IV. Konsep Perancangan Dalam proses perancangan desain furniture dengan tujuan untuk pemberian nilai baru dengan menggunakan material dasar yaitu kayu jati Belanda. Konsep pembuatan bentuk funriture dengan pendekatan estetis merupakan gagasan utama dari perancangan ini. Untuk mendapatkan nilai estetis pada produk ini, perancangan melakukan studi banding dengan meriset tinggi badan rata-rata orang Indonesia dan mengukur lebar posisi duduk rarat-rata orang Indonesia, dengan begitu perancang mendapatka nilai estetis yang dapat dituangkan kedalam karya desain kursi lipat multifungsi. Eksplorasi
bentuk merupakan
sebuah jalan keluar perwujudannya
namun hal itu tidak terlepas pada fungsi dari kursi, untuk mendapatkan sebuah kursi yang memiliki nilai estetis maka tidak terlepas dari aturan-aturan yang menetukan keindahan dari proporsi keseimbangan , penekanan dan kesatuan. Konseptial dalam perancangan kursi lipat multifungsi ini terlahir ketika perancang melakukan studi riset kebeberapa kamar kostan yang biasa ditempati oleh para mahasiswa dan mahasiswi, perancang melihat beberapa kamar kos yang rata-rata diameter tidak terlalu besar sehingga tidak memungkinkan mereka untuk merelakan meja belajar masuk kedalam kamar kostanya, karena ruang kostnya yang kecil makan perancang mendapatkan ide untuk membuat sebuah meja deprok yang bisa dilipat menjadi sebuah kursi, pada umumnya meja deprok hanya berbahan material kayukayu tipis sehingga mudah hancur ketika menompa beban yang berat. Kursi merupakan sebuah perabotan yang bisa dipakai atau digunakan sebagai tempat duduk, selain itu kursi tersebut juga dapat difungsikan menjadi meja deprok yang merupaka kebutuhan yang diperlukan masyarakat untuk melakukan aktifitas seperti belajar, dan melakukan tugas-tugas lainnya A. Ide atau Gagasan Perancangan 1.
Ide Desain Karya perancangan ini terbentuk ketika terpikirkan bahwa banyak anak-anak kost yang mebutuhkan meja belajar, akan tetapi meja belajar yang dibutuhkan ukuranya cukup besar, sehingga tidak memungkinkan meja belajar tersebut masuk kedalam ruangan kosan.
31
Gambar 4.1. Sketsa ide perancangan Sumber: Murdiono saputro, 2015
Dari semua referensi yang penulis dapatkan, penulis mampu membuat suatu desain yang inovatif yang mengenai kursi lipat multi fungsi yang dapat dirubah menjadi sebuah meja deprok. Hal tersebut memacu untuk membuat suatu desain kursi lipat multifungsi, yang dapat difungsikan menjadi meja deprok untuk belajar, material utama dari kursi lipat multifungsi ini menggunakan kayu jati Belanda
32
yang merupakan salah satu jenis daur ulang limbah kayu peti kemas. Limbah kayu peti kemas biasanya hanya dibuang dan habis dalam tungku perapian atau tak lagi dianggap sebagai suatu yang berharga, namun permasalahan muncul dari karakteristik material kayu jati Belanda itu sendiri. Kepadatan kayu yang mudah getas menjadi suatu batasan dalam membentuk sebuah proses desain baru. Maka dari itu pengguna material pendukung mutlak dibutuhkan untuk menutupi kekurangan yang terdapat pada kayu jati Belanda. Dengan menjalani tahap desain sebuah produk furniture maka kayu jati Belanda dapat memiliki nilai tambah karna kayu jati belanda merupakan kayu yang ringan dan mudah untuk dibentuk menjadi berbagai produk furniture apapun. Nilai yang diharapkan dari proses desain kursi lipat multifungsi ini adalah sebuah nilai baru dimana anak kost dapat menggunakan kursi ini sebagai produk yang membantu mereka dalam berbagai hal. Perancangan ini juga terinspirasi banyaknya industri furniture yang menggunakan bahan kayu jati Belanda, namun dengan pendekatan secara estestis dan konseptual menjadi pembeda dalam penyajiannya. 2.
Inovasi Desain Terdapat beberapa hal menarik dari ide yang dapat diwujudkan: a.
Mengaplikasikan desan furniture kursi lipat yang dapat digungsikan
menjadi
meja
belajar
deprok,
yang
menggunakan bahan baku kayu jati Belanda. b.
Eksplorasi bentuk maka tidaknya ada batasan bentuk untuk membuat sebuah furniture kursi lipat multifungsi.
c.
Perancangan produk furniture kursi lipat multifungsi dengan memberikan nilai estetis dan konseptual pada furniture.
d.
Produk yang dihasilkan dengan kuantitas sedikit, maka furniture ini memiliki sisi minimalis dan elegan.
33
B. Sasaran Desain Target sasaran untuk pembuatan ini adalah anak kuliahan atau anak kostan dalam range usia
21-45 tahun yang memiliki taste dalam produk furniture. Dan
pengaplikasian kursi lipat multifungsi pada ruangan kostan yang bersifat semi formal. C. Pendekatan Estetis Pengayaan dalam perancangan furniture kursi lipat multifungsi ini adalah gaya minimalis, istilah minimalis berakar pada arsitektur modern yang lahir pada awal abad 20. Lahirnya arsitektur modern ini timbul dan berkembang dipengaruhi beberapa faktor. Masa revolusi industri menghasilkan material-material baru dan teknik konstruksi yang lebih maju dalam industri rancang bangun. Saat itu mulai dikenal teknologi cor beton, konstruksi baja, kaca dsb. Hal ini memungkinkan proses konstruksi bangunan menjadi lebih cepat dan efisien. Pada masa itu pula muncul ahiahli rancang bangunan atau arsitek yang mengembanngkan konsep pemikiran baru dalam desain. Lahirlah paham “form follow function” atau bentuk mengikuti fungsi. Lima gaya desain yang menjadi tonggak sejarah desain furniture modern adalah Art Nouveau, Deutcher Werkbund, De Stijl, Bauhhaus Dan Art Deco. Gaya-gaya tersebut telah berkembang dan menyebar keseluruh dunia. Intinya gaya desain furniture modern ini memiliki konsep kesederhanaan bentuk yang harus mengikuti fungsi (sederhana, praktis, fungsional dan rasional). D. Muatan Lokal dalam Perancangan Karya Desain Karya desain kursi lipat multifungsi yang dibuat memiliki muatan pengetahuan tentang pelestarian kayu jati Belanda yang terbuat dari limbah kayu paeti kemas yang dimana para pengguna dapat lebih menghargai produk lokal dengan cara menggunakan dan membeli produk furniture yang menggunakan material kayu jati Belanda.
34
1.
Sketsa
Gambar 4.2. sketsa kursi lipat multifungsi tampak samping Sumber: Murdiono saputro, 2015
Gambar 4.3. sketsa kursi lipat multifungsi tampak depan Sumber: Murdiono saputro, 2015
35
Gambar 4.4. sketsa kursi lipat yang telah di multifungsikan menjadi meja deprok Sumber: Murdiono saputro, 2015
Gambar 4.5. sletsa keseluruhan pembuatan kursi lipat multifungsi Sumber: Murdiono saputro, 2015
36
2.
Warna
Penulis memilih warna hitam pada kursi, karena warna hitam memiliki unsur minimalis jika diaplikasikan ke produk furniture, dan warna hitam ini termasuk warna yang jarang digunakan pada furniture-furniture pada umumnya. Alasan lain penulis menggunakan warna hitam karena warna hitam tidak mudah kotor dan pada umumnya meja belajar selalu saja menjadi suatu media coret-coret, dengan warna hitam ini maka coret-coretan tersebut tidak akan terlihat. 3.
Ergonomi Desain kursi lipat multifungsi ini, merupakan salah satu produk lokal
Indonesia yang juga akan dipasarkan di Negara Indonesia, karena tinggi dan lebar dari kursi lipat multifungsi ini memiliki standar tinggi badan orang Indonesia dan lebar bokong atau alas kursi untuk duduk dengan ukuran rata-rata 40cm sampai 45cm, dengan tinggi 71cm..
Gambar 4.6. Postur tubuh ketika duduk Sumber: Murdiono saputro, 2015
37