JURNAL ILMIAH ILMU KEBIDANAN Susunan Redaksi Pelindung Dr. Denok Sri Utami
Penasehat Siti Maryam, SST. M.Kes Dra. Nunun Nurhajati, M.Si Nunik Ningtiyasari, S.Si.T
Penanggung Jawab Ainun Hanifa, S.Si.T
Pemimpin Redaksi Ainun Hanifa, S.Si.T
Sekretaris Redaksi Widya Lusi A, SST
Anggota Redaksi Sri Hartatik, Amd Moch. Eldon, SE Sri Supeni, Amd
Alamat Redaksi Program Studi D III Kebidanan Universitas Tulungagung Jl. Raya Tulungagung-Blitar Km. 4 Sumbergempol Tulungagung 66291 Telp. (0355) 331080, 335735, fax. (0355) 331080 Email.
[email protected] Website. www.akbid-unita.ac.id
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page ii
Pedoman Bagi Penulis Jurnal Ilmiah Kebidanan merupakan jurnal ilmiah yang terbit setiap 1 tahun sekali. Jurnal Ilmiah Kebidanan Prodi D III Kebidanan Universitas Tulungagung dapat menerima semua artikel penelitian asli yang relevan dengan bidang kebidanan dengan ketentuan sebagai berikut: Artikel Penelitian Artikel penelitian asli dalam ilmu kebidanan. Format artikel penelitian terdiri atas halaman judul, abstrak (Indonesia/ Inggris), pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil dan pembahasan, kesimpulan, saran dan daftar pustaka. Laporan Kasus Artikel mengenai kasus dalam bidang ilmu kebidanan yang perlu disebarluaskan. Format laporan kasus terdiri atas judul, abstrak (Indonesia/ Inggris), pendahuluan, tinjauan pustaka, kasus, pembahasan, daftar pustaka. Surat Kepada Redaksi Sarana komunikasi pembaca dengan redaksi dan pembaca lain yang dapat berisi komentar, sanggahan, atau opini mengenai isi jurnal ilmiah kebidanan sebelumnya atau usul untuk selanjutnya. Petunjuk Umum Untuk menghindari duplikasi, Jurnal Ilmiah Kebidanan Prodi D III Kebidanan Universitas Tulungagung tidak menerima artikel yang sudah dipublikasikan atau sedang diajukan kepada jurnal ilmiah lain, dengan menandatangani surat pernyataan. Penulis harus memastikan bahwa seluruh penulis pembantu telah menyetujui. Bila diketahui artikel telah dimuat pada jurnal lain, maka Jurnal Imiah Kebidanan Prodi D III Kebidanan Universitas Tulungagung edisi selanjutnya artikel akan dianulir. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Penulisan Artikel Artikel diketik 1 spasi pada kertas A4, dengan jarak dari tepi kiri 4 cm, tepi kanan, atas dan bawah 3 cm. Jumlah halaman maksimal 10 lembar tiap artikel, jenis huruf Arial ukuran 11. Setiap halaman diberi nomor secara berurutan dimulai dari halaman judul sampai halaman terakhir. artikel ilmiah dikirimkan dalam bentuk softcopy (CD) dan 1 berkas artikel penelitian asli. Tulis nama file dan program yang dipergunakan pada label CD. Halaman Judul Halaman judul berisi judul artikel ilmiah, nama penulis dengan gelar lengkap. Abstrak dan Kata Kunci Abstrak untuk setiap artikel bisa ditulis menggunakan bahasa Indonesia/ Inggris. Bentuk abstrak tidak terstruktur dengan jumlah maksimal 200 kata. Abstrak ditulis ringkas dan jelas sesuai dengan format introduction, method, resulth, discussion (IMRAD). Tabel Tabel disusun berurutan. Setiap tabel harus diberi judul singkat. Tempatkan penjelasan dan singkatan pada keterangan tabel, bukan pada judul tabel. Jumlah tabel maksimal 6 buah. Metode Statistik Jelaskan metode statistik secara rinci pada bab metode. Daftar Pustaka Rujukan ditulis sesuai dengan aturan penulisan, diberi nomor urut sesuai dengan pemunculan dalam jurnal ilmiah kebidanan. Jumlah rujukan maksimal 20 buah dar iterbita minimal 10 tahun terakhir. hindarkan rujukan berupa komunikasi pribadi kecuali untuk informasi yang tidak mungkin diperoleh dari sumber umum.
Page iii
DAFTAR ISI Hubungan antara sikap lansia tentang posyandu lansia dengan keteraturan mengikuti posyandu lansia di desa Mojoarum kecamatan Gondang kabupaten Tulungagung tahun 2013 Lisa Wiratnasari, Astika Rasyiid, Ainun Hanifa ............................................................... 1 Hubungan kehamilan serotinus dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak kabupaten Tulungagung tahun 2012 Ayu Fitri M, Siti Maryam, Rini Sulistyowati ..................................................................... 6 Hubungan paritas ibu bersalin dengan kejadian hemorrhagic post partum (hpp) di RSUD dr. iskak kabupaten Tulungagung tahun 2012 Putri Eka Sejati, Nunik Ningtiyasari, Widya Lusi A ........................................................ 12 Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan berat badan dengan frekuensi penimbangan batita 1-3 tahun di posyandu desa Wonorejo kecamatan Sumbergempol kabupaten Tulungagung tahun 2013 Inggit Yullyansi.............................................................................................................. 28 Perbedaan apgar score antara bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir sectio caesaria di ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2013 Putri Nurlia, Nunik Ningtiyasari, Widya Lusi A ............................................................... 23 Hubungan antara sikap ibu primigravida trimester III tentang nutrisi kehamilan dengan status gizi ibu hamil di BPS Tumini desa Pulosari kecamatan Ngunut kabupaten Tulungagung tahun 2013 Lindha Wulandari, Astika Rasyiid, Ainun Hanifa............................................................ 28 Hubungan sikap ibu primigravida tentang imunisasi TT dengan pelaksanaan imunisasi TT di desa Tiudan kecamatan Gondang kabupaten Tulungagung tahun 2013 Mahlufi Arafah, Nunik Ningtiyasari, Ainun Hanifa ......................................................... 34 Perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persiapan persalinan di puskesmas Gondang kabupaten Tulungagung Siti Amiroh H,Nunik Ningtiyasari, Erik Ekowati .............................................................. 39 Hubungan pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan kunjungan lansia ke posyandu lansia di wilayah kerja puskesmas Bangunjaya kecamatan Pakel kabupaten Tulungagung Ernik Rustiana............................................................................................................... 44 Hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash di posyandu desa Kedungsigit kecamatan Karangan kabupaten Trenggalek tahun 2013 Mita Purnamasari, Inggit Yullyansi, Anita Dwi A ............................................................ 50 Hubungan antara sikap ibu balita tentang posyandu dengan keteraturan kunjungan ibu balita ke posyandu di desa Wonorejo kecamatan Sumbergempol kabupaten Tulungagung tahun 2013 Astika Rasyid ................................................................................................................ 56
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page iv
Keefektifan foot and hand massage dalam penurunan nyeri post secar di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek Tahun 2013 Rini Sulistyawati............................................................................................................ 60 Hubungan nilai tes masuk mahasiswa berdasarkan ujian dan rapor dengan prestasi belajar mahasiswa di prodi D3 kebidanan universitas Tulungagung Ernawati Tri Handayani................................................................................................. 65 Sikap ibu balita tentang tumbuh kembang anak balita usia 0-5 tahun di posyandu desa Mirigambar kecamatan Sumbergempol kabupaten Tulungagung tahun 2013 Nuraniza Cipta Devida, Inggit Yullyansi, Sandra Dewi S ............................................... 68 Sikap ibu nifas tentang penggunaan KB suntik 3 bulan di ruang Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2013 Lusi Taniya, Astika Rasyid, Ainun Hanifa ...................................................................... 73
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page v
HUBUNGAN ANTARA SIKAP LANSIA TENTANG POSYANDU LANSIA DENGAN KETERATURAN MENGIKUTI POSYANDU LANSIA DI DESA MOJOARUM KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh : LISA WIRATNASARI ASTIKA RASYID, SST AINUN HANIFA, S.Si.T Integrated health service posts elderly people were followed by elderly people in an area that by the community where they can get health care. Target integrated health service posts visits elderly in 2012 were 50% while the number of 17% had been achieved. The purpose of this study was to determine the relationship between attitudes about the elderly with regularity elder integrated health service posts following elderly integrated health service posts. Based on the results of research on attitudes elderly in elderly integrated health service posts from Chi Square test results obtained signifikan was 0,05 produce p value = 0,040. Because 0.040 < 0.05 which meant that H0 was significance level (rejected, so that there is a relationship between attitudes about elderly integrated health service posts with regularity follow elderly integrated health service posts. Information from health professionals will have an impact on a positive attitude. So expect more positive attitude elderly will increase the regularity of visits to the elderly posyandu. Pendahuluan Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. World Health Organization (WHO) meramalkan bahwa penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2007, jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Jumlah lansia pada tahun 2012 di Kabupaten Tulungagung sejumlah 170.505 orang. Target kunjungan lansia ke posyandu lansia di Kabupaten Tulungagung tahun 2012 adalah sebanyak 50% atau 85.253 orang. Sedangkan yang telah tercapai sejumlah 17% atau 28.986 orang. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan antara sikap lansia tentang posyandu lansia dengan keteraturan lansia mengikuti posyandu lansia di Desa Mojoarum Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung Tahun 2013 Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tinjauan Pustaka Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi atau obyek (Notoatmodjo, 2003: 124). Sikap memiliki tiga komponen yang ketiganya saling berkaitan yaitu : 1. Komponen Kognitif 2. Komponen Afektif 3. Komponen Konatif Menurut Notoatmodjo (2003: 27), sikap terdiri dari : 1. Menerima (receiving) 2. Merespon (responding) 3. Menghargai (valuing) 4. Bertanggung jawab (responsible) Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap menurut Azwar (2003: 17) terdiri dari: 1. Pengalaman pribadi 2. Pengaruh orang lain yang diangap penting 3. Pengaruh kebudayaan 4. Media massa 5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama 6. Pengaruh faktor emosional Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan Page 1
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala Guttman selain dapat dibuat dalam bentuk pilihan ganda, juga dapat dibuat dalam da bentuk check list. Jawaban dapat dibuat skor tertinggi satu dan skor terendah nol. No
Pernyataan
TS
S
1 2
Negatif Positif
1 0
0 1
Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut :
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : mean skor kelompok s : standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: 1. Sikap positif skor T ≥ mean T. 2. Sikap negatif skor T < mean T. (Azwar, 2010: 156) Posyandu lansia merupakan perwujudan pelaksanaan program pengembangan dari kebijakan Pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia lansia. Adapun sasaran posyandu lansia (Sulistyorini dkk, 2010: 45) adalah : 1. Sasaran langsung a. Kelompok pra usia lanjut (45 (45-59 tahun) b. Kelompok usia lanjut (60 tahun keatas) c. Kelompok usia lanjut dengan resiko tinggi (70 tahun keatas) 2. Sasaran tidak langsung a. Organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut b. Masyarakat luas. Menurut Sulistyorini dkk (2010: 47) kegiatan posyandu lansia mencakup upaya-upaya upaya perbaikan dan peningkatan kesehatan masyarakat, meliputi: 1. Promotif 2. Preventif 3. Kuratif 4. Rehabilitatif Jurnal Ilmiah Kebidanan
Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada lanjut usia di Posyandu menurut Sulistyorini dkk (2010: 52) adalah: 1. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan 2. Pemeriksaan status mental 3. Pemeriksaan status gizi 4. Pengukuran tekanan darah 5. Pemeriksaan hemoglobin 6. Pemeriksaan saan adanya gula dalam air seni 7. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni 8. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas 9. Penyuluhan kesehatan 10. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) 11. Kegiatan olahraga 12. Program Kunjungan Lansia minimal dapat dilakukan 1 (satu) b bulan sekali Menurut Sulistyorini dkk (2010: 50) mekanisme pelayanan di posyandu lansia ada beberapa, meliputi: 1. Sistem 7 (tujuh) meja Mekanisme sistem 7 (tujuh) meja sebagai berikut : a. Meja 1 : Pendaftaran b. Meja 2 : Pemeriksaan kesehatan c. Meja 3 : Penukuran tekanan darah, TB, BB serta pencatatan KMS d. Meja 4 : Penyuluhan e. Meja 5 : Pengobatan f. Meja 6 : Pemeriksaan Gigi g. Meja 7 : PMT (Pemberian Makanan Tambahan) 2. Sistem 5 (lima) meja a. Meja 1 : Pendaftaran b. Meja 2 : Pengukuran tentang pengukuran dan penimbangan bera berat badan c. Meja 3 : Pencatatan tentang pengukuran tinggi badan dan berat badan, Indek Massa Tubuh (IMT) dan mengisi KMS. d. Meja 4 : Penyuluhan, konseling dan pojok gizi, serta pemberian PMT. e. Meja 5 : Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, mengisi data data-data hasil pemeriksaan kesehatan pada KMS dan diharapkan setiap Page 2
kunjungan pada lansia diannjurkan untuk selalu membawa KMS lansia guna memantau status kesehatannya. 3. Sistem 3 (tiga) meja Mekanisme system 3 (tiga) meja sebagai berikut : a. Meja 1 : Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan atau tinggi badan. b. Meja 2 : Melakukan pencatatan BB, TB, Indeks Massa Tubuh (IMT), pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga dilakukan di meja 2 (dua). c. Meja 3 : Melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling (pojok gizi). Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia adalah sebuah kartu catatan tentang perkembangan status kesehatan yang dipantau setiap .kunjungan ke Posyandu lansia atau berkunjung ke Puskesmas yang meliputi pemantauan kesehatan fisik dan emosional serta deteksi dini atas penyakit atau ancaman kesehatan yang dihadapi lansia. Keteraturan kunjungan ke posyandu adalah mendatangi kegiatan posyandu beberapa kali secara teratur dalam waktu 6 bulan berturut-turut (PPKM, 2002: 16). Kegiatan posyandu lansia pada prinsipnya harus dilakukan 1 bulan sekali agar dapat memantau kondisi kesehatan (Soeweno dkk, 2010: 24). Faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Kunjungan Posyandu Lansia: 1. Pengetahuan lansia tentang manfaat posyandu. 2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu lansia. 3. Dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk datang ke posyandu. 4. Sikap terhadap petugas posyandu. 5. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan Posyandu Lansia. Hubungan Sikap Lansia tentang Posyandu Lansia dengan Keteraturan Mengikuti Posyandu: Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek kesehatan tersebut, oleh karena itu indikator untuk Jurnal Ilmiah Kebidanan
sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan (Notoatmodjo, 2003: 129). Perilaku sesorang dipengaruhi oleh sikap (attitude), sedangkan sikap seseorang adalah cerminan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Demikian juga pengetahuan lansia akan manfaat lansia dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dari pengetahuan dan pengalaman lansia tentang posyandu berpengaruh terhadap perilaku lansia untuk melakukan kunjungan posyandu lansia secara teratur sesuai dengan peraturan 1 kali dalam 1 bulan atau melakukan kunjungan 6 bulan berturutturut. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik non eksperimental dengan pendekatan cross sectional. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua lansia usia > 60 sejumlah 40 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini 35 responden. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data sikap lansia tentang posyandu lansia adalah kuesioner. Alat yang digunakan untuk menilai keteraturan lansia dalam mengikuti posyandu lansia adalah KMS Lansia. Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (korelasi/asosiasi) dan skala data sikap lansia tentang posyandu lansia yaitu nominal dengan keteraturan lansia mengikuti posyandu adalah ordinal. Berdasarkan acuan Tersebut maka digunakan uji Chi Square. Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 21 responden (60%) memiliki sikap positif dan sebagian besar dari responden teratur mengikuti posyandu lansia yaitu 20 responden (57%). Berdasarkan hasil analisis dengan uji Chi Square dapat diperoleh hasil Page 3
dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value = 0,040 dimana 0,040 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya "ada hubungan antara sikap lansia tentang posyandu lansia dengan keteraturan lansia mengikuti posyandu di Desa Mojoarum Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung Tahun 2013". Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau obyek kesehatan tersebut, oleh karena itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap. Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu lansia dapat diperoleh dari pengalaman pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan pengalaman, pengetahuan lansia menjadi meningkat yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia. Kegiatan posyandu lansia pada prinsipnya harus dilakukan 1 bulan sekali agar dapat memantau kondisi kesehatan. Lansia yang memiliki sikap positif akan memiliki kecenderungan perilaku teratur memeriksakan kesehatan di posyandu lansia. Semakin positif sikap lansia tentang posyandu lansia akan semakin teratur kunjungan lansia ke posyandu, karena dari sikap positif akan membentuk perilaku yang positif dalam upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan pada lansia. Kesimpulan 1. Dari 35 responden hampir seluruhnya dari responden memiliki sikap positif yaitu sebanyak 21 responden (60%). 2. Dari 35 responden hampir seluruhnya dari responden teratur mengikuti posyandu lansia yaitu 20 responden (57%). Chi Square 3. Berdasarkan uji didapatkan hasil signifikan 0,05 menghasilkan p value = 0,040 dimana 0,040 < 0,05 maka Ho ditolak, dan Ha diterima yang artinya "ada hubungan antara sikap lansia tentang posyandu lansia dengan keteraturan lansia mengikuti posyandu di Desa Mojoarum Kecamatan Gondang Jurnal Ilmiah Kebidanan
Kabupaten 2013".
Tulungagung
Tahun
Saran 1. Bagi responden diharapkan dapat lebih meningkatkan sikap lansia tentang keteraturan mengikuti posyandu lansia sehingga dapat merubah sikap ke arah yang lebih baik dan pada akhirnya dapat menciptakan perilaku yang lebih aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu lansia. 2. Bagi tempat penelitian diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan dan motivasi kepada lansia guna memberi dorongan, mendayagunakan dan mengembangkan kegiatan posyandu lansia. 3. Bagi institusi pendidikan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan kajian pustaka lebih lanjut khususnya untuk penelitian yang sejenis mengenai posyandu lansia. 4. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat dijadikan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian khususnya dalam hal sikap lansia tentang posyandu lansia dengan keteraturan mengikuti posyandu lansia. 5. Bagi Penelitian Selanjutnya diharapkan dapat menjadi bahan wacana dalam penelitian selanjutnya Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 131, 235, 236 Ariwibowo.2012. Pengetahuan dengan Status Kunjungan Posyandu Lansia. Jakarta. http://nursemenden.blogspot.com. Tanggal akses 29 September 2012 jam 10.00 WIB. Hal: Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia dan Teori Pengukuranya. Jakarta: Pusat Pelajar. Hal: 17, 29 . 2007. Sikap Manusia dan Teori Pengukuranya. Jakarta: Pusat Pelajar. Hal: 30 . 2010. Sikap Manusia dan Teori Pengukuranya. Jakarta: Pusat Pelajar. Page 4
Hal: 156 Gerungan, W, A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Hal: 25 Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 116, 91, 86, 121 Iskandar. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press. Hal: 54 Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba Medika. Jakarta. Hal: 2 Maryam. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 32, 33, 34 Notoatmodjo. 2003. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 124, 27, 129, 79, 116 .2005. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta. Hal: 125, 48 .2007. Metode Penelitian Rineka Kesehatan. Cipta. Jakarta. Hal: 112, 183 Konsep Dasar Nursalam. 2003. Penerapan Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 57, 79, 212, 96, 97, 119
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Silalahi, Ulber. 2003. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Hal: 38 Sugiono. 2006. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal: 246 Soeweno dkk. 2010. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia: Jakarta. Komisi Nasional Lanjut Usia. Hal: 5, 9, 22, 24, 52 Sulistyorini dkk. 2010. Posyandu dan Desa Siaga. Muha Medika. Bantul. Hal: 45, 47, 48, 50, 52 Psikologi untuk Sunaryo. 2004. Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal: 197 Tamher dkk. 2011. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Hal: 15, 57 Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi. Hal: 111, 113, 135
Page 5
HUBUNGAN KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD dr. ISKAK KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : AYU FITRI MEILIZA SITI MARYAM, SST, M. Kes RINI SULISTYOWATI, SST Serotinus is one of the high-risk pregnancy, where there can be complications in the mother and fetus. The perinatal mortality was significantly higher in infants and neonates serotinus during labor and delivery and emergency cases categorized neonatal.The goal of this research is to find the relationship between the incidence of serotinus pregnancy with neonatal asphyxia in dr. Iskak in 2012. The results obtained from a total of 597 deliveries, most of the 379 deliveries (63.5%) is not serotinus labor and neonatal asphyxia. Statistical test Chi Square, with a significant 0.05 produces 0,001, where 0,001 < 0.05, so H0 is rejected and H1 is accepted, which means that there is a relationship between the incidence of pregnancy serotinus with neonatal asphyxia. Serotinus pregnancy often cause complications due to reduced supply of nutrients and oxygen at the end of pregnancy, due to the excess of time, become old, and reduced placental function, which can cause asphyxia neonatorum. Pendahuluan Serotinus yaitu kehamilan yang berlangsung selama lebih dari 42 minggu atau 294 hari (Abidin. D, 2008: 97). Serotinus merupakan salah satu kehamilan yang beresiko tinggi, dimana dapat terjadi komplikasi pada ibu dan janin. Komplikasi yang dapat terjadi salah satunya adalah asfiksia neonatorum (FKUI, 2007:5). Bayi dengan asfiksia neonatorum memberikan masalah kehidupan pada semua fungsi organ tubuhnya Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 angka kematian bayi sebesar 34 kematian/1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi ini sebanyak 47% meninggal pada masa neonatal. Adapun penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia, salah satunya asfiksia yaitu sebesar 27%. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan September 2012 di RSUD Dr. Iskak Kabupaten Tulungagung didapatkan dari 95 bayi serotinus, 77 bayi (81%) mengalami asfiksia neonatorum. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan kehamilan serotinus dengan Jurnal Ilmiah Kebidanan
antara kejadian
asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012. Tinjauan Pustaka Kehamilan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu atau lebih. Kira-kira 10% kehamilan berlangsung terus sampai 42 minggu, 4% berlanjut sampai usia 43 minggu (Sastrawinata, 2004 : 13). Serotinitas adalah istilah yang menggambarkan sindrom dismaturitas yang dapat terjadi pada kehamilan serotinus. Keadaan ini terjadi pada 30% kehamilan serotinus dan 3% kehamilan aterm (Sastrawinata, 2004: 14). Tanda-tanda bayi serotinus: 1. Menghilangnya lemak subkutan. 2. Kulit kering, keriput, atau retak-retak. 3. Pewarnaan mekonium pada kulit, umbilikus, dan selaput ketuban. 4. Kuku dan rambut panjang. 5. Bayi malas. Komplikasi yang dapat terjadi adalah kematian janin dalam rahim, akibat insufisiensi plasenta karena menuanya plasenta dan kematian neonatus yang tinggi. Asfiksia adalah penyebab utama mortalitas dan morbiditas neonatus. Pada otopsi neonatus dengan serotinitas didapatkan tanda-tanda hipoksia termasuk adanya petekie pada pleura dan Page 6
perikardium serta didapatkan adanya partikel-partikel mekonium pada paru (Sastrawinata, 2004: 14). Mengingat morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada kehamilan serotinus, penilaian terhadap risiko terjadinya dismaturitas harus dilakukan antepartum untuk memutuskan apakah fetus masih boleh tinggal dalam rahim (menunggu persalinan spontan) atau harus dilahirkan (Sastrawinata, 2004: 15). Penilaian kesejahteraan janin dapat dilakukan dengan cara: 1. Evaluasi cairan amnion dengan amniosentesis atau USG untuk melihat adanya oligohidramnion. 2. Pantau perubahan denyut jantung janin tanpa beban (nonstress test) atau dengan beban (contraction stress test). 3. Tentukan skoring profil biofisik yang didapat dari pemeriksaan NST, USG untuk melihat pernapasan janin, tonus fetus, pergerakan fetus, dan jumlah cairan amnion. Penatalaksanaan: 1. Ekspektatif 2. Aktif Tanpa melihat keadaan serviks induksi harus dilakukan pada fetus yang mempunyai risiko untuk mengalami dismaturitas, atau bila kehamilan mencapai umur 44 minggu. Prognosis kematian janin pada kehamilan serotinus meningkat bila pada kehamilan 42-43 minggu angka kematian bayi menjadi 3,3% dan pada kehamilan 44 minggu menjadi 6,6%. Morbiditas ibu meningkat karena kejadian partus buatan seksio sesarea meningkat dan (Sastrawinata, 2004: 15). Komplikasi Kehamilan Serotinus: 1. Oligohidramnion 2. Warna mekonium 3. Makrosomia 4. Dismaturitas bayi Masalah yang dihadapi pada serotinus adalah resiko terhadap janin, waktu yang tepat untuk melakukan persalinan, menentukan persalinan per vagina versus perabdominal. Risiko kematian janin intrauterin dan risiko makrosomia. Pada kehamilan serotinus, persalinan perlu dipercepat bila terjadi preeklampsia/ eklampsia,ibu dengan hipertensi, ibu dengan diabetes melitus, dan gangguan tumbuh kembang janin Jurnal Ilmiah Kebidanan
intrauterin. Pada kehamilan serotinus juga dihadapi masalah kematangan serviks ( Manuaba, 2009 : 127). Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus (Sarwono. P, 2002: 348). Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir. (Towell, 1966) dalam buku (Sarwono, 2002: 389-371) menganjurkan penggolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi yang terdiri dari: 1. Faktor Ibu Hipoksia ibu. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya. Hipoksia ibu ini dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anesthesia dalam gangguan aliran darah uterus. 2. Faktor plasenta Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain. 3. Faktor fetus umbilicus akan Kompresi mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antar ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talu pusat menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir dan lainlain. 4. Faktor neonatus Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal: a. Pemakaian obat anesthesia/analgetika yang berlebihan b. Trauma yang terjadi pada persalinan c. Kelainan konginetal pada bayi
Page 7
Asfiksia neonatorum dapat dibagi dalam: 1. Skor APGAR 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa. 2. Asfiksia sedang. Skor APGAR 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. 3. Asfiksia berat. Skor APGAR 0-3. Pada pemeriksaan finis ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadarigkadang pucat, refleks-iritablitas tidak ada, asfiksia berat dengan henti jantung. Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul di kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi baru lahir. Prinsip dasar resusitasi: 1. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap babas serta merangsang timbulnya pernafasan. 2. Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi. 3. Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik. Dalam Saifudin (2002: 121-125) cara resusitasi terbagi atas tindakan umum dan tindakan khusus: 1. Tindakan umum a. Pernapasan, suhu b. Pembersihan jalan nafas c. Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan 2. Tindakan khusus Cara yang dikerjakan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi yang dimanifestasikan oleh tinggi rendahnya skor APGAR (Saifudin, 2002: 123) a. Asfiksia Berat (skor APGAR 0-3). Langkah utama ialah memperbaiki ventilasi paru dengan memberikan 02 dengan tekanan dan intermiten. Cara yang terbaik ialah dengan melakukan intubasi endotrakeal. Setelah kateter diletakkan dalam trakea, 02 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 cm H20. Tekanan positif ini dilakukan dengan meniupkan udara yang Jurnal Ilmiah Kebidanan
mengandung 02 tinggi ke dalam kateter secara mulut ke pipa atau ventilasi kantong ke pipa. Usaha pernafasan (gasping) biasanya mulai timbal setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali. Bila setelah 3 inflasi tidak didapatkan kali perbaikan pernafasan atau frekuensi jantung, masase jantung eksternal harus segera kerjakan dengan frekuensi 80-100/menit. Tindakan ini dilakukan dengan diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 : 3, yaitu setiap 1 kali ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding toraks. Asfiksia berat dengan disertai henti jantung: Tindakan yang dilakukan sesuai dengan penderita asfiksia berat, hanya dalam hal ini disamping pemasangan pipa endotrakeal, segera pula dilakukan masase jantung eksternal (Saifudin, 2002: 124). b. Asfiksia sedang (skor APGAR 4-6) Bila dalam waktu 36-60 detik tidak timbul pernafasan spontan, ventilasi aktif harus segera dimulai. Ventilasi aktif yarg sederhana, dapat dilakukan secara 'frog breathing'. Cara ini kerjakan dengan meletakkan kateter 02 intranasalsian 02 dialirkan dengan aliran 1-21/menit. Ventilasi ini dihentikan bila setelah 1-2 menit tidak dicapai hasil yang diharapkan. Dalam hal ini segera dilakukan ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung (Saifudin, 2002: 125). Ventilasi ini dapat kerjakan dengan 2 cara. yaitu ventilasi mulut ke mulut atau ventilasi kantong ke masker. Ventilasi dilakukan secara teratur dengan frekuensi 20-30 kali/menit dan diperhatikan gerakan pernafasan spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhasil bila setelah dilakukan beberapa saat terjadi penurunan frekuensi jantung atau perburukan tonus otot. Intubasi endotrakeal harus segera dikerjakan dan bayi diperlakukan Page 8
sebagai penderita asfiksia berat (Saifudin, 2002: 125). c. Asfiksia ringan Nilai apgar 7-10 pada usia 1 menit Bayi dengan nilai apgar 7-10 jarang memerlukan tindakan resusitasi kecuali pengisapan jalan nafas. Konsep Hubungan Serotinus dengan Asfiksia Neonatorum Angka kematian dalam serotinus lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan disebabkan akibat berkurangnya penyediaan nutrisi dan oksigen pada akhir kehamilan, karena dengan kelebihan waktu, plasenta menjadi tua dan berkurang fungsinya. Komplikasi yang dapat terjadi salah satunya adalah asfiksia neonatorum (FKUI, 2007: 5). Komplikasi yang dapat terjadi pada serotinus adalah kematian janin dalam rahim akibat insufiensi plasenta karena menuanya plasenta yang dapat berdampak pada asfiksia. Asfiksia adalah penyebab utama dan morbiditas neonates. Serotinus yang dapat berdampak pada asfiksia neonatorum pada umumnya disebabkan oleh manajemen persalinan yang buruk dan kurangnya akses ke pelayanan obstetri. Asupan kalori dan mikronutrien juga menyebabkan keluaran yang buruk. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik, Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan “cross sectional”. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu bersalin dan bayinya di RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung bulan Oktober-Desember tahun 2012 sejumlah 597 persalinan. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis non probability sampling dengan metode total sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sejumlah 597 persalinan pada bulan Oktober-Desember tahun 2012. Pengumpulan data serotinus dan asfiksia neonatorum dilakukan dengan observasi data rekam medic. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan Jurnal Ilmiah Kebidanan
adalah lembar observasi. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap coding, scoring dan tabulating. Tehnik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data kehamilan serotinus yaitu nominal dan asfiksia neonatorum adalah nominal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Chi Square. Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian pada tanggal 12-14 pebruari 2013 menunjukkan bahwa dari total 597 persalinan di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012, sebagian besar persalinan 379 (63,5%) adalah persalinan tidak serotinus dan tidak asfiksia neonatorum, dan sebagian kecil persalinan 76 (7,7%) adalah persalinan serotinus, dimana sebagian besar persalianan serotinus mengalami asfiksia neonatorum yaitu 40 (6,7%), dan yang tidak mengalami asfiksia neonatorum yaitu 6 (1%). Berdasarkan Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara kehamilan serotinus dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012. Angka kematian dalam serotinus lebih tinggi ketimbang dalam kehamilan cukup bulan yang disebabkan berkurangnya penyediaan nutrisi dan oksigen pada akhir kehamilan, karena dengan kelebihan waktu, plasenta menjadi tua dan berkurang fungsinya. Komplikasi yang dapat terjadi salah satunya adalah asfiksia neonatorum (FKUI, 2007: 5). Fakta dan teori diatas didapatkan bahwa ibu yang melahirkan di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012 sebagian kecil adalah kehamilan serotinus, namun demikian kehamilan serotinus mempunyai pengaruh terhadap kejadian asfiksia neonatorum. Serotinus yang dapat berdampak pada asfiksia neonatorum pada umumnya disebabkan oleh manajemen persalinan yang buruk dan kurangnya akses ke pelayanan obstetri. Asupan kalori dan mikronutrien juga menyebabkan keluaran yang buruk, pada keadaan neonatus serotinus dapat dicegah apabila wanita mendapatkan Page 9
nutrisi yang cukup dan mendapatkan perawatan yang sesuai pada saat kehamilan, kelahiran dan periode pasca persalinan. Kesimpulan 1. Dari total 597 responden persalinan di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012, hampir seluruhnya dari responden 379 (63,5%) tidak mengalami serotinus. 2. Dari total 597 persalinan di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012, sebagian besar dari responden 383 (64,15%) tidak mengalami asfiksia neonatorum. 3. Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara kehamilan serotinus dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012. Saran 1. Bagi Tempat Penelitian hendaknya meningkatkan kemampuan dalam pengawasan dan pelayanan antenatal serta penanganan neonatus dengan komplikasi dengan cara memberikan pelatihan yang berkelanjutan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. 2. Bagi Instansi Pendidikan hendaknya berkerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan tentang pengawasan antenatal yang tepat khususnya tentang kehamilan serotinus 3. Bagi Tenaga Kesehatan hendaknya bisa dijadikan tambahan informasi dalam penanganan kegawatdaruratan khususnya yang berkaitan dengan kehamilan serotinus dan asfiksia neonatoru. Daftar Pustaka Abidin, D. 2011. Pentingnya Tangis Pertama Bayi. generasikita.web.id. 11/11/2011 11.21 AM. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Jurnal Ilmiah Kebidanan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 111. Keperawatan Bobak, Irene. 2004. Maternitas. Jakarta : EGC. Hal : 245-248 Dedy, dkk. 2008. Hubungan BBLR Dengan Asfiksia Neonatorum. gtcommunitys.blogspot.com. 23/11/2011. 14.01. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Manajamen Bayi Berat Lahir Rendah Untuk Bidan Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI. Hal: 10,13,14,20. Departemen RI. 2005. BBLR dan Jakarta: Penatalaksanaannya. Depkes RI. Hal : 1-4 _________. 2007. Profil Kesehatan di Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Hal :9 _________. 2008. Pencegahan dan Penataksanaan Asfiksia Neonatorum. Jakarta: Depkes RI. Hal : 5 _________. 2009. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta: DepKes RI. Hal: 25. _________. 2009. Manajamen Bayi Berat Lahir Rendah Untuk Bidan Dan Perawat. Jakarta: DepKes RI. Hal: 10,13,14,20. Dirjen Bina Gizi. 2011. Kejadian BBLR di Indonesia. Gizi.KIA.depkes.go.id, 12/11/2011. 09.18 AM. Fadlun. 2011. http://dwieriznia.blogspot.com/2011 /04/asfiksia-neonatorum. 26/11/2012. 19.24. Hidayat, Alimul, A. 2003. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 43, 50, 67, 68, 81, 121. _________. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 43, 50, 67, 68, 81, 121. _________. 2008. Praktikum Ketrampilan Dasar Praktek Klinik. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 166. Manuaba, IBG. 2002. Buku Ajar Patologi Obstetri – Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal : 77 Mohctar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakrta : EGC. Hal : 65 Page 10
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia. Hal: 124, 126. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metode Jakarta: Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Hal : 121 ________. 2005. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 69, 142, 145. ________. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 103, 124, 130. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika. Hal: 59, 91, 94, 111. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 381. _________. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 753757, 763-764. Pelayanan Saifuddin, AB. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 97
Jurnal Ilmiah Kebidanan
________. 2003. Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 110 ________. 2005. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal : 123 Santrock, J. W.. 2002. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga. Hal : 47 Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Hal : 54. Silalahi, Amin. 2003. Metodologi dan Studi Kasus, cetakan pertama. Jakarta: CV. Citramedia. Hal : 49 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal: 38-39, 80. Sunarto, dkk. 2010. Hubungan Antara Hipertensi, Proteinuria Ibu Preeklampsia Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSU dr. Harjono S. Ponorogo. Jurnal Peneltian Suara Forikes. Vol. I. No. 4. Oktober 2011
Page 11
HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN HEMORRHAGIC POST PARTUM (HPP) DI RSUD dr. ISKAK KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 Oleh : PUTRI EKA SEJATI NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T WIDYA LUSI A, S.ST High parity is a risk factor for the occurrence of HPP (haemoragic post partum) because it tends to occur atonic uterus. Atonic uterus in women with high parity occurs because miometriunm condition and muscle tone is not good anymore, causing vascular compression failure at the site of implantation plaseta resulting in HPP. The purpose of this study to know the relationship with the incidence of maternal parity HPP in dr. Iskak Tulungagung. The results obtained from 278 respondents maternity, nearly half of respondents were primiparous and HPP, as many as 194 (69.8%) respondents. Statistical test Chi Square with a significant p value of 0.05 produces 0,001 where 0,001 <0.05 so H0 is rejected and H1 is accepted, which means that there is a relationship between parity with HPP. High parity on maternal common HPP myometrium during labor because of the condition and muscle tone is not good anymore so the compression of blood vessels in the uterus does not work optimally. Pendahuluan Paritas tinggi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya HPP. Hal ini disebabkan haemoragic post partum (HPP) pada ibu dengan paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi Atonia uteri. Atonia uteri pada ibu dengan paritas tinggi terjadi karena kondisi miometriunm dan tonus ototnya sudah tidak baik lagi sehingga menimbulkan kegagalan kompresi pembuluh darah pada tempat implantasi plaseta yang akibatnya terjadi HPP (Pritchard, 2009: 31). Data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) perdarahan menduduki peringkat pertama penyebab kematian ibu melahirkan di Indonesia, yakni 28%. Sedangkan menurut LB 3 KIA dipropinsi Jawa Timur penyebab terbesar kematian ibu berturut-turut adalah perdarahan (34,62%) (Prawesty, 2010). Berdasarkan data skunder Rekam Medik RSUD dr. Iskak Tulungagung, 2011 didapatkan kejadian HPP mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 53 (23,25%) menjadi 66 (29,73%) pada tahun 2011. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui adanya Hubungan Paritas Ibu Bersalin dengan Jurnal Ilmiah Kebidanan
Kejadian HPP di RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung tahun 2012. Tinjauan Pustaka Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu hidup di luar rahim (28 minggu) (JHPIEGO, 2008: 52). Menurut Winkjosastro (2003: 24) ditinjau dari tingkatannya paritas dikelompokkan menjadi tiga antara lain : 1. Paritas rendah atau primipara Paritas rendah meliputi nullipara dan atau primipara 2. Paritas sedang atau multipara Paritas sedang atau multipara digolongkan pada hamil dan bersalin dua sampai empat kali. 3. Paritas tinggi atau grandemultipara Kehamilan dan persalinan pada paritas tinggi atau grandemultipara, adalah ibu hamil dan melahirkan 4 kali atau lebih. Menurut Mansjoer (2003: 21) seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, kemungkinan dapat mengalami: 1. Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah) 2. Perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah) Page 12
3. Plasenta previa (plasenta letak rendah). 4. Pre eklampsi Hemorraghic post partum (HPP) adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. (Prawirohardjo, 2009: 523). Menurut Rahmawati (2011: 229) penyebab umum perdarahan postpartum adalah: 1. Atonia uteri 2. Retensio plasenta 3. Sisa plasenta a. Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta) b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia) 4. Trauma jalan lahir 5. Penyakit darah 6. Inversi Uterus 7. Subinvolusi uterus Klasifikasi HPP: 1. HPP primer/dini (early post partum hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. 2. HPP Sekunder/lambat (late post partum hemorrhage), yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama setelah bayi lahir. Untuk membuat diagnosis HPP perlu diperhatikan ada perdarahan yang menimbulkan hipotensi dan anemia. apabila hal ini dibiarkan berlangsung terus, pasien akan jatuh dalam keadaan syok. Cara yang terbaik untuk mencegah terjadinya HPP adalah memimpin kala II dan kala III persalinan secara tepat. Menurut Prawirohardjo (2006: 159), penanganan umum pada HPP: 1. Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk) 2. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan HPP) 3. Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pasca persalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung). 4. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat 5. Segera lakukan penlilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi 6. Atasi syok Jurnal Ilmiah Kebidanan
7. Pastikan Kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukam pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam NS/RL dengan 40 500cc tetesan/menit. 8. Pastikan placenta telah lahir dan eksplorasi kemungkinan lengkap, robekan jalan lahir. 9. Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah. 10. Pasang cateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan 11. Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik Faktor Predisposisi: 1. Grandemultipara 2. Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak sangat besar (BB > 4000 gram). 3. Kelainan uterus (uterus bicornis, mioma uteri, bekas operasi). 4. Placenta previa dan solutio placenta (perdarahan antepartum). 5. Partus lama (exhausted mother). 6. Partus precipitatus. 7. Hipertensi dalam kehamilan (Gestosis). 8. Infeksi uterus. 9. Anemi berat. 10. Penggunaan oxitocin yang berlebihan dalam persalinan (induksi Partus). 11. Riwayat HPP sebelumnya atau riwayat placenta manual. 12. Pimpinan kala III yang salah, dengan memijit-mijit dan mendorong-dorong uterus sebelum placenta terlepas. 13. Intra Uterial Fetal Detardation (IUFD) yang sudah lama, penyakit hati, emboli air ketuban (koagulopati). 14. Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu dalam (Sarwono, 2009). Paritas dengan Hubungan Kejadian HPP: Paritas tinggi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya HPP. Hal ini disebabkan pada ibu dengan paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi atonia uteri. Menurut Mansjoer (2003: 71) seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami: 1) Kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah), 2) perdarahan setelah persalinan (karena Page 13
otot rahimnya lemah), 3) Plasenta previa (plasenta letak rendah), dan 4) Pre eklampsi. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Pendekatan antar variabel adalah pendekatan “Cross Sectional". Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin di RSUD dr. Iskak Kabupaten Tulungagung pada bulan Oktober-Desember 2012 sejumlah 597 responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yaitu suatu penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang dikehendaki peneliti (Nursalam, 2010: 125). Besar sampel dalam penelitian ini adalah 278 responden yang terdiri dari 220 ibu primípara dan 58 ibu grandemulti pada bulan OktoberDesember 2012. Dalam penelitian ini pengumpulan data paritas ibu hamil dan HPP dilakukan dengan observasi data sekunder rekam medik. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah lembar observasi data sekunder rekam medik. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap coding, scoring dan tabulating. Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data paritas ibu bersalin yaitu data kategorik dan HPP adalah data kategorik. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan uji Chi Square. Hasil Dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 278 responden yang bersalin di RSUD dr. Iskak, sebagian besar responden adalah primipara dan tidak HPP, yaitu sebanyak 194 (69,8%) responden. Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara paritas dengan HPP di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012. Paritas tinggi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya HPP. Hal ini Jurnal Ilmiah Kebidanan
disebabkan pada ibu dengan paritas tinggi yang mengalami persalinan cenderung terjadi atonia uteri. Menurut Mansjoer (2003: 71) seorang wanita yang telah mengalami kehamilan sebanyak 6 kali atau lebih, lebih mungkin mengalami: 1) kontraksi yang lemah pada saat persalinan (karena otot rahimnya lemah), 2) perdarahan setelah persalinan (karena otot rahimnya lemah), 3) plasenta previa (plasenta letak rendah), dan 4) pre eklampsi. Ibu grandemulti merupakan paritas rawan oleh karena grandemulti banyak kejadian-kejadian obstetri patologi yang bersumber pada paritas tinggi, antara lain: plasenta previa, perdarahan postpartum, dan lebih memungkinkan lagi terjadinya atonia uteri. Ibu paritas tinggi sudah mengalami penurunan fungsi kontraksi otot rahim sehingga pembuluh darah uterus kurang berfungsi secara maksimum dan dapat menyebabkan terjadinya perdarahan yang berlebih saat persalinan. Kesimpulan 1) Dari total 278 ibu bersalin di RSUD dr. Iskak Tulungagung, hampir seluruhnya dari responden adalah primipara, yaitu sebanyak 220 (79,14%) responden. 2) Dari total 278 persalinan di RSUD dr. Iskak Tulungagung, hampir seluruhnya dari responden tidak mengalami HPP, yaitu sebanyak 210 (75,54%) responden. 3) Dari total 278 persalinan sebagian besar dari responden adalah primipara dan tidak HPP, yaitu sebanyak 194 (69,8%) responden. Uji statistik Chi Square dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value 0,001 dimana 0,001 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara paritas dengan HPP di RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2012. Saran 1. Bagi peneliti hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan, dan sebagai sarana pengabdian diri kepada masyarakat sebagai bukti aplikasi atau penerapan tri dharma perguruan tinggi. 2. Bagi Tempat Penelitian Disarankan hendaknya meningkatkan kemampuan Page 14
dalam pengawasan dan pelayanan antenatal serta penanganan neonatus dengan komplikasi dengan cara memberikan pelatihan yang berkelanjutan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada. 3. Bagi Institusi Pendidikan hendaknya ada kerjasama dengan Dinas Kesehatan untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan penyuluhan kepada ibu hamil dan sosialisasi kepada tenaga kesehatan tentang pengawasan antenatal yang tepat khususnya tentang HPP 4. Bagi Peneliti Selanjutnya hendaknya penelitian ini dapat dijadikan tambahan wacana bagi penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan paritas dan HPP. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 111. BKKBN. 2006. Deteksi Dini Komplikasi Persalinan. Jakarta: BKKBN. Hal: 23. Keperawatan Bobak. Irene. 2004. Jakarta: EGC. Hal: Maternitas. 629. Chapman, V. 2003. Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran. Jakarta: EGC. Hal: 19. ________. 2003. Keadaan Darurat Kebidanan di Puskesmas. Jakarta: Depkes RI. Hal: 57. Depkes RI. 2008. Panduan Pelayanan Antenatal. Jakarta: Depkes RI.. Hidayat,A, A, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 34, 65, 67, 83, 116, 121. Mansjoer, Arif. 2003. Kapita Selekta Jakarta: Fakultas Kedokteran. Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 21. Maryam, Siti. 2012. Peran Bidan yang Kompeten Terhadap Suksesnya MDG’S. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 6. Misha, Datta, dkk.2010. Rujukan Cepat Obstetri Dan Ginekologi. Jakarta: EGC. Hal: 102.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia. Hal: 126. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 87, 91, 92, 111, 125. Metode Notoatmojo, Soekidjo. 2002. Jakarta: Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Hal: 22. __________, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 69, 142, 145. __________, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 105, 183. Prawesty, Dian. 2010. Kematian Maternal. http://addy1571.wordpress.com. Diakses tanggal 8 Oktober 2012. Jam: 18.00. Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBSP.Hal: 7, 54, 523. __________, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBSP. Hal: 153, 157, 159. Pritchard, Jack Adison, dkk. 2009. Obstetri Wiliams. Surabaya: Airlangga. Hal: 31. Rahmawati, Eny Nur. 2011. Ilmu Praktis Kebidanan. Surabaya: Victori Inti Cipta. Hal: 229, 230, 231, 232. Schorge, J O. 2002. Pelvic mass, uterus leiomyoma. Williams Gynecology. Jakarta: EGC. Hal: 241. Silalahi, Amin. 2003. Metodologi dan Studi Kasus, cetakan pertama. Jakarta: CV. Citramedia. Hal: 38. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta. Hal: 38-39, 8081. Wheeler, Linda. 2004. Buku Saku Asuhan Pranatal & Pascapartum. Jakarta . EGC. Hal: 34. Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. Hal: 25 __________. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP. Hal: 92.
Page 15
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMANTAUAN PERTUMBUHAN BERAT BADAN DENGAN FREKUENSI PENIMBANGAN BATITA 1-3 TAHUN DI POSYANDU DESA WONOREJO KECAMATAN SUMBERGEMPOL KABUPATENTULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh : INGGIT YULLYANSI, SST Pendahuluan Di Indonesia, masalah gizi, khususnya pada batita, menjadi masalah besar karena berkaitan erat dengan indikator kesehatan umum seperti tingginya angka kesakitan serta angka kematian bayi dan batita. WHO memperkirakan sekitar 60% penyebab langsung kematian bayi dan anak disadari oleh keadaan gizi yang jelek. Peningkatan jumlah anak batita di Indonesia yang mengalami status gizi buruk sangat mengejutkan. Tahun 2005 ditemukan 1,8 juta balita dengan status gizi buruk, sementara masih ada lima juta lebih anak balita lainnya yang mengalami status gizi kurang. Di Kabupaten Tulungagung sendiri status gizi penduduk masih perlu mendapat perhatian, hal ini diperkuat dengan data status gizi buruk balita yang mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 0,99% balita, 2011 sebanyak 1,10% balita dan 2012 sebanyak 1,2%. Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2012 di wilayah kerja Puskesmas Sumbergempol balita dengan status gizi baik 96,11%, gizi kurang 0,91%, gizi sangat kurang 0,26% dan gizi lebih 2,74%. Tujuan Penelitian Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan berat badan dengan frekuensi penimbangan batita 1-3 tahun di posyandu Desa Wonorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung tahun 2013. Tinjauan Pustaka Pengetahuan merupakan hasil dari yang tidak tahu menjadi tahu melalui berbagai kegiatan manusia karena adanya pemikiran dan rangsangan, dimana pengetahuan sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan dalam Jurnal Ilmiah Kebidanan
ranah kognitif mempunyai enam tingkatan menurut teori Bloom: 1. Tahu (Know) 2. Memahami (Comprehention) 3. Aplikasi (Application) 4. Analisis (Analysis) 5. Sintesis (Syntesis) 6. Evaluasi (Evaluation) Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 1. Faktor internal a. Pendidikan b. Pekerjaan c. Umur 2. Faktor eksternal a. Lingkungan b. Sosial budaya c. Informasi Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang berisi pertanyaan suatu materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang diukur. Pertumbuhan adalah masalah perubahan di dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi suatu sel, atau lebih mudahnya adalah hal-hal yang dapat diukur, seperti berat, panjang yang sifatnya fisik. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor : 1. Faktor internal (genetic) 2. Faktor eksternal (lingkungan) Pada dasarnya jenis pertumbuhan dapat dibagi dua yaitu: 1. Pertumbuhan linear Berhubungan dengan panjang. Contohnya adalah panjang badan, lingkar dada, dan lingkar kepala. Ukuran linear ini menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energy dan protein yang diderita waktu lampau. 2. Pertumbuhan massa jaringan Bentuk dan ukuran massa jaringan adalah massa tubuh. Contohnya Page 16
adalah berat badan, lingkar lengan atas (LILA), dan tebal lemak bawah kulit. Pertumbuhan anak dapat dinilai dengan memantau berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengan atas dan tebalnya lipatan kulit. Pertumbuhan anak dikatakan baik apabila: 1. Berat badan anak menunjukkan kenaikan pada penimbangan setiap bulannya. 2. Berpedoman pada buku KIA maupun kalender tumbuh kembang batita. Penyebab penyimpangan pertumbuhan: 1. Kelainan bawaan, terutama kelainan pada saluran cerna 2. Penyakit-penyakit infeksi Contoh : a. Akut : diare, infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) b. Kronis: Tuberkulosis 3. Penyakit-penyakit parasit Contoh : kecacingan, malaria 4. Pemasukan makanan yang kurang Contoh : a. Anak tidak mau makan atau nafsu makan anak yang kurang b. Yang dimakan tidak ada (miskin) c. Kurangnya pengetahuan orangtua tentang makanan yang bergizi 5. Tabu Contoh : a. Anak tidak boleh makan daging karena takut cacingan b. Vegetarian (tidak boleh makan makanan yang berasal dari binatang). Untuk menilai pertumbuhan yang berpatokan pada buku KIA atau kalender harus diperhatikan arah grafik pertumbuhan: 1. Arah grafik naik dan berada dijalur warna hijau, maka pertumbuhan anak baik. 2. Arah grafik mendatar, maka pertumbuhan anak kurang baik. 3. Arah grafik menurun bahkan sampai di bawah jalur warna hijau, pertumbuhan anak jelek atau berbahaya.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
4. Arah grafik naik kembali, ibu telah berhasil menaikkan kembali berat badan anaknya. 5. Grafik jauh diatas jalur warna hijau, anak terlalu gemuk. Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting. Berat badan dipakai sebagai indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan pertumbuhan anak. Indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini (current nutritional status). 1. Kelebihan indeks BB/U a. Lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum b. Baik untuk mengukur status gizi akut atau kronis c. Berat badan dapat berfluktuasi d. Sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan kecil e. Dapat mendeteksi kegemukan (over weight) 2. Kelemahan indeks BB/U a. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema maupun asites. b. Di daerah pedesaan yang masih terpencil dan tradisional, umur sering sulit ditaksir secara tepat. c. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah usia lima tahun. d. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran. e. Secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat. Pemantauan pertumbuhan (Growth Monitoring) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara terus menerus (berkesinambungan) dan teratur. Dalam pemantauan pertumbuhan ada tiga kegiatan penting: 1. Ada kegiatan penimbangan yang dilakukan terus menerus secara teratur. 2. Ada kegiatan pengisian berat badan anak kedalam buku KIA.
Page 17
3. Ada penilaian naik atau turunnya berat badan anak sesuai dengan arah garis pertumbuhannya. Perkembangan status gizi yang didasarkan pada hasil pemantauan pertumbuhan adalah sebagai berikut: 1. Tetap baik Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut berada pada jalur pertumbuhan normalnya. a. Membaik Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya pengejaran terhadap jalur pertumbuhan normalnya. b. Memburuk Bila berat badan anak hasil penimbangan berturut-turut menunjukkan adanya penyimpangan dari jalur pertumbuhan normalnya. Tanda-tanda gangguan gizi dan penanggulangannya: 1. Kurang Energi Protein (KEP) KEP adalah seseorang yang kurang gizi disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein. Anak dikatakan KEP apabila berat badannya kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U). 2. Klasifikasi KEP a. Gizi kurang Seorang anak mengalami gizi kurang jika: 1) Catatan berat badan anak batita di bawah garis merah 2) Tubuh anak batita sangat kurus 3) Tubuh bayi yang baru lahir tampak sangat kecil b. Gizi buruk 1) Kwashiorkor (kekurangan protein) 2) Marasmus 3) Marasmus dan kwashiorkor c. Kegemukan (obesitas) Penanggulangan masalah gizi pada batita: 1. Penanggulangan masalah gizi tingkat keluarga : a. Ibu membawa anak untuk ditimbang di Posyandu secara teratur b. Ibu memberikan ASI hanya kepada bayi usia 0-6 bulan Jurnal Ilmiah Kebidanan
c. Ibu tetap memberikan ASI kepada anak sampai usia 2 tahun d. Ibu memberikan MP-ASI sesuai usia dan kondisi kesehatan anak e. Ibu memberikan makanan beraneka ragam bagi anggota keluarga lainnya f. Ibu memberitahukan pada petugas kesehatan/kader bila anak batita mengalami sakit atau gangguan pertumbuhan 2. Penanggulangan masalah gizi tingkat Posyandu : a. Kader melakukan penimbangan batita setiap bulan di Posyandu serta mencatat hasil penimbangan pada KMS. b. Kader memberikan nasehat pada orangtua batita untuk memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0–6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak usia 2 tahun. c. Kader memberikan penyuluhan MP-ASI sesuai dengan usia anak serta makanan beraneka ragam untuk anggota keluarga lainnya. d. Bagi anak dengan berat badan tidak naik (“T”) diberikan penyuluhan gizi dan PMT Penyuluhan. e. Kader memberikan PMT Pemulihan bagi batita dengan “3T” dan “BGM” (Bawah Garis Merah). Frekuensi penimbangan yaitu: 1. Frekuensi penimbangan baik jika melakukan penimbangan 17-24 kali penimbangan 2. Frekuensi penimbangan cukup jika melakukan penimbangan 9-16 kali penimbangan 3. Frekuensi penimbangan kurang jika melakukan penimbangan 0 ≤ 8 kali penimbangan Alat digunakan dalam penimbangan anak batita adalah dacin. Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto yang terdapat di puskesmas. Alat lain yang diperlukan adalah kantong celana timbang atau kain sarung, kotak atau keranjang. 9 langkah penimbangan yaitu: 1. Langkah 1 Gantungkan dacin pada : Page 18
a. Dahan pohon b. Palang rumah c. Penyangga kaki tiga 2. Langkah 2 Periksalah apakah dacin sudah tergantung kuat. Tarik batang dacin ke bawah kuat-kuat. 3. Langkah 3 Sebelum dipakai letakkan bandul geser angka 0 (nol). Batang dacin dikaitkan dengan tali pengaman. 4. Langkah 4 Pasanglah celana timbang, kotak timbang atau sarung timbang yang kosong pada dacin. Ingat bandul geser pada angka 0 (nol). 5. Langkah 5 Setimbangkan dacin yang sudah dibebani celana timbang, sarung timbang atau kotak timbangan dengan cara memasukkan pasir kedalam kantong plastik. 6. Langkah 6 Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin. 7. Langkah 7 Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka diujung bandul geser. 8. Langkah 8 Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas. 9. Langkah 9 Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali pengaman, setelah itu bayi atau anak diturunkan. Penimbangan batita secara rutin, bermanfaat untuk: 1. Memantau berat badan anak batita setiap bulannya a. Menilai pertumbuhan normal batita sesuai garis pertumbuhan yang ada b. Menafsirkan penyimpangan keadaan kesehatan batita sedini mungkin c. Mengenali kebutuhan batita sesuai dengan tingkat pertumbuhannya d. Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang gizi batita, imunisasi, tumbuh kembang anak, pencegahan penyakit (defisiensi vitamin A) dehidrasi terhadap diare, sanitasi personal dan Jurnal Ilmiah Kebidanan
lingkungan Posyandu atau pos pelayanan terpadu, merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat dengan dukungan tehnis dari petugas kesehatan. Tujuan posyandu menurut yaitu: 1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil, melahirkan dan nifas) 2. Membudayakan NKKBS 3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. 4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. Kegiatan pokok posyandu yaitu: 1. KIA 2. KB 3. Imunisasi 4. Gizi 5. Penanggulangan Diare Pelaksanaan program posyandu: Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu: 1. Meja I : Pendaftaran Cocokkanlah identitas. Siapkan kertas kecil untuk mencatat nomor urut, nama anak, tanggal lahir (umur), jenis kelamin. 2. Meja II : Penimbangan Setelah melakukan penimbangan catatlah berat badan hasil penimbangan pada kertas kecil yang telah dicatat nomor urut, nama anak, tanggal lahir (umur), jenis kelamin anak. 3. Meja III : Pengisian buku KIA Pencatatan hasil penimbangan pada buku KIA untuk batita oleh petugas penimbangan dari puskesmas, bidan desa atau kader posyandu. 4. Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan buku KIA Page 19
5. Meja V : Pelayanan KB Kesehatan a. Imunisasi b. Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat c. Tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus d. Pembagian n pil atau kondom e. Pengobatan ringan f. Konsultasi KB-Kes Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V oleh paramedis (bidan desa, perawat dan petugas KB). Sasaran posyandu yaitu : 1. Bayi/batita 2. Ibu hamil/ibu menyusui Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi penimbangan batita antara lain: lain 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Sosial budaya 5. Sumber informasi Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional. Desain penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah ibu balita yang mempunyai anak usia 1 1-3 tahun yang datang ke posyandu. posyandu Pada penelitian ini menggunakan stratified random sampling. Dengan rumus sebagai berikut : n= Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat signifikasi (0,1)
163 1 163(0,05) 2 163 n= 1 0,4075 163 n= 1,4075 n=
n = 116 Jadi jumlah sampel = 116 Alat yang digunakan untuk pengambilan data untuk variabel bebas yaitu tingkat pengetahuan tentang Jurnal Ilmiah Kebidanan
pemantauan pertumbuhan berat badan adalah kuesioner dan variabel terikat yaitu frekuensi penimbangan batita 1 1-3 tahun adalah buku KIA dan lembar observasi. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa d data dengan tahap-tahap coding, scoring dan tabulating. Seluruh jawaban responden akan dianalisa untuk dicari prosentase sebagai langkah awal dari keseluruhan proses analisis dengan rumus : N=
Sp x 100% Sm
Keterangan : N = Nilai Sp = Jumlah skor yang diperoleh Sm = Jumlah skor maximal Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data ordinal dan ordinal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Rank Correlation Test (Spearmen Spearmen). Hasil Dan Pembahasan Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan hampir setengahnya dari responden mempunyai pengetahuan tinggi tentang pemantauan pertumbuhan berat badan dengan frekuensi penimbangan baik pada balita usia 1-3 3 tahun yaitu sebanyak 17 (49%) responden dari 62 responden. Berdasarkan data tabulasi silang, pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan berat badan dengan frekuensi penimbangan balita usia 1 1-3 tahun yang menggunakan uji statistik Rank Correlation Test (Spearmen) dan dengan bantuan ntuan komputer didapatkan hasil Sig. (2-tailed) = 0,009 karena Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi “Ada hubungan antara pengetahuan ibu pemantauan pertumbuhan berat badan dengan frekuensi penimbangan balita usia 1-3 tahun”. Pengetahuan merupakan ffaktor yang penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan pengetahuan yang baik maka lama-lama lama ibu dapat menerapkan dalam kehidupan sehari sehari-hari khususnya dalam hal pemantauan pertumbuhan berat badan batitanya batitanya. Sehingga hal ini akan meningkatkan status us gizi anaknya yang biasanya ditandai dengan penambahan berat Page 20
badan. Dan berat badan akan berkembang mengikuti pertambahan umur jika anak dalam keadaan normal Kesimpulan 1. Pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan berat badan batita 1-3 tahun didapat setengahnya dari responden berpengetahuan sedang yaitu 31 (50%) responden. 2. Frekuensi penimbangan balita usia 13 tahun didapat sebagian besar dari responden mempunyai frekuensi penimbangan baik yaitu 35 (57%) responden. 3. Berdasarkan hasil perhitungan data tabulasi silang, pengetahuan ibu tentang pemantauan pertumbuhan berat badan dengan frekuensi penimbangan balita usia 1-3 tahun yang menggunakan uji statistik Rank Correlation Test (Spearmen) didapatkan hasil Sig. (2-tailed) = 0,009 karena Sig. (2-tailed) < 0,05 maka Ho ditolak. Jadi “Ada hubungan antara pengetahuan ibu pemantauan pertumbuhan berat badan dengan frekuensi penimbangan balita usia 13 tahun”. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan tindakan yang lebih spesifik dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pertumbuhan berat badan batita yang tidak optimal. 2. Bagi Responden Diharapkan ibu lebih aktif lagi untuk datang ke posyandu setiap bulan untuk mengetahui pertumbuhan berat badan batita sehingga pertumbuhan batitanya bisa terus dipantau. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan institusi pendidikan bekerja sama dengan instansi yang lain untuk memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan pertumbuhan pada batita. 4. Bagi Kader posyandu Diharapkan bidan dan kader posyandu hendaknya telaten, sabar, serta tidak bosan-bosannya untuk mengingatkan kepada ibu untuk tetap memberikan penyuluhan tentang pentingnya pemantauan Jurnal Ilmiah Kebidanan
pertumbuhan batita.
berat
badan
pada
Daftar Pustaka Amin. 2004. Kuliah STPD 2013 : Sejarah dan Falsafah Sains, pkukmweb.ukm.my/~msinar/N1_P endahuluan.ppt. Hal: 13 Anonim. Faktor Penghambat Posyandu. diakses digilib.menlh.go.id/. tanggal 7 Maret 2013 jam 15.00 . 92.063 Balita Menjadi Sasaran Bulan Penimbangan Balita, diakses www.kotabogor.go.id. tanggal 7 Maret 2013 jam 15.00 . Gizi Tentukan Kualitas Hidup. www.depkes.go.id. diakses tanggal 8 Maret 2013 jam 20.00 . Pedoman Umum Revitalisasi Posyandu. www.gebyarposyandu27.com diakses tanggal 11 Maret 2013 jam 20.00 . Pertumbuhan Balita. www.gizi.net/pedoman-gizi/ download/KMSbaganrev.doc. diakses tanggal 11 Maret 2013 jam 20.00 Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 209, 236 Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat. 1999. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi (PSG) Anak Balita. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2006. Buku Saku Bidan PosKesDes untuk Mewujudkan Desa Siaga. Jakarta. Hal: 78, 79 Departemen Kesehatan RI. JICA. 2004. Petunjuk Teknis Penggunaan Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Departemen Kesehatan RI. 2007. Penggerakan dan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kemitraan. Jakarta. Hal: 42-43, 44, 51-52 Dinas Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Kabupaten Tulungagung, 2003. Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah Lima Tahun (Balita) Berdasarkan SK MenKes RI Nomor:920/MENKES/SK/VIII/2002 Page 21
Tanggal 1 Agustus 2002. Yogyakarta DinKes DKI. Konseling Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi). www.dinkesdki.go.id/. diakses tanggal 22 Maret 2013 jam 19.00 Profil DinKes Tulunagung. 2006. Kesehatan Tulungagung Tahun 2012. Tulungagung Djaiman. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Balita Berkunjung ke Posyandu. diakses www.digilib.itb.ac.id/. tanggal 22 Maret 2013 jam 19.00 Dasar-dasar Efendi. N. 1998. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2. Jakarta: EGC Gupte. 2004. Panduan Perawatan Anak. Jakarta: Pustaka Populer Obor. Hal: 142 Pengantar Ilmu Hidayat. 2006. Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 8, 34, 86 Isdiany. Peran Poltekkes Dalam Penyediaan Sumber Data Manusia Kesehatan Untuk Desa Siaga (Bagian 1). www.bppsdmk.depkes.go.id. diakses tanggal 20 Maret 2013 jam 19.00 KBBI. 2002. Jakarta: Balai Pustaka Krisno, Agus. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. Hal: 13, 15, Indikator Kadarzi Manji. .www.blogster.com. diakses tanggal 19 Maret 2013 jam 19.00 Millah. S. Gerakan Menanam (Modal) Manusia. www.pikiran-rakyat.com. diakses tanggal 23Maret 2013 jam 21.00 Nency. Y. Arifin M.T. Gizi Buruk. Ancaman Generasi yang Hilang. 2005. http://io.ppi-jepang.org/. diakses tanggal 23Maret 2013 jam 21.00 Notoatmodjo. 2002. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 26, 27, 121-124, 145 . 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 127-128, 130, 140 Nursalam. 2001. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Jurnal Ilmiah Kebidanan
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 100, 101, 108, 132133, 134 Tahu dan Poedjawijatna. 2004. Pengetahuan Pengantar ke Ilmu dan Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 15 PSIK-B. Mahasiswa. 2002. Diagnosis Keperawatan Nanda: Definisi dan Klasifikasi 2001-2002. Yogyakarta: FK UGM Angkatan 2002. Hal: 129 Satgas. 1999. Pedoman Deteksi Dini Penyimpangan Tumbuh Kembang Balita Bagi Satgas. Jakarta. Hal: 5, 7, 23, 19-20, 24 Sembiring. 2004. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat Dalam Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. http://library.usu.ac.id. Hal: 2 Soetjiningsih. 1998. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Hal: 76 Sugiyono. 2005. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal: 105 Supariasa. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Hal: 18, 27, 28-31, 34, 39, 40, 41, 42, 57 Suriadi. 2001. Buku Pegangan Praktek Klinik: Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1. Jakarta: Sagung Seto. Hal: 195 Taslim. Kontroversi Seputar Gizi Buruk: Apakah Ketidakberhasilan Departemen Kesehatan. 2006. www.gizi.net. diakses tanggal 25 Maret 2013 jam 21.00 Tim Revitalisasi Posyandu. 2006. Buku Kota Pintar Posyandu. Tulungagung Trihono. 2005. ARRIMES: Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV.Agung Seto UI. KesMas. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Raja Grafindo Persada Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Jogjakarta : Andi. Hal: 145 Zulkifli. 2003. Posyandu dan Kader Kesehatan. www.library.usu.ac.id. diakses tanggal 25 Maret 2013 jam 21.00
Page 22
PERBEDAAN APGAR SCORE ANTARA BAYI BARU LAHIR NORMAL DENGAN BAYI BARU LAHIR SECTIO CAESARIA DI RUANG MAWAR RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh : PUTRI NURLIA IMASARI NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T WIDYA LUSI A, SST The high incidence of asphyxia that occurs in infants sectio Caesaria than normal baby. Assessment on the baby’s condition can be seen with Apgar score at birth. By Knowing the difference in Apgar score between normal baby with neonatal sectio Caesaria in the Rose Room of dr. Iskak Tulungagung. The results of the research got 34 infants had studied at the Rose Room dr. Iskak Tulungagung, half of the respondents were 15 (39.5%) babies born with sectio Caesarea and asphyxia experience. Mann-Whitney test statistic with a significant p value of 0.05 obtained in which 0.004 <0.05 so H0 is rejected and that means that there are differences in Apgar score between normal newborns with neonatal sectio Caesaria in the Rose Room of dr. Iskak Tulungagung. Sectio Caesaria childbirth was used anesthetic drugs make hypotension in the mother's bloodstream reduction impact in uteroplasma. If there is interference with gas exchange or transportation of oxygen during delivery will occur more severe asphyxia. This case can make hypoxia and acidosis in the fetus. Pendahuluan Score apgar dihitung dengan menilai kondisi bayi yang baru lahir menggunakan lima kriteria sederhana dengan skala nilai nol, satu, dua. Kelima nilai kriteria tersebut kemudian dijumlahkan untuk menghasilkan angka nol hingga 10. Kata “Apgar” merupakan singkatan dari Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respiration (warna kulit, denyut jantung, respon refleks, tonus otot / keaktifan, dan pernafasan), untuk mempermudah menghafal (Finster, 2005: 62). Tingginya angka kejadian asfiksia yang terjadi pada bayi secara sectio caesaria dari pada bayi baru lahir normal dapat mempengaruhi kelangsungan hidup bayi baru lahir. Penilaian keadaan bayi dapat di lihat dengan penghitungan apgar score saat lahir. Hasil survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 20102011, di Indonesia menunjukkan bahwa baru lahir normal didapati data terjadi asfiksia ringan 15% dari total bayi yang ada dan bayi baru lahir dengan sectio caesaria didapati data terjadi asfiksia berat 64%. Di Jawa Timur bayi baru lahir normal dengan asfiksia ringan 12% dan bayi baru lahir dengan sectio caesaria didapati asfiksia berat 51% dan asfiksia Jurnal Ilmiah Kebidanan
ringan sebanyak 12% (Depkes.RI). Pada survey statistik tahun 2011 di Kabupaten Tulungagung bayi baru lahir dengan sectio caesaria didapati data terjadi asfiksia berat sebesar 35% (257 bayi) dan terjadi asfiksia berat 15% (110 bayi). Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbedaan apgar score antara bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir sectio caesaria di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung tahun 2013. Tinjauan Pustaka Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram. Karakteristik Bayi Baru Lahir (Normal) 1. Usia 36-42 minggu. 2. Berat badan lahir 2500-4000 gr. 3. Dapat bernafas dengan teratur dan normal. 4. Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi dengan baik. Skore apgar atau nilai nilai apgar (apgar score) adalah sebuah metode Page 23
yang diperkenalkan pertama kali pada tahun 1953 oleh dr.Virginia Apgar sebagai sebuah metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi kesehatan bayi baru lahir sesaat setelah kelahiran (Finster, 2005). Komponen penilaian Apgar baru lahir: Kompone n Frekwen si jantung Kemamp uan bernafas
0 Tidak ada Tidak ada
Tonus otot
Lumpu h
Refleks
Tidak ada
Warna kulit
Biru / pucat
Skore 1 <100 x/menit Lambat / tidak teratur Ekstremit as agak fleksi
2 >100 x/menit Menangi s kuat
bayi Akronim Pulse Respirati on
Gerakan aktif
Activity
Gerakan sedikit
Gerakan kuat / melawan
Grimace
Tubuh kemerah an / ekstremit as biru
Seluruh tubuh merah
Appeara nce
Terdapat hubungan terbalik antara nilai apgar dengan derajat asidosis serta hipoksia. Nilai 4 atau kurang pada usia 1 menit berhubungan dengan peningkatan insidensi asidosis. Sedangkan nilai 8-10 biasanya berhubungan dengan ketahanan hidup yang normal. Nilai 4 atau kurang pada usia 5 menit berhubungan dengan peningkatan insidensi asidosis, distres penapasan, serta kematian (Rudlolph, 2006). Tabel interpretasi skore bayi lahir menurut nilai APGAR: Jumlah Catatan Interpretasi skore Memerlukan Asfiksia tindakan medis <6 berat yang lebih intensif Memerlukan tindakan medis segera seperti Asfiksia penyedotan lendir 7-10 ringan/ yang menyumbat Normal jalan nafas, atau pemberian oksigen untuk membantu bernafas Keadaan bayi dan resusitasi pada nilai apgar menit ke- 1: 1. Nilai apgar 8-10 pada usia 1 menit Jurnal Ilmiah Kebidanan
Bayi dengan nilai apgar 8-10 jarang memerlukan tindakan resusitasi kecuali pengisapan jalan nafas. 2. Nilai apgar 5-7 pada usia 1 menit Bayi mengalami asfiksia ringan, biasanya berespon terhadap pemberian oksigen dan pengeringan dengan handuk. Jika bayi gagal mempertahankan pernapasan ritmis saat rangsangan dihentikan, ulangi pemberian rangsangan dan teruskan pemberian oksigen melalui hidung dan mulut. 3. Nilai apgar 3-4 pada usia 1 menit Biasanya bayi pada keadaan ini berespon terhadap ventilasi kantong serta sungkup. 4. Nilai apgar 0-2 pada usia 1 menit Bayi mengalami asfiksia berat dan memerlukan ventilasi segera dan mungkin memerlukan pemijatan jantung serta bantuan sirkulasi. Jika tidak berhasil dilakukan intubasi trakea dan kembangkan serta ventilasikan paru dengan oksigen. Prosedur penilaian apgar score (Hidayat, 2009): 1. Hitung frekwensi jantung 2. Kaji kemampuan bernafas 3. Kaji tonus otot 4. Kaji kemampuan reflek 5. Kaji warna kulit 6. Hitung total skor yang di dapat dari hasil pengkajian 7. Tentukan hasil penilaian ke dalam tiga kategori asfiksia, yaitu: a. Asfiksia ringan : skore 7-10 : b. Asfiksia berat skore < 6 Jumlah skore rendah pada tes menit pertama dapat menunjukkan bahwa bayi baru lahir ini membutuhkan perhatian medis lebih lanjut. Jika apgar score tetap di bawah 3 dalam tes berikutnya (10, 15, atau 30 menit), maka ada resiko bahwa anak tersebut dapat mengalami kerusakan syaraf jangka penjang. Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan, di mana janin dilahirkan melalui sesuatu insisi pada dinding perut dan rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2007: 127). Pembagian Sectio caesaria: 1. Sectio caesaria klasik atau corporal Page 24
Adalah insisi memanjang pada segmen atas uterus. 2. Sectio caesaria transperitonial profunda Adalah insisi pada segmen bawah rahim. Teknik ini paling sering dilakukan. 3. Sectio caesaria extra peritonial Rongga peritoneum tidak dibuka. Dulu di lakukan pada pasien dengan infeksi intra uterin yang berat. 4. Caesarian sectio hysterectomy Setelah sectio caesaria dikerjakan hysterektomi dengan indikasi: atonia uteri, plasenta accreta, myoma uteri, infeksi intra uteri yang berat Kerugian sectio caesaria: Prosedur anestesi pada operasi biasa membuat anak ikut terbius, sehingga anak tidak spontan menangis, keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan hemodinamika dan mengurangi apgar score. Kemungkinan timbulnya infeksi bila luka operasi tidak dirawat dengan baik. Indikasi sectio caesaria: 1. Indikasi absolut Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana yaitu : a. Kesempitan panggul yang sangat berat b. Neoplasma yang menyumbat jalan lahir 2. Indikasi relative Adalah kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tatapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat sectio caesaria akan lebih aman bagi ibu, anak atau keduanya. Penyebab sectio caesaria: 1. Faktor janin a. Bayi terlalu besar b. Kelainan letak 1) Letak sungsang 2) Letak lintang 3) Ancaman gawat janin 4) Janin abnormal 2. Faktor plasenta Ada beberapa kelainan plasenta yang menyebabkan keadaan gawat darurat pada ibu atau janin sehingga harus dilakukan persalinan dengan operasi. a. Plasenta previa b. Plasenta lepas c. Plasenta accrete Jurnal Ilmiah Kebidanan
d. Vasa Previa (Dini, 2003). Faktor kelainan tali pusat a. Prolaps tali pusat (tali pusat menumbung) b. Terlilit tali pusat (Manuaba, 2008). 4. Faktor ibu a. Usia b. Tulang Panggul c. Persalinan sebelumnya dengan operasi sesar (Manuaba, 2008). 5. Faktor hambatan jalan lahir 6. Kelainan kontraksi uterus 7. Ketuban pecah dini 8. Rasa takut kesakitan Secsio caesaria tidak boleh dilakukan pada kasus-kasus seperti ini : 1. Janin sudah mati dalam kandungan. 2. Janin terlalu kecil untuk mampu hidup di uar kandungan. 3. Terjadi infeksi dalam kehamilan. 4. Anak dalam keadaan cacat seperti Hidrocefalus dan Anecepalus (Cunningham, 2006). Komplikasi: 1. Infeksi puerperal 2. Perdarahan 3. Komplikasi – komplikasi lain 4. Suatu komplikasi yang baru tampak pada kemudian hari 5. Komplikasi pada bayi sectio caesaria 6. Anastesi Konsep Perbedaan Apgar Score Bayi baru lahir normal dan Sectio caesaria: Apgar Score bayi baru lahir normal pada menit pertama rata-rata adalah 7-10, sedangkan pada bayi baru lahir dengan sectio caesaria sering kali terjadi asfiksia ringan (nilai apgar 4-6) bahkan juga asfiksia berat (nilai apgar 0-3), hal ini dikarenakan prosedur anestesi pada operasi biasa membuat anak ikut terbius, sehingga anak tidak spontan menangis, keterlambatan menangis ini mengakibatkan kelainan hemodinamika dan mengurangi apgar score (Manuaba, 2008). Dalam persalinan sectio caesaria digunakan obat anestesi yang menyebabkan hipotensi pada ibu yang dampak pada penurunana aliran darah uteroplasma. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia dan asidosis pada fetus. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
3.
Page 25
Keadaan ini mempengaruhi fungsi sel tubuh (Latief, 2002). Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik yang bersifat komparasi. Pendekatan antar variabel dalam penelitian ini adalah case control. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung pada tanggal 10-16 Juni 2013 sejumlah 56 bayi. Tehnik sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 38 bayi di Ruang Mawar dr.Iskak Tulungagung. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi. Analisa data menggunakan coding, scoring dan tabulating. Uji statistic yang digunakan adalah Mann-Whitney. Uji Mann-Whitney merupakan alternatif bagi uji-t. Uji Mann Whitney merupakan uji non-parametrik yang digunakan untuk membandingkan dua mean populasi yang berasal dari populasi yang sama. Bila α < 0,05 maka hipotesis nol (Ho) ditolak yang berarti menyatakan ada perbedaan antara apgar score bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir sectio caesaria di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung. Bila α ≥ 0,05 maka hipotesis nol (Ho) di terima yang berarti menyatakan tidak ada perbedaan antara apgar score bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir sectio caesaria di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian didapatkan bahwa dari 38 bayi yang diteliti di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung, hampir setengah dari responden 15 (39,5%) bayi lahir dengan sectio caesaria dan mengalami asfiksia. Uji statistik MannWhitney dengan signifikan 0,05 didapatkan nilai p value 0,004 dimana 0,004 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada perbedaan apgar score antara bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir sectio caesaria di Jurnal Ilmiah Kebidanan
Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung. Dalam persalinan sectio caesaria digunakan obat anestesi yang menyebabkan hipotensi pada ibu yang dampak pada penurunan aliran darah uteroplasma. Hal ini dapat menyebabkan hipoksia dan asidosis pada fetus. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Fakta dan teori diatas sudah sesuai bahwa ada perbedaan apgar score antara bayi lahir normal dengan bayi lahir sectio caesaria. Kesimpulan 1. Dari 19 bayi yang lahir normal di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung, sebagian besar dari responden 13 (68,42%) bayi lahir secara normal tidak asfiksia 2. Dari 19 bayi yang lahir dengan sectio caesaria di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung, hampir seluruhnya dari responden 15 (78,95%) bayi mengalami asfiksia. 3. Dari 38 bayi hampir setengah dari responden 15 (39,5%) bayi lahir sectio caesaria dan dengan mengalami asfiksia. Uji statistik MannWhitney dengan signifikan 0,05 didapatkan nilai p value 0,004 dimana 0,004 < 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada perbedaan apgar score antara bayi baru lahir normal dengan bayi baru lahir sectio caesaria di Ruang Mawar RSUD dr. Iskak Tulungagung. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dan data awal untuk peneliti selanjutnya. 2. Bagi Tempat Penelitian Disarankan hendaknya meningkatkan kemampuan dalam menangani bayi asfiksia neonatorum baik dari bayi yang lahir normal maupun dari bayi yang lahir dengan sectio caesaria 3. Bagi Instansi Pendidikan Hendaknya hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan informasi dan bekerja sama dengan instansi yang Page 26
lain untuk lebih meningkatkan pelayanan pada kasus asfiksia. Daftar Pustaka Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 80. __________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 25. Benso, P. 2009.. Buku saku Obsetry Gynecology William. Jakarta: EGC. Cunningham, F. G. 2006. Obsetry: Gynecology William. Jakarta: EGC. Dini, Kasdu. 2003. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspa Swara. Fauzi, D.A. 2007. Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta: Puspaswara. Hal: 94. Finster M, Wood M. 2005. The Apgar Score Has Survived the Test of Time. Terjemahan. Jakarta: EGC. Hal: 62. Gallagher, C.M. 2004. Pemulihan Pascaoperasi Caesar. Jakarta : Erlangga. Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian. Bogor Selatan: Salemba Medika. Hal: 46. Metode Hidayat Alimul Aziz. 2009. Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 68, 125 Manuaba, 2008. Ida Bagus Gde. 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Hal: 198 Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi 2. Jakarta : Rineka Cipta. Hal: 13, 36, 37, 39.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
__________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 121, 124, 128. Nursalam. 2002. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian dan Ilmu Perawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal : 44, 107 ________. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian dan Ilmu Perawatan (Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Surabaya: Salemba Medika. Hal: 96,97, 98. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP. Hal: 121, 180. Rudolph, Abraham, M. 2006. Buku Ajar Pediatri Vol.3. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal: 116, 401. Soetjiningsih. 2004. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 36, 37. Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC. Hal: 100, 119, 637, 639.
Page 27
HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TRIMESTER III TENTANG NUTRISI KEHAMILAN DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI BPS TUMINI DESA PULOSARI KECAMATAN NGUNUT KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh : LINDHA WULANDARI ASTIKA RASYID, SST AINUN HANIFA, S.Si.T Pregnant mother nutrient state at pregnancy can regard fetus growth that be at contains. Primigravida's mother have gotten information about nutrition gestation, but its decreased grasp so has low science about nutrition during pregnancy. The purpose of the research is to find out relationship among III trimester primigravida mother’s attitude about pregnancy nutrition with pregnant mother nutrient state at Tumini private practicing midwife Pulosari village Ngunut subdistrict Tulungagung regency in 2013. The research was conducted on May 6th – 18th 2013. The type of research was observational with analytic and cross sectional's approaching design. Data collected by using questionnaires sheet and observational sheet were data processed and analyzed. The result of the research was obtained almost all respondents have positive attitude about pregnancy nutrition and have normal nutrient, there were 25 respondents (69,4%). Chi square's statistical quiz results p value 0,000< 0,05 so H0 is refused that meaning available relationship among III trimester primigravida mother’s attitude about pregnancy nutrition with pregnant mother nutrient state. Pendahuluan Kehamilan merupakan masa yang sangat penting, karena pada masa ini kualitas seorang anak di tentukan. Pemeliharaan kehamilan di mulai dari perencanaan menu yang benar. Masukan gizi pada ibu hamil menentukan kesehatannya dan janin yang di kandungnya. Status gizi ibu hamil dapat di tingkatkan dengan menganjurkan ibu mengkonsumsi makanan yang memenuhi zat–zat gizi. Menurut data Risdinkes tahun 2007 prevalensi resiko Kekurangan Energi Kronis di provinsi Jawa Timur khususnya kota Tulungagung sebesar 10,4%. Berdasarkan study pendahulaun yang dilakukan di BPS Tumini Desa Pulosari Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung tanggal 30 Oktober 2012 pada ibu primigravida trimester III di dapatkan 5 orang ibu hamil trimester III sebanyak 3 orang (60%) memiliki lingkar lengan atas < 23,5 cm, dan sebanyak 2 orang (40%) memiliki lingkar lengan atas normal. Berdasarkan wawancara pada Ibu hamil trimester III di dapatkan sebanyak 2 (40%) orang dapat menjelaskan dengan baik tentang nutrisi kehamilan, sedangkan 3 (60%) orang tidak dapat menjelaskan tentang nutrisi Jurnal Ilmiah Kebidanan
ibu hamil berhubungan dengan status gizi ibu hamil. Tujuan Penelitian Mengetahui Hubungan antara Sikap Ibu Primigravida Trimester III tentang Nutrisi Kehamilan dengan Status Gizi Ibu Hamil di BPS Tumini Desa Pulosari Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung Tahun 2013. Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: kognitif (komponen 1. Komponen perseptual) afektif (komponen 2. Komponen emosional) 3. Komponen konatif (komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible)
Page 28
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113) : Jurnal Ilmiah Kebidanan
Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Nutrisi (zat gizi) adalah ikatan kimia yang di perlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil: 1. Umur 2. Berat badan 3. Suhu lingkungan 4. Aktifitas 5. Status kesehatan 6. Pengetahuan zat gizi dalam makanan 7. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan 8. Status ekonomi Kebutuhan Gizi Ibu Hamil: 1. Energy 2. Protein 3. Zat besi 4. Asam folat 5. Kalsium 6. Vitamin 7. Mineral 8. Lemak Manfaat pemenuhan kebutuhan gizi ibu hamil: 1. Cukup kalori, protein yang bernilai biologi tinggi, vitamin, mineral, dan Page 29
cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin, serta placenta. 2. Makanan padat kalori dapat membentuk lebih banyak jaringan tubuh bukan lemak. 3. Cukup kalori dan zat gizi untuk memenuhi pertambahan berat baku selama hamil. 4. Perencanaan perawatan gizi yang memungkinkan ibu hamil untuk memperoleh dan mempertahankan status gizi optimal 5. Perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan reaksi yang tidak diinginkan, seperti mual dan muntah. 6. Perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulit yang terjadi selama kehamilan. 7. Mendorong ibu hamil sepanjang waktu untuk mengembangkan kebiasaan makan yang baik yang dapat diajarkan kepada anaknya selama hidup. Menurut Paath (2004: 96) dampak kekurangan nutrisi adalah sebagai berikut: 1. Dampak pada janin a. BBLR b. Terhambatnya pertumbuhan otak janin c. Bayi lahir dengan kurang darah (anemia) d. Bayi mullah kena infeksi e. Abortus 2. Dampak pada ibu a. Anemia b. Perdarahan c. BB tidak bertambah secara normal d. Mudah terkena infeksi. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zatzat gizi tersebut, atau keadaan fisiologik akibat dari tersediannya zat gizi dalam seluler tubuh. Menurut Krisno (2009: 13) faktorfaktor yang mempengaruhi gizi adalah sebagai berikut: 1. Produk Pangan 2. Produk Papan 3. Akseptabilitas (Daya Terima) 4. Pantangan Pada Makanan Tertentu Jurnal Ilmiah Kebidanan
5. Kesukaan Terhadap Jenis Makanan Tertentu 6. Kebiasaan Makan 7. Sanitasi Makanan 8. Pengetahuan Gizi Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umum dan tingkat gizi. Antropometri sebagai indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter adalah ukuran tunggal dari tubuh manusia, antara lain: 1. Umur 2. Berat badan 3. Tinggi badan 4. Lila Menurut Supriasa (2002: 48) pengukuran LLA pada kelompok wanita usia subur (WUS) adalah salah satu cara deteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh masyarakat awam, untuk mengetahui kelompok beresiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Pengukuran LLA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi Protein (KEP) wanita usia subur (WUS). Pengukuran LLA tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka pendek. Ambang batas LLA WUS dengan resiko KEK di Indonesia adalah 23,5 cm. Apabila ukuran LLA kurang 23,5 cm atau di bagian merat pita LLA, artinya wanita tersebut mempunyai resiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah (BBLR). Pengukuran LLA dilakukan melalui urutan-urutan yang telah ditetapkan berupa 7 langkah pengukuran LLA sebagai berikut: 1. Tetapkan posisi bahu dan siku 2. Letakkan pita antara bahu dan siku 3. Tentukan titik tengah lengan 4. Lingkarkan pita LLA pada tengah lengan 5. Pita jangan terlalu ketat 6. Pita jangan terlalu longgar 7. Cara pembacaan skala yang benar Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran LLA adalah pengukuran dilakukan di bagian tengah lengan antara bahu dan siku lengan kiri. Page 30
Lengan harus dalam posisi bebas, lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. Alat pengukura dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilipat-lipat sehingga permukaannya sudahtidak rata. Hasil pengukuran LLA ada dua kemungkinan yaitu kurang dari 23,5 cm dan diatas atau sama dengan 23,5 cm. Apabila hasil pengukuran < 23,5 cm berarti resiki KEK dan > 23,5 cm berarti tidak beresiko KEK. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primigravida trimester III yang datang ke BPS Tumini Desa Pulosari Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung . Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling yang bersifat non probability sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sejumlah 36 orang. Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan kuesioner. Bentuk kuiseoner yang digunakan bersifat tertutup. Sedangkan untuk mengumpulkan data status gizi dilakukan dengan lembar observasi. Obsevasi ini dengan lembar pengamatan/ observasi secara langsung tentang status gizi yang dilakukan peneliti dengan menggunakan format pengumpulan data LLA ibu hamil trimester III. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahaptahap editing, coding, scoring, tabulating. Teknik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data sikap ibu bayi yaitu nominal dan status gizi ibu hamil adalah ordinal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan uji Chi Square. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian pada tanggal 6-18 Mei 2013, didapatkan dari total 36 responden sebagian besar dari responden bersikap positif tentang nutrisi kehamilan dan mempunyai gizi normal, yaitu sebanyak 25 responden (69,4%). Uji statistik chi Jurnal Ilmiah Kebidanan
dengan signifikan 0,05 square menghasilkan P value < 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap ibu primigravida trimester III tentang nutrisi kehamilan dengan status gizi ibu hamil di BPS Tumini. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi tingkah laku yang terbuka. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu, dan juga pendapat. Faktor nutrisi pada ibu hamil salah satunya di pengaruhi oleh sikap ibu tentang nutrisi selama hamil. Lebih banyaknya responden yang mempunyai status gizi normal menunjukkan bahwa ibu primigravida trimester III sangat memperhatikan pemenuhan nutrisinya selama kehamilan. Pemenuhan gizi tersebut merupakan perwujudan dari sikap positif ibu hamil tentang nutrisi kehamilan. Kebutuhan gizi ibu hamil yang tercukupi dapat dilihat dari status gizi ibu hamil yang bisa dilihat dari LLA. Demikian juga Ibu primigravida trimester III yang bersikap positif tentang nutrisi kehamilan akan berdampak pada status gizinya selama hamil adalah normal atau tidak mengalami kekurangan gizi. Kesimpulan 1. Dari total 36 responden hampir seluruhnya dari responden bersikap positif tentang nutrisi kehamilan, yaitu sebanyak 28 (77,8%) responden. 2. Dari total 36 responden sebagian besar responden mempunyai status gizi normal, yaitu sebanyak 26 (72,22%) responden 3. Uji statistik chi square dengan signifikan 0,05 menghasilkan P value < 0,05 (0,000 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan antara sikap ibu primigravida trimester III tentang nutrisi kehamilan dengan status gizi ibu hamil. Saran 1. Bagi Responden Diharapkan ibu primigravida trimester III lebih aktif mencari dan menambah informasi mengenai nutrisi kehamilan kepada tenaga kesehatan Page 31
2.
3.
4.
5.
maupun melalui media masa dan elektronik. Bagi Tenaga Kesehatan Hendaknya tenaga kesehatan tetap melaksanakan dan meningkatkan jumlah frekuensi penyuluhan tentang nutrisi kehamilan. Bagi Institusi Pendidikan (Prodi DIII Kebidanan Universitas Tulungagung) Diharapkan dapat bekerja sama dengan institusi kesehatan dalam memberikan informasi yang lebih banyak tentang nutrisi kehamilan melalui penyuluhan maupun melalui media. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa untuk meneruskan penelitian ini dengan metode yang lebih baik lagi. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pengalaman bagi peneliti dalam pengaplikasian ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan dapat dijadikan sebagai pengabdian kepada masyarakat dalam rangka tridharma pendidikan.
Daftar Pustaka Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.Hal : 3 Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 209. ________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal : 131, 236 Arisman, MB. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC. Hal: 9, 13,14,15,17, 19 Asfuah. S. 2010. Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Medical Book. Hal: 36, 51, 52, 63, 94, 96 Azwar, Saifuddin. 2009. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 5, 36, 107, 156 Dorland, Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC. Hal: 1766. Baron, dkk . 2010. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. Hal: 32, 33 Gerungan A, W. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Eresco. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Hidayat, Alimul Aziz. 2003. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal : 34 ________. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal : 43, 68, 114, 125 ________. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal : 45, 99 Krisno, Budianto, Agus. 2009. DasarDasar Ilmu Gizi. Malang: UMM Press. Hal: 13. Maimunah, Siti, 2005. Kamus Istilah Kebidanan, Jakarta; EGC.Hal: 143. Mochtar Rustam. 2003. Sinopsis Obstetri fisiologis dan Pathologi. Jakarta: EGC. Hal: 43. Nazir. Muhammad. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Hal: 124. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal: 35, 130, 131, 132 Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan PT perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal : 142, 145. _______. 2010. Pendidikan dan perilaku PT Rineka kesehatan. Jakarta: Cipta. Hal : 183. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal : 96, 97, 113, 119, 133 Nursalam. 2008. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hal: 93. Paath, Erna Francin. 2004. Gizi dalam Daur Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC. Hal : 4, 6, 39, 53, 54, 92, 9394, 96. Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal: 17. Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal : 63 Page 32
Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 54. Silalahi, Uber. 2003. Metode Penelitian Bandung: PT. Refika Sosial. Aditama. Hal: 38. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Jakarta: Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta. Hal: 77. Metode Penelitian _______. 2006. Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Alfabeta. Hal: 97. Metode Penelitian _______. 2010. Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Alfabeta. Hal: 183. Supriasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Hal: 2, 18, 36, 56, 57, 58. Tim Bahasa Pustaka Agung Harapan. 2003. Kamus Lengkap Bahasa
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Surabaya : Indonesia Modern. Pustaka Agung Harapan. Hal: 243. Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal : 113, 114, 115.
Page 33
HUBUNGAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG IMUNISASI TT DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI TT DI DESATIUDAN KECAMATAN GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh : MAHLUFI ARAFAH NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T AINUN HANIFA, S.Si.T The elimination of Tetanus Neonatorum (ETN) is an action of suppressing the occurrence of tetanus neonatorum that is carried out by providing immunization of tetanus toksoid vaccine. The aim of this research is to identify the relation of attitudes of primigravida mothers toward the immunization of TT and the implementation of the immunization of TT. The research was carried out in June 23th-25th, 2013. The kind of this research is observational by using an analytical design and a cross-sectional approach. The data was collected using questionnaires and then processed and analyzed with chi square. The result of the research indicates that 14 respondents (50%) show positive attitudes toward the immunization of TT and the implementation of TT completely. The statistical test of chi square results in P value = 0.020 (0.020 < 0.05) so that H1 is accepted, that means there is a relation between the attitudes of primigravida mothers toward the immunization of TT and the implementation of TT implementation. Pendahuluan Indikator dalam pengukuran derajat kesehatan masyarakat diukur melalui Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Salah satunya, melalui program Millenium Development Eliminasi Tetanus Goals (MDGs). Neonatorum (ETN) adalah suatu tindakan untuk menekan sekecil mungkin terjadinya kasus tetanus neonatorum. Tindakan ini dilakukan dengan pemberian imunisasi vaksin tetanus toksoid. Hal ini dilakukan agar menekan angka kematian anak dan angka kematian ibu. Kematian akibat tetanus di negara berkembang 135 kali lebih tinggi dibanding negara maju. Di Indonesia sekitar 9,8 % (18032 bayi) dari 184 ribu kelahiran bayi menghadapi kematian atau bisa dikatakan imunisasi tetanus tetap rendah. Cakupan Imunisasi TT2 di Jawa Timur (25,48%). Pada beberapa puskesmas cakupan UCI dibawah 50 %, diantaranya yaitu Puskesmas Tiudan dan pencapaian cakupan desa/kelurahan UCI tahun 2010 sebesar 69,37 % dari target 100 % (DinKes Tulungagung). Tujuan Penelitian Mengetahui Hubungan Sikap Ibu Primigravida tentang Imunisasi TT dengan Pelaksanaan Imunisasi TT di Desa Tiudan Jurnal Ilmiah Kebidanan
Kecamatan Gondang Tulungagung Tahun 2013.
Kabupaten
Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: kognitif (komponen 1. Komponen perseptual) afektif (komponen 2. Komponen emosional) konatif (komponen 3. Komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong Page 34
f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113) : Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: Jurnal Ilmiah Kebidanan
100 % responden 76 % - 99% responden 51 % - 75 % responden 50 % responden 26 % - 49 % responden 1 % - 25 % responden 0% responden
:
Seluruhnya
:
Hampir
:
Sebagian
:
dari
seluruh
dari
besar
dari
Setengahnya
dari
: Hampir setengahnya dari :
Sebagian
kecil
dari
:
Tidak
satupun
dari
Imunisasi Tetanus Toksoid adalah proses untuk membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus. Manfaat Imunisasi TT pada ibu hamil: 1. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum 2. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka Imunisasi TT untuk ibu hamil diberikan 2 kali dengan dosis 0,5cc disuntikkan secara intramuskuler atau subkutan Sebaiknya imunisasi TT diberikan sebelum kehamilan 8 bulan. Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah minimal 4 minggu. Efek samping Immunisasi TT biasanya hanya terjadi gejala-gejala ringan seperti nyeri, kemerahan dan pembengkakan pada tempat suntikan. Efek samping tersebut berlangsung 1-2 hari dan akan sembuh sendiri tanpa diperlukan tindakan/pengobatan. Jadwal Imunisasi TT pada WUS Imuni sasi TT WUS
Pemb erian Imuni sasi T1 T2 T3 T4 T5
Selang Waktu Pemberian Minimal
Masa Perlindun gan
Dosis
4 minggu stlh T1 6 bulan stlh T2 1 tahun stlh T3 1 tahun stlh T4
3 tahun 5 tahun 10 tahun 25 tahun
0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc 0,5 cc
1. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak 2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja. 2. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon Page 35
penganten) atau hamil sebelumnya baru mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang. 3. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya, cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang. Vaksin jerap TT (Tetanus Toksoid) adalah vaksin yang mengandung toksoid tetanus yang telah dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi baru lahir dengan mengimunisasi WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil. Cara pemberian dan dosis: 1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi homogeny. 2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang disuntikkan secara intra muscular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan berikutnya. 3. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan: a. Vaksin belum kadaluarsa, b. Vaksin disimpan dalam suhu +2º +8ºC, c. Tidak pernah terendam air, d. Sterilitasnya terjaga, e. VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B. 4. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk hari berikutnya. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik. Pendekatan antar variabel yang digunakan adalah pendekatan “Cross Sectional". Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil primigravida trimester III. Dalam penelitian ini menggunakan Jurnal Ilmiah Kebidanan
purposive sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sejumlah 28 orang. Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan observasi. Bentuk kuesioner yang digunakan bersifat tertutup. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap editing, coding, scoring, tabulating. Dalam menganalisis hubungan sikap ibu primigravida tentang imunisasi TT dengan pelaksanaan imunisasi TT menggunakan bantuan komputer jenis uji statistik korelasi Chi-Square. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari total 28 responden setengah dari responden 14 (50%) bersikap positif tentang imunisasi TT dan melaksanakan imunisasi TT dengan lengkap. Uji statistik chi square dengan signifikan 0,05 menghasilkan P value 0,020 lebih kecil dari nilai 0,05 (0,020 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan sikap ibu primigravida tentang imunisasi TT dengan pelaksanaan imunisasi TT. Sikap merupakan penilaian seseorang terhadap stimulus atau obyek. Perilaku seseorang dipengeruhi oleh sikap (attitude) sedangkan sikap yang terbentuk dipengaruhi oleh pengetahuan (knowledge). sikap ibu primigravida dipengaruhi oleh pengetahuan ibu terhadap imunisasi TT itu sendiri. sikap yang didasari oleh pengetahuan maka akan lebih langgeng dari pada seseorang yang bersikap tanpa pengetahuan. Ibu primigravida yang telah mendapatkan informasi tentang imunisasi TT akan bersikap positif dalam menanggapi hal tersebut dibandingkan dengan ibu primigravida yang belum mendapatkan informasi. Hubungan positif atau negatif antara individu dengan obyek tertentu, seperti halnya sikap ibu primigravida apabila memiliki pemahaman yang baik tentang imunisasi TT maka akan bersikap positif dalam pelaksanaan imunisasi TT yang berdampak pada perilakunya mau melaksanakan imunisasi TT secara lengkap. Kesimpulan 1. Dari total 28 responden sebagian Page 36
besar dari responden 18 (64,29%) bersikap positif tentang imunisasi TT. 2. Dari total 28 responden sebagian besar dari responden 17 (60,71%) melaksanakan imunisasi TT dengan lengkap 3. Uji statistik chi square dengan signifikan 0,05 menghasilkan P value 0,020 lebih kedil dari inilai 0,05 (0,020 < 0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan sikap ibu primigravida tentang imunisasi TT dengan pelaksanaan imunisasi TT. Saran 1. Bagi Responden Ibu primigravida diharapkan lebih aktif mencari dan menambah informasi mengenai imunisasi TT kepada tenaga kesehatan maupun melalui lain untuk meningkatkan sikap positif ibu primigravida tentang imunisasi TT 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan wawasan bagi peneliti dan diharapkan dapat dijadikan tambahan wacana bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian tentang imunisasi TT. 3. Bagi Tempat Penelitian Hendaknya tenaga kesehatan meningkatkan penyuluhan imunisasi TT dan pengawasan tentang imunisasi TT. 4. Bagi Institusi Pendidikan (Prodi DIII Kebidanan Unita) Diharapkan dapat bekerja sama dengan institusi kesehatan dalam memberikan informasi tentang imunisasi TT terhadap masyarakat baik melalui penyuluhan maupun melalui media. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahastya. ________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Asdi Mahastya. Hal 235, 237, 246. Azwar, Syaifudin. 2002. Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal: 24-25 Jurnal Ilmiah Kebidanan
_________. 2003. Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Binarupa Aksara. ________. 2009. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 36, 156. ________. 2010. Sikap Manusia; Teori dan Pengukuranya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 106. DepKes RI, 2006. Modul Materi Dasar Kebijakan Program Imunisasi. Hal: 74-114 DepKes RI, 2008. Imunisasi Dasar bagi Pelaksana Imunisasi. Hal: 93-135 Pedoman DepKes RI, 2004. Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta Hidayat, A. Azis Alimul. 2003. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. _________. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknis Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Idayati. 2005. TT Pregnancy. Available http: adln.Lib.Unair.ac.id. Kusmiati, Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil (Asuhan Ibu Hamil). Yogyakarta: Fitramaya. Hal 169. Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berncana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Hal 158. Markum, A.H. 2000. Imunisasi. Jakarta: FKUI. Hal 13, 30. Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri jilid 1. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Metodologi ________________. Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 138. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: FKUI. Hal: 27, 35, 130-131. Penelitian _________.2005.Metode Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nursalam & Pariani, Siti. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto. Hal: 95. Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Page 37
Medika. Hal 93, 96, 97, 101, 119, 124. Nursalam.2008.Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Surabaya: Salemba Medika: 59,91,111. Prawiroharjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC. Purnomo,Windhu.2009.Metodologi Penelitian Kuantitatif. Surabaya: Universitas Airlangga: 23, 27. Rustam, Mochtar. 2003. Sinopsis Obstetri fisiologis dan Pathologi. Jakarta: EGC. Sarwono, Prawirohardjo. 2008. Ilmu Jakarta: Yayasan Kebidanan. BPPS. Hal: 168.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Sugiyono. 2003. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal 56.: 22,69,70,142,145. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Jakarta: Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta. Hal: 97, 246. Statistika Untuk ________. 2007. Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sulistyowati, Ari. Asuhan Kebidanan pada masa Kehamilan. Yogyakarta: Salemba Medika. Hal 120-121. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial edisi revisi. Yogyakarta: Andi. Hal 113115. ________. 2009. Psikologi Sosial edisi revisi. Yogyakarta: Andi..
Page 38
PERBEDAAN SIKAP PRIMIGRAVIDA DAN MULTIGRAVIDA TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DI PUSKESMAS GONDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh : SITI AMIROH KHUSNA NUNIK NINGTIYASARI, S.Si.T ERIK EKOWATI, SST Preparation for labor or birth plan is a plan of action made by the mother, family members and midwives. Impact of unfavorable childbirth is difficult to determine where labor mothers, mothers do not know who will help her labor, do not know the cost to be prepared and not be able to anticipate risks that will occur at the time of delivery. This study aims to Know the different attitudes and multigravid primigravida about childbirth. The experiment was conducted on June 1 to 30 January 2013 in the PHC Gondang Bulletin. Design research is a comparative analytical nature. Data collection using questionnaires attitude with Gutttman, the data were analyzed with T scores were analyzed with the Wilcoxon test. The results obtained in most of the health centers primigravida negative attitudes about birth preparedness ie 11 (73%) of people. Almost all mothers at the health center multigravid positive about childbirth that 12 (80%) of people. There is a difference in attitude and multigravid primigravida about childbirth preparation with Wilcoxon obtained value 0,005 < (0,05). so Ho is rejected means there is a difference. Pendahuluan Persiapan persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota keluarganya dan bidan, dan ini akan menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan dimana ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu. Persiapan ibu dalam proses persalinan dinilai dari dua faktor yaitu siap secara fisik dan siap secara mental. Oleh karena itu penting sekali persiapan persalinan dilakukan oleh ibu hamil. Dalam kenyataannya dilapangan persiapan persalinan ini sering diabaikan oleh karena pengetahuan ibu yang kurang. Menurut Sensus Kesehatan Nasional (SUSENAS, 2011) jumlah kunjungan terakhir pada ibu hamil (K4) untuk persiapan persalinan di Jawa Timur pada tahun 2011 adalah 81,79%, hal ini masih jauh dari target yang telah ditetapkan yaitu 90%. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung bulan januari sampai dengan september 2012 didapatkan jumlah kunjungan terakhir pada ibu hamil (K4) sebanyak 60,50% sedangkan targetnya 90%. Hasil studi pendahuluan oleh penulis di Puskesmas Gondang pada tanggal tanggal 19 Oktober 2012 dari 10 ibu hamil yang melakukan Antenatal Care (ANC) di Poli KIA ada 6 ibu multigravida dan 4 ibu primigravida, Jurnal Ilmiah Kebidanan
dari 6 ibu multigravida setelah dilakukan wawancara didapatkan ada 4 ibu multigravida atau 67% yang mengerti tentang persiapan persalinan dan ada 2 ibu multigravida atau 33% tidak mengerti tentang persiapan persalinan. Sedangkan dari 4 ibu primigravida setelah dilakukan wawancara didapatkan ada 3 ibu primigravida atau 75% tidak mengerti tentang persiapan persalinan dan ada 1 ibu primigravida atau 25% mengerti tentang persiapan persalinan. Tujuan Penelitian Mengetahui perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persiapan persalinan di Puskesmas Gondang Kabupaten Tulungagung. Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: kognitif (komponen 1. Komponen perseptual) afektif (komponen 2. Komponen emosional) 3. Komponen konatif (komponen perilaku)
Page 39
Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113) : Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Primigravida adalah wanita yang hamil untuk pertama kali. Multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali. Persiapan persalinan atau rencana persalinan adalah rencana tindakan yang dibuat oleh ibu, anggota keluarganya dan bidan. Manfaat persiapan persalinan adalah menurunkan kebingungan dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan kemungkinan dimana ibu akan menerima asuhan yang sesuai serta tepat waktu. Tujuan Persiapan Persalinan: 1. Ibu hamil bisa menentukan tempat persalinan 2. Ibu tahu siapa yang akan menolong persalinannya nanti 3. Ibu bisa mempersiapan biaya yang harus disiapkan dan 4. Ibu bisa mengantisipasi resiko yang akan terjadi pada saat persalinan bersama bidan/dokter Ada 5 komponen persiapan persalinan: 1. Membuat Rencana Persalinan, meliputi: Page 40
a. Menentukan tempat persalinan b. Memilih tenaga kesehatan yang terlatih c. Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut? d. Bagaimana transportasi ke tempat persalinan tersebut e. Siapa yang akan menemani saat persalinan f. Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut g. Siapa yang akan menjaga keluarga jika ibu tidak ada 2. Membuat rencana pembuatan keputusan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat pembuat keputusan utama tidak ada, meliputi: a. Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga b. Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan 3. Mempersiapkan Sistem Transportasi Jika Terjadi Kegawatdaruratan, meliputi: a. Dimana ibu akan bersalin (desa, fasilitas kesehatan, RS) b. Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang lebih lanjut jika terjadi c. Kegawat daruratan? d. Ke fasilitas kesehatan mana ibu tersebut harus dirujuk? e. Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi kegawatdaruratan f. Bagaimana cara mencari donor darah yang potensial 4. Membuat Rencana/Pola Menabung 5. Mempersiapkan Barang-Barang yang Diperlukan untuk Persalinan Secara teknik yang perlu dipersiapkan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas yang sewaktu-waktu mungkin menjadi resiko tinggi antara lain: 1. Pemeriksaan kehamilan sedini mungkin, minimal 4 kali, 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. 2. Makan makanan dengan nilai gizi yang baik. 3. Cukup istirahat dan tidak bekerja berat. Jurnal Ilmiah Kebidanan
4. Menjaga kebersihan diri. 5. Mengenali tanda-tanda risiko tinggi pada ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir Dampak persiapan persalinan yang kurang baik adalah ibu kesulitan menentukan tempat persalinan, ibu tidak tahu siapa yang akan menolong persalinannya nanti, ibu tidak tahu biaya yang harus disiapkana dan ibu tidak bisa mengantisipasi resiko yang akan terjadi pada saat persalinan. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional. Desain penelitian yang digunakan adalah analitik bersifat komparatif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh ibu primigravida dan multigravida di Puskesmas Gondang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode purposive sampling yang bersifat nonprobability sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sejumlah 30 responden. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban setuju dan tidak setuju. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap editing, coding, scoring, tabulating. Perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persiapan persalinan di Puskesmas Gondang tahun 2012 dianalisis dengan uji wilcoxon signed rank test. Alasan pemilihan tehnik ini adalah karena dalam penelitian ini bertujuan untuk membedakan atau komparasi dan terdapat 1variabel dengan membedakan 2 sampel dengan skala nominal yaitu perbedan 2 sampel berbeda. Exact Sig.(2tailed) dengan nilai ( = 0,05), jika ρ <0,05 maka Ho ditolak, dan H1 diterima (ada perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persiapan persalinan di Puskesmas Gondang tahun 2012). Hasil dan Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian didapatkan dari total responden yang berjumlah 30 orang, yang terbagi 2 kelompok, yang terdiri dari 15 orang primigravida dan 15 orang multigravida diketahui ada perbedaan Page 41
antara sikap primigravida dan multigravida dimana sikap multigravida lebih banyak yang bersikap positif, sebanyak 12 orang (80%), dibanding dengan sikap primigravida yang hampir sebagian besar bersikap negatif sebanyak 11 orang (73%). Hasil analisis uji wilcoxon perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persiapan persalinan di dapatkan Exact Sig.(2-tailed) = 0,005 dimana 0,005 < 0,05 sehingga Ho ditolak H1 diterima, berati ada perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persalinan. Adanya perbedaan sikap primigravida dan multigravida dimana sikap positif lebih banyak di miliki multigravida dari pada primigravida hal ini dikarenakan multigravida lebih banyak mendapatkan informasi yang valid sedangkan primigravida banyak yang belum mendapatkan informasi. Sikap ibu primigravida dan multigravida di pengaruhi oleh pengetahuan mereka tentang persiapan persalinan, sehingga ibu multigravida yang mendapatkan pengetahuan dari tenaga kesehatan mempunyai sikap positif, ini akan jauh berbeda dari ibu primigravida, karena tidak cukup mempunyai wawasan tentang persiapan persalinan, menyebabkan kebanyakan ibu dari primigravida bersikap negatif. Kurangnya pengalaman seorang ibu primigravida umumnya akan menciptakan sikap negatif terhadap persiapan persalinan. Namun demikian belum tentu ibu primigravida yang belum pernah mengalami proses persalinan tidak mengetahui dan tidak bisa mempersiapkan segala persiapan persalinan dengan baik dan cermat. Kesimpulan 1. Sebagian besar ibu primigravida di Puskesmas Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung tahun 2013 bersikap negatif tentang persiapan persalinan yaitu 11 (73%) orang. 2. Hampir seluruh ibu multigravida di Puskesmas Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung tahun 2013 bersikap positif tentang persiapan persalinan yaitu 12 (80%) orang. 3. Uji statistik wilcoxon didapatkan nilai ρ Jurnal Ilmiah Kebidanan
value = 0,005 dimana 0,005 < 0,05), sehingga H1 diterima dan H0 ditolak, yang artinya ada perbedaan sikap primigravida dan multigravida tentang persiapan persalinan di Puskesmas Gondang kabupaten tulungagung tahun 2013. Saran 1. Bagi Responden (Ibu Hamil) Disarankan untuk mencari informasi tentang persiapan persalinan sehingga menurunkan kebingungan pada saat persalinan. 2. Bagi Tempat Penelitian (Puskesmas) Diharapkan lebih banyak memberikan informasi kepada ibu hamil tentang persiapan persalinan melalui penyuluhan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat bekerja sama dengan instansi lain dalam memberikan penyuluhan tentang persiapan persalinan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan data awal bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut. Daftar Pustaka Azwar, Saifuddin. 2005. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 5. ________. 2009. Sikap Manusia; Teori dan Pengukuranya, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 23-28, 30-38, 106, 156. Baron, dkk. 2010. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Hal: 3233. Cristina, Widya Utami. 2006. Statistika Terapan untuk Penelitian. Jakarta: Salemba Empat. Dajan, Anto. 2005. Pengantar Metode Statistik Jilid Dua. Jakarta: LP3ES. Hal: 26. DepKes R.I. 2002. Strategi Komunikasi Informasi dan Edukasi Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta : Dirjen Binkesmas dan Binkesga Hal: 6, 14, 16, 34. Gerungan, W.A. 2002. Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama. Hartono, Andry. 2006. Terapi Gizi dan Diit Rumah Sakit. Edisi 2. Jakarta: EGC. Hal: 378. Page 42
Hidayat, A.A.A. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 81, 102-104, 106, 121. ______. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 54 Kamus Saku Bidan. 2005. Jakarta: EGC. Hal: 301. Manuaba. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta : EGC hal 137 Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Cetakan keenam. Ciawi : Penerbit Ghalia Indonesia. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT Rineka Cipta.hal.19, 22 __________.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Aneka Cipta. Hal. 27, 45, 130-131 __________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT Rineka Cipta.hal. 64, 48, 116 ________. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 37-38, 83, 93, 103, 121, 176. Nursalam. 2003. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika. Hal 31, 36, 78, 83, 96, 107, 131 Konsep dan __________. 2008. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 87, 93. _________. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 92-93. Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kandungan. Jakarta - Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta. hal.100 Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 63. Asuhan Kebidanan Salmah. 2006. Antenatal. Jakarta : EGC. Hal: 117 Sudarso. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT Rineka Cipta.hal.19, 22 24 Sugiyono. 2005. Statistik untuk Penelitian. Jakarta: Alfabeta. Hal: 246. Metode Penelitian _______. 2006. Jakarta: Kuantitatif Kualitatif. Alfabeta. Hal: 97, 246. _______. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D. Bandung: CV Alfabeta. Hal: 43-44, 246. Umar, Husein. 2003. Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal: 49, 92. Walgito, B. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Whalley Janet, Ann Keppler. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi, Edisi Revisi. Jakarta: Arcan. Hal: 75.
Page 43
HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BANGUNJAYA KECAMATAN PAKEL KABUPATEN TULUNGAGUNG Oleh: ERNIK RUSTIANA, SST.M.Keb The increasing of Indonesian life expectancy is one indicator of the success of health development in Indonesia. The efforts to increase life expectancy needs to be done by the promotion and prevention activities through integrated health service for elderly. The purpose of this study is to analyze and determine the correlation between knowledge, attitude and family support with elderly visit to the health center in Bangunjaya Public Health Center work area Pakel Regional Tulungagung district. The method of this study was analytic with case-control approach. Samples were taken by simple random sampling technique. The statistic test to see the correlation between variables used chi-square and to see the most dominant factors using multiple logistic regression. The results showed that elderly with good knowledge (85%) had positive attitude (89%), and good family support (86%). The result of bivariable analysis showed there was significant correlation between knowledge, attitude, and family support to elderly visit to Integrated Health Service (p<0.05). The results of multiple logistic regression found that family support variable was the most dominant risk variable with elderly visit to Integrated Health Service p<0.001; OR 25.49 (IK 95%.7.021−92.58). Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia yaitu meningkatkan usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Ketidaktahuan masyarakat, keluarga maupun Lansia sendiri mengakibatkan keadaan kesehatan fisik, mental maupun sosial Lansia tidak tertangani atau terpenuhi dengan baik sehingga menghambat pencapaian Lansia sehat sejahtera dan produktif. Berdasaskan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 Lansia yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada kelompok usia lanjut mengalami penurunan menjadi 20,79% dibandingkan dengan cakupan tahun 2007 sebesar 25,34%. Cakupan Posyandu Lansia yang didapat di Kabupaten Tulungagung tahun 2010 sebanyak 12,12% dan tahun 2011 meningkat menjadi 39,62%, namun peningkatan tersebut masih jauh dari target yang diharapkan. Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung mengharapkan pada tahun 2015 target cakupan Jurnal Ilmiah Kebidanan
pelayanan kesehatan pada Lansia melalui Posyandu Lansiayaitu 70%. Tujuan Penelitian 1 Menganalisis hubungan pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Bangunjaya Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung. 2 Menganalisis faktor yang paling dominan risikonya terhadap kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Bangunjaya Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung. Tinjauan Pustaka Posyandu Lansia juga merupakan suatu wadah pelayanan kepada Lansiadi masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan nonpemerintah, swasta, organisasi sosial dan lain-lain, dengan menitik beratkan pelayanan kesehatan Lansia pada upaya promotif serta preventif.
Page 44
Tujuan pembentukan Posyandu Lansia adalah: 1. Menentukan secara dini penyakit yang diderita atau ancaman masalah kesehatan baik fisik, mental emosional, dan kemandirian yang dihadapi Lansia 2. Meningkatkan kesadaran pentingnya kesehatan bagi Lansia agar selamanya tetap mandiri dan berdaya guna. Sasaran Posyandu Lansia dikelompokkan menjadi dua yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Sasaran langsung terdiri atas: 1) praLansia 45−59 tahun, 2) Lansia 60−69 tahun, 3) Lansia yang risiko tinggi yaitu lebih dari 70 tahun atau Lansia yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan. Sasaran tidak langsung terdiri atas: 1) keluarga tempat Lansia berada; 2) masyarakat di lingkungan Lansia berada, 3) organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan kesehatan Lansia, masyarakat luas. Jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan di posyandu Lansia yaitu: 1. Pemeriksaan kegiatan aktivitas seharihari 2. Pemeriksaan status mental 3. Pemeriksaan status gizi 4. Kegiatan pemeriksaan tekanan darah 5. Pemeriksaan darah 6. Konseling serta penyuluhan kesehatan dan gizi 7. Rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan atau kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 6 8. Home care (kunjungan rumah) oleh kader disertai petugas kesehatan bagi anggota kelompok Lansia yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan masyarakat. 9. Pemberian makanan tambahan (PMT) penyuluhan 10. Kegiatan lain seperti kegiatan olahraga misalnya senam Lansia, gerak jalansantai, dan lain sebagainya Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Posyandu Lansia dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang, antara lain: 1. Tempat kegiatan (gedung, ruangan, atau tempat terbuka) 2. Meja dan kursi 3. Alat tulis 4. Buku pencatatan kegiatan (buku register bantu) Jurnal Ilmiah Kebidanan
5. Kit Lansia yang berisi timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi badan, stetoskop, tensimer, peralatan laboratorium sederhana, dan termometer 6. Kartu Menuju Sehat (KMS)Lansia 7. Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Lansia Mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem 5 tahapan (5 meja) yaitu: 1. Tahap pertama: pendaftaran Lansia sebelum pelaksanaan pelayanan 2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan Lansia, penimbangan berat badan, dan pengukuran tinggi badan 3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan status mental 4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium sederhana) 5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling Lansia yaitu suatu proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Banyak faktor yang memengaruhi penuaan seseorang seperti:19 1) genetik (keturunan), 2) asupan gizi; 3) kondisi mental, 4) pola hidup, 5) lingkungan, dan 6) pekerjaan sehari-hari. Proses penuaan yang terjadi secara alami pada kehidupan manusia menurunkan fungsi tubuh. Angka kesakitan penduduk Lansia tahun 2005 sebesar 29,98%; tahun 2007 sebesar 31,11%; dan tahun 2009 sebesar 30,46%. Perubahan yang terjadi pada Lansia: 1. Perubahan Fisik 2. Perubahan Aspek Psikososial 3. Perubahan spiritual 4. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual K ebutuhan dasar Lansia meliputi: 1. Kebutuhan fisik 2. Kebutuhan psikis 3. Kebutuhan sosial 4. Kebutuhan aktualisasi diri 5. Kebutuhan ekonomi 6. Kebutuhan spiritual Prinsip pelayanan kesehatan Lansia meliputi: 1. Pendekatan yang menyeluruh 2. Orientasi terhadap kebutuhan Page 45
3. Team work dalam memberikan pelayanan Melibatkan kelurrga dalam pelaksanaannya. Konsep dari Green dikemukakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor luar perilaku. Perilaku itu sendiri dibentuk dari tiga faktor yaitu: 1. Faktor predisposisi (predisposing factor): sesuatu keadaan pikiran mencakup pengetahuan, keyakinan, nilai, karakteristik individu, dan sikap tentang sesuatu yang menguntungkan. 2. Faktor pendukung (enabling factor): sumberdaya keterampilan yang memudahkan terjadi perilaku kesehatan. 3. Faktor penguat (reinforcing factor): terwujud dalam bentuk sikap perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan yang dicakup dalam dimensi kognitif mempunyai 6 (enam) tingkatan yaitu: 1. Tahu 2. Memahami 3. Apliksi 4. Analisis 5. Sintesis 6. Evaluasi Pengetahuan merupakan faktor penting untuk pembentukan perilaku seseorang, dalam hal ini yaitu perilaku Lansia dalam melakukan kunjungan Posyandu Lansia. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberap faktor, yaitu: 1. Pengalaman 2. Tingkat Pendidikan 3. Keyakinan 4. Fasilitas 5. Pekerjaan 6. Sosial Budaya Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: 1. Komponen kognitif (komponen perseptual) Jurnal Ilmiah Kebidanan
afektif (komponen 2. Komponen emosional) 3. Komponen konatif (komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Page 46
Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113) : Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Dukungan keluarga yaitu komunikasi verbal dan nonverbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya. Beberapa dimensi dukungan keluarga dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yaitu: 1. Dimensi emosional/empati 2. Dimensi emosional/empati 3. Dimensi instrumental Dimensi informasion Dalam melakukan perawatan terhadap Lansia, setiap anggota keluarga memiliki peranan yang sangat penting yaitu: 1. Melakukan pembicaraan terarah 2. Mempertahankan kehangatan keluarga 3. Membantu menyiapkan makanan bagi Lansia 4. Membantu dalam hal transportasi Jurnal Ilmiah Kebidanan
5.
Membantu dalam hal sumber keuangan 6. Memberikan kasih sayang, menghormati, dan menghargai 7. Bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku Lansia 8. Menyediakan waktu dan perhatian 9. Jangan menganggapnya sebagai beban 10. Memberi kesempatan untuk tinggal bersama 11. Mintalah nasehatnya dalam peristiwaperistiwa yang penting 12. Mengajaknya dalam acara-acara keluarga 13. Membantu mencukupi kebutuhannya 14. Memberi dorongan untuk kegiatan di luar rumah termasuk pengembangan hobi 15. Membantu mengtur keuangan 16. Mengupayakan sarana transport untuk kegiatan mereka 17. Memberikan kesehatan secara teratur 18. Memberikan dorongan untuk tetap hidup bersih dan sehat 19. Mencegah terjadi kecelakaan baik di rumah maupun diluar rumah 20. Pemeliharaan kesehatan usia lanjut tanggungjawab bersama 21. Memberikan perhatianyang baik pada orang tua yang sudah lanjut. Menurut Depkes RI menyatakan peran keluarga dalam pembinaan Lansia antara lain: 1. Memberikan dorongan, kemudahan, dan fasilitas bagi Lansia untuk mengamalkan kemampuan serta kearifan yang dimiliki 2. Mengembangkan kehidupan beragama 3. Pembinaan fisik/mental 4. Pembinaan sosial ekonomi dan budaya Metodologi Penelitian Populasi terjangkau dalam penelitian ini yaitu Lansia yang berkunjung ke Posyandu Lansiabaik secara teratur maupun tidak teraturdi wilayah kerja Puskesmas Bangunjaya Kecamatan Pakel Kabupaten Tulungagung periode Januari sampai dengan Desember 2012, berdasarkan register Posyandu Lansia. Sampel dalampenelitian ini sebanyak 70 lansia, ditentukan berdasarkan rumus rule of thumb, penghitungan yaitu dengan Page 47
cara untuk tiap variabel yang terlibat dalam analisis minimal 10 orang. Berdasarkan jumlah variabel yang diteliti 7 variabel, sehingga didapat jumlah sampel 70. Penelitian
ini
menggunakan
perbandingan besar sampel untuk kasus: kontrol
1:1, sampel terdiri atas 70
responden untuk kelompok kasus dan 70 untuk kelonpok kontrol. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengaan simple random sampling (sampel acak sederhana). Ukuran Ukuran Sampel*) Populas Nama i Desa Kasu Kontro s l Pecuk 58 9 9 Kasreman 63 10 10 Sanan 84 13 13 Bangunjay 50 8 8 a Ngrance 46 7 7 Gebang 62 10 10 Gesikan 48 7 7 Gempolan 45 6 6 Jumlah 455 70 70 *) Ket: = × Penelitian ini adalah studi analitik dengan menggunakan rancangan kasus kontrol. Uji coba alat ukur kunjungan Posyandu Lansia dilakukan pada 30 orang yang memenuhi kriteria seperti responden penelitian. Setelah diuji coba alat ukur kemudian dilakukan analisis dengan mengkorelasikan skor genap dengan total skor dan mengorelasikan skor ganjil dengan total skor. Uji validitas menggunakan rumus Koefisien Korelasi Peringkat Spearman. Alat ukur dikatakan valid jika besarnya koefisien korelasi r>0,4. Rumus Uji Validitas:
=
( ) −
( ) ( )− +1 ( 2 )
Keterangan: = Rank skor x R(xi) R(yi) = Rank skor y Jurnal Ilmiah Kebidanan
+1 ( 2 )
( ) −
+1 ( 2 )
n
= Ukuran sampel
Reliabilitas alat ukur dihitung dengan mengorelasikan total skor butir genap dengan total skor butir ganjil (split half method). selanjutnya dilakukan analisis korelasi dengan menggunakan Rank Spearman. Rumus Uji Reliabilitas: 6∑ = ( − 1) Keterangan: rs = Koefisien korelasi Rank Spearman N = Jumlah pasangan Rank untuk Spearman d2= Selisih setiap pasangan Rank Pengolahan data yang melalui serangkaian proses yaitu editing, coding, processing, cleaning. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga mempunyai hubungan positif dengan kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia (p<0,05). Hasil penelitian bahwa Lansia yang mempunyai pengetahuan tinggi dan sikap positif tentang posyandu cenderung untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu. Hal ini berarti walaupun terdapat perbedaan karakteristik dan lokasi penelitian hasilnya tetap sama. Hasil penelitian ini mendukung teori bahwa pengetahuan merupakan dimensi yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku Lansia berkunjung ke Posyandu Lansia. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan berhubungan dengan daya pikir seseorang. Pengetahuan Lansia mengenai Posyandu Lansia ini dapat diperoleh dari berbagai sumber dan dengan menghadiri kegiatan Posyandu Lansia. Dengan pengalaman ini, pengetahuan Lansia meningkat yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat Lansia untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu. Sikap Lansia yang baik karena Lansia merasakan manfaat posyandu baik secara jasmani maupun sosial, sehingga Lansia merasa penting untuk datang ke Posyandu Lansia. Pengalaman Lansia Page 48
terkait manfaat posyandu Lansia tersebut memengaruhi motivasi Lansia untuk berkunjung mengikuti kegiatan posyandu. Pada penelitian ini ditemukan Lansia yang mempunyai dukungan keluarga kurang, rata-rata mempunyai perilaku berkunjung ke posyandu tidak teratur. Dukungan keluarga sangat penting dalam meningkatkan minat serta semangat Lansia untuk selalu hadir mengikuti kegiatan posyandu. Aspek-aspek dalam dukungan keluarga ini dapat berupa nasehat, usulan, saran, petunjuk, pemberian informasi, serta akomodasi. Kesimpulan 1. Terdapat hubungan positif pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga dengan kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia 2. Dukungan keluarga merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia 3. Pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga yang rendah memiliki risiko kunjungan ke Posyandu Lansia tidak teratur Saran 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan penelitian selanjutnya mengenai kunjungan Lansia ke Posyandu Lansia dengan menambahkan variabel dukungan lintas sektor yang memengaruhi kunjungan lansia ke Posyandu Lansia. 2. Bidan disarankan untuk melakukan sosialisasi dalam menggerakkan Lansia berkunjung ke Posyandu Lansia dengan melibatkan lintas lintas sektor Daftar Pustaka Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia. Jakarta: Komisi Lanjut Usia; 2010. BKKBN. Indonesia Punya 24 Juta Lansia yang Kurang Diperhatikan. 2009. [diunduh 5 Agustus 2012]. Tersedia dari: http://banten.bkkbn.go.id/berita/367/ Kementerian RI. Undang-Undang Republik Indonesia No 13 Tahun Jurnal Ilmiah Kebidanan
1998 Tentang Kasejahteraan Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes RI; 1998. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan; 2005. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut bagi Petugas Kesehatan. Jakarta: Bina Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan; 2003. Hardywinoto S. Panduan gerontologi. Jakarta: Pustaka Utama; 2007. Dinas Kesehatan Jawa Timur. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur; 2010. Departemen Kesehatan RI. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2010. Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Laporan Tahunan Bidang Pelayanan Kesehatan Kabupaten Tulungagung. Tulungagung: Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung; 2011. Dinas Kesehatan Tulungagung. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung Tahun Tulungagung: Dinas 2010. Kesehatan Kabupaten Tulungagung; 2010. Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2007 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Surabaya: Pemerintah Provinsi Jawa Timur; 2007. Notoatmodjo S. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003. Pujiyono. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Desa Jetis Kecamatan Karangroyong Kabupaten Grobokan (Tesis). Semarang: Pascasarjana Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro; 2009. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta; Kementerian Kesehatan RI; 2011. Azizah LM. Keperawatan lanjut usia. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2011. Page 49
Noorkasiani, Tamher S. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan keperawatan. Jakarta: Salemba; 2009. Glass TA, Leon CM, Holi RA, Berckman LFM. Population based study of social and produktif activity as predictor of survival among elderly American. BMJ. 1999;31(9):478−83. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Perawatan Kesehatan Usia Lanjut di Rumah. Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga; 2003. Setiti SG. Pelayanan lanjut usia berbasis kekerabatan (Studi kasus pada lima wilayah di Indonesia).2006 [diunduh 21 Oktober 2012]. Tersedia dari: www. depsos.go.id. Departemen Kesehatan RI. Perilaku hidup bersih dan sehat di rumah tangga. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI; 2006. Notoatmodjo S. Ilmu perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003. Notoatmodjo S. Prinsip-prinsip dasar ilmu kesehatan masyarakat. Jakarta: PT Rineka Cipta; 2003. Walgito B. Psikologi sosial (suatu pengantar). Edisi ke-3. Yogyakarta: Andi Offset; 2003.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Syah M. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT Remaja Rosdakrya; 2005. Azwar S. Sikap manusia teori dan Yogyakarta: pengukurannya. Pustaka Pelajar; 2007. Buku ajar keperawatan Friedman. keluarga riset, teori dan praktik. Edisi ke-5. Jakarta: FKUI; 2002. Health Pscyhology: Sarafino, EP. biopsychosocial interaction. Edisi ke2. New York: John Wilky and Sons Inc; 2004. Maryam Siti. Asuhan keperawatan pada Lansia. Trians Info Media: 2010. Dewson B, Trapp RG. Basic and clinical biostatistic. Edisi ke-3. Singapore: MC Grave-Hill; 2012. Notoatmodjo. Metodologi penelitian kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. Dahlan MS. Statistik kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika; 2012 untuk penelitian. Sugiono. Statistik Bandung: Alfabeta; 2010.
Page 50
HUBUNGAN SIKAP IBU BAYI TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIAPER RASH DI POSYANDU DESA KEDUNGSIGIT KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2013 Oleh : MITA PURNAMASARI INGGIT YULLYANSI, S.ST ANITA DWI AGUSTINASARI, SST Mother care about disposible diaper his baby whit right way in Indonesia is lack. This even can increase a rate of diaper rash in baby caused lack of mother knowledge in baby care during make disposible diaper. The reserch have purpose is to identify relationships mother baby attitudes about personal hygiene with diaper rash incident. The research was done 4 to 18 February 2013. This is observational research with an analytic correlational research design. Its population is baby's mother in the village Kedungsigit about 86 people. This research sampling techniques was proportional simple random sampling. The data collection is technique questionnaires and observation sheetsand. Results of research from all respondents 62 of 36 (58.1%) of respondents have a positive, and most of the 38 (61.3%) had no diaper rash.result of statistic analys Chi square gets α = 0,011 (α < 0,05) so there are relations mother baby attitudes with diaper rash in posyandu Kedungsigit karangan Trenggalek. Pendahuluan Kemajuan teknologi membuat masyarakat kurang lagi mementingkan efek jangka panjang terhadap kesehatan anak atau bayi. Salah satu kondisi kesehatan yang amat penting adalah menjaga kesehatan kulit. Gangguan kesehatan kulit pada bayi yang paling banyak ditemui adalah diaper rash. Diaper rash paling banyak terjadi pada bayi. Prevalensi bervariasi dilaporkan dari 4-35% pada 2 tahun pertama kehidupan. Diaper rash dapat bermula pada periode neonatus segera setelah anak memakai popok. Insiden tertinggi pada umur 7-12 bulan, menurun sesuai umur. Angka diaper rash pada bayi yang menggunakan disposible diapers meningkat dari 7,1% hingga 61%. Tahun 2008 ini masih mencapai 50% mengalami diaper rash. Studi pendahuluan tentang kejadian diaper rash di Posyandu Desa Kedungsigit yaitu bahwa dari seluruh jumlah bayi yaitu 110 bayi usia 0-1 tahun, dan dari 110 bayi tersebut terdapat 40 bayi yang pernah mengalami diaper rash. Dari jumlah tersebut sebagaian besar yaitu 25 ibu bayi (62,5%) mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai personal hygiene dan 15 (37,5%) ibu bayi lainnya mempunyai pengetahuan yang baik mengenai personal hygiene, dan dari 25 (62,5%) ibu Jurnal Ilmiah Kebidanan
yang mempunyai pengetahuan kurang personal hygiene tersebut tentang terdapat 9 ibu yang bayinya pernah mengalami diaper rash. Tujuan Penelitian Mengidentifikasi hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash di Posyandu Desa Kedungsigit Kabupaten Trenggalek Tahun 2013” Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: kognitif (komponen 1. Komponen perseptual) afektif (komponen 2. Komponen emosional) 3. Komponen konatif (komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible)
Page 51
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113) : Jurnal Ilmiah Kebidanan
Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Ibu adalah wanita yang telah melahirkan seseorang dan sebutan untuk wanita yang sudah bersuami. Bayi adalah anak yang berusia 0-12 bulan. Sehingga ibu bayi bisa dikatakan sebagai seorang wanita yang telah melahirkan dan memiliki anak usia 0-12 bulan. Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene yang berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Macam-macam perawatan personal hygiene: 1. Perawatan Kulit Kepala dan Rambut 2. Perawatan hidung 3. Perawatan telinga 4. Perawatan kuku kaki dan tangan 5. Perawatan genetalia dan area bokong 6. Perawatan kulit seruruh tubuh Menurut Nurjanah (2004: 77) tujuan personal hygiene adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2. Memelihara kebersihan diri seseorang 3. Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4. Mencegah penyakit 5. Menciptakan keindahan 6. Meningkatkan rasa percaya diri Page 52
Tujuan perawatan personal hygiene: 1. Menghilangkan minyak yang menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang mati dan bakteri 2. Menghilangkan bau badan yang berlebihan 3. Memelihara integritas permukaan kulit 4. Menstimulasi sirkulasi/peredaran darah 5. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien 6. Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien. 7. Meningkatkan percaya diri seseorang 8. Menciptakan keindahan 9. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang Faktor yang mempengaruhi personal hygiene: 1. Body Image 2. Praktik social 3. Status sosio ekonomi 4. Pengetahuan 5. Variabel kebudayaan 6. Pilihan pribadi 7. Kondisi fisik Dampak Yang Sering Timbul Pada Masalah Personal Hygiene: 1. Dampak fisik 2. Dampak psikososial Diaper rash adalah kulit yang disebabkan karena infeksi jamur Candida albican. Etiologi Diaper rash adalah sebagai berikut: 1. Iritasi 2. Personal hygiene 3. Terlalu lama tidak mengganti popok sekali pakai dapat membuat kulit menjadi lembab, panas, lebih rentan terhadap gesekan dan mudah teriritasi. 4. Popok lain tidak dibilas bersih setelah dicuci dengan diterjen atau bahan pemutih. Sisa diterjen dan pemutih dapat menjadi iritasi. diaper 5. Gesekan penggunaan cenderung memicu terjadinya gesekan antara popok dengan kulit. 6. Jamur Candida albicans, jamur ini selain terdapat di kulit juga ada dalam kotoran. Gejala diaper rash adalah sebagai berikut: 1. Kulit di daerah popok menjadi kemerah-merahan dengan disertai Jurnal Ilmiah Kebidanan
tanda-tanda peradangan yaitu agak membengkak. 2. Jika disertai dengan infeksi sekunder oleh jamur Candida maka dapat ditemukan lesi. 3. Iritasi sekunder oleh kuman ditandai dengan timbulnya cairan nanah. 4. Terasa gatal seperti terbakar dan tidak nyaman. 5. Kemerahan ringan di kulit daerah sekitar popok yang bersifat terbatas, disertai dengan lecet-lecet ringan atau luka pada kulit. 6. Kulit tampak kemerahan diserta bintikbintik kecil dan bersisik Pencegahan Diaper Rash: 1. Gantilah popok segera setelah anak buang air kecil/besar. Jangan memakai popok dengan ketat. Gunakan popok dengan longgar sehingga bagian yang basah dan terkena tinja tidak menggesek kulit. 2. Bersihkan dengan lembut daerah popok dengan air biasa yang hangat. Hindari penggunaan tisu basah atau sejenisnya. 3. Hindari menggunakan bedak bayi atau talk 4. Keringkan kulit dan bokong bayi dengan menempel-nempelkan handuk atau kain lembut (bukan menggosok bokong atau kulit dengan handuk atau kain). 5. Gantilah popok sekali pakai bila tampungan urin sudah penuh. 6. Hindari pemakaian popok sekali pakai lebih dari 3 jam 7. Pilih popok yang baik, terbuat dari katun yang dapat menyerap keringat atau air serta lembut. 8. Rebus popok kain atau popok yang bisa dicuci selama kurang lebih 10-15 menit Terapi diaper rash adalah sebagai berikut: 1. Mengoleskan krim yang mengandung zinc oxide atau salep petroleum jelly untuk melindungi kulit bayi Anda dari kelembaban. 2. Mengoleskan minyak kelapa atau minyak herbal seperti campuran sandalwood, pepermint dan lavender. 3. Segera konsultasikan ke dokter bila dalam jangka waktu 3-4 hari diaper rash belum sembuh. Page 53
Metodologi Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional. Dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi di Desa Kedungsigit Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek pada bulan 4-8 Februari 2013. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : N
n=
1 + N(d)²
Keterangan: N = Besar Sampel N = Besar Populasi D = Tingkat Kepercayaan/Ketepatan yang digunakan (0,05) n= N 1+ N (0,05)² n = 110 1 + 110 (0,0025) n = 86,27 n = 86 Adapun teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Proporsional Simple Random Sampling. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan pilihan jawaban setuju dan tidak setuju. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahaptahap editing, coding, scoring, tabulating. Pada tahap ini dilakukan pengukuran untuk mengetahui hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash . digunakan uji statistik chi-square (X2) dengan skala data sikap ibu yaitu nominal dan kejadian diaper rash adalah nominal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan uji chi square dengan α = 0,05. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 62 bayi sebagian besar dari responden 38 (61,3%) tidak mengalami diaper rash. Hasil analisa hubungan sikap ibu bayi tentang personal Jurnal Ilmiah Kebidanan
hygiene dengan kejadian diaper rash di desa Kedungsigit Kecamatan Karangan kabupaten Trenggalek dengan menggunakan rumus chi-square, didapatkan hasil α=0,011 yang berarti α< 0,05. Dengan hasil ini, maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash. Mengacu pada hasil penelitian dan setelah dilakukan crosstabs hasilnya ada hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash. Pengetahuan tentang personal hygiene menjadikan ibu lebih memperhatikan kebersihan bayinya untuk menghindari diaper rash pada bayi. Perawatan bayi yang baik membawa dampak yang baik pada kesehatan bayi. Meskipun memakai popok disposible, diaper rash tidak terlalu dikhawatirkan lagi. Informasi dan sumber infortentang personal hygiene membawa dampak yang positif terhadap pengetahuan ibu, dengan bertambahnya pengetahuan maka akan membawa sikap ibu lebih positif. Kesimpulan 1. Dari 62 responden sebagian besar 36 (58,1%) responden bersikap positif 2. Dari 62 responden sebagian besar 38 (61,3%) bayi tidak mengalami diaper rash 3. Hasil analisa hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash dengan menggunakan rumus Chi Square. Hasil Chi square di dapatkan α = 0,011 yang berarti α < 0,05, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada hubungan sikap ibu bayi tentang personal hygiene dengan kejadian diaper rash di desa Kedungsigit Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Saran 1. Bagi Peneliti Selanjutnya Sebagai sumber informasi dan melanjutkan penelitian yang berhubungan dengan diaper rash 2. Bagi Responden Hasil penelitian diharapkan mampu menambah wawasan dengan cara bertanya ke tenaga kesehatan atau mencari yang lain tentang personal Page 54
hygiene. 3. Bagi Tenaga Kesehatan Disarankan kepada tenaga kesehatan utuk memberikan penyuluhan yang menyeluruh kepada ibu bayi dengan memberikan konseling tentang pentingnya personal hygiene bagi bayi 4. Bagi Institusi (Prodi D III Kebidanan) Disarankan untuk institusi bekerjasama dengan tenaga kesehatan dan kepala desa untuk mengadakan penyuluhan tentang personal hygiene yang baik bagi bayi untuk mengurangi kejadian diaper rash Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 130 Azwar, Saiffudin. 2003. Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 30, 158 Budiana.2002. Perawatan Anak SehariHari. Jakarta. Pustaka cipta. Hal: 30 Diena. 2008. Cara merawat bayi. Bandung. Insan Media. Hal:10 Fransiska. 2005. Perawatan terbaikmu. Bandung: Insan Media. Hal: 104,110 ________.2011. Semua perawatan bayi. Bandung: Insan media. Hal 101 Hidayat, Alimul Aziz Arohman. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 73,78 Metode ___________________.2006. Penelitian Kebidanan. Jakarta: Salemba Mdika. Hal: 89 Lutfi. 2011. Personal Hygiene Penting. Jakarta. www. Lutfiblog. Com. Hal: 01 diakses tanggal 24 oktober 2012 jam 20.10 WIB
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Ilmu Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Kesehatan Masyarakat (PrinsipPrinsip Dasar), Jakarta: FKUI. Hal: 54,56,64,77,80,101 ___________________.2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal: 64,8590,102,110,113,183 Nurjanah. 2004. Kebutuhan kebersihan diri. Yogyakarta: Pustaka Media. Hal: 77,79,92,104 Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 56, 64, 80, 93,96, 102, 106, 113, 212 Sugiyono.2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Hal: 97, 98, 246 ________.2009. Metode Penelitian Bebas Dimana Aja. Jakarta: Alfabet. Hal : 97 Suliani. 2007. Sentifitas kulit bayi. Jakarta. www. Ebloggspot. Com. Hal: 03. Diakses tanggal 24 oktober 2012 jam 20.35 WIB Suparyanto.2008.Diaper Rash pada Kulit Bayi.Jakarta www. blogkes.com. Hal.01. diakses tanggal 24 Oktober 2012 jam 20.08 WIB Tanto . 2008. Perawatan yang baik untuk anak Bunda. Jakarta: Media Plus Hal: 20. Tarwoto, dkk. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Empat. Hal : 78 Psikologi Sosial. Walgito.2003. Yogyakarta: Andi Offset. Hal: 155.
Page 55
HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA WONOREJO KECAMATAN SUMBERGEMPOL KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh ASTIKA RASYID, SST Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk atau individu agar dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu merupakan salah satu bentuk kesehatan bersumber daya manusia guna memberdayakan masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Berdasarkan study pendahuluan tanggal 8 April 2013 di Posyandu 3 Desa Wonorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung terhadap 10 ibu balita didapatkan ibu balita dengan pengetahuan baik tentang posyandu sebanyak 4 orang (40%) dan yang memiliki pengetahuan kurang tentang posyandu sebanyak 6 orang (60%). Sedangkan yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 3 orang (30%) dan 7 orang (70%) tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Sikap Ibu Balita tentang Posyandu dengan Keteraturan Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu Desa Wonorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Tahun 2013 Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: 1. Komponen kognitif (komponen perseptual) 2. Komponen afektif (komponen emosional) 3. Komponen konatif (komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) Jurnal Ilmiah Kebidanan
3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok Page 56
T
s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113): Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan di balai dusun, balai kelurahan, maupun tempattempat lain yang mudah didatangi oleh masyarakat. Manfaat Posyandu: 1. Bagi Masyarakat Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi anak balita dan ibu. 2. Bagi Kader Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap. Ikut berperan secara nyata dalam tumbuh kembang anak balita dan kesehatan ibu.. Dana pelaksanaan Posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui gotong royong dengan kegiatan jimpitan beras dan hasil potensi desa lainnya. Jenjang posyandu menurut “KONSEP ARRIF” dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu sebagai berikut : 1. Posyandu Pratama Jurnal Ilmiah Kebidanan
Posyandu Pratama memiliki ciri-ciri : a. Kegiatan belum mantap b. Kegiatan belum rutin c. Jumlah kader terbatas 2. Posyandu Madya Posyandu Madya memiliki ciri-ciri : a. Kegiatan lebih teratur b. Jumlah kader 5 (lima) orang 3. Posyandu Purnama a. Kegiatan sudah teratur b. Cakupan program/kegiatannya baik c. Jumlah kader 5 (lima) orang d. Mempunyai program tambahan 4. Posyandu Mandiri a. Kegiatan secara teratur dan mantap b. Cakupan program/kegiatannya baik c. Memiliki Dana Sehat dan JPKM yang mantap Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh LKMD, Kader, Tim Penggerak PKK Desa/Kelurahan serta petugas kesehatan dari KB. Posyandu dilakukan pelayanan masyarakat dengan sistem 5 (lima) meja yaitu: 1. Meja I : Pendaftaran Cocokkanlah identitas. Siapkan kertas kecil untuk mencatat nomor urut, nama anak, tanggal lahir (umur), jenis kelamin. 2. Meja II : Penimbangan Setelah melakukan penimbangan catatlah berat badan hasil penimbangan pada kertas kecil yang telah dicatat nomor urut, nama anak, tanggal lahir (umur), jenis kelamin anak. 3. Meja III : Pengisian buku KIA Pencatatan hasil penimbangan pada buku KIA untuk batita oleh petugas penimbangan dari puskesmas, bidan desa atau kader posyandu. 4. Meja IV : Penyuluhan perorangan berdasarkan buku KIA 5. Meja V : Pelayanan KB Kesehatan a. Imunisasi b. Pemberian vitamin A Dosis Tinggi berupa obat c. Tetes ke mulut tiap Februari dan Agustus d. Pembagian pil atau kondom e. Pengobatan ringan f. Konsultasi KB-Kes Petugas pada Meja I s/d IV dilaksanakan oleh kader PKK sedangkan Meja V oleh paramedis (bidan desa, perawat dan petugas KB). Sasaran posyandu yaitu : 1. Bayi/batita 2. Ibu hamil/ibu menyusui Page 57
Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi penimbangan batita antara lain: 1. Pengetahuan 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Sosial budaya 5. Sumber informasi Pemberian intervensi gizi berupa PMT ini bertujuan untuk menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada golongan atau kelompok rentan gizi seperti balita dan anak-anak usia prasekolah. Agar pengadaan PMT ini lebih efektif dan efisien, maka harus diperhatikan beberapa hal tersebut di bawah ini : 1. Timely (kapan harus diberikan) 2. Adequate (jumlah, untuk memenuhi kebutuhan gizi) 3. Safe (penyiapan, penyimpanan, pemberian) 4. Properly fed (dimakan oleh anak) 5. Sustainable (tidak menimbulkan ketergantungan, pemberdayaan) Ibu balita adalah perempuan yang telah melahirkan seseorang anak dibawah usia 5 tahun Keteraturan kunjungan ke posyandu adalah mendatangi kegiatan posyandu beberapa kali secara teratur dalam waktu 6 bulan berturut-turut. Faktor yang Mempengaruhi Keteraturan Kunjungan Posyandu: 1. Pengetahuan ibu balita tentang manfaat posyandu 2. Jarak rumah dengan lokasi posyandu 3. Dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan ibu balita untuk datang ke posyandu. 4. Sikap terhadap petugas posyandu. 5. Sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan Posyandu Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian observasional. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasional. Dengan pendekatan Cross Sectional Study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita Posyandu Desa Wonorejo Kabupaten Tulungagung sejumlah 198 orang Jika besar populasi 1000, maka sampel bisa diambil 20-30%.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Jika besar populasi kurang dari 1000, maka besar sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n=
1+
2
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat signifikasi (0,1) Jumlah sampel yang diperlukan yaitu: n= ( , )
n= n=
,
,
n = 66,44 = 66 Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 66 ibu balita Adapun teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Proporsional Random Sampling. Alat yang digunakan untuk pengambilan data untuk variabel bebas yaitu sikap ibu balita tentang posyandu adalah kuesioner dan variabel terikat yaitu keteraturan kunjungan ibu balita ke posyandu adalah lembar observasi. Setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisa data dengan tahap-tahap editing, coding, scoring, tabulating. Tehnik uji statistik yang dipilih berdasarkan tujuan uji yaitu hubungan (kolerasi atau asosiasi) dan skala data sikap ibu balita yaitu nominal dan keaktifan ibu balita adalah nominal. Berdasarkan acuan tersebut maka digunakan Uji Chi Square. Hasil dan Pembahasan penelitian Dari hasil penelitian diketahui bahwa Sikap Lansia tentang Posyandu di Desa Wonorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung menunjukkan hampir setengah dari responden yaitu sebanyak 29 responden (43,9%) memiliki sikap positif dan teratur kunjungan ke posyandu. Analisis dengan uji Chi Square adalah diperoleh hasil dengan signifikan 0,05 menghasilkan p value = 0,001 dimana 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima yang artinya "Ada Hubungan antara Sikap Ibu Balita tentang Posyandu dengan Keteraturan Kunjungan ke Posyandu. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap (attitude), sedangkan sikap seseorang Page 58
adalah cerminan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Demikian juga pengetahuan lansia akan manfaat posyandu lansia dapat diperoleh dari pengalaman pribadi. Dengan pengalaman, pengetahuan ibu balita menjadi meningkat yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu. Keteraturan kunjungan ke posyandu adalah mendatangi kegiatan posyandu beberapa kali secara teratur dalam waktu 6 bulan berturut-turut. Informasi yang didapat dari tenaga kesehatan akan mempengaruhi sikap ibu balita. Sehingga sumber informasi berpengaruh terhadap sikap positif ibu balita untuk melakukan kunjungan 6 bulan berturutturut atau sesuai dengan peraturan 1 kali dalam 1 bulan. Ibu balita yang memiliki sikap positif akan memiliki kecenderungan perilaku teratur memeriksakan kesehatan di posyandu. Kesimpulan 1. Dari 66 responden, sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 26 responden (60,6%) memiliki sikap positif. 2. Dari 66 responden, sebagian besar dari responden teratur kunjungan ke posyandu yaitu 37 responden (56,1%). 3. Hasil signifikan 0,05 menghasilkan p value = 0,001 dimana 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak, dan H1 diterima yang artinya "Ada Hubungan antara Sikap Ibu Balita tentang Posyandu dengan Keteraturan Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu di Desa Wonorejo Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Tahun 2013". Saran 1. Bagi Responden Diharapkan dapat lebih meningkatkan sikap ibu balita tentang keteraturan mengikuti posyandu sehingga dapat menciptakan perilaku yang lebih aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu. 2. Bagi Tempat Penelitian Diharapkan dapat lebih meningkatkan pelayanan dan motivasi kepada ibu balita guna mengembangkan kegiatan posyandu. 3. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat dijadikan bahan kajian pustaka lebih lanjut khususnya untuk Jurnal Ilmiah Kebidanan
penelitian yang sejenis mengenai posyandu. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian khususnya dalam hal sikap ibu balita tentang posyandu dengan keteraturan kunjungan ke posyandu. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 209. ________. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Hal.130, 235236. Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 156. Dinkes Sumbar. 2013. Posyandu Bukan Sekedar Beri Imunisasi. Sumbar. http: Dinkes.sumbarprov.go.id. 31/02/2013. 18.00 Hidayat, Aziz, Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 102. ________. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal 81. Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 48, 145. _________. 2003. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 130, 132. _________. 2005. Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 43, 64, 138. Nursalam. 2003. Konsep-konsep Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi I. Jakarta: Salemba Medija. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfa Beta. Hal 146. Sulistyorini, Cahyo Ismawati, dkk. 2010.. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) dan Desa Siaga. Yogyakarta. Hal 3-42 Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Ed IV. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 110-111. Pemanfaatan Widiastuti. 2006. Penimbangan Balita di Posyandu. Yogyakarta. http://www.irc.kmpk.ugm.ac.id. 31/02/2013. 18.00 Page 59
KEEFEKTIFAN FOOT AND HAND MASSAGE DALAM PENURUNAN NYERI POST SECAR DI RSIA HARAPAN SEHAT TENTRAM TRENGGALEK TAHUN 2013 Oleh : RINI SULISTYOWATI, SST Pendahuluan Ibu post partum baik yang melahirkan secara normal maupun dengan tindakan cesar seharusnya sedini mungkin bisa menjalin hubungan awal antara ibu dan bayi baru lahir. Karena hal ini sangat penting dimana hubungan awal antara ibu dan bayi bisa meningkatkan hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Akan tetapi bagi ibu yang melahirkan secara cesar masalah yang bisa ditimbulkan dari pasca tindakan cesar adalah sakit ditulang belakang, nyeri dibekas jahitan, nyeri dibekas sayatan dan mual muntah. Berdasarkan data rekam medis RSIA Harapan Sehat Tentram tahun 2011 terdapat 387 persalinan dengan cesar , tahun 2012 terdapat 402 persalinan dengan cesar dan pada bulan Pebruari 2013 terdapat 40 persalinan dengan cesar. Menurut penelitian Abbaspoor Z, Akbari M, Najar S. dari 80 wanita dengan elektif cesar Intensitas nyeri ditemukan berkurang setelah intervensi foot and hand massage dibandingkan dengan intensitas sebelum intervensi foot and hand massage. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektifitas foot and hand massage dalam penurunan nyeri post secar di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek Tahun 2013. Tinjauan Pustaka Foot and hand massage adalah bentuk massage pada kaki atau tangan yang didasarkan pada premis bahwa ketidaknyamanan atau nyeri diarea spesifik kaki atau tangan berhubungan dengan bagian tubuh atau gangguan (Stillwell S. B, 2002). Terdapat banyak sekali jenis pijat berdasarkan tekniknya: 1. Pijat Aroma Terapi 2. Pijat Batu Panas 3. Totok Aura Jurnal Ilmiah Kebidanan
4. Totok Darah Pijat berdasarkan usia: 1. Pijat untuk Bayi 2. Pijat untuk Orang Dewasa 3. Pijat untuk Wanita Hamil 4. Pijat untuk Lansia Pijat dapat dilakukan berdasarkan titik meridian dan akupuntur yang ada di tubuh: 1. Pijat Akupresur 2. Pijat Wajah 3. Pijat Telinga 4. Jaripunktur 5. Refleksi Adapun tujuan dari massage adalah: 1. Melancarkan peredaran darah terutama peredaran darah vena (pembuluh balik) dan peredaran getah bening (air limphe) 2. Menghancurkan pengumpulan sisasisa pembakaran didalam sel-sel otot yang telah mengeras yang disebut mio-gelosis (asam laktat) 3. Menyempurnakan pertukaran gas dan zat didalam jaringan atau memperbaiki proses metabolisme 4. Menyempurnakan pembagian zat makanan ke seluruh tubuh 5. Menyempurnakan proses pencernakan makanan 6. Menyempurnakan proses pembuangan sisa pembakaran kea lat-alat pengeluaran atau mengurangi kelelahan 7. Merangsang otot-otot yang dipersiapkan untuk bekerja yang lebih berat, menambah tonus otot, efisiensi otot (kemampuan guna otot) dan elsitas otos (kekenyalan otot) 8. Merangsang jaringan syaraf, mengaktifkan syaraf sadar dan kerja syaraf otonomi ( syaraf tak sadar) 9. Membantu penyerapan (absorbs) pada peradangan bekas luka 10. Membantu pembentukan sel baru dalam perkembangan tubuh 11. Membersihkan dan menghaluskan kulit Page 60
12. Memberikan rasa nyaman, segar dan kehangatan pada tubuh 13. Menyembuhkan atau meringankan berbagai gangguan penyakit Adapun manfaat massage antara lain : 1. Meredakan stress 2. Menjadikan tubuh rileks 3. Melancarkan sirkulasi darah 4. Menambah aliran QI 5. Mengurangi rasa sakit atau nyeri 6. Mempercepat pemulihan setelah sakit Manfaat Foot And Hand Massage: 1. Penekanan pada area spesifik kaki atau tangan diduga melepaskan hambatan pada area tersebut dan memungkinkan energy mengalir bebas melalui bagian tubuh tersebut sehingga pada titik yang tepat pada kaki yang di massage dapat mengatasi gejala nyeri 2. Intensitas nyeri post cesar dapat berkurang setelah dilakukan foot and hand massage dan pijat kaki dan tangan dapat dianggap sebagai metode pelengkap untuk mengurangi rasa sakit dari operasi caesar secara efektif 3. Pijat kaki dan tangan terbukti berguna sebagai intervensi keperawatan efektif dalam mengontrol nyeri pasca operasi. 4. Pijat kaki dan tangan menjadi, efektif, murah, strategi berisiko rendah, fleksibel, dan mudah diterapkan untuk manajemen nyeri pasca operasi. Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang terjadi aktual atau potensial. Menurut Long C.B (1996) mengklasifikasi nyeri berdasarkan jenisnya, meliputi : 1. Nyeri akut, nyeri yang berlangsung tidak melebihi enam bulan 2. Nyeri kronis, nyeri yang berlangsung enam bulan atau lebih Neurofisiologis Nyeri yaitu antara stimulus cidera jaringan dan pengalaman subjektif nyeri terdapat empat proses tersendiri yaitu transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi. 1. Tranduksi adalah proses rangsangan yang mengganggu sehingga menimbulkan aktivitas listrik di reseptor nyeri. Jurnal Ilmiah Kebidanan
2. Transmisi melibatkan proses penyaluran impuls dari tempat tranduksi melewati saraf perifer sampai ke terminal di medula spinalis. 3. Modulasi nyeri, melibatkan aktivitas saraf melalui jalur-jalur saraf desenden dari otak yang dapat mempengaruhi transmisi nyeri setinggi medula spinalis. 4. Persepsi nyeri adalah pengalaman subjektif nyeri yang dihasilkan oleh aktivitas transmisi nyeri oleh saraf Faktor-faktor yang Mempengaruhi Respons Nyeri: 1. Usia 2. Kebudayaan 3. Makna nyeri 4. Perhatian 5. Ansietas 6. Keletihan 7. Pengalaman terdahulu 8. Gaya koping 9. Dukungan keluarga Penatalaksanaan Nyeri: 1. Penatalaksanaan Farmakologis Penatalaksanaan farmakologis merupakan penanganan nyeri dengan menggunakan agens farmakologis. Analgesik merupakan merupakan metode yang banyak digunakan. 2. Penatalaksanaan Nonfarmakologis Beberapa tindakan untuk menghilangkan nyeri antara lain, mengubah posisi, melakukan tindakan ritual (melangkah, berayun-ayun, menggosok), makan, meditasi, mengompres pada bagian yang nyeri. Penatalaksanaan nonfarmakologis terdiri dari berbagai tindakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun perilaku kognitif seperti foot and hand massage 3. Penatalaksanaan Secara Holistik Penatalaksaanaan nyeri secara holistic bisa dilakukan secara : a. Dengan sentuhan terapeutik b. Dengan akupresure c. Dengan Relaksasi Sectio caesarea adalah suatu pembedahan untuk melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat. Cara pembiusan: Page 61
1. Anestesi Lokal 2. Bius regional a. Bius epidural b. Bius spinal c. Bius ketamin 3. Bius total Indikasi Secar: 1. Mengatasi disproporsi sefalo pelvic dan aktivvitas uterus yang abnormal 2. Mempercepat pelahiran untuk keselamatan ibu atau janin 3. Mengurangi trauma janin (misalnya presentasi bokong premature kecil) dan infeksi janin (misalnya risiko tertular infeksi herpetic atau HIV) 4. Mengurangi risiko pada ibu (misalnya gangguan jantung, lesi intracranial atau keganasan pada serviks) 5. Memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginan Efek samping operasi secar: 1. Sakit di tulang belakang 2. Nyeri di bekas sayatan 3. Rasa nyeri dibekas sayatan 4. Mual muntah 5. Muncul keloid dibekas jahitan 6. Gatal dibekas jahitan 7. Luka berpeluang infeksi 8. Tidak boleh segera hamil 9. Mobilisasi terbatas 10. Latihan pernafasan dan batuk 11. Kemungkinan sembelit Masalah fisik post secar: 1. Timbulnya rasa sakit 2. Perdarahan 3. Infeksi Efek pembiusan: 1. Jika pasien mendapat bius epidural maka efek biusnya kecil, sedangkan apabila menggunakan anestesi spinal, tungkai bawah akan terasa kebal/baal, tidak dapat digerakkan selama beberapa jam. Namun apabila operasi menggunakan anestesi umum, biasanya pasien akan mengantuk serta nyeri kerongkongan (akibat selang yang biasanya dimasukkan ke dalam mulut dan kerongkongan untuk membantu pernafasan). 2. Perasaan letih dan bingung mungkin akan dialami sebagian besar ibu setelah melahirkan. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Desain Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah True eksperimen ,metode eksperimen pra-test dan pascates. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh ibu post secar di Ruang Nifas RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek Tahun 2013. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis probability sampling dengan Simple Random Sampling atau secara random acak.
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini adalah untuk foot and hand massage menggunakan perlakuan tehnik pemijatan pada tangan dan kaki sedangankan untuk alau ukur nyeri ibu post cesar menggunakan Pain Assessment Behavioral Scale. Setelah data terkumpul, maka dilakukan pengolahan data melalui tahap editing, coding, scoring, data entry dan cleaning kemudian dianalisis dengan uji paired sampel t-test dan Transformasi data menggunakan SPSS 16 for window. Hasil dan Pembahasan Dari hasil penelitian diperoleh data rata – rata skala nyeri sebelum dilakukan foot and hand massage adalah 6,33 dengan standart deviasi 0,884 sedangkan sesudah dilakukan foot and hand massage adalah 5,17 dengan standart deviasi 1,392. Terlihat perbedaan nilai mean antara sebelum dan sesudah dilakukan food and hand massage sebesar 1,167 dengan standart deviasi 1,416. Hal ini menunjukkan ada perbedaan tingkat nyeri antara sebelum dan sesudah dilakukan foot and hand massage dan berdasarkan hasil uji statistik terbukti bahwa intensitas nyeri pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan berbeda secara signifikan, dengan nilai signifikan p = 0,000 pada tingkat kemaknaan p < 0,05. Hal ini peneliti berpendapat bahwa tindakan foot and hand massage juga melibatkan sentuhan serta pijatan pada tangan dan kaki secara akupresur dapat mengurangi nyeri yang sesuai dengan pendapat dari (Mackey,1995). Foot and hand massage sebagai intervensi keperawatan efektif dalam mengontrol nyeri pasca operasi dan pijat kaki dan tangan tampak menjadi efektif, murah, strategi beresiko rendah, fleksibel Page 62
dan mudah diterapkan untuk managemen nyeri pasca operasi. Berdasar hasil penelitian ini peneliti berasumsi bahwa massage utamanya tehnik foot and hand massage sangat efektif untuk mengatasi dari nyeri dimana dalam tehnik ini perpaduan sentuhan, akupresur dan massage sendiri terbukti terbukti bermanfaat untuk manajemen nyeri. Kesimpulan 1. Dari total 30 responden sebelum dilakukan perlakuan foot and hand massage hampir setengah dari responden 12 (40%) mengalami nyeri berat dengan skala 7 2. Dari total 30 responden sesudah diberikan perlakuan foot and hand dari massage hampir setengah responden 11 (36.7%) mengalami nyeri sedang dengan skala nyeri 5 3. Berdasarkan tabel 4.10 diperoleh data pada tabel nilai signifikansi = 0.000 dimana nilai p < 0.05, yang berarti nilai hasil signifikansi 0,000 < 0.05 maka Ho ditolak yaitu ada perbedaan skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan foot and hand massage pada ibu post secar di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggaek tahun 2013 Saran 1. Bagi Responden Diharapkan bagi ibu post secar dan keluarga mampu mempraktekkan dan menerapkan foot and hand massage 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Perlu penelitian lanjutan dengan penambahan jumlah dari sampel penelitian serta mengidentifikasi pengaruh foot and hand massage pada kasus yang terjadi di Rumah sakit 3. Bagi Tempat Penlitian Diharapkan penelitian ini bisa digunakan dalam protap penatalaksanaan penuruunan nyeri di RSIA Harapan Sehat Tentram Trenggalek dan Rumah sakit lainnya 4. Bagi Tenaga Kesehatan Perlunya pengembangan penatalaksanaan managemen nyeri dengan pendekatan metode alternative Jurnal Ilmiah Kebidanan
Daftar Pustaka Alimul, Azis Hidayat. 2007 Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Abbaspoor Z, Akbari M, Najar S, 2013 Effect of Foot and Hand Massage In Post-Cesarean Section Pain Control: A Randomized Control Trial http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 23352729 Corwin, E.J. (1997). Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Bambang Trisnowiyanto, 2012 keterampilan Dasar massage, penerbit Nuha Medika Jogyakarta 2012 Barbara & Kevin Kunz, 2012 Pijar Refleksi Sehat lewat pijatan jari, Penerbit PT Grafika Multi Warna 2012 Cunningham, F.Garry. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Degirmen N, Ozerdogan N, Sayiner D, Kosgeroglu N, Ayranci U, 2010 Effectiveness of foot and hand massage in postcesarean pain control in a group of Turkish pregnant women. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 20643325 Didi, Kusmarjadi. 2008. PROM Ketuban Pecah Dini. http://www.drdidispog.com. Dini Kasdu, 2003, Operasi Caesar, Penerbit Puspa suara Jakarta, Cetakan pertama, konsultasi ahli dr. Lastio Bramantyo, Sp.Og Hanifa Wiknjosastro, 2002 Ilmu Kebidanan , Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo Hartwig, Mary S dan Wilson, Lorraine M. 2002. Nyeri. Dalam : Price, S. A dan Wilson, L. M, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Huriawati Hartanto, dkk (Eds), Brahm U. Pendit, dkk (penterjemah), 2006. Ed. 6, Cetakan I, EGC, Jakarta. Hawthorn, Jan dan Redmond, Kathy., 2004. Pain: Causes and First published, Management, Blackwell Science Ltd, USA. Iqra’ Al-Firdaus, 2011 Terapi Pijat Untuk Kesehatan Kecerdasan Otak Dan Page 63
Kekuatan Daya Ingat, Buku Biru 2011 Liu, david T, T, 2008 Manual Persalinan penerbit buku kedokteran EGC Long, C.B. (1996). Medikal Surgical Nursing. Alih Bahasa Oleh Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung M Ferry Wong, 2012, Panduan Lengkap Pijat, Penerbit Penerbar Plus+ M Sopiyudin Dahlan, 2008 Statistik Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Salemba Medika 2008 Nursalam, 2003 Konsep Dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Penerbit Salemba Medika Oman, Katheleen S. and McLain, Jane Kaziol., 2007. Emergency Nursing Secrets, Ed. I, Mosby Elsevier, USA. Potter. Patricia A. dan Perry. Anne Griffin., 2005. Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik, Yasmin Asih, dkk (penterjemah), 2005. Edisi 4, Vol. 1, EGC, Jakarta. Setiadi.2007. Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan, Penerbit Graha Ilmu Yogyakarta
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Monica Ester (Ed), Agung Waluyo, dkk (penterjemah), 2002. Ed. 8, Cetakan I, EGC, Jakarta Soekidjo Notoatmodjo.2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan,Jakarta, Penerbit Rineka Cipta Sugiono, 2005, Metode penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta Susan B. Stillwell, 2011, Pedoman Keperawatan Kritis, Jakarta buku kedokteran EGC 2011 Tamsuri, Anas, 2006. Konsep dan Esty Penatalaksanaan Nyeri, Wahyuningsih, (Ed), 2007. Cetakan I, EGC, Jakarta. Wang HL, Keck JF, 2004 Foot and hand massage as an intervention for postoperative pain http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1 5297952 diakses tanggal
Page 64
HUBUNGAN NILAI TES MASUK MAHASISWA BERDASARKAN UJIAN DAN RAPOR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA DI PRODI D3 KEBIDANAN UNIVERSITAS TULUNGAGUNG Oleh : ERNAWATI TRI HANDAYANI, M.KEB The quality of diplom midwivery education program is associated with good students admission process.The self evaluation report stated there were difference on the grade point average (GPA) between studens admitted based on testing result and based on high school report, as well as 50% of students admitted based on testing achieved 4L (pass 4 subjects) had low GPA (IP<2,75). Theoretically students who were admitted based on high school report have better achievement than students who accepted based on testing result. This study was conducted with cross sectional method. . The statistical analysis used student t-test, Mann-Whitney and followed by Person correlation. The result found that mean of GPA students admitted based on testing result (2.98) and report value(2.91). There was not difference and correlation with (GPA)students admitted based on examination and report(r=0,11; p>0,05). The mean of Asuhan Kebidanan, students were joint depent on examination (2.98) and report (2.91). This study concluded that there was not correlation between the scores of students who are admitted based on admission test and based on high school report to the GPA. Pendahuluan Kualitas tenaga kesehatan dihasilkan dari proses pendidikan tenaga kesehatan yang memenuhi standar jaminan mutu lulusan. Mutu lulusan sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : 1) Raw Input (peserta didik), 2) Instrumental Input (kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, tenaga pengajar dan tenaga administrasi), 3) Instrumental Output. Hasil seleksi penerimaan mahasiswa baru Prodi D3 Kebidanan Universitas Tulungagung pada tahun akademik 2008-2009, dari 16 mahasiswa yang masuk dengan ujian mempunyai nilai tertinggi 4L (lulus empat mata uji), 50% (8 mahasiswa) mempunyai IP kurang dari 2,75 pada semester dua dan IP rata-rata 2,77 dibandingkan mahasiswa yang masuk berdasarkan nilai rapor dengan IP rata-rata 3,18. Sedangkan pada akhir kelulusan tahun akademik 2010-2011 IPK rata-rata mahasiswa yang masuk dengan ujian adalah 3,22 sedangkan IPK rata-rata mahasiswa yang masuk berdasarkan nilai rapor adalah 3,02. Metode Penelitian Desain yang digunakan dalam penelitian adalah studi analitik kuantitatif dengan metode potong lintang (cross sectional). Populasi dalam penelitian ini Jurnal Ilmiah Kebidanan
adalah data hasil seleksi masuk, IPK, nilai mata kuliah Asuhan Kebidanan dan nilai ujian praktik mahasiswa semester 6 yang berjumlah 96 di Prodi D3 Kebidanan Universitas Tulungagung Tahun Akademik 2011/2012. Sampel dalam penelitian berjumlah 83 orang dengan teknik total sampling. Analisis data menggunakan analisis univaribel yaitu untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang akan diteliti: 1) uji beda dengan menggunakan t-tes untuk data yang mempunyai distribusi normal dan uji Mann-Whitney untuk data yang mempunyai distribusi tidak normal, 2) uji korelasi dengan menggunakan Person bila data mempunyai distribusi normal dan Rank Spearman bila data mempunyai distribusi tidak normal. Analisis multivariabel dengan menggunakan regresi linier. Hasil dan Pembahasan Nilai Rapor
Ujian
Nilai Tes r
p
r
P
0,11
0,67
Matematika
-0,05
0,64
IPA
0,10
0,40
Bahasa Inggris
0,06
0,60
Bahasa Indonesia
-0,09
0,43
0,06 0,42 0,09
0,80 0,09 0,72
Page 65
Keterangan : berdasarkan korelasi Person r = koefisien korelasi; * Signifikan pada level 0,05 Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak ada mata pelajaran yang mempunyai korelasi bermakna baik dari mahasiswa yang masuk berdasarkan ujian maupun berdasarkan nilai rapor dengan nilai ujian praktik (p>0,05). Berdasarkan meta-analisis penelitian menunjukkan dengan jelas bahwa kemampuan kognitif Global Cognitive Assesment (GCA) adalah alat yang digunakan untuk prediktor yang kuat dalam pencapaian kinerja pada pekerjaan, dan ukuran kemampuan khusus tidak meningkatkan daya prediksi keseluruhan tes GCA. Hasil penelitian ini juga bertentangan dengan penelitian Satino tentang hubungan kemampuan kognitif dengan kemampuan psikomotor melalui nilai ujian tulis dan praktik keperawatan pada mahasiswa akademi perawatan menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kemampuan kognitif dengan kemampuan psikomotor mahasiswa keperawatan. Kemampuan motorik (psikomotor) tidak berkorelasi positif dengan kemampuan kognitif. Hal ini menunjukkan kemampuan psikomotor untuk mencapai kompetensi tertentu dapat dicapai hanya dengan berlatih/mengerjakan keterampilan tersebut secara berulang-ulang. Penilaian output pendidikan (indeks prestasi) sangat dipengaruhi oleh proses belajar mengajar yang diterapkan dengan baik selain itu juga ditentukan oleh kemampuan peserta didik tidak hanya kemampuan kognitif tetapi juga keadaan mental, psikologi dan fisik dari peserta didik. Bagi mahasiswa kebidanan output yang baik tidak hanya dilihat dari pengetahuanya saja yang baik, tetapi juga kestabilan emosi dan performa pada saat melakukan tindakan ke pasien. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara nilai tes masuk mahasiswa dengan ujian dan rapor terhadap IPK, terdapat hubungan positif antara penilaian mata pelajaran pada tes masuk dengan ujian dan berdasarkan rapor terhadap nilai mata kuliah Asuhan Jurnal Ilmiah Kebidanan
kebidanan dan tidak terdapat hubungan antara penilaian mata pelajaran pada tes masuk dengan ujian dan berdasarkan rapor terhadap nilai ujian. Saran Bagi penelitian mendatang bisa menggali faktor proses (PBM) dan menjadikan mahasiswa dari beberapa angkatan sebagai responden sehingga lebih bisa diketahui penyebab perbedaan IP mahasiswa dilihat dari seleksi penerimaan mahasiswa baru. Bagi institusi pendidikan kebidanan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk merancang seleksi ujian masuk D3 kebidanan, yang tidak hanya melihat kemampuan kognitif saja, melainkan juga kemampuan yang lain baik afektif maupun psikomotor yang dapat dijadikan sebagai standar penerimaan mahasiswa baru di D3 Kebidanan. Daftar Pustaka Kementrian Kesehatan RI. Kurikulum inti pendidikan diploma 3 kebidanan; 2011 Sardiman AM. Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Rajawali Press; 2003: 51 Prodi D3 Kebidanan Universitas Tulungagung. EPSBED tahun akademik 2010-2011. Tulungagung; 2011 Dep. Dik. Nas. Pendidikan sebagai sistem. Jakarta: Dirjen Dikti; 2001 Kementrian Kesehatan RI. Petunjuk teknis pelaksanaan seleksi penerimaan mahasiswa baru diknakes tahun ajaran 2010-2011. Jakarta; 2010 Purwanto. Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2011 Bote M., Munro D., & Powis D. A comprehensive model for the selection of medical students. Australia; 2009 Prodi D3 Kebidanan Universitas Tulungagung. Standar operasional prosedur penerimaan mahasiswa baru. Tulungagung; 2010 Supriatna N. Daya prediksi rapor terhadap prestasi belajar mahasiswa jalur PMDK di FPTK Universitas Page 66
Pendidikan Indonesia. invotec FPTK 2009; V Suswanti I. Correlation between the student’s score in entrance test and student”s academic grade point at medical faculty. Malang; 2009 Kumaidi. Prestasi belajar mahasiswa ikip padang menurut model seleksi: Forum Pendidikan. Vol.21 (02). Padang: MRC Press; 1996: 81100
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Muslich
M. Sertifikasi guru menuju profesionalisme pendidik. Jakarta: Bumi Aksara; 2007. Yunianti, Faktor penentu pencapaian kompetensi kognitif mahasiswa pada mata kuliah kebutuhan dasar manusia. Denpasar: JIPP; 2007. Sudjana N. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya; 2011.
Page 67
SIKAP IBU BALITA TENTANG TUMBUH KEMBANG ANAK BALITA USIA 0-5 TAHUN DI POSYANDU DESA MIRIGAMBAR KECAMATAN SUMBERGEMPOL KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh : NURANIZA CIPTA DEVIDA INGGIT YULLYANSI, SST SANDRA DEWI S, SST Parents have a very important role in the effort to support the children development, especially when they are at an early stage of age however, the problems often arise. When parents often lack an understanding of child development theory. The aim of research was to determine the attitude of mother about child development ages 0-5 years. The type of this research is descriptive observational study. The population of this research was all of baby’s mother 0-5 years old. The technique sampling used stratified random sampling with a sample 76 respondents. This research was conducted on 4-7 March 2013. The instrument of this research used a questionnaire. The data is processed and analyzed. The result obtained from a total of 76 respondents the majority of respondents as many as 48 (63,2%) of respondents are positive about the growth and development of children under the ages of 0-5 years. Pendahuluan Masa balita disebut sebagai masa keemasan (golden period), jendela kesempatan (window of opportunity) dan masa kritis (critical period). Orang tua memiliki peranan yang amat penting dalam upaya mendukung perkembangan anak, khususnya saat mereka berada pada tahapan usia dini. Namun, permasalahan seringkali muncul, manakala orang tua sering kurang memahami teori perkembangan anak. Tidak adanya pendidikan khusus untuk mempersiapkan seseorang menjadi orang tua juga semakin mempersulit tugas orang tua dalam menangani berbagai permasalahan perkembangan anak. Survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2011 didapatkan prevalensi status gizi menurut BB/U berat kurang adalah 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0 gizi kurang. Jumlah balita dengan gizi buruk di Jawa timur pada tahun 2011 mencapai 434.000 orang dan balita dengan berat badan dibawah garis merah (BGM) sebanyak 44.449 balita (Dinkes, 2011). Jumlah anak balita dengan BGM di Kabupaten Tulungagung sebanyak 440 balita (0,7%). Hasil wawancara pada 19 ibu balita didapatkan sebanyak 12 (57,9%) ibu balita yang belum mengerti dan memahami tentang tumbuh kembang balita dan Jurnal Ilmiah Kebidanan
sebanyak 7 (36,8%) ibu balita sudah mengerti dan memahami tentang perkembangan. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui sikap ibu balita tentang tumbuh kembang anak balita usia 0-5 tahun di Posyandu Desa Mirigambar Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Tahun 2013. Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: kognitif (komponen 1. Komponen perseptual) 2. Komponen afektif (komponen emosional) konatif (komponen 3. Komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal Page 68
a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113): Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : Jurnal Ilmiah Kebidanan
= Presentase = Jumlah Skor yang diperoleh = Jumlah Skor Maksimal Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Ibu adalah seseorang yang telah melahirkan seseorang. Sebutan untuk wanita yang sudah bersuami. Balita adalah anak dengan usia dibawah 5 tahun. Pertumbuhan adalah adanya perubahan dalam jumlah akibat pertambahan sel dan pembentukan protein baru sehingga meningkatkan jumlah dan ukuran sel diseluruh bagian tubuh. Perkembangan adalah pertumbuhan dan perluasan secara peningkatan sederhana menjadi komplek dan meluasnya kemampuan individu untuk berfungsi dengan baik. Pola perkembangan berlangsung dalam tahapan perkembangan. Pada masa ini dibagi menjadi lima tahap yaitu: 1. Masa pranatal 2. Masa neonatus (0-28 hari) 3. Masa Bayi (28 hari–1 tahun) 4. Masa anak (1-3 tahun) 5. Masa pra sekolah (3-5 tahun) 6. Masa sekolah (5-12 tahun) 7. Masa remaja (12-18/20 tahun) Faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang: 1. Faktor internal a. Ras atau bangsa b. Keluarga c. Umur d. Jenis kelamin e. Genetik f. Kelainan kromosom 2. Faktor eksternal a. Faktor prenatal 1) Gizi P Sp Sm
Page 69
2) Mekanis 3) Toksin atau zat kimia 4) Endokrin 5) Radiasi 6) Infeksi 7) Kelainan imonologi 8) Anoreksia embrio 9) Psikologi ibu 10) Faktor persalinan 11) Faktor pasca persalinan Pengukuran pertumbuhan fisik balita: 1. Ukuran Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Antropometri untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi. Indeks antropometri: a. Berat badan menurut umur (BB/U) b. Tinggi badan menurut umur (TB/U) c. Berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi anak menurut adalah: 1. Secara langsung a. Konsumsi makanan b. Penyakit infeksi 2. Secara tidak langsung a. Ketahanan pangan keluarga b. Pola pengasuhan anak c. Pelayanan kesehatan dan sanitasi lingkungan Indikator status gizi adalah tanda yang dapat memberikan indikasi tentang status gizi yaitu: 1. Tanda fisik (tubuh) atau antropometri. 2. Tanda biokimia, yaitu kandungan hemoglobin, vitamin A, yodium, gula dan sebagainya dalam urine atau darah. 3. Tanda klinis, yaitu keadaan pucat, lemah, oedema, rambut seperti rambut jagung dan sebagainya. 4. Konsumsi zat gizi dietetik, yaitu adanya defisiensi atau tidak dalam masalah kecukupan gizi. Teori-teori perkembangan: 1. Perkembangan kognitif (Piaget) a. Tahap sensori motorik (0-2 tahun) b. Tahap praoperasional (2-7 tahun) c. Tahap kongret (7-11 tahun) Jurnal Ilmiah Kebidanan
d. Tahap formal operasional (>11 tahun) 2. Perkembangan psikoseksual anak (Freud) a. Tahap oral (0-1 tahun) b. Tahap anal (1-3 tahun) c. Tahap oedipal atau phalik (3-5 tahun) 3. Perkembangan psikososial (Erikson) a. Tahap percaya tidak percaya (01 thn b. Tahap kemandirian, rasa malu dan ragu (1-3 tahun) c. Tahap inisiatif, rasa bersalah (46 tahun) Tugas Perkembangan (ketrampilan yang harus di capai): 1. Umur 0–3 bulan a. Dapat menggerakkan kedua tangan atau lengan dan kaki sama mudahnya. b. Mengoceh dan bereaksi terhadap suara. c. Bereaksi senyum terhadap ajakan. 2. Umur 3–6 bulan a. Menggerakkan kepala pada saat telungkup b. Meraih benda yang terjangkau. c. Menengok kearah sumber suara. d. Mencari benda yang dipindahkan 3. Umur 6–9 bulan a. Ketika didudukkan dapat bertahan dengan kepala tegak. b. Memindahkan benda dari satu tangan ketangan yang lain. c. Tertawa atau berteriak melihat benda yang menarik. d. Makan biskuit tanpa dibantu. 4. Umur 9–12 bulan a. Berjalan dengan berpegangan. b. Dapat meraup benda–benda kecil. c. Mengatakan dua suku kata yang sama. d. Bereaksi dengan permainan “ciluk ba”. 5. Umur 12–18 bulan a. Menumpuk 2 kubus. b. Memasukkan kubus ke kotak. c. Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis atau merengek. d. Memperlihatkan rasa cemburu. Page 70
6.
7.
8.
1. 2. 3. 4. 5.
Umur 18–24 bulan a. Menumpuk 4 buah kubus. b. Memunggut benda kecil dengan ibu jari. c. Mengelindingkan bola kearah sasaran. d. Belajar makan minum sendiri. Umur 24–36 bulan a. Bicara dengan baik, menggunakan 2 kata. b. Makan sendiri tanpa banyak tumpah. c. Melepas pakaian sendiri. Umur 48–60 bulan a. Menyebut nama–nama hari. b. Berpakaian sendri tanpa dibantu. c. Menjawab pertanyaan dengan kata–kata yang benar. Cara deteksi perkembangan: Denver Development Screnning Test (DDST) Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) Kuesioner Perilaku Anak Pra Sekolah (KPAP) Tes Daya Lihat dan tes Kesehataan Mata Anak Pra Sekolah Tes Daya Dengar Anak (TDD)
Metodologi Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian deskriptif. Penelitian ini populasinya yaitu semua ibu balita 0-5 tahun di Posyandu Desa Mirigambar Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik stratified random sampling. Jika besar populasi kurang dari 1000, maka besar sampel dalam penelitian ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: n=
1+
2
Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi d = tingkat signifikasi (0,1) Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain Jurnal Ilmiah Kebidanan
terkumpul dilakukan pengolahan data dengan editing, coding, scoring dan tabulating. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian didapatkan dari total 76 responden didapatkan sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 48 (63,2%) responden bersikap positif tentang tumbuh kembang anak balita usia 0-5 tahun. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek tersebut. Sikap positif membuktikan bahwa ibu balita sangat setuju dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak balita usia 0-5 tahun, karena pada masa ini tumbuh kembang sangat penting untuk diketahui oleh para ibu balita yang mana usia 0-5 tahun menjadi masa keemasan bagi anak. Pada masa inilah menentukan keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada dalam diri responden yang dapat mendorong atau menimbulkan seseorang untuk berperilaku. Sikap positif responden dalam penelitian ini, diantaranya dipengaruhi oleh faktor informasi, dan sumber informasi. Sikap positif responden didapatkan dari responden yang pernah mendapatkan informasi tentang tumbuh kembang anak. Sehingga dengan didapatkannya informasi tentang tumbuh kembang anak balita usia 0-5 tahun, maka akan mempengaruhi sikap responden dalam menjaga tumbuh kembang anak balita. Kesimpulan Hasil penelitian dan pembahasan tentang sikap ibu balita tentang tumbuh kembang anak balita usia 0-5 tahun di Posyandu Desa Mirigambar Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung Tahun 2013 dari total 76 responden didapatkan sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 48 (63,2%) responden bersikap positif tentang tumbuh kembang anak balita usia 0-5 tahun.
Page 71
Saran 1. Bagi peneliti selanjutnya Hendaknya hasil penelitian dapat dijadikan bahan pertimbangan atau informasi untuk melakukan penelitian yang lebih luas lagi. 2. Bagi Institusi Pendidikan Sebaiknya hasil penelitian ini dapat di gunakan sebagai tambahan informasi, dan bekerja sama dengan instansi yang lain untuk memberikan penyuluhan tentang tumbuh kembang. 3. Bagi tempat penelitian Hendaknya hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi posyandu untuk meningkatkan pelayanan posyandu di masyarakat guna melakukan deteksi dini tumbuh kembang anak. 4. Bagi responden (ibu balita) Hendaknya lebih meningkatkan lagi wawasan tentang tumbuh kembang dengan bertanya pada tenaga kesehatan atau mencari intervensi dari media. Daftar Pustaka Adisasmito, Wiku, Ph.D. 2007. Sistem Kesehatan. Ed.1. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Hal: 281. Agoes, Dariyo. 2007. Psikologi Perkembangan Anak Usia Tiga Tahun Pertama (Psikologi Aritama). Bandung: Refika Aditama. Alimul, Aziz, Hidayat. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 37, 48, 87, 107, 108. _________________. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC. Hal: 97. Bimo, Walgito. 2003. Psikologi sosial. Yogyakarta: Andi. Hal: 110, 128, 131. Depkes RI. 2007. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Direktorat Departemen Kesehatan. Hal: 11. Dinkes Jawa Timur. 2011. Gizi Balita. http://.dinkesjatim.go.id/go/, diakses tanggal 13 Juli 2012 Jam 20.00 WIB. Dinkes Jawa Timur. 2006. Pengembangan Operasional Desa Siaga. Surabaya: Dinas Kesehatan. Hal: 46 Jurnal Ilmiah Kebidanan
I,
Dewa, Nyoman, Supariasa. 2002. Penilaian Status Gizi. Cetakan 1. Jakarta: EGC. Hal: 56. Kamisa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi. Hal: 96. Narendra, Moersintowarti B, dkk. 2005. Tumbuh Kembang Anak Dan Remaja. Jakarta: EGC. Hal: 4. Nasrul, Effendy. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Hal: 89. Nursalam. 2003. Konsep Dasar Penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 78, 104. _________. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Surabaya: Salemba Medika. Hal: 42, 85, 93, 96, 97, 98. Saifudin, Azwar. 2009. Sikap Manusia dan Teori Pengukurnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 4, 30, 156. Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi Jakarta: Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Hal: 187. __________________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 124, 131, 126. ___________________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 167 Soetjiningsih. 2005. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Hal: 16, 18, 110, 121. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Hal: 146. _______. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Hal: 206. Yupi, Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC. Hal: 134. Tanuwijaya. 2003. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Jakarta: EGC. Hal: 56. Wikipedia. 2009. Ciri Khas Perkembangan Balita. Http://id.wikipedia.org/wiki/ Balita diakses tanggal 27 Juli 2012 jam 20.00 WIB. Wong, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Cetakan I. Jakarta: EGC. Hal: 78. Page 72
SIKAP IBU NIFAS TENTANG PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DI RUANG MELATI RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh: LUSI TANIYA ASTIKA RASYID, SST AINUN HANIFA, S.Si.T Planning program should be carried out after the completion or 40 days postpartum (6 weeks) with the purpose of regulating the spacing and number of children idealize. But the fact that many new mothers are less knowledge about family planning after childbirth. The research objective was to determine the attitude of postpartum mothers on three month injectable contraceptive use in Jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung academic Year 2013. The experiment was conducted March 1 through March 15, 2013. Types of research using observational descriptive study design. Technique sampling was using accidental sampling with a sample size 29 respondents. Instrument research using questionnaires, then do the editing, coding, scoring, tabulating and then analyzed with T scores at prosentase. The results from a total of 29 respondents found the majority of respondents as many as 20 (68.9%) of respondents are positive about the use of family planning in the three months contraceptive injection at jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer (MPS). Kontrasepsi suntik merupakan suatu alat KB hormonal yang dipakai dengan cara disuntikkan dan memberikan keamanan selama 3 bulan. Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah masa nifas selesai atau 40 hari (6 minggu). Data yang diperoleh dari BKKBN Jawa Timur, pencapaian target KB suntik baru sebanyak 695.296 orang (52,76%). Sedangkan hasil data BKKBN Kabupaten Tulungagung didapatkan akseptor KB suntik sebanyak 67.633 orang (47%). Berdasarkan studi pendahuluan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung pada 5 ibu nifas melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2012 didapatkan sebanyak 2 orang (40%) ibu nifas sudah mengetahui tentang KB suntik 3 bulan dan sebanyak 3 orang (60%) kurang mengetahui tentang KB suntik 3 bulan sehingga mengatakan takut menggunakan KB suntik 3 bulan dan mempunyai pendapat yang kliru tentang KB suntik 3 bulan yaitu mereka menganggap KB suntik 3 bulan mengganggu proses menyusui. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tujuan penelitian Untuk mengetahui sikap ibu nifas tentang penggunaan KB suntik 3 bulan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung Tahun 2013. Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: 1. Komponen kognitif (komponen perseptual) 2. Komponen afektif (komponen emosional) konatif (komponen 3. Komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi Page 73
c. Norma-norma d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113): Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, terhitung mulai selesai persalinan sampai pulihnya kembali alatalat kandungan dalam keadaan sebelum hamil. Masa nifas dibagi menjadi: 1. Puerperium dini yaitu masa pemulihan, dimana ibu memperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. 2. Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat- alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Perubahan fisiologis masa nifas: 1. Perubahan sistem reproduksi a. Involusi Merupakan proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil b. Bagian bekas implantasi plasenta c. Perubahan normal pada uterus selama post partum 1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira–kira 1 cm setiap hari. 2) Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Page 74
Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. d. Lochea Lochea adalah cairan kotor yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari jaringan-jaringan mati dan lendir, yang berasal dari rahim dan liang senggama. e. Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. f. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum. g. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. h. Perubahan sistem perkemihan puerperium Kadang-kadang mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan. i. Perubahan sistem musculoskeletal Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali. j. Perubahan endokrin 1) Hormon plasenta 2) Hormon oksitosin 3) Hipotalamik pituitary ovarium k. Perubahan tanda–tanda vital l. Perubahan sistem kardiovaskuler m. Perubahan hematologi Kebutuhan dasar ibu nifas menurut Diah, dkk (2008: 87): 1. Gizi 2. Ambulasi dini 3. Eliminasi 4. Defekasi 5. Kebersihan diri 6. Seksual 7. Latihan senam nifas 8. Keluarga berencana Kontrasepsi suntik adalah suatu alat KB hormonal yang dipakai dengan cara disuntikkan dan memberikan keamanan Jurnal Ilmiah Kebidanan
selama 3 bulan. Mekanisme kerja komponen atau derivate testosterone adalah: 1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. 2. Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa. 3. Perubahan peristaltic tuba fallopi, sehingga konsepsi dihambat. 4. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi. Menurut Prawirohardjo (2010: MK34), KB suntik 3 bulan komposisinya: 1. Berisi 150 Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) dengan nama dagang Depo Provera. 2. Berisi 200 Nore Etridore Erotats (NEE) dalam larutan minyak 2 cc > Noresterat Cara Kerja: 1. Mencegah ovulasi. 2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. 3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi. 4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Keuntungan: 1. Sangat efektif. 2. Pencegahan kehamilan jangka panjang. 3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri. 4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. 5. Tidak berpengaruh terhadap ASI. 6. Sedikit efek samping. 7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. 8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai premenapause. 9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. 10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. 11. Mencegah beberapa penyepenyakit radang panggul. 12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). Keterbatasan: Page 75
1. Sering ditemukan gangguan haid seperti a. Siklus haid yang memendek atau memanjang. b. Perdarahan yang banyak atau sedikit. c. Perdarahan sedikit atau tidak teratur. d. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting). e. Tidak haid sama sekali. 2. Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). 3. Tidak dapat dihentikan sewaktu– waktu sebelum suntikan berikutnya. 4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering. 5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B, virus atau infeksi virus HIV. 6. Terlambatnya kembali kesuburan 7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang. 8. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan pada tulang. 9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. Efek samping kontrasepsi suntik: 1. Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu. 2. Perubahan berat badan. 3. Sakit kepala. 4. Pada pasien kardiovaskuler efeknya sangat sedikit mungkin ada sedikit peninggian kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol. Komplikasi kontrasepsi suntik 1. Perdarahan yang berat. 2. Infeksi bekas tempat suntikan atau abses. 3. Sakit kepala, migraine, sakit kepala berulang yang berat atau penglihatan kabur.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu nifas di Ruang Melati RSUD dr Iskak Tulungagung. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik Accidental Sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sejumlah 29 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner (questionnaires). Pengolahan data melalui proses editing, coding, scoring dan tabulating. Skala pengukuran sikap menggunakan skala guttman dan dikategorikan menjadi persepsi positif dan negatif kemudian hasil kriteria sikap diprosentasekan. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapat dari total 29 responden sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 20 (68,9%) responden bersikap positif tentang penggunaan KB suntik 3 bulan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek tersebut. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk mengancam, mencela, melarang, bahkan tidak akan mengindahkan. Respon ibu nifas terhadap penggunaan KB suntik 3 bulan lebih besar dari pada tidak menggunakan KB suntik 3 bulan. Sikap ibu nifas yang mendukung tentang penggunaan KB suntik 3 bulan ini dapat mendorong ibu nifas untuk mempunyai keinginan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan nantinya, sehingga dengan keinginan ini ibu nifas dapat mengatur jarak anak. Sikap positif responden ini dipengaruhi oleh informasi dan sumber informasi yang diterima responden. Hampir seluruh dari ibu nifas pernah mendapat informasi tentang penggunaan KB suntik 3 bulan yang berarti hampir seluruh responden sudah mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang KB suntik 3 bulan. Dengan pernahnya responden mendapat informasi dan informasi tersebut bersumber dari petugas kesehatan, maka menjadikan responden Page 76
mampu bersikap positif penggunaan KB suntik 3 bulan.
tentang
Kesimpulan Total 29 responden didapatkan sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 20 (68,9%) responden mempunyai sikap positif tentang penggunaan KB suntik 3 bulan. Saran 1. Bagi responden (ibu nifas) Hendaknya hasil penelitian ini dijadikan tambahan informasi guna meningkatkan pengetahuan ibu nifas tentang KB suntik 3 bulan. 2. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini sebaiknya dijadikan masukan bagi tempat penelitian untuk meningkatkan konseling pada ibu nifas untuk ikut KB suntik 3 bulan setelah masa nifas. 3. Bagi institusi pendidikan (Prodi DIII Kebidanan Universitas Tulungagung) Hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan tambahan koleksi pustaka yang bisa menambah wawasan pengetahuan tentang KB suntik 3 bulan. 4. Bagi peneliti selanjutnya Sebaiknya hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang lebih luas dengan menggunakan variabel yang berkaitan dengan KB suntik.
Nasrul, Effendy. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Hal: 89. Konsep Dasar Nursalam. 2003. Penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 78, 104. _________. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Surabaya: Salemba Medika. Hal: 42, 85, 93, 96, 97, 98. Retna, Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Saifudin, Azwar. 2009. Sikap Manusia dan Teori Pengukurnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 4, 30, 156. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 187. __________________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 124, 131, 126. ___________________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 167 Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Hal: 146. _______. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Hal: 206.
Daftar Pustaka Alimul, Aziz, Hidayat. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 37, 48, 87, 107, 108. BKKBN, 2007. Manfaat KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN Propinsi Jawa Timur Handayani, Sri. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama Keluarga Hartantao, Hanafi. 2004. Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Kamisa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi. Hal: 96.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page 77
SIKAP IBU NIFAS TENTANG PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN DI RUANG MELATI RSUD dr. ISKAK TULUNGAGUNG TAHUN 2013 Oleh: LUSI TANIYA ASTIKA RASYID, SST AINUN HANIFA, S.Si.T Planning program should be carried out after the completion or 40 days postpartum (6 weeks) with the purpose of regulating the spacing and number of children idealize. But the fact that many new mothers are less knowledge about family planning after childbirth. The research objective was to determine the attitude of postpartum mothers on three month injectable contraceptive use in Jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung academic Year 2013. The experiment was conducted March 1 through March 15, 2013. Types of research using observational descriptive study design. Technique sampling was using accidental sampling with a sample size 29 respondents. Instrument research using questionnaires, then do the editing, coding, scoring, tabulating and then analyzed with T scores at prosentase. The results from a total of 29 respondents found the majority of respondents as many as 20 (68.9%) of respondents are positive about the use of family planning in the three months contraceptive injection at jasmine room RSUD dr. Iskak Tulungagung. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making Pregnancy Safer (MPS). Kontrasepsi suntik merupakan suatu alat KB hormonal yang dipakai dengan cara disuntikkan dan memberikan keamanan selama 3 bulan. Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah masa nifas selesai atau 40 hari (6 minggu). Data yang diperoleh dari BKKBN Jawa Timur, pencapaian target KB suntik baru sebanyak 695.296 orang (52,76%). Sedangkan hasil data BKKBN Kabupaten Tulungagung didapatkan akseptor KB suntik sebanyak 67.633 orang (47%). Berdasarkan studi pendahuluan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung pada 5 ibu nifas melalui wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 Oktober 2012 didapatkan sebanyak 2 orang (40%) ibu nifas sudah mengetahui tentang KB suntik 3 bulan dan sebanyak 3 orang (60%) kurang mengetahui tentang KB suntik 3 bulan sehingga mengatakan takut menggunakan KB suntik 3 bulan dan mempunyai pendapat yang kliru tentang KB suntik 3 bulan yaitu mereka menganggap KB suntik 3 bulan mengganggu proses menyusui. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Tujuan penelitian Untuk mengetahui sikap ibu nifas tentang penggunaan KB suntik 3 bulan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung Tahun 2013. Tinjauan Pustaka Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Sikap itu mengandung 3 komponen yang membentuk struktur sikap: 1. Komponen kognitif (komponen perseptual) afektif (komponen 2. Komponen emosional) konatif (komponen 3. Komponen perilaku) Menurut Notoatmodjo (2003: 132) sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu : 1. Menerima (Receiving) 2. Merespons (Responding) 3. Menghargai (Valuing) 4. Bertanggung jawab (Responsible) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap: 1. Faktor internal a. Faktor biologis b. Faktor psikologis 2. Faktor eksternal a. Pengalaman b. Situasi c. Norma-norma Page 78
d. Hambatan e. Pendorong f. Informasi dan sumber informasi Menurut Purwanto (2008: 63) sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif, yaitu : 1. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjahui, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. Skala Guttman hanya dua interval yaitu ”setuju” atau ”tidak setuju”. Penelitian menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Pernyataan Sikap No
Pernyataan
TS
S
1 Negatif 1 0 2 Positif 0 1 Keterangan : TS : Tidak Setuju S : Setuju Kemudian diubah menjadi skor T dengan rumus sebagai berikut:
T = 50 + 10 Keterangan : x : Skor responden x : Mean skor kelompok s : Standar devisi Skor kelompok Skor T merupakan skala yang biasa digunakan dalam skala model Likert untuk menentukan sikap seseorang. Kriteria: Sikap Positif skor T ≥ mean T. Sikap Negatif skor T < mean T Berikut rumus perhitungan presentase menurut Nursalam (2003: 113): Rumus
:
P =
Sp x100 % Sm
Keterangan : P = Presentase Sp = Jumlah Skor yang diperoleh Sm = Jumlah Skor Maksimal
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Kemudian diinterprestasikan dengan ranting nilai menurut Sugiono (2006), adalah sebagai berikut: 100 % : Seluruhnya dari responden 76 % - 99% : Hampir seluruh dari responden 51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden 50 % : Setengahnya dari responden 26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden 1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden 0% : Tidak satupun dari responden Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, terhitung mulai selesai persalinan sampai pulihnya kembali alatalat kandungan dalam keadaan sebelum hamil. Masa nifas dibagi menjadi: 1. Puerperium dini yaitu masa pemulihan, dimana ibu memperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. 2. Puerperium intermedial yaitu pemulihan menyeluruh alat- alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu. 3. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Perubahan fisiologis masa nifas: 2. Perubahan sistem reproduksi a. Involusi Merupakan proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil b. Bagian bekas implantasi plasenta c. Perubahan normal pada uterus selama post partum 1) Segera setelah persalinan, tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm diatas pusat dan menurun kira–kira 1 cm setiap hari. 2) Pada hari ke dua setelah persalinan tinggi fundus uteri 1 cm dibawah pusat. Pada hari 3-4 tinggi fundus uteri 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5-7 tinggi fundus uteri setengah pusat simpisis. Page 79
Pada hari ke 10 tinggi fundus uteri tidak teraba. d. Lochea Lochea adalah cairan kotor yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari jaringan-jaringan mati dan lendir, yang berasal dari rahim dan liang senggama. e. Serviks Serviks mengalami involusi bersama-sama dengan uterus. f. Vulva dan vagina Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses persalinan dan akan kembali secara bertahap dalam 6-8 minggu post partum. g. Perubahan sistem pencernaan Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan anak. h. Perubahan sistem perkemihan puerperium Kadang-kadang mengalami sulit buang air kecil, karena sfingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sphingter ani selama persalinan. i. Perubahan sistem musculoskeletal Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur- angsur menjadi ciut dan pulih kembali. j. Perubahan endokrin 1) Hormon plasenta 2) Hormon oksitosin 3) Hipotalamik pituitary ovarium k. Perubahan tanda–tanda vital l. Perubahan sistem kardiovaskuler m. Perubahan hematologi Kebutuhan dasar ibu nifas menurut Diah, dkk (2008: 87): 1. Gizi 2. Ambulasi dini 3. Eliminasi 4. Defekasi 5. Kebersihan diri 6. Seksual 7. Latihan senam nifas 8. Keluarga berencana Kontrasepsi suntik adalah suatu alat KB hormonal yang dipakai dengan cara Jurnal Ilmiah Kebidanan
disuntikkan dan memberikan keamanan selama 3 bulan. Mekanisme kerja komponen atau derivate testosterone adalah: 1. Menghalangi pengeluaran FSH dan LH sehingga tidak terjadi pelepasan ovum. 2. Mengentalkan lendir serviks, sehingga sulit ditembus spermatozoa. 3. Perubahan peristaltic tuba fallopi, sehingga konsepsi dihambat. 4. Mengubah suasana endometrium, sehingga tidak sempurna untuk implantasi hasil konsepsi. Menurut Prawirohardjo (2010: MK34), KB suntik 3 bulan komposisinya: 1. Berisi 150 Medroxy Progesteron Asetat (DMPA) dengan nama dagang Depo Provera. 2. Berisi 200 Nore Etridore Erotats (NEE) dalam larutan minyak 2 cc > Noresterat Cara Kerja: 1. Mencegah ovulasi. 2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma. 3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atropi. 4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba. Keuntungan: 1. Sangat efektif. 2. Pencegahan kehamilan jangka panjang. 3. Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri. 4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. 5. Tidak berpengaruh terhadap ASI. 6. Sedikit efek samping. 7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. 8. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai premenapause. 9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. 10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara. 11. Mencegah beberapa penyepenyakit radang panggul. Page 80
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). Keterbatasan: 10. Sering ditemukan gangguan haid seperti f. Siklus haid yang memendek atau memanjang. g. Perdarahan yang banyak atau sedikit. h. Perdarahan sedikit atau tidak teratur. i. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting). j. Tidak haid sama sekali. 11. Klien sangat tergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan). 12. Tidak dapat dihentikan sewaktu– waktu sebelum suntikan berikutnya. 13. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering. 14. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B, virus atau infeksi virus HIV. 15. Terlambatnya kembali kesuburan lipid 16. Terjadi perubahan pada pada penggunaan jangka serum panjang. 17. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan pada tulang. 18. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat. Efek samping kontrasepsi suntik: 1. Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu. 2. Perubahan berat badan. 3. Sakit kepala. 4. Pada pasien kardiovaskuler efeknya sangat sedikit mungkin ada sedikit peninggian kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol. Komplikasi kontrasepsi suntik 4. Perdarahan yang berat. 5. Infeksi bekas tempat suntikan atau abses. 6. Sakit kepala, migraine, sakit kepala berulang yang berat atau penglihatan kabur. Jurnal Ilmiah Kebidanan
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah observasional dengan desain penelitian deskriptif. Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu nifas di Ruang Melati RSUD dr Iskak Tulungagung. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik Accidental Sampling. Besar sampel dalam penelitian ini sejumlah 29 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner (questionnaires). Pengolahan data melalui proses editing, coding, scoring dan tabulating. Skala pengukuran sikap menggunakan skala guttman dan dikategorikan menjadi persepsi positif dan negatif kemudian hasil kriteria sikap diprosentasekan. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian didapat dari total 29 responden sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 20 (68,9%) responden bersikap positif tentang penggunaan KB suntik 3 bulan di Ruang Melati RSUD dr. Iskak Tulungagung. Sikap positif kecenderungan tindakan adalah siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek tersebut. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk mengancam, mencela, melarang, bahkan tidak akan mengindahkan. Respon ibu nifas terhadap penggunaan KB suntik 3 bulan lebih besar dari pada tidak menggunakan KB suntik 3 bulan. Sikap ibu nifas yang mendukung tentang penggunaan KB suntik 3 bulan ini dapat mendorong ibu nifas untuk mempunyai keinginan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan nantinya, sehingga dengan keinginan ini ibu nifas dapat mengatur jarak anak. Sikap positif responden ini dipengaruhi oleh informasi dan sumber informasi yang diterima responden. Hampir seluruh dari ibu nifas pernah mendapat informasi tentang penggunaan KB suntik 3 bulan yang berarti hampir seluruh responden sudah mempunyai wawasan dan pengetahuan tentang KB suntik 3 bulan. Dengan pernahnya responden mendapat informasi dan informasi tersebut bersumber dari petugas kesehatan, maka menjadikan responden Page 81
mampu bersikap positif penggunaan KB suntik 3 bulan.
tentang
Kesimpulan Total 29 responden didapatkan sebagian besar dari responden yaitu sebanyak 20 (68,9%) responden mempunyai sikap positif tentang penggunaan KB suntik 3 bulan. Saran 5. Bagi responden (ibu nifas) Hendaknya hasil penelitian ini dijadikan tambahan informasi guna meningkatkan pengetahuan ibu nifas tentang KB suntik 3 bulan. 6. Bagi tempat penelitian Hasil penelitian ini sebaiknya dijadikan masukan bagi tempat penelitian untuk meningkatkan konseling pada ibu nifas untuk ikut KB suntik 3 bulan setelah masa nifas. 7. Bagi institusi pendidikan (Prodi DIII Kebidanan Universitas Tulungagung) Hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan tambahan koleksi pustaka yang bisa menambah wawasan pengetahuan tentang KB suntik 3 bulan. 8. Bagi peneliti selanjutnya Sebaiknya hasil penelitian ini dapat digunakan peneliti selanjutnya sebagai acuan untuk melakukan penelitian yang lebih luas dengan menggunakan variabel yang berkaitan dengan KB suntik.
Nasrul, Effendy. 2002. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Hal: 89. Konsep Dasar Nursalam. 2003. Penerapan Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 78, 104. _________. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan). Surabaya: Salemba Medika. Hal: 42, 85, 93, 96, 97, 98. Retna, Eny. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia Saifudin, Azwar. 2009. Sikap Manusia dan Teori Pengukurnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal: 4, 30, 156. Saleha, Sitti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika Soekidjo, Notoatmodjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 187. __________________. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 124, 131, 126. ___________________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Hal: 167 Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Hal: 146. _______. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Hal: 206.
Daftar Pustaka Alimul, Aziz, Hidayat. 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika. Hal: 37, 48, 87, 107, 108. BKKBN, 2007. Manfaat KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: BKKBN Propinsi Jawa Timur Handayani, Sri. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama Keluarga Hartantao, Hanafi. 2004. Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Kamisa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Andi. Hal: 96.
Jurnal Ilmiah Kebidanan
Page 82