17
III. METODE PENELITIAN
3.1
Kerangka Pemikiran
Visi dan Misi PT XYZ
Budaya Korporat
Good Corporate Governance
Atribut Budaya Korporat 1. Customer Focused 2. Integrity 3. Teamwork 4. Innovation 5. Profesionalism
Prinsip GCG: 1. Transparansi 2. Independensi 3.Akuntabilitas 4. Responsibilitas 5. Fairness
Pengaruh Budaya korporat terhadap GCG Implikasi Manajerial Rekomendasi
-------- = Ruang Lingkup Penelitian Gambar 4. Kerangka Pemikiran Gambar 4 diatas menjelaskan kerangka pemikiran bahwa pencapaian tujuan organisasi selalu dilatarbelakangi oleh visi dan misi organisasi tersebut. Visi merupakan proyeksi atau kondisi yang dapat terjadi dimasa depan, sedangkan misi adalah peran yang dapat dimainkan pada kondisi tersebut yang sekaligus membuat tujuan yang akan dicapai. Visi dan misi yang dimiliki perusahaan akan merefleksikan nilai dan norma yang terdapat di perusahaan dan merupakan cikal bakal terbentuknya budaya korporat. Budaya korporat yang dipahami dan di implementasikan oleh seluruh individu dalam perusahaan akan menjadi jiwa yang mempengaruhi aktivitas
18
keseharian dalam jalannya kegiatan operasional perusahaan, sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja perusahaan demi tercapainya GCG. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis persepsi karyawan terhadap dua hal pokok yaitu responden terhadap budaya korporat dan persepsi karyawan terhadap GCG. Dari hasil analisis terhadap persepsi tersebut, kemudian diteliti pengaruh antara budaya korporat dengan GCG. Pengaruh budaya korporat terhadap GCG haruslah dianalisis secara benar agar mampu menghasilkan pertimbangan-pertimbangan yang dapat digunakan perusahaan untuk membuat keputusan secara manajerial. 3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini tentang analisis budaya korporat dan kaitan dengan
implementasi GCG studi kasus yang dilaksanakan di PT XYZ Jakarta Selatan, DKI Jakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari βMaret 2012. 3.3
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer diperoleh melelui penyebaran kuesioner kepada responden dan atasan PT XYZ serta wawancara langsung kepada Manajer Sumber Daya Manusia dan Manajer Legal Section PT XYZ. Data sekunder diperoleh dan dikumpulkan melalui studi literatur yang berkaitan dengan objek penelitian seperti buku, data perusahaan majalah, jurnal, internet, serta datadata yang dimiliki perusahaan dan dari penelitian terdahulu. Data sekunder berfungsi sebagai pendukung dari data primer yang telah didapatkan. 3.4
Metode Pengambilan Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap dapat mewakili
populasi. Untuk metode penarikan sampel dilakukan dengan menggunakan metode Cluster dengan teknik purposive sampling. Responden yang dipilih adalah responden yang sudah bekerja di PT XYZ minimal 2 tahun. Asumsi karyawan yang sudah bekerja minimal 2 tahun sudah memahami budaya korporat dan penerapan GCG. Dengan Penentuan jumlah contoh dari populasi dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan metode Slovin (Umar, 2003) berikut:
19
n=
π
1+ππ 2
............................................. (1)
Keterangan: n = Ukuran sampel yang diambil N = Ukuran populasi e = Kesalahan yang ditolerir (10%) Dengan populasi sebanyak 242 orang dan dengan kesalahan yang dapat ditolerir 10% maka didapat sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 71 orang.
n=
242
1+242(0,1)2
=70,76β 71 orang
Responden yang akan dijadikan sampel tersebar di setiap divisi.
Penyebaran jumlah responden yang akan dijadikan sampel pada setiap divisi dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Penyebaran Jumlah Sampel
3.5
No
Divisi
Jumlah karyawan
Nilai Fraksi (%)
Jumlah Responden
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Secretary Administrasi Broker Business Claim Finance IT Internal Audit Japanese Business Local Business Underwritting and Reinsurance Total
5 19 27 54 31 8 4 45 9 40
2,1 7,85 11,15 22,31 12,80 3,31 1,65 18,6 3,72 16,53
1 6 8 16 9 2 1 13 3 12
242
100
71
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan 2 cara yaitu:
1.Kuesioner Responden yang terdiri dari karyawan dan atasan diberikan kuesioner tertutup yang harus mereka isi. Kuesioner tersebut berupa pilihan atas suatu jawaban yang telah ditentukan berdasarkan skala Likert. Menurut Sugiono
20
(2009), dalam skala Likert kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar setuju dan tidak setuju saja, melainkan dibuat dengan lebih banyak kemungkinan jawaban yaitu setuju (S), Tidak setuju (TS), Sangat setuju (SS), dan sangat tidak setuju (STS). Kuesioner dalam penelitian ini dibagikan kepada pihak responden dan kemudian menganalisis kesenjangan yang ada. Kualitas pengumpulan data dalam penelitian yang menggunakan metode kuantitatif ditentukan oleh instrumen pengumpulan datanya. Instrumen itu dikatakan berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan pemakaiannya bila sudah diuji validitas dan reabilitasnya dalam penelitian ini adalah kuesioner yang dihitung dengan menggunakan SPSS 17 for windows. a.Uji Validitas Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui pertanyaan yang valid dari jawaban yang telah diberikan kepada responden. Jumlah pertanyaan yang valid setelah
diuji
kemudian
akan
diuji
lagi
dengan
menggunakan
uji
reabilitas.Langkah-langkah untuk mengukur validitas kuesioner adalah sebagai berikut (Umar, 2005): β’ Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang dapat diukur β’ Melakukan uji coba pengukur tersebut kepada sejumlah responden β’ Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban. β’ Menghitung nilai korelasi antara data pada masing pertanyaan/pernyataan dengan skor total.Nilai korelasi dapat diketahui dengan menggunakan product moment. Rumus dari korelasi produk moment yang digunakan yaitu:
π=
π β ππββ π β π
.................................(2) οΏ½(π β π 2 )β(β π)2 οΏ½π β π 2 ββ π)2 οΏ½
Keterangan
r = Angka korelasi
X= Skor butir instrumen
N= Jumlah responden
Y= Total skor
β’ Membandingkan angka korelasi yang diperoleh dengan angka kritik tabel nilai r. Bila nilai r
hitung >
r tabel , maka pertanyaan tersebut valid atau
signifikan dalam penelitian ini. Angka kritik tabel korelasi untuk nilai r (n-
21
2;πΌ). Uji validitas dilakukan terhadap 30 orang responden. Hasil uji validitas yang diperoleh dibandingkan dengan πΌ=5 persen sebesar 0,361.
Nilai validitas yang lebih besar dari 0,361 berarti valid dan jika hasilnya lebih kecil dari 0,361 berarti tidak valid. Setelah hasil uji validitas akan dilakukan pengujian reabilitas. b.Uji Realibilitas Realibilitas merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi suatu variabel (Umar, 2010). Pengujian realibilitas dalam penelitian ini menggunakan uji Alpha Cronbach digunakan untuk menguji realibilitas instrumen skala Likert. Tingkat realibilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala alpha 0 sampai 1 dapat dilihat pada tabel. Sedangkan rumus untuk menghitung koefisien realibilitas Alpha Cronbach (r i ) adalah sebagai berikut:
r 11=οΏ½
π
οΏ½ οΏ½1 β
πβ1
Dimana:
β ππ2 ππ‘2
οΏ½............................................................................... (3)
r 11
=Koefisien reabilitas Alpha Cronbach
k
= Jumlah item pertanyaan
β ππ2 = Jumlah varians item
ππ‘2
= Varian total
Rumus Perhitungan Varians:
ππ2 =
οΏ½βπ 2 οΏ½β π
(β π)2 π
..................................................(4)
Realibilitas adalah derajat ketepatan, ketelitian, atau keakuratan yang
ditunjukkan oleh instrumen pengukuran (Umar, 2010). Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keteraturan hasil pengukuran suatu instrumen atau untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya atau diandalkan untuk dijadikan alat ukur. Uji realibilitas dilakukan dengan menggunakan cronbachβs alpha dengan software SPSS versi 17.00.
22
Tabel 3 Tingkat Realibilitas Metode Alpha Cronbach Alpha 0,00-0,20 >0,20-0,40 >0,40-0,60 >0,60-0,80 >0,80-1,00 (Sumber :George and Mchill, dalam Umar 2010)
Tingkat Reabilitas Kurang Realibel Agak Realiibel Cukup Realibel Realibel Sangat Realibel
2. Wawancara Dilakukan kepada responden dan pihak manajemen yang bersifat terbuka sehinggga membebaskan karyawan untuk menjawabnya.Wawancara digunakan sebagai sudut pandang yang lain bagi penguatan kuesioner yang diisi oleh responden. 3.6
Metode dan Skala Pengukuran Skala pengukuran yang digunakan untuk menilai jawaban responden
dalam kuesioner adalah skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat atau persepsi seseorang terhadap fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian yang akan dijabarkan dalam item-item pertanyaan. Jawaban setiap item pertanyaan atau instrumen yang menggunakan Skala Likert merupakan gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif (Sugiono, 2009). Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan empat skala yang diberi bobot tertentu sesuai dengan tingkat skalanya. Selanjutnya bobot ini akan dihitung untuk memperoleh skor nilai jawabanjawaban responden. Rincian bobot dan skala yang digunakan adalah sebagai berikut: Bobot nilai 4
= Sangat Setuju/Baik
Bobot nilai 3
= Setuju/Baik
Bobot nilai 2
= Tidak setuju/Baik
Bobot nilai 1
= Sangat tidak setuju/Baik
Jawaban-jawaban yang telah diberikan bobot, kemudian dijumlahkan untuk setiap responden, guna dijadikan skor penilaian terhadap variabelvariabel yang akan diteliti. Rentang skala penilaian digunakan untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan mengunakan nilai skor.
23
Setiap skor alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkatan terdiri dari kisaran antara 1 hingga 4, kemudian dihitung rentang skala dengan menggunakan rumus sebagai berikut: π
πππ‘ππππππππ =
ππππππππ ππππ β πππππππππππ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ β¦ (5) π΅ππ πππππππ
Penelitian inimenggunakan skala Likert dari 1 sampai 4 sehingga
berdasarkan rumus tersebut, nilai skor rata-rata yang diperoleh sebesar 0,75. Rentang skala untuk intepretasi hasil jawaban kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Rentang Skala Interpretasi Hasil Jawaban Kuesioner RentangSkala PernyataanJawaban 1,00 β 1,75 Sangat Tidak Setuju /SangatBuruk /SangatRendah 1,76 β 2,50 TidakSetuju /Buruk /Rendah 2,51 β 3,25 Setuju/Baik/Tinggi 3,26 β 4,00 Sangat Setuju/Sangat Baik/Sangat Tinggi
3.7
Hipotesis Penelitian Uji hipotesis adalah suatu metode statistika yang digunakan untuk
menyatakan jika pernyataan H1 benar, maka pernyataan H0 salah, yaitu mengetahui hubungan antara dua variabel. Sehingga dapat dirumuskan hipotesis berikut : H0 : Budaya korporat berpengaruh negatif terhadap implementasi GCG pada PT XYZ. H1 : Budaya korporat berpengaruh positif terhadap implementasi GCG pada PT XYZ. H2 : Terdapat pengaruh yang positif antara elemen budaya korporat customer focused terhadap implementasi GCG pada PT XYZ H3 : Terdapat pengaruh yang positif antara elemen
budaya korporat
integrity terhadap implementasi GCG pada PT XYZ. H4 : Terdapat pengaruh yang positif antara elemen budaya korporat teamwork terhadap implementasi GCG pada PT XYZ. H5 : Terdapat pengaruh yang positif antara elemen budaya korporat innovation terhadap implementasi GCG pada PT XYZ.
24
H6 : Terdapat pengaruh yang positif antara elemen budaya korporat professionalism terhadap implementasi GCG pada PT XYZ. 3.8
Metode Analisis Data 3.8.1. Metode Analisis Deskriptif Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau jawaban pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang paling umum dari penilaian deskriptif ini meliputi sikap atau pendapat individu, organisasi, keadaan ataupun prosedur (Sugiono, 2009). Penelitian mengenai pengaruh budaya korporat terhadap implementasi Good Corporate Governance. Termasuk kedalam penelitian
deskriptif
karena
penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengungkapkan informasi atau gambaran mengenai implementasi Good Corporate Governance dan untuk membuktikan bahwa budaya korporat mempengaruhi implementasi Good Corporate Governance di PT XYZ. 3.8.2. Struktural Equation Modeling (SEM) Pengaruh budaya korporat terhadap implementasi GCG dapat diketahui dengan melakukan analisis data dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM). SEM merupakan Teknik analisis multivariate yang memungkinkan peneliti untuk menguji antar hubungan variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai
keseluruhan
model
menurut
Bagozzi
dalam
Ghozali
(2008).SEM dapat menguji secara bersama-sama yaitu: 1. Model struktural: hubungan antara konstruk independen dan dependen. 2. Model measurement: hubungan antara indikator dengan konstruk (variabel laten). Aplikasi dari model SEM ini menggunakan software LISREL 8.30 for Windows. Budaya korporat dan GCG dalam penelitian ini dianggap sebagai faktor yang tidak bisa diukur secara langsung yang disebut variabel laten sehingga diperlukan variabel indikator. Variabel indikator merupakan variabel yang dapat diamati atau diukur secara empiris.
25
Langkah-langkah SEM dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan model berbasis konsep dan teori Pada tahap ini dilakukan telaah teori tentang pengaruh kompensasi terhadap peningkatan kinerja pegawai. Lalu ditentukan variabel laten dan variabel indikator berdasarkan teori. 2. Mengkonstruksi diagram path Pada tahap ini variabel laten dan variabel indikator dibentuk dalam diagram path agar lebih memahami bentuk hubungan antar variabel. 3. Konversi diagram path ke model struktural Pada tahap ini model struktural dan model pengukuran digambarkan lebih jelas. 4. Memilih matriks input Pada tahap ini matriks input dipilih dan dimasukan ke dalam perhitungan. Pada tahap ini berusaha untuk menghasilkan matriks kovarian berdasarkan model dasar (model- based covariance matrix) yang sesuai dengan kovarians matriks sesungguhnya (observed covariance matrix). Uji signifikansi dilakukan dengan menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan berbeda dari nol. 5. Solusi standard model dan evaluasi goodness of fit index Pada tahap ini matriks input diolah dan melihat nilai goodness of fit dari model solusi standard. Suatu model dikatakan fit apabila kovarians matriks suatu model adalah sama dengan matriks data. Model fit dapat dinilai dengan menguji berbagai index fit yang diperoleh dari LISREL. 6. Interpretasi model Langkah terakhir adalah menginterpretasikan model solusi standard, yaitu melihat besarnya pengaruh atau kontribusi variabel indikator terhadap variabel laten dan besarnya pengaruh antar variabel laten.Penyusunan hubungan jalur tiap atribut dalam model dapat dilihat pada Gambar 4.
26
Gambar 4. Model Pengaruh Budaya Korporat Terhadap Implementasi GCG Keterangan: Variabel Budaya Perusahaan yaitu variabel eksogen (ΞΎ) dengan indikator berikut: X1 : Fokus Pelanggan (Customer Focused) X2 : Integritas (Integrity) X3 : Kerja Sama (Team work) X4 : Inovasi (Innovation) X5 : Professionalism (professionalisme) Di korelasikan dengan variabel implementasi GCG yaitu variabel endogen (Ξ·). dengan Indikator sebagai berikut: Y1 : Transparansi (Transparancy) Y2 : Akuntabilitas (Accountability) Y3 : Keadilan (Fairness) Y4 : Tanggung jawab (Responsibility) Y5 : Kemandirian (Independency) Ξ³ : Hubungan langsung variabel eksogen terhadap variabel endogen Ξ»
1-5 :
Hubungan antara variabel laten eksogen atau endogen terhadap indikator indikatornya.
Ο
1-5 :
Kesalahan pengukuran dari indikator variabel eksogen.
27
Ξ΅
1-5 :
Kesalahan pengukuran dari indikator variabel endogen.
3.8.3. Latent Variabel Square Pada Exploratory Factor Analysis (EFA), kita bisa menghitung skor dari faktor-faktor (factor scores) hasil analisis faktor, demikian juga pada Confirmatory Factor Analysis (CFA) kita bisa melakukan perhitungan serupa untuk variabel laten. Menurut (Wijanto, 2008) paling tidak ada 2 pemanfaatan Laten Variable Square (LVS) dalam pemodelan SEM yaitu : -Menyederhanakan model -Memodelkan variabel interaksi Pada umumnya, rule of thumb banyaknya responden yang diperlukan untuk estimasi menggunakan maximum likehood minimal adalah 5 responden untuk setiap variabel teramati. Mengingat setiap pertanyaan pada kuesioner adalah sebuah variabel teramati, maka jika kita mempunyai kuesioner terdiri dari 40 pertanyaan berarti kita mempunyai 40 variabel teramati. Dengan demikian kita memerlukan minimal 5x40 =200 responden untuk menjawab pertanyaan pada kuesioner yang sekaligus sebagai ukuran sampel minimal Lazimya, kita tidak akan mengalami kesulitan ketika unit analisis kita adalah individu, seperti pengguna telefon, pelanggan, dan lain-lain. Namun demikian, ketika unit analisis kita adalah perusahaan, kesulitan mulai muncul, yang pertama biasanya adalah sedikitnya jumlah perusahaan yang masuk dalam sampel kita dan yang kedua adalah keengganan perusahaan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Misalnya kita hanya memperoleh 100 responden yang valid, maka sesuai dengan rule of thumb ukuran sampel ini kurang besar. Dalam keadaan ini, maka penyederhanaan model diperlukan dan dapat dilakukan melalui perhitungan LVS.