IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada budidaya jamur tiram putih yang dimiliki oleh usaha Yayasan Paguyuban Ikhlas yang berada di Jl. Thamrin No 1 Desa Cibening, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan sengaja, dimana
di wilayah tersebut ada beberapa pertanian
budidaya jamur tiram yang dikembangkan bersama masyarakat sekitar. Pemilihan tempat dan lokasi ini dilakukan karena dari hasil panen jamur tiram putih diperoleh hasil yang bervariasi dalam hal jumlah produksi. Perbedaan variasi jumlah setiap panen ini dapat saja berimbas pada
produktivitas jamur tiram putih, yang jika
diteruskan maka dapat memberikan kerugian bagi para petani. Pelaksanaan penelitian dan pengumpulan data dilakukan dari mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Januari 2011, namun peneliti terkadang melakukan kunjungan beberapa kali ke lokasi penelitian, diluar waktu tersebut untuk melihat perkembangan baru apa saja yang terjadi di lapang.
4.2 Sumber dan Jenis Data Jenis data yang akan digunakan yaitu data yang bersifat kualitatif dan data yang bersifat kuantitatif, data kualitatif yaitu data-data yang bukan angka (non numerik) berupa keterangan-keterangan tentang perkembangan dari usaha jamur tiram putih ini, jenis-jenis peralatan yang digunakan, keadaan usaha,dan faktor lain yang berhubungan dengan penelitian. Kemudian data kuantitatif yaitu data angka atau numerik contohnya data penjualan, jumlah bahan-bahan baku, jumlah produksi, harga-harga yang menyangkut dengan keterangan-keterangan yang berupa numerik atau angka-angka. Data diperoleh penulis berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang dapat diperoleh langsung dari sumber atau objek yang diteliti cara mendapatkan data tersebut yaitu dengan : 1) Pengamatan langsung dilapangan seperti kondisi usaha, proses pengolahan ataupun cara penangan produksi jamur tiram putih, pengamatan ini bersifat mengidentifikasi atau mengkaji risiko-risiko yang 34
mungkin ada di dalam suatu usaha, kemudian 2) data dapat diperoleh dengan wawancara langsung dengan pihak pengelola usaha, dalam hal ini pihak manajemen guna mengetahui apa saja kendala-kendala atau permasalahan yang dihadapi selama ini, contohnya antara lain apa saja penyebab kegagalan usaha jamur tiram putih ini, faktor-faktor apa saja yang menjadi perhatian pihak manajemen dalam mengelola. Data sekunder adalah data yang sudah ada atau yang sudah tertulis, yaitu dapat berupa manajemen risiko serta penanganannya. Untuk memperkaya data dapat diperoleh juga dari literatur-literatur mengenai jamur tiram putih, buku-buku artikel, skripsi, jurnal, disertasi dan berbagai informasi publikasi lainnya. Selain itu data-data juga dapat diperoleh dari Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura dan Departemen Pertanian, yang berkenaan mengenai data-data
produksi ataupun
konsumsi jamur tiram putih. 4.3 Metode Pengumpulan data Metode pengumpulan data pada penelitian yang akan dilakukan dengan cara : 1. Melakukan observasi atau pengamatan. Observasi dilakukan dengan melihat dan mengamati langsung proses pembudidayaan jamur tiram yang dilakukan Yayasan Paguyuban Ikhlas. 2. Melakukan wawancara dan diskusi langsung untuk memperoleh keterangan yang sesuai dengan kebutuhan penelitian, sehingga data yang digunakan menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan, khususnya data mengenai hal yang menyangkut dengan sumber risiko produksi pada usaha budidaya jamur tiram. 3. Melakukan pencatatan data-data yang dibutuhkan, yang berkaitan dengan penelitian. 4.4 Metode Analisis Data Metode untuk mengolah data dalam penelitian ini terdiri atas analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan melalui pendekatan deskriptif, analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran keadaan umum lokasi penelitian, manajemen risiko yang diterapkan, dan alternatif strategi untuk 35
mengurangi risiko produksi. Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan melalui analisis risiko yang meliputi nilai variance, standard deviation, dan coefficient variation. 4.4.1 Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan sebuah metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu sel kondisi, suatu sistem pemikiran maupun suatu peristiwa pada masa mendatang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Analisis ini dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang menjadi sumber risiko produksi dalam usaha budidaya jamur tiram putih di Yayasan Paguyuban Ikhlas. 4.4.2 Analisis Kemungkinan Terjadinya Risiko Risiko dapat diukur jika diketahui kemungkinan terjadinya risiko dan besarnya dampak risiko. Ukuran pertama dari risiko adalah besarnya kemungkinan terjadinya yang mengacu pada seberapa besar probabilitas risiko yang akan terjadi. Metode yang digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko adalah metode nilai standar atau z-score. Metode ini dapat digunakan apabila ada data historis dan berbentuk kontinus (desimal). Pada penelitian ini yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko pada kegiatan produksi budidaya jamur tiram. Langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan perhitungan kemungkinan terjadinya risiko adalah : 1. Menghitung rata-rata kejadian berisiko Adapun rumus yang digunakan : n
i 1 i
n Dimana: X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko Xi = Nilai per bulan dari kejadian berisiko n = Jumlah data
36
2. Menghitung nilai standar deviasi dari kejadian berisiko
S
n
i i 1
n-1 Dimana: S = Standar deviasi dari kejadian berisiko. Xi = Nilai per bulan dari kejadian berisiko. X = Nilai rata-rata dari kejadian berisiko. n = Jumlah data 3. Menghitung z-score
i S Dimana: Z = Nilai z-score dari kejadian berisiko. Xi = Batas risiko yang dianggap masih dalam taraf normal. X = Nilai rata-rata kejadian berisiko. S = Standar deviasi dari kejadian berisiko. Jika hasil z-score yang diperoleh bernilai negatif, maka nilai tersebut berada di sebelah kiri nilai rata-rata pada kurva distribusi normal dan sebaliknya jika nilai zscore positif, maka nilai tersebut berada di sebelah kanan kurva distribusi normal z 4. Nilai Probabilitas terjadinya risiko produksi. Setelah nilai z-score didapat dari produksi jamur tiram, selanjutnya dapat dicari probabilitas terjadinya risiko produksi yang diperoleh dari tabel distribusi z (normal) sehingga diketahui persen kemungkinan terjadinya keadaan dimana produksi jamur tiram mendatangkan kerugian. 4.4.3 Analisis Dampak Risiko Salah satu metode yang sering digunakan untuk mengukur dampak risiko adalah VaR (Value at Risk). VaR adalah kerugian terbesar yang mungkin terjadi dalam rentang waktu tertentu yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Penggunaan VaR dalam mengukur dampak risiko hanya dapat dilakukan apabila terdapat data historis sebelumnya. Analisis ini dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi budidaya jamur tiram putih pada Yayasan Paguyuban Ikhlas. Kejadian yang dianggap merugikan berupa penurunan produksi
37
sebagai akibat dari terjadinya sumber-sumber risiko. Menurut Kountur (2008) value at risk (VaR), dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : VaR = Z S n Dimana : VaR = Dampak kerugian yang ditimbulkan oleh kejadian berisiko = Nilai rata-rata kerugian akibat kejadian berisiko Z = Nilai z yang diambil dari tabel distribusi normal dengan alfa 5 persen S = Standar deviasi kerugian akibat kejadian berisiko n = Banyaknya kejadian berisiko 4.4.4 Pemetaan Risiko Menurut Kountur (2008) peta risiko adalah gambaran tentang posisi risiko pada suatu peta dari dua sumbu yaitu sumbu vertikal menggambarkan probabilitas, dan sumbu horizontal menggambarkan dampaknya, berikut adalah contoh layout peta risiko dapat dilihat pada Gambar 4 Probabilitas (%)
Besar
Kuadran 1
Kuadran 2
Kecil
Kuadran 3
Kuadran 4 Dampak (Rp)
Kecil
Besar
Gambar 4. Peta Risiko Sumber: Kountur (2008)
Probabilitas atau kemungkinan terjadinya risiko dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kemungkinan besar dan kemungkinan kecil. Demikian juga dampak risiko dapat dibagi menjadi dua yaitu dampak besar dan dampak kecil. Batas antara probabilitas atau kemungkinan besar dan kecilnya terjadinya risiko ditentukan oleh manajemen, namun pada umumnya risiko-risiko yang probabilitas terjadinya 20 persen atau lebih besar dianggap sebagai kemungkinan besar, sedangkan di bawah 20 persen dianggap sebagai kemungkinan kecil (Kountur, 2008).
38