Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
PENGARUH SIKAP, NORMA SUBJEKTIF DAN KONTROL PERILAKU TERHADAP INTENSI BERPERILAKU MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA BIDAN DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2014
Rofi Mardini, S.SiT, M.Kes Dosen Prodi DIII Kebidanan STIKes Medika Cikarang
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif, kontrol perilaku terhadap intensi berperilaku menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) pada bidan di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2014. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan berupa data primer yang diperoleh dengan cara pengisian angket. Populasi penelitian ini adalah semua bidan yang bekerja/bertugas di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2014, menggunakan teknik total populasi, didapat sampel sebesar 54 orang. Analisis data berupa analisis univariat dan bivariat, dengan menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment. Hasil penelitian ini menunjukan tidak ada pengaruh sikap terhadap intensi berperilaku menggunakan APD (r = 0,-235 ; p = 0,087). Tidak ada pengaruh norma subjektif terhadap intensi berperilaku menggunakan APD (r = 0,136 ; p = 0,334). Ada pengaruh kontrol perilaku terhadap intensi berperilaku menggunakan APD. Kesimpulannya sikap dan norma subjektif tidak berpengaruh terhadap intensi berperilaku menggunakan APD, tetapi kontrol perilaku berpengaruh terhadap intensi berperilaku menggunakan APD. Disarankan dalam upaya meningkatkan tindakan pencegahan infeksi dikalangan tenaga kesehatan perlu diadakan pelatihan Pencegahan Infeksi secara berkala, selain itu perlu juga dilakukan penelitian serupa lebih lanjut lagi mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi upaya Pencegahan Infeksi (PI). Kata Kunci
: Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku dan Intensi
1
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
INFLUENCE OF ATTITUDE, SUBJECTIVE NORM, AND BEHAVIORAL CONTROL ON BEHAVIOR INTENTION OF USING PPE IN MIDWIFES ON RSUD KABUPATEN BEKASI 2014
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the influence of attitude, subjective norms, behavioral control on behavior intention of using PPE (Personal Protective Equipment) in midwives on RSUD Kabupaten Bekasi 2014. Design of this study is a descriptive analytic research with cross sectional approach. The data used are primary data, obtained by filling the questionnaire. The study population was all midwives who working in RSUD Kabupaten Bekasi in 2014, using the sampling technique of total population, the sample obtained by 54 people. Analysis of the data consist of univariate and bivariate analysis, using the Pearson Product Moment correlation test. Results of this study showed there is no influence of attitude to behavior intention to use PPE (r = 0, -235, p = 0.087). There is no influence of subjective norms to behavior intention to use PPE (r = 0.136, p = 0.334). There is a influence of behavioral control to behavior intention to use PPE. The conclusion is the attitude and subjective norm have no effect on behavior intention to use PPE, but control behaviors affect behavior intention to use PPE. Suggested to the institution, to hold an effort to improve infection prevention measures among health professionals, by held regularly Infection Prevention training, but it should also be done similar research more about the factors that influence efforts Infection Prevention.
Keywords: Attitude, Subjective Norm, Behavioral Control and Intention
2
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
Pendahuluan Perilaku adalah semua kegiatan manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007:114).1 Sikap adalah bagian yang penting di dalam kehidupan sosial, karena kehidupan manusia selalu dalam interaksi dengan orang lain. Sikap menentukan perilaku seseorang, sikap yang diperoleh lewat pengalaman akan menimbulkan pengaruh langsung terhadap perilaku berikutnya. Pengaruh langsung tersebut lebih berupa predisposisi perilaku yang akan direalisasikan hanya apabila kondisi dan situasi memungkinkan (Azwar, 2011).2 Kesehatan kerja menurut WHO/ILO (1995) bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari risiko akibat dari faktor yang menyebabkan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi fisiologis dan psikologisnya (DepKes-RI, 2006).3 Tenaga kesehatan beresiko tinggi terinfeksi penyakit yang dapat mengancam keselamatan saat bekerja. WHO mencatat kasus infeksi nasokomial di dunia berupa penularan penyakit Hepatitis B sebanyak 66.000 kasus, Hepatitis C 16.000 kasus, dan 1000 kasus penularan HIV (WHO, 2004). Selain itu, telah diperkirakan terjadinya penularan penyakit Hepatitis B (39%), Hepatitis C (40%), dan HIV (5%) pada tenaga kesehatan diseluruh dunia (Maja, 2009).4 Prevalensi infeksi nasakomial di Indonesia pada tahun 2004
menunjukan angka 9,1% dengan variasi 6,1-16% (DepKes RI, 2010).5 Kejadian infeksi nasakomial yang tinggi merupakan indikator pentingnya suatu usaha pengendalian infeksi dengan menerapkan standar kewaspadaan infeksi (standar precaution). WHO telah menetapkan tentang pentingnya penerapan standar precaution pada tenaga kesehatan dalam segala tindakan untuk mencegah peningkatan infeksi nasokomial (WHO, 2004).6 Penerapan standar precaution meliputi beberapa macam prosedur salah satunya dengan menerapkan prosedur penggunaan Alat Pelindung Diri. APD sangat penting digunakan pada saat melakukan tindakan (OSHAS, 2009). APD meliputi penggunaan sarung tangan, kaca mata pelindung, masker, apron, gaun, sepatu dan penutup kepala (WHO, 2004). Penggunaann APD merupkan salah satu usaha menyedikan lingkungan yang bebas dari infeksi sekaligus sebagai upaya perlindungan diri dan pasein terhadap penularan penyakit (Potter, 2005).7 Penerapan APD dalam standar precaution belum sepenuhnya dijalankan dengan baik oleh tenaga kesehatan. Haryati (2009) dalam penelitianya di RSUD Salatiga mengidentifikasi 40% bidan yang bersikap bertanggungjwab dengan baik terhadap penggunaan APD.8 Salah satu tenaga kerja sektor formal yang berpotensi terhadap keadaan kesehatan kerjanya adalah bidan. Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar dan atau memiliki surat izin yang sah untuk melakukan praktek bidan dan dapat ditempatkan pada unit-unit kerja pemerintah bidang kesehatan. (DepKes RI, 2007).9 Salah satu bentuk pelayanan utama yang diberikan bidan adalah Asuhan Persalinan Normal (APN). APN merupakan upaya yang dilakukan oleh bidan dalam pertolongan persalinan secara sehat dan normal yang dilakukan dengan menggunakan peralatan yang steril, serta 3
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
penata laksanaan komplikasi. APN dapat dijadikan sebagai standar persalinan normal yang ada di rumah sakit umum dan Puskesmas. (DepKes RI, 2007).9 Melihat tingginya risiko terhadap gangguan kesehatan khususnya pada bidan, maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kejadian penyakit atau trauma akibat lingkungan kerja dan faktor manusianya. Salah satu diantaranya penggunaan Alat Pelindung Diri (Suma’mur, 2009).10 Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya (Suma’mur, 2009).10 Demikian juga dengan profesi bidan yang tidak terlepas dari kecelakaan kerja yang mengakibatkan gangguan kesehatan dan trauma bagi mereka dalam bekerja wajib menggunakan alat-alat perlindungan diri, seperti sarung tangan, baju khusus bagi bekerja di ruang operasi, penggunaan sepatu, dan alat pelindung diri lainnya (Hasyim, 2005).11 Persalinan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh petugas kesehatan (bidan) yang menimbulkan risiko tinggi untuk tertular penyakit HIV/AIDS maupun Hepatitis karena berhubungan dengan berbagai cairan tubuh pasien seperti darah, air ketuban. Untuk itu bidan dalam melakukan pertolongan persalinan harus menerapkan kewaspadaan universal 12 (Spiritia, 2010). Hasil penelitian Anwar dan Perwitasari (2006) tentang tingkat risiko pemakaian APD dan Hygieni petugas Laboratorium klinik RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta, ditemukaan bahwa berdasarkan penggunaan APD, dari empat laboratorium yang ada di RSUPN Ciptomangunkusumo, ternyata lebih dari
40 % petugas di tiga laboratorium (IGD, Hematologi, dan anak) berisiko tinggi terinfeksi penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS. Adapun alasan petugas tidak menggunakan APD ketika bekerja, pada umumnya (52%) karena ditempat kerjanya tidak tersedia APD. Tidak tersedianya APD disebagian besar laboratorium yang diteliti kemungkinan disebabkan karena kurangnya perhatian dari Kepala labratorium dalam penyediaan APD atau anggaran Rumah Sakit yang terbatas sehingga dana untuk pengadaan APD juga menjadi terbatas. Alasan lain petugas tidak menggunakan APD adalah malas, lupa, tidak terbiasa, dan repot. Pelayanan APN yang dilakukan oleh bidan juga mempunyai risiko besar terhadap kecelakan kerja dan akhirnya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan bagi mereka, apalagi tidak menggunakan alat pelindung diri (Anwar dan Perwitasari, 2006).13 Berdasarkan uraian di atas, penulis sangat tertarik untuk membahas tentang sikap, norma subjektif, kontrol perilaku dan intensi yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul ”Pengaruh Sikap, Norma Subjektif, Kontrol Perilaku terhadap Intensi Berperilaku Menggunakan APD pada Bidan di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2014.” Kerangka konsep penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen terdiri dari sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku sedangkan variabel dependen adalah intensi berperilaku pengunaan APD. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subjektif dan kontrol perilaku terhadap intensi berperilaku menggunaan APD pada bidan pada saat pelaksanan tindakan pertolongan persalinan di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2014. Metode Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan mengungkap hubungan korelasi antar 4
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
variabel. Penelitian dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan dan menguji berdasarkan teori yang sudah ada (Nursalam, 2008).14 Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional dimana variabel bebas dan variable terikat yang terjadi pada objek diukur satu kali saat pengamatan dan dikumpulkan secara simultan dalam waktu yang bersamaan (Hidayat, 2007).15 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Hidayat, 2007).15 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bertugas di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2014. Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti (Hidayat, 2007).15 Sampel adalah bagian dari populasi yang diteliti dan dianggap dapat mewakili seluruh populasi melalui metode sampling. Sampel dalam penelitian ini dibagi menjadi 2 kriteria yaitu, kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat menjadi sampel. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang ada di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2014. Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah bidan yang tidak bersedia menjadi responden. Penulis menetapkan jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu Total Populasi dimana seluruh populasi dijadikan sampel sebanyak 54 responden. Penelitian ini dilakukan di RSUD Kabupaten Bekasi tanggal 24 Mei 2014 s/d 29 Mei 2014. Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner, sehingga alat pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawabannya sudah disediakan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang sesuai dengan pendapatnya (Arikunto, 2006).17 Pengumpulan data dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut, peneliti mengajukan izin penelitian ke RSUD Kabupaten Bekasi pada tanggal 24 Mei 2014. Setelah diberikan izin, peneliti mengidentifikasi calon responden dan menetapkan sasaran penelitian. Peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk memberikan penjelasan dan membuat kesepakatan bahwa calon responden bersedia menjadi responden. Responden bersedia mengisi kuesioner sesuai format pertanyaan. Kepada responden diminta dan diarahkan untuk mengisi semua pertanyaan dan setelah selesai responden diminta mengembalikan kepada peneliti dan disimpan dalam file tertutup. Penelitian akan dilakukan setelah mendapat rekomendasi dari institusi pendidikan kemudian mengajukan permohonan ijin kepada tempat penelitian dan setelah mendapat persetujuan baru melaksanakan penelitian. Kuesioner diberikan kepada responden dengan menekankan masalah etik yang meliputi, informed consent (lembar persetujuan menjadi responden). Sebelum dilakukan pengambilan data penelitian, calon responden diberi penjelasan tentang tujuan dan manfaat penelitian yang dilakukan. Apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka calon responden harus mendatangani lembar persetujuan tersebut, dan jika calon responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormatinya. Jika di tengah pengisian kuesioner responden ingin mengundurkan diri maka diperbolehkan mengundurkan diri, dan kuesioner yang telah diisi tidak akan diikutkan dalam pengolahan data. Anonymity (Tanpa nama) untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak 5
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
mencantumkan nama responden dalam pengolahan data penelitian. Peneliti akan menggunakan nomor atau kode responden. Confidentiality (Kerahasiaan) informasi yang diberikan oleh responden serta semua data yang terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti. Hasil kuesioner setelah selesai digunakan akan dimusnahkan dengan cara dibakar 15 (Hidayat, 2007). Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan data dengan tahap sebagai berikut, editing, pada tahap ini peneliti melakukan koreksi data untuk melihat kebenaran pengisian dan kelengkapan jawaban kuesioner dari responden. Coding, peneliti melakukan pemberian kode pada data untuk memudahkan pengelompokan dan klasifikasi. Setiap item jawaban pada lembar kuesioner diberi kode sesuai dengan karakter masing-masing. Entry Data, proses memasukkan data ke dalam komputer melalui program SPSS. Sebelum dilakukan analisa dengan komputer pengecekan ulang terhadap data. Tabulating, kegiatan memasukkan data hasil penelitian ke dalam tabel, kemudian diolah dengan bantuan komputer di mana tabel tersebut sudah terlampir. Cleansing, merupakan proses pemeriksaan data yang telah dimasukkan apakah sudah benar atau lengkap. Analisa data dalam penelitian ini terdiri dari analisa univariat dan bivariat. Analisis univariat adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel penelitian secara individu. Pada penelitian ini, analisis univariat akan menghasilkan nilai mean, standar deviasi dan nilai min-max tiap variabel. Analisis bivariat adalah analisi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yang sedang diteliti. Sedangkan dalam penelitian ini, analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui pengaruh sikap, norma subyektif dan kontrol perilaku dengan intense/niat berperilaku menggunakan APD pada saat pertolongan persalinan di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2014.
Penggambaran mengenai pengaruh tersebut dilakukan dengan mentabulasi data secara cross sectional dan menggunakan uji korelasi. Peneliti menggunakan uji ini ingin mengetahui hubungan antara dua variabel Numerik. Korelasi disamping dapat mengetahui derajat/keeratan hubungan, kolerasi dapat juga mengetahui arah hubungan dua variabel numerik. Penelitian kolerasi adalah penelitian yang melihat hubungan antara variable. Dua atau lebih variable diteliti untuk melihat hubungan yang terjadi diantara mereka tanpa coba merubah atau mengadakan perlakuan terhadap variabelvariabel lain. Teknik statistik yang digunakan dalam menganalisa data aadalah Pearson Product Moment Correlation atau disingkat Pearson r. Pearson r digunakan apabila variabel-variabel yang dianalisis terukur dalam skala interval/rasio 17 (Arikunto, 2006). Untuk mengetahuai secara lebih tepat besar/derajat hubungandua variable digunakan kooefisien Korelasi Pearson Product Moment, dimana koofisiensi korelasi disimpulkan dengan r (huruf kecil) yang mempunyai formula (Arikunto, 2006).17
xy x y
x x N 2
2
N y 2 y N
2
Nilai korelasi ( r ) berkisar 0 s/d 1 atau bila dengan arahnya nilainya antara -1 s/d 1. r = 0 artinya tidak ada hubungan. r = -1 artinya hubungan linear negative sempurna. r = +1 artinya hubungan linear positif sempurna. Hubungan dua variable dapat berpola positif maupun negatif. Hubungan positif terjadi bila kenaikan satu diikuti kenaikan variabel yang lain, misal semakin bertambah berat badan (gemuk) semakin 6
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
tinggi tekanan darahnya. Sedangkan hubungan negatif terjadi bila kenaikan satu variabel diikuti penurunan variabel yang lain, misalnya semakin bertambah umurnya (semakin tua) semakin rendah kadar HB nya. Menurut Colton, kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam 4 area yaitu, r = 0,000-0,25 yang artinya tidak ada hubungan/hubungan lemah. r = 0,25-0,50 yang berarti hubungan sedang. r = 0,51-075 yang artinya hubungan kuat. r = 0,76-1,00 berarti hubungan sangat/sempurna (Arikunto, 2006).17 Hasil Tabel 1 Analisis Univariat Variabel Mean Std. Deviasi 12,57 2,610 Intensi
MinMax 7,0017,00
Sikap
20,61
3,036
15,0025,00
Norma Subjektif
19,42
3,548
14,0025,00
Kontrol Perilaku
8,87
1,716
5,0015,00
Dari tabel 1hasil analisis didapat skor rata-rata untuk variabel intensi responden
adalah 12,57 dengan 95% CI (11,86 – 13,28), median 12, dan standar deviasi 2,610. Skor paling rendah 7 dan paling tinggi 17. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata skor intensi responden adalah diantara 11,86 – 13,28. Hasil analisis didapat skor rata-rata sikap adalah 20,61 dengan 95% CI (19,78 – 21,44), median 20, dan standar deviasi 3,036. Skor paling rendah 15 dan paling tinggi 25. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata skor sikap responden adalah diantara 19,78 – 21,44 Hasil analisis didapat skor rata-rata norma subjektif responden adalah 19,42 dengan 95% CI (18,45 – 20,39), median 19,5, dan standar deviasi 3,548. Skor paling rendah 14 dan paling tinggi 25. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata skor norma subjektif responden adalah diantara 18,45 – 20,39. Hasil analisis didapat skor rata-rata kontrol perilaku responden adalah 8,87, dengan 95% CI (8,40 – 9,33 ), median 9, dan standar deviasi 1,716. Skor paling rendah 5 dan paling tinggi 15. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95 % diyakini bahwa rata-rata skor kontrol perilaku responden adalah diantara 8,40 – 9,33.
7
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
Tabel 2 Analisis Bivariat Variabel Nilai r 20,61 Sikap
P Value 3,036
Norma Subjektif
19,42
3,548
Kontrol Perilaku
8,87
1,716
Dari tabel 2, terlihat hasil analisis korelasi antara sikap responden dengan intensi responden, diperoleh bahwa nilai r = 0,-235 dan nilai p value 0,087 sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan intensi berperilaku Pada hasil analisis korelasi antara norma subjektif responden dengan intensi responden, diperoleh bahwa nilai r = 0,136 dan nilai p value 0,033 sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh antara norma subjektif dengan intensi berperilaku Pada hasil analisis korelasi antara kontrol perilaku dengan intensi responden, diperoleh bahwa nilai r = 0,361 dan nilai p value 0,007 sehingga dapat disimpulkan pengaruh kontrol perilaku terhadap intensi berperilaku menunjukan pengaruh yang sedang (r = 0,361) dan berpola positif, artinya semakin baik kontrol perilaku responden maka semakin baik intensi berperilaku responden. Hasil uji statisitik di dapat nilai p value = 0,007 maka dapat disimpulkan ada pengaruh antara kontrol perilaku responden dengan intensi berperilaku. Diskusi Pengaruh Sikap Terhadap Intensi Berperilaku Pada hasil analisis korelasi pengaruh sikap terhadap intensi berperilaku diperoleh bahwa nilai r = 0,-235 dan nilai p value 0,087 sehingga dapat disimpulkan tidak ada pengaruh antara sikap dengan intensi berperilaku. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan beberapa teori yang dikemukakan seperti Allport (dalam Azwar, 2011)2
mendefinisikan sikap sebagai semacam kesiapan individu untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Sikap juga suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau tidak mendukung. Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek (Notoatmodjo, 2007).1 Ada 3 (tiga) komponen pokok dalam sikap yaitu kepercayaan (keyakinan) ide, dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak.1 Fishbein & Ajzen (1975)18 memberi pengertian bahwa attitude atau sikap sebagai suatu faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten, yaitu suka atau tidak suka pada penilaian terhadap suatu objek yang diberikan. Pendapat lain tentang sikap dikemukan oleh Eagly (1993),19 yang menyatakan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan psikologis yang ditunjukkan dalam bentuk penilaian terhadap suatu bentuk tertentu yang terdiri dari beberapa tingkatan suka atau tidak suka. Kecenderungan psikologis ini adalah suatu bentuk internal yang ada dalam diri seseorang; berupa evaluasi yang meliputi seluruh jenis atau kelas penilaian, baik yang tampak (overt) dan tidak tampak (covert) atau dalam bentuk kognitif, afektif, dan perilaku.19 Untuk melakukan sesuatu yang penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang lain (orang-orang terdekat, masyarakat) terhadap dirinya. Namun, harapan orangorang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan.19 Pengaruh Norma Subjektif Terhadap Intensi Berperilaku 8
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
Pada hasil analisis korelasi norma subjektif terhadap intensi berperilaku diperoleh bahwa nilai r = 0,136 dan nilai p value 0,336 dapat disimpulkan tidak ada pengaruh norma subjektif terhadap intensi berprilaku. Komponen lain dari rumusan intensi terhadap perilaku adalah norma subjektif. Norma subjektif adalah pihak-pihak yang dianggap berperan dalam perilaku seseorang dan memiliki harapan pada orang tersebut, dan sejauh mana keinginan untuk memenuhi harapan tersebut. Norma subjektif yang dimaksud oleh Ajzen (1975) adalah keyakinan seseorang mengenai apa yang harus dilakukannya menurut pikiran orang lain, beserta kekuatan motivasinya untuk memenuhi harapan tersebut.18 Untuk melakukan sesuatu yang penting, biasanya seseorang mempertimbangkan apa harapan orang lain (orang-orang terdekat, masyarakat) terhadap dirinya. Namun, harapan orangorang lain tersebut tidak sama pengaruhnya. Ada yang berpengaruh sangat kuat dan ada yang cenderung diabaikan. Dengan hasil peneliti ini, maka peneliti berasumsi bahwa harapan dari orang lain yang berpengaruh lebih kuat, lebih memotivasi orang yang bersangkutan untuk memenuhi harapan tersebut, akan lebih menyokong kemungkinan seseorang bertingkah laku sesuai dengan harapan tersebut. Pengaruh Kontrol Perilaku Terhadap Intensi Berperilaku Pada hasil analisis korelasi pengaruh kontrol perilaku terhadap intensi berperilaku diperoleh bahwa nilai r = 0,361 dan nilai p value 0,007 sehingga dapat disimpulkan pengaruh kontrol perilaku terhadap intensi berperilaku menunjukan pengaruh yang sedang (r = 0,361) dan berpola positif, artinya semakin baik kontrol perilaku responden maka semakin baik intensi berperilaku responden. Hasil uji statisitik didapat nilai p value = 0,007 maka dapat disimpulkan ada
pengaruh terhadap kontrol perilaku responden terhadap intensi berperilaku. Ajzen (1988)20 menjelaskan bahwa berdasarkan kontrol-kontrol yang ada pada diri seseorang, maka perceived behavioral control turut berperan dalam Teori Planned Behavioral dalam dua cara; yaitu secara langsung dan tidak langsung. Perceived behavioral control berperan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku yaitu melalui intensi terhadap perilaku, dan secara tidak langsung mempengaruhi perilaku tersebut. Ajzen (1988)20 mengemukakan adanya dua faktor bahwa semakin besar control perilaku individu terhadap kedua factor tersebut. maka akan semakin besar pada kemungkinan berhasilnya individu untuk menampilkan perilaku yang telah diniatkan. Kedua jenis kontrol terhadap perilaku yang dikemukakan oleh ajzen diatas dapat dialokasikan untuk memahami intense berperilaku menggunakan APD dalam upaya pencegahan infeksi nasakomial dengan menerapkan struktur kewaspadaan universal. Kontrol perilaku yang dirasakan adalah faktor yang sangat berperan dalam memprediksi tingkah laku yang tidak berada di bawah kontrol penuh individu tersebut. Kontrol perilaku yang dirasakan berperan dalam meningkatkan terwujudnya niat ke dalam tingkah laku pada saat yang tepat. Individu bisa saja memiliki sikap yang positif dan persepsi bahwa orang lain akan sangat mendukung tindakannya tersebut, namun ia mungkin saja tidak dapat melakukannya karena ia terhambat oleh faktor seperti perasaan tidak mampu untuk melakukannya. Hal tersebut menunjukan bahwa walaupun individu memiliki sikap, dan norma subjektif yang mendukungnya untuk melaksanakan suatu tingkah laku, namun eksekusi tingkah laku itu sendiri masih bergantung pada faktor kontrol perilaku yang dirasakan yang ia miliki. Penulis belum menemukan penelitian sebelumnya. Sehingga penulis belum bisa memaparkan perbandingan yang signifikan 9
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
antara penlitian penulis dengan penelitian sebelumnya. Daftar Pustaka 1 Notoatmodjo, S. Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. 2007 2 Azwar, S. Sikap Manusia : Teori dan Mengukurannya 2nd ed. Jogjakarta : Pustaka Pelajar. 2011 3 Departemen Kesehatan RI. Pedoman Kesehatan Keselamatan Kerja Instalasi Farmasi Rumah Sakit (K3IFRS). Jakarta. 2006 4 Maja, TMM. Precantion Use by Occupational Health Nursing Students During Clinical Placement. Adelaide : Tswane University of Tecnology. 2009 5 Depkes RI. Pedoman Manajerial Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta. 2010 6 WHO. Practical Guidelines for Infection Control in Health Care Facility. India : WHO Regional Office South East Asia. 2004 7 Potter, P. A. & Perry, A.G. Fundamental Of Nursing. 2005 8 Haryanti, A. Gambaran Universal Precaution di Rumah Sakit Umum Salatiga. Skripsi. Surakarta: Universitas Sahid Surakarta. 2009 9 Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta. 2007 10 Suma’mur, P.K. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : P.T Toko Gunung Agung. 2009 11 Hasyim. Manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan Volume 08/No.02/Juni. 2005 12 DitJen PPM & Pl DepKes RI. Statistic Kasus HIV/AIDS di Indonesia. Yayasan spiritia. http://spiritia.or.id/stats/statcurr.Pdf. 2010 13 Paerwitasari, SH. Gambaran Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di RSUPN Cipto Mangunkusumo
14
15
16
17
18
19
20
Jakarta. http://eprints.Ums.Ums.Ac.Id/1024/1/20 08vlnl–04.Pdf. 2008 Nursalam. Statistik dan Aplikasi untuk Penelitian Ilmu Kesehatan. Jakarta : CV. Trans Info Media. 2008 Hidayat, A. Prosedur Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika. 2007 Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010 Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. 2006 Fishbein, Martin & Icek Ajzen. Belief, Attitude, Intention and Behavior: An Introduction to Theory and Research. Massachusetts : Addison Wesley Publishing Co. 1975 Eagly, Alice H. & Shelly Chaiken. The Psychology of Attitude. Orlando: Harcourt Brace Jovanovich College Publisher. 1993 Ajzen, Icek. Attitudes, Personality and Behavior. Milton Keynes : Open University Press. 1998
10
Jurnal Ilmiah Kebidanan STIKes Medika Cikarang Volume 9 No. 1 Juli 2014
11