47
IV. METODE PENELITIAN 44.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di bagian hulu daerah aliran sungai (DAS) JJe e Jeneberang yang terletak di Kabupaten Gowa (Gambar 3). Penelitian ddilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2009. 44.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Peta dasar yaitu Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000 dan peta turunannya yaitu peta elevasi dan peta kemiringan lereng tahun 1983. Peta tematik yaitu peta penggunaan lahan (tahun 2007), peta jenis tanah (tahun 1983), dan peta administrasi (tahun 2005) wilayah hulu DAS Jeneberang dengan skala 1 : 50.000. Bahan-bahan kimia yang diperlukan untuk analisis sifat kimia dan fisika tanah di Laboratorium. Kuesioner yang digunakan untuk pengambilan data primer tentang karakteristik sumberdaya di daerah hulu DAS Jeneberang yang meliputi biofisik lahan, sosial-budaya, ekonomi dan kelembagaan. Alat yang digunakan yaitu peralatan untuk survei dan pengambilan sampel tanah yang terdiri atas bor tanah, ring sampel, global positioning system (GPS), ta aabney level, buku Munsell Soil Color Chart, skop, cangkul, pisau, meter, kamera, kkantong plastik untuk sampel tanah komposit, dan alat tulis. 44.3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 44.3.1. Penentuan Satuan Lahan Berdasarkan Agroekologi Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud hanya apabila lahan ddigunakan untuk sistem pertanian yang tepat dengan cara pengelolaan yang ssesuai. e Apabila lahan tidak digunakan dengan tepat, produktivitas akan cepat menurun dan ekosistem menjadi terancam rusak. Penggunaan lahan yang tepat m selain menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan manfaat untuk pemakai sse e ppada masa kini, juga menjamin bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk
48
ggenerasi penerus dimasa mendatang. Dengan mempertimbangkan keadaan aagroekologi, penggunaan lahan berupa sistem produksi dan pilihan-pilihan ta tanaman yang tepat dapat ditentukan. Dalam penelitian ini kajian mengenai karakterisasi, deliniasi dan analisis zzona agroekologi dalam penentuan satuan lahan, dilakukan dalam beberapa ttahapan a sebagai berikut : Peta dasar yang digunakan adalah peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) skala 1 : 50.000 dan peta turunannya yaitu peta elevasi dan peta kemiringan lereng. Peta tematik berupa peta jenis tanah daerah hulu DAS Jeneberang dengan skala 1 : 50 000. Pembeda wilayah berdasarkan rejim suhu wilayah dibagi dan dibatasi berdasarkan ketinggian tempat yaitu lebih rendah dari 700 meter dari permukaan laut (< 700 m dpl) dan lebih tinggi dari 700 meter dari permukaan laut (≥ 700 m dpl) (Prasetyo et al., 2001 dalam Sabiham, 2008; Peraturan Menteri Pertanian No. 47/Permentan/OT.140/10/2006 Tentang Pedoman Umum Budidaya Pertanian pada Lahan Pegunungan). Secara
topografis,
wilayah
dipilah-pilah
dan
dideliniasi
berdasarkan
kemiringan lereng masing-masing : < 8 %, 8-15 %, 15-25 %, 25-40 %, dan > 40 % (Arsyad, 2006). Dari peta tanah, faktor-faktor tanah utama yang perlu diperhatikan dan membatasi jenis pemanfaatan lahan untuk pertanian adalah tekstur, kemasaman dan drainase. Data curah hujan wilayah penelitian yang digunakan mencakup masa 10 tahun. Dengan menumpang tepatkan (overlay) peta kemiringan lereng, peta jenis tanah, dan peta elevasi dengan peta tataguna lahan diperoleh peta agroekologi skala 1 : 50 000. Dengan skala 1 : 50 000 maka satuan terkecil yang tergambarkan pada peta adalah 25 ha. Peta administrasi dengan skala 1 : 50 000 diperoleh dari Pemda Kabupaten Gowa. Peta administrasi diperlukan terutama untuk mendeliniasi batas-batas pemerintahan daerah (juridiction boundary) serta untuk memadukan informasi biofisik dengan informasi mengenai sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan.
Gambar G am 3. Peta lokasi penelitian di hulu DAS Jeneberang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
49
50
Dengan membandingkan pola penggunaan lahan sekarang dengan pola penggunaan lahan menurut anjuran dengan pendekatan agroekologi dapat disusun bentuk-bentuk intervensi dan dirancang evaluasi kemampuan dan kesesuaian lahan, analisis keberlanjutan dari masing-masing zona agroekologi, serta pemodelan pengembangan tanaman hortikultura di daerah hulu DAS Jeneberang
untuk
dapat
mendukung
pertanian
maju,
tangguh
dan
berkelanjutan. 44.3.2. Evaluasi Kemampuan Lahan Pengamatan dan pengambilan data sifat-sifat tanah dan lahan untuk kkeperluan evaluasi kemampuan lahan dilakukan pada setiap zona agroekologi. Sifat-sifat tanah dan lahan yang digunakan dalam evaluasi kemampuan lahan S meliputi sifat-sifat fisik dan morfologi tanah dan lahan yang dapat langsung m ddiamati di lapang. Kelas kemampuan lahan di dasarkan pada potensinya untuk ppertanian umum tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka panjang dan Widiatmaka, 2007) . Adapun sifat-sifat fisik dan morfologi ((Hardjowigeno H yyang diamati untuk tingkat kelas adalah kemiringan lereng, kepekaan terjadinya erosi, kedalam solum, struktur tanah, keadaan tergenang, drainase, adanya batuan er ddi permukaan, dan salinitas atau kandungan natrium. Klasifikasi kemampuan lahan yang akan digunakan yaitu kelas dan subkelas. Pengelompokan di dalam la kkelas didasarkan atas intensitas faktor penghambat. Lahan dikelompokkan dalam ddelapan kelas yaitu kelas I sampai VIII. Untuk pembagian sub kelas, maka yang ddiamati adalah bahaya erosi (e), genangan air (w), penghambat terhadap perakaran tanaman (s), dan iklim (c). tta 44.3.3. Penentuan Komoditas Unggulan dan Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Hortikultura Penentuan komoditas unggulan menggunakan data sekunder. Data meliputi jenis komoditas hortikultura, produktivitas, luas tanam dan luas ssekunder e ppanen di tingkat kabupaten dan tingkat kecamatan. Pengamatan dan pengambilan ddata sifat-sifat tanah dan lahan untuk keperluan evaluasi kesesuaian lahan ddilakukan pada peta satuan lahan (unit lahan) yang dihasilkan dari overlay peta ddasar pada masing-masing zona agroekologi. Pengambilan contoh tanah
51
m menggunakan Stratified Random Sampling untuk masing-masing unit lahan. Ju Jumlah contoh tanah untuk keperluan analisis sifat kimia dan fisik tanah sangat te tergantung pada banyaknya satuan lahan. Contoh tanah untuk analisis sifat fisik m menggunakan ring sampel. Untuk analisis sifat kimia, setiap satuan unit lahan ddipilih secara acak sebanyak lima contoh tanah, kemudian dikompositkan. P Pengambilan contoh tanah untuk analisis kimia tanah menggunakan bor tanah lapisan olah (0 – 30 cm) dari permukaan tanah. Contoh tanah tersebut ssedalam e kkemudian dianalisis di Laboratorium. Analisis sifat kimia tanah meliputi kapasitas kation, pH, N-total, P-tersedia, K dapat ditukar, C-organik, salinitas dan ttukar u kkejenuhan basa. Analisis sifat fisik tanah meliputi tekstur dan permeabilitas tanah. Pengamatan untuk sifat fisik-kimia tanah di lapang dilakukan dengan mengukur beberapa variabel meliputi drainase, kedalaman efektif, kemiringan m panjang lereng, jenis komoditas, dan tutupan vegetasi. Pengukuran llereng, e kkedalaman efektif, kedalaman solum, menggunakan metode minipit, yaitu dengan ccara menggali tanah berukuran : panjang, lebar dan kedalaman masing-masing 60 cm cm, kemudian diukur setiap lapisan/kedalamannya menggunakan meteran. Pengukuran panjang lereng dan kemiringan lereng menggunakan alat abney level. P Satuan panjang lereng adalah meter dan kemiringan lereng adalah persen (%). S Data iklim yang diperlukan untuk analisis kesesuaian lahan adalah curah hujan D sepuluh tahun terakhir. se Analisis komoditas unggulan menggunakan metode penilaian location qquotient (LQ) berbasis luas tanam. Evaluasi kesesuaian penggunaan lahan ddilakukan dengan menggunakan sistem evaluasi yang diadopsi dari FAO dengan kkriteria kelas kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh kkomoditas tanaman berbasis lahan. Komoditas yang terpilih untuk ditentukan kkelas kesesuaian lahannya adalah komoditas unggulan. Kriteria yang digunakan ddisajikan pada Tabel Lampiran 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, dan 12. 44.3.4. Prediksi Erosi Lokasi pengambilan sampel didasarkan pada peta satuan lahan (unit lahan) yyang dihasilkan dari overlay peta dasar pada masing-masing zona agroekologi. Pengambilan contoh tanah menggunakan Stratified Random Sampling untuk P
52
m masing-masing unit lahan. Jumlah contoh tanah untuk keperluan analisis sifat fi fisik tanah disesuaikan dengan banyaknya satuan lahan. Contoh tanah untuk an analisis sifat fisik menggunakan ring sampel. Data biofisik lahan yang diamati meliputi data iklim dan sifat-sifat tanah. D Data iklim adalah data curah hujan sepuluh tahun terakhir. Data sifat-sifat tanah m meliputi struktur tanah, tekstur, kandungan bahan organik, permeabilitas, panjang ddan kemiringan lereng, penggunaan lahan, jenis-jenis vegetasi penutup tanah dan tindakan konservasi. tti Pendugaan besarnya erosi yang terjadi di lahan pertanian biasanya menggunakan pendekatan persamaan prediksi kehilangan tanah. Prediksi erosi m secara komprehensif dengan pendekatan yang dikemukakan dalam The Universal sse SSoil Loss Equation (USLE). 44.3.5. Keberlanjutan Usahatani Hortikultura Berbasis Agroekologi Pada Lahan Berlereng di Hulu DAS Jeneberang Jenis data yang digunakan dalam analisis keberlanjutan pertanian hhortikultura pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang adalah data primer bberupa atribut-atribut
yang terkait dengan
lima dimensi
keberlanjutan
ppembangunan pertanian yaitu dimensi ekologi, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan teknologi. Data primer bersumber dari responden dan pakar yang dipilih, serta te hhasil pengamatan di lokasi penelitian. Metode pengumpulan data dalam analisis keberlanjutan pertanian hhortikultura pada lahan berlereng di hulu DAS Jeneberang dilakukan melalui wawancara, diskusi, kuisioner, dan survey lapangan. Responden yang berasal dari w wilayah penelitian terdiri dari beberapa pakar dan stakeholder yang berkaitan w ddengan pengembangan tanaman hortikultura. Penilaian keberlanjutan pertanian hortikultura berbasis agroekologi secara ccepat (rapid appraisal) menggunakan metode multi atribut non-parametrik (multi ddimentional scaling = MDS). Metode ini merupakan modifikasi dari RAPFISH ((The T Rapid Appraisal of the Status of Fisheries).
53
44.3.6. Model Pengembangan Tanaman Hortikultura Berbasis Agroekologi Pada Lahan Berlereng di Hulu DAS Jeneberang Jenis data yang diperlukan dalam menyusun model pengembangan ta tanaman hortikultura berbasis agroekologi pada lahan berlereng berupa data pprimer dan data sekunder yang diperoleh dari responden, pakar dan instansi yang tterkait e dengan topik penelitian. Data primer dan sekunder yang diperlukan yaitu vvariabel-variabel penting yang berpengaruh dalam pengembangan tanaman hhortikultura pada lahan berlereng. Pemilihan responden untuk diwawancarai dilakukan dengan menggunakan metode Stratified Random Sampling. Responden (stakeholders) dikelompokkan m bberdasarkan mata pencaharian dan kontribusinya terhadap kegiatan pertanian hhortikultura. Pembagian kelompok stakeholders meliputi petani, pedagang hasil ppertanian, pedagang saprodi, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian, dan aparat ddesa dan kecamatan, masyarakat konsumen, lembaga swadaya masyarakat dan penyedia modal. Jumlah responden ditetapkan secara proporsional llembaga e tte terhadap jumlah populasi dalam kelompok. Data sosial dan ekonomi yang dikumpulkan meliputi umur, pendidikan, ppemilikan lahan, jumlah keluarga, jumlah usia produktif, curahan tenaga kerja, uupah tenaga kerja, penggunaan sarana produksi, peralatan pertanian, biaya hidup, pproduktivitas, harga sarana produksi, harga hasil komoditas, pendapatan uusahatani, buruh tani, pendapatan non-usahatani, jumlah penduduk, luas lahan uusahatani, mata pencaharian, fasilitas penunjang usahatani, fasilitas umum, mobilitas penduduk, ketersediaan teknologi, sumber penyedia teknologi, cara m memperoleh teknologi, pelayanan penyuluhan, pelayanan swadaya dalam m ppenyuluhan teknologi ramah lingkungan. Sedangkan data kelembagaan meliputi ssumber penyediaan sarana produksi, jenis sarana produksi yang dibutuhkan, su jumlah sarana produksi yang dibutuhkan, sumber penyedia modal usahatani, jju u bbesarnya modal yang dibutuhkan, pemasaran hasil, sistem penjualan, penanganan hhasil usahatani. Penelitian ini merupakan penelitian yang berorientasi tujuan (goal ooriented), sehingga menggunakan pendekatan sistem yaitu menggunakan ppemodelan. Pendekatan sistem digunakan untuk menganalisis suatu kumpulan
54
su subsistem dari pertanian tanaman hortikultura dan setiap subsistem terdiri dari bbeberapa komponen yang saling berinteraksi dan berhubungan untuk membangun se sebuah sistem pertanian tanaman hortikultura berbasis agroekologi. Beberapa ta tahapan yang dilakukan dalam analisis sistem adalah analisis kebutuhan, iid identifikasi d sistem, formulasi masalah, dan pemodelan pengembangan tanaman hhortikultura berbasis agroekologi. Tahap analisis kebutuhan yaitu menentukan komponen-komponen yang bberpengaruh dan berperan dalam sistem pertanian tanaman hortikultura berbasis aagroekologi. Kebutuhan setiap komponen atau pelaku berbeda sesuai dengan dan tingkat kepentingan masing-masing, saling berinteraksi satu sama lain ttujuan u ddan berpengaruh terhadap sistem pertanian tersebut. Formulasi masalah disusun berdasarkan sumberdaya dan kepentingan Pertama adalah adanya keterbatasan sumberdaya yang dimiliki. sstakeholder. t K Kedua adalah adanya perbedaan kepentingan diantara stakeholders untuk m mencapai tujuan dari sistem tersebut. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan ddari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus ddiselesaikan
untuk
mencukupi
kebutuhan
tersebut.
Hubungan
tersebut
ddigambarkan dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat (causal loop). Selanjutnya diagram lingkar sebab akibat tersebut diinterpretasi ke dalam diagram S input-output. in Berdasarkan analisis kebutuhan, formulasi masalah, dan identifikasi sistem maka rancangan model pengembangan tanaman hortikultura berbasis agroekologi m ddibangun melalui 3 submodel, yaitu : aa. Submodel produksi tanaman hortikultura; komponennya
adalah jenis
komoditas unggulan, pola tanam, sistem penanaman, pemupukan, pestisida dan amelioran. bb. Submodel pengendalian erosi; komponennya adalah iklim, jenis tanah, panjang dan kemiringan lereng, faktor tanaman, pengelolaan lahan, dan tindakan konservasi. cc. Submodel kelembagaan dan penyuluhan; komponennya adalah kelembagaan petani, jumlah penyuluhan, dan intensitas penyuluhan.
55
Perumusan rancangan alternatif atau skenario model pengembangan ta tanaman hortikultuta berbasis agroekologi yang dibangun dari tiga submodel te tersebut akan dilakukan dengan menggunakan analisis program Stella 9.0.2.