1 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
2 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung dapat menyelesaikan penyusunan Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Bangka Belitung Semester II Tahun 2013 tepat waktu. Kajian Fiskal Regional ini merupakan output kajian yang bersifat analistik atas tindak lanjut fungsi representasi Kementerian Keuangan sebagai pengelola fiskal
di
daerah
sesuai
amanah
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Kajian Fiskal Regional ini disusun berdasarkan Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharan yang dikeluarkan
Sekretariat
Direktorat
Jenderal
Perbendaharan
Kementerian
Keuangan. Selanjutnya Tim yang telah dibentuk melakukan pengumpulan data dan informasi dari berbagai pihak baik dari dalam maupun luar lingkungan Kementerian Keuangan dan mengolahnya menjadi suatu kajian dengan berkomunikasi dengan Regional Economist yang telah ditunjuk. Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian KFR ini, khususnya kepada Regional Economist
wilayah
Provinsi
Sumatera
Selatan
dan
Bangka
Belitung,
Prof.Dr.Bernadette Robiani. Kami menyadari Kajian Fiskal Regional ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu saran dan masukan semua pihak sangat kami harapkan guna perbaikan dalam penyusunan kajian yang sama di periode berikutnya. Harapan kami kiranya Kajian Fiskal Regional ini dapat memberikan manfaat bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bagka Belitung termasuk pemda dan Unit Eselon I Kementerian Keuangan (BKF, DJA, DJPK), khususnya dalam mempertajam analisis dari suatu kebijakan. Pangkalpinang,28 Maret 2014 Plt. Kepala Kantor,
Sakop NIP 196811221990011001 3 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
4 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
DAFTAR ISI Halaman Judul Kata Pengantar…………………………………………………………………………. i Daftar isi…………………………………………………………………………………. ii Daftar Grafik…………………………………………………………………………….. iii Daftar Tabel………………………………………………………………………………v Ringkasan Eksekutif……………………………………………………………………. xi BAB I Perkembangan Indikator Ekonomi Regional………………………............... 1 A. Perkembangan Indikator Regional………………………………………… 1 1. Produk Domestik Regional Bruto…………………………………….. 1 2. Inflasi…………………………………………………………………….. 10 3. Gini Ratio
13
4. Indeks Pembangunan Manusia(HDI)
15
5. Laju Pertumbuhan Penduduk
18
6. Ketenagakerjaan
22
7. Kesejahteraan
25
B. Perkembangan Indikator Sektor Terpilih
27
BAB II Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Pusat……………………………… 43 A. APBN Tingkat Propinsi Kepulauan Bangka Belitung…………………
43
B. Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Propinsi Kepulauan Bangka 45 Belitung C. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Propinsi…………………………….. 50 D. Pengelolaan BLU ……...……………………………………………………56 BAB III Perkembangan Pelaksanaan Anggaran Daerah…………………………… 60 A. Profil APBD Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota
60
1. Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi
60
2. Berdasarkan Klasifikasi Fungsi
67
3. Berdasarkan Klasifikasi Urusan
71
B. Alokasi Dana Transfer…………………………………………………...
73
1. Dana Alokasi Umum (DAU)
73
2. Dana Alokasi Khusus (DAK)
74
3. Dana Bagi Hasil (DBH)
74
4. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian
75
5 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
C. Alokasi Dana Dekonsentrasi Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama
75
D. Pengelolaan BLU Daerah…………………………………………..
78
E. Manajemen Investasi Daerah
81
1. Penerusan Pinjaman
81
2. Kredit Program
83
BAB IV Analisis Fiskal Regional………………………………………………………. 86 A. Kebijakan Fiskal
86
1. Kebijakan Alokasi Anggaran
86
2. Dampak Kebijakan Fiskal kepada Indikator Ekonomi Regional
88
3. Analisis Kebijakan Fiskal Tematik
91
B. Analisis Fiskal
93
1. Analisis Pendapatan
93
2. Analisis Belanja
94
3. Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah
98
4. Analisis Anggaran Belanja Sektoral
100
5. Silpa dan Pembiayaan
106
BAB V Penutup…………………………………………………………………………. 109 A. Kesimpulan…………………………………………………………………...109 B. Rekomendasi………………………………………………………………. 109 Lampiran
6 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
DAFTAR GRAFIK Hal. Grafik 1.1
Distribusi Persentase PDRB Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan 6 Bangka Belitung Tahun 2013
Grafik 1.2
Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yang 7 Dihitung ADHK Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013
Grafik 1.3
Distribusi Persentase PDRB ADHB Provinsi Kepulauan Bangka 7 Belitung Tahun 2013
Grafik 1.4
Inflasi Kota Pangkalpinang dan Inflasi NasionalTahun 2013
13
Grafik.1.5
Gini Ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007 – 2013
14
Grafik 1.6
Estimasi Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2010 – 2013
19
Grafik 1.7
Estimasi Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Grafik 1.8
20
Struktur Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012
Grafik 1.9
21
Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013
25
Grafik 1.10 Garis Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2012 - 2013 Grafik 1.11 Perkembangan
Jumlah
Tamu
yang
Menginap
di
26
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
31
Grafik 1.12 Perkembangan TPK Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
32
Grafik 1.13 Perkembangan TPK Menurut Klasifikasi Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
33
Grafik 1.14 Perbandingan Laju PDRB terkait Pariwisata dengan Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2009-2013 Grafik 2.1
36
I- Account Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 - 2013
Grafik 2.2
44
Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Grafik 2.3
47
Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Anggaran Kementerian/Lembaga Semester II 2010-2013
Grafik 3.1
53
APBD Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi
Grafik 3.2
69
Persentase Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Tahun 2010-2013
70 7
INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 3.3
Porsi Alokasi Pagu Terbesar APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun 2010-2013
Grafik 3.4
72
Perkembangan Pagu Terbesar APBD Provinsi Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun 2010-2013
Grafik 3.5
73
Alokasi dana DK, TP dan UB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013
Grafik 4.1
76
Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan APBD Tahun 2011 – 2013
Grafik 4.2
86
Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013
Grafik 4.3
87
Alokasi Belanja APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2011-2013
91
8 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
DAFTAR TABEL Hal. Tabel 1.1
Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun 2012-2013
Tabel 1.2
PDRB Per kapita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun 2011-2013
Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 1.6 Tabel 1.7 Tabel 1.8 Tabel 1.9 Tabel 1.10
Tabel 1.11
Tabel 1.12 Tabel 1.13 Tabel 1.14 Tabel 1.15
Tabel 1.16 Tabel 1.17 Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3
1
Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten/Kota Menurut Harga Konstan Tahun 2010-2012 Wilayah Bangka Belitung Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2013 Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Penawaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2013 Inflasi Indonesia dan Kota Pangkalpinang Tahun 2013 (mtm) Indeks Pembangunan Manusia Se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun 2010 – 2012 Komponen IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan 2012 Komponen IPM Kabupaten/Kota Wilayah Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan 2012 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota Dan Kegiatan Terbanyak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 – 2013 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jumlah Obyek Wisata per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Perbandingan Pagu Fungsi Pariwisata dan Budaya dari Dana APBN dan APBD TA 2012-2013 Perbandingan Pagu Fungsi Pariwisata dan Budaya dari Dana APBN dan APBD TA 2012-2013 Laju PDRB Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan terkait dengan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2007-2013 APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2009-2013 APBD Urusan Pekerjaan Umum dan Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2009-2013 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN (I-Account) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 – 2013 Realisasi Pendapatan Pajak Tahun 2011 - 2013 Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 – 2013
3 4 5 9 11 15 16 16
22
23 24 30 34
35 35 37 43 46 48 9
INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 2.4
Tabel 2.5
Tabel 2.6
Tabel 2.7 Tabel 2.8 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Tabel 2.11 Tabel 2.12 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 3.9 Tabel 3.10 Tabel 3.11
Tabel 3.12
Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Tahun 20112013 (menurut Fungsional Kementerian/ Lembaga) Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Anggaran Kementerian/Lembaga Semester II 2010-2013 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 – 2013 Belanja Pemerintah Pusat Semester II Tahun 2010 – 2013 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Fungsi Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Di Propinsi Bangka Belitung Tahun 2012 dan 2013 Daftar Satker PNBP dengan nilai aset terbesar Tahun Anggaran 2012 dan 2013 Perbandingan Estimasi Pendapatan dengan Realisasi PNBP Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan 2013 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan 2013 Perkembangan Aset Tetap Satker PNBP Tahun 2012 - 2013 I-account APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013 Realisasi APBD se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Realisasi Pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Alokasi Dana Transfer pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013 Alokasi Dana dan Realisasi Transfer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013 Profil BLU Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Perkembangan Aset RSU Daerah Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 Perkembangan Pagu PNBP RSU Daerah Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 Perkembangan Pagu RM RSU Daerah Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 Perkembangan Total Pagu RSUD Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Perkembangan Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
49 51
54 55 55 56 57 57 58 61 66 68 73 75 79 79 79 80 80 81
82 10
INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 3.13
Tabel 3.14 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19
Penyaluran Kredit Program Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Penyaluran KUMK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, APBD dan APBN Tahun 2011 – 2013 Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013 Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 – 2013 Pertumbuhan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 - 2013 Pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 - 2013 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 - 2013 Pertumbuhan Fasilitas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA 2011-2013 Pertumbuhan Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA 2011-2013 Persentase Perbandingan Belanja Fungsi Pariwisata dan Budaya dengan APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2013 Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tahun 2012 Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Rasio Dana Kelolaan Belanja Non PegawaiProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja Modal APBN – APBDProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja Terhadap PopulasiProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja PegawaiProvinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja Modal APBN – APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Rasio Belanja Sektoral terhadap Kontribusi sektor Kepada PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013
84
85 86 87 88 88 89 89 90 90 91
92
93 93 94 95 95 96 97 97 98
11 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 4.24 Tabel 4.25 Tabel 4.26 Tabel 4.27 Tabel 4.28 Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Tabel 4.32 Tabel 4.33 Tabel 4.34 Tabel 4.35 Tabel 4.36 Tabel 4.37 Tabel 4.38 Tabel 4.39 Tabel 4.40 Tabel 4.41 Tabel 4.42
Ruang Fiskal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 20112013 Rasio Dana Transfer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Alokasi Belanja Pelayanan Publik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan fasilitas kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Medis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Angka Kematian Bayi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Partisipasi Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Jumlah Guru Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Jumlah Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan jumlah buta huruf Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja Kesejahteraan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan HDI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Belanja Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Pertumbuhan Produksi Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio surplus / defisit terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio SILPA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 20112013 Rasio Pinjaman Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Rasio Keseimbangan Primer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013
99 99 100 101 101 101 102 102 102 103 103 103 104 104 104 105 105 105 106 106 107 7 108 108
12 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
13 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
14 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
RINGKASAN EKSEKUTIF
Kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membuka kesempatan bagi daerah untuk mengarahkan kebijakan publiknya menyesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerah yang dimilikinya. Berkenaan dengan hal tersebut
informasi
dan
gambaran
mengenai
kondisi
keuangan
dan
perekonomian daerah menjadi penting untuk dikaji dengan variable-variabel yang ada dan terukur. Sejalan dengan hal tersebut, dalam rangka menjalankan fungsi representasi Kementerian Keuangan sebagai pengelola fiskal di daerah sebagaimana
diamanatkan
oleh
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor
169/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung telah menyusun suatu kajian yang dapat memotret profil maupun dinamika kondisi fiskal Provinsi Bangka Belitung, yaitu Kajian Fiskal Regional (KFR) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Tahun 2013. KFR tersebut antara lain bersisi indikator-indikator ekonomi sebagaimana dibawah ini. Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 mengalami pelambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. PDRB triwulan IV tahun 2013 hanya sebesar 4,78%, terjadi perlambatan dari periode sebelumnya yang mencapai sebesar 6,1% (yoy) pada periode yang sama di tahun 2012. Pada
akhir
Semester
II
2013,
inflasi
di
Kota
Pangkalpinang
(menggambarkan inflasi untuk Provinsi Kep. Bangka Belitung adalah sebesar 8,71% (yoy), termasuk kategori tinggi di Indonesia, diatas inflasi nasional yang pada periode sama yaitu sebesar 8.38% (yoy). Gini Ratio tahun 2013 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 0,313 berarti memiliki koefisien gini ratio dengan kategori sedang. Jika dibandingkan dengan rata-rata nasional (sebesar 0,413)
untuk periode yang sama, maka
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki tingkat koefisien gini ratio lebih rendah. Hal ini memberikan indikasi bahwa distribusi pendapatan antar penduduk yang berpendapatan rendah dan penduduk yang berpendapatan tinggi cukup merata dan jurang pemisahnya tidak terlalu jauh untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibandingkan dengan nasional.
15 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tingkat kesejahteraan suatu wilayah dapat diukur dari prosentase penduduk miskin di wilayah tersebut. Pada periode 2010 sampai Maret 2013 jumlah penduduk miskin menurun sebesar 24,92 persen. Hal ini menunjukkan kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan potensi besar bagi sektor pariwisata Indonesia karena keindahan pantainya selain Bali, Lombok yang sudah lebih dulu terkenal. Harus diakui, bahwa Bangka Belitung mulai terkenal secara luas setelah demam film “Laskar Pelangi” yang diambil dari novel karangan Andrea Hirata. Momen ini menjadikan peluang besar bagi sektor pariwisata yang ada di Bangka Belitung. Sektor pariwisata merupakan modal bagi suatu daerah untuk dapat meningkatkan PAD. Anggaran bagi sektor pariwisata dan budaya yang didanai dari APBD masih kurang dari 1%, ini menunjukkan masih kurangnya dana bagi sektor ini jika pemerintah daerah ingin menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi Provinsi Bangka Belitung. Terkait dengan dana APBN sebagai stimulus perekonomian, pagu belanja APBN Tahun Anggaran 2013 yang dialokasikan di Provinsi Bangka Belitung sebesar Rp 2,14 triliun dengan pagu terbesar diberikan pada Kementerian Pekerjaan Umum (Rp 639 miliar). Dari pagu sebesar Rp 2,14 triliun tersebut dapat direalisasikan sebesar Rp 2,03 triliun (95%) melebihi target realisasi national sebesar 90%. Total pendapatan pada APBD Tahun Anggaran 2013 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebesar Rp 5,94 triliun. Dari total pendapatan tersebut, sebesar Rp 4,731 triliun (79,6%) bersumber dari Dana Transfer. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan APBD terhadap Dana Transfer cukup besar. Satu satunya BLU yang ada di Provinsi Bangka Belitung adalah RSUD Depati Hamzah (BLUD). Pagu PNBP yang dianggarkan RSUD Depati Hamzah mengalami peningkatan sebesar 37,81% pada Tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011 (pada awal pendiriannya sebagai BLUD). Tahun 2013 pagu PNBP meningkat sebesar 13,95% dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan pelayanan kesehatan. Pada gilirannya pelayanan kesehatan yng lebih baik dapat menunjang tujuan pemerintah daerah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. 16 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Terkait dengan investasi pemerintah, sampai dengan akhir Semester II tahun 2013, piutang pemerintah pusat kepada debitur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (4 PDAM dan 1 Pemkab) adalah sebesar Rp16,21 milyar.
17 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pantai Parai Senggigi Kabupaten Bangka 18 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
19 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI REGIONAL A. Perkembangan Indikator Regional 1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi dalam suatu daerah tertentu, dan merupakan salah satu indikator untuk melihat pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Berdasarkan jenis harganya, PDRB terbagi menjadi dua yaitu : PDRB atas dasar harga berlaku (PDRB Nominal) dan PDRB atas dasar harga konstan (PDRB Riil). PDRB Nominal menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan PDRB Riil menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga. Semakin besar kenaikan produk domestik regional bruto suatu wilayah maka semakin tinggi pula tingkat pertumbuhan ekonominya. Perkembangan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2012 2013 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun 2012-2013 2012*
2013**
Wilayah I
II
III
IV
I
II
III
IV
Provinsi Bangka Belitung
5,87
5,88
5,08
6,11
6,10
5,52
4,80
4,78
Nasional
6,33
6,34
6,21
6,18
6,03
5,76
5,63
5,72
Sumber : BPS Pusat dan BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
20 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pada umumnya, perekonomian Indonesia di tahun 2013 menurun dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini disebabkan bergejolaknya pasar keuangan global karena issue pengurangan stimulus di negara Amerika Serikat pada awal tahun 2013 yang memicu aksi spekulasi dan mendistorsi pasar, namun pada akhir triwulan IV 2013 terdapat kepastian dari The FED, Bank Sentral Amerika Serikat yang mengumumkan rencana pengurangan stimulusnya secara bertahap sehingga kepastian ini tidak melemahkan pasar.
Begitu pula terhadap tekanan permintaan yang
melambat sejak 2010 diikuti dengan rendahnya harga komoditas, memberi andil yang cukup besar terhadap melemahnya kinerja perdagangan global. Demikian pula kondisi pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 mengalami pelambatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini merupakan imbas dari gejolak perekonomian nasional. Di samping itu, pengaruh kondisi cuaca yang tidak kondusif juga berperan dari sisi permintaan maupun penawaran sehingga memperlambat pertumbuhan ekonomi secara umum. Laju pertumbuhan PDRB setiap kabupaten/kota di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2010 – 2012 dapat dilihat pada lampiran 1, di mana menurut PDRB Riil kabupaten Belitung yang paling tertinggi pertumbuhan PDRB tahun 2012 sebesar 7,71%, dan berada di atas pertumbuhan PDRB Provinsi sebesar 5,72%. Sedangkan pertumbuhan PDRB terendah pada tahun 2012 adalah kabupaten Bangka Selatan sebesar 5,60% yang berada di bawah pertumbuhan provinsi sebesar 5,72%. Laju pertumbuhan PDRB di kabupaten Belitung paling besar didapatkan dari sektor pertanian dan sektor industri. Sepanjang tahun 2010 hingga 2011, pertumbuhan PDRB tertinggi ada di kabupaten Bangka Selatan yaitu sebesar 7,57% di tahun 2011 dan sebesar 6,98% di tahun 2010. Perekonomian di Bangka Selatan masih ditopang oleh sektor primer dan sektor sekunder. Sektor primer yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi di Bangka Selatan, sedangkan untuk sektor sekunder yang memberikan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan. Untuk tahun 2013 kami belum dapat memperoleh data pertumbuhan PDRB di setiap kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari BPS (Badan Pusat Statistik) setempat 21 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
karena masih dalam proses dan baru dapat dirilis sekitar bulan Mei atau Juni 2014. PDRB
per
kapita
merupakan
salah
satu
indikator
ukuran
kesejahteraan penduduk dan sering digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran penduduk secara makro di suatu wilayah. PDRB per kapita menurut harga berlaku Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 11,53% dibandingkan PDRB menurut harga berlaku tahun 2012. Kenaikan ini masih lebih kecil
jika
dibandingkan kenaikan PDRB per kapita nasional menurut harga berlaku sebesar 11,95%. Ini menunjukkan bahwa kenaikan pendapatan penduduk Provinsi
Kepulauan
Bangka
Belitung
secara
makro
lebih
sedikit
dibandingkan kenaikan pendapatan penduduk secara nasional, terlihat dari PDRB per kapita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hanya sebesar Rp 29.605.475,- dibandingkan PDRB perkapita secara nasional sebesar Rp 37.538.518,-. Sedangkan PDRB perkapita untuk harga konstan mengalami kenaikan di tahun 2013 sebesar 5,29%, jauh lebih kecil dibandingkan kenaikan PDRB perkapita secara nasional sebesar 7,28%. Hal ini berarti kenaikan pendapatan riil penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di tahun 2013 jauh lebih kecil dengan kenaikan secara nasional. Tabel 1.2 PDRB Per kapita Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun 2011-2013 PDB/Kapita
2011
2012*
2013**
Atas Dasar Harga Berlaku Prov. Kep Bangka Belitung Nasional
24.160.304 30.658.976
26.544.014 33.531.355
29.605.475
9.188.042 10.184.549
9.441.852 10.671.025
9.940.942
37.538.518
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Prov. Kep Bangka Belitung Nasional
11.448.147
Sumber : BPS Pusat dan BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
Untuk PDRB per kapita kabupaten/kota yang ada di wilayah Provinsi Bangka Belitung menurut harga konstan terlihat pada tabel 1.3 di bawah.
PDRB perkapita yang terbesar terdapat di Kabupaten Bangka
Barat, baik untuk tahun 2010 sampai tahun 2012. Hal ini dikarenakan 22 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
kabupaten Bangka Barat merupakan pusat pertambangan khususnya timah, dan banyak perkebunan kelapa sawit, karet serta lada. Sedangkan untuk kota Pangkalpinang PDRB per kapita masih berada di urutan tengah antara kabupaten yang lain, walaupun sebagai ibukota propinsi namun pendapatan per kapita penduduk kota Pangkalpinang bukan yang tertinggi, ini dikarenakan di kota Pangkalpinang tingkat kepadatan penduduk paling tinggi dan lapangan pekerjaan lebih banyak di sektor jasa. Tabel 1.3 Perkembangan PDRB per kapita Kabupaten/Kota Menurut Harga Konstan Tahun 2010-2012 Wilayah Bangka Belitung NO
PROV/KAB/KOTA
PDRB Perkapita (rupiah) 2010
2011 *)
2012**)
1
Kabupaten Belitung
7.991.371,52
8.230.929,06
8.703.196,26
2
Kabupaten Bangka
7.309.432,64
7.546.728,72
7.784.296,18
3
Kabupaten Bangka Barat
15.148.359,26
15.534.530,84
15.779.171,42
4
Kabupaten Bangka Tengah
8.064.861,38
8.323.331,00
8.624.838,30
5
Kabupaten Bangka Selatan
6.953.698,96
7.251.889,34
7.426.911,26
6
Kabupaten Belitung Timur
8.323.865,09
8.551.904,79
8.850.224,54
7
Kota Pangkalpinang
7.413.551,21
7.647.553,34
7.869.894,39
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
a. PDRB sisi Permintaan Di sisi permintaan, pertumbuhan PDRB triwulan III Tahun 2013 pada konsumsi rumah tangga mengalami penurunan bila dibandingkan periode yang sama pada tahun 2012. Pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga di triwulan III 2013 adalah sebesar 6,63% (yoy), naik sedikit bila dibandingkan periode sebelumnya 6,62% (triwulan II Tahun 2013). Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mengalami kenaikan dari 6,5% (triwulan III Tahun 2012). Kenaikan yang sedikit pada konsumsi rumah tangga ini diakibatkan karena melambatnya sektor utama di tengah tingginya laju inflasi. Pertumbuhan pengeluaran untuk konsumsi pemerintah pada triwulan III 2013 sebesar 5,28%, mengalami penurunan bila
dibandingkan
periode
sebelumnya
yang
mencapai
5,68%.
Pertumbuhan pengeluaran Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) memberikan kontribusi positif dengan adanya peningkatan pertumbuhan investasi sebesar 5,71% dari periode sebelumnya sebesar 23 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
5,48%. Pertumbuhan investasi terutama terjadi pada sektor non bangunan yang terindikasi dari tingginya impor mesin untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri pada triwulan tersebut. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan adanya peningkatan realisasi PMDN pada triwulan ini. Net ekspor juga mengalami kontraksi yang disebabkan melambatnya kegiatan ekspor di tengah meningkatnya impor antar pulau. Pemerintah membuka kran impor terhadap beberapa komoditi seperti gula pasir dan daging sapi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat saat memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Tabel 1.4 Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2013 2012 No.
Komponen Pengeluaran
1 2 3 4 5 6 7
Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Non Profit Konsumsi Pemerintah PMTDB Perubahan Stok Ekspor Barang dan Jasa Dikurangi Impor Barang dan Jasa PDRB
2013
I
II
III
IV
7,01 5,19 5,64 7,56 506,91 -2,78 4,04 5,87
6,68 5,88 6,15 7,84 82,19 -0,96 4,29 5,88
6,46 6,07 6,27 8,09 18,98 0,10 4,03 5,08
5,81 6,55 4,93 3,99 70,49 3,39 6,18 6,11
2012 6,48 5,93 5,74 6,83 73,37 -0,08 4,64 5,73
I
II
III
IV
6,4 5,3 6,65 4,29 73,4 -0,1 4,6 5,7
6,62 4,08 5,68 5,48 12,83 3,55 5,19 5,52
6,63 3,93 5,28 5,71 10,68 2,79 5,82 4,8
6,58 3,3 3,56 6,02 9,05 2,47 4,88 4,78
Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung
Pada sisi permintaan, untuk periode triwulan IV tahun 2013, pertumbuhan pengeluaran konsumsi rumah tangga masih mengalami tekanan seiring dengan meningkatnya laju inflasi terutama yang terjadi pada bulan Desember 2013. Terganggunya ekspor timah ke luar negeri dan harga karet yang masih rendah secara signifikan mempengaruhi pendapatan masyarakat sehingga intensitas konsumsi yang dilakukan masyarakat relatif lebih rendah. Pertumbuhan investasi pada triwulan ini mengalami peningkatan terutama terjadi pertumbuhan pada investasi non bangunan yang terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan impor mesin untuk memenuhi kebutuhan industri dalam negeri. Ekspor bersih masih mengalami kontraksi pada periode ini yang diakibatkan melambatnya ekspor
di
tengah
meningkatnya
pertumbuhan
impor
luar
negeri.
Pertumbuhan ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Triwulan IV 2013 sebesar 2,47% (yoy), pertumbuhan ini masih lebih lambat bila
24 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
2013 6,56 4,14 5,27 5,39 13,81 3,54 5,61 5,29
dibandingkan dengan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 2,79%. Hal ini disebabkan harga komoditas perkebunan yang masih belum meningkat secara signifikan sehingga pertumbuhan ekspor karet beserta olahannya masih berjalan lamban. Sedangkan untuk komoditas timah walaupun secara volume telah mengalami peningkatan, namun masih belum sepenuhnya normal akibat dari pasca penerapan aturan tentang ekspor timah yang mana penjualannya harus dilaksanakan melalui bursa komoditas. Untuk impor juga mengalami perlambatan pertumbuhan yang hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,88% bila dibandingkan periode sebelumnya yang mencatatkan angka pertumbuhan sebesar 5,82%. Hal ini dipengaruhi oleh cuaca yang tidak kondusif akibat gelombang tinggi yang terjadi pada bulan Desember 2013 sehingga mengakibatkan terjadinya penutupan pelabuhan untuk beberapa hari. Dari sisi permintaan, pertumbuhan investasi di Bangka Belitung memegang kontribusi yang paling besar terhadap pertumbuhan PDRB di propinsi ini tahun 2013, disusul dengan konsumsi rumah tangga. Besarnya distribusi pertumbuhan investasi dipengaruhi oleh adanya investasi dari 12 PMA dan 1 PMDN. Grafik 1.1 Distribusi Persentase PDRB Sisi Permintaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung, diolah
b. PDRB sisi Penawaran
25 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dihitung atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha mengalami peningkatan di tahun 2013 sebesar 5,29% (yoy). Pertumbuhan PDRB menurut lapangan usaha tahun 2013 dapat dilihat pada grafik 1.2 di bawah ini. Grafik 1.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yang Dihitung ADHK Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013
Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung, diolah
Grafik 1.3 Distribusi Persentase PDRB ADHB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung, diolah
Secara umum PDRB yang dihitung dari sisi penawaran pada triwulan III Tahun
2013
mengalami
perlambatan
bila
dibandingkan
triwulan 26
INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
sebelumnya atau periode yang sama pada Tahun 2012. Pertumbuhan PDRB triwulan III Tahun 2013 hanya mencatatkan angka sebesar 4,80% (yoy), sementara untuk triwulan II Tahun 2013 tumbuh sebesar 5,53% (yoy) dan triwulan III Tahun 2012 tercatat sebesar 5,1% (yoy). Dari sembilan sektor yang menjadi komponen perhitungan hanya sektor jasa yang mencatatkan pertumbuhan positif pada periode tersebut. Penyebab perlambatan
dari
sektor
pertanian
dipengaruhi
kinerja
subsektor
perkebunan sebagai imbas atas menurunnya harga karet dan CPO di pasar internasional akibat masih belum pulihnya industri manufaktur di negara-negara maju sehingga persediaan karet dunia melimpah. Di sektor pertambangan dan penggalian, penyebab perlambatan akibat adanya ketentuan dari pemerintah yang mengharuskan ekspor timah harus melalui Bursa
Komoditi
terhitung
sejak
tanggal
30
Agustus
2013
yang
mensyaratkan kualitas timah yang tinggi dan asal kuasa penambangan. Hal ini untuk menekan penambangan-penambangan timah ilegal yang akhir-akhir ini marak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, pemerintah memperketat izin pertambangan dan tidak memperpanjang izin salah satu perusahaan tambang timah terbesar. Pemerintah berusaha untuk mengurangi pembukaan tambang-tambang baru dalam rangka menghindari kerusakan lingkungan yang diakibatkan dari penambangan tersebut. Dampak dari penurunan produksi di sektor pertambangan dan penggalian berimbas pada sektor industri pengolahan dengan turunnya aktivitas pada industri pengolahan timah (smelter). Sementara sektor listrik, gas dan air bersih mengalami perlambatan akibat adanya kenaikan tarif tenaga listrik (TTL) tahap II yang mulai diberlakukan pada bulan Juli 2013 oleh pemerintah. Sektor bangunan juga turut mengalami penurunan akibat dari menurunnya pendapatan masyarakat yang notabene sebagian besar penghasilan mereka disumbangkan dari sektor pertambangan dan penggalian
dan
sektor
pertanian
subsektor
perkebunan.
Sektor
perdagangan, hotel dan restoran mengalami penurunan yang disebabkan aktivitas perdagangan dan pariwisata mengalami penurunan. Sementara sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sedikit mengalami penurunan yang disebabkan terjadi penurunan sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian cukup memberikan dampak akibat penurunan produksi timah dan 27 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
lesunya perdagangan komoditas kelapa sawit serta karet sehingga beberapa aktivitas seperti angkutan dan jasa perbankan juga turut mengalami imbasnya. Sementara sektor jasa mengalami peningkatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang disebabkan meningkatnya kinerja subsektor jasa pemerintah seiring dengan mulai meningkatnya realisasi APBN dan APBD. Tabel 1.5 Pertumbuhan PDRB Tahunan Sisi Penawaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012-2013 No.
2012 Lapangan Usaha I
II
III
IV
2012
2013 I
II
III
IV
2013
1
Pertanian
8,74
8,13
7,38
6,98
7,79
6,87
7,74
7,73
7,35
7,43
2
Pertambangan dan Penggalian
3,79
2
-1,58
-0,77
0,82
-0,72
-0,51
-0,58
1,68
-0,04
3
Industri Pengolahan
0,21
0,64
1,66
6,31
2,21
6,98
5,03
2,62
1,02
3,85
4
Listrik, gas & air
11,62
5,18
6,65
6,69
7,47
5,92
6,61
4,35
3,87
5,16
5
Bangunan
9,95
10,7
12,43
8,96
10,50
7,32
7,04
4,76
6,6
6,40
6
Perdagangan, Hotel & Restoran
6,64
7.02
5,1
6,19
6,22
6,66
5,21
4,55
5,02
5,34
7
Pengangkutan & Komunikasi
9,72
10,52
8,5
9,2
9,47
8,45
8,2
7,78
6,62
7,74
8
Keuangan,prswaan & JS Prsh.
10,20
12,19
12,03
8,91
10,82
7,94
6,75
6,74
7,38
7,20
9
Jasa-jasa
6,76
8,04
7,53
9,04
7,86
8,61
7,81
8,88
7,45
8,18
5,87
5,88
5,08
6,11
5,73
6,1
5,52
4,8
4,78
5,29
PDRB dengan migas
Sumber : Kajian Ekonomi Regional Provinsi kepulauan Bangka Belitung
PDRB triwulan IV tahun 2013, sisi penawaran terjadi sedikit perlambatan dari periode sebelumnya sebesar 6,1% (yoy) dan masih lebih tinggi dari periode yang sama dari tahun 2012 yang hanya mencatatkan 4,78%. Perlambatan ekonomi masih terjadi pada sektor pertanian akibat dari imbas periode sebelumnya yaitu kinerja dari subsektor perkebunan yang masih belum
membaik
sehingga
para
petani
enggan
untuk
melakukan
penyadapan karena masih menunggu harga komoditas tersebut membaik. Masa panen raya untuk jenis tanaman bahan makanan yang telah berlalu ditambah dengan curah hujan yang cukup tinggi menambah tekanan pertumbuhan pada sektor tersebut. Seiring dengan membaiknya harga komoditas timah di pasaran internasional serta didukung oleh pelaku usaha di bidang ini yang sebelumnya masih menunggu implementasi mengenai ketentuan penerapan aturan ekspor timah yang baru, produksi timah pada
28 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
periode ini mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu hingga mencapai 5.587 ton. Untuk sektor industri pengolahan masih mengalami perlambatan dari periode sebelumnya yang disebabkan menurunnya industri pengolahan karet sebagai dampak turunnya produksi karet mentah. Kemudian ditambah dengan pelaku usaha di bidang industri pengolahan minyak sawit masih menahan produksinya karena diyakini pada triwulan I tahun 2014 harga komoditas ini akan mengalami peningkatan. Sektor listrik, gas dan air bersih mengalami penurunan pertumbuhan, hal ini terjadi akibat adanya kenaikan TTL tahap III yang diberlakukan pada bulan September 2013 sehingga mempengaruhi konsumsi listrik pelanggan PLN. Sektor bangunan mengalami peningkatan pertumbuhan yang ditandai dengan
kegiatan
pembangunan
non
infrastruktur
meningkat
yang
ditunjukan dengan peningkatan konsumsi semen dari periode sebelumnya. Hal ini disebabkan membaiknya pendapatan masyarakat seiring dengan sektor inti yang kembali bergairah. Sektor perdagangan, hotel dan restoran pada periode ini juga kembali bergairah seiring dengan memasuki masa liburan akhir tahun dengan jumlah wisatawan yang masuk ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat cukup signifikan hingga mencapai 60.149 orang serta kembalinya aktivitas perdagangan berupa ekspor timah. Sektor
pengangkutan
dan
komunikasi
mengalami
perlambatan
pertumbuhan dari periode sebelumnya karena dipengaruhi menurunnya aktivitas angkutan barang antar pulau akibat gelombang yang tinggi yang beberapa kali terjadi selama triwulan tersebut, bahkan pada bulan Desember 2013 sempat terjadi penutupan pelabuhan untuk beberapa hari. Sektor
keuangan,
persewaan
dan
jasa
perusahaan
mengalami
peningkatan seiring dengan meningkatnya pertumbuhan penyaluran kredit yang dilakukan perbankan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Inflasi Secara umum inflasi merupakan permasalahan ekonomi yang harus dapat di manage dengan baik oleh pemerintah. Inflasi/deflasi yang ekstrem dapat mengganggu perekonomian secara keseluruhan. Secara sederhana inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan 29 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
kenaikan harga) pada barang lainnya.
Berdasarkan sifatnya, penyebab
inflasi dapat dibedakan menjadi tiga komponen, yaitu : pertama, inflasi yang dipengaruhi oleh tekanan permintaan; kedua, volatile foods yang pergerakannya
bergejolak;
dan
ketiga,
administrated
price
yang
pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah.
Tabel 1.6 Inflasi Indonesia dan Kota Pangkalpinang Tahun 2013 (mtm) BULAN
INDONESIA
KOTA PANGKALPINANG
IHK
INFLASI
IHK
INFLASI
Jan
136.88
1.03
150.73
1.25
Feb
137.91
0.75
152.52
1.19
Mar
138.78
0.63
155.12
1.70
Apr
138.64
-0.10
156.14
0.66
Mei
138.60
-0.03
155.40
-0.47
Jun
140.03
1.03
157.12
1.11
Jul
144.63
3.29
162.22
3.25
Agt
146.25
1.12
162.47
0.15
Sep
145.74
-0.35
161.02
-0.89
Okt
145.87
0.09
161.25
0.14
Nov
146.04
0.12
159.83
-0.88
Des
146.84
0.55
161.83
1.25
Tahunan
8.38
8.71
Sumber : BPS Pusat
Inflasi di Kota Pangkalpinang sepanjang tahun 2013 bergerak fluktuatif dengan kecenderungan meningkat di pertengahan tahun, inflasi ini bergerak searah dengan inflasi nasional walaupun untuk beberapa bulan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Pada triwulan I tahun 2013 inflasi kota Pangkalpinang bergerak naik berbeda dengan inflasi nasional yang bergerak turun. Pergerakan inflasi kota Pangkalpinang dan nasional dapat dilihat pada grafik 1.4 di bawah. Pada bulan Februari 2013 inflasi naik menjadi sebesar 1,19% (mtm) dibandingkan bulan Januari yang hanya sebesar 1,25%. Tekanan pada bulan Januari dan Februari disebabkan karena bertepatan dengan perayaan Imlek dan pembatasan impor hortikultura. Tekanan ini berlanjut hingga bulan Maret. Di awal triwulan II inflasi menurun dibandingkan dengan triwulan I. Sekitar bulan April terjadi penurunan inflasi menjadi sebesar 0,66%, lebih 30 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
tinggi dibanding nasional yang deflasi 0,10%. Pada bulan ini terjadi panen raya sehingga terdapat banyak pasokan komoditas pertanian. Namun di akhir triwulan II yakni di bulan Juni 2013 inflasi bergerak naik, disebabkan kenaikan Tarif Dasar Listrik di bulan April, penerapan aturan cukai dan mulainya liburan sekolah. Sedangkan kenaikan inflasi terjadi di awal triwulan III yaitu bulan Juli 2013 mencapai 3,25% (mtm) yang disebabkan karena tahun ajaran baru dan persiapan memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1434 H, beberapa pasokan komoditas mengalami kenaikan harga seperti bumbubumbuan dan sayur mayur. Kemudian kenaikan harga BBM bersubsidi juga turut menambah tekanan inflasi yang menyebabkan komponen biaya transportasi untuk beberapa komoditas ikut mengalami peningkatan dan tarif angkutan baik angkutan darat maupun angkutan laut juga ikut memberikan sumbangan terhadap inflasi. Kenaikan tarif dasar listrik sebesar 15% pada bulan Juli 2013 menambah beban masyarakat pada bulan Agustus 2013. Namun memasuki bulan September 2013, terjadi penurunan harga khususnya terhadap beberapa pasokan bahan makanan strategis. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada komoditaskomoditas favorit seperti jenis ikan-ikanan serta komoditas-komoditas yang dipasok dari luar pulau Bangka seperti komoditas bumbu-bumbuan seperti bawang putih, cabai, sayur mayur, mie instant, minyak goreng, telur dan daging sapi. Kemudian panen raya yang terjadi di beberapa kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menambah pasokan terhadap gudang-gudang Bulog sehingga menekan harga komoditas seperti beras di pasaran. Ongkos angkutan udara pasca hari raya Idul Fitri juga ikut menekan laju inflasi menjadi lebih terkendali. Faktor lain yang turut mendukung penurunan laju inflasi adalah karena faktor cuaca dan tingginya gelombang yang terjadi di bulan September 2013 yang lebih kondusif sehingga arus transportasi barang khususnya transportasi laut menjadi lebih lancar. Pada periode triwulan IV, meningkatnya tekanan inflasi pada bulan Oktober disebabkan oleh efek kebijakan pemerintah terkait tarif dasar listrik dan cukai rokok, efek depresiasi rupiah, efek turunan dampak kenaikan BBM subsidi dan TDL. Tekanan inflasi pada awal triwulan IV sebenarnya berada pada trend menurun. Rendahnya tekanan inflasi pada bulan 31 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Oktober dan November 2013 terutama disebabkan oleh efek panen padi di sentra produksi Pulau Bangka. Komoditas beras tercatat mengalami deflasi sepanjang triwulan IV-2013. Namun demikian, meningkatnya tekanan permintaan pada bulan Desember 2013 seiring masuknya siklus liburan akhir tahun ditambah dengan gangguan pasokan komoditas antar pulau menyebabkan tekanan inflasi kembali meningkat pada bulan ini. Inflasi bulan Desember 2013 tercatat 1,25% (mtm), yang merupakan inflasi tertinggi selama triwulan IV 2013.
Grafik 1.4 Inflasi Kota Pangkalpinang dan Inflasi Nasional Tahun 2013
Sumber : BPS Indonesia
3.
Gini Ratio Tujuan dan arah dari pembangunan daerah adalah meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Hal ini dilakukan dengan merumuskan kebijakan-kebijakan fiskal yang harus dilakukan oleh pemerintah. Salah satu tujuan dari kebijakan fiskal yang pro poor dan pro job adalah meningkatkan pendapatan masyarakat menengah ke bawah yang akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang inklusif dan
merata.
Gini
ratio
merupakan
ukuran
ketidakmerataan
atau
ketimpangan pendapatan agregat masyarakat. Nilai gini ratio adalah berkisar antara 0 sampai dengan satu (0
mendekati nol menunjukkan adanya ketimpangan yang rendah dan jika mendekati
satu
maka
menunjukkan
ketimpangan
yang
tinggi.
Kriteria/kategori dari koefisien gini dibagi menjadi dengan keterangan sebagai berikut : GR < 0,3
kategori rendah
0,3 ≤ GR ≤ 0,5
kategori sedang
GR > 0,5
kategori tinggi
Semakin besar rasio gini maka distribusi pendapatan makin tidak seimbang, artinya jumlah penduduk dengan pendapatan yang tinggi sangat kecil dan jumlah penduduk yang berpendapatan rendah sangat besar. Grafik 1.5 Gini Ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2007 – 2013
Sumber : BPS Pusat
Secara umum perkembangan gini ratio untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung cenderung konstan sejak tahun 2007 sampai dengan tahun 2013, yaitu pada kisaran sebesar 0,25 – 0,30, namun memasuki tahun 2013 gini ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan rasio menjadi 0,313. Hal ini menyebabkan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang awalnya berada pada kategori rendah berubah menjadi wilayah yang memiliki koefisien gini ratio dengan kategori sedang. Selanjutnya apabila gini ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibandingkan dengan ratarata nasional, maka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki tingkat koefisien gini ratio lebih rendah dari nilai gini ratio secara nasional. Hal ini memberikan indikasi bahwa distribusi pendapatan antar penduduk yang 33 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
berpendapatan rendah dan penduduk yang berpendapatan tinggi cukup merata dan jurang pemisahnya tidak terlalu jauh untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibandingkan dengan nasional dan ini seyogyanya harus terus menjadi perhatian bagi pemerintah
Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung untuk dapat memperkecil kesenjangan tersebut agar pemerataan pendapatan menjadi lebih baik. 4. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index/HDI) Manusia yang berkualitas dapat dilihat dari kemampuan mereka mencapai tingkat hidup yang layak. Kemajuan pembangunan manusia secara umum dapat ditunjukkan dengan melihat perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang mencerminkan capaian kemajuan suatu wilayah dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia di bidang pendidikan, kesehatan dan ekonomi secara umum. Jika IPM semakin baik, maka secara otomatis sumber daya manusia (SDM) juga semakin baik. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah negara adalah negara maju, negara berkembang atau negara terbelakang dan juga untuk mengukur pengaruh dari kebijakan ekonomi terhadap kualitas hidup. Indeks Pembangunan Manusia menjadi indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia yang dapat menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan dan pendidikan. Berikut adalah Indeks Pembangunan Manusia di wilayah Bangka Belitung tahun 2010 sampai 2012. Tabel 1.7 Indeks Pembangunan Manusia Se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Nasional Tahun 2010 - 2012 Provinsi / Kabupaten
2010
2011
2012
Bangka
72,50
73,20
73,67
Belitung
73,36
73,80
74,13
Bangka Barat
70,07
70,50
70,94
Bangka Tengah
71,22
71,57
72,27
Bangka Selatan
66,97
67,40
67,73
Belitung Timur
71,96
72,40
72,87
Kota Pangkal Pinang
75,83
76,50
76,85
KEP. BANGKA BELITUNG
72,86
73,40
73,78
NASIONAL 72,27 72,77 Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, Publikasi IPM
73,32
34 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tingkat pencapaian pembangunan manusia yang dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bagi wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung maupun secara nasional mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jika dilihat dari tahun 2010 sampai tahun 2012 maka IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melebihi IPM Nasional, ini menandakan bahwa program pembangunan ekonomi dan pembangunan di segala bidang telah menjadikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagai salah satu provinsi baru yang mampu bersaing dengan provinsi lainnya. Tabel 1.8 Komponen IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan 2012
No.
Provinsi/Kab/Kota
Angka Harapan Hidup (tahun)
(1)
1
(2)
Kep. Bangka Belitung
Angka Melek Huruf
Rata-rata Lama Sekolah
(persen)
(tahun)
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
IPM
(ribu rupiah PPP)
2011
2012
2011
2012
2011
2012
2011
2012
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
2012 (12)
69,05
69,21
95,83
95,88
7,58
7,68
645,37
648,49
73,37
73,78
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tabel 1.9 Komponen IPM Kabupaten/Kota Wilayah Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 dan 2012
No.
Provinsi/Kab/Kota
Angka Harapan Hidup (tahun)
(1)
(2)
Angka Melek Huruf
Rata-rata Lama Sekolah
(persen)
(tahun)
Pengeluaran per Kapita Disesuaikan
IPM
(ribu rupiah PPP)
2011
2012
2011
2012
2011
2012
2011
2012
2011
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
2012 (12)
1
Bangka
67,85
68,06
96,65
96,71
8,00
8,10
645,87
648,92
73,23
73,67
2
Belitung
69,26
69,36
96,57
96,57
7,84
7,85
644,52
648,27
73,77
74,13
3
Bangka Barat
67,90
68,02
93,59
93,85
6,95
7,02
629,50
632,42
70,54
70,94
4
Bangka Tengah
68,05
68,19
95,95
96,79
6,96
7,17
635,69
638,52
71,63
72,27
5
Bangka Selatan
67,92
68,13
93,66
93,68
6,01
6,04
596,94
599,84
67,36
67,73
6
Belitung Timur
69,06
69,28
96,71
96,74
7,72
7,74
629,39
633,09
72,44
72,87
7
Kota Pangkal Pinang
70,54
70,65
98,20
98,22
10,03
10,05
645,50
648,52
76,54
76,85
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa untuk indeks kesehatan yang direpresentasikan dari angka harapan hidup, penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki angka harapan hidup mencapai usia 69,05 pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 69,21 pada tahun 2012. Di tingkat kabupaten/kota, Kota Pangkalpinang memiliki angka harapan hidup paling tinggi di antara kabupaten/kota lain dengan capaian angka sebesar 35 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
70,54 (2011) dan 70,65 (2012), sementara yang angka harapan hidup terendah terdapat pada Kabupaten Bangka sebesar 67,85 (2011) dan Kabupaten Bangka Barat sebesar 68,06 (2012). Angka ini masih cukup baik apabila dikaitkan dengan standar yang telah ditetapkan oleh UNDP pada tahun 1996 untuk angka harapan hidup minimal pada usia 25 tahun dan maksimal pada usia 85 tahun. Komponen
berikutnya
adalah
indeks
pendidikan
yang
direpresentasikan dari angka melek huruf dan rata-rata lamanya sekolah. Angka melek huruf Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tercatat pada tahun 2011 sebesar 95,83 dan meningkat tipis pada tahun berikutnya sebesar 95,88 sementara untuk rata-rata lamanya sekolah berada pada angka 7,58 (2011) dan 7,68 (2012). Kota Pangkalpinang masih menduduki posisi teratas dalam indeks pendidikan untuk tingkat kabupaten/kota dengan capaian untuk angka melek huruf berada pada posisi 98,20 (2011) dan 98,22 (2012) serta rata-rata lamanya pendidikan berada pada level 10,03 (2011) dan 10,05 (2012). Sedangkan kabupaten/kota terendah terdapat pada Kabupaten Bangka Barat untuk angka melek huruf dengan nilai sebesar 93,59 (2011) dan Kabupaten Bangka Selatan sebesar 93,68 serta untuk rata-rata lamanya pendidikan kabupaten terendah berada pada Kabupaten Bangka Selatan dengan capaian sebesar 6,01 (2011) dan 6,04 (2012). Standar yang ditetapkan UNDP untuk indeks pendidikan sebesar nol sampai dengan seratus untuk angka melek huruf dan nol sampai dengan lima belas untuk rata-rata lamanya pendidikan. Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki nilai yang sangat baik dalam mengatasi buta huruf di wilayahnya namun untuk rata-rata lamanya pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih belum berada pada level yang telah ditetapkan. Data tersebut menunjukkan bahwa program pendidikan wajib belajar 9 tahun yang dicanangkan oleh pemerintah pusat harus terus ditingkatkan oleh pemerintah daerah. Pemahaman kepada masyarakat akan arti pentingnya pendidikan sebagai bekal masa depan bagi generasi yang akan datang selalu terus disosialisasikan. Fasilitasi pendidikan baik berupa sarana dan prasarana, kuantitas dan kualitas guru, pemberian beasiswa kepada siswa-siswa berprestasi hendaknya selalu ditingkatkan untuk memenuhi standar dan kebutuhan dunia pendidikan sehingga
36 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
diharapkan kualitas pembangunan manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Komponen terakhir adalah indeks ekonomi yang diukur dari daya beli
masyarakat/pengeluaran
per
kapita.
Pengeluaran
per
kapita
masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2011 tercatat sebesar 645.370 rupiah dan meningkat tipis pada tahun berikutnya sebesar 648.490 rupiah. Kabupaten/kota yang memiliki tingkat daya beli masyarakat tertinggi berada pada Kabupaten Bangka dengan besaran 645.870 rupiah (2011) dan 648.920 rupiah (2012). Sementara kabupaten yang memiliki tingkat daya beli yang rendah terdapat pada Kabupaten Bangka Selatan dengan besaran 596.940 rupiah (2011) dan 599.840 rupiah (2012). 5. Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan data dari BPS Pusat, laju pertumbuhan penduduk untuk Provinsi Bangka Belitung sebesar 3,14% (tahun 2000-2010). Jika dibandingkan tingkat Nasional, laju pertumbuhan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berada di atas Nasional
yang hanya sebesar 1,49%
(tahun 2000-2010). Artinya bahwa pertambahan penduduk di Provinsi Kepulauan
Bangka
Belitung
lebih
banyak
dibandingkan
dengan
pertambahan penduduk secara nasional. Hal ini dimungkinkan dengan berkembangnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menarik penduduk dari wilayah lain untuk bermigrasi ke provinsi ini, selain juga tingkat kesehatan yang meningkat bagi ibu dan anak sehingga angka kematian bayi menurun. Jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2010 berdasarkan Sensus Penduduk (SP) 2010 sebanyak 1.223.296 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 602.106 jiwa (49,22 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 621.190 jiwa (50,78 persen). Estimasi jumlah penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung per kabupaten/kota dapat dilihat pada Grafik 1.6.
37 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 1.6 Estimasi Perkembangan Jumlah Penduduk Tahun 2010 – 2013
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Estimasi
jumlah
penduduk
tahun
2013
per
kabupaten/kota
menggunakan proporsi dari jumlah penduduk kabupaten/kota tahun 2010. Berdasarkan asumsi tersebut, diperkirakan jumlah penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 1.339.774 jiwa pada tahun 2013. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kab. Bangka yang diperkirakan mencapai 303.598 jiwa dan jumlah penduduk terendah terdapat di Kabupaten Belitung Timur dengan estimasi sebanyak 116.600 jiwa. Proporsi penduduk di Kabupaten Bangka sebesar 22,66% dan di Kabupaten Belitung Timur sebesar 8,70%. Penyebaran penduduk di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum merata. Hal ini dapat dilihat dari kepadatan penduduk tiap kabupaten/kota yang tidak sama. Kabupaten/Kota dengan kepadatan penduduk yang paling tinggi terdapat di Kota Pangkalpinang sebesar 2.141 jiwa per km2, angka ini jauh di atas jumlah penduduk pada kabupaten yang lain yang mencapai lebih dari dua puluh kali lipat dari rata-rata kepadatan penduduk di kabupaten yang lain. Kepadatan terendah terdapat di Kabupaten Belitung Timur dengan kepadatan penduduk 47 jiwa per km2. Jumlah penduduk dan luas wilayah merupakan indikator penting dalam hal 38 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
penyebaran penduduk. Untuk kabupaten lainnya dapat dilihat pada grafik 1.8. Grafik 1.7 Estimasi Kepadatan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Struktur penduduk di Indonesia dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung termasuk struktur penduduk muda. Hal ini dapat diketahui dari banyaknya jumlah penduduk usia muda (0-14 tahun), walaupun jumlah kelahiran telah menurun jika dibandingkan dengan lima tahun yang lalu dan angka harapan hidup yang semakin meningkat yang ditandai dengan meningkatnya jumlah penduduk usia tua. Badan piramida membesar, ini menunjukkan banyaknya penduduk usia produktif terutama pada kelompok umur 25-29 tahun baik laki-laki maupun perempuan. Jumlah golongan penduduk usia tua juga cukup besar. Hal ini dapat dimaknai dengan semakin tingginya usia harapan hidup, kondisi ini mengharuskan adanya kebijakan terhadap penduduk usia tua, karena golongan penduduk ini relatif tidak produktif. Dalam istilah demografi, terdapat pengertian tentang angka ketergantungan (Dependency Ratio) yaitu perbandingan antara jumlah penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) dengan jumlah penduduk usia non produktif (di luar usia 15 – 64 tahun) dikalikan seratus. Usian non produktif dimaksud adalah anak di bawah 15 tahun dan lansia di atas 64 tahun. Berdasarkan data dari BPS, angka ketergantungan Indonesia terus menurun, tahun 1971 sebesar 86, tahun 2000 menjadi 54, dan tahun 2010 sebesar 52. Artinya adalah pada tahun 2010 setiap 100 penduduk Indonesia usia produktif menanggung 52 penduduk usia non produktif.
39 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Para ahli demografi memperkirakan dalam rentang tahun 2020-2030 angka ketergantungan akan berada pada titik terendah sebesar 44. Hal ini terjadi sebagai dampak terjadinya baby boom atau keadaan banyaknya kelahiran secara membludak kemudian secara tajam tingkat kelahiran menurun karena berhasilnya program KB pada sekitar tahun 1990. Dan kemudian penduduk yang lahir sebagai bagian dari baby boom akan masuk pada kelompok usia produktif secara bersamaan. Dalam sejarah penduduk suatu Negara hal ini akan terjadi hanya satu kali, setelah tahun 2030 angka ketergantungan akan kembali naik karena mereka yang dulunya usia produktif akan menjadi lansia sebagai bagian dari kelompok usia non produktif. Bonus demografi menjadi dasar untuk meningkatkan produktivitas dan memicu pertumbuhan ekonomimelalui pemanfaatan sumber daya manusia. Pada rentang tahun 2010-2035, kita akan dipenuhi dengan usia produktif. Jika usia produktif yang ada adalah orang yang memiliki pendidikan, ketrampilan, pengetahuan yang baik maka Negara ini akan maju. Dan mereka dipastikan menjadi jumlah angkatan kerja yang sangat besar. Potensi angkatan kerja yang besar ini diharapkan dapat membawa kemajuan bangsa. Namun jika mereka tidak produktif, dengan kata lain pengangguran, pekerjaan tidak jelas, hura-hura, konsumsi narkoba dan terlibat perbuatan tidak baik lainnya, maka bonus demografi ini akan menjadi malapetaka. Grafik 1.8 Struktur Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2012
40 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Demikian juga yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk menyiapkan hal ini. Langkah yang harus ditempuh adalah menyiapkan anak-anak dan generasi muda saat ini menjadi manusia pembangunan yang produktif dalam arti sesungguhnya. Kita semua harus menyadari bahwa mereka menjadi bagian dari demografi tersebut dan menjadi asset pelaku pembangunan. Maka kita harus meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan dan budi pekerti yang baik. Banyaknya usia produktif merupakan potensi besar yang kita miliki dibandingkan dengan Negara-negara maju lainnya di dunia (kecuali China dan AS). 6. Ketenagakerjaan Pembangunan ekonomi suatu daerah dipengaruhi oleh sumber daya yang dimiliki daerah tersebut, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia. Dengan menempatkan penduduk sebagai salah satu
modal
dasar
utama
dalam
pembangunan,
maka
masalah
kependudukan perlu lebih mendapat perhatian. Penduduk yang berkualitas baik secara jasmani maupun rohani yang memiliki kemampuan dan ketrampilan akan sangat membantu dalam pembangunan itu sendiri. Dalam menggambarkan seberapa besar penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu daerah dapat dilihat dengan pendekatan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Tabel 1.10 Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota Dan Kegiatan Terbanyak di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 – 2013
Sumber : Bank Indonesia
Berdasarkan di atas, bahwa TPAK pada periode Agustus 2011 sampai 41 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Agustus 2013 mengalami penurunan, tercatat pada periode Agustus 2011 persentasenya sebesar 68,4%, berlanjut pada periode Agustus 2012 sebesar 63,38% dan pada periode Agustus 2013 turun menjadi 62,91%. Penurunan TPAK ini diimbangi dengan kenaikan TPT, pada periode Agustus 2011 tercatat sebanyak 3,61% kemudian pada periode Agustus 2012 sempat mengalami penurunan TPT menjadi 3,49% dan pada periode Agustus 2013 meningkat kembali menjadi 3,70%. TPAK tertinggi pada periode 2013 terjadi pada Kabupaten Bangka Barat dengan angka partisipasi mencapai 66,47%. Kota Pangkalpinang pada periode tersebut memiliki tingkat partisipasi terendah di antara kabupaten/kota yang lain yang hanya mencapai 60,37%. Sementara TPT tertinggi pada periode Agustus 2013 terdapat pada Kota Pangkalpinang yang memiliki tingkat pengangguran sebesar 6,7% dan TPT terendah dicapai oleh Kabupaten Bangka Selatan yang hanya mencatat tingkat penganggurannya sebesar 1,6%. Distribusi ketenagakerjaan di Provinsi Kep. Bangka Belitung pada periode Agustus 2013 didominasi oleh sektor pertanian. Penyerapan pada sektor pertanian mencapai 28,06% dari total tenaga kerja atau naik sebesar 0,52% dari periode Agustus 2012. Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restauran menyerap 18,49% atau turun 4,80% dari periode Agustus
2012.
Pertumbuhan
terpesat
berasal
dari
sektor
jasa
kemasyarakatan yang tumbuh sebesar 22,06% dari periode Agustus 2012 dan memiliki kontribusi terhadap total tenaga kerja sebesar 15,94%. Sektor industri pengolahan mengalami kenaikan tipis pada periode Agustus 2013 sebesar 0,5% dibandingkan pada periode Agustus 2012. Tabel 1.11 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Bank Indonesia
Terdapat dua kelompok yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu kelompok pekerja formal dan informal. Kelompok formal mengalami kenaikan sebesar 6,27% (yoy) dibanding periode 42 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
sebelumnya. Sedangkan kelompok informal mengalami penurunan sebesar 1,84% (yoy) dari periode sebelumnya. a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok :
Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan. Pada kelompok ini tercatat 42.046 orang di bulan Agustus 2013, naik 8% (yoy) dari periode sebelumnya.
Buruh atau karyawan tercatat sebesar 277.821 orang atau naik tipis 6,02% (yoy) dari periode sebelumnya.
b. Kelompok Pekerja informal di bulan Agustus 2013 tercatat sebesar 276.919 orang. Proporsi setiap kelompok adalah sebagai berikut:
Berusaha sendiri turun 9,15%.
Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar naik 7,89%.
Pekerja bebas turun 7,43%.
Pekerja tidak dibayar naik 8,90%.
Tabel 1.12 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Sumber : Bank Indonesia
Kondisi cuaca dengan curah hujan dan gelombang laut yang tinggi, belum stabilnya permintaan global terhadap komoditas-komoditas unggulan, adanya kebijakan baru mengenai perdagangan timah, dan meningkatnya inflasi menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran meningkat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
43 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
7. Kesejahteraan Tingkat kesejahteraan suatu wilayah dapat diukur dari prosentase penduduk miskin di wilayah tersebut. Kemiskinan merupakan suatu masalah multidimesional yang sulit diukur sehingga perlu kesepakatan para pakar untuk merumuskan siapa si miskin, bagaimana solusi mengatasinya. Penduduk dikatakan miskin apabila hanya memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan. Garis Kemiskinan (GK) terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM) atau setara dengan 2100 kkal/kapita/hari. Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung penduduk yang hidup di bawah Garis Kemiskinan dinyatakan sebagai penduduk miskin atau persentase penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan. Grafik 1.9 Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode 2002 sampai dengan 2012 berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode 2002 sampai dengan Maret 2012 jumlah penduduk miskin menurun sebanyak 44 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
34,84 ribu orang, yaitu dari 106,2 ribu orang pada tahun 2002 menjadi 69,22 ribu orang pada Maret 2013. Tingkat kemiskinan menurun secara signifikan hingga separuh dari 11,62 persen pada tahun 2002 menjadi 5,21 persen pada Maret 2013. Jumlah penduduk miskin pada periode 2010 sampai Maret 2013 jumlah penduduk miskin menurun sebesar 24,92 persen (lihat grafik 1.9). Hal ini menunjukkan kebijakan pembangunan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mampu meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I tahun 2013 sebesar 69.220 orang, menurun dari tahun 2012 sebesar sekitar 3 persen. Grafik 1.10 Garis Kemiskinan Provinsi Bangka Belitung Tahun 2012 - 2013
Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung
Besar kecilnya penduduk miskin sangat dipegaruhi oleh Garis Kemiskinan, karena penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki ratarata pengeluaran perkapita di bawah Garis Kemiskinan. Pada triwulan I tahun 2013 Garis Kemiskinan daerah Perkotaan dan Pedesaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung naik 23,69% yaitu dari Rp323.638,- kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp400.324,- per kapita per bulan pada Maret 2013. Pada triwulan I tahun 2013 Garis Kemiskinan daerah perkotaan mengalami kenaikan sebesar 20,77% dari Rp323.328,- per kapita per bulan pada Maret 2011 menjadi Rp390.488,- per kapita per bulan pada Maret 2013. Sementara untuk daerah pedesaan Garis Kemiskinan
45 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
pada Maret 2013 naik sebesar 26,54% dari Rp323.938,- per kapita per bulan di bulan Maret 2011 menjadi Rp409.901,- per kapita per bulan atau meningkat sebesar 7,66 %. B. Perkembangan Indikator Sektoral terpilih (Sektor Pariwisata Sebagai Salah Satu Motor Penggerak Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung). Bermula dari surat terbuka Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kepada Presiden Republik Indonesia yang dimuat di surat kabar harian terkemuka ibukota mengenai usulan Gubernur kepada Presiden untuk menetapkan (pulau) Belitung sebagai destinasi ketiga wisata setelah (pulau) Bali dan Lombok serta menetapkan Bandar Udara HAS Hanandjoeddin sebagai Bandara Internasional. Menarik untuk diteliti, bahwa Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memang memiliki potensi wisata yang sangat besar dan hampir tersebar merata di seluruh kabupaten/kota. Lokasinya yang tidak terlalu jauh dari pusat pemerintahan dan perekonomian menjadikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung layak untuk dijadikan destinasi wisata. Hanya saja, saat ini tinggal bagaimana pemerintah daerah di seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat memanfaatkan peluang tersebut untuk menjadikannya sebagai salah satu penggerak roda perekonomian bagi daerah tersebut. a. Gambaran Umum 1). Sejarah Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau Bangka selalu berganti sebagai daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan Inggris sebagai Duke of Island. Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku undang-undang Nomor 22 Tahun 1948. Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd. lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R. Soemardja yang berkedudukan di Pangkalpinang. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1957 Pangkalpinang menjadi Kota Praja. Tanggal 13 Mei 1971, Presiden Soeharto 46 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
meresmikan
Sungailiat
sebagai
ibukota
Kabupaten
Bangka.
Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten
Bangka
dan
Kabupaten
Belitung
menjadi
Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. 2). Kondisi Fisik Daerah a). Kondisi Geografis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104°50’ sampai 109°30’ Bujur Timur dan 0°50’ sampai 4°10’ Lintang Selatan. Batas-batas wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sebelah Barat dengan Selat Bangka, sebelah Timur dengan Selat Karimata, sebelah Utara dengan Laut Natuna, dan sebelah Selatan dengan Laut Jawa. b). Iklim Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki Iklim tropis yang dipengaruhi angin musim yang mengalami bulan basah dan kering. c). Topografi Keadaan topografi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar merupakan dataran rendah, lembah (96%) dan sebagian kecil pegunungan dan perbukitan (4%). d). Pulau dan Sungai Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari gugusan dua pulau besar yaitu Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang sekitarnya dikelilingi oleh pulau-pulau kecil dimana jumlah keseluruhan mencapai 950 pulau (2 pulau besar dan 948 pulau kecil). Total pulau yang telah bernama berjumlah 470 buah dan sisanya 480 buah belum bernama, sedangkan yang berpenghuni hanya 50 pulau. Beberapa Sungai besar yang terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk di Pulau Bangka adalah S. Baturusa, S. Kotawaringin, S. Mancang, S. Menduk, S. Selan, S. Kurau, S. Kepoh, S. Bangka Kota, S. Balar dan S. Rangkui, sedangkan Sungai di Pulau Belitung diantaranya S. Cerucuk, S. Linggang, S. Balok dan S. Manggar. 3). Sosial Budaya
47 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses kulturisasi dan akulturasi. Kelompokkelompok orang laut dari berbagai daerah seperti Riau Kepulauan, Sulawesi dan Kalimantan, Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang sudah lebih dulu melebur dan semua kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu generasi baru yang disebut Orang Melayu Bangka Belitung. Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah, namun seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan antara lain Bahasa Mandarin. Ditinjau dari agama yang dianut terlihat bahwa penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan persentase sebesar 89,00%, untuk penduduk yang menganut agama Budha sebesar 4,24%, agama Kristen Protestan sebesar 1,8%, agama Katholik sebesar 1,2%, agama Hindu 0,09%, Khong Hu Chu 3,25% dan lainnya 0,41%. Tempat peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 722 mesjid, 445 mushola, 120 langgar, 161 gereja protestan, 31 gereja katholik, 63 vihara dan 11 centiya. b. Objek Wisata Objek wisata di Provinsi Kep. Bangka Belitung hampir tersebar merata di seluruh kabupaten/kota. Rata-rata objek wisata yang ditawarkan adalah objek wisata alam khususnya wisata bahari mulai dari wisata pantai dan wisata bawah laut. Namun tersedia pula objekobjek wisata yang lain seperti museum, ecotourism dan objek wisata budaya/religi. Jumlah objek wisata di kabupaten/kota yang terdaftar menurut Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dapat dilihat pada tabel 1.13 di bawah ini. Wisata budaya yang terdaftar dalam promosi pariwisata sebanyak tujuh objek wisata antara lain Ceng Beng (sembayang kubur), Sembahyang Rebut, Kongian (imlek), Nganggung, Maras Taun, Buang Jong dan Perang Ketupat. 48 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 1.13 Jumlah Obyek Wisata per Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jumlah obyek Kab/kota wisata Pangkalpinang 5 Bangka 7 Bangka Barat 7 Bangka Tengah 5 Bangka Selatan 5 Belitung 7 Belitung Timur 7 Total 43 Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bangka Belitung
Perkembangan Pariwisata Provinsi Bangka Belitung 1) Jumlah Tamu Asing dan Indonesia Perkembangan pariwisata di Provinsi Bangka Belitung untuk Tahun 2013 cukup menggembirakan, walaupun masih jauh jika dibandingkan dengan Bali dan Yogyakarta. Jika dilihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang setiap bulannya mengalami kenaikan, terutama di bulan-bulan tertentu yang merupakan liburan sekolah dan perayaan Ceng Beng (Sembahyang Kubur). Jika dilihat dari grafik 1.11 di bawah ini maka potensi jumlah tamu yang berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih didominasi oleh tamu domestik, terutama pada saat liburan sekolah dan akhir tahun. Sedangkan untuk tamu asing masih menumpuk di sekitar bulan Maret – April, di mana terdapat perayaan Sembahyang Kubur pada saat itu. Tradisi sembahyang kubur sudah terkenal di Bangka Belitung sejak lama, dan ini merupakan tradisi etnis Tionghoa dimana mereka menghormati para leluhur yang sudah meninggal dengan mengunjungi kuburannya. Tamu asing ini sendiri kebanyakan berasal dari etnis Tionghoa yang telah menetap di luar negeri (sekitar Asia).
49 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 1.11 Perkembangan Jumlah Tamu yang Menginap di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung
Potensi ini dapat dikembangkan oleh pemerintah daerah untuk dapat lebih memajukan sektor pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan menggelar event-event yang menarik minat wisatawan baik domestik maupun asing dengan jadwal yang direncanakan sesuai dengan potensi kedatangan tamu domestik maupun asing. Hal ini mengingat pada akhir tahun jumlah tamu asing yang menginap malahan menurun, tidak seperti daerah Bali yang pada setiap akhir tahun selalu fully booked. 2) Tingkat Penghunian Kamar Jika dilihat dari Tingkat Penghunian Kamar (TPK) di hotel berbintang selama tahun 2013, secara umum paling tinggi tingkat hunian kamar ada di kota Pangkalpinang dan kabupaten Bangka Tengah. Hal ini mengingat lokasi hotel berbintang seperti Aston, Novotel, Santika terdapat di sana. Terlihat pada bulan Februari tingkat hunian kamar hotel berbintang di kota Pangkalpinang paling tinggi yaitu sebesar 43,7% dimana bersamaan dengan liburan Imlek. Begitu pula di bulan April berbarengan dengan perayaan sembahyang kubur (Ceng Beng). Sedangkan di bulan Juni, hampir semua TPK hotel berbintang yang ada di Provinsi Bangka Belitung mengalami kenaikan bersamaan 50 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
dengan waktu liburan sekolah. Di triwulan III dan IV terlihat kenaikan TPK hotel berbintang di Bangka Belitung, kecenderungan kenaikan ini didominasi oleh perjalanan dinas dari pegawai baik pegawai negeri maupun swasta yang mengadakan kegiatan di Bangka Belitung. Grafik 1.12 Perkembangan TPK Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung
Perkembangan tingkat hunian kamar hotel berbintang ini dapat menjadi pendorong bagi pemerintah daerah untuk lebih dapat memajukan sektor pariwisata seperti potensi wisata alam dan wisata budaya maupun kulinernya sehingga dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
51 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 1.13 Perkembangan TPK Menurut Klasifikasi Hotel Berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Berdasarkan grafik 1.13 dapat dilihat bahwa TPK di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih didominasi oleh hotel berbintang 3, dimana cukup dapat diakses oleh golongan menengah ke atas. Tamu yang banyak datang ke Provinsi Bangka Belitung memang lebih banyak tamu dari domestik dibandingkan dengan
tamu asing, dan dari tamu
domestik tersebut rata-rata adalah wisatawan dari golongan menengah. Dilihat dari banyaknya jumlah hotel berbintang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, untuk hotel berbintang 4 dan 5 memang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah hotel berbintang 3. 3) Dukungan Dana Bagi Pariwisata di Provinsi Bangka Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan potensi besar bagi sektor pariwisata Indonesia karena keindahan pantainya selain Bali, Lombok yang sudah lebih dulu terkenal. Harus diakui, bahwa Bangka Belitung mulai terkenal secara luas setelah demam film “Laskar Pelangi” yang diambil dari novel karangan Andrea Hirata. Momen ini menjadikan peluang besar bagi sektor pariwisata yang ada di Bangka Belitung. Sektor pariwisata merupakan modal bagi suatu daerah untuk dapat meningkatkan PAD. Oleh karena itu perlu keseriusan pemerintah 52 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
daerah Bangka Belitung untuk menaruh perhatian khusus bagi berkembangnya sektor ini karena walaupun Bangka Belitung terkenal dengan timahnya (sektor pertambangan) namun untuk kedepannya tidak dapat mengandalkan sektor pertambangan secara terus-menerus. Selain karena timah merupakan limited resources, juga pertambangan timah sangat merusak lingkungan hidup di pulau Bangka Belitung. Perhatian pemerintah daerah dapat terlihat dari besarnya anggaran yang dialokasikan bagi sektor pariwisata itu sendiri. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan prosentase pagu fungsi pariwisata dan budaya yang didanai dari APBD yaitu dari tahun 2012 sebesar 0,97% menjadi sebesar 0,97% tahun 2013. Namun anggaran bagi sektor pariwisata dan budaya yang didanai dari APBD masih kurang dari 1%, ini menunjukkan masih kurangnya dana bagi sektor ini jika pemerintah daerah ingin menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor andalan bagi Provinsi Bangka Belitung. Tabel 1.14 Perbandingan Pagu Fungsi Pariwisata dan Budaya dari Dana APBN dan APBD TA 2012-2013 APBN 2012 Pagu Pariwisata dan Budaya
APBD 2013
2012
2013
6.470.000.000
3.062.250.000
51.347.000.000
63.153.000.000
Total Pagu
2.207.309.469.000
2.192.292.989.000
5.450.334.000.000
6.533.526.000.000
Prosentase
0,29%
0,14%
0,94%
0,97%
Sumber : LKPP Kanwil DJPB dan data LKPD
Sedangkan dana yang bersumber dari APBN bagi sektor pariwisata dan budaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurun secara prosentase dari total dana APBN seluruhnya, yaitu dari 0,29% di tahun 2012 menjadi 0,14% di tahun 2013. Pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung harus berupaya untuk meyakinkan pemerintah pusat menjadikan kepulauan Bangka Belitung tujuan destinasi wisata selain Bali dan Lombok di Indonesia sehingga tidak hanya menjadi program pemerintah daerah Bangka Belitung namun menjadi program Nasional.
53 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
4) Kinerja Sektor Pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Untuk melihat kinerja sektor pariwisata di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung kami menggunakan data PDRB Lapangan usaha berdasarkan harga konstan (lampiran 2). Dengan data yang terbatas maka asumsi yang digunakan untuk kinerja sektor pariwisata adalah pertumbuhan di sub lapangan usaha yaitu : perhotelan, restoran (Perdagangan, Hotel dan Restoran) dan sub lapangan usaha hiburan dan rekreasi. Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Bangka Belitung untuk sektor pariwisata dapat dilihat pada tabel 1.15 di bawah ini: Tabel 1.15 Laju PDRB Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan terkait dengan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2007-2013 2007 PERDAG., HOTEL & RESTORAN
2008
2009
2010
2011r)
2012*)
2013**)
6,55
6,69
2,06
6,77
9,00
6,22
5,34
-0,94
15,17
8,64
14,73
16,46
2,32
3,01
3,01
2,51
9,09
7,77
7,83
9,99
6,97
JASA-JASA 8,90 8,95 8,72 10,05 Hiburan & Rekreasi 6,51 4,14 9,35 9,79 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung r) Angka Revisi *) Angka Sementara **) Angka sangat sementara
10,91
7,86
8,18
9,16
10,13
7,33
Hotel Restoran
Alokasi anggaran yang diberikan oleh pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk fungsi Pariwisata dan budaya sepanjang tahun 2009 – 2013 dapat kita lihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.16 APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2009-2013 (jutaan rupiah) APBD
2009
2010
2011
Pariwisata dan Budaya 49.362 46.273 32.296 Sumber : DPPKAD Provinsi Bangka Belitung
2012 51.347
2013 63.153
Alokasi dana yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memang mengalami kenaikan, hanya pada tahun 2010 dan 2011 saja alokasi dana untuk pariwisata mengalami penurunan. Namun demikian Provinsi Bangka Belitung mulai memberi perhatian terhadap sektor ini dengan menaikkan alokasi dananya sebesar 23% pada tahun 2013. 54 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 1.14 Perbandingan Laju PDRB terkait Pariwisata dengan Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2009-2013
Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, DPPKAD, diolah
Perbandingan laju PDRB harga konstan di sektor-sektor yang terkait pariwisata dengan alokasi dana terlihat pada grafik 1.15 di atas. Pertumbuhan lapangan usaha Hotel naik sepanjang tahun 2009 sampai 2011, namun menurun di tahun 2011 dan 2013. Pertumbuhan lapangan usaha restoran relatif stabil sekitar 7% hingga 9% menurun di tahun 2013 sebesar 6,97%. Demikian juga pertumbuhan hiburan dan rekreasi relatif stabil berkisar 9 % hingga 10% namun turun di tahun 2013 menjadi sebesar 7,33%. Sedangkan alokasi dana menurun dalam kurun waktu 2009 hingga 2011, dan naik di tahun 2012 hingga 2013. Hal inilah yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah Provinsi Bangka Belitung untuk dapat memperbaiki kinerja di sektor pariwisata, sehingga target yang ingin dicapai oleh pemerintah daerah untuk menjadikan Bangka Belitung sebagai tujuan ketiga di Indonesia setelah Bali dan Lombok dapat tercapai. Salah satunya dengan promosi yang gencar baik di dalam negeri atau di luar negeri. Untuk itu diperlukan suatu analisis atau penelitian lebih lanjut untuk mengetahui permasalahan yang ada dan mengambil solusinya 5) Sektor pendukung pariwisata
55 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pariwisata sangat memerlukan dukungan dan kerjasama lintas sektor karena sejak lama pariwisata sudah dikenal sebagai kegiatan yang seringkali melewati batas-batas sektoral maupun batas administratif suatu wilayah pemerintahan. Secara kewilayahan di provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan wilayah kepulauan dan pertambangan diperlukan
keterpaduan
perhubungan,
antar
perindustrian
sektor
seperti
perdagangan
pekerjaan
dan
UMKM
umum, serta
pertambangan. Yang paling penting adalah dukungan dari infrastruktur sendiri dimana dengan infrastruktur yang telah baik akan mengundang tamu/wisatawan mengunjungi Bangka Belitung. Alokasi dana dari APBD untuk infrastruktur dilihat dari urusan Pekerjaan Umum dan urusan Perhubungan. Tabel 1.17 APBD Urusan Pekerjaan Umum dan Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2009-2013 (jutaan rupiah) 2009
2010
2011
2012
947.669
758.914
660.958
890.845
1.069.994
76.553 79.204 Sumber : DPPKAD Provinsi Bangka Belitung
50.715
84.660
136.315
Pekerjaan Umum Perhubungan
2013
Alokasi dana yang diberikan dari APBD untuk infrastruktur di wilayah Bangka Belitung terlihat pada tabel 1.16 di atas. Trend untuk alokasi dana ini hampir sama dengan alokasi dana sektor pariwisata dimana menurun pada tahun 2011 dan naik lagi pada tahun 2012.
56 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Boks 1 Keterkaitan Pertumbuhan PDRB, PDRB Perkapita dan Gini Ratio Provinsi Bangka Belitung Kesenjangan pendapatan di suatu daerah akan menimbulkan berbagai permasalahan, seperti peningkatan migrasi dari daerah yang miskin ke daerah yang lebih maju, kriminalitas, dan konflik antar masyarakat. Dalam konteks kenegaraan kesenjangan akan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang kemudian akan mengancam keutuhan suatu negara. Maka dari itu, kesenjangan harus diatasi oleh pemerintah dengan mendorong daerah yang miskin untuk mampu mengejar ketertinggalan perekonomiannya terhadap daerah yang sudah kaya. Sepanjang tahun 2007 hingga 2013 Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung
mengalami
laju
pertumbuhan
dengan
kecenderungan meningkat, hanya saja sejak tahun 2012 menurun menjadi 5,72 % lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya sebesr 6,46%. Penurunan laju pertumbuhan juga masih dialami di tahun 2013 menjadi 5,29%. Penurunan ini dikarenakan melambatnya kinerja sektor utama yaitu sektor pertanian, industry pengolahan dan jasa. Sedangkan dari sisi permintaan, meningkatnya inflasi juga mengakibatkan melambatnya konsumsi rumah tangga, serta akibat dari penerapan aturan ekspor timah yang baru mengakibatkan kinerja ekspor melambat di tengah meningkatnya impor luar negeri. Tabel Gini ratio, Laju PDRB dan PDRB per kapita Provinsi Bangka Belitung tahun 2007-2013. 2007 Gini ratio Laju PDRB PDRB perkapita
2008
2009
2010
2011
2012
2013
0,259
0,260
0,290
0,300
0,300
0,290
0,313
4,54
4,60
3,74
5,99
6,46
5,72
5,29
8.456.628
8.565.565
8.625.775
8.850.263
9.188.042
9.441.852
9.940.942
Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung
Gini Ratio Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relatif berada di sekitar angka 0,300, yang artinya berada antara kelompok rendah dan sedang. Namun di tahun 2013 koofisien gini ratio meningkat menjadi 0,313, artinya kesenjangan pendapatan penduduk di wilayah ini semakin melebar jurangnya. Hal ini yang harus 57 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
diperhatikan
pemerintah
daerah
Provinsi
Kepulauan
Bangka
Belitung karena sejak tahun 2012 pertumbuhan ekonomi melambat namun kesenjangan pendapatan penduduk semakin meningkat. Jangan sampai pertumbuhan ekonomi di Provinsi ini hanya dapat dinikmati oleh sebagian kalangan saja, tidak merata dinikmati oleh seluruh penduduk. Karena semakin perekonomian terpuruk dan kesenjangan semakin melebar maka akan timbul kriminalitas dan keadaan tidak aman di wilayah tersebut. Salah satu prinsip dasar yang harus dipegang para pengambil kebijakan adalah bahwa kesenjangan perekonomian masih dapat ditoleransi sejauh tidak mengganggu
pertumbuhan
ekonomi
dan
tidak
menciptakan
ketidakmerataan pendapatan yang luar biasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, upaya melakukan redistribusi pendapatan masyarakat haruslah mendapatkan prioritas utama dibandingkan redistribusi perekonomian daerah. Satu hal lagi yang harus dilakukan dalam upaya mengurangi kesenjangan perekonomian adalah mengurangi jarak antara daerah terkaya dengan daerah termiskin, melalui upaya khusus untuk mengangkat daerah termiskin secara signifikan. Grafik Perbandingan Laju PDRB dan Gini ratio Provinsi Bangka Belitung tahun 2007-2013.
Jika dilihat dari rata-rata pendapatan per penduduk maka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki rata-rata pendapatan 58 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
penduduk yang cenderung meningkat sejak tahun 2007 hingga 2013. Yang harus diwaspadai adalah jika rata-rata pendapatan perkapita penduduk semakin meningkat namun gini ratio juga meningkat, artinya bahwa peningkatan kesejahteraan itu hanya dinikmati oleh sebagian golongan saja. Seperti sudah dikatakan sebelumnya bahwa hal ini akan menimbulkan kecemburuan sosial yang akan berdampak pada keamanan dan ketertiban wilayah. Oleh karena itu butuh perhatian pemerintah daerah melalui kebijakannya untuk dapat menyentuh seluruh lapisan golongan masyarakat. Penyebab terjadinya kesenjangan yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diantaranya dapat diakibatkan oleh kesenjangan ketersediaan infrastruktur dan kemampuan keuangan antar kabupaten/kota. Infrastruktur merupakan suatu input dalam proses produksi yang dapat memberikan peningkatan produktivitas marjinal pada output. Infrastruktur yang layak dan tepat dapat membantu
mendorong
berbagai
kegiatan
ekonomi
melalui
fungsinya yang dapat melancarkan proses produksi dan mobilitas manusia, barang, dan jasa. Sementara itu kesenjangan dari sisi kemampuan keuangan dapat dilihat dari aspek jumlah pendapatan daerah, dan kualitas belanja daerah. Kedua aspek di atas memiliki pengaruh nyata terhadap kinerja perekonomian daerah. Perlu adanya koordinasi yang baik antara daerah kabupaten/kota yang ada di Bangka Belitung. Grafik Perbandingan PDRB per kapita dan Gini ratio Provinsi Bangka Belitung tahun 2007-2013
59 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Boks 2 Keterkaitan Indeks Pembangunan Manusia dengan Alokasi Dana di Provinsi Bangka Belitung Indeks
Pembangunan
Manusia
(IPM)
atau
Human
Development Index (HDI) digunakan untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam pembangunan SDM. Ukuran
agregat
yang
memperlihatkan
peningkatan
kondisi
perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut, merupakan indikasi dampak peningkatan jumlah dana yang dibelanjakan di daerah. Namun demikian, setelah 8 tahun otonomi daerah berjalan, harus disadari bahwa tujuan ideal belum tercapai dan
masih
banyak
pekerjaan
rumah
yang
harus
segera
diselesaikan, tentunya disertai dengan komitmen yang kuat sehingga otonomi daerah nantinya akan mendorong pertumbuhan ekonomi
yang
lebih
tinggi
dan
menyejahterakan
rakyat
(Brodjonegoro, 2009). Pencapaian pembangunan yang komprehensif di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dirasa belum memuaskan, dimana pertumbuhan ekonomi yang menurun 2 tahun belakangan dan PDRB perkapita yang meningkat tiap tahunnya namun kesenjangan menjadi lebih besar, walaupun Kepulauan Bangka Belitung menempati ranking 12 dari seluruh provinsi se Indonesia di tahun 2011 dan 2012. IPM sendiri ditentukan oleh kualitas SDM yang baik dan kualitas SDM sangat tergantung pada tingkat pendidikan dan kesehatan dari penduduk itu sendiri. Tabel Perbandingan Alokasi Dana APBD Fungsi Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur (jutaan rupiah) dan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009 2010 2011 2012 2013
Kesehatan Pendidikan Perumahan dan Fasilitas Umum IPM
489.287 914.829
493.074 909.075
558.926 1.016.485
540.780 1.176.652
675.255 1.400.508
961.911
779.303
670.498
72,55
72,86
916.728 73,78
1.094.742 N/A
73,37
Sumber : BPS & DPPKAD Provinsi Bangka Belitung
60 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Data IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2013 untuk saat ini belum dirilis oleh BPS, namun menurut Bangka Pos di websitenya pada tanggal 25 Oktober 2013 diberitakan bahwa IPM
Provinsi
dikarenakan
Kepulauan jumlah
Bangka
penduduk
Belitung yang
2013
meningkat
menurun dengan
meningkatnya angka kelahiran dan lesunya sektor pertambangan akibat harga timah yang merupakan unggulan di sini mengalami penurunan. Ini mengindikasikan bahwa program pemerintah yang terlihat dengan kenaikan alokasi dana setiap tahunnya kurang maksimal menyentuh seluruh masyarakat. Untuk tahun 2011, kenaikan alokasi dana bidang pendidikan sebesar 11,8% dan bidang kesehatan sebesar 13,4% hanya diikuti oleh kenaikan IPM sebesar 0,7%. Begitu juga di tahun 2012, kenaikan alokasi dana bidang pendidikan sebesar 15,8%, bidang perumahan dan fasilitas umum sebesar 36,7% hanya diikuti dengan kenaikan IPM sebesar 0,6%. Dan di tahun 2012 ini juga alokasi dana bidang kesehatan turun sebesar 3,2% dibandingkan dana tahun 2011, padahal kesehatan sangat memegang peranan penting bagi peningkatan sumber daya manusia berupa peningkatan angka harapan hidup. Untuk tahun 2013, alokasi dana untuk bidang pendidikan naik sebesar 19%, bidang kesehatan sebesar 24,9% dan alokasi dana perumahan dan fasilitas umum naik sebesar 19,4%. Seharusnya kenaikan ini diikuti dengan dengan peningkatan IPM yang lebih tinggi. Grafik Perbandingan Alokasi Dana APBD Fungsi Kesehatan, Pendidikan, Infrastruktur (milyar rupiah) dan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
61 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Batu Belayar Kabupaten Belitung 62 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
63 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
BAB II PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN PUSAT
A. APBN Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung APBN tingkat provinsi merupakan potret kondisi keuangan di suatu provinsi. Dari I- Account tersebut dapat juga dilihat kebijakan fiskal yang akan diberikan kepada daerah tersebut. Berdasarkan data Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
Semester II tahun 2011-2013 dapat dilihat
I– Account Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana tabel 2.1 Tabel 2.1 Perkembangan Pagu dan Realisasi APBN (I-Account) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 – 2013 (dalam miliar rupiah) 2011 No.
A
URAIAN
PAGU APBN
2012
REALISASI
PAGU APBN
%
2013
REALISASI
%
PAGU APBN
REALISASI
%
2
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH PENERIMAAN DALAM NEGERI Penerimaan Perpajakan Penerimaan Negara Bukan Pajak
II
PENERIMAAN HIBAH
B
BELANJA NEGARA
1.911
1.811
95
2.263
2.107
93
2.241
2.139
95
I
1.860
1.760
95
2.207
2.052
93
2.192
2.072
95
1.860
1.760
95
2.207
2.052
93
2.192
2.072
95
2
BELANJA PEMERINTAH PUSAT Belanja Kementerian Negara/lembaga Belanja Non KL
-
-
-
-
-
-
-
-
II
TRANFER KE DAERAH
51
51
99
55
55
99
49
67
138
1
Dana Perimbangan
51
51
99
55
55
99
49
67
138
-
-
-
-
-
-
-
(993)
372
(1.064)
104
(785)
(103)
0
0
0
0
-
-
I 1
1
2 C D 1 2
Dana Otsus dan Penyesuaian SURPLUS/DEFISIT ANGGARAN PEMBIAYAAN
918
2.184
238
1.198
2.211
185
1.455
2.036
140
918
2.180
237
1.198
2.206
184
1.455
2.019
139
899
2.015
224
1.159
2.028
175
1.413
1.668
118
19
165
858
39
178
458
42
350
822
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Luar Negeri
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 -2013
64 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
-
Pada tahun anggaran 2013,Pemerintah Pusat menargetkan pendapatan negara sebesar Rp.1.455 miliar. Dari target tersebut realisasi pendapatan Negara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan sebesar 7,91% dari tahun sebelumnya. Sementara belanja negara untuk Kementerian Negara/Lembaga sebesar Rp. 2.241 miliar turun sebesar 0,98% dari tahun 2012 tetapi naik dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 14,72%. Tahun 2013 defisit anggaran sebesar Rp.785 miliar naik sebesar Rp.279 miliar dibandingkan dengan defisit di tahun 2012. Realisasi pendapatan negara pada semester II tahun 2013 adalah sebesar Rp.2.036 miliar atau sebesar 140% dari pagu pendapatan, yang terdiri dari pendapatan Pajak dan PNBP. Pendapatan sektor pajak mencapai 118%, sedangkan pendapatan sektor PNBP terjadi peningkatan yang sangat signifikan mencapai 822% dari target PNBP yang ditetapkan. Pendapatan negara berdasarkan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung semester II tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 6,8% dibandingkan dengan tahun 2011 dan sebesar 8% dibandingkan dengan tahun 2012 hal ini disebabkan oleh beberapa kebijakan nasional tentang perubahan penetapan wajib pajak berdasarkan penghasilan kena pajak. Grafik 2.1 I- Account Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 - 2013 899
350 178
165
Penerimaan Perpajakan
100
51
55
51
67
55 42
39
49
Penerimaan Negara Bukan Pajak
19
Belanja Kementerian Negara/lembaga 1.86
2.015
2.207 1.76
2.192
2.028 2.052
2.072 1.668
Dana Perimbangan
1.413 1.159
1
Pagu Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi 2011
2012
2013
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 -2013
44 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Realisasi belanja negara belanja
yang
semester II tahun 2013 sebesar 95% dari pagu
dialokasikan
untuk
kementerian/lembaga.
Perbandingan
realisasi belanja atas pagu belanja dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 cenderung stabil dikisaran 95%. Anggaran Pembiayaan baik dalam negeri maupun luar negeri tidak terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Transfer ke Daerah adalah Dana Perimbangan berupa Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan yang mekanisme penyalurannya melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara di wilayah pembayaran Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pengalokasian dana transfer daerah setiap tahun cenderung naik, hal ini disebabkan semakin tingginya penerimaan Negara dari sektor pajak bumi dan bangunan. Namun demikian, untuk pembagian dana bagi hasil mulai tahun 2014 pengelolaannya diserahkan ke Pemerintah Daerah. B. Pendapatan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Terdapat dua sumber pendapatan pemerintah pusat yaitu penerimaan perpajakan dan penerimaan negara bukan pajak.
Penerimaan sektor
perpajakan tetap menjadi sumber utama pendapatan negara, ini terlihat dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 dengan porsi diatas 95% dari total pendapatan. Untuk penerimaan dari sektor penerimaan Negara bukan pajak (PNBP) meskipun porsinya tidak terlalu besar namun dalam realisasi penerimaan
cenderung
terus
meningkat
penanganannya perlu mendapat perhatian.
secara
signifikan,
sehingga
Adapun rincian kedua sumber
pendapatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah pajak, penerimaan pajak terdiri dari pajak penghasilan,Pajak Pertambahan Nilai,Pajak Pertambahan Nilai Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan,BPHTB, Pajak lainnya dan bea masuk. Penerimaan Pajak Tahun 2011-2013 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
45 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan Pajak Tahun 2011 - 2013 Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dalam miliar rupiah)
A
Jenis Pendapatan Perpajakan Pajak Penghasilan
1
PPh Perorangan
2
PPh Badan
B
PPN
1
PPN
2
PPN -BM
C
PBB
D
BPHTB
-
-
-
-
-
E
Pajak Lainnya
11
15
24
16
24
19
F
Bea dan Cukai
51
271
59
196
156
53
1
Bea Masuk
17
17
19
22
19
11
2
Cukai
3
Pajak Ekspor
34
Jumlah
899
No.
2011
2012
2013
Target
Realisasi
Target
Realisasi
Target
Realisasi
328
939
612
1.041
735
768
315
485
561
578
662
512
13
454
51
463
73
256
353
730
430
709
465
749
729
429
708
464
749
1
1
1
1
60
34
66
33
-
353 156
-
-
254
40
2.015
1.159
79
-
174
137
42
2.028
1.413
1.668
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA.2011-2013, data diolah
Dari Tabel 2.2 diatas dapat dijelaskan: 1.
Persentase penerimaan pajak penghasilan dibandingkan dengan target penerimaan selama 3 tahun turun dari Tahun 2011-2013 berturut-turut sebesar
286.3%,170.1% dan104.5%. hal ini terjadi karena adanya
kenaikan tarip PTKP (penghasilan tidak kena pajak) yang mempengaruhi berkurangnya besaran pajak yang diterima oleh pemerintah. Persentase penerimaan Pajak Pertambahan Nilai dibandingkan dengan target penerimaan selama 3 tahun terakhir turun dari Tahun 2011-2013 berturut-turut sebesar 206.8 %, 164.9% dan 161.1%. Persentase penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dibandingkan dengan target penerimaan selama 3 tahun terakhir naik dari Tahun 2011-2013 berturut-turut sebesar 38.5%, 194.1% dan 239.4%,hal ini terjadi karena bertambahnya jumlah objek pajak PBB.
46 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
2.
Pajak Penghasilan masih menjadi Sumber penerimaan terbesar di tahun 2013 sebesar 46,04 % dari total penerimaan pajak tahun 2013, Kenaikan pajak ini dikarenakan bertambahnya jumlah wajib pajak.
3.
Untuk pajak perdagangan internasional yang terdiri dari bea masuk, cukai dan pajak ekspor terlihat bahwa terjadi penurunan penerimaan secara drastis dimasing-masing penerimaan, penurunan penerimaan terbesar terjadi pada penerimaan ekspor pada semester II tahun 2012 dan tahun 2013.Penerimaan semester II tahun 2012 mengalami penurunan dari tahun 2011 sebesar 31.5% dan penerimaan pada semester II tahun 2013 mengalami penuruan yang sangat tajam yaitu 75,86% dari penerimaan tahun 2012 hanya sebesar Rp 42 milyar. Hal ini disebabkan melemahnya perdagangan di sektor perkebunan terutama sawit dan lada serta perdagangan di sektor pertambangan timah. Grafik 2.2 Penerimaan Perpajakan Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, data diolah
47 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
2. Penerimaan Bukan Pajak Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Selain dari sektor pajak, penerimaan negara bukan pajak saat ini juga telah mulai diperhitungkan untuk dijadikan andalan dalam memaksimalkan penerimaan negara,sehingga perlu mendapat perhatian penanganannya. a. Perkembangan PNBP per Jenis PNBP Penerimaan negara bukan pajak dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu penerimaan Sumber Daya Alam, Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Non Perbankan, Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya dan Pendapatan BLU. Penerimaan negara bukan pajak cenderung terus meningkat dan didominasi oleh penerimaan dari sektor sumber daya alam berupa pertambangan timah dan sumber mineral ikutan lainnya sebagaimana tabel berikut. Tabel 2.3 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 – 2013 (dalam miliar rupiah)
2011
2012
2013
Penerimaan PNBP
Target
Realisasi
Target
Realisasi
1.
Sumber Daya Alam
-
98
-
2.
-
-
3.
Bagian Pemerintah atas Laba BUMN Non Perbankan PNBP Lainnya
19
4.
Pendapatan BLU
No.
Jumlah
Target
Realisasi
100
-
127
-
-
-
140
67
39
78
42
83
-
-
-
-
19
165
39
178
42
350
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, data diolah
Penerimaan sektor sumber daya alam untuk tahun 2013 sebesar Rp 127 miliar naik sebesar 27% dari tahun 2012, penyumbang terbesar penerimaan SDA dari pendapatan pertambangan umum berupa iuran tetap sebesar Rp.4 miliar dan pendapatan royalty sebesar Rp 122 miliar, sedangkan dari sektor pendapatan kehutanan hanya Rp. 151 juta. Sedangkan untuk PNBP lainnya penyumbang terbesar penerimaannya dari pendapatan jasa sebesar Rp.49 miliar, pendapatan pendidikan Rp 18 miliar dan pendapatan lain-lain sebesar Rp.10 miliar. 48 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
b. Perkembangan PNBP Fungsional/ Kementerian/Lembaga Untuk PNBP fungsional/kementerian/lembaga yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terdapat sebelas jenis PNBP fungsional yaitu Pengurusan visa dan paspor, karantina,
hak
dan
Jasa kantor urusan Agama,
perijinan,
sensor/
jasa bandara, pelabuhan,
navigasi,pertanahan,pengelolaan
rekening
kejaksaaan
tipikor, Gratifikasi & sitaan dan
dan
peradilan
TSA,jasa
kepolisian,
pendidikan.Berikut jumlah penerimaan PNBP fungsional pada semester II TA.2011- 2013. Tabel 2.4 Penerimaan PNBP Pemerintah Pusat Tingkat Provinsi Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II Tahun 2011- 2013 (menurut Fungsional Kementerian/ Lembaga) dalam jutaan rupiah) 2011 No.
2012
2013
Jenis PNBP Target
Realisasi
Penerimaan PNBP Fungsional
Target
Realisasi
Target
Realisasi
51.555
54.719
76.483
-
12
1
1
Jasa Rumah Sakit
2
Visa, Paspor
2.057
3.696
3
Hak dan Perijinan
100
192
4
Sensor/Karantina
265
566
391
755
5
NTCR
162
399
67
373
6
Jasa Bandara, Pelabuhan, Navigasi Pelayanan Pertanahan
1.928
5.701
3.343
7.042
5.940
8.634
10.277
6.082
11.691
7.982
11.389
9.950
7 8
Pengelolaan TSA
Rekening
9
Jasa Kepolisian
10 11
Kejaksaan Peradilan Tipikor Pendidikan
12
Gratifikasi dan Sitaan
3.812
4.298
4.613
74
4.475 -
763
1.410 332
40
46
6
26.714
20.752
23.458
989
1.064
57
2.261
12.018
19.441
18.037
dan 3.883
6.998
19.016
178
303
919
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen PBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, data diolah.
Pada Semester
II TA.2013, penerimaan PNBP fungsional mencapai
Rp.76,4 miliar.Penerimaan terbesar diperoleh dari jasa kepolisian sebesar Rp.23,4 miliar, selanjutnya diikuti oleh penerimaan dari pelayanan pendidikan sebesar Rp.18 miliar (92,7% dari target tahun 2013). Penyumbang terbesar ketiga adalah penerimaan dari pelayanan pertanahan yang sebesar Rp 9,9 milyar (87,4% dari target tahun 2013). Sementara
untuk
pendapatan
PNBP
berdasarkan
Kementerian/ 49
INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Lembaga,
penerimaan terbesar dari Kementerian ESDM sebesar
Rp.127 miliar, diposisi kedua oleh Kepolisian RI sebesar Rp.24 milyar dan disusul di tempat ketiga oleh
Kementerian Pendidikan Nasional
sebesar Rp. 16 miliar. C. Belanja Pemerintah Pusat Tingkat Propinsi Belanja Pemerintah merupakan salah satu alat bagi pemerintah untuk melakukan stimulus faktor. Salah satunya yang popular pada saat krisis ekonomi adalah instumen ekonomi berupa stimulus faktor. Secara garis besar komposisi dari stimulus factor adalah berupa pengurangan beban pajak dan tambahan belanja pemerintah (increasing spending). 1.
Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Bagian Anggaran/Kementerian Negara/Lembaga Belanja pemerintah pusat di Bangka Belitung terdiri dari 36 Kementerian Negara/Lembaga.Pagu pada Kementerian Negara/Lembaga di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2013 terbesar di Kementerian Pekerjaan Umum sebesar Rp. 639,4 miliar naik sebesar Rp.120,9 miliar dari tahun 2012 yang sebesar 518,5 miliar dan di tahun 2011 PU mendapatkan pagu sebesar Rp.501,3 miliar. Kepolisian mendapatkan pagu terbesar kedua yaitu sebesar Rp.242,2 miliar disusul oleh Kementerian Agama sebesar Rp.213,9 miliar. Sementara disisi lain K/L yang mendapatkan pagu terendah tahun 2013 adalah Arsip Nasional yang hanya sebesar Rp. 170 juta, begitu juga di tahun 2011 dan 2012 hanya sebesar Rp.140 juta. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa pemerintah pusat telah mengalokasikan dana terbesar untuk peningkatan dan perbaikan infrastruktur yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
50 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 2.5 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Anggaran Kementerian/Lembaga Semester II 2010-2013 ( dalam Jutaan Rupiah) No.
Nama Bagian Anggaran K/L
1 BPK 2 MA 3 KEJAGUNG 4 DAGRI 5 PERTAHANAN 6 HUKUM & HAM 7 KEUANGAN 8 PERTANIAN 9 PERINDUSTRIAN 10 ESDM 11 PERHUBUNGAN 12 DIKNAS 13 KESEHATAN 14 AGAMA 15 NAKERTRANS 16 SOSIAL 17 KEHUTANAN 18 KELAUTAN 19 PU 20 BUDPAR 21 LING.HIDUP 22 KOPERASI &UKM 23 BPS 24 BPN 25 PERPUSTAKAAN 26 KOMINFO 27 POLRI 28 BPOM 29 BKPM 30 BKKBN 31 BMKG 32 KPU 33 ARSIP 34 PERDAGANGAN 35 MENPERA 36 MENPORA TOTAL
Pagu 11,758 37,204 34,127 30,836 32,857 39,529 32,188 63,963 1,490 83,968 97,752 237,565 50,416 184,713 9,281 13,359 26,668 38,322 515,040 1,783 500 3,522 19,270 26,772 1,917 5,921 183,579 25,190 300 20,720 4,988 11,336 140 1,241 1,193 3,833 1,853,241
Tahun 2011 Realisasi 10,239 36,200 31,343 25,125 41,589 38,179 32,096 55,920 1,325 81,802 95,975 206,890 38,116 162,252 8,691 12,368 21,886 34,826 507,628 1,702 499 3,266 20,675 18,578 1,818 4,920 201,774 24,742 295 17,282 4,712 9,689 137 1,204 1,052 3,492 1,758,287
% 87.08 97.30 91.84 81.48 126.58 96.58 99.71 87.43 88.93 97.42 98.18 87.09 75.60 87.84 93.64 92.58 82.07 90.88 98.56 95.46 99.80 92.73 107.29 69.39 94.84 83.09 109.91 98.22 98.33 83.41 94.47 85.47 97.86 97.02 88.18 91.10 94.88
Pagu
Tahun 2012 Realisasi
11,772 36,587 44,703 38,492 39,432 36,506 48,604 92,967 2,116 64,059 141,080 348,113 81,815 215,328 14,682 12,844 41,064 40,136 521,657 6,470 3,576 4,918 20,210 36,188 2,095 6,759 215,934 10,080 500 14,235 4,661 18,693 140 7,964 334 2,370 2,187,084
10,967 35,209 38,925 35,145 45,679 36,028 46,977 85,995 2,060 59,477 136,928 297,532 42,561 189,998 13,467 12,016 27,099 36,138 533,891 5,832 3,194 4,350 20,065 26,879 1,947 6,302 231,867 8,819 500 13,994 4,415 11,704 129 7,416 325 2,342 2,036,172
% 93.16 96.23 87.07 91.30 115.84 98.69 96.65 92.50 97.35 92.85 97.06 85.47 52.02 88.24 91.72 93.55 65.99 90.04 102.35 90.14 89.32 88.45 99.28 74.28 92.94 93.24 107.38 87.49 100.00 98.31 94.72 62.61 92.14 93.12 97.31 98.82 93.10
Pagu 12,241 56,861 54,956 34,269 49,141 40,531 48,854 96,567 2,213 53,140 92,268 147,504 53,206 213,949 16,018 12,726 40,256 42,918 639,431 4,062 5,500 8,759 31,317 37,280 1,266 7,272 242,221 9,883 500 19,237 5,366 56,613 170 8,063 3,733 2,148,291
Tahun 2013 Realisasi
%
11,375 59,916 52,270 30,421 50,498 39,736 46,895 83,122 2,175 52,121 88,406 132,656 33,232 178,696 14,077 11,112 33,685 32,155 655,571 1,964 4,949 8,389 30,315 30,262 1,198 6,542 265,232 8,272 453 17,629 4,992 42,319 167 1,963 3,617 2,036,382
92.93 105.37 95.11 88.77 102.76 98.04 95.99 86.08 98.28 98.08 95.81 89.93 62.46 83.52 87.88 87.32 83.68 74.92 102.52 48.35 89.98 95.78 96.80 81.17 94.63 89.96 109.50 83.70 90.60 91.64 93.03 74.75 98.24 24.35 96.89 94.79
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 -2013
51 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Dari sisi realisasi di semester II tahun 2013 terbesar di Kepolisian yaitu sebesar Rp. 265,2 miliar (109%) yang melebihi pagu belanja, hal ini disebabkan
karena
tingginya
intensitas
mutasi
personil
di
Polri.Kemudian Mahkamah Agung sebesar Rp. 59,9 miliar (105%), realisasi belanja pegawainya (gaji) juga melebihi pagu karena terdapat kenaikan tunjangan hakim,sedangkan di Kementerian Pertahanan sebesar Rp.50,4 miliar (102%) karena tingginya intensitas mutasi personilnya. Realisasi terendah terdapat di Kementerian Perdagangan sebesar Rp.1,9 miliar (24,3%) dari pagu Rp.8,3 miliar.Pada Kementerian kebudayaan dan pariwisata sebesar 48,3 % dari pagu Rp.4 miliar. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki pagu anggaran kecil namun dari segi realisasi juga masih kecil, hal ini tentunya bertolak belakang dengan misi Bangka Belitung yang menjadi destinasi pariwisata domestik dan internasional. Prosentase realisasi semester II tahun 2012 terbesar oleh Kementerian Pertahanan sebesar 116 % dan Kepolisian sebesar 107%.Realisasi melampaui pagu sebagai akibat dari banyaknya mutasi personil yang mengakibatkan
naiknya
realisasi
belanja
pegawai/gaji.Realisasi
terendah di Kementerian Kesehatan dengan realisasi 52% dan KPU sebesar 62,6%.Untuk periode semester II tahun 2011 realisasi terendah di Kementerian Kesehatan dan Kementerian Kehutanan masing-masing sebesar 75,6% dan 82,07%. Rendahnya tingkat penyerapan oleh KL disebabkan antara lain karena kurangnya perencanaan terhadap kegiatan yang akan dilakukan. Selain itu masih kurangnya tenaga pengadaan barang dan jasa yang memilki kompetensi dibidangnya. 2. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Jenis Belanja Menurut jenisnya belanja pemerintah pusat terdiri dari 8 jenis belanja, sementara yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada semester II tahun 2013 ada 6 jenis belanja yaitu belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, belanja bantuan sosial,pembayaran bunga utang dan belanja lain-lain. 52 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pagu berdasarkan jenis belanja di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode tahun 2011-2013 didominasi oleh belanja modal sebesar Rp. 823 miliar di tahun 2011, Rp. 972 miliar di tahun 2012 dan Rp.843 miliar di tahun 2013 sedangkan untuk tahun 2010 pagu terbesar di belanja barang sebesar Rp.393 miliar. Tahun 2010 dan 2011 masih terdapat belanja lain-lain sedangkan tahun 2012 dan 2013 belanja tersebut tidak dialokasikan lagi. Realisasi anggaran di kementerian Negara/lembaga sampai dengan semester II tahun 2013 dan 2011 mencapai 95%, naik sebesar 2% pada periode yang sama di tahun 2012 sementara tahun 2010 realisasinya 89%. Realisasi didominasi oleh belanja pegawai dengan rata-rata sebesar 104%,belanja modal sebesar 99,6% di tahun 2013,belanja bantuan sosial 99%
di tahun 2012. Untuk realisasi terendah di tahun 2013
maupun 2012 ada dibelanja barang yaitu sebesar Rp.600 miliar dari pagu 2013 sebesar Rp.714 miliar (84%), dan tahun 2012 sebesar 502 miliar atau 83% dari pagu sebesar Rp. 601 miliar. Grafik 2.3 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja 1,200,000,000,000
1,000,000,000,000
800,000,000,000
Bel.Pegawai Bel. Barang
600,000,000,000
Bel.Modal Bel. Pembyran Bunga Utang
400,000,000,000
Bel.Sosial 200,000,000,000
Bel. Lain-lain
2010
2011
2012
Realisasi
Pagu
Realisasi
Pagu
Realisasi
Pagu
Realisasi
Pagu
-
2013
53 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 2.6 Perkembangan Belanja Pemerintah Pusat Berdasarkan Jenis Belanja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010 – 2013 No. Jenis Belanja
Tahun 2010 Pagu Realisasi
1 Pegawai 2 Barang 3 Modal 4 Bansos 5 Lain-lain JUMLAH
327,967 321,990 378,404 322,938 393,989 335,211 248,749 242,877 6,641 5,883 1,355,750 1,228,899
%
Tahun 2011 Pagu Realisasi
%
Tahun 2012 Pagu Realisasi
%
Tahun 2013 Pagu Realisasi
%
98.2 345,766 370,709 107.2 414,609 434,112 104.7 499,902 504,737 100.97 85.3 459,739 383,272 83.4 614,689 501,925 81.7 714,020 600,687 84.13 85.1 823,597 791,536 96.1 812,656 903,287 111.2 843,988 841,007 99.65 97.6 226,338 210,206 92.9 209,672 211,096 100.7 134,382 125,651 93.50 88.6 4,569 4,134 90.5 90.6 1,860,009 1,759,857 94.6 2,051,626 2,050,420 99.9 2,192,292 2,072,082 94.52
Sumber: LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Babel Tahun 2010-2013
3. Perkembangan Pagu dan Realisasi berdasarkan Fungsi dan Program
Belanja Pemerintah Pusat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibagi menjadi 11 fungsi yaitu pelayanan umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata dan budaya, agama, pendidikan dan fungsi perlindungan. Tahun 2013 pagu belanja tertinggi dialokasikan pada fungsi pelayanan umum, sedangkan pada tahun 2011 dan 2012 belanja terbesar dialokasikan pada fungsi ekonomi. Pagu belanja fungsi pariwisata dan budaya tahun 2011 – 2013 memperoleh alokasi dana terendah. Mengingat alokasi dari Pemerintah Pusat untuk fungsi pariwisata dan budaya yang masih rendah,pemerintah daerah agar mengalokasikan dana lebih besar di fungsi tersebut atau dengan meminta alokasi yang lebih besar ke pusat agar misi “Visit Bangka Belitung” dapat tercapai, sehingga menjadi penggerak perekonomian selain dari pertambangan timah dan perkebunan lada. Realisasi belanja semester II tahun 2013 fungsi pariwisata dan budaya sebesar 45% merupakan realisasi terendah dibandingkan dengan fungsi lainnya sedangkan realisasi tertinggi fungsi ketertiban dan keamanan dengan realisasi 114%. Tahun 2011 dan 2012 realisasi belanja fungsi pertahanan sebesar 126% dan 116%, yang merupakan realisasi tertinggi dibandingkan fungsi lainnya. Tahun 2013 realisasi belanja fungsi pertahanan terbesar ketiga setelah fungsi ketertiban dan 54 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
keamanan, dan fungsi perumahan dan fasilitas umum, dengan realisasi 103%.Tingginya realisasi fungsi pertahanan disebabkan besarnya belanja pegawai pada kementerian pertahanan di daerah. Tabel 2.7 Belanja Pemerintah Pusat Semester II Tahun 2010 – 2013 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Fungsi 2010 2011 2012 2013 Fungsi Pelayanan Umum Pertahanan Ketertiban &Keamanan Ekononomi Lingkungan Hidup Perumahan dan Fasum Kesehatan Pariwisata dan Budaya Agama Pendidikan Perlindungan sosial Total
Pagu 412,392 96,596 253,657 50,416 105,201 32,300 2,348 8,609 312,634 14,257 1,288,410
Realisasi 390,246 87,631 235,778 40,097 96,243 21,747 1,823 7,919 266,766 12,426 1,160,676
Pagu 374,379 32,857 101,537 592,170 54,875 147,863 52,101 1,783 12,620 203,335 12,815 1,586,335
Realisasi Pagu Realisasi Pagu Realisasi 375,974 494,366 487,091 609,173 582,192 41,448 39,432 45,679 49,183 50,497 94,490 155,018 147,580 159,332 183,162 566,419 593,639 565,131 586,935 551,286 49,129 64,282 57,584 71,625 65,741 149,766 134,808 149,446 168,828 185,283 46,384 40,280 36,844 50,371 44,274 1,682 6,470 5,832 3,062 1,377 10,047 29,033 29,083 35,318 31,747 183,251 531,035 431,202 301,858 249,609 11,840 12,265 11,447 12,215 10,612 1,530,430 2,100,628 1,966,919 2,047,900 1,955,780
Sumber : LKPP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Semester II 2011 -2013
4. Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer
Belanja Dana Transfer Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dapat dibedakan menjadi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Dana Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian. Tabel 2.8 Perkembangan Pagu dan Realisasi Dana Transfer Di Propinsi Bangka Belitung Tahun 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) Dana Transfer
Pagu 2012
Realisasi 2012
Pagu 2013
Realisasi 2013
DAU
2.991.371,48
2.991.371,48
3.340.077,51
3.245.241,39
DAK
283.250,08
276.503,31
339.670,74
319.985,68
DBH
638.639,15
648.975,41
682.335,41
618.323,25
Dana Penyesuaian
283.295,11
279.685,25
369.780,86
309.913,90
Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id dan data Triwulan IV 2013 Pemda se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
55 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
D. Pengelolaan Badan Layanan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum menyatakan Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 1. Pengelolaan BLU Pusat Di wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum ada satker BLU Pusat. 2. Perkembangan pengelolaan aset, PNBP dan RM Tahun Anggaran 2012 dan 2013 pada wilayah kerja Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terdapat beberapa Satuan Kerja PNBP yang memiliki nilai aset terbesar. Tabel 2.9 Daftar Satker PNBP dengan nilai aset terbesar Tahun Anggaran 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) No
Satker PNBP
Pendidikan 1 Universitas Bangka Belitung 2 Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung 3 Politeknik Kesehatan Pangkalpinang 4 STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
Nilai Aset 2012
2013
Pagu PNBP 2012 2013
238,899.83 290,667.53 13,554.61 128,425.55 161,773.37 1,567.41 21,910.99 2,302,742.00 59,532.28 66,891.05 3,854.86
12,581.60 2,074.40 2,906.70 3,854.86
2012
Pagu RM 2013
169,723.51 80,893.74 38,258.30 23,091.94
67,419.59 29,947.94 18,017.65 24,108.89
Jumlah Pagu 2012 2013 183,278.12 82,461.15 38,258.30 26,946.80
80,001.19 32,022.34 20,924.35 27,963.75
Sumber data : - Pagu dan Realisasi Anggaran dari Monev DJA TA.2012 dan 2013 - Nilai Aset dari KPKNL TA.2012 dan 2013
3. Potensi Satker PNBP menjadi Satker BLU Besarnya pendapatan PNBP yang dapat dihasilkan dalam satu tahun dan jumlah aset yang dikelola merupakan salah satu kriteria satuan kerja PNBP dinyatakan berpotensi untuk dapat ditetapkan menjadi satuan kerja BLU.Batas minimal pendapatan PNBP yang harus dihasilkan adalah sebesar Rp15 miliar dan batas minimal aset yang dikelola harus mencapai sebesar Rp75 miliar. Kriteria pendapatan minimal merupakan salah satu persyaratan teknis yang harus dipenuhi oleh satuan kerja PNBP jika ditetapkan menjadi 56 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
satuan kerja BLU. Kriteria aset juga menjadi bahan pertimbangan mengingat ketentuan yang mengatur bahwa satuan kerja PNBP jika ditetapkan sebagai satuan kerja BLU harus membentuk dewan pengawas. Syarat pembentukan dewan pengawas antara lain satuan kerja PNBP tersebut memiliki omset minimal Rp15 miliar atau Rp75 miliar aset yang dikelola. Tabel 2.10 Perbandingan Estimasi Pendapatan dengan Realisasi PNBP Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) No
Estimasi Pendapatan
Satker PNBP
Realisasi Pendapatan
% Realisasi Pendapatan
2012
2013
2012
2013
2012
2013
13,554.61
12,581.60
8,713.04
13,633.57
64.28
108.36
1,567.41
2,074.40
1,377.41
1,458.99
87.88
70.33
2,966.06
0.72
2,414.66
-
81.41
Layanan Pendidikan 1 Universitas Bangka Belitung 2 Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung 3 Politeknik Kesehatan Pangkalpinang
-
4 STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung 3,893.80 3,893.80 2,055.74 2,255.92 52.80 57.94 Sumber data : Penerimaan pendapatan dari LKPP Kuasa BUN Tk. Wilayah TA.2012 dan 2013
Dari tabel 2.10 tersebut di atas diketahui Universitas Bangka Belitung mengalami peningkatan realisasi pendapatan PNBP TA.2013 sebesar 56,47% dari TA.2012, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung meningkat
sebesar
5,92%,
Politeknik
Kesehatan
Pangkal
Pinang
meningkat sebesar 333.532,32%, STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung meningkat sebesar 9,74%. Tabel 2.11 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran Satuan Kerja PNBP Tahun Anggaran 2012 dan 2013 (dalam jutaan rupiah) No
Satker PNBP
Pagu Anggaran PNBP Realisasi Anggaran PNBP % Realisasi 2012 2013 2012 2013 Anggaran
Pagu Anggaran RM 2012
2013
Realisasi Anggaran RM 2012
2013
% Realisasi Anggaran
Layanan Pendidikan 1 Universitas Bangka Belitung
13,554.61 12,581.60 8,698.40 11,166.64 64.17% 88.75% 169,723.51 67,419.59 138,905.74 63,151.06 81.84% 93.67%
2 Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
1,567.41 2,074.40 1,282.46 1,441.66 81.82% 69.50% 80,893.74 29,947.94 77,648.62 26,529.71 95.99% 88.59%
3 Politeknik Kesehatan Pangkalpinang 4 STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung
-
2,906.70
-
1,769.41 0.00% 60.87% 38,258.30 18,017.65 2,934.59 4,086.25 7.67% 22.68%
3,854.86 3,854.86 1,765.32 1,723.57 45.79% 44.71% 23,091.94 24,108.89 21,273.53 16,763.36 92.13% 69.53%
Sumber data : Pagu dan Realisasi Anggaran dari Monev DJA TA.2012 dan 2013
57 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Dari tabel 2.11 tersebut di atas diketahui TA.2013 terdapat 3 Satker PNBP mengalami penurunan pagu anggaran (Pagu PNBP+RM) TA.2012, yaitu
Universitas Bangka Belitung
Manufaktur Negeri Bangka Belitung
dibandingkan
turun (56,35)%, Politeknik
turun (61,17)%, dan Politeknik
Kesehatan Pangkal Pinang turun (45,31)%, sedangkan STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung mengalami kenaikan sebesar 3,77%. Berdasarkan realisasi anggaran belanja yang bersumber dari PNBP dan RM TA.2013 dan TA.2012 diketahui bahwa Universitas Bangka Belitung mengalamai penurunan
sebesar (49,65)%, Politeknik Manufaktur Negeri
Bangka Belitung turun (64,56)%, STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung turun (19,76)%, sedangkan Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang mengalami kenaikan sebesar 99,54%. Tabel 2.12 Perkembangan Aset Tetap Satker PNBP Tahun 2012 - 2013 (dalam jutaan rupiah) No.
Calon BLU Pusat
Nilai Aset Tetap
Nilai Aset Tetap
Tahun 2012
Tahun 2013
Layanan Pendidikan 1.
Universitas Bangka Belitung
238.899,83
290.667,53
2.
Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung
128.425,55
161.773,37
3.
Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang
21.910,99
23.027.42
4.
STAIN
59,532,28
66.891,05
Syaikh
Abdurrahman
Siddik
Bangka
Belitung Sumber data : Nilai Aset dari KPKNL TA.2012 dan 2013
Dari tabel 2.12 tersebut diketahui bahwa seluruh satker mengalami kenaikan aset tetap TA.2012 dan TA.2013, yaitu Universitas Bangka Belitung mengalami kenaikan sebesar 21,67%, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung sebesar 25,97%, Politeknik Kesehatan Pangkal Pinang sebesar 5,10%, dan STAIN Syaikh Abdurrahman Siddik Bangka Belitung sebesar 12,36%. Berdasarkan tabel tersebut dapat dianalisis sebagai berikut : 1. Universitas Bangka Belitung berdasarkan realisasi pendapatan PNBP tahun anggaran 2013 realisasinya melebihi target dibandingkan dengan Satker PNBP lainnya. 58 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
2. Universitas Bangka Belitung berdasarkan alokasi pagu tahun anggaran 2012 dan 2013 baik bersumber dari PNBP dan Rupiah Murni alokasi dananya lebih besar dibandingkan dengan Satker PNBP lainnya. 3. Universitas Bangka Belitung berdasarkan jumlah aset tetap tahun anggaran
2012
dan
2013
mempunya
aset
tetap
lebih
besar
dibandingkan dengan Satker PNBP lainnya. 4. Berdasarkan angka 1, 2, dan 3 tersebut, maka Universitas Bangka Belitung kedepannya dapat diusulkan menjadi BLU Pusat dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sesuai PP Nomor 23 Tahun 2005 disamping perkembangan dari realisasi penerimaan PNBP, alokasi pagu anggaran, dan jumlah aset tetap, persyaratan tersebut meliputi antara lain : a. Persyaratan Substantif; b. Persyaratan Teknis; dan c. Persyaratan administratif.
59 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pulau Lengkuas Kabupaten Belitung
60 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
61 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
BAB III PERKEMBANGAN PELAKSANAAN ANGGARAN DAERAH Perkembangan tata kelola pembangunan daerah dalam sepuluh tahun terakhir di Indonesia telah ditandai dengan perubahan mendasar pada dua aspek, yaitu aspek politik dan aspek ekonomi. Pada aspek politik tercermin pada semakin kuatnya kewenangan daerah dalam menentukan berbagai kebijakan di daerah, sedangkan dimensi ekonomi ditandai dengan adanya kebijakan transfer fiskal dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang semakin besar. Dua hal tersebut merupakan konsekuensi dari diberlakukannya Undang – Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004, yang pada dasarnya
bertujuan
untuk
memperkecil
ketimpangan
keuangan
antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (vertical imbalance), mengoreksi ketimpangan antar daerah dalam kemampuan keuangan (horizontal imbalance), dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan di sektor publik. Kebijakan
pengeluaran
pemerintah
pusat
ini
berupa
pengalokasian
anggaran dalam bentuk dana perimbangan yakni Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus (DBH, DAU dan DAK) ke dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dengan harapan akan berdampak langsung dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah baik dalam jangka pendek, jangka menengah, maupun jangka panjang. A.Profil APBD Provinsi/Kabupaten Kota Paparan bab ini akan memberikan gambaran perkembangan APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam periode 2010 s.d. 2013 berdasarkan klasifikasinya serta mencoba memotret arah kebijakan pemerintah daerah. 1. Berdasarkan Klasifikasi Ekonomi (I-account) Arah kebijakan fiskal suatu daerah dapat dilihat dari I-account-nya. Perkembangan APBD pada pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara agregat dapat dilihat dari tabel dan uraian berikut ini :
62 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 3.1 I-account APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (dalam jutaan rupiah)
Uraian Pendapatan PAD Pajak daerah Retribusi daerah Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang Lain-lain PAD yang sah Dana Perimbangan DBH DAU DAK Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Hibah Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari Provinsi dan Pemda Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari Provinsi atau Pemda Lain-lain Belanja Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan sosial Belanja Bagi hasil kpd Prov/Kab/Kota dan Pemdes Belanja Bantuan keuangan kpd Prov/Kab/Kota dan Belanja tidak terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan jasa Belanja Modal Pembiayaan Netto Penerimaan Pembiayaan SiLPA TA sebelumnya Pencairan dana cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah dan Obligasi Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Pembayaran Kegiatan Lanjutan Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga
2010 Anggaran % 3,538,169.98 100 469,469.20 13.27 278,864.03 7.88 44,468.78 1.26
2011 Anggaran % 3,980,655.04 100 553,377.54 13.90 353,927.74 8.89 44,530.86 1.12
2012 Anggaran % 5,061,329.40 100 684,084.39 13.52 484,356.78 9.57 49,427.71 0.98
2013 Anggaran % 5,940,274.53 100 867,838.39 14.61 630,716.73 10.62 86,251.75 1.45
11,948.51 0.34 134,187.88 3.79 2,886,675.00 81.59 582,451.47 16.46 2,111,168.93 59.67 193,054.60 5.46
19,128.50 0.48 135,790.44 3.41 3,090,491.87 77.64 498,308.02 12.52 2,354,068.76 59.14 238,115.10 5.98
26,561.77 0.52 123,738.13 2.44 3,831,930.09 75.71 638,639.15 12.62 2,991,371.48 59.10 283,250.08 5.60
27,663.74 0.47 123,206.18 2.07 4,336,263.70 73.00 682,335.41 11.49 3,340,077.51 56.23 339,670.74 5.72
182,025.78 1,600.00 26,511.82
5.14 0.05 0.75
336,785.63 800.00 -
8.46 0.02 0.00
545,314.93 10.77 26,539.50 0.52 0.00
736,172.40 12.39 35,886.31 0.60 0.00
91,836.24
2.60
118,964.45
2.99
143,387.35
2.83
157,032.83
2.64
7,332.34
0.21
107,501.87
2.70
283,295.11
5.60
369,780.86
6.22
54,745.38 1.55 0.00 4,391,664.42 100 1,919,767.10 43.71 1,247,092.42 28.40 0.00 9,488.00 0.22 223,692.45 5.09 77,746.92 1.77 126,898.55
2.89
206,718.55 28,130.21 2,471,897.32 312,542.62 831,634.77 1,327,719.93 896,985.40 956,787.90 944,487.90 11,000.00
4.71 0.64 56.29 7.12 18.94 30.23 20.42
59,519.31 1.50 50,000.00 1.26 4,403,565.76 100 2,030,235.77 46.10 1,529,479.59 34.73 0.00 8,388.00 0.19 110,815.93 2.52 41,344.11 0.94 140,785.22
3.20
99,866.49 1.97 50,000.00 0.99 5,450,334.23 100 2,611,512.21 47.91 1,802,036.16 33.06 0.00 2,388.00 0.04 262,981.16 4.83 15,625.17 0.29 227,723.66
72,025.83 1.21 108,496.07 1.83 6,055,874.54 100 3,979,632.00 65.72 2,311,677.16 38.17 0.00 295.62 0.00 348,307.85 5.75 21,956.39 0.36
4.18
463,028.72
7.65
183,578.55 4.17 15,844.37 0.36 2,373,329.99 53.90 307,125.87 6.97 840,665.52 19.09 1,225,538.60 27.83 423,043.56 9.61 471,293.83 447,297.01 22,696.82
280,371.96 5.14 20,386.10 0.37 2,838,822.03 52.09 366,106.79 6.72 1,078,916.43 19.80 1,393,798.81 25.57 389,225.12 7.14 439,192.62 437,092.62 -
50,316.38 2,273.99 2,858,018.44 1,247,078.60 1,610,939.84 1,009,223.54 1,068,791.31 1,063,491.95 -
0.83 0.04 47.19 0.00 20.59 26.60 16.67
-
-
-
-
-
-
2,050.41
1,300.00 59,802.50 -
1,300.00 48,250.27 -
2,100.00 49,967.50 -
3,248.95 59,567.77 -
57,802.50 2,000.00 -
25,552.50 12,526.52 10,171.25 -
42,302.50 7,665.00 -
50,250.44 5,971.91 3,345.42 -
-
-
-
-
Sumber data : http://www.djpk.depkeu.go.id (2010-2012) dan pemda (2013) (diolah)
63 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
a. Pendapatan Daerah Berdasarkan tabel 3.1 di atas, anggaran pendapatan selama periode pengamatan mengalami peningkatan pada kisaran ±22% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Komponen pendapatan ini terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah. PAD merupakan sumber penerimaan daerah yang harus terus menerus dipacu pertumbuhannya. Pengelolaan Pendapatan Asli Daerah ditujukan dengan maksud memberikan kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk mendanai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. PAD dapat dijadikan sebagai indikator dalam menilai tingkat kemandirian suatu daerah dalam mengelola keuangan daerahnya, makin tinggi rasio PAD dibandingkan dengan total pendapatan makin tinggi tingkat kemandirian suatu daerah. Tabel 3.1 menunjukkan bahwa rasio PAD terhadap total pendapatan secara rata-rata adalah sebesar 13,83%. Di samping itu, PAD tersebut juga menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk meningkatkan PAD pada 2013 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan
beberapa
terobosan,
salah
satunya
adalah
dengan
mengadakan program pemutihan pajak kendaraan bermotor. Pada 2013, diantara kabupaten/kota, Kabupaten Belitung memiliki PAD tertinggi yaitu sebesar Rp.84,10 Milyar sedangkan PAD terendah adalah Kabupaten Bangka Selatan yang sebesar Rp.22,20 Milyar (data pada lampiran). Menurut Undang-undang Nomor 33 tahun 2004, PAD terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah. Diantara keempat komponen
PAD
tersebut,
pajak
daerah
merupakan
komponen
penyumbang tertinggi dengan kontribusi 67,88% dari seluruh PAD selama empat tahun. Tabel tersebut juga menunjukkan penyumbang PAD terbesar kedua adalah lain-lain PAD yang sah dengan kontribusi 20,08%. Pada 2013, Lain-lain PAD yang sah tertinggi adalah pada Pemda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp.34,87 Milyar, berikutnya Kabupaten Bangka sebesar Rp.31,31 Milyar dan Kabupaten
62 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Bangka Selatan yang mengalokasikan Lain-lain PAD yang sah paling rendah yakni sebesar Rp.11,27 Milyar (data terlampir pada lampiran). Dana Perimbangan merupakan komponen pendapatan APBD terbesar selama tahun pengamatan. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) rata-rata berkontribusi sebesar 76,98% dari total pendapatan pemda tiap tahun. Dibandingkan jenis dana perimbangan lainnya, DAU menjadi sumber pendapatan tertinggi, dimana persentase DAU terhadap Dana Perimbangan mencapai rata-rata 76,10% tiap tahun, dan trend DAU selalu meningkat dari tahun ke tahun, bahkan porsi DAU terhadap keseluruhan pendapatan mencapai 58,54%. Pada 2013, Provinsi sudah pasti mendapatkan alokasi 10% dari total DAU yang diterima seluruh Pemda di Kepulauan Bangka Belitung atau sebesar Rp.717,14 Milyar, sedangkan untuk Pemerintahan Kabupaten/Kota yang mendapatkan alokasi DAU tertinggi adalah Kabupaten Bangka sebesar Rp.444,19 Milyar dan alokasi DAU terendah adalah Kabupaten Bangka Tengah sebesar Rp.336,87 Milyar. Komponen ketiga dalam pendapatan APBD adalah Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, yang terdiri dari Hibah, Dana darurat, Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lainnya, Dana penyesuaian dan otonomi khusus, Bantuan keuangan dari provinsi atau pemda lainnya, serta Lain lain. Dapat dilihat penyumbang terbesar dari komponen ketiga ini adalah Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemda lainnya yakni rata-rata sebesar ±33,35% selama empat tahun pengamatan. Pada 2013, Kabupaten Bangka adalah satu-satunya pemerintahan daerah yang menganggarkan Sumbangan Pihak Ketiga dalam Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah walaupun tidak terealisasi. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa Dana Alokasi Umum merupakan penyumbang terbesar terhadap pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di luar PAD nya. Walaupun PAD menunjukkan trend meningkat, di sisi lain DAU juga meningkat, artinya tingkat ketergantungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Dana Perimbangan masih cukup tinggi. Pada tahun-tahun mendatang dengan mulai diberlakukannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
63 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (UU PDRD) diharapkan semakin mampu menjadi pendongkrak PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, karena berdasarkan Undang-undang ini, khususnya Pajak Bumi dan Bangunan sektor Pedesaan dan Perkotaan (PBB P2) yang sebelumnya merupakan pajak yang dikelola oleh pemerintah pusat dilimpahkan pengelolaannya kepada pemerintah daerah. Pelimpahan pengelolaan PBB P2 kepada pemerintah daerah akan dilaksanakan selambat-lambatnya pada bulan Januari 2014 (pasal 182 ayat (1) UU PDRD). b. Belanja Daerah Berdasarkan tabel 3.1 dan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana terakhir diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, struktur anggaran belanja APBD meliputi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung adalah belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan program dan kegiatan. Belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta belanja modal.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan
tidak terkait secara langsung dengan program maupun kegiatannya. Klasifikasi belanja tidak langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi
hasil
atau
belanja
bantuan
keuangan
kepada
provinsi/kabupaten/kota serta belanja tidak terduga. Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa rasio antara Belanja Tidak Langsung terhadap total belanja selama empat tahun pengamatan secara rata-rata sebesar 50,86% sedangkan rasio Belanja langsung terhadap total belanja rata-rata sebesar 52,37%. Untuk tahun 2013 rasio antara Belanja Tidak Langsung terhadap total belanja tertinggi terdapat pada Kabupaten Bangka sebesar 76,36% disusul oleh Pemerintahan Kota
Pangkalpinang
sebesar
74,24%,
Pemerintahan
Provinsi
merupakan yang terendah yakni sebesar 54,08%. Sedangkan untuk rasio antara Belanja Langsung (Belanja Modal) terhadap total Belanja diantara pemerintahan Kabupaten/Kota juga bervariasi, angka rasio tertinggi terdapat pada Pemerintahan Kabupaten Bangka Barat yaitu
64 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
31,08% disusul oleh Kabupaten Bangka Selatan 29,99% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Bangka sebesar 19,65% (data pada lampiran). Diantara ketiga komponen dalam Belanja Langsung, Belanja Modal mendapatkan porsi paling besar selama empat tahun pengamatan, yakni 52,70%. Bahkan bila diamati lebih lanjut, nilai rasio belanja modal terhadap total belanja, rata-rata hanya sebesar 27,56%, artinya APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam mengalokasikan belanja modal belum mencapai 30% sebagaimana amanat Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN tahun 2010 – 2014. Kabupaten Bangka Barat merupakan satu-satunya pada tahun 2013 yang mengalokasikan belanja modal sebesar 31,08% dari total belanjanya (data pada lampiran).Sedangkan untuk pemerintahan Kabupaten/Kota lainnya masih di bawah 30%. Apabila dijabarkan lebih lanjut, dalam Belanja Tidak langsung, alokasi belanja pegawai selalu menjadi belanja yang paling besar, yaitu sebesar 68,75%. Alokasi belanja pegawai ini mencapai rata-rata 33,39% dari
keseluruhan
Belanja
selama
empat
tahun.
Belanja
hibah
merupakan alokasi terbesar kedua dengan rata-rata alokasi pertahun sebesar 8,98%. Belanja Bagi Hasil kepada Prov/Kab/Kota mendapat alokasi terbesar ketiga sebesar 8,47% disusul oleh Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemdes dalam Belanja Tidak Langsung merupakan alokasi terbesar keempat dengan rata-rata alokasi per tahun mencapai 7,95% dalam Belanja Tidak Langsung. Sesuai Permendagri No. 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2013, diantara pemerintahan Prov/Kab/Kota, Kabupaten Bangka merupakan satu-satunya yang mengalokasikan Belanja Bantuan Kepada Partai Politik. Besarnya alokasi belanja pegawai dengan sendirinya akan mengurangi alokasi belanja modal. Litbang Kompas menyebutkan, kurun waktu 2007-2011 alokasi belanja modal semakin kecil.Hanya 40 dari 420 daerah (9,5 persen) yang mengalokasikan belanja modal diatas 50 persen dari total APBD. Jumlah daerah ini semakin berkurang , hingga pada tahun 2011 tinggal 7 dari 491 daerah (1,4 persen) saja yang
65 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
mengalokasikan Belanja APBD di atas 50 persen. Belanja pegawai merupakan Belanja Tidak Langsung yang secara rutin dianggarkan, termasuk belanja bunga , belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga. Belanja modal merupakan Belanja Langsung yang ditambah-kurangkan melalui proses Musrenbang setiap tahunnya yang diselenggarakan oleh Bappeda.
c. Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Tabel 3.2
REALISASI APBD SE-PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG (dalam jutaan rupiah)
Tahun 2013 Uraian Pendapatan
Prov. Bangka Belitung Pagu
Realisasi
1,554,611.72
PAD
478,877.92
Dana Perimbangan
1,065,733.81
Kab. Bangka %
1,528,898.87 98.35 495,704.40 103.51 1,033,194.48 96.95
Pagu
Realisasi
836,185.51 70,651.18
Kab. Belitung %
Pagu
Realisasi
788,268.28
94.27
638,860.01
40,565.15
Kota Pangkal Pinang %
655,560.01 102.61
Pagu
Realisasi
%
657,998.84
644,588.46
97.96
57.42
84,098.88
92,969.90 110.55
81,554.93
74,497.77
91.35
679,515.62
681,366.14 100.27
509,008.95
520,470.78 102.25
508,689.10
507,912.31
99.85
52,661.03
98.55
DBH
172,446.27
146,525.23
84.97
116,293.00
118,143.52 101.59
57,948.52
68,563.76 118.32
53,437.82
DAU
717,140.12
717,140.12 100.00 44,170.57 100.00
444,188.10
444,188.10 100.00
376,540.51
376,540.51 100.00
384,421.52
384,421.52 100.00
DAK Dana penyesuaian dan otonomi khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja
44,170.57 131,976.85
125,358.56
44,749.92 100.00
41,549.65
41,549.65 100.00
32,626.04
32,626.04 100.00
74,284.60
74,284.60 100.00
32,970.27
33,816.86 102.57
38,203.72
38,203.72 100.00
-
13,565.14
3,407.30
25.12
24,703.56
19,836.92
80.30
1,000.00
270.63
27.06
1,820,302.78
1,591,579.55
87.43
930,078.95
787,437.07
84.66
781,842.50
691,502.10
88.45
763,835.77
624,948.09
81.82
Belanja Tidak Langsung
984,509.05
850,487.67
86.39
710,205.45
592,280.59
83.40
530,079.60
461,268.56
87.02
569,042.26
464,156.87
81.57
Belanja Langsung
443,279.09
402,446.58
90.79
182,786.95
159,445.34
87.23
228,515.91
209,986.56
91.89
189,803.82
160,435.38
84.53
282,522.22
282,522.22 100.00
93,893.44
92,562.80
98.58
149,346.36
149,346.36 100.00
105,836.93
105,836.93 100.00
%
Pagu
Realisasi
%
Pagu
Realisasi
%
98.13
646,797.03
597,297.35
92.35
562,046.60
584,461.69
103.99
Pembiayaan Netto
Uraian Pendapatan
10,000.00
44,749.92
94.99
Kab. Bangka Selatan Pagu 574,549.62
PAD
22,199.11
Realisasi
Kab. Bangka Tengah %
568,033.09
98.87
20,418.72
Pagu 569,126.82
Realisasi 558,475.33
Kab. Bangka Barat
91.98
38,294.80
43,919.04
56,946.46
129.66
502,735.85
510,391.83 101.52
471,457.75
460,410.22
97.66
524,233.87
494,460.60
94.32
470,489.50
476,097.28
101.19
DBH
53,795.95
61,451.93 114.23
71,799.39
61,216.33
85.26
106,559.37
89,894.39
84.36
50,055.00
56,190.50
112.26
DAU
363,886.92
363,886.92 100.00
336,873.34
336,873.34 100.00
358,151.69
358,151.69 100.00
358,875.32
358,875.32
100.00
63,168.87
63,168.87 100.00
37,670.75
37,670.75 100.00
37,411.92
24,589.27
65.73
38,323.02
38,323.02
100.00
21,884.11
21,884.11 100.00
25,114.27
24,649.80
98.15
22,110.89
21,825.25
98.71
23,236.16
22,708.44
97.73
49,614.66
37,222.55
75.02
38,860.62
32,752.34
84.28
17,500.00
16,801.10
96.01
33,638.06
34,154.55
101.54
Dana Perimbangan
DAK Dana penyesuaian dan otonomi khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja
41,394.36 108.09
43,197.72
Kab. Belitung Timur
45,341.62 104.96
652,084.13
575,216.91
88.21
646,914.63
587,770.39
90.86
702,915.82
600,542.07
85.44
722,432.04
596,878.36
82.62
Belanja Tidak Langsung
455,959.66
396,287.66
86.91
484,758.42
433,430.43
89.41
455,661.94
403,943.46
88.65
475,177.37
377,776.77
79.50
Belanja Langsung
195,583.71
178,929.25
91.48
161,156.21
154,339.96
95.77
218,465.88
167,900.91
76.85
204,178.40
177,483.67
86.93
80,299.91 103.57
77,787.81
77,788.57 100.00
56,118.79
59,483.78 106.00
160,385.45
161,382.95
100.62
Pembiayaan Netto
77,534.52
Sumber data: LRA unaudited 2013 Pemda se-Provinsi Bangka Belitung (diolah)
Dari tabel 3.2 di atas dapat dilihat realisasi APBD tahun 2013 pada seluruh pemerintah daerah yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada seluruh pemerintahan Prov/Kab/Kota secara rata-rata Pendapatan terealisasi sebesar 98,32% dari yang dianggarkan. Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) setiap pemerintah daerah secara umum tercapai atau bahkan ada yang melampaui, kecuali pada Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Selatan. Tidak tercapainya
66 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
target PAD Kabupaten Bangka Selatan disebabkan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan hanya tercapai 42,81% atau sebesar Rp. 2,70 milyar dari yang direncanakan dan Lain-lain PAD Asli Daerah yang direncanakan Rp.11,27 Milyar hanya terealisasi sebesar 73,99% Untuk Dana Perimbangan, khususnya Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) pada pemda provinsi/kabupaten/kota hampir secara keseluruhan terealisasi sebesar 100%. Satu-satunya DAK yang hanya terealisasi sebesar 65,75% adalah Kabupaten Bangka Barat yang disebabkan karena tidak terealisasinya kegiatan pada Bidang Kelautan berupa pembangunan fisik pangkalan ikan sebesar Rp. 5,18 Milyar dan pada Bidang Pendidikan baik Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun Sekolah Menengah Kejuruan (SMA) yang masing-masing dianggarkan Rp. 2,2 Milyar, Rp. 2,25 Milyar dan Rp. 1,10 Milyar berupa pengadaan fisik gedung sekolah dan pengadaan buku-buku sekolah, dikarenakan tidak terpenuhinya syarat-syarat sebagaimana yang ditetapkan dalam Petunjuk Teknis pelaksanaan DAK pada Bidang Pendidikan.
Sedangkan Dana Bagi Hasil (DBH) baik pajak maupun
bukan pajak bervariasi tergantung potensi masing-masing daerah.
d. Detil Jenis Pendapatan dalam APBD Pada tulisan ini disajikan detil realisasi pendapatan pada APBD Provinsi Bangka Belitung Tahun 2013, sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3.3. 2. Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 pengertian fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional. Berdasarkan klasifikasi fungsi, APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara agregat, dapat dilihat dalam grafik 3.1.
67 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 3.3 Realisasi Pendapatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) Nama Akun A. Pendapatan I. Pendapatan Asli Daerah 1. Pendapatan Pajak Daerah 2. Pendapatan Retribusi Daerah 3. Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Jumlah Pendapatan Asli Daerah II. Pendapatan Transfer 1. Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan a. Dana Bagi Hasil Pajak b. Dana Bagi Hasil Bukan Pajak c. Dana Alokasi Umum d. Dana Alokasi Khusus Jumlah Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan 2. Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya a. Dana Otonomi Khusus b. Dana Penyesuaian Jumlah Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 3. Transfer Pemerintah Provinsi a. Pendapatan Bagi Hasil Pajak b. Pendapatan Bagi Hasil Lainnya Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi Jumlah Pendapatan Transfer III. Lain-lain Pendapatan yang Sah a. Pendapatan Hibah b. Pendapatan Dana Darurat c. Pendapatan Lainnya Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah Jumlah Pendapatan (A.I + A.II + A.III)
Prop. Bangka Belitung
Kab. Belitung
Kab. Bangka
447,462.20 4,716.83 5,390.25 38,135.12 495,704.40 60,622.26 85,902.97 717,140.12 44,170.57 907,835.92 125,358.56 125,358.56 1,033,194.48 1,528,898.87
46,594.64 22,384.12 2,688.36 21,302.79 92,969.90 35,046.12 33,517.64 376,540.51 41,549.65 486,653.92 33,816.86 33,816.86 22,282.40 22,282.40 542,753.19 19,836.92 19,836.92 655,560.01
17,359.39 7,790.20 4,019.17 11,396.38 40,565.15 38,461.18 79,682.44 444,188.10 44,749.92 607,081.64 74,284.60 74,284.60 32,849.93 30,079.75 62,929.68 744,295.93 3,407.30 3,407.30 788,268.38
Pemerintahan Daerah Kab. Bangka Kab. Bangka Barat Tengah
19,226.77 11,854.17 2,642.75 11,617.93 45,341.62 37,532.26 52,362.14 358,151.69 24,589.27 472,635.36 21,825.25 21,825.25 23,104.08 17,589.94 40,694.02 535,154.63 16,801.10 16,801.10 597,297.35
18,440.37 6,225.32 4,210.38 12,518.29 41,394.36 28,338.09 32,878.24 336,873.34 37,670.75 435,760.42 24,649.80 24,649.80 23,918.41 23,918.41 484,328.63 446.08 32,306.26 32,752.34 558,475.33
Kab. Bangka Selatan
5,922.87 3,446.05 2,707.66 8,342.14 20,418.72 28,523.33 32,928.60 363,886.92 63,168.87 488,507.71 21,884.11 21,884.11 510,391.82 3,044.12 34,178.43 37,222.55 568,033.09
Kab. Belitung Kota Timur Pangkalpinan
27,732.51 13,700.13 2,163.74 13,350.09 56,946.46 25,984.14 30,206.36 358,875.32 38,323.02 453,388.83 22,708.44 22,708.44 17,263.40 17,263.40 493,360.68 11,980.08 22,174.46 34,154.55 584,461.69
47,977.98 16,134.94 3,841.43 6,543.43 74,497.77 38,613.39 28,738.98 384,421.52 32,626.04 484,399.93 38,203.72 38,203.72 37,614.61 24,356.14 61,970.75 584,574.41 207.63 207.63 659,279.80
Total
630,716.73 86,251.75 27,663.74 123,206.18 867,838.39 293,120.77 376,217.36 3,340,077.52 326,848.09 4,336,263.74 362,731.35 362,731.35 157,032.83 72,025.83 229,058.66 4,928,053.76 35,886.31 108,496.07 144,382.38 5,940,274.53
Sumber data: LRA Tahun 2013 Pemda Se-Provinsi Bangka Belitung
68 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 3.1 APBD Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Tahun 2010-2013
Sumber data: http://www.djpk.depkeu.go.id diolah Ket:
A B C D E
Pelayanan Umum F Ketertiban dan ketentraman G Ekonomi H Lingkungan Hidup I Perumahan dan Fasilitas umum
Kesehatan Pariwisata dan Budaya Pendidikan Perlindungan sosial
Dari grafik di atas, terlihat selama empat tahun pengamatan, fungsi pelayanan umum (A) selalu mendapatkan porsi terbesar dalam APBD, disusul oleh fungsi pendidikan (H) kemudian Perumahan dan Fasilitas Umum (E), Ekonomi (C),Kesehatan (F), Lingkungan hidup (D), Perlindungan sosial (I), Ketertiban dan ketenteraman (B) dan terakhir Pariwisata dan budaya (G). Peningkatan per tahun yang terjadi pada fungsi pelayanan umum secara persentase dibandingkan dengan alokasi pada tahun sebelumnya adalah, tahun 2012 peningkatan alokasi meningkat sebesar 27,94% dibanding alokasi tahun 2011. Tahun 2013 meningkat sebesar 13,34% dibandingkan alokasi tahun 2012, penurunan hanya terjadi pada tahun 2011 dibanding dengan 2010 yakni sebesar 12,95%. Pada fungsi pendidikan, alokasi dana cenderung meningkat, tahun 2010 ke 2011, 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013 masing-masing mengalami peningkatan sebesar 10,53%, 13,60% dan 16,00%. Pada fungsi Perumahan dan fasilitas umum selama empat tahun pengamatan, alokasi dana mengalami peningkatan selama dua tahun terakhir yaitu 2011 ke 2012 dan 2012 ke 2013 masing-masing adalah 26,87% dan 16,21%. Penurunan terjadi pada 2011 yaitu sebesar 16,24% jika dibandingkan dengan alokasi tahun 2010. Pada fungsi kesehatan, alokasi pada tahun 2011 naik sebesar 11,79%,
69 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
alokasi tahun 2012 turun sebesar 3,36% dan kemudian terjadi peningkatan kembali pada tahun 2013 sebesar 19,92%. Pada fungsi Ekonomi, peningkatan terjadi pada 2012 dan 2013 masing-masing adalah 34,45% dan 25,78%, sementara itu pada tahun 2011 terjadi penurunan alokasi menjadi hanya sebesar 10,47% dibanding alokasi pada 2010. Untuk melihat lebih jelas bagaimana porsi masing-masing fungsi dalam APBD pada periode pengamatan (2010 – 2013), bisa terlihat dalam grafik di bawah yang memberikan gambaran persentase alokasi dana yang diperoleh tiaptiap fungsi dalam APBD dan bagaimana perkembangan atau perubahan yang terjadi dalam pengalokasian masing-masing fungsi. Grafik 3.2 Persentase Alokasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Fungsi Tahun 2010-2013
Sumber data: http://www.djpk.depkeu.go.id diolah
Grafik di atas memberikan gambaran bahwa secara umum prioritas fungsi secara agregat, dalam APBD pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak mengalami perubahan yang berarti. Terlihat bahwa fungsi pelayanan umum (A) menjadi prioritas utama selama tahun 2010 sampai 2013. Dana yang dialokasikan untuk melaksanakan fungsi pelayanan umum mencapai 35,65% dari total APBD 2010 – 2013. Prioritas kedua dalam APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana terlihat pada grafik di atas adalah fungsi
70 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
pendidikan (H). Fungsi tersebut memperoleh alokasi dana selama tahun 2010 – 2013 berkisar 23,03%. Seperti yang ditunjukkan pada grafik di atas porsi untuk fungsi ini cenderung mengalami kenaikan, penurunan hanya terjadi pada periode 2012. Prioritas ketiga yang ditunjukkan oleh grafik di atas adalah fungsi perumahan dan fasilitas umum (E) yang selama periode 2010 sampai 2013 memperoleh porsi 17,65%. Disusul berikutnya adalah fungsi kesehatan (F) yang menjadi prioritas keempat dalam APBD pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama tahun 2010 sampai 2013, yakni dengan porsi alokasi sebesar 11,70%. Fungsi ekonomi (C) menjadi prioritas kelima pada APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2010-2013 dengan porsi sebesar 10,67%. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa secara secara umum lima fungsi prioritas pemda-pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara berurutan adalah: 1) Pelayanan Umum, 2) Pendidikan, 3) Perumahan dan Fasilitas Umum, 4) Kesehatan, dan 5) Ekonomi. 3. Berdasarkan Klasifikasi Urusan Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 Urusan pemerintahan adalah fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan mensejahterakan masyarakat. Terdapat 35 (tiga puluh lima) urusan yang tercakup dalam APBD di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yaitu: 1
Pendidikan
19
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
2
Kesehatan
20
Pemerintahan Umum
3
Pekerjaan Umum
21
Kepegawaian
4
Perumahan
22
Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
5
Penataan Ruang
23
Statistik
6
Perencanaan Pembangunan
24
Kearsipan
7
Perhubungan
25
Komunikasi dan Informatika
8
Lingkungan Hidup
26
Ketahanan Pangan
9
Pertanahan
27
Perpustakaan
10
Kependudukan dan Catatan Sipil
28
Pertanian
11
Pemberdayaan Perempuan
29
Kehutanan
12
Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
30
Energi dan Sumberdaya Mineral
13
Sosial
31
Pariwisata
14
Tenaga Kerja
32
Kelautan dan Perikanan
15
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
33
Perdagangan
71 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
16
Penanaman Modal
34
Perindustrian
17
Kebudayaan
35
Transmigrasi
18
Pemuda dan Olah Raga
Diantara tiga puluh lima urusan tersebut terdapat empat urusan yang selama empat tahun pengamatan mendapatkan porsi alokasi dana terbesar yaitu: Pemerintahan Umum, Pendidikan, Pekerjaan Umum dan Kesehatan. Grafik 3.3 Porsi Alokasi Pagu Terbesar APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun 2010-2013
Sumber : http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Grafik di atas menggambarkan bahwa selama periode 2010 – 2013 keempat urusan ini selalu menjadi prioritas utama dan tidak banyak mengalami perubahan. Apabila dilihat dari porsi yang dialokasikan memang terjadi naik turun namun tidak dalam jumlah yang besar. Apabila dilihat dari besarnya dana yang dialokasikan pada keempat urusan prioritas tersebut, terlihat bahwa selama periode tersebut pada umumnya juga
terjadi kenaikan maupun penurunan alokasi dana untuk urusan-urusan tersebut. Hal ini dapat terlihat pada grafik berikut:
72 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 3.4 Perkembangan Pagu Terbesar APBD Provinsi Bangka Belitung Berdasarkan Klasifikasi Urusan Tahun 2010-2013
Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
A. Alokasi Dana Transfer Dana transfer merupakan pendapatan terbesar dalam pendapatan pemerintah daerah. Seperti terlihat dalam tabel di bawah, Dana Transfer yang terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Khusus serta Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, menyumbang 81,18% pendapatan daerah. Tabel 3.4 Alokasi Dana Transfer pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013 (dalam jutaan rupiah) Uraian
2010
2011
Anggaran
%
3,538,169.98
100
DBH
582,451.47
DAU
Pendapatan
DAK Dana penyes uaian dan otonomi khus us Total Dana Trans fer
Anggaran
2012
2013
%
Anggaran
%
Anggaran
3,980,655.04
100
5,061,329.40
100
5,940,274.53
% 100
16.46
498,308.02
12.52
638,639.15
12.62
682,335.32
11.49
2,111,168.93
59.67
2,354,068.76
59.14
2,991,371.48
59.10
3,340,077.52
56.23
193,054.60
5.46
238,115.10
5.98
283,250.08
5.60
339,670.74
5.72
7,332.34
0.21
107,501.87
2.70
283,295.11
5.60
369,780.87
6.22
2,894,007.34
81.79
3,197,993.74
80.34
4,196,555.82
82.91
4,731,864.45
79.66
Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (2010-2012)(data diolah) dan LRA 2013 Provinsi Bangka Belitung
1. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana Alokasi Umum (DAU) adalah sejumlah dana yang dialokasikan kepada setiap Daerah Otonom (provinsi/kabupaten/kota) di Indonesia setiap tahunnya
73 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
sebagai dana pembangunan. DAU merupakan salah satu komponen belanja pada APBN, dan menjadi salah satu komponen pendapatan pada APBD. Tujuan DAU adalah sebagai pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah Otonom dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Jumlah Dana Alokasi Umum setiap tahun ditentukan berdasarkan Keputusan Presiden. Setiap provinsi/kabupaten/kota menerima DAU dengan besaran yang tidak sama, dan ini diatur secara mendetail dalam Peraturan Pemerintah. Besaran DAU dihitung menggunakan rumus/formulasi statistik yang kompleks, antara lain dengan variabel jumlah penduduk dan luas wilayah yang ada di setiap masingmasing wilayah/daerah. Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, jumlah DAU yang diterima pada tahun 2012 mencapai Rp2,99 trilun dan menempati porsi tertinggi terhadap total pendapatan yakni 59,10%. Di tahun 2013, alokasi meningkat 10,44% menjadi Rp3,34 triliun dengan porsi 56.23% dari total pendapatan daerah. Apabila dibandingkan dengan angka 2010, maka alokasi DAU 2013 telah meningkat 36,79% dengan porsi pagu berada pada kisaran di atas 50% setiap tahunnya. Kondisi tersebut menggambarkan tingkat ketergantungan daerah terhadap DAU belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. 2. Dana Alokasi Khusus (DAK) Dana Alokasi Khusus (DAK), adalah alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada provinsi/kabupaten/kota tertentu dengan tujuan untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Pemerintahan Daerah dan sesuai dengan prioritas nasional.
DAK yang diterima selama empat tahun
cenderung naik dari tahun ke tahun. Alokasi DAK tahun 2012 mencapai Rp283,25 milyar dengan porsi terhadap total pendapatan daerah mencapai 5,60%. Selanjutnya di tahun 2013 jumlah yang diterima meningkat sekitar 16,61% menjadi Rp339,67 milyar dengan porsi meningkat menjadi 5,98%. 3. Dana Bagi Hasil (DBH) Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi. Dana Bagi Hasil termasuk penyumbang pendapatan yang cukup signifikan untuk daerah. Pada tahun 2012, total DBH yang diterima mencapai Rp638,63 milyar atau menyumbang porsi 12,62% dari total pendapatan daerah. Tahun 2013
74 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
menunjukkan peningkatan DBH sekitar 6,84% menjadi Rp682,34 milyar, akan tetapi porsinya berubah menjadi 11,49% dari total pendapatan daerah. 4. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Dana Otonomi Khusus atau Dana Otsus adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus suatu daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Untuk Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung,
Dana
Otonomi
Khusus
dan
Penyesuaian
merupakan
penyumbang pendapatan terbesar keempat setelah DAK, dimana pada tahun 2012 tercatat menerima total Rp283,29 milyar atau 5,60% dari total pendapatan daerah. Selanjutnya tahun 2013 terjadi peningkatan 30,53% ke angka Rp369,78 milyar dan menyumbang porsi 6,22% dari total pendapatan daerah. Peningkatan ini sebagian dikarenakan adanya tambahan Dana Insentif Daerah sesuai PMK. 202/PMK.07/2012 tanggal 17 Desember 2012, atas keberhasilan Kabupaten Bangka dan Kabupaten Bangka Tengah memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari BPK. Tabel 3.5 Alokasi Dana dan Realisasi Transfer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013 (dalam jutaan rupiah) Uraian
DBH DAU DAK Da na penyes ua i a n da n otonomi khus us Tota l Da na Tra ns fer
2010 Angga ra n 582,451.47 2,111,168.93 193,054.60 7,332.34 2,894,007.34
2011 Rea l i s a s i 477,237.00 2,193,688.00 175,354.00 92,851.00 2,939,130.00
Angga ra n 498,308.02 2,354,068.76 238,115.10 107,501.87 3,197,993.74
2012
2013
Rea l i s a s i
Angga ra n
Rea l i s a s i
Angga ra n
Rea l i s a s i
982,624.00 2,398,023.00 228,622.00 281,910.00 3,891,179.00
638,639.15 2,991,371.48 283,250.08 283,295.11 4,196,555.82
648,975.41 2,991,371.48 276,503.31 279,685.25 4,196,535.45
682,335.32 3,340,077.52 339,670.74 369,780.87 4,731,864.45
669,338.14 3,340,077.52 326,848.09 362,731.35 4,698,995.10
Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id dan data Triwulan IV 2013 Pemda se-Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
B. Alokasi Dana Dekonsentrasi, Tugas Pembantuan dan Urusan Bersama Dana DK, TP dab UB yang dialokasikan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung selama tahun 2010 – 2013 dapat dilihat pada grafik berikut ini:
75 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Grafik 3.5 Alokasi dana DK, TP dan UB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2010-2013
Sumber:LKPP (data diolah)
1. Dana Dekonsentrasi Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Pada tahun 2010, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menerima alokasi dana dekonsentrasi sebesar Rp241,7 miliar, namun di tahun 2011 terjadi penurunan yang cukup signifikan sekitar 31,27%, dan makin turun sebesar 60,94% pada 2012, kemudian naik sebesar 95,34% pada alokasi 2013. 2. Tugas Pembantuan Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Pendanaan dalam rangka tugas pembantuan dilaksanakan setelah adanya penugasan pemerintah melalui kementerian negara/lembaga kepada kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) atas beban APBN dan dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat fisik. Alokasi dana Tugas Pembantuan pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun.
76 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Kenaikan tertinggi terjadi pada 2013 yakni sebesar 65,30% dibanding alokasi pada 2012. 3. Urusan Bersama Dana Urusan Bersama adalah dana yang bersumber dari APBN yang dialokasikan dengan mempertimbangkan kemampuan keuangan negara, indeks fiskal dan kemiskinan daerah, serta indikator teknis. Alokasi dana Urusan Bersama saat ini mendapat alokasi paling rendah dibandingkan dana lain yang disalurkan melalui kementerian/lembaga, selama tahun 2010 hingga 2013 terjadi fluktuasi. Pada tahun 2011 mengalami penurunan sebesar 67,75% dibandingkan tahun 2010, kemudian meningkat secara signifikan sebesar 326,79% pada tahun 2012. Lalu, mengalami penurunan kembali pada tahun 2013 sebesar 40,32%. BOKS : Menuju Visit Pangkalpinang 2015 Sektor kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan Kota Pangkalpinang berkembang dengan kriteria optimis pada tahun 2013 dan diharapkan akan terjadi peningkatan yang lebih signifikan pada tahun 2014. Kinerja sektor kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan keolahragaan Kota Pangkalpinang tergambar dalam beberapa indikator kinerja yaitu pada jumlah kegiatan (events) kebudayaan, kepariwisataan, kepemudaan dan olahraga yang telah dilaksanakan di Kota Pangkalpinang selama tahun 2013
sebanyak 176
kegiatan terdiri dari 64 kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah yaitu 32 kegiatan kebudayaan, 18 kegiatan kepariwisataan, 14 kegiatan kepemudaan dan olahraga, kemudian terdapat 112 kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat dan Event Organizer. Walaupun dari sisi anggaran terdapat penurunan anggaran sebesar 5,38 persen atau Rp.233.838.500,- dari anggaran tahun 2012, akan tetapi Pendapatan dari sektor kepariwisataan justru meningkat dan menyumbang 10,03 persen bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) sektor pajak, yaitu sebesar Rp.6.918.404.956,- terdiri dari pajak hotel sebesar Rp.1.372.433.004,- pajak restoran dan rumah makan sebesar Rp.3.800.564.165,- dan pajak hiburan sebesar Rp.1.745.407.787,-. Sedangkan pada tahun 2012, dengan anggaran sebesar Rp.4.559.186.000,- Pendapatan dari sektor kepariwisataan hanya menyumbang 8,53% bagi PAD (Pendapatan Asli Daerah) sektor pajak, yaitu sebesar Rp.4.984.326.165,-. Hal ini membuktikan bahwa tidak selamanya jika
77 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
anggaran suatu kegiatan ditambah akan selalu diikuti dengan peningkatan result/hasilnya, sebaliknya jika anggaran suatu kegiatan dikurangi belum tentu selalu akan mengurangi hasil. Pada kenyataannya sektor pariwisata juga tidak dapat mengandalkan hanya pada APBD saja, tentunya peran pihak ketiga/sektor swasta akan sangat berperan dalam meningkatkan kepariwisataan di Kota Pangkalpinang. Pangkalpinang tetap menjadi pintu gerbang utama masuknya wisatawan ke Bangka Belitung, tercatat jumlah penumpang yang masuk melalui Bandara Depati Amir Pangkalpinang pada tahun 2013 sejumlah 729.732 orang dan melalui Pelabuhan Pangkalbalam sejumlah 98.652 orang.
C. Pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum menyatakan Badan Layanan Umum (BLU) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
berupa
penyediaan
barang
dan/atau
jasa
yang
dijual
tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas. 1. Profil BLUD RSUD Depati Hamzah Sampai dengan tahun 2013, hanya ada 1 (satu) Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) di wilayah kerja Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Depati Hamzah. Berdasarkan Peraturan Walikota Pangkalpinang Nomor 34 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Depati Hamzah Kota Pangkal Pinang yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD), maka terhitung 1 Januari 2011 RSUD Depati Hamzah resmi beroperasi sebagai BLUD. Profil BLUD RSUD Depati Hamzah dapat dilihat pada tabel berikut.
78 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 3.6 Profil BLU Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) No.
Nama BLUD
Nilai Aset
Pagu PNBP
Jumla h Pagu
Pagu RM
Layanan Kesehatan 1.
RSUD Depati Hamzah
702,30
25.079,69
30.778, 64
5.698,95
Sumber: RSUD Depati Hamzah
Pada bulan Januari 2011 RSUD Depati Hamzah resmi beroperasi menjadi BLU Daerah. Tahun 2011 aset tetap yang digunakan Rumah Sakit Daerah yang menyediakan pelayanan kepada masyarakat berupa pelayan kesehatan rumah sakit dan pelayanan medis lainnya belum sepenuhnya milik RSUD Depati Hamzah. Aset tetap berupa tanah dan gedung yang ada masih milik Pemerintah Kota Pangkalpinang, namun tahun 2012 dan 2013 tanah dan gedung sudah dikeluarkan dari catatan aset RSUD Depati Hamzah. Perkembangan nilai aset RSUD Depati Hamzah tahun 2011 – 2013 dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 3.7 Perkembangan Aset RSU Daerah Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 No. 1.
(dalam jutaan rupiah) Perkembangan Aset Nama BLUD
RSUD Depati Hamzah
2011
2012
2013
44.347,15
208,23
702,30
Sumber: RSUD Depati Hamzah
Berdasarkan tabel di atas diketahui pada tahun 2013 terdapat peningkatan aset sebesar 237,27% dibandingkan dengan aset tahun 2012. Tabel 3.8 Perkembangan Pagu PNBP RSU Daerah Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 (dalam jutaan rupiah) Perkembangan Pagu PNBP No.
1.
Nama BLUD
RSUD Depati Hamzah
2011
2012
2013
15.969,30
22.007,84
25.079,69
Sumber: RSUD Depati Hamzah
79 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pagu PNBP yang dianggarkan RSUD Depati Hamzah mengalami peningkatan sebesar 37,81% pada Tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011. Tahun 2013 pagu PNBP meningkat sebesar 13,95% dibandingkan dengan tahun 2012. RSUD Depati Hamzah menargetkan kenaikan penerimaan PNBP yang tidak terlalu tinggi pada Tahun 2013 dengan memperhatikan pangsa pasar yang ada dan persaingan dengan unit pelayanan kesehatan yang lainnya. Tabel 3.9 Perkembangan Pagu RM RSU Daerah Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 (dalam jutaan rupiah) Perkembangan Pagu RM No.
1.
Nama BLUD
RSUD Depati Hamzah
2011
2012
2013
6.746,41
8.862,49
5.698,95
Sumber: RSUD Depati Hamzah
Pada tahun 2012, pagu RM yang dikucurkan oleh Pemerintah Kota Pangkalpinang naik sebesar 31,36% dibandingkan dengan tahun 2011. Pada tahun 2013 pagu RM turun sebesar (35,69)% dibandingkan dengan tahun 2012. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada RSUD Depati Hamzah berkembang secara mandiri dalam pengelolaan penerimaan PNBP. Manajemen tidak hanya tergantung dari dana APBD, sehingga dapat meningkatkan perbaikan kualitas pelayanan. Perbaikan kualitas pelayanan diharapkan dapat meningkatkan PNBP. Tabel 3.10 Perkembangan Total Pagu RSUD Depati Hamzah Tahun 2011 - 2013 (dalam jutaan rupiah) PNBP + RM No.
1.
Nama BLUD
RSUD Depati Hamzah
2011
2012
2013
22.715,71
30.870,33
30.778,64
Sumber: RSUD Depati Hamzah
Tahun 2012 total pagu naik sebesar 35,89% dibandingkan tahun 2011 namun tahun 2013 turun sebesar (0,29)% dibandingkan tahun 2012. Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung terdiri dari 1 pemerintah provinsi, 5
pemerintah kota/kabupaten di Pulau Bangka dan 2 pemerintah kabupaten di Pulau
80 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Belitung namun baru 1 BLU Daerah yang dikelola sehingga potensi pembentukan BLU Daerah cukup besar di masa datang. D. Manajemen Investasi Investasi pemerintah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa penerusan pinjaman (subsidiary loan agreement) dan kredit program. 1. Penerusan Pinjaman Penerusan pinjaman pemerintah pusat kepada pemerintah daerah/BUMD di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung berupa pinjaman yang berasal dari Subsidiary Loan
Agreement
(SLA),
Rekening
Dana
Investasi
(RDI)
dan
Rekening
Pembangunan Daerah (RPD). Profil penerusan pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana tabel berikut. Tabel 3.11 Profil Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah)
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Perjanjian Pinjaman
Debitur
Penarikan/ Plafon
Tingkat Bunga
SLA-976/DP3/1997
PDAM Kab. Bangka
1.849,79
11,5%
SLA-1092/DP3/1998
PDAM Kab. Belitung
1.091,10
11,5%
SLA-589/DDI/1991.
PDAM Pangkalpinang
1.763,32
9,0%
RDA-207/DP3/1994
PDAM Pangkalpinang
1.037,70
11,5%
SLA-975/DP3/1997
Pemkab Bangka
225,53
11,5%
Sumber: Dit. Sistem Manajemen Investasi DJPBN per 31 Desember 2013
PDAM Pangkalpinang dengan Perjanjian Pinjaman Nomor SLA-589/DDI/1991 dan Perjanjian Pinjaman Nomor RDA-207/DP3/1994 termasuk dalam kelompok 28 PDAM yang tidak mengajukan permohonan penyelesaian utang dan tidak melunasi kewajibannya sampai dengan tanggal 4 Oktober 2013. PDAM Pangkalpinang sebenarnya sampai dengan tanggal 4 Juli 2013 telah diberi kesempatan untuk mengajukan permohonan restrukturisasi pinjaman sesuai dengan PMK Nomor 114/PMK.05/2012. Akibat program restrukturisasi tersebut tidak diikuti, maka PDAM Pangkalpinang wajib melunasi seluruh tunggakan pokok dan non pokok paling lambat tanggal 4 Oktober 2013. Berdasarkan pasal 9 ayat (1) PMK Nomor 114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, RDI, dan RPD
81 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
pada PDAM, batas waktu, penyelesaian piutang negara akan diserahkan kepada Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dalam hal ini diserahkan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang sesuai domisili PDAM. Dengan demikian, semua tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Perbendaharaan dalam hal ini Direktorat Sistem Manajemen Investasi terkait dengan pengurusan piutang negara pada PDAM Pangkalpinang akan beralih ke PUPN Cabang Bangka Belitung melalui KPKNL Pangkalpinang. Tabel 3.12 Perkembangan Penerusan Pinjaman Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (dalam jutaan rupiah) No.
1. 2. 3. 4. 5.
Penarikan / Plafon
Perjanjian Pinjaman
Tunggakan Bayar Pokok
Non Pokok
Jumlah
SLA-976/DP3/1997
1.849,79
1.849,79
1.477,04
3.326,83
SLA-1092/DP3/1998
1.091,10
1.091,10
2.071,96
3.163,06
SLA-589/DDI/1991
1.763,32
1.763,32
4.144,65
5.907,97
RDA-207/DP3/1994 B
1.037,70
1.037,70
2.351,92
3.389,62
SLA-975/DP3/1997
225,53
225,53
0
423,38
423,38
5.967,44
225,53
5.741,91
10.468,95
16.210,86
JUMLAH
Sumber: Dit. Sistem Manajemen Investasi DJPBN 31 Desember 2013
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa piutang pemerintah pusat kepada debitur di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp16,21 milyar. Dari pinjaman yang telah ditarik oleh debitur sampai dengan 31 Desember 2013 hanya Pemkab Bangka yang tercatat telah melakukan pembayaran pokok sebesar Rp225.530.447 namun masih mempunyai tunggakan non pokok sebesar Rp423.377.657, sedangkan debitur lainnya belum melakukan pembayaran sama sekali. Untuk penyelesaian pinjaman tersebut, pemerintah telah melaksanakan program restrukturisasi pinjaman melalui peraturan sebagai berikut: a. Peraturan Menteri Keuangan No. 153/PMK.05/2008 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening
Dana
Investasi,
dan
Rekening
Pembangunan
Daerah
Pada
Pemerintah Daerah; b. Peraturan Menteri Keuangan No. 114/PMK.05/2012 tentang Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri,
82 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Rekening
Dana
Investasi,
dan
Rekening
Pembangunan
Daerah
Pada
Perusahaan Daerah Air Minum; 2. Kredit Program Kredit Program merupakan kredit/pembiayaan yang disalurkan kepada UMKM dan
Koperasi
untuk
mendukung
program
pemerintah
guna
mendorong
perkembangan ekonomi nasional. Pemerintah membuat beberapa skema kredit program yang penyalurannya melalui bank umum. Penyaluran kredit program secara executing bank menggunakan dana perbankan dengan beberapa fasilitas yang diberikan pemerintah seperti subsidi bunga dan penjaminan. Kredit program diberikan untuk komoditas dan klasifikasi debitur yang telah ditentukan. Kredit program yang disalurkan diantaranya sebagai berikut: a. KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) KKP-E (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi) adalah kredit investasi dan/atau modal kerja yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Ketahanan Pangan dan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bahan Bakar Nabati. Berdasarkan PMK Nomor 79/PMK.05/2007 sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 198/PMK.05/2010, KKP-E diberikan kepada Peserta KKP-E melalui Kelompok Tani, dan/atau Koperasi meliputi antara lain : pengembangan tanaman pangan, tanaman hortikultura dan lain sebagainya. b. KUR (Kredit Usaha Rakyat) Kredit Usaha Rakyat adalah kredit/pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K) dalam bentuk pemberian modal kerja dan investasi yang didukung fasilitas penjaminan untuk usaha produktif. Berdasarkan PMK Nomor 135/PMK.05/2008 sebagaimana diubah dengan PMK Nomor 189/PMK.05/2010, KUR yang disalurkan kepada setiap UMKM-K dapat digunakan baik untuk kredit modal kerja maupun kredit investasi. c. KPEN-RP (Kredit Pengembangan Energi Nabati – Revitalisasi Perkebunan) Kredit Pengembangan Energi Nabati – Revitalisasi Perkebunan adalah kredit yang diberikan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Pengembangan Tanaman Bahan Baku Bakar Nabati dan Program Revitalisasi Perkebunan. Data penyaluran kredit program di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagaimana Tabel 3.13
83 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 3.13 Penyaluran Kredit Program Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 No. 1.
Bank BRI
Kredit Program KKP-E Sub Total
(dalam jutaan rupiah) Penyalura Komoditas n
Outstanding
Jumlah Debitur
Tanaman Pangan
703,55
703,55
N/A
703,55
703,55
N/A
1.
BNI
KUR
Gabungan
36.935
10.550
336
2.
BRI
KUR (Ritel)
Gabungan
67.932
36.061
323
3.
BRI
KUR (Mikro)
Gabungan
153.105
49.667
17.394
4.
Mandiri
KUR
Gabungan
67.272
21.943
2.140
5.
BTN
KUR
Gabungan
13.228
8.143
52
6.
BSM
KUR
Gabungan
2.081
1.628
69
7.
Bank Sumsel Babel Bank
KUR
Gabungan
7.529
6.694
91
348.082
134.686
20.405
2.585
2.730 2)
1
2.585
2.730
1
351.371
138.120
1.
Sumsel Babel
Sub Total KPEN-RP 1)
Sawit
Sub Total Total
Sumber: Data Dit. SMI posisi 30 Juni 2013 (diolah) 1) Data KPEN-RP belum termasuk data penyaluran bank BUMN 2) Outstanding KPEN-RP lebih tinggi dari penyaluran karena kapitalisasi bunga ke dalam pokok pinjaman
Selain kredit program sebagaimana Tabel ..... juga terdapat kredit program yang berasal dari Surat Utang Pemerintah No. SU-005/MK/2009 berupa Kredit Usaha Mikro dan Kecil (KUMK). KUMK merupakan kredit modal kerja dan investasi yang diberikan oleh perbankan kepada usaha mikro dan kecil guna pembiayaan usaha produktif. Usaha produktif adalah usaha pada semua sektor ekonomi (termasuk pembiayaan untuk sektor pertanian) yang dimaksudkan untuk dapat memberikan nilai tambah dan meningkatkan pendapatan usaha mikro dan kecil. KUMK disediakan dalam rangka meningkatkan akses usaha mikro dan kecil terhadap dana pinjaman untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dengan persyaratan yang ringan dan terjangkau. Data penyaluran KUMK di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagaimana tabel 3.14
84 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 3.14 Penyaluran KUMK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 No. I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sektor
(dalam jutaan rupiah) Penyalura Plafon n
Outstandin g
Jumlah Debitur
PT Pegadaian (Persero) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Perumahan Hotel Pengangkutan, Pergudangan Jasa Lainnya dan Komunikasi Sub Total
12,13 0 23,10 0 0 185,88 0 0 143.11 364,22
13,80 0 658,14 0 0 15.178,47 0 0 1.669,75 17.520,16
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 89 0 0 2.109 0 0 144 2.343
Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, Restoran dan Perumahan Hotel Pengangkutan, Pergudangan Jasa Lainnya dan Komunikasi Sub Total
40.000,00
361.306,41 0 9.768,73 0 112.895,30 50.056,72 859,72 167,42 11.641,16 546.695,46
18.752,95 0 0 0 6.055,35 3.082,08 0 386,67 1.355,18 29.632,23
4.532 0 12 0 484 905 6 8 91 6.038
Total
40.364,22
564.215,62
29.632,23
8.381
BPD Sumsel Babel
1. 2. 3.II 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Sumber: Dit. Sistem Manajemen Investasi DJPBN posisi 30 Juni 2013 (data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penyaluran KUMK kepada 2.343 debitur Pegadaian telah lunas dan Pegadaian belum menyalurkan KUMK lagi di Provinsi Bangka Belitung sedangkan pada BPD Sumsel Babel penyaluran dilakukan kepada 6.038 debitur dengan outstanding pinjaman sebesar Rp29,63 milyar.
85 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pulau Burung Kabupaten Belitung
86 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
87 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
BAB IV ANALISIS FISKAL REGIONAL A. Kebijakan Fiskal 1. Kebijakan Alokasi Anggaran Kebijakan alokasi anggaran merupakan upaya pemerintah baik pusat maupun daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pengelolaan keuangan yang baik ditandai dengan kebijakan pengalokasian anggaran yang efektif, transparan, akuntabel dan memenuhi rasa keadilan masyarakat. Analisis yang dilakukan berikut ini untuk mengetahui komposisi alokasi anggaran pada Provinsi Kepulauan
Bangka
Belitung
sebagai
kebijakan
fiskal
yang
mempengaruhi
perekonomian regional. Kebijakan alokasi anggaran yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, APBD dan APBN Tahun 2011 – 2013 Alokasi Belanja APBN (Babel) APBD
2)
Jumlah Pertumbuhan
1)
2011
(Rp milyar) 2013
2012
1.911
30%
2.263
29%
2.241
26%
4.404
70%
5.450
71%
6.532
74%
100%
7.713
100%
8.773
6.315 10%
22%
APBN 3) 1.294.999 1.548.310 Perbandingan APBN Babel dengan 0,15% 0,15% APBN Sumber: 1) LKPP Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung 2011-2013 2) http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah) 3) Data pokok APBN 2007-2013 Kementerian Keuangan RI
100% 14%
1.683.011 0,13%
Grafik 4.1 Alokasi Belanja Pada APBN Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan APBD Tahun 2011 – 2013
Sumber: 1) APBN (Babel): LKPP Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung 2011-2013 2) APBD: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
88 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pada tabel 4.1 dan grafik 4.1 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. 2013 rata-rata pertumbuhan alokasi belanja di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 15% per tahun. Pertumbuhan alokasi belanja tertinggi pada tahun 2012 sebesar 22% dan terendah pada tahun 2011 sebesar 10%, sedangkan pertumbuhan alokasi belanja pada tahun 2013 sebesar 14%. Belanja yang dialokasikan untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada APBN rata-rata sebesar 28% dari total alokasi belanja (APBN dan APBD) dengan kecenderungan mengalami penurunan setiap tahunnya dari 30% pada tahun 2011 menjadi 26% tahun 2013. Sedangkan alokasi belanja pada APBN untuk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung rata-rata sebesar 0,14% dari total belanja APBN secara nasional. Alokasi belanja antar wilayah pada Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013 adalah sebagai berikut: Tabel 4.2 Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 (Rp milyar) Uraian Belanja APBD
Prov
Bangka
Belitung
1.909,26
816,38
723,93
Pangkal Pinang
Persentase 29% 12% 11% Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka Barat
Belitung Timur
626,34
605,18
571,50
593,44
685,53
10%
9%
9%
9%
10%
Grafik 4.2 Alokasi Belanja APBD per Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013
Sumber: APBD: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Pada tabel 4.2 dan grafik 4.2 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 alokasi belanja APBD yang terbesar dialokasikan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan
89 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Bangka Belitung sebesar 29% sedangkan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah mengalokasikan belanja APBD paling kecil yaitu sebesar 9%. Alokasi belanja APBD Provinsi setara 2,9 kali rata-rata APBD Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Dampak Kebijakan Fiskal Kepada Indikator Ekonomi Regional a. PDRB Tabel 4.3 Pertumbuhan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 – 2013 Uraian
2011
2012
2013
PDRB (yoy)
6,50%
5,73%
5,29%
Pertumbuhan PDRB
12,1%
-11,8%
-7,7%
10%
22%
14%
Pertumbuhan alokasi belanja
Sumber: Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Bank Indonesia (data diolah)
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa meskipun terjadi peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebesar 14% namun PDRB turun sebesar 7,7% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi anggaran belum berdampak positif dalam mendorong peningkatan PDRB di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang dilihat dari kecenderungan PDRB yang menurun meskipun alokasi belanja mengalami pertumbuhan dari tahun 2011 s.d. 2013. b. Indikator demografis: jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk. Tabel 4.4 Pertumbuhan Penduduk Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 - 2013 Uraian Jumlah Penduduk Pertumbuhan Jumlah Penduduk Pertumbuhan alokasi belanja
2011
2012
2013
1.261.737 1.298.168 1.349.199 3,14%
2,89%
3,93%
10%
22%
14%
Sumber: Jumlah Penduduk: BPS (data diolah), perkiraan jumlah penduduk 2013 menggunakan data KPU: www.kpu.go.id/dmdocuments/19-instrumen_babel.pdf
Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebesar 14% dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah penduduk sebesar 3,93% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan jumlah penduduk
90 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
relatif stabil dikisaran 3% meskipun pertumbuhan alokasi belanja berfluktuasi dari tahun 2011 s.d. 2013 c. Indikator kesejahteraan: IPM, tingkat kemiskinan Tabel 4.5 Pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 - 2013 Uraian
2011
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Pertumbuhan IPM
2012
2013
73,40
73,85
NA
0,82%
0,61%
NA
10%
22%
14%
Pertumbuhan alokasi belanja Sumber: BPS (data diolah)
Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 sebesar 22% dapat meningkatkan pertumbuhan IPM sebesar 0,61% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan IPM tahun 2012 masih lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya meskipun pertumbuhan alokasi belanja meningkat lebih dari dua kali dibangkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi anggaran berdampak positif dalam mendorong peningkatan pertumbuhan IPM Provinsi Kepulauan Bangka Belitung namun dibutuhkan peningkatan alokasi anggaran yang cukup besar untuk meningkatkan pertumbuhan IPM. Sehingga diperkirakan peningkatan IPM pada tahun 2013 akan relatif kecil mengingat pertumbuhan alokasi anggaran pada tahun yang sama lebih kecil dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tabel 4.6 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011 - 2013 Uraian
2011
2012
2013
Jumlah Penduduk Miskin
72,05
71,36
69,22
Pertumbuhan Jumlah Penduduk Miskin
-22%
-1%
-3%
Pertumbuhan alokasi belanja 10% Sumber: Jumlah Penduduk Miskin: BPS (data diolah/dalam ribuan)
22%
14%
Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 sebesar 14% dapat menurunkan pertumbuhan jumlah penduduk miskin sebesar 3%
91 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan alokasi anggaran berdampak positif dalam menurunkan pertumbuhan jumlah penduduk miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Jumlah penduduk miskin semakin berkurang seiring dengan meningkatnya alokasi belanja Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. d. Indikator sektoral: kesehatan dan pertanian Tabel 4.7 Pertumbuhan Fasilitas Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Jumlah Fasilitas Kesehatan Pertumbuhan Jumlah Fasilitas Kesehatan Pertumbuhan alokasi belanja
2011
2012
2013
229
236
NA
-2,55%
3,06%
NA
10%
22%
14%
Sumber: BPS (data diolah)
Dari tabel 4.7 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 sebesar 22% dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan sebesar 3,06% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan meningkatnya alokasi anggaran diperkirakan terjadi peningkatan jumlah fasilitas kesehatan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2013 Tabel 4.8 Pertumbuhan Nilai Tukar Petani Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Nilai Tukar Petani (NTP) Pertumbuhan NTP Pertumbuhan alokasi belanja
2011
2012
2013
99,16
99,17
NA
3,54%
0,01%
NA
10%
22%
14%
Sumber: BPS (data diolah)
Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa peningkatan alokasi anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2012 sebesar 22% dapat meningkatkan pertumbuhan Nilai Tukar Petani sebesar 0,01% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Meskipun terjadi peningkatan nilai NTP namun peningkatan yang terjadi relatif kecil sehingga peningkatan
92 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
alokasi anggaran pada tahun 2013 diperkirakan tidak berpengaruh signifikan terhadap kenaikan nilai NTP. 3. Analisis Kebijakan Fiskal Tematik Kepariwisataan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, sesuai dengan karakteristik wilayahnya yang terdiri dari banyak pulau-pulau, mempunyai pemandangan alam yang indah yang dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Selain keindahan alam, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga mempunyai potensi kepariwisataan berupa MICE (Meeting, Incentive, Conferences, Exhibition dan Event) yang memadukan unsur kenyamanan dengan bisnis. Banyaknya kunjungan dan kegiatan kepariwisataan dapat meningkatkan perekonomian suatu daerah. Analisis berikut ini untuk melihat potret kebijakan fiskal di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dari postur APBD menurut fungsi pariwisata dan budaya. Tabel 4.9 Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA 2011-2013 TA
Prov
Bangka
Belitung
Pangkal Pinang
Bangka Selatan
Bangka Tengah
Bangka Barat
Belitung Timur
2011
7.322
4.641
5.411
3.733
3.182
1.127
-
6.880
2012
13.577
5.477
7.706
4.538
5.755
4.027
-
10.268
2013 20.849 6.883 10.037 4.916 4.321 4.065 Sumber: APBD: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/dalam jutaan rupiah)
12.082
Grafik 4.3 Alokasi Belanja APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2011-2013
Sumber: APBD: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/dalam jutaan rupiah)
93 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pada tabel 4.9 dan grafik 4.3 dapat diketahui belanja APBD menurut fungsi Pariwisata dan Budaya seluruh Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara keseluruhan selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali Kabupaten Bangka Barat yang tidak mengalokasikan dan Kabupaten Bangka Selatan yang mengalami penurunan pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jumlah belanja APBD seluruh Pemda menurut fungsi Pariwisata dan Budaya mengalami peningkatan sebesar 23% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2013 jika dibandingkan dengan seluruh APBD Pemda di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, porsi alokasi belanja terbesar pada APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang mencapai 33% dari seluruh APBD sedangkan alokasi belanja terkecil pada Kabupaten Bangka Barat yang tidak mengalokasikan belanja menurut fungsi pariwisata dan budaya. APBD Pemda di Pulau Belitung cukup besar mengalokasikan belanja APBD untuk fungsi pariwisata dan budaya. Berada pada posisi dua dan tiga secara keseluruhan yaitu Kabupaten Belitung Timur sebesar 19% selanjutnya Kabupaten Belitung sebesar 16%. Tabel 4.10 Pertumbuhan Belanja APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurut fungsi Pariwisata dan Budaya TA 2011-2013 TA
Prov
2011
Pangkal Pinang
Bangka Tengah
Bangka Barat
-79%
-148%
-
-4%
18%
45%
72%
-
33%
8%
-33%
1%
-
15%
Bangka
Belitung
-107%
-1%
-39%
12%
2012
46%
15%
30%
2013
35%
20%
23%
Bangka Selatan
Belitung Timur
Sumber: APBD: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa pertumbuhan alokasi anggaran untuk sektor pariwisata pada Tahun 2013 terbesar pada APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang meningkat sebesar 35% sedangkan pada Kabupaten Bangka Selatan mengalami penurunan sebesar 33% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
94 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.11 Persentase Perbandingan Belanja Fungsi Pariwisata dan Budaya dengan APBD Pemda di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung TA 2013 TA 2013
Prov 1,09%
Bangka
Belitung
0,84%
1,39%
Pangkal Pinang 0,78%
Bangka Selatan 0,71%
Bangka Tengah 0,71%
Bangka Barat
Belitung Timur
0,00%
1,76%
Sumber: APBD: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/dalam milyar rupiah)
Dari tabel 4.11 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013 meskipun di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memiliki banyak daerah tujuan wisata dan potensi kegiatan kepariwisataan namun alokasi belanja untuk sektor pariwisata rata-rata sebesar 1% bahkan terdapat Pemda yang tidak mengalokasikan belanja untuk sektor pariwisata dan budaya yaitu Kabupaten Bangka Barat. Persentase belanja APBD Fungsi Pariwisata dan Budaya TA 2013 yang terbesar dialokasikan oleh Kabupaten Belitung Timur selanjutnya disusul oleh Kabupaten Belitung. Hal ini menunjukkan keseriusan yang lebih tinggi dari Pemda di wilayah Pulau Belitung untuk menggarap potensi pariwisatanya dibandingkan pemda lainnya di wilayah Pulau Bangka. B. Analisis Fiskal 1. Analisis Pendapatan a. Analisis Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Tabel 4.12 Kontribusi Pendapatan Terhadap Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Tahun 2012 Daerah
Pajak/PDRB
PNBP/PDRB
PAD/PDRB
Prov. Bangka Belitung
7.318
1.416
16.584
Kab. Belitung
8.949
1.347
2.796
Kab. Bangka
621
782
1.436
Kab. Bangka Barat
85
144
706
Kab. Bangka Tengah
42
109
1.500
Kab. Bangka Selatan
63
107
1.047
160
836
1.726
Kab. Belitung Timur
36.816 2.426 2.941 Kota Pangkalpinang Sumber:Laporan GFS Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung Tahun 2011-2013 (data diolah)
Dari tabel 4.12 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012, kontribusi pendapatan terhadap PDRB yang terbesar diperoleh dari penerimaan
95 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
pajak Kota Pangkalpinang dan selanjutnya dari PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sedangkan penerimaan PNBP relatif lebih kecil kontribusinya terhadap PDRB. b. Analisis kontribusi populasi terhadap pendapatan pemerintah Tabel 4.13 Kontribusi Populasi Terhadap Pendapatan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2013 Daerah
Pajak/Populasi
PNBP/Populasi
PAD/Populasi
Kab. Belitung
1.129.512
275.902
575.751
Kab. Bangka
26.997
15.996
128.907
Kab. Bangka Barat
13.737
20.475
230.038
Kab. Bangka Tengah
8.985
12.794
229.685
Kab. Bangka Selatan
8.279
21.955
111.672
Kab. Belitung Timur
39.406
117.722
506.501
Kota Pangkalpinang
4.014.415
239.916
371.682
Sumber: Laporan GFS exercise Kanwil DJPBN Prov. Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, KPU (data diolah)
Dari tabel 4.13 dapat diketahui bahwa pada tahun 2013, kontribusi populasi terhadap penerimaan pajak terbesar diperoleh dari Kota Pangkalpinang yang mencatatkan penerimaan pajak Rp4.014.415 per penduduk sedangkan kontribusi terendah dicatatkan oleh Kabupaten Bangka Selatan yang penduduknya membayar pajak sebesar Rp8.279 per penduduk. Kontribusi penerimaan PNBP terbesar pada Kabupaten Belitung sebesar Rp275.902 per penduduk sedangkan kontribusi penerimaan PNBP terkecil dicatatkan oleh Kabupaten Bangka Tengah sebesar Rp12.794 per penduduk. Kontribusi penerimaan PAD terbesar kembali dicatatkan oleh Kabupaten Belitung sebesar Rp575.751 per penduduk sedangkan kontribusi penerimaan PAD terendah kembali dicatatkan oleh Kabupaten Bangka Selatan sebesar Rp111.672 per penduduk. 2. Analisis Belanja a. Perbandingan dengan Belanja APBN 1) Belanja pegawai Rasio dana kelolaan belanja non pegawai
96 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.14 Rasio Dana Kelolaan Belanja Non Pegawai
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
Belanja APBN (DK+TP+UB)
307.528
338.451
274.374
Belanja Non Pegawai APBD
2.566.960 11,98%
3.282.191 10,31%
4.023.431 6,82%
Rasio
2013
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah)
Dari tabel 4.14 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio dana kelolaan belanja non pegawai cenderung mengalami penurunan yang berarti bahwa rasio dana kelolaan belanja pegawai selalu mengalami kenaikan (tahun 2013 sebesar 93,28%). 2) Belanja modal, rasio untuk mengetahui perbandingan antara Belanja Modal yang dialokasikan pemerintah pusat (APBN) dengan pemerintah daerah (APBD):
Tabel 4.15 Rasio Belanja Modal APBN – APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
2013
Belanja Modal APBN
823.598
972.472
843.989
Belanja Modal APBD
1.225.539
1.393.799
1.693.606
67,20%
69,77%
49,83%
Rasio
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah)
97 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
b. Perbandingan dengan populasi, rasio digunakan sebagai perbandingan spasial antar wilayah, untuk mendapatkan proporsi antar kebijakan fiskal yang tercermin dari APBD dengan indikator demografis (populasi) sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih fair terhadap besaran anggaran pada suatu wilayah:
Tabel 4.16 Rasio Belanja Terhadap Populasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
2013
Total Belanja APBN + APBD
6.263.577
7.657.644
8.723.582
Jumlah Populasi
1.261.737
1.298.168
1.349.199
Rasio
4.964.249
5.898.808
6.465.749
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, KPU (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah)
Dari tabel 4.15 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 rasio belanja terhadap populasi selalu mengalami kenaikan. Hal ini menggambarkan bahwa alokasi belanja pemerintah pusat dan daerah telah mengantisipasi kenaikan jumlah penduduk. Pada tahun 2013 belanja yang dialokasikan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung setara Rp6.465.749 per penduduk melebihi rasio belanja terhadap populasi nasional sebesar Rp4.769.897 per penduduk. c. Perbandingan total belanja dengan belanja tertentu 1) Belanja pegawai APBD, rasio untuk mengetahui seberapa besar proporsi dana APBD digunakan untuk membiayai belanja pegawai:
98 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.17 Rasio Belanja Pegawai
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
2013
Belanja Pegawai APBD
1.836.605
2.168.143
2.508.122
Total Belanja APBD
4.403.566
5.450.334
6.531.554
41,71%
39,78%
38,40%
Rasio
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah)
Dari tabel 4.17 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio belanja pegawai cenderung mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa belanja untuk keperluan publik
mengalami
peningkatan
dan
telah
menjadi
prioritas
pembangunan. 2) Belanja modal infrastruktur, rasio untuk mengetahui keseriusan pemerintah daerah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengalokasian Belanja Modal pada APBD:
Tabel 4.18 Rasio Belanja Modal APBN – APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun Uraian
2011
2012
2013
Belanja Modal APBN
823.598
972.472
843.989
Belanja Modal APBD
1.225.539
1.393.799
1.693.606
67,20%
69,77%
49,83%
Rasio
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah)
Dari tabel 4.18 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio belanja modal APBN – APBD berfluktuasi dengan
kecenderungan
menggambarkan
bahwa
mengalami Pemda
dapat
penurunan.
Hal
meningkatkan
ini
inisiatif
pembangunan infrastruktur daerah ketika alokasi belanja modal dari pemerintah
pusat
pada
tahun
2013
mengalami
penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
99 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
d. Perbandingan dengan sektor ekonomi unggulan yaitu sektor pariwisata untuk Kota Pangkalpinang
Tabel 4.19 Rasio Belanja Sektoral terhadap Kontribusi sektor Kepada PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian 2011 2012 2013 NA 4.538 4.325 Belanja Sektor Total Belanja APBN + APBD
6.263.577
7.657.644
8.723.582
NA
4.984
6.918
24.106.162
26.441.431
NA
NA
3,14
NA
Kontribusi Sektor Total PDRB Rasio
Sumber: BPS, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah), Belanja dan kontribusi sektor pariwisata data diolah dari Pemerintah Kota Pangkalpinang
Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa pada tahun 2012 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya di Kota Pangkalpinang, sektor pariwisata memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB yaitu sebesar 3,14. 3. Analisis Ruang Fiskal dan Kemandirian Daerah a. Ruang fiskal,adalah pendapatan dikurangi dana alokasi earmarked (DAK) dan belanja wajib (belanja pegawai dan belanja barang yang mengikat), dan mencerminkan ketersediaan ruang yang cukup pada anggaran pemda tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib).
100 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.20 Ruang Fiskal Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
Total Pendapatan DAK Belanja Pegawai Tak Langsung
2012
2013
3.980.655
5.061.329
5.679.688
238.115
283.250
339.671
1.529.480
1.802.036
2.024.557
Ruang Fiskal 2.213.060 2.976.043 Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/dalam jutaan rupiah)
3.315.461
Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013, ruang fiskal selalu mengalami kenaikan. Hal ini menggambarkan
bahwa terjadi pendapatan daerah yang semakin
meningkat dan mempunyai ketersediaan ruang yang cukup pada anggarannya tanpa mengganggu solvabilitas fiskal (membiayai belanja wajib). Ruang fiskal Provinsi Bangka Belitung pada tahun 2013 mencapai Rp3,32 triliun atau sekitar 58% dari total pendapatan. b. Rasio kemandirian daerah, adalah rasio PAD terhadap total pendapatan dan rasio dana transfer terhadap total pendapatan. Apabila rasio PAD lebih besar daripada rasio dana transfer berarti daerah tersebut semakin menunjukkan kemandirian demikian pula sebaliknya.
Tabel 4.21 Rasio PAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian PAD Total Pendapatan PAD
2011
2012
2013
553.377,54
684.084,39
781.737,67
3.980.655,04
5.061.329,40
5.679.688,24
13.9%
13.5%
13.8%
Rasio PAD
Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/dalam jutaan rupiah)
Dari tabel 4.19 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 rasio PAD yang berada di kisaran 13,7% menunjukkan tingkat kemandirian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang masih rendah.
101 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.22 Rasio Dana Transfer
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
2013
Total Dana Transfer
3.090.491,87
3.831.930,09 4.334.787,50
Total Pendapatan APBD
3.980.655,04
5.061.329,40 5.679.688,24
Rasio Dana Transfer
78%
76%
76%
Dari tabel 4.20 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 s.d. tahun 2013 tingkat ketergantungan pemerintah daerah di wilayah Provinsi Bangka Belitung terhadap alokasi dana transfer dari pemerintah pusat masih sangat tinggi, yakni pada tahun 2013 rasio dana transfer mencapai 76,32% meningkat dari tahun sebelumnya. Tingginya rasio dana transfer ini karena pihak pemda belum mampu memaksimalkan potensi PAD yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari rasio kemandirian daerah yang menunjukkan sumbangan PAD terhadap pendapatan daerah hanya 13.76% pada tahun 2013. Dari tabel 4.19 dan 4.20 diatas dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu tahun 2011 sampai dengan 2013 rasio kemandirian daerah berada pada kisaran 13,7%, sedangkan rasio dana transfer berada pada kisaran 76,6%. Sehingga belum terlihat adanya upaya pemerintah daerah untuk mengurangi ketergantungan terhadap alokasi dana transfer dari pemerintah pusat. 4. Analisis Anggaran Belanja Sektoral a. Bidang pelayanan publik dan birokrasi
102 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.23 Rasio Alokasi Belanja Pelayanan Publik
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
Pagu belanja pelayanan publik APBN + APBD Pagu Belanja APBN + APBD
2012
2013
1.367.628
1.897.507
2.189.891
4.403.565,76
5.450.334,23
6.531.553,72
Rasio Alokasi belanja pelayanan publik 31% 35% Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah)
34%
b. Belanja bidang kesehatan
Tabel 4.24 Rasio Belanja Kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pagu Belanja Kesehatan APBN+APBD Pagu Belanja APBN + APBD
2011
2012
2013
611.028
581.020
725.627
6.263.577
7.657.644
8.723.582
9,76% 7,59% Rasio Belanja Kesehatan Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah/belanja dalam jutaan rupiah)
8,32%
Tabel 4.25 Pertumbuhan fasilitas kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
Pertumbuhan jumlah fasilitas kesehatan Pertumbuhan Belanja Kesehatan APBN+APBD Pertumbuhan fasilitas kesehatan
2011
2012
2013
-2,55%
3,06%
NA
16,30%
-4,91%
24,89%
-15,66%
-62,24%
NA
103 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.26 Pertumbuhan Jumlah Tenaga Medis Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
2013
Pertumbuhan jumlah tenaga medis
NA
NA
NA
Pertumbuhan belanja kesehatan APBN+APBD Pertumbuhan jumlah tenaga medis
16,30%
-4,91%
24,89%
NA
NA
NA
Tabel 4.27 Pertumbuhan Angka Kematian Bayi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
2013
Pertumbuhan angka kematian bayi
N/A
N/A
N/A
Pertumbuhan belanja kesehatan APBN+APBD
65.852
-18.146
134.475
N/A N/A N/A Pertumbuhan angka kematian bayi Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
c. Belanja bidang pendidikan
Tabel 4.28 Rasio Belanja Pendidikan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
2012
2013
Pagu Belanja Pendidikan APBN+APBD
1.219.820
1.707.687
1.702.366
Pagu Belanja APBN + APBD
6.263.577
7.657.644
8.723.582
Rasio Belanja Pendidikan
19,47%
22,30%
19,51%
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Dari tabel 4.31 dapat diketahui bahwa dalam kurun waktu 2011 s.d. 2013 menunjukkan
bahwa
meskipun
rata-rata
alokasi
anggaran
untuk
pendidikan telah mencapai 20,43% melebihi kewajiban alokasi anggaran
104 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
pendidikan sebesar 20% namun pada tahun 2011 dan 2013 alokasi anggaran pendidikan masih dibawah 20%.
Tabel 4.29 Pertumbuhan Partisipasi Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pertumbuhan partisipasi sekolah Pertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD Pertumbuhan partisipasi sekolah
2011
2012
2013
2,66%
NA
NA
-0,15%
39,99%
-0,31%
-1720%
NA
NA
Tabel 4.30 Pertumbuhan Jumlah Guru Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pertumbuhan Jumlah Guru Pertumbuhan Belanja Pendidikan APBN+APBD
2011
2012
2013
4,53%
NA
NA
-0,15%
39,99%
-0,31%
Pertumbuhan Jumlah Guru -2928% NA Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
NA
Tabel 4.31 Pertumbuhan Jumlah Sekolah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pertumbuhan jumlah sekolah Pertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD Pertumbuhan jumlah sekolah
2011
2012
2013
-0,09%
NA
NA
-0,15%
39,99%
-0,31%
56% NA Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
NA
105 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.32 Pertumbuhan jumlah buta huruf Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pertumbuhan jumlah buta huruf Pertumbuhan belanja pendidikan APBN+APBD Pertumbuhan jumlah buta huruf
2011
2012
2013
-10,77%
NA
NA
-0,15%
39,99%
-0,31%
6964% NA Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
NA
d. Belanja bidang kesejahteraan dan penanggulangan kemiskinan
Tabel 4.33 Rasio Belanja Kesejahteraan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pagu Belanja Kesejahteraan APBN+APBD Pagu Belanja APBN + APBD Rasio Belanja Kesejahteraan
2011
2012
2013
76.154
112.069
123.416
7.657.644
8.723.582
7.657.644
1,46%
1,41%
1,46%
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
Tabel 4.34 Pertumbuhan HDI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pertumbuhan HDI Pertumbuhan Belanja Kesejahteraan APBN+APBD Pertumbuhan HDI
2011
2012
2013
0,74%
0,61%
NA
-10,59%
47,16%
10,13%
-7,00%
1,30%
NA
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
106 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.35 Pertumbuhan Penduduk Miskin Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pertumbuhan Penduduk Miskin Pertumbuhan Belanja Kesejateraan APBN+APBD Pertumbuhan Penduduk Miskin
2011 47 -7.580 -0.62%
2012
2013
N/A
N/A
36.466
11.397
N/A
N/A
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
e. Bidang pertanian
Tabel 4.36 Rasio Belanja Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pagu Belanja Pertanian APBN+APBD Pagu Belanja APBN + APBD
2011
2012
2013
133.835
201.080
260.855
6.263.577
7.657.644
8.723.582
2,14% 2,63% Rasio Belanja Pertanian Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
2,99%
Tabel 4.37 Pertumbuhan NTP Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Pertumbuhan NTP
2011
2012
2013
3,54%
0,01%
N/A
133.835 0,00%
201.080 0,00%
260.855 N/A
Pagu Belanja Pertanian APBN+APBD Pertumbuhan NTP
Sumber: LKPP Kanwil DJPBN Provinsi Bangka Belitung Tahun 2011-2013, BPS, http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
107 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.38 Pertumbuhan Produksi Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian 2011 2012 2013 NA
NA
NA
6.263.577 NA
7.657.644 NA
8.723.582 NA
Pertumbuhan Produksi Pagu Belanja APBN+APBD Pertumbuhan produksi pertanian
5. SILPA dan Pembiayaan a. Perkembangan surplus/defisit APBD 1) Rasio surplus/defisit terhadap aggregat pendapatan Rasio ini untuk mengetahui proporsi surplus/defisit anggaran terhadap pendapatan yang menunjukkan performa fiskal pemerintah daerah dalam menghimpun pendapatan untuk membiayai belanja, atau penghematan belanja dalam kondisi pendapatan tertentu. 2) Rasio surplus/defisit terhadap PDRB Rasio ini digunakan untuk kondisi kesehatan ekonomi regional. Semakin kecil rasionya berarti daerah tersebut mampu memproduksi barang dan jasa yang cukup baik untuk membiayai hutang akibat defisit anggaran pemerintah daerah.
Tabel 4.39 Rasio surplus / defisit terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Surplus / (Defisit) APBD PDRB Rasio surplus / defisit thd PDRB
2011
2012
2013
(422.911)
(389.005)
(851.865)
24.106.162
26.441.431
NA
-1,75%
-1,47%
NA
Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
108 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
3) Rasio SILPA terhadap alokasi belanja Rasio ini mencerminkan proporsi belanja kegiatan atau kegiatan yang tidak digunakan dengan efektif oleh pemerintah daerah.
Tabel 4.40 Rasio SILPA Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Jumlah SILPA
2011
2012
2013
447.297
437.093
912.102
4.403.566
5.450.334
6.531.554
Rasio SILPA 10,16% Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
8,02%
13,96%
Total Belanja APBD
b. Pembiayaan daerah 1) Rasio pinjaman daerah atau obligasi daerah terhadap total pembiayaan Rasio ini untuk mengetahui proporsi pencairan pinjaman yang dilakukan daerah untuk membiayai defisit APBD.
Tabel 4.41 Rasio Pinjaman Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian
2011
Rasio Pinjaman Daerah/Obligasi Daerah Total Realisasi Pembiayaan
2012
2013
-
-
-
423.044
389.225
860.668
-
-
Rasio Pinjaman Daerah Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
-
2) Keseimbangan Primer
109 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Tabel 4.42 Rasio Keseimbangan Primer Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011-2013 Uraian Total Pendapatan APBD
1)
2011
2012
2013
3.980.655
5.061.329
5.679.688
4.403.566
5.450.334
6.531.554
-
-
-
(422.911)
(389.005)
(851.865)
Rasio Keseimbangan Primer -10,62% Sumber: http://www.djpk.depkeu.go.id (data diolah)
-7,69%
-15,00%
Total Belanja APBD Belanja Bunga
2)
3)
= 1) – 2) – 3)
110 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
Pantai Tanjung Pesona Kabupaten Bangka
111 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN
112 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan 1. Alokasi anggaran pemerintah pusat di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami defisit yang terus menurun dari tahun ke tahun. Artinya penerimaan Pemerintah Pusat masih belum dapat menutupi pengeluaran (belanja) yang dikeluarkan oleh Kementerian/lembaga yang ada di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. 2. Penerimaan dalam negeri masih didominasi oleh sektor Perpajakan, sementara untuk PNBP didominasi penerimaan dari Sumber Daya Alam yaitu berupa iuran tetap dan iuran Royalti pertambangan umum. 3. Dari sisi pengeluaran pagu anggaran terbesar dialokasikan untuk belanja modal di Kementerian Pekerjaan Umum, dan alokasi anggaran terendah di Badan Arsip Nasional, sedangkan untuk realisasi penyerapan anggaran oleh seluruh K/L di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk tahun 2013 sebesar 95% di atas target realisasi nasional yaitu sebesar 90%. Sektor pariwisata mendapat alokasi dana kecil dan penyerapan anggarannya paling rendah yaitu sebesar 45%. Hal ini sangat ironis disaat pemda sedang menggalakkan industri pariwisata untuk Bangka Belitung. 4. Berdasarkan perkembangan realisasi PNBP dan total aset yang dikelola tahun 2012 dan 2013, maka satuan kerja Universitas Bangka Belitung (663120) dapat dipertimbangan untuk menjadi satuan kerja Badan Layanan Umum (BLU) di bidang pendidikan. Hal ini digambarkan dari realisasi PNBP tahun 2012 sebesar Rp.8.713.045.887,- meningkat menjadi Rp.13.633.571.107,- tahun 2013. Aset yang dikelola juga meningkat dari tahun 2012 sebesar Rp.238.899.836.474,menjadi Rp.290.667.538.348,-. 5. Selama program restrukturisasi pinjaman, hanya Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka yang melakukan pembayaran pokok pinjaman, sedangkan pemerintah daerah lain dan/atau Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) tidak melakukan pembayaran.
E. REKOMENDASI a. Guna menekan defisit anggaran di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Pemerintah Daerah berusaha meningkatkan penerimaan dalam negeri baik dari
113 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
sektor pajak maupun dari sektor bukan pajak. Dari sektor pajak perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak serta mendorong peningkatan bea masuk dari perdagangan internasional. b. Pejabat Perbendaharaan agar melakukan perencanaan realisasi anggaran dan pelaksanaan kegiatan secara matang dan akurat dari awal tahun, sehingga penyerapan dana atau kegiatan tidak terkonsentrasi/menumpuk pada akhir tahun anggaran. c. Demi percepatan pembangunan di wilayah Bangka Belitung dapat kiranya anggaran pusat yang dialokasikan dapat ditingkatkan terutama untuk mendorong peningkatan pariwisata yang selama ini masih belum mendapatkan perhatian secara serius oleh Satuan kerja terkait. d. Direktorat Pembinaan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum bersama Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung perlu bersinergi dalam melakukan pembinaan kepada Universitas Bangka Belitung, agar ke depan UBB dapat menjadi satuan kerja BLU pertama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. e. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka, PDAM Kabupaten Bangka, dan PDAM Kabupaten Belitung perlu mendapat kepastian atas program restrukturisasi pinjaman yang telah mereka laksanakan. Oleh karena itu, dipandang perlu Kementerian Keuangan segera memberikan jawaban/keputusan atas program tersebut.
114 INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
DAFTAR PUSTAKA OTL, Setditjen Perbendaharaan, Petunjuk Teknis Penyusunan Kajian Fiskal Regional Kanwil Ditjen Perbendaharan, 2013. Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Audited, 2010. Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Audited, 2011. Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Audited, 2012. Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Anudited, 2013. Bank Indonesia Cabang Sumatera Selatan, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bangka Belitung Triwulan I 2013. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik, Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2009. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Statistik, Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2011 www.djpk.depkeu.go.id www.bps.go.id www.pajak.go.id www.perbendaharaan.go.id www.babelprov.go.id
INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN
KEANGGOTAAN TIM PENYUSUN Penanggungjawab : Plt. Kepala Kanwil Ditjen. Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung Sakop, S.E, M.M Ketua Tim Kepala Bidang PPA-I Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung Henry Rulinson Purba, S.E, Ak Wakil Ketua Tim Kepala Bidang AKLAP Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung Azwar, S.E, M.M Anggota Agnes Sediana Milasari D, SS.T, Ak, M.E Yuni Sofyan Budiono Agus Sujiana Yusron Kamal, S.E, M.M Trisna Eka Wijaya, S.E, M.M Editor Kamidi, S.AP Wahyudi Bowo Dwi Prasetyo Sekretariat Imam Hartawan Pendamping Regional Economist Prof. Dr. Bernadette Robiani
INTEGRITAS|PROFESIONALISME|SINERGI|PELAYANAN|KESEMPURNAAN