III.
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan petani dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi. Oleh karena itu analisis mengenai usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi haruslah sesuai dengan teori-teorinya. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori pendapatan, teori produksi, dan teori risiko produksi.
3.1.1 Teori Produksi Produksi memiliki keterkaitan antara penggunaan berbagai input dengan jumlah dan kualitas output yang dihasilkan. Serangkaian proses dalam penggunaan input yang ada untuk menghasilkan suatu output (barang atau jasa) merupakan
suatu kegiatan produksi. Hubungan antara input yang digunakan
dalam proses produksi dengan kuantitas output yang dihasilkan dinamakan fungsi produksi (Lipsey et al.,1995) Menurut Lipsey et al. (1995) ada tiga cara untuk melihat bagaimana output berubah-ubah menurut jumlah faktor variabel yaitu produk total, produk rata-rata, dan produk marjinal. Produk total adalah jumlah total yang diproduksi selama periode waktu tertentu. Jika semua input kecuali satu faktor dijaga konstan, produk total akan berubah menurut banyak sedikitnya faktor variabel yang digunakan. Produk rata-rata adalah produk total dibagi jumlah unit faktor variabel yang digunakan untuk memproduksinya. Tingkat output dimana produk rata-rata mencapai maksimum
disebut titik berkurangnya produktivitas
rata-rata.
Sedangkan untuk Produk marjinal adalah perubahan dalam produk total sebagai akibat satu unit tambahan penggunaan variabel. Tingkat output dimana produk manajerial mencapai maksimum dinamakan titik berkurangnya produktivitas marjinal.
18
Dalam kaitannya antara produk marjinal dan proses produksi, seorang produsen dapat menambah hasil produksi dengan menambah semua input produksi atau menambah satu atau beberapa input produksi. Penambahan input produksi mengikuti hukum The law of diminishing marginal returns yang merupakan dasar dalam ekonomi produksi. The law of diminishing marginal returns terjadi jika jumlah input variabel ditambah penggunaannya, maka output yang dihasilkan meningkat, tapi setelah mencapai satu titik tertentu penambahan output semakin lama semakin berkurang (Debertin 1986). Menurut Lipsey et al.(1995), hukum hasil lebih yang makin berkurang adalah bahwa jika output naik dalam jangka pendek, makin banyak faktor variabel harus digabungkan dengan sejumlah tertentu faktor tetap. Akibatnya adalah setiap unit faktor variabel memiliki faktor tetap yang makin lama makin berkurang. Bila faktor tetap adalah modal dan faktor variabel adalah tenaga kerja, makin besarnya output membutuhkan tiap unit tenaga kerja yang memperoleh jumlah modal yang makin lama makin turun. Menurut Soekartawi (2002) fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel. Dengan fungsi produksi Cobb-Douglas dapat menjelaskan dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel yang dijelaskan disebut variabel dependen (Y) dan variabel yang menjelaskan disebut variabel independen (X). Dimana variabel dependen berupa output dan variabel independen berupa input. Adapun persamaan mematis dari fungsi Cobb-Douglas secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
Dimana Y X u e
= Variabel Dependen = Variabel Independen = Besaran yang akan diduga = Unsur sisa = Logaritma natural (e = 2,718)
19
Perhitungan Cobb-Douglass merupakan metode yang banyak dipakai oleh peneliti dalam menilai risiko produksi. Alasan mengapa menggunakan Cobb-Douglass dikarenakan metode tersebut memiliki kelebihan sebagai berikut : 1.
Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglas bersifat sederhana dan mudah penerapannya.
2.
Fungsi produksi Cobb-Douglas mampu menggambarkan keadaan skala hasil (return to scale), apakah sedang meningkat, tetap atau menurun.
3.
Koefisien-koefisien
fungsi
produksi
Cobb-Douglas
secara
langsung
menggambarkan elastisitas produksi dari setiap input yang digunakan dan dipertimbangkan untuk dikaji dalam fungsi produksi Cobb-Douglas itu. 4.
Koefisien intersep dari fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan indeks efisiensi
produksi
yang
secara
langsung
menggambarkan
efisiensi
penggunaan input dalam menghasilkan output dari sistem produksi yang dikaji Dari kelebihan tersebut maka alasan peneliti menggunakan metode tersebut adalah penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi produksi, hasil pendugaan garis melalui fungsi CobbDouglas akan menghasilkan koefisien regresi.
3.1.2 Teori Risiko Produksi Dalam melakukan suatu usaha atau kegiatan usahatani pasti memiliki risiko. Menurut Kountur (2008) ada tiga unsur penting dari sesuatu yang dianggap sebagai risiko : (1) merupakan suatu kejadian, (2) kejadian tersebut masih merupakan kemungkinan (bisa terjadi atau tidak terjadi), (3) jika sampai terjadi, akan menimbulkan kerugian. Kata risiko banyak dipergunakan dalam berbagai pengertian, dimana ada banyak pendapat mengenai pengertian risiko tersebut. beberapa definisi risiko antara lain yaitu merupakan suatu kerugian atau dapat juga diartikan sebagai ketidakpastian (Harwood et al, 1999). Menurut Kountur (2008) risiko berhubungan dengan ketidakpastian. Ketidakpastian ini terjadi akibat kurangnya atau tidak tersedianya informasi yang menyangkut apa yang akan terjadi. risiko berhubungan dengan suatu kejadian,
20
dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi dan jika terjadi ada akibat berupa kerugian yang ditimbulkan. Menurut Robison dan Barry (1987) risiko adalah peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis sebagi pembuat keputusan dalam bisnis berdasarkan data historis atau pengalaman selama mengelola kegiatan usaha. Menurut Robison dan Barry (1987), Setiap pelaku usaha memiliki perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko, perilaku tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut: a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan , maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasaan. b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan, maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan. c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukkan jika terjadi kenaikan ragam dari keuntungan, maka pembuat keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan. Menurut Ellis (1993), risiko dibatasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang dihubungkan dengan kejadian dari suatu peristiwa yang mempengaruhi suatu proses pengambilan keputusan. Sedangkan ketidakpastian mengacu pada situasi dimana tidak memungkinkan untuk mengetahui probabilitas kejadian dari suatu peristiwa. Setiap pelaku usaha melakukan pengambilan keputusan dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya untuk menghasilkan output yang diharapkan. Namun, seringkali keputusan tersebut dihadapkan pada risiko dan ketidakpastian. Implikasi risiko terhadap variasi pendapatan dapat dilihat pada Gambar 3 yang menunjukkan tiga respon yang berbeda dalam output dari penggunaan input.
21
Total Value Product Y (Rp) a f
TVP1
g
c
E(TVP) d
b
h
TC
i
e
j
0
X2
XE
TVP2
X1
Input X
Keterangan : TVP1 TVP2 E(TVP)
= Total value product in ’good’ years = Total value product in ’bad’ years = Expected total value product
Gambar 3. Hubungan Keputusan Penggunaan Input dan Variasi Pendapatan Sumber : Ellis, 1993
Terdapat tiga alternatif penggunaan input yang ditunjukkan oleh X1, X2, XE yang terkait risiko : 1.
Input yang digunakan sebanyak X1. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi dimana pada saat tersebut dalam kondisi yang baik bagi petani, maka keuntungan terbesar yaitu sebesar ab akan diperoleh. Di sisi lain, jika TVP2 terjadi maka kerugian sebesar bj akan dialami petani.
2.
Input yang digunakan sebanyak X2. Hal ini menunjukkan jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan sebesar ce akan diperoleh dan jika TVP2 terjadi maka petani tidak akan mengalami kerugian dan tetap mendapatkan keuntungan yang kecil sebesar de. Hal ini disebabkan pada kondisi tersebut petani masih mampu membayar biaya pembelian input tersebut (TVP > TC).
3.
Input yang digunakan sebanyak XE. Nilai E(TVP) yang diperoleh merupakan hasil rata-rata pendapatan pada kondisi baik dan buruk. Hal ini menunjukkan
22
jika kondisi TVP1 terjadi maka keuntungan sebesar fh akan diperoleh, tetapi bukan merupakan kemungkinan keuntungan terbesar. Di sisi lain, jika TVP2 terjadi maka kerugian sebesar hi akan dialami petani dan bukan merupakan kemungkinan kerugian terbesar.
3.1.3 Model Just and Pope Model fungsi risiko produksi Just and Pope merupakan suatu gabungan antara mean dan variance. Oleh karena itu untuk mengetahui input atau faktorfaktor produksi apa saja yang dapat mengakibatkan terjadinya risiko, yaitu menggunakan model fungsi risiko produksi Just and Pope. Model fungsi risiko produksi Just dan Pope (Robison dan Barry, 1987) : Y = f( x, β) + h( x, θ) ε Dimana : Y = Produktivitas f = Fungsi produksi rata-rata. h = Fungsi produksi variance. = Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi x (input) β,θ = Besaran yang akan diduga ε = error Pengukuran risiko produksi dalam penelitian ini menggunakan nilai variance error produksi. Salah satu model yang dapat mengakomodasi hal tersebut
yaitu model GARCH (Generalized Autoregressive Conditional
Heteroskedasticity) (Verbeek, 2000). Salah satu kelebihan dengan menggunakan model GARCH yaitu pendugaan parameter fungsi produksi dan persamaan variance error produksi. Dalam prakteknya, model standar GARCH (1,1) sering digunakan dan dituliskan sebagai berikut : ............................................................................................(1) ........................................................................... (2)
Persamaan pertama menunjukan variance error produksi pada periode t (
ditentukan oleh error kuadrat periode sebelumnya (
produksi pada periode sebelumnya (
) dan variance error
).
23
3.1.4 Sumber Risiko Menurut Harwood et al. (1999) dan Moschini dan Hennessy (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi oleh petani diantaranya adalah Risiko Produksi, Risiko Pasar atau Harga, Risiko Kelembagaan, Risiko Kebijakan, Risiko Finansial. 1.
Risiko Produksi Risiko produksi seperti gagal panen, produksi rendah, kualitas kurang baik. Hal ini bisa disebabkan oleh hama dan penyakit, curah hujan, maupun teknologi.
2.
Risiko Pasar (harga) Risiko pasar bisa terjadi karena produk tidak dapat terjual. Disebabkan oleh perubahan harga output, permintaan rendah, ataupun banyak produk substitusi.
3.
Risiko Kelembagaan Risiko kelembagaan terjadi karena perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah, baik dari segi penggunaan pestisida dan obat-obatan, pajak, kredit.
4.
Risiko Finansial Risiko finansial terjadi karena tidak mampu membayar hutang jangka pendek, kenaikan tingkat suku bunga pinjaman, piutang tak tertagih sehingga menyebabkan penerimaan produksi menjadi rendah.
5.
Risiko Kebijakan Risiko kebijakan merupakan memilih diantara alternatif untuk mengurangi efek risiko. Sumber-sumber penyebab adanya risiko pada budidaya pertanian sebagian
besar disebabkan karena faktor-faktor seperti perubahan iklim, suhu, cuaca, hama dan penyakit, penggunaan input serta adanya kesalahan teknis (human error) dari tenaga kerja (SDM). Risiko tidak dapat dihilangkan, tetapi dapat diminimalkan sekecil mungkin, biasanya dengan melakukan berbagai cara seperti penggunaan teknologi terbaru, usaha penanganan secara intensif, serta pengadaan input yang berkualitas seperti SDM, benih/bibit dan obat-obatan
24
3.1.5 Teori Pendapatan a.
Teori Biaya Biaya total dan biaya tetap diperlukan dalam memproduksi suatu produk
tertentu. Biaya total merupakan hasil penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya variabel. Menurut Lipsey et.al (1995) biaya total (TC atau total cost) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya total terdiri dari biaya tetap total (TFC atau total fixed cost) dan biaya variabel total (TVC atau total variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah. Sedangkan biaya yang berkaitan langsung dengan output, yang bertambah besar dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi disebut biaya variabel. Secara matematis biaya total (TC) dapat dirumuskan sebagai berikut (Lipsey et.al, 1995) : TC = TFC + TVC dimana : TC TFC TVC
= Total Biaya (Rp/periode tanam) = Total Biaya Tetap (Rp/periode tanam) = Total Biaya Variabel (Rp/periode tanam)
Fungsi biaya merupakan suatu hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi. Grafik fungsi biaya dapat dilihat pada Gambar 4. TC, TVC, TFC TC
TVC
TFC
0
Y
Keterangan : Y : Produksi TC : Total Biaya TVC : Total Biaya Tetap TFC : Total Biaya Variabel Gambar 4. Kurva Biaya Total Sumber : Lipsey et.al (1995)
25
Fungsi biaya merupakan suatu hubungan antara besarnya biaya produksi dengan tingkat produksi. Grafik fungsi biaya dapat dilihat pada Gambar 4. Berdasarkan Gambar 4, garis TFC adalah horizontal karena nilai TFC tidak berubah dengan berapapun banyaknya barang yang diproduksi. Sedangkan garis TVC bermula dari titik nol dan semakin lama semakin bertambah tinggi. Hal ini menggambarkan bahwa ketika tidak ada produksi atau TVC = 0, semakin besar produksi maka semakin besar nilai biaya variabel total (TVC). Kurva TC adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC.
b. Teori Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan terbagi menjadi penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai (diperhitungkan). Penerimaan tunai didefinisikan sebagai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani, sedangkan penerimaan tidak tunai merupakan pendapatan yang bukan dalam bentuk uang. Total penerimaan usahatani adalah jumlah total produksi yang dikalikan dengan harga jual produk (Rahim dan Hastuti, 2008) Menurut Debertin (1986) total penerimaan merupakan nilai produk total yang diterima petani atau pengusaha, dimana penerimaan diperoleh dari jumlah total produk yang dikalikan dengan harga jual atau harga pasar yang konstan. Secara matematis, total penerimaan atau total pendapatan (total revenue) dapat dirumuskan sebagai berikut: TR = p. y dimana : TR p y
= Total pendapatan/penerimaan (Rp) = Harga pasar (Rp) = Hasil produksi (satuan)
Total penerimaan atau total pendapatan yang dikurangi dengan total biaya yang dikeluarkan disebut pendapatan bersih atau keuntungan (profit) yang diterima petani. Pendapatan bersih atau keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut (Debertin 1986) :
26
π = TR – TC dimana : π TR TC
= Pendapatan bersih/keuntungan (Rp) = Total pendapatan/penerimaan (Rp) = Total Biaya (Rp)
Untuk lebih menjelaskan mengenai pendapatan, berikut grafik yang menggambarkan biaya total dan hasil penjualan total yang dapat dilihat pada Gambar 5. Pada Gambar 5 suatu usaha mengalami keuntungan jika kurva TR diatas kurva TC. Antara titik TR dan titik TC mengalammi perpotongan pada tingkat produksi statu komoditas. Perpotongan tersebut merupakan titik impas atau Break Event Point (BEP).
CR
TR
b
TC
a Y BEP
Keterangan : CR : Pendapatan dan Biaya Y : Volume Penjualan TR : Total Pendapatan TC : Total Biaya BEP : Break Event Point atau titik impas a : Daerah Rugi b : Daerah Laba Gambar 5. Hubungan Biaya Total dan Hasil Penjualan Total Sumber : Lipsey et.al (1995)
27
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Desa Citapen merupakan salah satu Desa dari 13 Desa yang ada di Kecamatan
Ciawi,
Kabupaten
Bogor.
Desa
Citapen
memiliki
potensi
pengembangaan usahatani mentimun, dilihat dari topografi Desa Citapen yang cocok untuk pengembangan sayuran. Produktivitas
mentimun
di
Desa
Citapen
mengalami
fluktuasi
produktivitas, dimana pada tahun 2009 hingga 2010 para petani di kelompok tani pondok menteng Desa Citapen melakukan usahatani selama empat periode dengan luas lahan lima hektar, tetapi hasil atau produksi mentimun yang didapat selama periode tersebut mengalami peningkatan dan penurunan produksi. Hal ini menyebabkan adanya fluktuasi produktivitas (Gambar 2). Adanya fluktuasi produktivitas mentimun di Desa Citapen disebabkan oleh beberapa kendala yang dihadapi petani dalam melakukan usahatani mentimun. adanya fluktuasi produktivitas diduga karena penggunaan input yang tidak sesuai sehingga output yang dihasilkan mengalami penurunan. Oleh karena itu, melalui penggunaan input yang sesuai dapat meningkatkan produktivitas. Penelitian ini melakukan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi mentimun. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi mentimun dengan fungsi risiko produksi Just and Pope, selain itu perlu mengidentifikasi karakteristik petani responden yang diambil. Petani menggunakan beberapa faktor produksi dalam membudidayakan tanaman mentimun, dimana faktor produksi yang diduga berpengaruh dalam produksi mentimun yaitu luas lahan, benih, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk NPK, pupuk Urea, pupuk KCL, pupuk TSP, Tenaga kerja, dan pestisida. adanya faktor produksi tersebut dapat mempengaruhi hasil produksi, hal tersbut dapat menjadi penyebab risiko produksi tetapi ada pula faktor produksi yang dapat mengurangi risiko produksi. Selain itu, hal tersebut dapat mempengaruhi tentang pendapatan yang diterima petani dalam melakukan usahatani mentimun. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis tentang semua nilai faktorfaktor produksi yang ada pada budidaya mentimun, guna untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada masing-masing input atau faktor produksi yang akan berpengaruh pada variasi mentimun. Dalam melakukan usahatani atau produksi
28
mentimun, penggunaan input seperti benih, pupuk kandang, kapur, pupuk kimia, pupuk daun dan buah, pestisida, dan tenaga kerja sangat diperlukan. Besar kecilnya penggunaan input produksi berpengaruh terhadap output yang dihasilkan. Selain itu harga input dan harga output juga dapat mempengaruhi biaya produksi dan penerimaan petani. Sehingga, besar kecilnya biaya produksi serta penerimaan mempengaruhi pendapatan yang diterima oleh petani. Pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner yang diberikan kepada petani mentimun pada Kelompok Tani Pondok Menteng di Desa Citapen. Secara umum kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 6.
29
Kegiatan Produksi Mentimun yang dilakukan para petani di Kelompok Tani Pondok Menteng, Desa Cipaten
Adanya Fluktuasi Produktivitas Mentimun Di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Cipaten
Sumber Risiko Produksi 1. Cuaca dan Iklim 2. Hama dan Penyakit 3. Human Error
Penggunaan Faktor-Faktor Produksi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Benih Pupuk Kandang Kapur Pupuk Kimia Pupuk D & B Pestisida Padat Pestisida Cair 8. Tenaga Kerja
Risiko Produksi Mentimun
Harga Output Harga Input
Pendapatan Petani di Kelompok Tani Pondok Menteng
Gambar 6. Langkah-Langkah Pemikiran Operasional Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Produksi Mentimun (Cucumis sativus L.) di Desa Citapen Kecamatan Ciawi Kabupaten Bogor
30