1
Implikasi Upah Minimum Provinsi Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Aklan Huda Wijaya1 dan Lana Soelistianingsih2 1 2
Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia Economics, Faculty of Economics, University of Indonesia, Depok, Jawa Barat, Indonesia E-mail:
[email protected]
Abstrak PDRB dalam sepuluh tahun terakhir menunjukkan tren yang positif. Salah satu cara penentuan nilai PDRB adalah dengan menggunakan pendekatan penambahan nilai output melalui fungsi produksi. Berdasarkan fungsi produksi, output ditentukan oleh tenaga kerja dan modal. Salah satu input produksi adalah tenaga kerja yang permintaannya dipengaruhi oleh upah. Dengan adanya dua tipe tenaga kerja yaitu high skilled dan low skilled, terdapat perbedaan dimana upah low skilled ditentukan dengan adanya intervensi pemerintah salah satunya melalui upah minimum provinsi. Dengan menggunakan data panel 33 provinsi selama 2008-2012 dengan metode fixed effect diperoleh hasil bahwa upah minimum berpengaruh secara positif pada PDRB total dan mayoritas PDRB sektoral. Kata Kunci: PDRB, Upah Minimum
Implication of Provincial Minimum Wage to Gross Domestic Regional Product Abstract One way in determining the value of GDRP is by measuring value added of output with the production function. Based on the production function, output is determined by labor and capital. The demand of labor as input of production is influenced by wages. With the existence of two types of labor; high skilled labor and low skilled, there are differences in determining the wage of those labor. Most of low skilled worker’s wage are determined by one government intervention through the provincial minimum wage. Using the panel data of 33 provinces during 2008-2012 with fixed effect model, this research finds that the minimum wage affects positively on total and majority of sectoral GDRP. Keyword: GDRP, Minimum Wage
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
2 Pendahuluan Salah satu pendekatan yang digunakan untuk menghitung PDRB adalah dengan menggunakan pertambahan nilai output. Berdasarkan teori fungsi produksi total Y=F(A,K,L), fungsi output dipengaruhi oleh variabel input yaitu modal (K) dan variabel tenaga kerja (L). Berdasarkan fungsi tersebut peningkatan modal maupun tenaga akan mendorong peningkatan output. Tenaga kerja sebagai salah satu input produksi menunjukkan peningkatan yang signifikan baik dalam skala nasional dan regional di Indonesia. Peningkatan jumlah tenaga kerja ini mencerminkan adanya penyerapan yang berasal dari permintaan tenaga kerja. Berdasarkan teori klasik permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh upah riil. Namun keadaan tersebut hanya terjadi bila upah tenaga kerja berjalan dalam kondisi pasar bebas tanpa ada intervensi dari pemerintah serta tenaga kerja berkarakteristik homogen. Sedangkan dalam realita terdapat segmentasi dalam bidang keahlian pada pasar tenaga kerja dimana terdapat klasifikasi tenaga kerja dengan kemampuan rendah (low skilled) dan dengan kemampuan tinggi (high skilled). Klasifikasi tersebut menyebabkan pasar tenaga kerja menghadapi perbedaan pengontrolan pengaturan upah. Untuk pekerja dengan klasifikasi high skilled, sistem pengupahan didasari oleh bargaining power dimana baik pekerja maupun perushaan saling memiliki kekuatan untuk mempengaruhi kesepakatan upah. Namun di sisi lain terjadi kemungkinan rent seeking yang dilakukan oleh perusahaan bagi tenaga kerja low skilled karena daya tawar pekerja yang lebih rendah dibandingkan pemberi kerja. Sehingga untuk mengontrol perilaku perusahaan tersebut pemerintah sebagai agen ketiga memberlakukan upah minimum provinsi. Mengetahui bahwa peningkatan UMP dapat berpengaruh terhadap penurunan penyerapan tenaga kerja sebagai input produksi (Alatas dan Cameroon: 2008), (Neumark dan Washer: 2000) maka kemungkinan terdapat relasi negatif antara UMP dengan PDRB. Namun hubungan tersebut perlu dianalisa lebih lanjut mengingat kebijakan UMP berpengaruh terhadap dua agen perekonomian, tenaga kerja sebagai input dan konsumen, serta produsen sebagai penyedia output. Penetapan kebijakan perlu mengkonsiderasi efek UMP terhadap perekonomian secara keseluruhan, apakah UMP menjadi faktor positif (Cahuc & Michel: 2010) atau negatif terhadap perekonomian (Kramarz, Lemeiux, dan Margolis: 1997).
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
3 Berdasarkan latar belakang tersebut tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisa menganalisa hubungan antara Upah Minimum Provinsi riil dengan Produk Domestik Regional Bruto riil serta mengukur hubungan antara Upah Minimum Provinsi riil terhadap PDRB riil di 9 sektor lapangan usaha utama di Indonesia.
Tinjauan Teoritis
Dalam tinjauan literatur Kramarz, Lemeiux, dan Margolis (1997) menemukan adanya hubungan negatif antara peningkatan upah minimum dengan output. Begitupula Sabia (2010) yang menepungan pengaruh negatif dari upah minimum terhadap sektor-sektor dengan jumlah tenaga kerja low skilled besar namun tidak berpengaruh pada sektor dengan jumlah tenaga kerja low skilled yang rendah. Namun berdasarkan penelitian Cahuc dan Michel (2002) upah minimum mampu mendorong peningkatan akumulasi modal manusia yang akan mendorong output secara positif dalam jangka panjang. Begitu pula Askenazy (2003) dimana peningkatan upah minimum pada tenaga kerja low skilled akan mendorong pertumbuhan perekonomian Dalam konteks Indonesia, perumusan kebijakan peningkatan UMP nasional disusun oleh DPR, MPR, dan Presiden, di tingkat regional disusun oleh pemerintah daerah. Perhitungan UMP di Indonesia didasari oleh KHL (Kebutuhan Hidup Layak) yang merupakan susunan dari 60 komponen yang menurut keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012, merupakan kebutuhan dasar yang harus dimiliki pekerja. Dari segi waktu penyesuaian, Indonesia tidak jauh berbeda dengan negara lainnya, dimana UMP sendiri disesuaikan per tahun Tinjauan teoritis terkait upah minimum provinsi di Indonesia hanya terbatas pada hubungan antara upah minimum dengan penyerapan tenaga kerja. Hasil penelitian pun berbeda-beda dimana beberapa literatur menemukan hubungan positif antara upah minimum dengan tenaga kerja (Magruder: 2011) dan beberapa menemukan hubungan negatif (Alatas dan Cameroon: 2008).
Metode Penelitian
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
4 Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data panel dengan jumlah variabel cross section sebesar 33 provinsi dalam periode 5 tahun dari 2008-2012 yang selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1. Model yang akan digunakan adalah pengembangan model sabia (2010): Model 1: !"#$%&!" = !! + !! !"!"#!!" + !! !"#$%# !"!! + !! !"#$%&'(!" + !! !"#$%&!" + !! !"#$%&'()*+,!" + !! !"!"#!"!! + !! !"!"#$!"!! + !! + !! + !!" Model 2: !"#$%&'(!" = !! + !! !"!"#!!" + !! !"#$%# !"!! + !! !"#$%&'(!" + !! !"#$%&!" + !! !"#$%&'()*+,!" + !! !"!"#!"!! + !! !"!"#$!"!! + !! + !! + !!" …………………… !"#$%&'(!" = !! + !! !"#$%#!" + !! !"#$%# !"!! + !! !"#$%&'(!" + !! !"#$%&!" + !! !"#$%&'()*+,!" + !! !"!"#!"!! + !! !"!"#$!"!! + !! + !! + !!" Dimana, !"#$%&!"
: Produk Domestik Regional Bruto provinsi per tahun
!"#$%&!!…! !" : Produk Domestik Regional Bruto tiap provinsi dan sektor per tahun !!
: Intersep
!"#$%#!"
: Logaritma natural nilai UMP riil periode t
lnRUMRst-1
: Logaritma natural nilai UMP rill periode t-1
lnupahHSst
: Logaritma natural rata rata upah rill pekerja high skilled provinsi per tahun
MUnempst
: Angka pengangguran terbuka laki-laki
Univcompratest : Persentase tenaga kerja tamat universitas (diploma s/d S3) Lnpmast-1
: Logaritma natural penanaman modal asing t-1
Lnpmdnst-1
: Logaritma natural penanaman modal dalam negeri t-1
!!
: Time effect
!!
: Provincional effect
!!"
: Residu
Model ini merupakan pengembangan model Sabia (2010) dimana variabel independen upah minimum nominal di konversi menjadi riil yaitu menjadi !"#!!" , begitu pula upah minimum pada t-1 menjadi !"#!!"!! . Lalu variabel inflasi Inflst yang pada mulanya terdapat pada model Sabia dihilangkan karena penggunaan variabel UMP riil secara langsung
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
5 telah memperhitungan efek kenaikan harga dalam komponen-komponen KHL yang merupakan faktor penyusun upah minimum provinsi di Indonesia. UMP riil (upah/tingkat harga) juga digunakan untuk mengkompensasi efek kenaikan upah minimum yang dapat meningkatkan harga output.
Hasil Penelitian Untuk uji spesifikasi pada lampiran 2, ditemukan bahwa baik model 1 maupun model 2 menggunakan spesifikasi fixed effect. Sementara dalam deteksi pelanggaran asumsi BLU pada lampiran 3 ditemukan baik model 1 maupun model 2 tidak terdapat adanya multikolinearitas, namun mayoritas model terdapat masalah Heteroskedastisitas dan Autokorelasi. Sehingga untuk penyembuhan dua masalah tersebut digunakan Clustered Standard Error (Woldrige: 2011). Hasil regresi pada lampiran 4 menjelaskan bahwa model 1 mampu menjelaskan variasi variabel dependen dipengaruhi oleh variabel-variabel independennya sebesar 85,40% (adjusted R2). Hasil uji global (prob-stat) adalah sebesar 0,0000. Beberapa variabel independen yaitu lnRUMRst, munempst, univcompratest, dan lnpmat1 mempengaruhi lnpdrbst sebagai variabel dependennya secara signifikan dengan α= 5% begitu pula elastisitas jangka panjang yang dihitung dari pertambahan koefisien antara lnRUMRst, dan lnRUMRst-1. Namun, variabel lnRUMRst-1., lnupahhsst, dan lnpmdnst1 ditemukan tidak dapat menjelaskan lnpdrbst sebagai dependen variabel secara signifikan di level α= 5% maupun di level α= 10%. Sementara dalam regresi model 2 pada lampiran 5, hasil uji global (Prob-stat) semua model sektoral mendapatkan nilai sebesar 0,000
dan nilai R-Squared yang relatif cukup baik
(>20%) sehingga semua model signifikan menjelaskan nilai variasi variabel dependen. Variabel UMP relatif signifikan pada semua sektor pada periode sebelumnya (t-1) pada level alfa 5% kecuali pada sektor manufaktur dan pertambangan. Begitu pula yang diperlihatkan oleh elastisitas jangka panjang. Sementara untuk variabel-variabel kontrol lain memiliki hasil yang berbeda di tiap sektor, kecuali pada variabel PMDN yang tidak signifikan pada level alfa 10% di semua sektor.
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Analisa dan Pembahasan • Upah Minimum Provinsi Ada beberapa alasan mengapa upah minimum
provinsi riil berkorelasi positif tehadap
PDRB, diantaranya: Pertama, Upah minimum provinsi riil akan mendorong peningkatan pendapatan pekerja low skilled. Karena mayoritas pekerja low skilled mempunyai kebiasaan menabung yang rendah maka dorongan pendapatan akan meningkatkan konsumsi bila diasumsikan tidak ada perubahan MPC dan MPS pada tenaga kerja. Berdasarkan grafik 4.1 terdapat korelasi positif kontribusi konsumsi non makanan terhadap total konsumsi dan korelasi negatif kontribusi konsumsi makanan terhadap total konsumsi dengan peningkatan upah minimum riil. Hal tersebut terjadi karena kontribusi konsumsi makanan terhadap pendapatan per kapita yang relatif tidak berubah ketika upah naik sehingga pendapatan akan cenderung dialokasikan untuk konsumsi non makanan.
Ribu Rupiah
Grafik 1 UMP riil dan % pengeluaran rumah tangga untuk makanan dan non makanan 1,400.0
70.0%
1,200.0
60.0%
1,000.0
50.0%
800.0
40.0%
600.0
30.0%
400.0
20.0%
200.0
10.0%
0.0
UMP
0.0%
% Konsumsi Makanan
% Konsumsi Non Makanan
Sumber: BPS, data di olah penulis
Selain itu peningkatan konsumsi masyarakat juga mampu memberikan dampak positif melalui efek pengganda terhadap peningkatan pendapatan pajak pemerintah khususnya PPN melalui peningkatan daya beli masyarakat. Pajak yang meningkat akan meningkatkan pengeluaran pemerintah di periode selanjutnya sehingga akan mendorong peningkatan PDRB.
Kedua, potensi subtitusi tenaga kerja menjadi kapital akibat
adanya kenaikan
upah
minimum. Meningkatnya upah minimum propinsi akan memberikan disinsentif bagi produsen untuk terus berproduksi dengan menggunakan tenaga kerja karena upah yang
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
7 semakin mahal. Akibatnya perusahaan akan mencari subtitusi input produksi lain yang lebih murah dan produktif. Sesuai dengan fungsi produksi peningkatan upah minimum akan menyebabkan perusahaan mensubtitusi tenaga kerja dengan kapital sebagai input produksi (Bauduccoa: 2012) (Metcalf: 2006). Contohnya, pada sektor manufaktur upah rill pekerja semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pada kuartal 1 2008 upah rata rata pekerja manufaktur rill meningkat dari sebesar 1.081 juta rupiah menjadi sebesar 1.220 juta rupiah pada kuartal 12012 (Statistik Upah BPS). Berdasarkan hasil regresi, PMA dan PMDN berkontribusi positif terhadap PDRB. Hal tersebut menandakan modal sebagai input produksi semakin produktif dan mampu menjadi subtitusi tenaga kerja akibat adanya kenaikan upah minimum (Borjas: 2000). Hal yang serupa diperlihatkan pada model sektoral dimana investasi PMA mampu berkorelasi positif dan signifikan di sektor sektor yang memperlihatkan insignifikansi upah minimum seperti pertambangan dan manufaktur. Kontribusi investasi yang positif ini menandakan PMA dan PMDN berperan sebagai subtitusi atas tenaga kerja yang semakin mahal. Semakin besarnya kontribusi modal dibandingkan dengan tenaga kerja diperlihatkan dari meningkatnya rasio modal per tenaga kerja. Grafik 2 Modal per tenaga kerja per provinsi
Capital/Output RaEo
12 10 8 6 4 2 0 2005
2006
2007
2008
2009
2010
Sumber: World Development Indicator 2012
Ketiga, UMP riil dapat mendorong peningkatan akumulasi modal manusia melalui peningkatan pendapatan riil. Peningkatan pendapatan akan memicu pekerja untuk melakukan konsumsi pendidikan pada dirinya atau keluarganya untuk menjadi tenaga kerja high skilled (Cahuc & Michel: 2001). Hal tersebut ditandai dengan peningkatan konsumsi pendidikan per kapita yang semakin meningkat dari tahun ke tahun yang beriringan dengan meningkatnya persentase konsumsi pendidikan terhadap total pengeluaran per kapita. Berdasarkan grafik
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
8 4.6 dan uji korelasi koefisien Pearson1, peningkatan UMP riil bergerak searah dan positif terhadap jumlah persentase rata rata angkatan kerja berpendidikan SMP, SMA, SMK dan diploma ke atas namun negatif dengan angkatan kerja dengan pendidikan SD ke bawah. Grafik 3 Rata-rata UMP riil dan rata-rata persentase tenaga kerja menurut pendidikan
Sumber: BPS, di olah penulis Grafik 4 Rata rata konsumsi pendidikan per kapita per provinsi 30000
6.00%
25000
5.00%
20000
4.00%
15000
3.00%
10000
2.00%
5000
1.00%
0
0.00% 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Konsumsi Pendidikan perkapita % konsumsi pendidikan terhadap Pengeluaran perkapita
Sumber : BPS, di olah penulis
Keempat, hubungan positif antara UMP riil dan PDRB kemungkinan terjadi akibat pasar tenaga kerja di Indonesia mayoritas yang cenderung berkarakteristik monopsoni. Dimana perusahaan akan terus menambah tenaga kerja selama UMP riil berada dibawah upah saat MC = MR seperti yang dijelaskan pada bab literatur dan teori. Penambahan tenaga kerja yang tidak terpengaruh UMP mendorong adanya peningkatan output secara agregat (Baskhar & Ted : 2003), (Hansjorg, Milka & Sike: 2009).
1
Korelasi pearson untuk masing masing pendidikan <SD, SMP-‐SMA/SMK, dan diploma> adalah -‐0.95205 dan 0,87568, 0,91474
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
9 • UMP di Sisi Sektoral Berdasarkan hasil regresi model sektoral UMP riil berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB riil sebagaimana yang diperlihatkan oleh hasil model pertama hampir pada semua sektor kecuali pada sektor manufaktur. Sektor manufaktur menunjukkan relasi positif dan tidak signifikan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Hubungan positif ini kemungkinan dipengaruhi oleh kenaikan permintaan barang pada sektor ini akibat naiknya pendapatan pekerja melalui peningkatan UMP riil. Namun kenaikan UMP juga dapat menurunkan penyerapan tenaga kerja pekerja low skilled karena menurut data BPS sekitar 40% tenaga kerja di sektor manufaktur merupakan tenaga kerja low skilled dalam sektor formal2. Akibat dari efek negative ini menyebabkan UMP riil tidak signifikan mempengaruhi output. Ditambah lagi berdasarkan Grafik 4 sektor manufaktur merupakan sektor yang paling rendah produktifitas pekerjanya sehingga efek positif dari peningkatan upah tidak mampu mendorong peningkatan output. Grafik 5 Pertumbuhan produktifitas tenaga kerja
Sumber: Bappenas 2012
Upah minimum yang tidak signifikan dan semakin menurun efeknya dalam jangka panjang pada sektor manufaktur dan pertambangan (signifkan namun paling rendah diantara sektor lain) dikarenakan kedua sektor ini cenderung merupakan sektor yang mulai bergerak kearah intensif modal (Aswichayo, Brooks, Manning: 2011). Sektor yang padat modal cenderung tidak terpengaruh dengan peningkatan upah karena proses produksi ditentukan dari produktifitas modal bukan dari tenaga kerja. Hal ini diperlihatkan oleh signifikansinya variabel modal terutama PMA dibanding dengan variabel ketenaga kerjaan seperti upah pekerja high skilled dan pekerja tamat universitas. Signifikansi PMA pada sektor tersebut 2
Dilansir dari Keadaan Tenaga Kerja Agustus 2012 berdasarkan SAKERNAS 2012
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
10 menandakan sektor- sektor tersebut merupakan sektor intensif modal yang tidak terpengaruh secara kuat dengan kebijakan-kebijakan ketenaga kerjaan karena produksi cenderung didorong oleh teknologi dan modal. • Upah riil rata-rata pekerja high skilled Berdasarkan hasil estimasi pada model pertama diketahui upah riil pekerja high skilled berkorelasi positif namun tidak signifikan terhadap PDRB. Hal tersebut diperkirakan karena upah pekerja high skilled ditentukan melalui pasar tenaga kerja kompetitif sehingga mencerminkan produktifitasnya. Selain itu meningkatnya upah riil para pekerja high skilled akan mendorong peningkatan konsumsi. Pada model sektoral variabel upah rata rata pekerja high skilled di hampir semua model sektoral berpengaruh positif namun dengan tidak signifikan pada hampir semua model. Hal tersebut menandakan bahwa kontribusi pekerja low skilled pada sektor-sektor tersebut masih relatif tinggi dibandingkan dengan pekerja high skilled. Ditambah lagi khususnya pada sektor manufaktur karena merupakan sektor yang intensif pada modal dan teknologi menyebabkan kenaikan upah pekerja high skilled tidak signifikan dan malah berpengaruh secara negatif. Bila terjadi peningkatan pada upah pekerja high skilled produksi akan menurun karena meningkatnya upah pada sektor ini akan meningkatkan biaya produksi. Namun pemberi kerja tidak dapat menurunkan penawaran tenaga kerja high skilled karena tenaga kerja tersebut dibutuhkan dalam operasional teknologi untuk memproduksi output menufaktur. Karena perusahaan cenderung sulit untuk memutus kerjakan pekerja high skilled maka perusahaan akan menurunkan produksinya guna mengofset kenaikan upah pekerja high skilled tersebut.
•
Angka pengangguran terbuka laki-laki
Estimasi yang dilakukan pada model pertama dan sektoral memperlihatkan korelasi negatif antara angka pengangguran terbuka laki-laki dan PDRB. Berdasarkan grafik 4.8 terbukti penurunan angka pengangguran terbuka laki-laki bergerak berlawanan dengan peningkatan PDRB. Penurunan ini menggambarkan adanya peningkatan jumlah tenaga kerja yang berperan sebagai input perekonomian dan merefleksikan adanya peningkatan produksi karena menurunnya pengangguran. Menandai semakin produktifnya populasi sehingga mampu
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
11 memberi kontribusi positif terhadap output baik dari sisi produksi, konsumsi maupun investasi. Grafik 6 Rata-rata PDRB dan angka pengangguran terbuka laki-laki 80000
8.00%
60000
6.00%
40000
4.00%
20000
2.00%
0
0.00%
2008
2009
2010
2011
2012
PDRB (Miliar Rp) Pengangguran Laki-‐Laki (% total employment laki-‐laki)
Sumber: BPS, data di olah penulis
Sektor listrik, air dan gas, serta sektor pertambangan berdasarkan uji regresi sektoral menunjukkan relasi negatif namun tidak signifikan. Hal ini disebabkan karena penyerapan tenaga kerja pada sektor ini cenderung rijid dan dipekerjakan oleh pemerintah yang sifatnya formal dan mengikat serta membutuhkan pekerja dengan keahlian teretentu sehingga peningkatan pengangguran tidak mempengaruhi penawaran tenaga kerja di sektor tersebut. •
Persentase tenaga kerja tamat universitas
Berdasarkan estimasi model pertama peningkatan persentase tenaga kerja tamat universitas secara positif meningkatkan PDRB secara riil. Hal ini dikarenakan dalam skala mikro pekerja yang memiliki pendidikan atau skill yang memadai akan menggunakan pendidikannya tersebut untuk mengoperasikan teknologi dan memanfaatkannya untuk meningkatkan produktifitas. Berdasarkan estimasi model sektoral hampir semua model menunjukkan korelasi positif antara persentase tenaga kerja yang tamat universitas dengan PDRB. Tidak signifikannya sektor manufaktur dan perdagangan ritel dan restoran tersebut di prediksi terjadi karena pada kedua sektor ini jumlah pekerja low skilled masih lebih tinggi dibandingkan dengan pekerja high skilled sehingga produksi output masih bertumpu pada kinerja tenaga kerja low skilled walaupun akhirnya tenaga kerja tersebut akan memberikan dorongan output melalui peningkatan produktifitas. Hal tersebut diperlihatkan oleh grafik 7.
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
12
Ribu Orang
Grafik 7 Tenaga kerja low skilled dan high skilled per 9 sektor 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0
Low Skilled
Sumber: BPS 2012
•
Penanaman modal asing & penanaman modal dalam negeri
Berdasarkan hasil estimasi di model pertama maupun sektoral diluar pertambangan3, baik PMAt-1 maupun PMDNt-1 memberikan hasil yang positif terhadap PDRB sesuai dengan hipotesa. Namun hanya variabel PMA yang memberikan hasil signifikan di beberapa model sektoral dan positif dalam level alfa 1 %, sedangkan PMDN memberikan hasil positif namun tidak signifikan. Pengaruh PMA yang lebih besar dibandingkan dengan PMDN dikarenakan PMA menyumbang kontribusi lebih tinggi dan lebih condong mengikuti pergerakan PDRB. Grafik 8 Rata-rata PMA per PDRB dan rata-rata PMDN per PDRB per provinsi
Sumber: BKPM & BPS, di olah penulis
Pengaruh positif dan signifikan dari investasi PMA ditunjukkan oleh sektor agrikultur, manufaktur, listrik, gas dan air serta jasa lainnya. Sementara pengaruh tidak signifikan secara statistik ditunjukkan oleh sektor konstruksi, ritel perdagangan, hotel dan restoran, serta jasa 3
Sektor pertambangan tidak dapat dianalisa karena data PMA maupun PMDN yang tersedia tidak memasukkan PMA atau PMDN di sektor pertambangan.
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
13 keuangan, asuransi,dan aktivitas bisnis. Signifikannya variabel agrikultur, manufaktur, listrik, gas dan air memperlihatkan sektor tersebut masih didorong oleh investasi asing.
Grafik 9 PMA per 9 sektor 2006-2012 Sumber: BKPM 2012
Kesimpulan 1. Upah Minimum Provinsi berkorelasi positif dan signifikan terhadap peningkatan PDRB total baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang berasal dari: •
Peningkatan konsumsi dan permintaan barang dan jasa akibat upah minimum yang mampu mendorong peningkatan pendapatan. Peningkatan konsumsi juga dapat mendorong peningkatan pajak pemerintah khususnya PPN yang mampu mendorong peningkatan pengeluaran pemerintah di periode berikutnya.
•
Adanya potensi subtitusi dari tenaga kerja ke modal akibat kenaikan UMP yang diperlihatkan peningkatan PMA dan PMDN yang juga positif.
•
Investasi pendidikan oleh pekerja low skilled untuk meningkatkan keahliannya sehingga mampu mendorong peningkatan akumulasi modal manusia yang diperlihatkan kontribusi konsumsi pendidikan terhadap total pengeluaran yang meningkat dari tahun ke tahun.
•
Pasar tenaga kerja masih didorong oleh pasar monopsoni, dimana upah minimum akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
14 2. Pada model sektoral, Upah Minimum Provinsi berkorelasi positif dan signifikan terhadap PDRB sektoral pada periode sebelumnya (t-1) dan dalam jangka panjang kecuali pada sektor manufaktur. Untuk sektor manufaktur, UMP tidak signifikan mempengaruhi PDRB sektor tersebut karena kontribusi tenaga kerja low skilled formal yang lebih besar dibandingkan high skilled. Hal tersebut ditandai dengan rendahnya produktifitas tenaga kerja sektor manufaktur sehingga mendorong sektor manufaktur menjadi capital intensive. 3.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian CBO (2014) yang menunjukkan adanya korelasi positif antara upah minimum terhadap pendapatan keluarga. Begitu juga hasil penelitian Juahari dan Atmanti (2009) dimana upah minimum mampu meningkatkan produksi pada sektor manufaktur serta Gianie (2009) yang menunjukan adanya korelasi positif antara upah minimum dengan tenaga kerja di sektor jasa. Begitu pula pendapat Joseph Lazarro (2010) dimana upah minimum akan mendorong peningkatan GDP. Di lain pihak penelitian ini mempunyai hasil yang berbeda dengan penelitian sabia (2010) dimana upah minimum mempunyai korelasi negatif terhadap PDRB keseluruhan, namun mendukung hasil penelitian dimana upah minimum berkorelasi positif terhadap sektor sektor padat jasa.
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
15 Referensi Abowd, J. M., Kramarz, F., Lemieux, T., & Margolis, D. N. (2000). Minimum wages and youth employment in France and the United States. In Youth employment and joblessness in advanced countries (pp. 427-472). University of Chicago Press. Alatas, V., & Cameron, L. A. (2003). The impact of minimum wages on employment in a low income country: an evaluation using the difference-in-differences approach (No. 2985). World Bank, East Asia and Pacific Region, Environment and Social Development Sector Unit Askenazy, Philippe. (2003). “Minimum Wage, Exports, and Growth,” European Economic Review 47(1): 147-164. Aswicahyo et all. (2011). “Exports and Employment in Indonesia: The Decline in LaborIntensive Manufacturing and the Rise of Services”. Asian Development Bank Bauducco, S., & Janiak, A. (2012). Minimum wages strike back: the effects on capital and labor demands in a large-firm framework. Centro de Economía Aplicada, Universidad de Chile, Chile. Cahuc, Pierre and Philippe Michel. (1996). “Minimum wage unemployment and growth,” European Economic Review 40(7): 1463-1482. Card, D. and Krueger, A.B. (1995). Myth and measurement: The new economics of the minimum wage. Princeton, NJ: Princeton University Press. Herr, H., Kazandziska, M., & Mahnkopf-Praprotnik, S. (2009). The theoretical debate about minimum wages. Fachhochsch. Für Wirtschaft. Magruder, J. R. (2013). Can minimum wages cause a big push? Evidence from Indonesia. Journal of Development Economics, 100(1), 48-62. Metcalf, D. (2008). Why has the British national minimum wage had little or no impact on employment? Journal of Industrial Relations, 50(3), 489-512. Neumark, David and William Wascher. (1996a). “The Effects of Minimum Wages on Teenage Employment and Enrollment: Estimates from Matched CPS Data,” Research in Labor Economics 15: 25-64. Sabia, Joseph J. (2010). Failed Stimulus: Minimum Wage Increases and Their Failure to Boost Gross Domestic Product. New Jersey: Employment Policies Institute. V. Bhaskar & Ted To. (2002). "Minimum Wages in a Symmetric Model of Monopsonistic Competition," Economics Discussion Papers 548, University of Essex, Department of Economics.
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
16
Tabel 1 Sumber data NO 1
Variabel PDRBist
Sumber &
Badan Pusat Statistik
Satuan Rupiah
PDRBist-1
Deskripsi PDRB konstan dengan basis 2007 pada 33 provinsi dan 9 sektor utama dalam periode 2008-2012,
2
RUMRst RUMRst-1
dan
Kementerian Tenaga
Rupiah
Kerja dan Transmigrasi
UMP rill yang dikalkulasi dari
UMP
berdasarkan
Nominal, IHK
tahun
2007. UMP diperhitungkan melalui
komponen
KHL
pada tahun 2005. 3
Upahhsst
SAKERNAS 2008-2012
Rupiah
(Badan Pusat Statistik)
Upah
Rata
Rata
Buruh/Karyawan
Rill dengan
latar belakang D1 hingga S3 atas IHK yang 2007. 5
Univcompratest
SAKERNAS 2008-2012
persentase
(Badan Pusat Statistik)
Persentase dengan
tenaga latar
pendidikan
kerja
belakang
formal
D1
hingga S3. 8
Munemp st
SAKERNAS 2008-2012
Angka
(Badan Pusat Statistik) 9
PMA
BKPM
Pengangguran Terbuka Lakilaki
Juta Dolar
PMA
diluar
sektor
pertambangan dan minyak dalam juta dollar 10
PMDN
BKPM
Miliar
PMDN
diluar
sektor
Rupiah
pertambangan dan minyak dalam Miliar Rupiah
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
17 Lampiran 2 Kompilasi uji spesifikasi model provinsi dan sembilan model sektoral4 Sektor 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 F statistic/ Chow Test FE FE FE FE FE FE FE FE FE FE Test
Provinsi
0.000
Brusch Pagan Test
0.000
0.000 0.000 0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
0.000
RE
RE RE RE RE RE RE RE RE RE 0.0004 0.0001 0.007 0.000 0.000 0.0057 0.001 0.0005 0.0008 0.007 FE FE FE FE FE FE FE FE FE FE
Hausman Test
0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0033 0.0003 0.0002 0.0003 0.0042
Sergeant Hansen Test FE FE
Pilihan
FE FE
FE FE
FE FE
FE FE
FE FE
FE FE
FE FE
FE FE
FE FE
Sumber: data diolah penulis
Lampiran 3 : Uji Multikolienaritas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas
No
Model
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PDRB total Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4 Sektor 5 Sektor 6 Sektor 7 Sektor 8 Sektor 9
Uji Wald Hasil chi2 Prob>chi 3297.3 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 1570.7 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 34983.2 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 26522.2 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 1095.5 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 1475.15 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 11435.6 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 16113.8 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 36543.8 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas 2063.33 0.0000 Tolak H0 (alfa 5%), Heterogenitas Uji Wooldridge F(1,32) Prob>F 40.976 0.0000 44.947 0.0000 57.461 0.0000 115.544 0.0000 23.854 0.0000 48.227 0.0000 21.777 0.0000 99.596 0.0000
No
Model
1 2 3 4 5 6 7 8
PDRB total Sektor 1 Sektor 2 Sektor 3 Sektor 4 Sektor 5 Sektor 6 Sektor 7
9
Sektor 8
2.933
0.0000
10
Sektor 9
65.927
0.0000
Hasil Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi Terima H0 (alfa 5%), Tidak ada Autokorelasi Tolak H0 (alfa 5%), Autokorelasi
4
9(sembilan) sektor lapangan usaha utama sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2009
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
18 Lampiran 4 – Hasil regresi model 1 Dependen Variabel: Logaritma Natural PDRB periode t Independen Variabel: 0.333***
Log Natural UMP rill t
P>|t|= 0.00454 0.0146
Log Natural UMP rill t-1
P>|t| = 0.872
Elastisitas Jangka Panjang UMP Log Natural Upah Rill Rata-Rata Pekerja High Skilled
0.348037*** P>|t| = 0.000 0.059 P>|t|= 0.108
Angka Pengangguran Terbuka Laki-Laki
-0.0176*** P>|t|= 0.0023 0.0250**
Persentase Tenaga Kerja Tamat Universitas
P>|t| = 0.0226
Log Natural Penanaman Modal Dalam Negeri t-1
P>|t| = 0.304
Log Natural Penanaman Modal Asing t-1
Konstanta
0.00175 0.0109*** P>|t|= 0.000314 4.569*** P>|t|= 0.000023
Observasi
165
Jumlah Grup
33
R-squared
0.854
F-stat
0.000
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
Universitas Indonesia
Dependen Variabel Sektor Log Natural UMP Rill t Log Natural UMP Rill t-1 Elastisitas Jangka Panjang Log Natural Upah Rill RataRata Pekerja High Skilled Angka Pengangguran Terbuka Laki-Laki Persentase Tenaga Kerja Tamat Universitas Log Natural Penanaman Modal Asing t-1 Log Natural Penanaman Modal Dalam Negeri t-1 Konstanta Observasi R-squared Grup F-stat
coeff P|t| coeff P|t| coeff P|t| coeff P|t| coeff P|t| coeff P|t| coeff P|t| coeff P|t| coeff P|t|
Logaritma Natural PDRB Rill Tahun t 4 5 6
1
2
3
0.0423 0.399 0.146*** 0.00507 0.1883*** 0.000 0.0688** 0.0193 -0.0120** 0.0308 0.00988*** 0.00821 0.00543** 0.045 0.000434 0.63 11.92*** 0.00023 165 0.823 33 0.000
0.479* 0.0866 -0.0745 0.795 0.404* 0.079 0.153 0.116 -0.0174 0.506 -0.00825 0.606 0.0216** 0.0445 -0.0034 0.489 6.160** 0.0253 165 0.303 33 0.0001
0.446 0.109 -0.309 0.342 0.137 0.275 -0.0947 0.466 -0.0252** 0.0143 0.0453 0.25 0.0163** 0.04 0.00634 0.197 14.29*** 1.30E-06 165 0.433 33 0.000
0.0429 0.689 0.406*** 0.00027 0.4489*** 0.000 0.0964** 0.021 -0.0142 0.13 0.0219** 0.0121 0.00891*** 0.00794 0.000893 0.559 4.536*** 0.000377 165 0.864 33 0.000
0.0351 0.816 0.426*** 0.00271 0.4611*** 0.000 0.0555 0.214 -0.0184*** 0.00757 0.0312*** 0.000707 0.0048 0.212 0.000949 0.554 7.163*** 2.29E-07 165 0.811 33 0.000
Lampiran 4
Implikasi upah…, Akhlan Hudha Wijaya, FE UI, 2014
0.0936 0.363 0.445*** 0.000278 0.5486*** 0.000 0.0853 0.189 -0.0261*** 0.00336 0.00434 0.311 0.00571 0.54 0.000114 0.911 7.030*** 5.31E-05 165 0.473 33 0.000
7
8
9
0.122 0.266 0.477*** 2.84E-05 0.5987*** 0.000 0.0806 0.102 -0.0253*** 0.000391 0.0239*** 0.00683 0.00407 0.233 0.000127 0.93 5.372*** 0.00107 165 0.866 33 0.000
0.39 0.235 0.402*** 0.00538 0.7921*** 0.004 0.125** 0.033 -0.0235** 0.0481 0.00198 0.932 0.00494 0.402 0.00119 0.6 1.796 0.561 165 0.336 33 0.000
0.16 0.114 0.283*** 0.00339 0.4424*** 0.000 0.0499 0.212 -0.0188*** 0.00713 0.0273*** 0.000897 0.0114*** 0.000611 0.00156 0.296 8.089*** 2.47E-07 165 0.857 33 0.000