INTISARI Efektifitas Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Perubahan Perilaku Klien Isolasi Sosial di Ruang Abimanyu, Ruang Maespati, dan Ruang Pringgodani Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Ni Wayan Margitri, Lilis Murtutik Latar Belakang. Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi sosialisasi sejumlah klien dengan perilaku Isolasi Sosial secara kelompok.. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran perilaku klien isolasi sosial sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi, gambaran perilaku klien isolasi sosial sesudah dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi, serta pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap perubahan perilaku klien isolasi sosial. Klien dengan Isolasi Sosial adalah peilaku klien yang menunjukkan gangguan dalam berhubungan baik terhadap dirinya, orang lain, maupun lingkungannya. Metode Penelitian. Jenis penelitian ini Quasi Eksperimen dengan rancangan one group pretest-postest, dengan metode pendekatan observasi time series. Pengambilan sampel menggunakan tehnik Purposive sampling. Dilakukan pada sampel berjumlah 18 klien menarik diri yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Tehnik pengumpulan data menggunakan lembar observasi, lembar observasi tersebut dinyatakan valid dan reliabel bisa digunakan setelah dilakukan uji validitas dan reliabililitas. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan bantuan komputer dan dihitung dengan menggunakan SPSS 15. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan perubahan perilaku klien Isolasi Sosial, dari skor rata-rata perilaku isolasi sosial klien sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok sosialisasi sebesar 16,61 menjadi skor rata-rata 1,17 setelah dilakuan pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Hasil analisis dengan menggunakan uji paired t-test diketahui ada pengaruh yang cukup signifikan pada pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap perubahan perilaku isolasi sosial klien dimana hasil t hitung lebih besar dari t tabel yaitu 21,07 > 2,898. Simpulan.Pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi efektif terhadap perubahan perilaku klien isolasi sosial
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010
1
Pendahuluan
pendekatan terhadap kelompok menjadi
Penderita yang
dirawat
di
gangguan
rumah
sakit
jiwa
lebih
bermanfaat
jiwa
masalah
klinik
dalam
maupun
menangani pribadi.
Ada
diharapkan pada akhirnya akan dapat
berbagai pendekatan kelompok, misalnya
kembali
bimbingan kelompok, konseling kelompok,
ke
tengah
keluarga
dan
masyarakat untuk dapat berperan seperti
kelompok
semula. Untuk itu telah dilakukan berbagai
pendukung, dan juga terapi kelompok.
usaha atau upaya untuk mengurangi
pelatihan,
Terapi
kelompok
Aktifitas
Kelompok
kronisitas atau kekambuhan gangguan
Sosialisasi sangat penting dilakukan untuk
jiwa,
yang
membantu dan memfasilitasi klien menarik
yang
diri
mengurangi
ditimbulkannya
serta
akibat stigma
agar
perilaku
dirinya
berkembang di tengah masyarakat, baik
berkurang
yang bersifat promotif, preventif, kuratif
bersosialisasi secara bertahap melalui
dan rehabilitatif (Saseno, 2002). Usaha-
tujuh
usaha tersebut dalam kesehatan jiwa
sosialisasi klien.. Metode yang digunakan
termasuk dalam Tri Upaya Bina Jiwa yang
dengan dinamika kelompok, diskusi atau
meliputi
jiwa,
tanya jawab serta bermain peran atau
peningkatan kesehatan jiwa, perawatan
stimulasi. Langkah langkah kegiatan yang
dan pengobatan serta rehabilitasi pasien
dilakukan yaitu persiapan, orientasi, tahap
gangguan jiwa (Saseno, 2002). Akhir-
kerja dan tahap terminasi. Setelah itu
akhir
pasien yang ikut terapi aktifitas kelompok
ini
dengan
pencegahan
dalam
gangguan
penanganan
gangguan
jiwa
pasien ada
sesi
sosialisasi
dan
menarik
yang
mampu
melatih
dievaluasi
untuk
kemampuan
terhadap
kecenderungan untuk mengkonsepsikan
kemampuan verbal dan kemampuan non
sebagai masalah yang bersifat hubungan
verbal ( Kelliat dan Akemat, 2005 ).
antar pribadi dan sosial . Oleh karena itu Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010
2
Rumah
sakit
Jiwa
Surakarta merupakan sebuah Rumah
pada klien menarik diri dengan terapi sosialisasi.
Sakit Jiwa tipe A. Sebagai Rumah Sakit
Terapi Aktifitas kelompok yang
Jiwa tipe A, telah mulai menerapkan
sudah mulai berjalan dan paling sering
Terapi Aktifitas Kelompok yaitu dengan
dilakukan
dibentuknya Ruang MPKP, dimana salah
Kelompok Sosialisasi di ruang Ayodya.
satu programnya adalah menerapkan
Hal ini karena ruang Ayodya adalah
Terapi
Selain
ruang
Terapi
Profesional dan
klien yang dirawat di
Aktifitas Kelompok juga sudah mulai
ruang Ayodya
Rumah Sakit Jiwa
dirintis di ruang perawatan
yang lain
Daerah Surakarta paling banyak dengan
dengan memanfaatkan SDM, biaya dan
masalah perilaku isolasi sosial menarik
Fasilitas yang ada.
diri. Hasil pelaksanaan Terapi Aktivitas
Aktifitas
diterapkan
di
Kelompok.
ruang
MPKP,
Kegiatan Terapi Aktifitas
adalah
Model
kelompok
Terapi
Praktek
sosialisasi
Aktifitas
Keperawatan
selama
ini
Kelompok yang dilaksanakan di ruang
didapatkan perubahan perilaku klien
MPKP maupun diruang perawatan yang
isolasi sosial antara lain klien dapat
lain
Daerah
berinteraksi dengan orang lain secara
Surakarta diikuti oleh pasien yang dirawat
bertahap, dan juga perubahan pada
di
masing
perilaku klien isolasi sosial antara lain
sesuai dengan permasalahan yang ada
klien mulai terlihat aktif dengan kegiatan
pada
klien. Klien dengan halusinasi
ruangan, perubahan pada afek motivasi
dikelompokkan dengan klien halusinasi
dan kemapuan merawat diri meningkat
yang lain,menggunakan terapi stimulasi
serta perubahan perilaku yang lainnya.
persepsi sensori, kelompok klien waham
Dari data yang di kumpulkan oleh
menggunakan terapi orientasi realita dan
peneliti
di
ruang
Rumah
Sakit
perawatan
Jiwa
masing
selama
enam
bulan
pada
periode April –September 2008 maka diperoleh prosentase rata-rata jumlah klien isolasi sosial
adalah 40% dari
keseluruhan jumlah pasien
berjumlah
Terapi Aktivitas Kelompok Terapi Aktivitas kelompok adalah merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
kurang lebih 700 pasien yang dirawat di
sekelompok klien yang mempunyai
ruang rawat inap. ( Data Rekam Medis
masalah yang sama ( Kelliat BA dan
RSJD Surakarta 2008 ).
Akemat, 2004)
Berdasarkan
data
yang
berhasil dikumpulkan oleh peneliti pada evaluasi dari dokumentasi pasien Isolasi sosial
yang
telah
diberikan
terapi
Macam-macam terapi aktifitas kelompok Rawlins, Williams dan Beck cit Kelliat BA dan Akemat (2004) membagi
aktifitas kelompok pada bulan maret –
Terapi Aktifitas Kelompok menjadi 4
april 2008 di ruang Ayodya sebanyak 30
(empat) yaitu:
pasien sekilas didapatkan data rata-rata
a. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi
70%
persepsi
klien
menunjukkan
kearah perbaikan kurang
perubahan
sedangkan 30%
menunjukkan
perubahan
Klien dilatih mempersiapkan stimulasi yang disediakan atau stimulus
karakteristik isolasi sosial klien. Dengan
yang pernah dialami. Kemampuan
latarbelakang tersebut, peneliti tertarik
persepsi klien dievaluasi dan ditingkatka
untuk meneliti Efektifitas Terapi Aktifitas
pada tiap sesi. Dengan proses ini
Kelompok
diharapkan respon klien pada berbagai
Sosialisasi
terhadap
perubahan perilaku klien Isolasi sosial
stimulus dalam kehidupan menjadi
dalam berhubungan dengan orang lain
adaptif. Aktifitas dapat berupa; baca
di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
artikel/buku/majalah, menonton acara TV.
Landasan Teori
b. Terapi Aktifitas Kelompok Stimulasi sensori
Klien dibantu untuk melaksanakan hubungan sosialisasi dengan individu
Aktifitas digunakan untuk
yang ada disekitar klien. Aktifitas dapat
memberikan stimulasi sensori pada klien.
berupa latihan dalam kelompok semua
Kemudian diobservasi reaksi sensori
kegiatan sosialisasi.
klien berupa ekspresi emosi atau
2. Komponen Kelompok
perasaan melaui gerakan tubuh, ekspresi muka, ucapan. Aktifitas dapat berupa;
aspek sebagai berikut (Stuart & Laraia, 2001) :
musik, menari, menyanyi. c. Terapi Aktifitas Kelompok
a. Struktur Kelompok Struktur kelompok menjelaskan
Orientasi Realita
batasan, komunikasi, proses
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekitar
mempunyai hubungan dengan klien dan waktu saat ini dan yang lalu. Aktifitas dapat berupa orientasi waktu, orang tempat, benda yang ada disekitar. Aktifitas
sosialisasi
pengambilan keputusan dan hubungan otoritas dalam kelompok. Struktur kelompok menjaga stabilitas dan
klien, lingkungan yang pernah
d. Terapi
Komponen kelompok ada 8
Kelompok
membantu mengatur pola perilaku dan interaksi.Misalnya: ada pemimpin dan ada anggota, arah komunikasi dipandu oleh pemimpin, keputusan diambil secara bersama. b. Besar Kelompok Jumlah kelompok yang nyaman pada kelompok kecil adalah 7-10 orang (Stuart & Laraia, 2001), menurut Lancester dalam Kelliat BA dan Akemat, 2004 adalah 10-12 orang, sedangkan
menurut Rawlims, williams dan Beck
menggunakan umpan balik untuk
dalam Kelliat BA dan Akemat, 2004
memberi kesadaran pada anggota
adalah 5-10 orang. Jika terlalu besar
kelompok akan dinamika yang terjadi.
maka tidak semua anggota mendapat
e. Peran Kelompok
kesamaan mengungkap perasaan,
Pemimpin perlu mengobservasi
pendapat dan pengalamannya. Jika
peran yang terjadi dalam kelompok. Ada
terlalu kecil maka tidak cukup variasi dan
3 peran dan fungsi kelompok yang
interaksi yang terjadi.
ditampilkan anggota kelompok dalam
c. Lamanya Sessi
kerja kelompok yaitu : Maintenance roles,
Waktu optimal untuk satu sessi
task roles, dan individual roles. ( Stuart
adalah 20-40 menit bagi fungsi kelompok
GW dan Laraia, 2001 ) Maintenance
yang rendah dan 60-120 menit bagi
roles yaitu peran serta aktif dalam proses
fungsi kelompok yang tinggi (Stuart &
kelompok dan fungsi kelompok. Task
Laraia, 2001). Biasanya dimulai dengan
roles yaitu fokus pada penyelesaian
pemanasan berupa orientasi, kemudian
tugas. Individual roles adalah self
tahap kerja dan finishing berupa
centered dan distraksi pada kelompok.
terminasi. Banyaknya sessi tergantung
f. Kekuatan (power)
pada tujuan kelompok, dapat satu kali/
Kekuatan adalah kemampuan
dua kali per minggu, atau dapat
anggota kelompok dalam mempengaruhi
direncanakan sesuai kebutuhan.
kelompok. Untuk menetapkan anggota
d. Komunikasi Salah satu tugas pemimpin
kelompok yang bervariasi diperlukan kajian terhadap siapa yang paling banyak
kelompok yang terpenting adalah
menerima perhatian, siapa yang paling
mengobservasi dan menganalisa pola
banyak mendengarkan, dan siapa yang
komunikasi dalam kelompok. Pemimpin
membuat keputusan untuk kelompok.
g. Norma
Pemimpin yang akan mengembangkan
Norma adalah standar perilaku.
kelompok akan melalui empat
Pengharapan akan perilaku kelompok
(Stuart dan Laraia, 2001) yaitu:
pada masa yang akan datang
Fase pra kelompok, Fase Awal Kelompok
berdasarkan pengalaman masa lalu dan
Fase Kerja Kelompok, Fase Terminasi
saat ini. Pemahaman akan norma
Perilaku Manusia
kelompok untuk mengetahui
fase
Perilaku merupakan seperangkat
pengaruhnya terhadap komunikasi dan
perbuatan/tindakan seseorang dalam
interaksi dalam kelompok. Kesesuaian
melakukan respon terhadap sesuatu
perilaku anggota kelompok dengan
dan kemudian dijadikan kebiasaan
norma kelompok penting diterima
karena adanya nilai yang diyakini.
sebagai anggota kelompok.
Perilaku manusia pada dasarnya terdiri
h. Kohesivenes
dari komponen pengetahuan (kognitif),
Kohesivenes adalah kekuatan
sikap (afektif), dan keterampilan
anggota kelompok bekerja bersama
(psikomotor) atau tindakan (Widayatun
mencapai tujuan. Hal ini mempengaruhi
TS,1999). Dalam konteks ini maka
anggota kelompok untuk tetap betah
setiap perbuatan seseorang dalam
dalam kelompok. Pemimpin kelompok
merespon sesuatu pastilah
(terapis) perlu melakukan upaya agar
terkonseptualisasikan dari ketiga ranah
kohesivenes kelompok dapat terwujud.
ini. Perbuatan seseorang atau respon
Kelompok sama dengan individu,
seseorang terhadap rangsang yang
mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan
datang, didasari oleh seberapa jauh
kembang.
pengetahuannya terhadap rangsang tersebut, bagaimana perasaan dan penerimaannya berupa sikap terhadap
obyek rangsang tersebut, dan seberapa
pasif tetapi mengolah stimulus menjadi
besar keterampilannya dalam
perilaku yang baru, (4) pandangan
melaksanakan atau melakukan
psiko¬analisis, menurut pandangan ini
perbuatan yang diharapkan.
perilaku individu didorong oleh insting
Perilaku adalah segenap
bawaan dan sebagian besar perilaku itu
manifestasi hayati individu dalam
tidak disadari, (5) pandangan humanistik,
berinteraksi dengan lingkungan, mulai
perilaku individu bertujuan yang
dari perilaku yang paling nampak sampai
ditentukan oleh aspek internal individu
yang tidak tampak, dari yang dirasakan
(Yusuf Syamsu, 2002)
sampai yang paling tidak dirasakan.
Perilaku manusia berasal
Pandangan tentang perilaku, ada lima
dari dorongan yang ada dalam diri
pendekatan utama tentang perilaku yaitu:
manusia, sedang dorongan merupakan
(1) pendekatan neurobiologik,
usaha untuk memenuhi kebutuhan yang
pendekatan ini menitikberatkan pada
ada
hubungan antara perilaku dengan
kehidupan sehari-hari manusia selalu
kejadian yang berlangsung dalam tubuh
berperilaku
(otak dan saraf) karena perilaku diatur
banyak
oleh kegiatan otak dan sistem saraf, (2)
berperilaku.
pendekatan behavioristik, pendekatan ini
yang kongkrit daripada jiwa, karena lebih
menitikberatkan pada perilaku yang
kongkrit, perilaku dapat dikenal jiwa
nampak, perilaku dapat dibentuk dengan
seseorang. Karakteristik perilaku ada
pembiasan dan pengu¬kuhan melalui
yang terbuka dan ada yang tertutup.
pengkondisian stimulus, (3) pendekatan
Perilaku terbuka adalah perilaku yang
kognitif, menurut pendekatan ini individu
dapat diketahui oleh orang lain tanpa
tidak hanya menerima stimulus yang
menggunakan
dalam
diri
manusia.
dalam hal
yang
Perilaku
alat
segala
Dalam
aktivitas,
mengharuskan mempunyai
bantu.
arti
Perilaku
tertutup adalah perilaku yang hanya
tambahan,
dapat dimengerti dengan menggunakan
kebutuhan belum pernah nampak secara
alat
langsung
atau
berpikir,
metode sedih,
takut.Ada
tertentu
misalnya
berkhayal,
anggapan
bermimpi,
dasar
bahwa
hal
itu
dan
penggunaannya
disebabkan
istilah
oleh
kebutuhan
berbeda-beda
dalam
kehidupan sehari-hari.
manusia berperilaku karena dituntut oleh dorongan
dari
dalam
sedangkan
METODE PENELITIAN
dorongan merupakan suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan
yang
harus
terpuaskan. Jadi perilaku timbul karena dorongan
dalam
rangka
pemenuhan
Jenis Penelitian Jenis
penelitian
Experimental
ini
dengan
adalah
Quasi
menggunakan
kebutuhan. Terdapat berbagai macam
rancangan one group pretest postest,
kebutuhan diantaranya kebutuhan dasar
tehnik
dan kebutuhan tambahan. Kebutuhan
observasi time series tanpa kelompok
dasar
yang
kontrol
dengan
hidup
subyek
dalam
adalah
menentukan manusia
kebutuhan kelangsungan
pertimbangan penelitian
ini
secara
bahwa adalah
manusia sehingga tidak semua faktor di
perlindungan diri dan jenis. Sedangkan
luar penelitian yang dapat mempengaruhi
kebutuhan
hanyalah
jalannya penelitian dapat dikendalikan
tambahan.
dan karena terbatasnya jumlah sampel
Kebutuhan
yang
makan,
data
minum,
merupakan
seperti
pengambilan
lainnya
kebutuhan tambahan
sifatnya
mendukung atau menambah kebutuhan dasar manusia. Sementara itu kadang
sesuai kriteria inklusi yang tersedia. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang dimaksud dalam
manusia sulit menentukan perbedaan
penelitian ini adalah semua klien dengan
antara kebutuhan dasar dan kebutuhan
masalah keperawatan isolasi sosial yang
dirawat di Ruang Ayodya dan ruang
perilaku klien isolasi sosial dengan
Abimanyu Rumah Sakit Jiwa Daerah
mencari nilai mean pretest dan mean
Surakarta, berdasarkan data klien isolasi
postest yang kemudian dicari nilai
sosial yang dirawat diruang Ayodya di
signifikansi antara pretest dan postest.
minggu ke II bulan Nopember didapatkan
Dikatakan signifikan apabila ada
populasi sejumlah 14 klien dan ruang
perbedaan nilai mean yang bermakna
Abimanyu sejumlah 17 klien. Metode
setelah melalui uji statistik.
pengambilan sampel yang digunakan di
Hasil Penelitian
sini adalah dengan cara purposive
Berdasarkan analisis data yang
sampling yaitu pengambilan sampel yang
dilakukan dengan analisis statistik paired
dilakukan berdasarkan pertimbangan
sample t test, untuk mengetahui
tertentu.
efektifitas TAKS terhadap perubahan
Analisis Data
perilaku klien isolasi sosial dalam
1. Analisis Univariat
berhubungan dengan orang lain di ruang
Untuk mengetahui gambaran tentang
Ayodya dan Abimanyu RSJ Daerah
pelaksanaan Terapi Aktifitas Kelompok
Surakarta. Adapun hasil analisis statistik paired sample t test dapat dilihat pada
Sosialisasi, serta tanda dan gejala klien
tabel berikut :
isolasi sosial. 2. Analisis Bivariat Untuk mengetahui efektivitas pemberian Terapi Aktifitas Kelompok Sosisalisasi terhadap perubahan Tabel Paired Samples Statistics Mean N Pai r1
Nilai isos Pre TAKS Nilai isos Post
Std. Deviation
Std. Error Mean
16,61 18 1,852
,436
1,17
,336
18 1,425
TAKS Tabel menunjukkan bahwa rata-rata nilai isolasi sosial sebelum terapi aktivitas kelompok adalah 16,61 dan sesudah terapi aktivitas kelompok adalah 1,17. dari
hasil
tersebut
bisa
diketahui
penurunan nilai isolasi sosial sesudah terapi
aktivitas
kelompok
mengalami
penurunan sebesar 15,44
Pair 1
Nilai isos Pre TAKS & Nilai isos Post TAKS
N
Correlation
Sig.
18
-,799
,000
Tabel menunjukkan adanya pengaruh
Hasil penelitian ini mendukung
terapi aktivitas kelompok terhadap
teori yang dikemukakan oleh Kelliat dan
perubahan perilaku isolasi sosial.
Akemat (2004 ) dimana manfaat dari
Korelasi menunjukkan nilai sebesar 0,799
terapi aktivitas kelompok secara
dengan signifikansi 0,000. Dari nilai
terapeutik adalah menggunakan kegiatan
korelasi tersebut bisa diketahui bahwa
untuk memfasilitasi interaksi,
terapi akitivitas kelompok berpengaruh
meningkatkan sosialisasi dengan
terhadap penurunan isolasi sosial
lingkungan, meningkatkan stimulus ,
sebesar 79,9%
realitas dan respon individu, disamping itu masih menurut pendapat Kelliat dan Akemat, 2004 bahwa terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial yang bertujuan dapat meningkatkan hubungan interpersonal klien dan kelompok secara bertahap. Sesuai dengan pendapat tersebut, dengan terapi aktivitas kelompok sosialisasi tersebut klien belajar untuk memperhatikan lingkungan, belajar tidak menyendiri, mengurangi waktu untuk melamun, belajar aktif berbicara, tidak menutup diri, memperbanyak kontak mata, belajar aktif terlibat dengan
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010
12
kegiatan kelompok, mendorong untuk
penurunan sebesar 2,18., yang berarti
beraktivitas, belajar merespon secara
terapi aktivitas kelompok berpengaruh
spontan, belajar untuk tampil rapi,
terhadap penurunan kecemasasn dan
mengurangi kesempatan untuk murung,
ketrampilan sosial klien ditunjukkan
mengurangi waktu tidur, dan lain-lain.
dengan hasil t hitung sebesar 2,18 lebih
Hasil penelitian yang telah
besar dari t tabel sebesar 1,7 pada
diuraikan di atas, mendukung penelitian
tingkat signifikansi 5%.bermakna pada
yang telah dilakukan oleh Saefulloh
pemberian terapi aktivitas kelompok da.
(2003) yang berjudul “pengaruh
Penelitian tersebut menunjukkan
pemberian terapi aktivitas kelompok
pemberian terapi aktivitas kelompok
terhadap kecemasan dan keterampilan
berpengaruh terhadap penurunan
sosial pad klien gangguan jiwa fase
kecemasan dan peningkatan ketrampilan
pemeliharaan di Rumah Sakit Jiwa
sosial klien
Daerah Prop. DIY”, dengan jenis
Simpulan
penelitian eksperimen. Hasil penelitian Berdasarkan hasil penelitian, dapat tersebut menunjukkan hasil sebagai disimpulkan sebagai berikut: berikut; 1.Perilaku isolasi sosial klien sebelum Dari hasil menunjukkan hasil rata – rata
dilakukan terapi aktivitas kelompok
tingkat kecemasan dan ketrampilan
sosialisasi menunjukkan perilaku yang
sosial klien sebelum dilakukan terapi
cenderung tertutup, didukung dengan
aktivitas kelompok sebesar 11,29, dan
nilai rata-rata sebesar 16,61.
rata – rata sesudah dilakukan terapi
2.Perilaku klien isolasi sosial setelah
aktivitas kelompok sebesar 10,95, dari
dilakukan terapi aktivitas kelompok
hasil tersebut diketahui nilai kecemasan
sosialisasi menunjukkan perilaku yang
dan ketrampilan sosial mengalami
cenderung lebih terbuka dan mengalami
kemajuan, didukung dengan nilai rata-
Pelayanan Bidang Perawatan, RSJD Surakarta.
rata sebesar 1,17. 3.Ada pengaruh pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
________, 2006. Pelatihan Pembimbing Klinik Keperawatan Jiwa, tidak dipublikasikan, Program Pengembangan Mutu Pelayanan Keperawatan, RSJ Malang.
perubahan perilaku klien isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
Kelliat, B.A., Akemat, 2004, Keperawatan Jiwa; Terapi Aktivitas Kelompok, Edisi I, EGC: Jakarta.
dengan didukung terjadi penurunan nilai isolasi sosial sebesar 15,44 (t:21,07; p : 0,000). 4.Tujuan yang dicapai menunjukkan hasil penelitian bahwa TAKS efektif terhadap perubahan perilaku isolasi sosial. Efektifitas yang dicapai sebesar 79,9% (R square : 0,799).
DAFTAR PUSTAKA Arikunto. S., 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta. Danim, S., 2003, Riset Keperawatan, Sejarah & Metodologi, Edisi I, EGC, Jakarta Doenges, M.E., Moor House M.F dan Burley, J.T., 2000, Penerapan Proses Keperawatan dan Rencana Asuhan Keperawatan (Nursing Care Plants : Guidelines For Planning and Documenting Patient Care) Edisi 3, EGC, Jakarta. _________, 2006. Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa, tidak dipublikasikan, Program Pengembangan Mutu
Kelliat, B.A, 2006, Proses Keperawatan Jiwa, Edisi Revisi, EGC: Jakarta Lexy, Maleong, 2006, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Maramis, WF, 2004. Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Univerity Press, Surabaya Notosoedirjo, M., Latipun, 2002, Kesehatan Mental Konsep dan Penerapan, ed.3, Universitas Muhammadiyah Malang. Notoatmodjo, 2002, Metodelogi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta , Jakarta Purwanto, H. (1999) Pengantar Perilaku Manusia, EGC : Jakarta Saseno, 2002, Kumpulan Materi Kuliah Keperawatan Kesehatan Mental, tidak dipublikasikan, Akper Depkes Magelang. Setiaji, S., 2002, Upaya yang perlu dilakukan untuk menghilangkan Stigma Masyarakat terhadap Gangguan Jiwa, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta Stuart, GW dan Laraia,2001, Principles and Practice of Psychiatrigbbc Nursing, Mosby Year Book, Misouri.
Widayatun, T.S., 1999, Ilmu Perilaku, Sagung Seto, Jakarta Yusuf Syamsu, 2002, Pengantar Teori Kepribadian, Publikasi PPB FIP UPI, Bandung.
Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 1, No. 1, Februari 2010
16