BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang dihasilkan kepada konsumen. Seorang produsen dapat berperan sebagai konsumen, begitupun sebaliknya. Peluang untuk mengembangkan usaha dibidang pendistribusian hasil- hasil pertanian di Indonesia ini masih terbuka cukup luas karena besarnya jumlah hasil pertanian yang terdapat di Indonesia sehingga berdampak pada kebutuhan akan jasa supplyer. Usaha Bapak Heny Nurmanto S.Sn, MM di Kota Batu merupakan sebuah usaha yang bergerak di bidang agribisnis. Usaha ini tidak hanya menjual produk olahannya tetapi juga menjual jasa delivery produk hingga ke store-store. Untuk pengadaan produk (shredded Lettuce, Slivered Onion, Tomato serta Mix Sledri dan daun Bawang), usaha ini bekerjasama dengan petani dan pedagang. Supply produk cenderung bergantung kepada pedagang, kecuali produk lettuce yang diperoleh langsung dari petani dengan system kemitraan. Delivery merupakan salah satu servis yang menjadi unggulan Wiguna Makmur. Lingkup tujuan delivery tersebut hanya di Provinsi Jawa Timur yang meliputi kota Malang, Sidoarjo, Kediri dan kota Gresik. Dalam 1 X 24 jam, semua produk harus terkirim ke semua store di seluruh kota tersebut. Apabila mengalami kendala yang
1
mengakibatkan keterlambatan delivery, maka staf yang bertugas harus segera melakukan konfirmasi dengan masing-masing store tujuan. Untuk melakukan usaha agroindustri, selain menguasai teknologi pengolahan maka juga diperlukan pengetahuan analisis kelayakan usahanya. Analisis kelayakan usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari. Analisis kelayakan usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan usaha. Pengertian layak dalam penelitan ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan dapat memberikan manfaat dalam arti finansial maupun sosial benefit. Dengan adanya analisis kelayakan ini diharapkan resiko kegagalan dalam memasarkan produk dapat dihindari. Aspek finansial sangat memegang peranan penting dalam melakukan studi kelayakan bisnis. Pengkajian lebih mengenai aspek-aspek pendapatan dan biaya yang diperlukan dalam implementasinya. Hal ini dimaksudkan sebagai bahan kajian
2
pertimbangan tersendiri bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil langkah strategi terhadap penyelenggaraan bisnis. Untuk mengambil suatu keputusan dalam memilih suatu investasi diperlukan perhitungan dan analisis yang tepat untuk menilai dan menentukan investasi yang menguntungkan ditinjau dari segi finansial. Dalam melakukan investasi tersebut setiap perusahaan umumnya akan berusaha agar perluasannya dapat berkembang sesuai dengan tujuan perusahaan yaitu untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan. Sehingga seberapa lama pengembalian dana, yang ditanam di proyek tersebut menjadi sangat penting. Artinya, sebelum perusahaan menanamkan investasi untuk perluasan usaha baru, maka terlebih dahulu perlu diketahui apakah proyek atau investasi yang akan dilakukan dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut, dengan jangka waktu tertentu. Selain itu agar dapat melihat apakah investasi yang dijalankan dapat memberikan keuntungan finansial lainnya seperti yang diharapkan. Dalam analisis suatu bisnis harus didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang terjadi. Suatu bisnis harus mampu melihat apa yang akan terjadi jika analisis proyek terjadi perubahan perhitungan dasar dalam setiap kemungkinan yang terjadi. Untuk itu perlu dilakukan analisis perbandingan keuntungan dengan tujuan melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisi proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan perhitungan biaya maupun benefit.
3
Studi Kelayakan Bisnis (SKB) merupakan kegiatan yang dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut pada Apakah bisnis supplyer Hortikultura di Kota Batu. Karena SKB adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan dengan menganalisis aspek finansial. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian tentang ANALISIS FINANSIAL BISNIS SUPPLYER HORTIKULTURA DI KOTA BATU sebagai tolak ukur kelayakan usaha dan sebagai pertimbangan dalam pengembangan usaha.
1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana bisnis supplyer hortikultura di Kota Batu layak secara finansial? 2. Bagaimana perbandingan tingkat pendapatan bisnis supplyer hortikultura di Kota Batu sebelum, selama dan sesudah bekerjasama dengan UD. Wiguna Makmur?
1.3 Tujuan dan Kegunaan 1.3.1 Tujuan 1. Untuk mengetahui aspek kelayakan pada bisnis supplyer hortikultura di Kota Batu. 2. Untuk mengetahui perbandingan tingkat pendapatan bisnis supplyer hortikultura di Kota Batu sebelum, selama dan sesudah bekerjasama dengan UD. Wiguna Makmur.
4
1.3.2 Kegunaan 1. Untuk mengevaluasi kerjasama dengan UD. Wiguna Makmur sehingga dapat dihindari investasi yang hanya memboroskan sumber daya. 2. Dapat memberikan gambaran bagi pemilik dalam usahanya untuk dapat meningkatkan pendapatanya. 3. Dapat memberikan informasi aspek kelayakan usaha sebagai tolak ukur kepada pemilik dalam upaya pengembangan usaha. 4. Dapat memberikan memberikan informasi bagi calon investor untuk menanamkan modalnya. 5. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan pustaka ilmiah bagi penelitian selanjutnya.
1.4 Batasan Istilah dan Pengukuran Variabel 1.4.1 Batasan Istilah Batasan istilah dibuat dengan tujuan agar pembahasan masalah tidak meluas. Adapun batasan-batasan istilah sebagai berikut : 1. Analisis finansial adalah analisis yang melihat proyek dari sudut pandang pelaku atau pelaksanaan proyek. 2. Supplyer adalah usaha yang memasok kebutuhan hasil produksi (produk) baik kepada distributor maupun konsumen dalam jangka waktu tertentu. 3. Bahan baku hortikultura yang digunakan dalam proses produksi adalah shredded Lettuce, Slivered Onion, Tomato serta Mix Sledri dan daun Bawang.
5
4. Penerimaan adalah
hasil dari nilai penjualan produksi, yang diterima
usaha yang berupa nilai barang yang dihitung dalam bentuk uang. 5. Tenaga kerja adalah orang-orang yang terlibat dalam proses produksi dalam satu kali proses produksi. 6. Pendapatan adalah keuntungan yang diterima dalam produksi dimana merupakan penerimaan bersih setiap satu kali produksi. 7. Biaya yang dihitung adalah biaya-biaya atau ongkos-ongkos yang akan dikeluarkan dalam suatu proyek. 8. Total biaya merupakan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam setiap produksi. Total biaya merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel dalam setiap produksi. 9. Biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi secara langsung volume produksi yang dinyatakan dalam rupiah /proses produksi, meliputi : biaya pupuk, bahan penunjang, tenaga kerja. 10. Biaya tetap adalah dimana besar kecilnya biaya tidak berubah dengan berubahnya produk yang dihasilkan. 11. NPV (Net Present Value), adalah selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah di-present value. 12. Gross B/C ratio, merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan biaya kotor yang di-present value. 13. Net B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan bersih dari periodeperiode yang bersangkutan yang telah di-present value (pembilang bersifat +) dengan biaya bersih dari periode-periode yang bersangkutan.
6
14. PI (Profitability Ratio), menunjukan perbandingan antara penerimaan dengan biaya investasi yang digunakan setelah di-present value. 15. PP (Payback Period), merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi didalam suatu usaha atau proyek. 16. IRR (Intenal Rate Of Return), adalah tingkat bunga yang mengambarkan bahwa antara penerimaan dan pengeluaran yang di-present value sama dengan nol.
1.4.2 Pengukuran Variabel 1. Produksi adalah hasil fisik dari proses produksi yang dihasilkan oleh usaha yang dilakukan dan dinyatakan percase (perkardus). 2. Penerimaan adalah merupakan tingkat penjualan yang diperoleh dengan mengalikan besarnya nilai produksi dengan harga produk yang dikomulasikan setiap satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) 3. Pendapatan adalah keuntungan yang diterima dalam produksi dimana merupakan penerimaan bersih setiap satu kali produksi
yang
dikomulasikan setiap satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) 4. Tenaga kerja adalah orang-orang yang terlibat dalam proses produksi yang diukur dalam jumlah jam kerja dalam satu hari yang dikomulasikan setiap satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 5. Total biaya merupakan penjumlahan antara biaya tetap dan biaya variabel dalam setiap produksi yang dikomulasikan setiap satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
7
6. Biaya variable adalah biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi secara langsung volume produksi yang dinyatakan dalam rupiah /proses produksi, meliputi : pembelian bahan baku, tenaga kerja, kardus, plastik, lakban, kertas label, delivery, paket invoice, royalty invoice dan tagihan dalam setiap produksi yang dikomulasikan setiap satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 7. Biaya tetap adalah dimana besar kecilnya biaya tidak berubah dengan berubahnya produk yang dihasilkan, yang dikomulasikan setiap satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah (Rp). 8. NPV (Net Present Value), adalah selisih antara benefit (penerimaan) dengan cost (pengeluaran) yang telah di-present value. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek layak, jika NPV>0. dengan demikian jika suatu proyek mempunyai NPV< 0, maka proyek tidak layak untuk dijalankan. 9. Gross B/C ratio, merupakan perbandingan antara jumlah penerimaan kotor dengan biaya kotor yang di-present value. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek layak jika NPV>1. dengan demikian jika suatu proyek mempunyai NPV<1, maka proyek tidak layak untuk dijalankan. 10. Net B/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan bersih dari periode-periode yang bersangkutan yang telah di-present value (pembilang bersifat +) dengan biaya bersih dari periode-periode yang bersangkutan. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek layak jika NPV>1,
8
dengan demikian jika suatu proyek mempunyai NPV<1, maka proyek tidak layak untuk dijalankan. 11. PI (Profitability Ratio), menunjukan perbandingan antara penerimaan dengan biaya investasi yang digunakan setelah di-present value. . Kriteria ini mengatakan bahwa proyek layak
jika NPV>1, dengan
demikian jika suatu proyek mempunyai NPV<1, maka proyek tidak layak untuk dijalankan. Angka perbandingan ini sering kali dipakai sebagai perhitungan rentabilitas dari suatu investasi di atas tingkat discount rate. 12. PP (Payback Period), merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi didalam suatu usaha atau proyek yang dinyatakan dalam waktu (bulan). 13. IRR (Intenal Rate Of Return), adalah tingkat bunga yang mengambarkan bahwa antara penerimaan dan pengeluaran yang di-present value sama dengan nol. Besarnya IRR menunjukan tingkat return usaha yang dinyatakan dalam persen (%).
9