BAB II DASAR TEORI
A. Pendapatan 1. Pengertian Pendapatan Setiap perusahaan tentunya menginginkan agar usahanya berjalan dengan baik. Oleh karena itu perusahaan dapat memberi kepuasan kepada konsumen melalui produk/jasa yang dihasilkannya. Untuk menyampaikan produk yang ada ke tangan konsumen harus melalui sistem penjualan yang ada, baik sistem penjualan tunai maupun kredit. Oleh karena itu, penjualan merupakan salah satu sumber pendapatan suatu perusahaan. Dalam pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 23 (revisi 2010), pendapatan diartikan sebagai berikut: ”Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal”.
Sedangkan menurut Baridwan (2004) mendefinisikan pendapatan sebagai: ”Peningkatan jumlah aktiva suatu badan usaha yang terjadi apabila penyerahan barang dagang, jasa atau aktivitas lainnya dalam suatu produk tertentu”.
6
Dasar yang digunakan untuk mengukur besarnya pendapatan adalah jumlah kas yang diterima dari transaksi penjualan dengan pihak yang bebas. Setiawan (2007) menyatakan bahwa : ”Laporan Rugi/Laba (Income Statement) adalah daftar yang memuat ikhtisar tentang penghasilan, biaya serta hasil neto suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, misalnya untuk satu bulan atau satu tahun”. Dalam laporan rugi laba, pendapatan disajikan di awal yaitu pada item penjualan dan pendapatan bukan dari usaha dikurangi biaya yang dikeluarkan, sehingga selisihnya dapat berupa laba bersih atau rugi. Dengan demikian, pendapatan dalam rugi laba adalah sebagai berikut: Pendapatan – Biaya = Laba Bersih (atau Rugi) Pendapatan dan beban adalah konsep-konsep yang diturunkan dari aktiva dan kewajiban. Menurut Setiawan (2007) Aktiva adalah manfaat ekonomi masa datang yang mungkin dapat atau dikendalikan oleh entitas sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. Menurut Setiawan (2007) Kewajiban adalah pengorbanan masa datang yang mungkin dari manfaat ekonomi yang timbul dari kewajiban sekarang entitas untuk mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lainnya di masa dengan sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu.
7
Dari berbagai definisi pendapatan dapat disimpulkan bahwa pendapatan hanya terdiri dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima oleh perusahaan itu sendiri. 2. Karakteristik Pendapatan Pendapatan diakibatkan oleh kegiatan perusahaan dalam memanfaatkan faktor produksi
untuk
mempertahankan
diri.
Seluruh
kegiatan
perusahaan
yang
menimbulkan pendapatan secara keseluruhan disebut earning process. Yaitu pengaruh positif atau pendapatan dan pengaruh negatif atau beban. Selisih dari keduanya nantinya menjadi laba dan rugi. Pendapatan umumnya digolongkan atas pendapatan yang berasal dari kegiatan normal perusahaan dan pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan. Pendapatan dari kegiatan normal perusahaan biasanya diperoleh dari hasil penjualan barang ataupun jasa yang berhubungan dengan kegiatan utama perusahaan. Pendapatan yang bukan berasal dari kegiatan normal perusahaan adalah hasil dari luar kegiatan perusahaan yang disebut hasil non operasi. Penadapatan non operasi biasanya dimasukkan ke dalam pendapatan lain-lain, misalnya pendapatan bunga. Ada beberapa karakteristik tertentu dari pendapatan yang menentukan atau membatasi bahwa yang masuk ke perusahaan merupakan pendapatan yang berasal dari operasi perusahaan. Karakteristik ini dapat dilihat berdasarkan sumber pendapatan, produk dan kegiatan utama perusahaan. Belkaoui (2004).
8
a. Sumber Pendapatan Jumlah yang dihasilkan oleh perusahaan bertambah melalui berbagai cara tetapi tidak semua cara tersebut mencerminkan pendapatan. Tambahan jumlah yang dihasilkan aktiva perusahaan dapat berasal dari transaksi modal; laba dari penjualan aktiva yang bukan barang dagangan seperti aktiva tetap, surat berharga. Dari semua transaksi di atas, hanya transaksi atas penjualan produk saja yang dapat dianggap sebagai sumber utama pendapatan walaupun laba atau rugi mugkin timbul dalam penjualan aktiva selain produk utama perusahaan.
b. Produk dan kegiatan utama perusahaan Produk perusahaan mungkin berupa barang ataupun jasa. Perusahaan tertentu mungkin sekali menghasilkan berbagai macam produk atau berupa barang dan jasa atau keduanya yang sangat berlainan jenis maupun arti pentingnya bagi perusahaan. Terkadang produk yang dihasilkan bila dihubungkan dengan kegiatan utama perusahaan atau yang timbul tidak tetap, sering dipandang sebagai elemen pendapatan non operasi, maka pembatasan tentang pendapatan sangat perlu, untuk itu produk perusahaan harus diartikan meliputi seluruh jenis barang atau jasa yang disediakan atau diserahkan kepada konsumen tanpa memandang jumlah rupiah relatif tiap jenis produk tersebut atau sering tidaknya produk tersebut dihasilkan
9
B. Metode Pengakuan Pendapatan Menurut Setiawan (2007) Pengakuan pendapatan didefinisikan sebagai pencatatan suatu item dalam akun-akun laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, beban, keuntungan atau kerugian. Pengakuan itu termasuk gambaran suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlah, dimana jumlah mencangkup angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Konsep dasar akuntansi adalah penetapan pendapatan berdasarkan akrual basis. Dengan demikian pendapatan bukan berarti jumlah uang yang diterima dengan tunai. Konsep ini melaporkan pendapatan waktu penyelesaian kegiatan utama. Pendekatan transaksi memunculkan definisi yang jelas mengenai elemen laba yang harus diakui, atau dicatat di dalam laporan keuangan. Sesuai prinsip akuntansi akrual yang sudah diterima umum, pengakuan tidak harus terjadi pada saat uang kas diterima. Menurut Setiawan (2007), pendapatan dan keuntungan diakui apabila: 1. Pendapatan dan laba yang telah direalisasikan atau dapat direalisasikan. 2. Pendapatan dan laba ini dihasilkan oleh aktivitas yang telah mengalami penyelesaian substansial selama proses memperoleh pendapatan. Dalam praktek sehari-hari pengukuran berarti pemberian angka pada objek apakah untuk menyatakan panjang maupun tinggi. Disamping itu pengukuran juga bertujuan untuk menyatakan jumlah dalam mata uang atau satuan. Salah satu tujuan pengukuran adalah untuk menjadikan informasi lebih baik.
10
Apabila pengukuran dilakukan, satu hal yang yang harus diiringi adalah terdapat objek yang dapat diperbandingkan. Dalam laporan keuangan, pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima, dengan demikian informasi yang diberikan dalam laporan keuangan menjadi lebih jelas. Saat menentukan pendapatan diakui dapat ditinjau dari kemungkinan manfaat ekonomi masa depan perusahaan dan diprediksikan dengan normal. Pendapatan yang timbul dari kegiatan perusahaan memiliki indentifikasi tertentu. Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010) kriteria pengakuan pendapatan dan biaya kontrak hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca (percentage of completion). Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 34 (revisi 2010), penjualan jasa dapat diakui dengan metode persentase penyelesaian, bila memenuhi kondisi berikut: a. Total pendapatan kontrak dapat diukur secara andal b. Besar kemungkinan manfaat keekonomian yang berhubungan dengan kontrak tersebut akan tertagih dan mengalir ke perusahaan. c. Baik biaya kontrak untuk menyelesaikan kontrak maupun tahap penyelesaian kontrak pada tanggal neraca dapat diukur secara andal, dan d. Biaya kontrak yang dapat distribusi ke kontrak dapat diidentifikasi dengan jelas sehingga biaya kontrak aktual dapat dibandingkan dengan estimasi sebelumnya. 11
Suatu perusahaan dapat membuat estimasi yang andal setelah perusahaan tersebut dapat dipisahkan dengan kekuatan hukum berkenaan dengan jasa yang diberikan atau diterima oleh pihak tersebut, antara lain: a. Hak masing-masing pihak yang pelaksanaannya dapat dipaksakan secara hukum terkait dengan jasa yang diberikan dan diterima pihak tersebut. b. Imbalan yang dipertukarkan dan c. Cara dan persyaratan penyelesaian. Tingkat penyelesaian suatu transaksi dapat ditentukan dengan berbagai metode, tergantung pada sifat transaksi, metode tersebut dapat meliputi: a. Survey pekerjaan yang telah dilaksanakan b. Jasa yang dilakukan atau c. Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya transaksi tersebut. Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar menyelesaikan semua yang harus dilakukan agar menerima manfaat dari pendapatan yang terkait. Secara umum, pendapatan diakui ketika proses menghasilkan laba diselesaikan atau tidak diselesaikan selama biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat diestimasi secara andal. Pendapatan yang diakui secara umum lebih dini dalam proses menghasilkan laba dipandang sebagai informasi yang relevan. Sebalikanya ketika pencatatan pendapatan ditunda, hal ini sering diakibatkan oleh pertimbangan mengenai reabilitas informasi pendapatan pada tahap sebelumnya dari proses menghasilkan laba. 12
Pendapatan diakui secara proporsional selama tahap produksi, biasanya cara ini dipakai terutama oleh kontraktor. Hal ini dilakukan karena sifat pekerjaan yang dilakukan, yang biasanya memerlukan waktu penyelesaian melebihi satu periode akuntansi Kieso (2010). Cara seperti ini dapat dilakukan apabila taksiran biaya penyelesaian dan tahap kemajuan penyelesaian kontrak dapat ditentukan. Penaksiran ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Berdasarkan persentase dari biaya 2. Berdasarkan persentase penyelesaian secara fisik (Metode persentase penyelesaian) Metode pengakuan pendapatan menurut Kieso (2010) Pendapatan diakui sebelum pengiriman. Dalam beberapa proses menghasilkan laba melampaui beberapa periode akuntansi. Pengiriman produk akhir mungkin terjadi bertahun-tahun setelah dimulainya proyek tesebut. Terdapat dua metode pengakuan pendapatan atas kontrak jangka panjang: 1. Metode kontrak selesai. Pendapatan, beban, dan laba kotor diakui hanya ketika kontrak telah selesai. Ketika biaya-biaya terjadi, biaya tesebut diakumulasi dalam akun persediaan. Perusahaan harus menggunakan metode kontrak selesai jika saatu diantas kondisi berikut ini terpenuhi. a. Perusahaan memiliki kontrak jangka pendek, atau b. Perusahaan tidak dapat memenuhi kondisi atau menggunakan metode persentase penyelesaian, atau
13
c. Ada bahaya yang melekat dalam kontrak di luar kondisi nornal, yang menimbulkan risiko bisnis. 2. Metode persentase penyelesaian. Harus menggunakan metode persentase penyelesaian jika estimasi kemajuan pekerjaan, pendapatan, dan biaya cukup diandalkan dan seluruh kondisi berikut ada: a. Kontrak secara jelas menetapkan hak diberlakukan terkait dengan barang atau jasa oleh masing-masing pihak, pertimbangan yang akan diubah setiap saat, dan hal-hal yang terkait dengan pembayaran b. Pembeli dapat diharapkan memenuhi seluruh kewajibannya. c. Kontraktor dapat diharapkan melaksanakan pekerjaan sesuai kontrak. Lebih
jauh,
terdapat
metode
pengakuan
pendapatan
yang
khusus
diperuntukkan bagi perusahaan yang lebih banyak memberikan jasa daripada produk. Terdapat empat metode pengakuan pendapatan untuk penjualan jasa, yaitu: 1. Metode kinerja khusus Digunakan untuk pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan aksi tunggal. Sebagai contoh, makelar real estate menghasilkan pendapatan komisi penjualan atas penyelesaian suatu transaksi. 2. Metode kinerja proporsional Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan oleh lebih dari satu aksi tunggal dan hanya ketika jasa melebihi satu periode akuntansi. Dalam metode ini, pendapatan diakui berdasarkan kinerja
14
proporsional setiap tindakan. Metode kinerja proporsional dari akuntansi untuk pendapatan sama dengan metode presentase penyelesaian. 3. Metode kinerja selesai Digunakan untuk mengakui pendapatan jasa yang dihasilkan dengan melakukan serangkaian tindakan di mana yang terakhir sangat penting dalam hubungannya dengan total transaksi jasa di mana pendapatan jasa dianggap telah dihasilkan hanya setelah tindakan terakhir terjadi. Misalnya, perusahaan ekspedisi menghasilkan pendapatan jasa hanya setelah pengiriman barang, meskipun pengepakan, muat barang, dan transportasi mendahului pengiriman. 4. Metode penagihan Digunakan untuk pendapatan jasa ketika ketidakpastian penagihan sangat tinggi atau estimasi beban yang terkait dengan pendapatan tidak dapat dipercaya sehingga persyaratan reabilititas tidak terpenuhi. Pendapatan diakui hanya ketika kas diperoleh.
C. Biaya 1. Pengertian Biaya Pengertian biaya dalam akuntansi biaya mengandung makna yang sangat penting. Berikut ini akan dijelaskan beberapa pengerian biaya tersebut: Carter & Usry (2006) mendefinisikan biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat. 15
Halim dan Supomo (2005) menjelaskan pengerian biaya dan istilah beban yang sering digunakan dalam akuntansi sebagai berikut: Biaya (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang bagi organisasi. Disebut setara kas (cash equivalent) karena sumber-sumber non kas dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Menurut Mulyadi (2002): “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.”. Dari definisi ini, ada empat unsur pokok dalam biaya yaitu: a)
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
b)
Diukur dalam satuan uang
c)
Yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi
d)
Pengorbanan tersebut untuk memperoleh manfaat saat ini dan/atau mendatang. Dengan demikian, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur
dengan satuan uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat saat ini maupun akan datang. Pengorbanan sumber ekonomis tersebut bisa merupakan biaya historis dan biaya yang akan datang, Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
16
memperoleh aktiva atau secara tidak langsung untuk memperoleh penghasilan, disebut dengan harga pokok. 2. Klasifikasi Biaya Menurut Carter & Usry (2006) klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas data biaya. Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini: a. Produk (satuan lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa) b. Volume produksi c. Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari manufaktur. d. Periode akuntansi. e. Suatu keputusan, tindakan atau evaluasi. Mulyadi (2002) mengklasifikasikan biaya dalam lima cara penggolongan biaya untuk memenuhi berbagai tujuan yaitu: a. Penggolongan biaya atas dasar objek pengeluaran. b. Penggolongan biaya atas dasar fungsi pokok dalam perusahaan. c. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai. d. Penggolongan biaya sesuai perilaku biaya dalam hubungannnya dengan perubahan volume kegiatan. e. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya.
17
Penggolongan biaya menurut objek pengeluaran yang didasarkan nama objek pengeluaran ini cocok digunakan dalam organisasi yang masih kecil. Biasanya penggolongan ini bermanfaat untuk perencanaan perusahaan secara menyeluruh dan pada umumnya untuk kepentingan penyajian laporan pihak luar (eksternal). Penggolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan berarti biaya digolongkan berdasarkan fungsi-fungsi di mana biaya tersebut terjadi atau berhubungan. Adapun fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan jasa adalah fungsifungsi: produksi, administrasi dan umum dan fungsi pemasaran. Oleh karena itu biaya-biaya dalam perusahaan manufaktur dapat digolongkan menjadi biaya produksi, biaya administrasi dan umum dan biaya pemasaran.
D. Pengakuan Pendapatan Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010) Pendapatan yang timbul dari kegiatan perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010) : “Pengakuan pendapatan dan biaya kontrak hasil (outcome) kontrak konstruksi dapat diestimasi secara andal, pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi harus diakui masing-masing sebagai pendapatan dan beban dengan memperhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal neraca (percentage of completion).”. Pendapatan kontrak terdiri dari: 1. Nilai pendapatan semula yang disetujui dalam kontrak, dan 2. Penyimpangan dalam pekerjaan kontrak, klaim, dan pembayaran insentif: 18
a. Sepanjang hal ini memungkinkan untuk menghasilkan pendapatan, dan b. Dapat diukur secara andal. Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010): Pendapatan kontrak diukur pada nilai wajar dari imbalan yang diterima atau akan diterima. Pengukuran pendapatan kontrak dipengaruhi oleh beragam ketidakpastian yang tergantung pada hasil dari peristiwa di masa depan. Estimasi sering kali perlu untuk direvisi sesuai dengan realisasi dan hilangnya ketidakpastian. Oleh karena itu, jumlah pendapatan kontrak dapat meningkat atau menurun dari satu periode ke periode berikutnya. Misalnya: 1. Kontraktor dan pelanggan mungkin menyetujui penyimpangan atau klaim yang meningkatkan atau menurunkan pendapatan kontrak pada periode setelah periode di mana kontrak pertama kali disetujui 2. Nilai pendapatan yang disetujui dalam kontrak dengan nilai tetap dapat meningkat karena ketentuan-ketentuan kenaikan biaya 3. Nilai pendapatan kontrak dapat menurun karena denda yang timbul akibat ketelambatan kontraktor dalam penyelesaian kontrak tersebut, atau 4. Jika dalam kontrak harga tetap terdapat harga tetap per unit output, pendapatan kontrak meningkat jika jumlah unit meningkat. Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010): Penyimpangan adalah suatu instruksi yang diberikan pelanggan mengenai perubahan dalam lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan berdasarkan kontrak. Penyimpangan dapat menimbulkan peningkatan atau penurunan dalam pendapatan kontrak. Contoh penyimpangan adalah perubahan 19
dalam spesifikasi atau rancangan aset atau perubahan lamanyan kontrak, sedangkan Klaim adalah jumlah yang diminta kontraktor kepada pelanggan atau pihak lain sebagai penggantian untuk biaya-biaya yang tidak termasuk dalam nilai kontrak. Klaim dapat timbul, misalnya dari keterlambatan yang disebabkan oleh pelanggan, kesalahan dalam spesifikasi atau rancangan.
E. Pengakuan Biaya Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010) Menurut PSAK No. 34 (revisi 2010): Biaya suatu kontrak konstruksi terdiri dari: 1. Biaya yang berhubungan langsung dengan kontrak tertentu 2. Biaya yang dapat diatribusikan pada aktivitas kontrak secara umum dan dapat dialokasikan pada kontrak tersebut, dan 3. Biaya lain yang secara khusus dapat ditagihkan ke pelanggan sesuai isi kontrak. Biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan suatu kontrak termasuk: 1. Biaya pekerja lapangan, termasuk penyelia 2. Biaya bahan yang digunakan dalam kontruksi 3. Penyusutan sarana dan perlatan yang digunakan dalam kontrak tersebut 4. Biaya pemindahan sarana, peralatan, dan bahan-bahan dari dan ke lokasi pelaksanaan kontrak 5. Biaya penyewaan sarana dan peralatan
20
6. Biaya rancangan dan bantuan teknis yang secara langsung berhubungan dengan kontrak 7. Estimasi biaya pembetulan dan jaminan pekerjaan, termasuk yang mungkin timbul selama masa jaminan, dan 8. Klaim dari pihak ketiga Biaya-biaya ini dapat dikurangi dengan keuntungan yang bersifat insidental yaitu keuntungan yang tidak termasuk dalam pendapatan kontrak, misalnya keuntungan dari penjualan kelebihan bahan dan pelepasan saran dan perlatan pada akhir kontrak. Jika hasil kontrak kontruksi dapat diestimasi secara andal, maka pendapatan kontrak dan biaya kontrak yang berhubungan dengan kontrak konstruksi diakui masing-masing sebagai pendapatan dan benban dengan memerhatikan tahap penyelesaian aktivitas kontrak pada tanggal akhir periode pelaporan.
F. Laporan Keuangan Penilaian terhadap keberhasilan suatu perusahaan dapat dilakukan melalui analisis terhadap laporan keuangan yang disajikan. Salah satu unsur penting dalam laporan keuangan yang turut menentukan hasil penilaian tersebut adalah besarnya jumlah perolehan laba atau karena perolehan laba merupakan gambaran kemapuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya. Menurut Setiawan (2007) Laporan keuangan (financial statements) utama yang dihasilkan akuntansi terdiri dari : Neraca (Balance Sheet), Laporan Laba-Rugi 21
(Income Statement) dan Laporan Perubahan Modal (Statement of owner’s equity) serta Laporan Arus Kas (Statement of cash flows). Pengertian masing-masing jenis laporan keuangan tersebut dijelaskan sebagai berikut. Neraca. Pengertian neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan keuangan suatu unit usaha pada saat tertentu dan akan berubah manakala ada transaksi keuangan dalam entitas yang disusun sedemikian rupa. ”Setiawan (2007) menyatakan sebagai berikut: Neraca adalah suatu daftar keuangan yang memuat ikhtisar tentang harta, utang, dan modal suatu unit usaha atau perusahaan pada suatu saat tertentu, biasanya pada penutupan hari terakhir dari suatu bulan atau tahun”. Laporan Laba Rugi adalah suatu laporan yang menunjukkan pendapatanpendapatan dan biaya-biaya dari suatu entitas untuk periode tertentu. ”Setiawan (2007) menyatakan bahwa : Laporan Rugi/Laba (Income Statement) adalah daftar yang memuat ikhtisar tentang penghasilan, biaya serta hasil neto suatu perusahaan pada suatu periode tertentu, misalnya untuk satu bulan atau satu tahun”. Laporan Perubahan Modal adalah laporan yang mengidentifikasi perubahan modal (ekuitas) pemilik atau pemegang saham dalam suatu periode. Sedangkan Laporan Arus Kas adalah laporan mengenai arus kas masuk (cash out flow) maupun arus kas keluar (cash in flow) yang utama dari suatu perusahaan dalam periode tertentu. Arus kas ini berguna untuk menyediakan informasi mengenai kemampuan perusahaan perusahaan untuk menghasilkan kas dari operasi, mempertahankan dan memperluas operasi, memenuhi kewajiban keuangan.
22
Laporan laba rugi mengukur arus pendapatan dan beban selama periode tertentu yang biasanya satu tahun. Perhitungan laba rugi menurut prinsip akuntansi biasanya dimulai dengan menghitung pendapatan perusahaan. Sumber pendapatan perusahaan dari penjualan produk dan jasa yang diproduksinya. Laporan
keuangan
merupakan
alat
untuk
mempertanggungjawabkan
wewenang yang diberikan oleh para pemilik perusahaan. Laporan keuangan tersebut dapat juga dipergunakan sebagai alat untuk: a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai operasi perusahaan. b. Menentukan dan mengukur pendayagunaan tiap kegiatan proses produksi serta untuk menentukan tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut. c. Menilai hasil kerja dari masing-masing individu yang diberi wewenang dan tanggung jawab. Baridwan (2004) Suatu laporan laba rugi disajikan dengan format (bentuk) langsung. Dalam bentuk ini, hanya ada satu parameter pengukuran pendapatan, yang dihitung dengan mengurangi jumlah hasil dengan jumlah biaya, dimana unsur laba rugi hanya terdiri dari pendapatan dan beban. Bentuk penyajian laporan laba rugi yang lain adalah bentuk bertahap. Bentuk laporan ini mengikhtisarkan adanya pemisahan transaksi operasi normal dan transaksi non normal dan mencocokkan beban dengan pendapatan yang berkaitan dengannya .
23
G. Penelitian Terdahulu Nama No Peneliti Judul Penelitian (Tahun) 1 Wahyudi Pengakuan Pendapatan Biaya (2003) Pada PT. Pembangunan Perumahan Cabang V Semarang
2 Sri (2012)
3 Rayahu (2012)
Hasil Penelitian
Hasil dari penelitian menunjukkan prosedur pencatatan akuntansi pendapatan dan biaya yang digunakan pembiayaan proyek menggunakan meode persentase penyelesaian. Dalam metode ini semua biaya yang dikeluarkan pembangunan dicatat dalam rekening bangunan dalam pelaksanaan. Setiap akhir periode dilakukan perhitungan laba atau rugi berdasarkan persentase penyelesaian. Taksiran laba dicatat dengan mendebit rekening pengakuan laba kontrak jangka panjang. Pengakuan Pendapatan Dalam Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka Metode Persentase Penyelesaian disimpulkan pada periode pendapatan diakui Pada Perusahaan Jasa secara periodik sejalan dengan tingkat Kostruksi perkembangan penyelesaian pekerjaan/kontrak. Oleh karena itu pekerjaan dalam pelaksanaan dinilai sebesar biaya yang telah terjadi ditambah pendapatan (laba) yang diperhitungkan besar kecilnya pendapatan periodik diukur berdasarkan suatu persentase yang diterapkan dari taksiran pendapatan seluruhnya menurut perbandingan dari biaya yang telah terjadi dengan seluruh biaya yang diperkirakan untuk menyelesaikan kontrak dan pengukuran lain atas dasar tingkat kemajuan persentase fisiknya. Analisis Pengakuan Pendapatan Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka Jasa Konstruksi Pada CV. disimpulkan CV. Samudera Konstruksi Samudrera Kontruksi Palembang Palembang dalam menetapkan metode Berdasarkan PSAK No. 34 pengakuan pendapatan belum sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 34, dimana perusahaan menetapkan metode kontrak selesai dalam mengakui pendapatannya untuk proyek jangka panjang.
24
H. Kerangka Pikir Penelitian Skripsi penelitian ini bermaksud membandingkan antara teori-teori tentang pengakuan pendapatan di atas, khususnya teori pengakuan pendapatan dan beban dari PSAK No. 34 (revisi 2010) dengan sistem pengakuan pendapatan dan biaya yang diterapkan pada perusahaan PT. Juvanindo Utama tahun 2011 dan 2012. Dengan demikian, kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
25
PT JUVANINDO UTAMA
PENDAPATAN DARI PROYEK
TEORI
PERUSAHAAN
Metode Proporsional: Persentase Penyelesaian secara fisik
Metode Selesai Produksi
Metode proporsional: (1) Persentase dari biaya, dan (2) persentase penyelesaian secara fisik
LAPORAN KEUANGAN
Metode Pada saat pembayaran
LAPORAN KEUANGAN
Analisis
Perbandingan
Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian
26
Metode pengakuan konsinyasi