Vol. 12, No. 2, Agustus 2011
ISSN 1411 - 4356
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik
Daftar Isi: Rancang Bangun Mesin Penghitung Koin (Coin Dispencer) Menggunakan Mikrokontroller AT89C2051 Puput Wanarti Rusimamto
58
64
Studi Penggunaan Wavelet pada Sistem Informasi Kelistrikan Skala Besar Bambang Sujanarko
65 70
Perancangan Kendaraan Hybrid Roda Dua dengan Sistem Full Automatic Erny Listijorini
71 78
Perbandingan Kinerja Modulasi Adaptif dan Modulasi QPSK pada Sistem MC-CDMA Achmad Ansori
79 84
Analisis Profil Alumni Prodi D3 Manajemen Informatika Universitas Negeri Surabaya menggunakan metode Clustering K-Means Wiyli Yustanti, Ria Susanti
85 90
Implementasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam Perancangan Pemotong Singkong Diah Wulandari
91 98
Beban Transien pada Sirkuit Luar Pemfc terhadap Efisiensi PEMFC Aris Ansori
99
106
Karakteristik Lapis Batas Permukaan Plat Datar dengan Gangguan Obstacle Berbentuk Rectangular Menggunakan Simulasi Numerik Model Turbulensi Rans A.Grummy Wailanduw, Wawan Aries Widodo
107
118
Komparasi Kinerja dan Emisi Gas Buang Mesin Bensin Satu Silinder Berbahan Bakar Premium dan E-10 pada Variasi Perbandingan Kompressi Indra Herlamba Siregar
119
127
Jurnal Teknika
Vol. 12
No. 2
Hal.
Surabaya Agustus 2011
ISSN 1411-4356
TEKNIKA Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik ISSN: 1411-4356 Vol. 12, No. 2, Agustus 2011 Jurnal Teknika mempublikasikan hasil penelitian ilmiah dosen, mahasiswa dan peneliti di Bidang Ilmu Teknik berupa penelitian dasar, perencanaan, perancangan dan studi pengembangan teknologi. Jurnal Teknika terbit secara berkala enam bulanan (Februari dan Agustus)
Ketua Penyunting: Prof. Dr. E. Titiek Winanti, M.S.
Penyunting FT UNESA
Prof. Dr. E. Titiek Winanti, M.S. Prof. Dr. Drs. Ir. H.Kusnan, M.T., M.M. Dr. I G. P. Asto Buditjahjanto, S.T., M.T. Dr. Bambang Suprianto, M.T. Dr. Ir. Aisyah Endah Palupi, M.Pd. Drs. Tri Wrahatnolo, M.Pd., M.T. Puput Wanarti Rusimamto, S.T., M.T. Drs. Noor Tjahjono, M.T.
Anita Qoiriah, S.Kom., M.Kom. Drs. Ir. I Wayan Susila, M.T. Drs. A.Grummy Walianduw, M.Pd.,MT. Ir. Umar Wiwi, M.T. I Made Arsana, S.Pd., M.T. Drs. Ir. Karyoto, M.S. Drs. Soeparno, M.T.
Penyunting Pelaksana: Puput Wanarti Rusimamto, S.T., M.T. Dodik Arwin Dermawan, S.ST., S.T., M.T.
Sekretariat Redaksi: Fakultas Teknik Gedung A1 Kampus UNESA Ketintang Surabaya Telp. (031) 8280009 pes.500 - (031) 8280796 E-mail:
[email protected]
TEKNIKA
ISSN 1411 - 4356 Vol. 12, No. 2, Agustus 2011
Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Teknik
Daftar Isi
Rancang Bangun Mesin Penghitung Koin (Coin Dispencer) Menggunakan Mikrokontroller AT89C2051 Puput Wanarti Rusimamto
58 64
Studi Penggunaan Wavelet pada Sistem Informasi Kelistrikan Skala Besar Bambang Sujanarko
65 70
Perancangan Kendaraan Hybrid Roda Dua dengan Sistem Full Automatic Erny Listijorini
71 78
Perbandingan Kinerja Modulasi Adaptif dan Modulasi QPSK pada Sistem MC-CDMA Achmad Ansori
79 84
Analisis Profil Alumni Prodi D3 Manajemen Informatika Universitas Negeri Surabaya menggunakan metode Clustering K-Means Wiyli Yustanti, Ria Susanti
85 90
Implementasi Metode Quality Function Deployment (QFD) dalam Perancangan Pemotong Singkong Diah Wulandari
91 98
99
106
Karakteristik Lapis Batas Permukaan Plat Datar dengan Gangguan Obstacle Berbentuk Rectangular Menggunakan Simulasi Numerik Model Turbulensi Rans A.Grummy Wailanduw, Wawan Aries Widodo
107
118
Komparasi Kinerja dan Emisi Gas Buang Mesin Bensin Satu Silinder Berbahan Bakar Premium dan E-10 pada Variasi Perbandingan Kompressi Indra Herlamba Siregar
119 127
Beban Transien pada Sirkuit Luar Pemfc terhadap Efisiensi PEMFC Aris Ansori
TEKNIKA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011: 65 70
ISSN 1411 4356
STUDI PENGGUNAAN WAVELET PADA SISTEM INFORMASI KELISTRIKAN SKALA BESAR Bambang Sujanarko Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Jember
Abstrak Data pengukuran merupakan komponen utama dalam manajemen energi listrik skala besar. Dibutuhkan lebar pita besar untuk menjamin bahwa data tersebut tersalurkan dengan besaran dan waktu yang tepat. Penelitian ini menguraikan upaya menekan lebar pita penyaluran data pengukuran area luas (Wide Area Measurement/WAM) yang ada pada kelistrikan skala besar (Wide Area Network/WAN) dengan menggunakan wavelet. Simulasi dengan 10 tingkat wavelet telah berhasil membuktikan bahwa wavelet dapat digunakan untuk penghematan lebar pita tanpa mengurangi ketepatan. Kata Kunci: wide area network, lebar pita, wavelet, manajemen energi listrik.
Abstract Data measurement is a major component in the large scale electrical energy management. Large bandwidth required to ensure that the data is received in the correct magnitude and timing. This research describes the efforts to suppress the bandwidth of measurement data distribution of wide area (Wide Area Measurement / WAM) in large-scale electricity (Wide Area Network / WAN) using wavelet. A simulation with 10 levels of wavelet has been proved that the wavelet can be used for bandwidth savings without compromising accuracy. Keyword: wide area network, bandwidh, wavelet, electrical management.
1. Pendahuluan Sistem kelistrikan skala besar modern banyak menggunakan kejadian perubahan tegangan, arus, daya, energi dan frekuensi untuk monitoring, operasi dan kontrol. Keterlibatan sensor, sistem komunikasi dan jaringan komputer terdistribusi mutlak diperlukan [Adamiak]. Peristiwa blackout pada beberapa sistem skala besar di Amerika Utara (14 Agustus 2003), Swedia Selatan dan Denmark Timur (23 September 2003), dan Italia (28 September 2003), memberikan isyarat bahwa terjadi ketidakberesan pada koordinasi sistem, yang diakibatkan keterbatasan dalam melakukan sensing dan menyalurkan data kejadian perubahan sistem kelistrikan dalam sistem interkoneksi tersebut [Andersson]. Belajar dari kejadian tersebut, maka pada kelistrikan skala besar perlu terus dikembangkan teknologi yang akan mampu meningkatkan keandalan dan stabilitas sistem. Teknologi tersebut, antara lain adalah: risk-based system security assessment; coordinated emergency
controls; on-line dynamic security assessment; adaptive relaying; real-time system monitoring and control; distributed generation technologies; Flexible Alternating Current Transmission System (FACTS) dan High Voltage Dirrect Current (HVDC) [Andersson]. Interaksi dan interdependensi antara teknologi tersebut, membutuhkan sistem informasi dan komunikasi. Dengan demikian, maka sistem skala besar akan membutuhkan lebar pita yang besar agar penyaluran data menjadi efisien. Beberapa teknologi yang dapat menekan lebar pita telah dihasilkan, salah satunya adalah wavelet yang dalam penelitian ini akan dilakukan uji performansinya melalui simulasi dengan menggunakan Matlab 7.1. 2. Kebutuhan kecepatan dalam Proteksi dan Kontrol Wide area protection and control (WAPaC) pada WAN, merupakan sistem yang harus mampu merespon gangguan pada seluruh sistem maupun sistem lokal.
65
TEKNIKA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011: 65 70
Beberapa gangguan harus direspon secara cepat[Adamiak, Andersson, Ribeiro], seperti : Ketidakstabilan transient (< 1 s); Ketidakstabilan dinamis (< beberapa detik); redam atau tidak teredam (< beberapa detik); menit); (< beberapa menit). Ketidakstabilan transient dan dinamis dapat diakibatkan oleh kenaikan atau penurunan aliran beban yang mendadak pada system transmisi. Jika tidak diredam, maka akan terjadi ayunan (swing) sehingga akan kehilangan sinkronisasi dan akibat lebih jauh adalah sistem mengalami kolap. Ketidak stabilan frekuensi lebih sering dihasilkan oleh ketidakseimbangan pembang kitan dan beban. Peredaman yang kurang atau tidak teredam dihasilkan oleh tansmisi yang lemah atau pengaturan power system stabilizer (PSS) yang tidak optimum. Ketidak stabilan tegangan dihasilkan oleh tidak cukupnya daya reaktif pada transmisi dan atau sumber daya reaktif. Beban lebih akibat panas (Severe thermal overload) dimugkinkan terjadi akibat kontingensi secara simultan atau hampir simultan. Suatu sistem WAPaC harus memiliki kemampuan untuk tidak hanya mendeteksi awal gangguan, tetapi juga untuk melakukan tindakan pengendalian riil secara efektif dalam waktu yang tepat. Kendali bisa meliputi swithcing jaringan, geration schedding, load schedding, load modulation (melalui Thyristor Controlled Series Capasitor), pengereman dinamis, generator fast valving, regulasi tegangan, kontrol Var (reaktor/kapasitor atau linier seperti kontrol eksitasi generator). Frekwensi ayunan dapat bervariasi dari beberapa Hz sampai puluhan Hertz (untuk peredaman kurang baik) sampai 2Hz (untuk ayunan pertama akibat suatu gangguan). Untuk mendeteksi ayunan 2 Hz, ketentuan Nyquist mempersyaratkan frekuensi sampling harus lebih besar 4 Hz. Dengan demikian, jika misalnya suatu ayunan 6 Hz diperlukan sedikitnya 30 hingga 60 fasor per
66
ISSN 1411 4356
detik. Laju fasor ini mulai diperlukan untuk merepresentasikan sifat alami data. Laju fasor yang lebih rendah dari 6 Hz dimungkinkan terjadi pada ayunan 0.3 detik (sedikitnya 2 sample fasor) sehingga diperlukan waktu antara 0.35 sampai 0.5 detik untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan. Pada laju fasor 15 Hz, pendeteksian ayunan bisa terjadi dalam waktu kurang dari 0.133 s dengan waktu untuk bereaksi dan pendeteksian lebih cepat. Frekwensi ayunan lebih lambat memerlukan waktu lebih lama untuk mengukur sudut fase dan besar ayunan, tetapi memperbolehkan waktu yang lebih lama untuk mengambil reaksi dan keputusan. Dalam kasus ketidakstabilan frekwensi, batasan waktu yang diperlukan untuk tindakan, pada umumnya lebih pendek dibanding waktu tanggapan governor generator. Laju perubahan frekwensi pada 5 sampai10 Hz/detik telah diamati pada kasus terjadinya ketidaksepadanan (missmatch) dari pembangkitan dan beban, tetapi laju kurang dari 2 Hz/detik. Mengingat umumnya generator trip secara normal dengan cepat pada frekwensi kurang dari 3 Hz, respon dalam waktu kurang dari 0.3 s diperlukan untuk menangkap fenomena yang terjadi (dengan load schedding). Ketidakstabilan tegangan, dimana tegangan dalam suatu daerah menjadi tak dapat dikendalikan (dengan tanpa ada dropping frekwensi), mempunyai batasan waktu yang variabel. Pada ketidakstabilan tegangan transien, batasan waktu yang diperlukan untuk tindakan perbaikan dapat dilakukan sepersekian detik. Akan tetapi pada kasus lain dimana ketidakstabilan tegangan diakibatkan oleh interaksi beban, batasan waktu dapat menjadi beberapa menit. Pada kedua kasus, masalah stabilitas relatif gampang bila dibandingkan kasus ketidakstabilan dinamis dalam hal deteksi dan kendali oleh sistem WAPaC sistem. Dengan gambaran sepeti telah diberikan, daerah yang terpengaruh bisa dikenali dan suatu kendali dapat dioptimalkan kurang dari satu detik. Sistem WAPaC relatif mudah diberlakukan bagi beban berat yang berkenaan dengan panas (releve thermal load), karena batasan waktu tanggapan yang diperlukan adalah beberapa detik.
Studi Penggunaan Wavelet pada Sistem Informasi Kelistrikan Skala Besar Bambang Sujanarko
3. Infra Struktur Komunikasi Listrik Skala Besar Sistem komunikasi dan informasi merupakan komponen kunci dalam WAN. Sistem ini akan menjadi sarana menyalurkan seluruh informasi dari jarak yang cukup jauh yang dibutuhkan untuk manajemen sistem dalam menjamin keandalan dan stabilitas WAN. Gambar 1 memperlihatkan arsitektur sistem komunikasi pada WAN [Andersson]. Performansi komunikasi tersebut umumnya diukur dengan lebar pita, Bit Error Rate (BER), multi-point access, dan derajat redundancy.
Lebar pita sistem komunikasi diperlukan untuk memprediksi implementasi protokol. Standar Synchrophasor IEEE 1344 mempersyaratkan struktur format paket data minimal dalam format biner [Adamiak]. Untuk menyalurkan satu fasor dalam format tersebut melalui saluran 4800 BPS, dibutuhkan waktu 30 ms. Padahal pada kenyataannya diperlukan sejumlah fasor yang disalurkan pada waktu yang sama sebagai kebutuhan informasi antar lokasi.
(a) Konfigurasi dan relai pada substation
(b) Sensor dan jaringan lokal Gambar 1. Arsitektur sistem WAN
Pada beberapa tahun terakhir, topologi komunikasi WAN telah berhasil menyalurkan pesan dari satu area ke sejumlah node dalam sistem dalam waktu kurang dari 6 ms. Sistem komunikasi pada WAN juga harus didesain dengan keandalan yang tinggi. Kehilangan informasi dalam bentuk kesalahan bit harus ditekan seminimal
mungkin. Namun demikian batasan sistem kesalahan bit yang muncul dalam saluran sistem komunikasi perlu diperhitungkan. Sistem komunikasi WAN juga harus mempertimbangkan redudancy agar kesalahan common mode dapat diminimalkan.
67
TEKNIKA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011: 65 70
Listrik skala besar umumnya menggunakan kombinasi sistem komunikasi analog dan digital. Power line carrier (PLC), microwave dan fiber optics (FO) merupakan teknologi yang banyak digunakan. Pemilihan teknologi yang digunakan sangat tergantung pada kebutuhan komunikasi spesifik, skala area kelistrikan, biaya dan kemungkinan integrasi di masa yang akan datang. PLC merupakan teknologi yang sudah banyak diterapkan. Umumnya digunakan 10 hingga 100 watt PLC untuk komunikasi dari satu substasion ke substasion lain, dengan frekuensi antara 20-500 kHz. Sementara penggunaan gelombang mikro ada WAN juga banyak diterapkan, untuk mengatasi kebutuhan komunikasi dengan cakupan yang lebih luas sehingga membutuhkan lebar pita yang besar dan kebutuhan kecepatan transfer data. Pertambahan kebutuhan sistem komunikasi juga diantisipasi dengan penggunaan fiber optik sebagai saluran komunikasi. Beberapa kriteria untuk menjamin komunikasi lewat fiber optik juga harus dipenuhi. Dengan FO lebar pita dapat mencapai orde Giga bit per detik, meskipun harganya relatif lebih mahal. Gambar 2 memeprrlihatkan penggunaan FO dalam sistem SONET (Synchronous Optical Network) [Andersson].
ISSN 1411 4356
sampling 15.360 Hz, maka untuk akuisisi data diperlukan 234.375 Mb/s. Jika dalam sistem WAN terdapat 1000 sistem distribusi, maka diperlukan 234 Gbit lebih untuk mengkomunikasikan data perubahan kejadian sistem tersebut. Teori wavelet adalah suatu konsep yang relatif baru dikembangkan. Kata wavelet diberikan oleh Jean Morlet dan Alex Grossmann diawal tahun 1980-an, dan ondelette onde berarti gelombang kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris menjadi wave, lalu digabung dengan kata aslinya sehingga merupakan sebuah basis sebuah ruang vektor. Basis wavelet berasal dari sebuah fungsi penskalaan atau dikatakan juga sebuah scaling function. Scaling function memiliki sifat yaitu dapat disusun dari sejumlah salinan dirinya yang telah didilasikan, ditranslasikan dan diskalakan. Fungsi ini diturunkan dari persamaan dilasi (dilation equation), yang dianggap sebagai dasar dari teori wavelet [Ribeiro]. Persamaan dilasi berbunyi demikian:
(1) dari persamaan scaling function ini dapat dibentuk persamaan wavelet yang pertama (atau disebut juga mother wavelet), dengan bentuk sebagai berikut: (2)
Gambar 2. SONET 4. Kompresi data Wide Area Measurement dengan Wavelet Meskipun teknologi telah mampu menghasilkan FO dengan lebar pita yang besar, namun penghematan lebar pita dalam bentuk kompresi informasi perlu dilakukan. Sebagai misal jika terdapat 1000 bagian dalam sistem distribusi listrik, ang menggunakan ADC 16 bit dengan laju
68
Dari mother wavelet ini kemudian dapat dibentuk wavelet-wavelet berikutnya ( 1, 2 dan seterusnya) dengan cara mendilasikan (memampatkan atau meregangkan) dan menggeser mother wavelet. Scaling function yang dapat membentuk wavelet bermacam-macam jenisnya. Berdasarkan scaling function inilah basis wavelet memiliki nama yang berbeda-beda. Wavelet Haar memiliki scaling function dengan koefisien c0 = c1 = 1. Wavelet Daubechies dengan 4 koefisien (DB4) memiliki scaling function dengan
Studi Penggunaan Wavelet pada Sistem Informasi Kelistrikan Skala Besar Bambang Sujanarko
koefisien c0 1 2 = (3. 3 = (1Wavelet B-Spline kubik memiliki scalilng function dengan koefisien c0 = 1/8, c1 = 4/8, c2 = 6/8, c3 = 4/8, c4 = 1/8. Dan seterusnya. Dari sejumlah manfaat yang dapat dihasilkan pada aplikasi wavelet, pada penelitian ini wavelet digunakan untuk menghemat lebar pita komunikasi data dan kontrol pada sistem kelistrikan skala besar. Konfigurasi sistem dimaksud adalah seperti Gambar 3.
Gambar 4. Bentuk sinyal wavelet
sinyal
wavelet sinyal
Invers wavelet
kuantisasi
dekoder
dekuantisasi
enkoder
Saluran komunikasi
Gambar 3. Konfigurasi sistem Sinyal yang berasal dari sensor atau dari substation akan ditransformasi wavelet oleh suatu rangkaian wavelet yang terdiri dari sejumlah two channel subband filter. Selanjutnya sinyal akan dikuantisasi dan kemudian dikodekan. Keluarannya berupa sinyal dengan lebar pita yang lebih sempit, tetapi mengandung informasi kejadian pada sensor atau substation. Pada substation atau pada sentral pengendalian sinyal tersebut kemudian akan dibentuk kembali menjadi sinyal aslinya, setelah elalui saluran komunikasi,dengan menggunakan enkoder, dekuantisasi dan invers wavelet. 5. Hasil Simulasi dan Pembahasan Simulasi dengan menggunakan Matlab 7, menghasilkan bentuk sinyal wavelet seperti Gambar 4, dengan perbandingan sinyal masuk dan keluar dari sistem seperti Gambar 5.
Gambar 5. Perbandingan masukan dan keluaran Sedangkan lebar pita pada beberapa titik dari subsistem dari konfigurasi, diperlihatkan pada Gambar 6. Pada gambar tersebut tampak bahwa lebar pita sinyal yang harus ditansmisikan seharusnya hampir 400 Hz. Sedangkan dengan menggunakan teknik wavelet saluran komunikasi hanya akan menyalurkan data dengan lebar pita sebesar 200 Hz. Dengan hasil tersebut maka wavelet pada prinsipnya dapat digunakan untuk menekan lebar pita pada komunikasi data dan kontrol pada sistem listrik skakla besar.
69
TEKNIKA, Vol. 12, No. 2, Agustus 2011: 65 70
ISSN 1411 4356
Gambar 6. Lebar pita pada sistem komunikasi dengan wavelet
6. Kesimpulan Penggunaan wavelet untuk komunikasi data dan kontrol pada sistem kelistrikan WAN, dalam bentuk simulasi telah mampu menghasilkan performansi lebar pita yang lebih hemat. Teknis penggunaannya dapat dilakukan baik pada substation maupun antar substation. Daftar Pustaka M. G. Adamiak, dkk, 2006, Wide Area Protection Technology and Infrastruc-tures, IEEE Transactions On Power Delivery, Vol. 21, No. 2, April 2006.
70
G. Andersson, dkk, 2005, Causes of the 2003 Major Grid Blackouts in North America and Europe, and Recommended Means to Improve System Dynamic Performance, IEEE Transactions On Power Systems, Vol. 20, No. 4, November 2005. Moisés V. Ribeiro, dkk, 2007,A Novel MDLbased Compression Method for Power Quality Applications, IEEE Transactions On Power Delivery, Vol. 22, No. 1, January 2007.
Petunjuk Penulisan Artikel untuk Jurnal Teknika (14 pt) Nama Penulis tanpa disertai gelar akademik (11 pt) bold Nama lembaga tempat penulis bekerja disertai alamat (10 pt)
Abstrak (11 pt) Berikut ini disampaikan petunjuk dan format penulisan artikel serta penilaiannya untuk publikasi di Jurnal Teknika. (10 pt)
Abstract (11 pt) Submission of an article is understood to imply that the article is original and published and is not being considered for publication elsewhere. Upon acceptance of an article, the author(s) will be asked to transfer the copyright of the article to Jurnal Teknika. (10 pt)
1. Pendahuluan Jurnal Teknika mempublikasikan hasil penelitian ilmiah dosen, mahasiswa, dan peneliti di bidang Ilmu Teknik berupa penelitian dasar, perencanaan, perancangan dan studi pengem-bangan teknologi. Artikel yang masuk dipahami sebagai karya orisinil yang belum pernah dipublikasikan. 2. Petunjuk Penulisan Artikel Artikel dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris, abstrak (100200 kata) disertai kata kunci, ditulis dalam dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ditulis pada kertas HVS A4, format 2 kolom seperti contoh halaman ini, lebar 7.62 cm, spasi 0.75 cm, margin kiri 3 cm, kanan 3 cm, margin atas 3 cm, margin bawah 3 cm, header dan footer 1.25 cm. Jumlah halaman 10 sampai dengan 15 halaman. Artikel ditulis menggunakan MS-Word dalam spasi tunggal. Huruf yang digunakan (fonts) Times New Roman, Judul (14 pt), nama penulis serta abstrak (11 pt) alamat dan isi abstrak (10 pt) dan isi teks (11 pt). Materi disusun mengikuti kaidah umum: 1. Pendahu-luan yang berisi latar belakang, tujuan, dan kontribusi, 2. Teori, 3. Metode, 4. Hasil dan Pembahasan, 5. Kesimpulan. Penulisan artikel bukan berbentuk laporan penelitian. Tabel dan gambar harus diberi nomor berurut dan dibahas dalam naskah. 3. Penilaian Naskah Redaksi tidak membatasi waktu penerimaan artikel. Semua naskah yang masuk akan dinilai
oleh penyunting ahli dengan format penilaian yang telah ditetapkan oleh Dewan Penyunting. Hasil penilaian oleh penyunting ahli akan diolah oleh Dewan Penyunting. Naskah yang tidak dimuat tidak dikembalikan. 4. Kesimpulan Artikel berupa print-out dan softcopy yang telah mengikuti acuan di atas, dapat dikirim langsung melalui pos ke Sekretariat Jurnal Teknika dengan alamat Fakultas Teknik Gedung A1 Kampus UNESA Ketintang Surabaya, atau dapat melalui email: jurnalteknika@unesa. ac.id. Contoh Penulisan Daftar Pustaka Buku: Berk, R.A. (Ed.). 1984. A Guide Criterion Referenced Test Contruction. Baltimore: The John Hopkins University Press. Jurnal: in
the
analysis
and
planning of Science
Education, 54. (91-95). Makalah: Sunarto, 1999. Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi disampaikan pada Seminar Sehari dalam rangka Evaluasi dan Pengembangan Kurikulum ITATS Menjelang Tahun 2000, tanggal 30 Oktober 1999 di