III. METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Potensi sumberdaya perikanan, salah satunya dapat dimanfaatkan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang terus berkembang di masyarakat, kegiatan budidaya dibagi ke dalam beberapa subsistem, yang terdiri atas subsistem pembenihan, subsistem pendederan, dan subsistem pembesaran. Salah satu perusahaan yang mengembangkan usaha budidaya ikan mas adalah perusahaan X yang terdapat di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Perusahaan X merupakan usaha budidaya ikan mas pada subsistem pendederan. Usaha budidaya ikan mas pada subsistem pendederan merupakan usaha yang cukup penting bagi usaha budidaya ikan mas pada subsistem pembesaran. Benih ikan mas hasil pendederan didistribusikan di lingkup Jawa Barat, Khususnya untuk memenuhi permintaan dari Jatiluhur yang melakukan pembesaran ikan mas. Dalam rangka mengembangkan komoditas ikan mas sebagai salah satu usaha budidaya, perlu dilakukan pengkajian mengenai kelayakan usaha pendederan ikan mas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana usaha pendederan ikan mas yang dilakukan mampu memberikan keuntungan serta menganalisis apakah usaha telah memenuhi kriteria investasi, sehingga layak dikembangkan di masa yang akan datang. Untuk mengetahui apakah usaha budidaya pendederan ikan mas layak atau tidak layak untuk dikembangkan, maka diperlukan adanya analisis kelayakan bisnis, yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Hal-hal yang diteliti dalam aspek pemasaran adalah besarnya pertumbuhan permintaan dan penawaran ikan mas, pangsa pasar dari ikan mas, dan bauran pemasaran yang terdiri dari produk, harga, lokasi pemasaran, dan promosi. Setelah aspek pasar diteliti berikutnya adalah aspek teknis yaitu mengenai kebutuhan apakah yang diperlukan dan bagaimana secara teknis proses produksi akan dilaksanakan. Beberapa hal umum yang perlu diteliti adalah mengenai kapasitas produksi, pemakaian peralatan, lokasi dan tata letak usaha.
Aspek lain yang akan diteliti adalah aspek sumberdaya manusia yang mencakup organisasi perusahaan, kebutuhan tenaga kerja, deskripsi kerja dan sistem kompensasi. Setelah aspek sumberdaya manusia diteliti selanjutnya diteliti aspek finansial yang mencakup beberapa analisis kriteria investasi, seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP). Apabila hasil dari analisis kriteria investasi menunjukan bahwa usaha tersebut tidak layak untuk dilaksanakan maka sebaiknya perlu dilakukan evaluasi kegiatan usaha. Apabila usaha tersebut layak maka dilakukan analisis sensitivitas, yaitu untuk mengetahui kepekaan usaha budidaya pendederan ikan mas terhadap kemungkinan perubahan input ataupun output produksi. Keseluruhan
analisis
tersebut
diharapkan
dapat
menjadi
bahan
pertimbangan pengambilan keputusan mengenai kelangsungan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi bahan pertimbangan pemilihan usaha bagi calon Investor. Penjelasan kerangka pemikiran tersebut disajikan pada Gambar 2.
Potensi Sumberdaya Perikanan
Budidaya Ikan Mas
Pengembangan usaha Budidaya Pendederan Ikan Mas pada Perusahaan X di Kabupaten Subang Jawa Barat
Analisis Kelayakan Usaha
Aspek Nonfinansial:
Aspek Finansial: Analisis Kelayakan Investasi: NPV Net B/C IRR Payback Period
Aspek Pemasaran Aspek Teknis (operasional) Aspek Manajemen
Tidak Layak
Layak
Re-evaluasi
Analisis Sensitivitas
Implementasi
Keterangan : --------- : Ruang lingkup penelitian
Gambar 2. Kerangka pemikiran penelitian
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada perusahaan X di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), dengan pertimbangan bahwa perusahaan X berada di Desa Jabong yang merupakan salah satu sentra usaha budidaya pendederan ikan mas di Kabupaten Subang. Waktu pelaksanaan penelitian untuk pengambilan data berlangsung sejak bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011. 3.3. Pengumpulan Data Untuk keperluan analisis data dalam membahas permasalahan, akan dilakukan pencarian dan pengumpulan data. Pengumpulan data ini dilakukan dengan tiga metode yaitu: 1) Wawancara Wawancara atau interview dilakukan secara langsung kepada pengusaha ikan mas di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang Jawa Barat. Pertanyaan yg ditanyakan adalah aspek-aspek yang di teliti dan dikaji yang meliputi aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek finansial dari usaha tersebut yang sesuai dengan tujuan penelitian. 2) Observasi Metode observasi dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan atau pengamatan secara langsung pada obyek penelitian. Pengamatan mencakup keadaan atau situasi sebenarnya yang dilakukan obyek penelitian dalam menjalankan usaha untuk mengetahui kelayakan usahanya. 3) Kepustakaan Menelaah referensi dan bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti agar diperoleh landasan teori. Data sekunder dipergunakan sebagai data tambahan dalam menunjang analisa. Data sekunder mencakup data-data kuantitatif dan kalitatif yang diperoleh dari literaturliteratur yang terkait dengan permasalahan penelitian, yaitu seperti buku, jurnal-jurnal ilmiah, majalah, Dinas atau Instansi terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang dan Instansi lainnya yang dapat membantu untuk ketersediaan data.
3.4. Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif adalah menganalisis kelayakan usaha budidaya pendederan ikan mas dilihat dari aspek pemasaran, aspek manajemen, serta aspek teknis dan produksi. Metode analisis secara kuantitatif dilakukan dengan cara menganalisis kelayakan usaha dari aspek finansial, dengan menghitung kriteria-kriteria investasi, yaitu NVP, Net B/C, IRR, Payback Period (PP), Profitability Ratio (PR) dan Analisis sensitivitas. Alat bantu yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah Microsoft Excel tahun 2003. 3.4.1 Aspek Pasar Analisis aspek pasar dalam usaha budidaya pendederan ikan mas meliputi peluang pengembangan usaha di pasar, kebijakan bauran pemasaran (marketing mix) yang terdiri dari produk, harga, distribusi dan promosi yang direncanakan oleh perusahaan pendederan Ikan Mas. 3.4.2 Aspek Teknis Aspek teknis dinilai dengan cara menganalisis masalah proses produksi dan operasi, yaitu meliputi lokasi berdirinya usaha, skala usaha, peralatan dan fasilitas produksi, proses produksi, dan penyediaan bahan baku. 3.4.3 Aspek Manajemen Aspek ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembangunan dan implementasi usaha dapat direncaanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan. Hal yang dianalisis pada aspek manajemen meliputi fungsi manajemen yang terdiri perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian (controlling). Keempat fungsi ini semuanya terkait dengan usaha budidaya pendederan ikan mas pada perusahaan X di Desa Jabong, Kecamatan Pagaden, Kabupaten Subang. 3.4.4 Aspek Keuangan Analisis aspek Keuangan dalam usaha budidaya pendederan ikan mas dilakukan dengan mengerjakan serangkaian perhitungan kuantitatif. Analisis yang dilakukan dalam aspek Keuangan mencakup rencana kebutuhan fisik, indeks harga, rencana anggaran biaya, biaya penyusutan, struktur modal dan rencana penerimaan, nilai arus tunai (cash flow), kemudian dilakukan dengan perhitungan
beberapa kriteria investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net Benefit Per Cost (B/C Ratio), Internal Rate Return (IRR) dan Payback Period (PP). Analisis ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan usaha dilihat dari segi keuangan pelaku usaha. Analisis dilanjutkan dengan analisis sensitivitas menggunakan metode switching value. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kelayakan proyek apabila terjadi perubahan. Metode switching value dilakukan dengan cara mengubah beberapa bagian dalam arus tunai sampai proyek yang dijalankan tidak layak. 1)
Net Present Value (NPV) NPV adalah nilai kini dari keuntungan bersih yang akan diperoleh pada
masa mendatang, merupakan selisih nilai kini dari benefit dengan nilai kini dari biaya (Kadariah et al. 1999). Secara matematis Net Present Value dapat dirumuskan sebagai berikut : n
NVP t 1
( Bt Ct ) (1 i) t
..........................................(1)
Keterangan : Bt
= Benefit yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t
Ct
= Biaya tahunan yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t
i
= Tingkat suku bunga pinjaman = Umur proyek suatu usaha (t = 0, 1, 2, 3, …, n)
t
1 (1 i)t
= Discount Rate (menggunakan rata-rata suku bunga deposito berjangka dari 10 bank besar di Indonesia, yaitu 6,2 %)
Kriteria kelayakan pada metode NPV adalah : NPV > 0 ; maka usaha layak dijalankan NPV = 0 ; maka usaha tersebut mengembalikan sama besarnya nilai uang yang ditanamkan NPV < 0 ; maka usaha tidak layak dijalankan 2)
Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Menurut Husnan S, E Pudjiastuti (2004) Net B/C merupakan angka
perbandingan antara jumlah present value yang positif dengan jumlah present value yang negatif. Net B/C merupakan perbandingan sedemikian rupa, sehingga pembilangnya terdiri atas present value (PV) total dari benefit bersih dalam tahun-
tahun dimana benefit bersih tersebut bersifat positif, sedangkan penyebutnya terdiri atas present value (PV) total dari biaya (cost) bersih dalam tahun-tahun dimana benefit bersih bersifat negatif, yaitu biaya lebih besar dari benefit (Kadariah et al. 1999). Secara umum rumus perhitungan rasio ini adalah sebagai berikut : n
NetB / C
t 0 n t 0
( Bt Ct ) (1 i ) t ( Bt Ct ) (1 i ) t
( Bt ( Bt
Ct ) Ct )
0 0
...............................(2)
Keterangan : Bt
= Benefit yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t
Ct
= Biaya tahunan yang disebabkan adanya investasi pada tahun ke-t
i
= Tingkat suku bunga = Umur proyek suatu usaha (t = 0, 1, 2, 3, …, n)
t
1 (1 i)t
= Discount Rate (menggunakan rata-rata suku bunga deposito berjangka dari 10 bank besar di Indonesia, yaitu 6,2 %)
Kriteria kelayakan pada metode Net B/C adalah : Net B/C ≥ 1 ; maka usaha layak dilakukan Net B/C ≤ 1 ; maka usaha tidak layak dilakukan 3)
Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan tingkat suku bunga yang menyamakan present value (PV)
kas masuk dengan present value (PV) kas keluar (Husnan S, E Pudjiastuti 2004). Menurut Kadariah et al. (1999) IRR adalah nilai discount rate (i) yang membuat NPV (Net Present Value) dari suatu proyek sama dengan nol. IRR juga dapat digunakan untuk mendiskonto seluruh net cash flow dan salvage value, sehingga akan menghasilkan jumlah present value yang sama dengan investasi proyek. Nilai IRR yang lebih besar atau sama dengan bunga yang berlaku menunjukkan bahwa usaha layak untuk dilaksanakan. Khusus untuk usaha agribisnis, batas minimum IRR adalah sebesar 20 – 35 % (AIA & Associates, 2007). Secara matematis IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
IRR i'
NPV x(i" i' ) NPV NPV
………...….(3)
Keterangan : i’
= Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV > 0
i”
= Tingkat suku bunga yang menyebabkan nilai NPV < 0
NPV+ = NPV pada i’ NPV- = NPV pada i“ Kriteria yang berlaku : IRR ≥ i ; maka usaha layak dilanjutkan IRR ≤ i ; maka usaha tidak layak dilanjutkan atau lebih baik dihentikan 4)
Payback Period Menurut Husnan dan Muhamad (2000) Payback period adalah alat analisis
untuk mengukur seberapa cepat investasi dapat kembali, karena itu satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan waktu. Kalau periode waktu ini lebih pendek dari yang disyaratkan, maka proyek dikatakan menguntungkan, sedangkan jika lebih lama proyek ditolak. Problem utama dari payback period adalah sulitnya menentukan periode payback periode maksimum yang disyaratkan, untuk digunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif memang tidak ada pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan payback maksimum ini. Pada umumnya perusahaalah yang menentukannya sndiri, berdasarkan pertimbangan strategi yang akan digunakan. Rumus yang digunakan untuk menghitung PP adalah
PP
I Ab
...…………………………(4)
Keterangan : PP
= Jumlah waktu (tahun/Periode) yang diperlukan untuk untuk mengembalikan modal investasi
I
= Jumlah modal investasi
Ab
= Benefit atau hasil bersih pertahun/ periode
5)
Profitability Ratio (PR) Metode Profitability Ratio (PR) dipergunakan untuk mengukur rentabilitas
suatu kegiatan investasi di atas titik netral sebesar 1,0 dimana NPV sama dengan 0 (nol). Metode ini merupakan indeks rentabilitas yang berhubungan dengan biaya
modal saja, membandingkan PV arus kas sisa benefit dikurangi biaya rutin dengan PV biaya modal. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut: n
( Bt OM )
t 1
(1 i)
t
PR
n
Kt
t 0
(1 i)
............................................................(5)
t
Dimana: OM
= Biaya rutin
Kt
= Biaya modal Jika Profitability Ratio (PR) ≥ 0 maka proyek layak untuk dijalankan,
sebaliknya jika PR ≤ 0 maka proyek tidak layak untuk dijalankan (Firdaus, 2008) 3.4.5 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu analisis yang dilakukan untuk menelaah kembali, sehingga dapat diketahui pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat tingkat kepekaan usaha tersebut apabila terjadi perubahan-perubahan terhadap variabel-variabel harga dan perhitungan biaya maupun benefit (Kadariah et al. 1978). Metode analisis sensitivitas yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode switching value. Metode switching value adalah metode mengubah salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitif dalam usaha budidaya pendederan ikan mas sampai usaha tidak layak dijalankan atau variabel-variabel keyakan telah melewati titik impas usaha seperti berikut : NPV
=0
Net B/C
=1
IRR
= i (Discont Rate)
Apabila dalam proses perhitungan telah diperoleh hasil kelayakan telah melewati titik impas, maka analisis sensitifitas dihentikan dan artinya usaha yang sedang dianalisis tidak layak dijalankan. Pada umumnya variabel yang diubah dalam switching value adalah harga input dan output, kuantitas produksi dengan cara menaikkannya.
3.4.6 Asumsi Dasar Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis aspek keuangan sebagai berikut: 1. Periode analisis adalah 10 tahun (2011-2020) yang ditentukan berdasarkan umur teknis kolam ikan. 2. Perhitungan menggunakan basis harga tetap (fixed proce) dan penentuan harga menggunakan harga yang berlaku pada tiga kali periode panen terhitung dari bulan Maret 2011 sampai Juli 2011. 3. Biaya investasi untuk investasi barang-barang tidak bergerak dikeluarkan pada tahun ke nol, yaitu sebelum proses produksi dimulai. 4. Luas lahan yang digunakan untuk pengembangan usaha budidaya pendederan ikan mas adalah lahan sewa. Lahan yang digunakan adalah seluas kurang lebih 3.000 m2. 5. Kolam produksi membutuhkan bahan baku ikan mas ukuran 1 kg/1000 ekor sebanyak 100 kg/kolam dalam satu periode produksi. 6. Hasil produksi dianggap konstan untuk setiap periode, yaitu dengan benih 100 kg/kolam akan menghasilkan 500 kg/kolam. 7. Penjualan diasumsikan selalu habis sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan. 8. Pakan yang dihabiskan dalam satu kali periode produksi adalah 800 kg/kolam, yang disesuaikan dengan rata-rata jumlah pakan yang dihabiskan oleh setiap petani ikan sentra pendederan di Desa Jabong. 9. Setiap kolam memiliki masa tanam hingga lima minggu, sehingga diasumsikan masing-masing kolam memiliki 8 kali waktu panen setiap tahunnya. 10. Tingkat suku bunga yang digunakan adalah 6,20 persen, yaitu rata-rata suku bunga deposito berjangka (12 bulan) dari 10 bank besar di Indonesia. (www.seputarforex.com,
2011). Suku bunga deposito digunakan karena
perusahaan menggunakan modal sendiri. 11. Selama tahun analisis proyek terjadi inflasi sebesar 6,16 persen (http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/).
12. Pembayaran gaji untuk karyawan ditetapkan berdasarkan aturan yang berlaku pada sentra pendederan ikan mas di Desa Jabong. Gaji dibayar sesuai hasil produksi, yaitu sebesar Rp 100.000/100 kg hasil panen. 13. Sumber modal yang digunakan adalah modal sendiri. 14. Analisis sensitivitas dilakukan dengan dua perubahan, yaitu peningkatan harga input produksi dan penurunan volume penjualan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sampai seberapa besar pengaruh peningkatan dan penurunan tersebut terhadap kriteria-kriteria investasi.