembangan Berkorelasi dengan Pertumbuhan 5. Perkembanggan Mempunyai Pola yang Tetap 6. Perkembangan Memiliki Tahap Berurutan Faktor-faktor yang Memiliki Kualitas Tumbuh Kembang: 1. Gizi 2. Penyakit Kronis atau Kelainan Konginental. 3. Lingkungan Fisis dan Kimia 4. Psikologis 5. Endokrin 6. Sosial-Ekonomi 7. Lingkungan Pengasuhan 8. Stimulasi 9. Obat-Obatan Aspek-Aspek Perkembangan yang Dipantau: 1. Gerak Kasar Atau Motorik Kasar Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar seperti duduk, berdiri dan sebagainya. 2. Gerak Halus Atau Motorik Halus Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil. 3. Kemampuan Bicara Dan Bahasa Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara dan berkomunikasi mengikuti perintah dan sebagainya. 4. Sosial dan kemandirian Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai bermain). Ada tiga jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dilakukan oleh tenaga puskesmas, berupa: 1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan 2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan 3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional Skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan kuesioner pra skrining Jurnal Ilmiah Kebidanan
perkembangan (KPSP). Tujuannya adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau mengalami penyimpangan. Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur 3, 6, 9, dan 12 bulan. Formulir KPSP berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-12 bulan. Cara menggunakan KPSP 1. Anak yang akan diperiksa. 2. Tentukan umur anak. 3. Pilih KPSP yang sesuai umur anak 4. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan. a. Pertanyaan yang dijawab oleh pengasuh anak. b. Pertanyaan ibu anak atau petugas untuk melaksanakan tugasnya ditulis KPSP. 5. Jelaskan pada orangtua agar tidak ragu untuk menjawab. 6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, serta pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ”ya atau tidak”. Catat pertanyaan tersebut pada formulir. 7. Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah di jawab. Perkembangan bayi jauh lebih pesat daripada perkembangan orang dewasa. Hal tersebut mengakibatkan bayi membutuhkan gizi yang jauh lebih banyak pula. Perkembangan bayi yang optimal akan tercapai bila ia mendapatkan asupan makanan yang memadai, asupan zat gizi yang kurang dapat menyebabkan gizi buruk, dan nilai status gizi kurang dapat mempengaruhi perkembangan anak, baik gerak kasarnya, bahasa maupun kemandirian anak. Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional, Desain penelitian yang digunakan adalah analitik, Sifat penelitian korelasional, Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan cross sectional. Adapun teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Propotional random sampling. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap editing, coding, scoring, tabulating. Dalam menganalisis hubungan status gizi terhadap perkembangan menggunakan bantuan komputer jenis uji statistik korelasi chi square. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 82 responden hampir setengah dari Page 46
responden memiliki status gizi baik yaitu 26 (32%) dan hampir setengah dari responden memiliki perkembangan normal yaitu 36 (44%) responden dan sebagian kecil dari responden yang masuk dalam kategori gizi baik memiliki perkembangan normal yaitu 18 (22%) responden. Dari hasil uji ststistik chi square diperoleh hasil p-value 0,035 lebih kecil dari signifikasi 0,05 atau (0,035 < 0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya ” Ada hubungan yang signifikasi antara tatus gizi dengan perkembangan anak usia 0-1 tahun di Posyandu Desa Bago Kec. Tulungagung Kab Tulungagung tahun 2012”. Mempertahankan status gizi seorang anak memang tergolong sulit, karena setiap anak memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda. Tentu saja gizi yang berperan dalam mempertahankan status gizi tersebut, harus dilengkapi zat makanan yang adekuat (seimbang). Responden yang tergolong gizi baik memiliki perkembangan normal. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ternyata status gizi dapat mempengaruhi tingkat perkembangan Anak secara optimal. Kesimpulan 1. Hampir setengah dari responden memiliki status gizi baik yaitu 26 (32%) responden. 2. Hampir setengah dari responden memiliki perkembangan normal yaitu 36 (44%) responden. 3. Dari hasil uji statistik chi square menunjukkan hasil p-value 0,035 lebih kecil dari signifikasi 0,05 atau (0,035 < 0,05) maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya “Ada hubungan antara status gizi dengan perkembangan anak usia 0-1 tahun. Saran 1. Bagi Orangtua responden Diharapkan bagi ibu yang memiliki anak usia 0-1 tahun dapat memaksimalkan perhatian terhadap anak khususnya dalam hal gizi. 2. Bagi tenaga kesehatan Hendaknya petugas kesehatan lebih meningkatkan kualitas posyandu yang sudah berjalan dengan selalu memeriksa perkembangan anak. 3. Bagi peneliti selanjutnya Hendaknya bagi peneliti selanjutnya berupaya mengembangkan suatu
Jurnal Ilmiah Kebidanan
penelitian dengan menggunakan metode dan variabel penelitian yang lebih luas. Daftar Pustaka Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka. Hal 43 Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Hal 44, 72, 73, 74, 75 Gupte, Suraj. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hal 27 Hidayat, Alimul.,A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 43, 50, 68, 81, 87, 121 Indiarti, M.T.2004. Asi Susu Formula & Yogyakarta: Makanan Bayi. Pimatera-Publishing. Hal 45-58 Indonesia, Depkes. 2006. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Ditjen BinKesMas. Hal 13 Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 22, 69, 70, 142, 145 Khomsan, Ali. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta: PT Grasindo Anggota Ikapi. Hal 67 Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal 59, 91, 111 Purnomo,Windhu. 2009. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Universitas Airlangga. Hal 23, 27 Santoso Soegeng dan Ranti Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 65 Setiawan dan saryono.2010. Metodologi Penelitian Kebidanan, Yogyakarta: Nuha Medika. Hal 54 Sugiono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Hal 246 Supariasa, I Dewa Nyoman, Bahyar Bakri, dkk.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Hal 15, 17-18, 19-20, 29, 48-49, 51, 146 Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 13 Admin. 2011. Perkembangan Bayi dan Balita. Jakarta. www. peutuah. com. Tanggal 19 Oktober 2011. Pukul 14.50 WIB
Page 47
HUBUNGAN KEJADIAN PRE-EKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN HAEMORAGIC POST PARTUM (HPP) DI RSUD dr. ISKAK KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2011 Oleh : ISNA LAILATUL MAHYA NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T WIDYA LUSI ARISONA, SST Pre-eclampsia is not only generated a lot of complications during pregnancy, but also post partum and during childbirth. These complications include asphyxia in infants, impaired breathing, hypothermia, hypoglycemia, infection, hyperbilirubinemia, and HPP. The purpose of this study was to determine the incidence of pre-eclampsia relationship with the incidence of HPP in hospitals dr. Iskak Tulungagung District in 2011. This type of research in this study was observational, analytical research design that is corelasional crossectional approach. Samples were taken with the technique of sampling a total of 112 samples. Data were analyzed by Chi Square test using SPPS program. The results obtained from a total of 112 labor most of the labor is labor of mothers who had not had pre-eclampsia and did not have HPP, as many as 86 deliveries (76.79%). Chi Square test statistic with a 0.05 earned significant p value 0.001 where 0.001 <0.05, so H0 is rejected and H1 accepted, meaning there is a relationship between pre-eclampsia by HPP events in hospitals dr. Iskak Tulungagung. Pendahuluan Penyebab AKI dikenal dengan Trias Klasik yaitu perdarahan, eklampsia, dan infeksi. Pre-eklampsia/ eklampsia merupakan penyebab kematian ibu tertinggi kedua setelah perdarahan. Pre-eklampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut yang dapat terjadi ante, intra dan post partum. Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pre-eklampsia dan eklampsia menduduki peringkat kedua penyebab kematian ibu melahirkan di Indonesia yakni 24%. Sedangkan menurut LB 3 KIA dipropinsi Jawa Timur penyebab terbesar kematian ibu berturut-turut adalah perdarahan (34,62%) diikuti Pre-eklampsia (28,2%) kemudian infeksi (3,02 %) dan penyebab yang lainnya (34,16%). Preeklampsia dengan komplikasi HPP juga menjadi salah satu penyebab kematian ibu di RSUD dr ISKAK. Pada tahun 2009 angka kejadian pre-eklampsia dan eklampsia di RSUD dr. Iskak Tulungagung sebanyak 18 orang (26,5%) dari 68 kematian ibu. Tujuan Penelitian Mengetahui adanya Hubungan Kejadian Pre-eklampsia dengan Kejadian HPP di RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung tahun 2011 Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tinjauan Pustaka Pre-eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi terjadi setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Pre-eklamsia merupakan gangguan hipertensi yang paling sering pada kehamilan. Penyebab pre-eklampsia belum diketahui dengan pasti. Penyakit ini lebih sering ditemukan pada wanita hamil yang: 1. Primigravida 2. Hiperplasentosis Pada kehamilan kembar, janin besar, molahidatidosa, dan hidrops fetalis 3. Mempunyai dasar penyakit vaskular Hipertensi atau diabetes melitus 4. Mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarganya. Pada pre-eklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia. Penggolongan pre-eklampsia: 1. Pre-eklampsia ringan. Tanda-tanda preeklampsia ringan: a. Tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih atau kenaikan 30 mmHg diatas tekanan biasanya. Tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih atau kenaikan 15 mmHg diatas tekanan biasanya. b. Proteinuria lebih dari 0,3 g/l dalam urine 24 jam. Page 48
c. Edema pada kaki, jari tangan, dan wajah, terutama yang menetap sesudah bangun pagi. 2. Preeklampsia berat. Tanda-tanda preeklampsia berat adalah : a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 110 mmHg atau lebih, diukur 2 kali dengan jarak waktu sekurangkurangnya 6 jam. b. Proteinurine 5 gram atau lebih dalam 24 jam. c. Oliguri, yaitu produksi urine 400 cc atau kurang dalam 24 jam. d. Gangguan cerebral atau gangguan penglihatan. e. Edema paru atau sianosis. Menurut Pangemanan (2002) prognosis preeklampsia adalah: 1. Bagi Ibu a. Ruptura hati, perdarahan intraserebral, b. Henti jantung paru, c. Pneumonitis aspirasi, d. Edema paru akut, e. Perdarahan pasca persalinan (HPP) 2. Bagi Janin a. Asfiksia Neonatorum b. Prematur c. BBLR
Penatalaksanaan pre-eklampsia: 1. Pre-eklampsia ringan Penderita pre-eklampsia ringan harus dirawat inap, akan tetapi dengan pertimbangan efisiensi, dapat dilakukan di luar rumah sakit dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Rawat jalan: 1) Banyak istirahat (berbaring atau tidur miring). 2) Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam. 3) Sedatif ringan, berupa fenoberbital (3x30 mg per oral) atau diazepam (3x2 mg per oral) selama 7 hari. 4) Roboransia. 5) Penderita dianjurkan untuk melakukan kunjungan ulang setiap minggu. b. Rawat inap 1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan, tidak ada perbaikan pada gejala klinis.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
2) Berat badan meningkat lebih dari 2 kg/minggu selama 2 kali berturut-turut. 3) Timbul salah satu atau lebih
gejala (tanda-tanda) eklampsia berat 2. Pre-eklampsia berat
pre-
a. Perawatan konservatif (usia kehamilan <36 minggu) 1) Tirah baring 2) Infus D5:RL= 3:1 3) Diet cukup garam dan cukup protein (diet pre-klampsia) 4) Pasang kateter tetap (bila perlu) b. Perawatan aktif (terminasi kehamilan), yaitu pada keadaankeadaan dibawah ini: 1) Umur kehamilan >36 minggu 2) Terdapat tanda-tanda impending eklampsia atau eklampsia 3) Gawat janin 4) Sindrom HELLP Kegagalan perawatan konservatif, yakni setelah 6 jam perawatan tidak terlihat tandatanda perbaikan penyakit Haemoragic post partum (HPP) adalah perdarahan melebihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehilangan darah dalam jumlah banyak > 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual. Klasifikasi HPP: 1. HPP primer/dini (early post partum hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. 2. HPP Sekunder/lambat (late post partum hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya HPP adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara tepat. Penanganan umum pada HPP: 1. Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk) 2. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman 3. Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan. 4. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat 5. Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan 6. Atasi syok 7. Pastikan kontraksi berlangsung baik Page 49
8. Pastikan placenta telah lahir dan lengkap, 9. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah. 10. Pasang cateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan 11. Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.
3. Berdasarkan uji statistic Chi Square dengan signifikan 0,05yang telah dilakukan, didapatkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara pre-eklampsia dengan kejadian HPP.
Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian di RSUD dr. Iskak Tulungagung menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara pre-eklampsia dengan kejadian HPP, yang mana dari 21 ibu pre-eklampsia, 11 diantaranya mengalami HPP. Dari uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 yang telah dilakukan, didapatkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara pre-eklampsia dengan kejadian HPP. Peningkatan kejadian kematian akibat pre-eklampsia dengan komplikasi Haemoragic post partum (HPP) sampai saat ini penyebabnya belum diketahui secara pasti namun pre-eklampsia merupakan salah satu faktor yang menyebabkan HPP. Dengan demikian Wanita dengan pre-eklampsia dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai substansi endogen (seperti prostaglandin, tromboxan) yang dapat menyebabkan vasospasme dan agregasi platelet. Penumpukan trombus dan pendarahan dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang ditandai dengan sakit kepala dan defisit saraf lokal dan kejang. Nekrosis ginjal dapat menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan proteinuria. Kerusakan hepar dari nekrosis hepatoseluler menyebabkan nyeri epigastrium dan peningkatan tes fungsi hati. Manifestasi terhadap kardiovaskuler meliputi intravaskular, penurunan volume meningkatnya cardiac output dan peningkatan tahanan pembuluh perifer. Peningkatan hemolisis microangiopati menyebabkan anemia dan trombositopeni bahkan bisa sampai menyebabkan HPP.
Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan khususnya tentang aplikasi metodologi penelitian sebagai pengabdian kepada masyarakat, dan dapat dijadikan tambahan informasi sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya 2. Bagi Tempat Penelitian Hendaknya meningkatkan kemampuan dalam pengawasan dan pelayanan antenatal serta penanganan neonatus dengan komplikasi dengan cara memberikan pelatihan yang berkelanjutan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. 3. Bagi Instansi Pendidikan Diharapkan ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan tentang pengawasan antenatal yang tepat.
Kesimpulan 1. Dari total 112 responden yang melahirkan, hampir seluruhnya dari responden yaitu 91 (81,25%) tidak mengalami pre-eklampsia 2. Dari total 112 persalinan, hampir seluruhnya dari responden yaitu 96 (85,71%) responden di RSUD dr. Iskak Tulungagung tidak mengalami HPP. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Daftar Pustaka Almatsier, S. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka. Hal 43 Arisman, MB. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Hal 44, 72, 73, 74, 75 Gupte, Suraj. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hal 27 Hidayat, Alimul.,A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 43, 50, 68, 81, 87, 121 Indiarti, M.T.2004. Asi Susu Formula & Makanan Bayi. Yogyakarta: Pimatera-Publishing. Hal 45-58 Indonesia, Depkes. 2006. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Ditjen BinKesMas. Hal 13 Notoatmodjo, S. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 22, 69, 70, 142, 145 Khomsan, Ali. 2004. Peranan Pangan dan Gizi Untuk Kualitas Hidup. Jakarta: Page 50
PT Grasindo Anggota Ikapi. Hal 67 Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal 59, 91, 111 Metodologi Purnomo,Windhu. 2009. Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Universitas Airlangga. Hal 23, 27 Santoso Soegeng dan Ranti Anne Lies. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 65 Setiawan dan saryono.2010. Metodologi Penelitian Kebidanan, Yogyakarta: Nuha Medika. Hal 54
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Sugiono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Hal 246 Supariasa, I Dewa Nyoman, Bahyar Bakri, dkk.2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Hal 15, 17-18, 19-20, 29, 48-49, 51, 146 Suhardjo. 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 13 Admin. 2011. Perkembangan Bayi dan Balita. Jakarta. www. peutuah. com. Tanggal 19 Oktober 011. Pukul 14.50 WIB
Page 51
HUBUNGAN SIKAP WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KB SUNTIK DENGAN KEPATUHAN KUNJUNGAN KB DI BPS LELY DESA SOBONTORO KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : WAHIDATUS KHUMEIYAROH SITI MARYAM, SST, M.Kes ASTIKA RASYIID, SST Family planning is one of the preventive health service that is very principle and eminent for woman. . One of the failure family plan injection is the late of acceptor to do visiting that. The purpose of this study was to the relationship between the attitude of healthy age woman with the obedient of visiting family planning in the practice midwife Lely Sobontoro Village Tulungagung year 2012. This type of research used an observational, analytical research design is correlation with Cross Sectional Approach. The sample is taken by 35 respondents using accidental sampling, data analysis using chi square test with computer. The results showed 18 respondents (51,43%) having a negative attitude, 24 respondents obedient to do visiting family plan injection. The results of the analysis with Chi-square test to prove the relationship between the attitude of healthy age woman with the obedient of visiting family planning , can be seen p value = 0.002 that 0.002 < 0.05 so Ho rejected and H1 accepted, meaning there is the relationship between the attitude of healthy age woman with the obedient of visiting family planning. Pendahuluan Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita. Pemilihan kontrasepsi yang rasional disesuaikan oleh keinginan akseptor KB yaitu fase menunda kehamilan, fase menjarangkan kehamilan dan fase mengakhiri kehamilan. Untuk mempunyai sikap yang positif tentang KB diperlukan pengetahuan yang baik, demikian sebaliknya bila pengetahuan kurang maka kepatuhan menjalani program KB berkurang. Demikian juga, wanita usia subur yang memiliki pengetahuan baik akan memiliki sikap yang positif sehingga patuh melakukan kunjungan KB di pelayanan kesehatan. Pada tahun 2009 lebih dari 14.995 orang wanita (74,71%) berstatus menikah pernah menggunakan KB suntik dan sekitar 147.923 orang wanita (76,89% ) berstatus menikah sedang menjadi peserta KB aktif. Hanya saja selama tahun 2009 ditemukan 806 akseptor KB suntik di Jawa yang mengalami kegagalan. Sedikitnya 350 akseptor KB suntik yang mengakui kegagalan tersebut terjadi karena keterlambatan atau kealpaan melakukan control. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui hubungan sikap wanita usia subur (WUS) tentang KB suntik dengan kepatuhan kunjungan KB di BPS Lely Desa Jurnal Ilmiah Kebidanan
Sobontoro Kabupaten Tulungagung Tahun 2012. Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menurut Azwar (2009: 30) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu: 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting 3. Kebudayaan 4. Informasi 5. Lembaga pendidikan dan agama 6. Pengaruh faktor emosi Skala sikap menggunakan skala Likert dikenal sebagai summatedratings method. Beberapa bentuk jawaban pertanyaan atau pernyataan yang masuk dalam kategori skala Likert dengan skor adalah sebagai berikut: No.
Pernyataan
STS
TS
S
SS
1.
Negatif
4
3
2
1
2. Positif 1 2 Keterangan: SS : Sangat setuju S : Setuju TS : Tidak setuju STS : Sangat tidak setuju
3
4
Page 52
Data-data tersebut kemudian dirubah menjadi skor T dengan menggunakan rumus sebagai berikut: X - X T 50 10 S Keterangan : X : Skor responden : Mean skor kelompok X S : Standar deviasi skor kelompok. Skor mean T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang 1. Sikap Positif : skor T ≥ mean T 2. Sikap negatif : skor T < mean T Dari hasil dalam penelitian ini dilakukan analisa data dengan teknik diskripsi prosentase. Menurut Nursalam (2003) analisa data yang digunakan adalah sebagai berikut: P
=
Sp 100 % Sm
Keterangan : P : Prosentase Sp : Jumlah responden dengan Kriteria Tertentu Sm : Jumlah seluruh responden Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menurut Notoadmojo (2003: 164168): 1. Faktor predisposisi terdiri dari : a. Pendidikan. b. Sikap c. Motivasi 2. Faktor Pendukung terdiri dari : a. Lingkungan b. Tokoh Masyarakat 3. Faktor Pendorong Petugas Kesehatan merupakan faktor pendorong pada perilaku manusia. Skala yang diigunakan dalam pengukuran perilaku adalah skala Guttman, skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Kriteria kepatuhan : 1. Patuh bila datang sesuai jadwal kunjungan KB suntik 2. Tidak patuh bila datang tidak sesuai jadwal kunjungan KB suntik dan atau tidak datang Patuh adalah perubahan tingkah laku Carpenito (2000) yang dipengaruhi oleh: 1. Pola kepatuhan umum 2. Stabilitas dan pengaruh keluarga Jurnal Ilmiah Kebidanan
3. Persepsi kerentanan diri sendiri terhadap penyakit 4. Persepsi bahwa penyakit serius 5. Tindakan yang manjur Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera. KB suntik 1 bulan merupakan suntik kombinasi yaitu kontrasepsi suntik yang berisi hormon sintesis esterogen dan progesterone. Mekanisme kerja KB suntik 1 bulan menurut Saifuddin: 1. Menekan ovulasi. 2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. 3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu. 4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Efek samping KB Suntik 1 bulan menurut Saifuddin (2006: MK-38) 1. Amenorea 2. Mual/pusing/muntah 3. Perdarahan/perdarahan bercak (spotting) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Bila suntikan pertama diberikan setelah 7 hari siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan kontrasepsi lain. KB suntik 3 bulan yaitu kontrasepsi suntikan yang berisi hormon progesteron (Handayani, 2010: 111). Diberikan setiap 12 minggu. Mekanisme kerja KB suntik 3 bulan: 1. Mencegah ovulasi. 2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. 3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi. 4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Efek samping KB suntik 3 bulan menurut Handayani (2010: 114) 1. Amenorhea. 2. Perdarahan hebat atau tidak teratur. 3. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu makan). Waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan 3 bulan adalah setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid. Wanita Usia Subur (WUS) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% Page 53
untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Metodologi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 7-21 Februari 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik. Sifat penelitian ini korelasional. Pendekatan antar variabel yang digunakan adalah pendekatan “Cross Sectional". Sampling dalam penelitian ini menggunakan accidental sampling yang bersifat non probability sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 35 responden. Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara editing, coding, scoring, tabulating. Data yang terkumpul dianalisa secara sistematik dengan uji chi square untuk mengetahui bagaimana hubungan sikap wanita usia subur tentang KB suntik dengan kepatuhan kunjungan KB. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data hasil penelitian didapatkan dari total 35 responden hampir seluruh dari responden bersikap positif terhadap KB suntik dan patuh melakukan kunjungan KB yaitu sebanyak 16 (94,1%) responden. Sedangkan berdasarkan hasil uji statistik chi square dengan signifikan 0,05 menghasilkan P value = 0,002 dimana 0,002 < 0,05 maka HO ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap wanita usia subur (WUS) tentang KB suntik dengan kepatuhan kunjungan KB. Sikap merupakan faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan perilaku yang tertentu. Kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin. Mengacu pada hasil penelitian dan setelah dilakukan crosstabs hasilnya hampir seluruh dari responden bersikap positif dan patuh melakukan kunjungan KB. Hal ini dikarenakan dukungan tenaga kesehatan, dukungan keluarga dan kerentanan diri wanita usia subur (WUS) untuk hamil. Kesimpulan 1. Dari total 35 responden sebagian besar bersikap negatif yaitu 18 (51,43%) responden.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
2. Dari total 35 responden, sebagian besar patuh melakukan kunjungan KB yaitu sebanyak 24 (68,57%) responden. 3. Uji statistik chi square dengan signifikan 0,05 menghasilkan P value = 0,002 dimana 0,002 < 0,05 maka HO ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap wanita usia subur (WUS) tentang KB suntik dengan kepatuhan kunjungan KB di BPS Lely Desa Sobontoro Kabupaten Tulungagung. Saran 1. Bagi akseptor KB Diharapkan dapat merangsang responden membaca artikel-artikel tentang KB suntik. Sehingga meningkatkan sikapnya agar lebih positif 2. Bagi tempat penelitian Diharapkan dapat meningkatkan pelayanan KB khususnya KB suntik dengan memberikan informasi dan melakukan pendekatan kepada wanita usia subur (WUS). 3. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang pelayanan KB suntik. 4. Bagi peneliti Hendaknya dapat menumbuhkan keinginan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan KB suntik. Daftar Pustaka Anwar, D. 2001. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Karya Abditama. Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 156. BKKBN, 2007. Manfaat KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN Propinsi Jawa Timur. Handayani, Sri. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Hal 106-115 Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hal 163 Hastono, Susanto Priyo. 2001. Analisa Data. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Hal 42 Hidayat, A.Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Page 54
Analis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 86,93-95 Manuaba, Ida Bagus Gde dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dari Keluarga Berencana untuk Pendidkan Bidan. Jakarta: EGC. Hal 593 Meilani, Niken dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Fitramaya Hal 106109 Niven, Neil. 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC. Hal 192-195 Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 121, 164-168 Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 212 2008. Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal 79, 82, 83, 92, 101 Nursalam dan Pariani. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Jakarta: CV. Keperawatan. Seto. Hal 126 Prawiroharjo, Sarwono.2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo. Hal MK 34-48 Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan, Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 54 Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Hal 146 Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Hal 11, 13, 75-80 http:// dr_suparyanto.blogspot.com. Suparyanto. (2011). Konsep Kepatuhan Syafrizal. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Keluarga Berencana. Yahoo: Anggrek Idea Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Edisi IV. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 110-111, 145 Wawan, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal 20 Wijono, Wibisono. 1999. Pedoman Penanggulangan Efek Samping / Komplikasi Kontrasepsi. SMPFA Propinsi Jawa Timur Tahun 2002.
Page 55
HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD dr. Iskak TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh: LINA AMALIA NUNIK NINGTIYASARI S.Si.T ANITA DWI AGUSTINA SARI, SST One of the complications experienced neoanatus caused by maternal age, namely Infant Low Birth Weight (LBW). Neonates with low birth weight tend to have few complications that affect all the metabolic processes that occur within the body. The purpose of this study was to determine the relationship between maternal age with the incidence of LBW. This type of observational study is the design of analytical research. Approach between the variables is "cross sectionnal". While the technique of taking the sample is total sampling. Data were tested with the help of computers using the technique of Chi Square test with α of 0.05. The results showed that the risk factors of age who gave birth to LBW infants were 168 respondents (87%) of the total 193, with a p-value = 0.001 where 0.001 <0.05. This shows that there is a significant relationship between maternal age with the incidence of LBW. Latar Belakang Usia ibu hamil merupakan keadaan dimana ibu mengalami suatu proses kehamilan, dimana usia ibu hamil tersebut dapat mempengaruhi status kesehatan ibu itu sendiri maupun janinnya ketika hamil. Oleh karena itu usia ibu hamil tidak bisa dianggap ringan karena dapat menghambat dari proses pertumbuhan dan perkembangan janin tersebut salah satunya mengakibatkan Berat Badan Lahir rendah (BBLR). Berdasarkan data Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Timur tahun 2007, kejadian BBLR sebesar 1,76% yaitu 10.472 dari 594.263 bayi yang dilahirkan (depkes Jatim, 2010). Tahun 2008 angka kejadian BBLR di RSUD dr. Iskak Tulungagung sebesar 358 bayi (27%) dari 1298 bayi yang dilahirkan, yang disebabkan oleh usia ibu yang faktor resiko sebanyak 162, dari jumlah tersebut 86 disebabkan oleh usia muda dan 76 disebabkan oleh usia tua. Tujuan penelitian
Mengetahui hubungan usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD dr. Iskak Tulungagng tahun 2011. Tinjauan Pustaka Dalam mengalami suatu proses kehamilan usia ibu di kelompokkan menjadi yang tepat untuk menjalankan kehamilan (Tidak faktor resiko) dan usia yang dianjurkan untuk tidak mengalami kehamilan yaitu usia rawan (faktor resiko). Disini usia yang menjadi faktor resiko dibagi menjadi dua, yaitu usia muda kurang Jurnal Ilmiah Kebidanan
dari 20 tahun (< 20 tahun) dan usia tua lebih dari 35 tahun (> 35 tahun). Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda : 1. Keguguran 2. Mengalami perdarahan. 3. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) 4. Anemia Kehamilan / Kekurangan Zat Besi. 5. Keracunan Kehamilan (Gestosis) 6. Kematian ibu yang tinggi. 7. Persalinan yang lama dan sulit. 8. Cacat bawaan. Resiko Hamil di Atas Usia 35 Tahun: 1. Resiko Terhadap Ibu a. Keguguran b. Hamil di Luar Kandungan c. Obesitas d. Hipertensi e. Plasenta Previa f. Preeklampsia g. Komplikasi 2. Resiko Terhadap Bayi a. Kelainan Kromosom b. Persalinan Prematur dan BBLR Penatalaksanaan pada usia ibu hamil dapat dilakukan dengan cara melakukan upaya pencegahan. Pencegahan tersebut dapat mempersiapkan kehamilan secara matang. BBLR adalah bayi yang pada waktu lahir beratnya kurang dari 2.500 gram. Terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram, yaitu karena usia kehamilan kurang dari 37 minggu, berat badan kurang dari semestinya, sekalipun cukup bulan, atau karena kombinasi keduanya. Page 56
Klasifikasi Berat Badan Lahir Rendah 1. BBLR : Berat badan lahir bayi < 2500 gram. 2. BBLSR : Berat badan lahir bayi < 1500 gram. Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan lahir: 1. Status gizi ibu hamil 2. Asupan nutrisi pada ibu hamil 3. Usia ibu hamil 4. Jarak kehamilan ibu yang terlalu pendek (kurang dari 1 tahun) 5. Kebiasaan dan gaya hidup ibu hamil 6. Komplikasi yang dialami ibu selama hamil 7. Penyakit yang menyertai kehamilan 8. Usia gestasi pada saat bayi lahir Bayi lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak di bawah kulit yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500 gram. Tanda-tanda bayi kurang bulan: 1. Kulit tipis dan mengkilap. 2. Tulang rawan telinga sangat lunak karena belum terbentuk dengan sempurna. 3. Lanugo masih banyak ditemukan terutama pada punggung. 4. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik. 5. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora. 6. Pada bayi laki-laki, skrotum belum banyak lipatan, testis kadang belum turun. 7. Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk. 8. Kadang disertai dengan pernapassan tidak teratur. 9. Aktivitas dan tangisannya lemah. 10. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah. Tanda-tanda bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK): 1. Umur bayi dapat cukup, karang atau lebih bulan tetapi beratnya kurang dari 2500 gram. 2. Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat. 3. Kulit keriput, lemak di bawah kulit tipis. 4. Menghisap cukup kuat. 5. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian. 6. Bila kurang bulan, jaringan payudara kecil, puting kecil. Bila cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan. 7. Bayi perempuan bila cukup bulan, labia mayora menutup labia minora. Jurnal Ilmiah Kebidanan
8. Bayi laki-laki testis mungkin telah turun. Masalah-masalah BBLR: 1. Asfiksia 2. Gangguan napas 3. Hipotermi 4. Hipoglikemi 5. Masalah pemberian ASI 6. Infeksi 7. Hiperbilirubinemia 8. Masalah perdarahan Tatalaksanana BBLR saat lahir yaitu harus mendapat “Pelayanan Neonatal Esensial” yang terdiri atas: 1. Persalinan yang bersih dan aman 2. Stabilisasi suhu 3. Inisiasi pernapasan spontan 4. Pemberian ASI dini dan eksklusif 5. Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi. Perawatan BBLR setelah lahir adalah sebagai berikut: 1. Tanyakan tanggal perkiraan kelahiran atau umur kehamilan 2. Timbang berat bayi (dalam keadaan telanjang) dan bernapas baik. 3. Lakukan pemeriksaan fisik 4. Jaga bayi tetap hangat. 5. Mendorong ibu untuk meneteki atau memerah kolostrum. 6. Periksa tanda vital setiap 30-60 menit selama 6 jam 7. Jika suhu aksila turun di bawah 36,5oC, anjurkan ibu untuk melakukan perawatan metode kanguru kontinyu. Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2012 selama 1 hari. Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analitik dengan pendekatan crosssectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Ibu bersalin dan bayi yang dilahirkannya di RSUD dr. Iskak Tulungagung yang berjumlah 828. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalahtotal sampling Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap- tahap editing, coding, scoring, tabulating. Tehnik uji yang dipilih hubungan (korelasi) data usia ibu hamil yang faktor resiko dan bukan yaitu data kategori dengan data kategori. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan uji chi square dengan α 0,05. Hasil dan Pembahasan Page 57
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hampir seluruh responden memiliki usia yang tidak beresiko, yaitu sebesar 635 (77%). Dan hampir seluruh responden dengan usiayang beresiko melahirkan bayi BBLR yaitu 168 (87%). Berdasarkan uji Chi Square signifikasi 0,05 dengan p-value 0,001< 0,05. sehingga Hoditolakdan H1diterima yang berarti ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Pada usia ibu yang faktor resiko dapat melahirkan bayi BBLR. Hal ini dikarenakan pada ibu yang hamil pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan ibu itu sendiri dan janinya. Selain itu hamil pada usia muda (< 20 tahun) alat reproduksi belum matang terutama rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan dan terjadi penurunan fungsi sel dari alat reproduksi terutama rahim yang fungsinya menurun dalam menerima suatu proses kehamilan, serta kemungkinankemungkinan komplikasi yang terjadi diusia ini. Pembentukan organ-organ janin akan terganggu atau tidak optimal sehingga terjadi retardasi perkembangan janin intrauterin, sehingga janin bisa lahir cacat atau lahir dengan berat badan yang rendah yang disebut BBLR. Kesimpulan 1. Hampir semua dari responden merupakan usia tidak faktor resiko yaitu 635 (77%) responden. 2. Hampir semua dari neonatus tidak mengalami BBLR yaitu sebanyak 626 (76,2%) responden. 3. Berdasarkan uji Chi Square dengan signifikasi 0,05 terhadapp-value 0,001< 0,05,sehingga Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR. Saran 1. Bagi Peneliti Diharapkan peneliti dapat lebih mengembangkan dan meningkatkan penelitianya. 2. Bagi Tempat Penelitian Disarankan hendaknya meningkatkan kemampuan dalam pengawasan dan pelayanan antenatal serta penanganan neonatus dengan komplikasi. 3. Bagi Instansi Pendidikan
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Diharapkan ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan tentang pengawasan antenatal yang tepat. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 235, 259 Cunningham, MacDonald, Gant. 2006. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Hal 222, 224, 225, 226, 228, 2210 dr. Manuaba, Ida Bagus Gde Fajar, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC. Hal: 436, 437, 438 Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Manajamen Bayi Berat Lahir Rendah Untuk Bidan Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI. Hal 10, 12, 25, 161 Helen, Varney Brust. 2004. Ilmu Kebidanan. Bandung: Sekelolaan Publisher. Hal 312 Hidayat, Alimul, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hal 34, 121 Metode Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 69, 105, 142. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal: 93, 97, 111 _________. 2006. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal: 91 Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 112, 114, 161, 362. Prilia, Detiana. 2010. Hamil Aman dan Nyaman di Atas Usia 35 Tahun. Yogyakarta: Media Pressindo Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal: 80, 246. The United Nations Children’s Fund. 2010. Statistics .unicef.org, 27/11/2011, 04.10 pm. Page 58